• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. hiburan yang dibutuhkan. Program-program tersebut selalu berkembang sesuai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. hiburan yang dibutuhkan. Program-program tersebut selalu berkembang sesuai"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Televisi sebagai media dari budaya popular menghasilkan berbagai macam program yang dapat disaksikan oleh semua kalangan di dunia pada umumnya. Televisi merupakan sarana bagi masyarakat untuk mendapatkan informasi dan hiburan yang dibutuhkan. Program-program tersebut selalu berkembang sesuai kebutuhan zamannya sehingga banyak bermunculan tayangan-tayangan baru yang membuat acara televisi semakin beragam.

Berbagai stasiun televisi berlomba-lomba untuk memberikan sebuah tayangan atau program-program yang menarik dan bermutu yang dapat mengandung nilai-nilai yang bermanfaat untuk dapat menarik minat para pemirsanya. Program-program tersebut sangat variatif, dimulai dari acara yang edukatif seperti berita, talk show tentang politik, keagamaan, hingga yang menghibur seperti film, sinetron, olah raga, ataupun program reality show.

Reality show merupakan program yang memiliki kedekatan dengan kehidupan manusia dana dapat menyentuh langsung hati pemirsanya. Reality show di Indonesia muncul ketika ditayangkannya program yang bertemakan cinta, yaitu “Katakan Cinta” di RCTI. Berawal dari kesuksesan tayangan ini, stasiun televisi yang lain juga ingin memberikan yang terbaik bagi pemirsanya, seperti Kontak Jodoh, CLBK, Mak Comblang, Cinta Monyet di SCTV, dan Termehek-mehek di Trans TV, dan tak terkecuali bagi stasiun televisi Indosiar. Indosiar menayangkan program Take Me Out Indonesia pada tanggal 19 Juni 2009.

(2)

Tayangan ini memberikan sesuatu yang baru dalam pencarian dan pemilihan pasangan hidup.

Keputusan mencari dan memilih pasangan hidup adalah hal yang sangat penting dan sensitive. Tetapi program ajang pencarian pasangan hidup yang ditayangkan di televisi mampu menyedot perhatian khalayak karena menyuguhkan sesuatu yang berbeda. Take Me Out Indonesia yang tayang setiap hari Sabtu pukul 18.00 WIB di TV Indosiar memberikan kesempatan kepada para lajang, baik yang sudah pernah menikah maupun yang belum, untuk memperoleh pasangan. Dalam program ini, sejumlah wanita yang tengah mencari pasangan berdiri di panggung. Kemudian, pria yang akan menjadi pasangan masuk ke arena dan siap dipilih oleh peserta wanita.

Pada episode kedua Take Me Out Indonesia menduduki peringkat ketujuh dari 100 program yang ada dan bersaing dengan Termehek-mehek. Menurut survey yang diadakan ABG Nielsen pada bulan September 2009 terhadap penonton TV usia 5 tahun ke atas di 10 kota di Indonesia, Take Me Out Indonesia menduduki peringkat teratas dengan rating 7,9% dan diikuti Termehek-mehek dengan rating 5,9% dan diperingkat ketiga adalah Para Pencari Tuhan dengan rating 5,2%, sedangkan survey yang dilakukan ABI mengenai acara yang banyak dtonton pemirsa Indonesia pada bulan September 2009, dari 12 program televise terfavorit Take Me Out Indonesia menduduki peringkat pertama dengan rating 22% atau sebanyak 553 pemilih dari 2527 pemilih yang ada

(3)

Public Relation dan Promotion Fremantle Media di Indonesia, Afni Sasmita, mengatakan, setiap minggu sekitar 150 orang mendaftar untuk audisi acara ini. Program itu juga ditonton rata-rata 30 persen pemirsa televisi (http://www1.kemenegpora.go.id/index.php?option=com_content&view=article& id=3381:silakan-tonton-urusan-pribadiku&catid=1:umum&directory=71).

Tayangan Take Me Out Indonesia yang dipandu oleh Choky Sitohang dan Yuanita Christiani inipun mampu menyambet tropi Panasonic Gobel Awards pada tanggal 27 Maret 2010. Ini menunjukkan Take Me Out Indonesia mewakili salah satu program terpilih yang diminati pemirsa Indonesia (http://id.wikipedia.org/wiki/Take_Me_Out_Indonesia).

