• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN GENDER

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN GENDER"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

41

ANALISIS KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL

CERITA MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR DAN

GENDER

Anwar Ardani*1

, Charlina Nurkhafidhoh2

1

Universitas Peradaban, JL. Raya Pagojengan Km.3 Kec. Paguyangan, Kab. Brebes Corresponding Author*:

Anwar Ardani,

Program Studi Pendidikan Sekolah Dasar, Universitas Peradaban,

Jl. Raya Pagojengan Km.3, Kec. Paguyangan, Kab. Brebes, Indonesia. Email: anwarardani3@gmail.com Contact Person: 0857-2603-5995 Informasi Artikel: Submite 19 Juni 2021 Direvisi 23 Juli 2021 Diterima 24 Juli 2021 How to Cite:

Ardani, A., & Nurkhalfidhoh, C. (2021). Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Ditinjau Dari Gaya Belajar Dan Gender. Jurnal Theorems (The Original Reasearch of Mathematics, 6(1), 2021.

ABSTRAK

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya hasil belajar siswa kelas V SDN 3 Kedungurang pada mata pelajaran matematika, salah satunya dalam pembelajaran soal cerita matematika. Permasalahan yang muncul adalah bagaimana kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika ditinjau dari gaya belajar dan gender, bagaimana kesulitan siswa laki-laki dan perempuan dalam menyelesaikan soal cerita matematika ditinjau dari gaya belajar dan gender. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita ditinjau dari gaya belajar, gender, siswa laki-laki ditinjau dari gaya belajar dan siswa perempuan ditinjau dari gaya belajar. Prosedur analisis yang digunakan adalah prosedur newman. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik angket, tes, dan wawancara dengan subjek penelitian sejumlah 11 siswa. Uji keabsahan data dilakukan dengan triangulasi teknik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertama, gaya belajar yang paling dominan yaitu gaya belajar visual sebanyak 8 siswa sedangkan gaya belajar auditorial dan kinestetik sebanyak 7 siswa, ketiga gaya belajar tersebut memiliki kesalahan sesuai dengan prosedur newman. Kedua, siswa laki-laki dan perempuan mengalami kesalahan sesuai prosedur newman yaitu memahami masalah, transformasi, proses perhitungan dan menarik kesimpulan. Ketiga, siswa laki-laki dengan gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik mengalami kesalahan memahami masalah, transformasi, proses perhitungan dan menarik kesimpulan. Keempat, siswa perempuan mengalami kesalahan memahami masalah, transformasi, proses perhitungan, dan menarik kesimpulan. Solusi yang ditawarkan untuk meminimalisir kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita adalah dengan memperbanyak latihan mengerjakan soal cerita.

Kata kunci: Kesulitan Siswa, Soal Cerita, Prosedur Newman, Gaya Belajar dan Gender.

ABSTRACT

This research is motivated by the low learning outcomes of fifth grade students at SDN 3 Kedungurang in mathematics, one of which is in learning math story problems. The problems that arise are how difficult it is for students to solve math story problems in terms of learning styles and gender, how difficult it is for male and female students to solve math story problems in terms of learning styles and gender.The purpose of this study was to determine the difficulties of students in solving a matter of story based on learning styles and gender, which covered male students in learning styles and female students in learning styles. The analytical procedure used was the Newman procedure. The type of this research was qualitative research. The data collection was

(2)

42

carried out by using questionnaires, tests, and interviews with 11 students as research subjects. The data validity test was used triangulation techniques. The results showed that first, the most dominant learning style, namely the visual learning style of 8 students, while the auditory and kinesthetic learning styles were 7 students, the three learning styles had errors according to the Newman procedure. Second, male and female students made a mistake according to the Newman procedure, namely understanding problem, transforming, calculating processes and drawing conclusions. Third, male students with visual, auditory, and kinesthetic learning styles made a mistake in understanding problems, transformations, calculation, processes and drawing conclusions. Fourth, female students made a mistake in understanding problems, transformation, calculation processes, and drawing conclusions. The solution offered to minimize students’ difficulties in solving story problems was by increasing the practice of working on story questions.

Keywords: Student difficulties, a matter of story, Newman Procedures, Learning Styles and Gender.

PENDAHULUAN

Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Undang-undang No 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 tercantum sebagai berikut: Pendidikan Nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Salah satu proses pendidikan yang harus ditingkatkan adalah proses pendidikan matematika. Matematika merupakan salah satu komponen dari serangkaian mata pelajaran yang mempunyai peranan penting dalam pendidikan (Sundayana, 2013: 2). Matematika di ajarkan di sekolah dasar karena mata pelajaran matematika dapat memberi bekal kemampuan berhitung, dan juga dapat memberi bekal kemampuan menalar. Salah satu tujuannya yaitu agar siswa memiliki kemampuan matematika yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari (Siswandi dkk, 2016: 633). Oleh karena itu, mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa denga tujuan untuk mengembangkan kemampuan berpikir siswa dan memberikan pengetahuan matematika dasar.