Mencari dan memilih pasangan hidup adalah kebutuhan setiap manusia. Tidak terkecuali bagi karyawan USU di Kantor Biro Rektor. Peneliti tertarik menjadikan karyawan kantor biro rector USU sebagai responden karena mereka berasal dari latar belakang yang berbeda, baik dari segi pendidikan, status, usia, agama, penghasilan, ataupun suku yang dapat mempengaruhi persepsi masing-masing individu tentang pemilihan pasangan hidup.

Dengan adanya latar belakang inilah, peneliti tertarik untuk meneliti sejauhmana hubungan tayangan Take Me Out Indonesia terhadap Persepsi karyawan Kantor Biro Rektor USU Medan dalam pemilihan pasangan hidup.

(4)

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan masalah yaitu “sejauhmana hubungan tayangan Take Me Out Indonesia dengan Persepsi Karyawan Kantor Biro Rektor USU Medan dalam Pemilihan ‘Pasangan Hidup’”.

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan Masalah ditujukan agar ruang lingkup penelitian dapat lebih jelas dan terarah.

Adapun pembatasan Masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Subjek penelitian ini adalah tayangan Take Me Out Indonesia yang ditayangkan di Indosiar setiap Sabtu pukul 18.00 WIB.

2. Objek Penelitian adalah karyawan pada usia 21-40thn dan single.

3. Objek penelitian adalah karyawan yang telah menonton tayangan Take Me Out Indonesia minimal 2 kali.

4. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2010.

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui motif menonton karyawan Biro Rektor USU.

2. Untuk mengetahui frekuensi karyawan biro rektor USU menonton tayangan Take Me Out Indonesia.

(5)

3. Untuk mengetahui sejauhmana hubungan tayangan Take Me Out Indonesia dengan Persepsi karyawan Biro Rektor USU Medan dalam Pemilihan ‘Pasangan Hidup’.

1.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat Penelitian ini adalah:

1. Secara Akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mahasiswa jurusan ilmu komunikasi khususnya mengenai dampak media massa khususnya media televisi.

2. Secara Teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan penulis tentang komunikasi dan dampaknya.

3. Secara Praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan dalam membuat kebijakan-kebijakan yang berhubungan dengan tema penelitian ini.

1.5 Kerangka Teori

Dalam penelitian ilmiah, teori berperan sebagai landasan untuk mendukung pemecahan permasalahan dengan jelas dan sistematis. Hal ini sesuai dengan pengertian teori itu sendiri, yaitu serangkaian asumsi, konsep, konstruk, definisi dan proporsi untuk menerangkan suatu fenomena social secara sistematis dengan cara merumuskan hubungan antara konsep (singarimbun, 1995: 37).

(6)

Adapun teori-teori yang relevan dengan penelitian ini adalah komunikasi dan komunikasi massa, televisi sebagai media komunikasi massa, teori efek komunikasi massa (SOR), persepsi, psikologi perkembangan, dan pasangan hidup.

1.5.1. Komunikasi dan Komunikasi Massa

Komunikasi Massa mengandung makna bersama-sama (common). Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa Latin yaitu communication yang berarti memberitahukan atau pertukaran (Wiryanto, 2005: 5).

Menurut Carl I Hovland, komunikasi adalah suatu usaha yang sistematis untuk merumuskan secara tegas azas-azas dan atas dasar azas tersebut disampaikan informasi serta dibentuk pendapat dan sikap. Jika Carl I Hovland mendefinisikan komunikasi sebagai usaha yang sisitematis, lain lagi dengan Lasswell. Ia menerangkan bahwa cara terbaik untuk menerangkan komunikasi adalah dengan menjawab pertanyaan: Who Says What In Which Channel To Whom With What Effect. Jadi, jika dipilah-pilah akan terdapat 5 unsur atau komponen di dalam komunikasi, yaitu siapa yang mengatakan; apa yang dikatakan; media apa yang digunakan; kepada siapa pesan disampaikan; dan dengan effect apa. Jawaban bagi pertanyaan paradigmatic Lasswell merupakan unsur-unsur proses komunikasi meliputi komunikator, pesan, media, komunikan, dan efek (Effendi, 2003:13).

Seiring dengan perkembangan teknologi, komunikasi kemudian dilakukan dengan menggunakan media, baik media cetak maupun media elektronik. Hal ini menyebabkan proses pengiriman pesan dalam komunikasi dapat dilakukan secara

(7)

serempak dan dapat diterima khalayak dalam jumlah yang besar dalam satu waktu tertentu. Kegiatan seperti ini yang kemudian disebut dengan komunikasi massa.

Komunikasi massa adalah jenis khusus komunikasi sosial yang melibatkan karakteristik khalayak yang khas, pengalaman komunikasi, dan komunikator (Mulyana, 2005: 198). Komunikasi massa melibatkan jumlah komunikan yang banyak, tersebar dalam area geografis yang luas, namun punya perhatian dan minat yang sama terhadap isu yang sama. Karena itu, agar pesan dapat diterima serentak pada waktu yang sama, maka digunakan media massa seperti surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Dalam tataran komunikasi ini, komunikator dan komunikan serta antar komunikan relative tidak saling kenal secara pribadi, anonym, dan sangat heterogen (Vardiansyah, 2004: 5)

1.5.2. Televisi sebagai media komunikasi massa

Dari semua media komunikasi yang ada, televisilah yang paling berpengaruh dalam kehidupan manusia. Dalam melaksanakan fungsinya, televisi juga melaksanakan fungsi seperti media massa lainnya (surat kabar dan radio siaran), yakni memberikan informasi, mendidik, menghibur, dan membujuk. Tetapi fungsi menghibur lebih dominan pada media televisi. Pada umumnya tujuan khalayak menonton televisi adalah untuk memperoleh hiburan, selanjutnya untuk memperoleh informasi.

Ditinjau dari stimulus alat indera, dalam radio siaran, surat kabar, dan majalah hanya satu alat indera yang mendapat stimulus. Radio siaran dengan

(8)

indera pendengaran, surat kabar dengan indera pengkihatan. Tetapi televisi memiliki kelebihan, yaitu:

1. Audiovisual

Televisi memiliki kelebihan yaitu dapat didengar dan dilihat (audiovisual). Karena sifatnya yang audiovisual itu pula, maka acara siaran harus dilengkapi dengan gambar, baik gambar diam seperti poto, gambar peta, ataupun rekaman peristiwa.

2. Berpikir dalam gambar

Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran acara televisi adalah pengarah acara. Bila ia membuat naskah acara atau membaca naskah acara, ia harus berpikir dalam gambar (think in picture). Begitu pula dengan seorang komunikator yang akan menyampaikan informasi, pendidikan, atau persuasi, sebaiknya ia dapat melakukan berpikir dalam gambar.

3. Pengoperasian lebih kompleks

Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakan pun lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih sulit dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih. Pesan yang akan disampaikan melalui media televisi memerlukan pertimbangan-pertimbangan lain agar pesan tersebut dapat diterima oleh khalayak sasaran. Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah pemirsa, waktu, durasi, dan metode penyajian.

Menurut Prof. Dr. R Mar’at acara televisi pada umumnya mempengaruhi sikap, persepsi, perilaku, perilaku, padangan dan perasaan para penonton, dan ini

(9)

adalah hal yang wajar. Jadi jika ada hal- hal yang menyebabkan penonton terharu, terpesona, atau latah bukanlah sesuatu yang istimewa, sebab salah satu pengaruh psikologi dalam televisi adalah seakan-akan menghipnotis penonton, sehingga penonton tersebut dihanyutkan dalam suasana pertunjukkan televisi. (Effendy, 2003: 122).

1.5.3. Teori efek komunikasi massa (teori S-O-R)

Teori S-O-R sebagai singkatan dari stimulus-Organism-response. Teori ini semula dari psikologi. Kalau kemudian menjadi teori komunikasi, tidak mengherankan karena objek material dari psikologi dan komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen: sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi.

Menurut stimulus respons ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Elemen-elemen utama dari teori ini adalah:

a.Pesan (Stimulus, S)

b.Komunikan (Organism, O) c.Efek (Response, R)

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate dalam hal how to change the attitude, bagaimana mengubah sikap komunikan. Dalam proses

(10)

perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula.

Prof. Dr. mar’at dalam bukunya ‘sikap manusia”, Perubahan serta Pengukurannya” mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variable penting, yaitu:

a. Perhatian, perhatian karyawan terhadap tayangan Take Me Out Indonesia.

b. Pengertian, dimana karyawan mengerti apa makna yang terkandung dalam tayangan Take Me Out Indonesia.

c.Penerimaan, dimana karyawan USU dapat menerima pesan/makna yang terdapat pada tayangan Take Me Out Indonesia.