Namun sampai saat ini masih banyak siswa yang menganggap metematika sebagai mata pelajaran yang sulit dan membosankan. Pada umumnya guru mengajarkan matematika dengan menerangkan konsep dan operasi matematika, memberi contoh mengerjakan soal, serta meminta siswa untuk mengerjakan soal yang sejenis dengan soal yang sudah diterangkan oleh guru (Sundayana, 2013: 23). Jika permasalahan yang diberikan guru berbeda dengan contoh yang telah diberikan maka siswa akan kesulitan dalam menyelesaikan permasalahan tersebut. Salah satu kesulitan yang dialami siswa pada mata pelajaran matematika yaitu menyelesaikan soal cerita (Aminah dan kurniawati, 2018: 119). Soal cerita matematika memberikan gambaran yang nyata yaitu dalam kehidupan sehari-hari yang merupakan permasalahan kehidupan yang sebenarnya. Menyelesaikan soal cerita matematika bukan hal yang mudah karena soal cerita tidak hanya bergantung pada jawaban akhir (Nugroho, 2017: 1-2). Sebagaimana yang disebutkan oleh Muncarno (Kartikasari, 2017: 2), salah satu kesulitan dalam mengerjakan soal cerita disebabkan karena siswa kurang cermat dalam membaca dan memahami

(3)

43 kalimat demi kalimat serta mengenai apa yang diketahui dalam soal dan apa yang ditanyakan, serta bagaimana cara menyelesaikan soal secara tepat.

Kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita matematika terbukti dari hasil wawancara pendahuluan yang dilaksanakan di SDN 3 Kedungurang dengan guru kelas V menunjukkan bahwa hasil rata-rata nilai matematika masih rendah. Dari jumlah 25 siswa di kelas V, masih banyak yang mendapat nilai di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Faktor yang mempengaruhi hal tersebut menurut guru kelas V dikarenakan siswa merasa sulit dalam mengerjakan soal metematika berbentuk cerita, banyak siswa yang belum bisa memahami kalimat sehingga tidak mengetahui penyelesaian soal tersebut.

Menyelesaikan soal cerita pastinya tiap siswa memiliki karakter yang berbeda-beda. Oleh karena itu, siswa satu dengan yang lainnya mempunyai perbedaan dalam berbagai aspek, terutama proses belajar. Perbedaan tersebut bisa dilihat dari cara belajar siswa yaitu dari cara belajar siswa yang lebih suka berkelompok, ada pula yang lebih suka mengerjakan sendiri. Perbedaan-perbedaan yang disukai siswa dalam belajar sering disebut dengan gaya belajar (Widyaningrum, 2016: 170). DePorter (Pitadjeng, 2015: 23) menyatakan bahwa gaya belajar dibagi menjadi 3 yaitu gaya belajar visual, gaya belajar audivisual, dan gaya belajar kinestetik. Gaya belajar visual adalah gaya belajar yang menggunakan penglihatan sebagai modal utama dalam menyerap informasi dan mengingat informasi tersebut. Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar yang menggunakan pendengaran sebagai modal utama dalam menyerap informasi dan mengingat informasi tersebut. Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar yang menggunakan perbuatan sebagai modal utama di dalam menyerap informasi dan mengingat informasi tersebut.

Terkait dengan kemampuan siswa cara belajar yang berbeda, bisa dilihat dari siswa laki-laki ataupun perempuan. Anak laki-laki sedikit lebih baik dibandingkan perempuan dalam matematika. Dimana siswa laki-laki biasanya lebih unggul dalam penalaran sedangkan siswa perempuan lebih unggul dalam ketelitian (Siswandi, 2016: 635). Perbedaan tersebut bisa disebabkan oleh beberapa faktor, dan salah satu faktor tersebut adalah faktor gender. Perbedaan gender dalam matematika dapat menjadi indikasi adanya kesulitan yang berbeda yang dialami siswa laki-laki maupun perempuan dalam proses belajar matematika menyelesaikan soal cerita.

Adanya permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan, maka analisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita sangat perlu dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran soal cerita pada materi berikutnya. Penelitian mengenai analisis kesulitan siswa sebelumnya pernah dilakukan oleh Aminah dan Kurniawati, penelitian yang dilakukan oleh Aminah dan Kurniawati (2018) menujukkan bahwa siswa perempuan mengalami kesulitan dalam memahami konsep pecahan (menyamakan penyebut) dan tidak menuliskan kesimpulan terakhir sedangkan siswa laki-laki mengalami kesulitan dalam memahami soal sehingga kurang tepat dalam menyelesaikan hasil akhir serta menyamakan penyebut.