Gambar 1 Teori S-O-R

Sumber: Effendy, 2003: 255

Gambar di atas menunjukkan bahwa perubahan sikap bergantung kepada proses yang terjadi pada individu. Komunikasi akan berlangsung jika ada perhatian dari komunikan.

stimulus Organisme: Perhatian Pengertian

(11)

Proses berikutnya komunikan mengerti. Kemampuan komunikan inilah yang melanjutkan proses berikutnya. Setelah komunikan mengolah dan menerimanya, maka terjadilah kesediaan untuk mengubah sikap (Effendy, 2003: 254).

Sehubungan dengan penjelasan di atas, teori S-O-R dalam penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:

Stimulus : Tayangan Take Me Out Indonesia Organism : Karyawan Kantor Biro Rektor USU.

Respons : Efek yang ditimbulkan pada karyawan Kantor Biro Rektor USU berupa persepsi.

1.5.4. Persepsi

Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atua hubungan-hubungan yang diperoleh dangan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Persepsi memberikan makna pada stimuli inderawi (sensory stimuli) (Rakhmat, 2004: 51). Gulo (1982: 207) mendefinisikan bahwa persepsi sebagai proses seseorang menjadi sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui indra-indra yang dimilikinya. Bagi Atkinson, persepsi adalah proses saat kita mengorganisasikan dan menafsirkan pola stimulus dalam lingkungan. Menurut Verbeek (1978), persepsi dapat dirumuskan sebagai suatu fungsi yang manusia secara langsung dapat mengenal dunia riil yang fisik. Brouwer (1983; 21) menyatakan bahwa persepsi (pengamatan) ialah suatu replika dari benda di luar manusia yang intrapsikis, dibentuk berdasar rangsangan-rangsangan dari objek.

(12)

Sedangkan Pareek (1996:13) memberikan definisi yang lebih luas ihwal persepsi ini; dikatakan “persepsi dapat di definisikan sebagai proses menerima, menyeleksi, mengorganisasikan, mengartikan, menguji, dan memberikan reaksi kepada rangsangan panca indra atau mata” (Sobur,2003: 465).

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi merupakan suatu hal yang penting yang dialami setiap orang. Setiap orang akan menerima segala sesuatau berupa informasi ataupun segala rangsangan yang datang dari lingkungannya, dalam batas-batas kemampuannya, segala rangsangan yang diterimanya tersebut diolah, dan selanjutnya di proses.

Dalam perspektif ilmu komunikasi, persepsi bisa dikatakan sebagai inti komunikasi, sedangkan penafsiran (interpretasi) adalah inti persepsi, yang identik dengan penyandian-balik (decoding) dalam proses komunikasi. Hal ini tampak jelas pada definisi John R. Wenburg dan William W. Wilmot: “persepsi dapat didiefinisikan sebagai cara organisme memberi makna”, sedangkan Rudolph F.Verderber: “Persepsi adalah proses menafsirkan informasi indrawi, atau J. Cohen: “Persepsi didefinisikan sebagai interpretasi bermakna atas sensasi sebagai representative objek eksternal; persepsi adalah pengetahuan yang tampak mengenai apa yang ada di luar sana” (Mulyana, 2005: 168).

Persepsi disebut inti komunikasi, karena jika persepsi kita tidak akurat, tidak mungkin kita berkomunikasi dengan efektif. Persepsilah yang menentukan kita memilih suatu pesan dan mengabaikan pesan yang lain. Semakin tinggi derajat kesamaan persepsi antar individu, semakin mudah dan semakin sering

(13)

merka berkomunikasi, dan sebagai konsekuensinya semakin cenderung membentuk kelompok budaya atau kelompok identitas.

Persepsi merupakan bagian dari keseluruhan proses yang menghasilkan tanggapan setelah rangsangan diterapkan kepada manusia. Manusia secara ilmiah ingin mengetahui dunia di luar dirinya dan seberapa tepat mereka menggambarkannya. Dalam proses persepsi, terdapat tiga komponen utama, yaitu:

1. Seleksi, adalah sutu proses penyaringan oleh indra terhadap rangsangan dari luar, intensitas dan jenisnya dapat banyak atau sedikit.

2. Interpretasi, yaitu proses mengorganisasikan informasi sehingga mempunyai arti bagi seseorang. Interpretasi dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti pengalaman masa lalu, sistem nilai yang dianut, motivasi kepribadian, dan kecerdasan. Interpretasi juga bergantung pada kemampuan seseorang untuk mengadakan pengkategorian informasi yang diterimanya, yaitu proses mereduksi informasi yang kompleks menjadi sederhana.

3. Reaksi, yaitu persepsi yang kemudian diterjemahkan dalam bentuk tingkah laku sebagai reaksi.

Persepsi seseorang tidak timbul begitu saja. Tentulah ada faktor yang mempengaruhi persepsi tersebut. Secara umum terdapat tiga faktor yang mempengaruhi timbulnya persepsi, yaitu:

1. Diri orang yang bersangkutan sendiri.

Apabila seorang melihat dan berusaha memberikan interpretasi tentang apa yang dilihatnya itu, ia dipengaruhi oleh karakteristik individual yang

(14)

turut berpengaruh seperti sikap, motif, kepentingan, minat, pengalaman, dan harapannya.

2. Sasaran persepsi tersebut.

Sasaran itu mungkin berupa orang, benda, atau peristiwa. Sifat- sifat seperti itu biasanya berpengaruh terhadap persepsi orang yang melihatnya. Gerakan, suara, ukuran, tindak tanduk dan cirri-ciri lain dari sasaran persepsi turut menentukan cara pandang orang yang melihatnya.

3. Faktor situasi

Persepsi harus dilihat secara kontekstual yang berarti dalam situasi mana persepsi itu timbul perlu pula mendapat perhatian. Situasi merupakan faktor yang turut berperan dalam pertumbuhan persepsi seseorang.

1.5.5. Psikologi Perkembangan

Objek psikologi perkembangan adalah perkembangan manusia sebagai pribadi. Perkembangan pribadi manusia ini berlangsung sejak konsepsi sampai mati. Perkembangan yang dimaksud adalah proses tertentu yaitu proses yang terus menerus, dan proses yang menuju ke depan dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Istilah “perkembangan “secara khusus diartikan sebagai perubahan-perubahan yang bersifat kualitatif dan kuantitatif yang menyangkut aspek-aspek mental psikologis manusia.

Werner (1969) menyatakan bahwa pengertian perkembangan menunjuk pada suatu proses ke arah yang lebih sempurna dan tidak begitu saja dapat diulang kembali. Perkembangan menunjuk pada perubahan yang bersifat tetap dan tidak

(15)

dapat diputar kembali (Monks, 1999: 4). Knoers (1985) menyatakan bahwa perkembangan juga berkaitan dengan belajar, khususnya mengenai isi proses perkembangan; apa yang berkembang berkaitan dengan perilaku belajar. Disamping itu juga bagaimana hal sesuatu dipelajari, misalnya apakah melalui memorisasi (menghafalkan) atau mengerti hubungan, ikut menetukan perkembangan (Monks, 1999:7).

Perkembangan psikologi merupakan suatu proses yang dinamis. Dalam proses tersebut sifat individu dan sifat lingkungan menentukan tingkah laku apa yang akan menjadi aktual dan terwujud. Umur kalender disini bukan merupakan suatu variable yang bebas, melainkan merupakan suatu dimensi waktu untuk mengatur bahan- bahan (data) yang ada (Monks, 1999: 1-2).

Pembagian masa-masa perkembangan sekarang ini seperti yang dikemukakan oleh Harvey A. Tilker dalam “Developmental Psycology to day”(1975) dan Elizabeth B. Hurlock dalam “Developmental Psycology”(1980) tampak sudah lengkap mencakup sepanjang hidup manusia sesuai dengan hakikat perkembangan manusia yang berlangsung sejak konsepsi sampai mati dengan pembagian periodisasinya sebagai berikut:

Masa Sebelum lahir (Prenatal Period)

Masa ini berlangsung sejak terjadinya konsepsi atau pertemuan sel bapak-ibu sampai lahir kira-kira 9 bulan 10 hari atau 280 hari.

Masa Bayi Baru Lahir (New Born)

Masa ini dimulai dari sejak bayi lahir sampai bayi berumur kira-kira 10 atau 15 hari. Dalam perkembangan manusia masa ini merupakan fase

(16)

pemberhentian (Plateau stage) artinya masa tidak terjadi pertumbuhan/perkembangan.

Masa Bayi (Babyhood)

Masa ini dimulai dari umur 2 minggu sampai umur 2 tahun. Masa bayi ini dianggap sebagai periode kritis dalam perkembangan kepribadian karena merupakan periode di mana dasar-dasar untuk kepribadian dewasa pada masa ini diletakkan.

Masa Kanak-kanak Awal (Early Chilhood)

Awal masa kanak-kanak berlangsung dari dua sampai enam tahun. Masa ini dikatakan usia pra kelompok karena pada masa ini anak-anak mempelajari dasar-dasar perilaku sosial sebagai persiapan bagi kehidupan sosial yang lebih tinggi yang diperlukan untuk penyesuaian diri pada waktu masuk kelas 1 SD. Masa Kanak-kanak Akhir (Later Chilhood).

Akhir masa kanak-kanak atau masa anak sekolah ini berlangsung dari umur 6 tahun sampai umur 12 tahun.

Masa Puber (Puberty)

Masa Puber merupakan periode yang tumpang tindih Karena mencakup tahun-tahun akhir masa kanak-kanak dan tahun-tahun awal masa remaja. Yaitu umur 11, atau 12 tahun sampai umur 15 atau 16 tahun.

Masa Dewasa Awal (Early Adulthood)

Masa dewasa adalah periode yang paling penting dalam masa khidupan, masa ini dibagi dalam 3 periode yaitu: Masa dewasa awal dari umur 21 sampai

(17)

umur 40 tahun. Masa dewasa pertengahan, dari umur 40 sampai umur 60 tahun, dan masa akhir atau usia lanjut, dari umur 60 tahun sampai mati.

Masa dewasa awal adalah masa pencaharian kemantapan dan masa reproduktif yaitu suatu masa yang penuh dengan masalah dan ketegangan emosional, periode isolasi sosial, periode komitmen dan masa ketergantungan, perubahan nilai-nilai, kreativitas san penyesuaian diri pada pola hidup yang baru.

Dalam mengembangkan suatu pandangan pasangan hidup sebagai suatu “kesatuan nilai yang integral” adalah salah satu hasil yang dicapai orang dewasa, karena hal ini memungkinkan seseorang untuk menempatkan semua kejadian, kebenaran nilai-nilai dalam stu sudut pandangan teetentu yang mencakup segalanya. Dan dari sudut pandang inilah akan diberikan arti pada semua hal tersebut tadi (Krathwohl, 1964 dalam Monks).

Masa Dewasa madya ( Middle Adulthood)

Masa dewasa madya ini berlangsung dari umur empat puluh sampai umur enam puluh tahun.

Masa Usia Lanjut ( Later Adulthood)

Usia lanjut adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang. Masa ini dimulai dari umur enam puluh tahun sampai mati, yang di tandai dengan adanya perubahan yang bersifat fisik dan psikologis yang semakin menurun.

(18)

1.5.6. Pasangan Hidup

Arti pasangan adalah yang menjadi padanannya (jodohnya, teman bermain, dan sebagainya) (KBBI, 2007: 833). Arti hidup adalah terus ada, tetap ada ( KBBI, 2007:400). Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa arti pasangan hidup merupakan pasangan atau seseorang yang menjadi padannya yang akan terus ada dan tetap ada.

Memilih pasangan hidup yang tepat adalah awal untuk membina sebuah pernikahan yang bahagia. Menikah adalah menyempurnakan agama. Tujuan pernikahan bukan saja untuk menyatukan kebutuhan biologis, tetapi juga untuk menyambung keturunan dalam naungan rumahtangga yang penuh cinta damai dan kasih (Hariwijaya, 2007: 2).

Psikolog Clara Istiwidarum memaparkan pandangannya dalam memilih pasangan hidup, seperti:

1. Usia harus di perhitungkan

Kalau kedua pasangan menikah di usia dewasa awal (21-40 tahun), berarti dari mulai tahap perkembangan dewasa awal melangkah ke tahap perkembangan baru menjadi pasangan suami istri memiliki waktu yang lebih panjang. Perkembangan fisiologis dan biologisnya pun masih seimbang, sehingga masih bisa sejalan dan membuat membuat hubungan lebih langgeng.

2. Belajar bersama

Kedua pasangan yang menikah masih sama-sama dalam proses belajar banyak hal. Salah satu yang paling utama ialah mencoba belajar dengan berbagai cara menjadi seorang ayah dan ibu.

(19)

3. Persiapan yang matang

Selain faktor kematangan, persiapan pun perlu diperhatikan. artinya harus siap dan dipertimbangkan matang mengenai langkah yang akan ditempuh. kalau hanya karena alasan untuk menghindari perbuatan dosa, maka merupakan langkah yang paling dangkal.

Karena lebih dari itu, pernikahan adalah sebuah ikatan suci di mana dua orang yang memutuskan terikat dalam sebuah pernikahan bertanggung jawab untuk saling membina sehingga akhirnya tercipta sebuah keluarga harmonis sesuai dengan harapan.

4. Dukungan Keluarga

Untuk memnemukan pasanga hidup yang bahagia, dukungan dari keluarga juga harus diperhatikan. Kitapun harus mengantongi restu keluarga. Sebab pernikahan adalah suatu ikatan yang tak terbatas waktu, jadi dukungan orangtua dan keluarga sangat diperlukan di sini agar tidak akan terjadi kondisi menyerah di tengah jalan. (http://lifestyle.okezone.com/index.php/ReadStory/2008/10/10/29/152621/ketahui -positif-negatif-menikah-muda-yuk).

1.6 Kerangka Konsep

Konsep merupakan penggambaran secara fenomena yang hendak diteliti yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok atau individu yang menjadi pusat penelitian ilmu social (Singarimbun, 1995:33).

(20)

Melalui konsep peneliti diharapkan akan dapat menyederhanakan pemikirannya dengan menggunakan satu istilah untuk beberapa kejadian (events) yang berkaitan satu dengan yang lainnya.

Adapun kerangka konsep yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah: 1. Komponen Tayangan Take Me Out Indonesia yang ditayangkan di TV Indosiar pada hari Sabtu pukul 18.00 WIB.

2. Komponen Persepsi Karyawan Kantor Biro Rektor USU Medan. 1.7 Model Teoritis

Berdasarkan kerangka konsep di atas, maka dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut:

Variabel X Tayangan Take Me Out

Indonesia

Variabel Y Persepsi Karyawan

USU

(21)

1.8 Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan diatas, maka untuk memudahkan penelitian ini perlu dibuat operasional variable-variabel sebagai berikut:

Tabel 1

Variabel Operasional

Variabel Indikator

Variabel X

Tayangan Take Me Out Indonesia

1. Waktu Penyiaran a. Jam siar

b. Durasi Penyiaran c. Frekuensi Penyiaran

2. Komunikator (Pembawa Acara) a. Kredibilitas - Keahlian - Kejujuran - Berperasaan - Tingkah laku - Ekspresi b. Daya Tarik - Penyesuaian diri - Tampilan fisik - Bahasa Tubuh 3. Isi Acara a. Tema acara b. Kejelasan Pesan c. Teknik penyampaian pesan d. Musik Pendukung Variabel Y

Persepsi karyawan Biro Rektor USU 1. Pengenalan a. Frekuensi Menonton b. Waktu Menonton 2. Perhatian a. Motif Menonton

3. Perasaan, yaitu suka tidaknya pemirsa terhadap Take Me Out Indonesia.

(22)

Karakteristik Responden 1. Usia 2. Jenis kelamin 3. Status 4. Agama 5. Pendidikan 6. Penghasilan 1.9 Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya untuk mengukur suatu variable. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi alamiah yang sangat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variable yang sama (Singarimbun, 1995:46).

I. Komponen Tayangan Take Me Out Indonesia 1. Waktu Penyiaran, meliputi:

a. Jam Siar, jam penyiaran Take Me Out Indonesia di Indosiar setiap episodenya, yakni pada pukul 18.00 WIB.

b. Durasi penyiaran, yakni waktu penyiaran acara Take Me Out Indonesia di Indosiar setiap episodenya, yakni tiga jam.

c. Frekuensi penyiaran, yakni frekuensi penyiaran tayangan Take Me Out Indonesia di Indosiar setiap minggu yakni 1 x dalam seminggu 2. Komunikator (Pembawa Acara), meliputi:

- Keahlian, yaitu faktor dimana seorang pembawa acara harus menguasai topik yang akan disampaikan sehingga tayangan tersebut dapat menyatu dengan pembawa acara.

(23)

- Kejujuran, faktor dimana seorang pembawa acara harus mempunyai kemampuan bertindak dengan bijaksana dengan mengatakan kebenaran yang ada.

- Berperasaan, faktor dimana seorang pembawa acara harus dapat merasakan perasaan seseorang agar nantinya dapat berbicara dengan keinginan dan kebutuhan pemirsa.

- Tingkah laku, dimana seorang pembawa acara harus manpu berperilaku baik, terutama saat memandu acara.

- Ekspresi, yaitu bagaimana seorang pembawa acara dapat menunjukkan raut wajah sehingga memperjelas makna dari acara tersebut.

- Penyesuaian diri, yaitu bagaimana seorang pembawa acara dapat menyesuaikan dirinya dengan peserta ataupun pemirsa sehingga terjalin komunikasi yang dua arah.

- Tampilan Fisik, yaitu bagaimana seorang pembawa acara menjaga penampilan agar tetap menarik perhatian pemirsa.

- Bahasa tubuh, yakni bagaimana bahasa tubuh pembawa acara Take Me Out Indonesia.

3. Isi Acara

a. Tema Acara, yakni materi acara yang dihadirkan dalam Take Me Out Indonesia.

b. Kejelasan Pesan, yaitu mudah tidakna pesan dari tayangan tersebut untuk di pahami oleh pemirsa.

(24)

c. Teknik Penyampaian Pesan, yaitu bagaimana cara ataupun metode yang dilakukan agar pesan dapat diterima oleh pemirsa.

d. Musik Pendukung, yakni musik/lagu yang digunakan sebagai musik/ lagu pembuka, mengiringi acara serta menutup acara.

II. Komponen Persepsi Karyawan USU

1. Pengenalan, yakni pengenalan karyawan USU terhadap tayangan Take Me Out Indonesia, yang terdiri dari:

a. Frekuensi Menonton, yaitu frekuensi menoton pemirsa terhadap tayangan Take Me Out Indonesia

b. Waktu Menonton, yaitu waktu pemirsa untuk menonton tayangan Take Me Out Indonesia.

2. Perhatian, yakni proses berfikir oleh karyawan yang menuju pada penarikan kesimpulan.

- Motif Menonton, yaitu motif pemirsa untuk menonton tayangan Take Me Out Indonesia.

3. Perasaan, yakni pengakuan diri terhadap kesamaan rasa.

4. Tanggapan, yakni pandangan yang diberikan oleh masyarakat terhadap acara tayangan Take Me Out Indonesia.

III. Karakteristik Responden

1. Usia, yakni usia para responden.

2. Jenis Kelamin, yakni perempuan atau laki-laki.

3. Status, yakni belum pernah menikah, duda, atau janda. 4. Agama, yakni agama yang dianut oleh para responden.

(25)

5. Pendidikan, yakni pendidikan terakhir yang dimiliki oleh para responden. 6. Penghasilan, yakni penghasilan yang dimiliki oleh responden.

I. 10. Hipotesis

Hipotesis diturunkan dari teori. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap suatu fenomena dan atau pertanyaan yang dirumuskan setelah mengkaji suatu teori. Oleh karena itu, rumusan hipotesis harus dalam bentuk pernyataan ilmiah atau proposisi, yaitu mengandung hubungan dua variable atau lebih (Sudjana, 2000:11). Sekalipun demikian, pernyataan ilmiah yang sudah dibuat masih perlu diuji kebenarannya melalui data empiris, sebab pendapat yang terkandung dalam pernyataan tersebut masih dangkal.

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah:

0

H : tidak terdapat hubungan antara tayangan Take Me Out Indonesia dan Persepsi Karyawan Biro Rektor USU Medan.

a

H : terdapat hubungan antara tayangan Take Me Out Indonesia dan Persepsi Karyawan Biro Rektor USU Medan.

Gambar

Gambar 1  Teori S-O-R

Referensi

Dokumen terkait

Hasil sampel menunjukkan bahwa ada indikasi manajemen laba sebelum merger dan akuisisi.Selanjutnya kinerja keuangan perusahaan yang diukur dengan Current Ratio, Cash

Ketika pemilik persil baru yang mendapatkan peralihan hak kepemilikan persil dari jual beli dengan cara pelelangan tersebut bermaksud untuk mengajukan

Sebagai bagian dari minzoku shuukyoo atau agama yang berkembang dalam masyarakat tertentu, Shinto memiliki beberapa ciri khas sebagai berikut: Shizen hassei tekini seiritsushita

Tujuan penelitian ini adalah menghasilkan model pembelajaran CIRC berbantuan e- book, menguji tingkat efektivitas model pembelajaran CIRC berbantuan e-book dalam

Gershom Scholem'in kuru ve bilgece hikayeleri ve Mar­ tin Buber'in eski Hasidik masallarının stilize tercümeleri dışında, bu konuda İngilizce olarak yazılmış olan, gerçek

Kata sistem memiliki arti “kumpulan dari elemen-elemen yang menimbulkan hubungan satu dengan lainnya”. Sistem adalah suatu keseluruhan yang terdiri atas sejumlah variabel yang

Pendidikan luar sekolah sebagai sub sistem dalam sistem pendidikan nasional Indonesia harus memainkan peran ganda baik mendidik maupun mengajar dalam rangka

[r]