(4)

44 Penelitian lain juga dilakukan oleh (Widyaningrum, 2016) bahwa siswa visual dominan melakukan kesalahan interprestasi bahasa, siswa auditorial dominan melakukan kesalahan teknis, dan siswa kinestetik dominan melakukan kesalahan interprestasi bahasa dan teknis. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh (Jha, 2012) Jha (2012), Penelitian dengan subjek 100 siswa kelas empat di Assam dengan menggunakan prosedur Newman, penelitian tersebut menunjukkan bahwa kesalahan siswa lebih banyak terjadi pada keterampilan memahami soal dan keterampilan transformasi.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode deskriptif. Metode deskriptif ditunjukkan untuk menggambarkan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena yang bersifat ilmiah ataupun rekayasa manusia (Sukmandita, 2012: 72). Tujuan menggunakan metode ini adalah untuk mengetahui kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita, sehingga hasil penelitian akan lebih akurat. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 3 Kedungurang, yang terletak di Desa Kedungurang, Kecamatan Gumelar, Kabupaten Banyumas. Lokasi penelitian diambil setelah melakukan wawancara dengan guru kelas V SDN 3 Kedungurang. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Juni – Juli 2020. Dimana pelaksanaanya disesuaikan dengan ketersediaan sekolah. Penelitian ini dipilih satu kelas yaitu kelas V yang berjumlah 25 siswa dengan siswa laki-laki 17 dan siswa perempuan 8 siswa perempuan. Prosedur analisis yang digunakan adalah prosedur newman. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif.

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan angket, tes dan wawancara. Angket ini digunakan untuk mengetahui data tentang gaya belajar siswa. Tes ini bertujuan untuk mengukur sejauh mana kesulitan siswa terhadap materi pecahan yang dilihat dari jawaban siswa. Wawancara digunakan untuk mengetahui lebih dalam kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita. Instrumen bantu yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar angket, lembar tes, dan lembar wawancara. Pada lembar angket, Jumlah butir pernyataan dalam angket gaya belajar sebanyak 30 pernyataan yang terdiri dari pernyataan positif dan negatif. Pada lembar tes, jumlah butir tes terdiri dari 5 butir soa. Teknik analisis data pada penelitian ini menggunakan reduksi data, penyajian data, dan pengambilan kesimpulan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini membahas mengenai kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi pecahan. Kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita matematika dapat diduga dari kesalahan siswa dalam mengerjakan soal cerita matematika. Kesulitan yang dianalisis dalam penelitian ini didasarkan pada teori Newman yang meliputi kesalahan membaca, kesalahan memahami masalah, kesalahan transformasi, kesalahan proses perhitungan, dan kesalahan menarik kesimpulan. Hasil angket gaya belajar siswa kelas V yaitu terdapat 8 siswa yang memiliki gaya belajar visual dengan

(5)

45 persentase 36,3 %, siswa yang memiliki gaya belajar auditorial sebanyak 7 siswa dengan persentase 31,8 % dan siswa yang memiliki gaya belajar kinestetik sebanyak 7 siswa dengan persentase 31,8 %.

Gaya belajar visual adalah gaya belajar yang menggunakan penglihatan sebagai modal utama dalam menyerap informasi dan mengingat informasi tersebut (Pitadjeng, 2015: 23). Gaya belajar visual diperoleh sebanyak 8 (36,3 %) siswa. Hal ini dapat dikatakan bahwa gaya belajar yang paling dominan adalah gaya belajar visual. Siswa yang memiliki gaya belajar visual lebih senang belajar dengan menggunakan penglihatan, ciri-cirinya yaitu lebih mudah menerima apa yang dilihat daripada apa yang didengar. Berarti siswa dengan gaya belajar visual lebih menyukai pembelajaran dengan cara melihat langsung yaitu seperti lebih suka membaca daripada dibacakan dan cenderung tidak menyukai belajar dalam keadaan ribut. Gaya belajar auditorial adalah gaya belajar yang menggunakan pendengaran sebagai modal utama dalam menyerap informasi dan mengingat informasi tersebut (Pitadjeng, 2015: 23). Gaya belajar auditorial diperoleh sebanyak 7 (31,8 %). Siswa dengan gaya belajar auditorial, lebih peka terhadap pendengaranya. Mereka akan lebih mudah memahami sesuatu dengan cara mendengar baik itu melalui ceramah, diskusi dengan teman maupun mendengarkan penjelasan dari guru.

Gaya belajar kinestetik adalah gaya belajar yang menggunakan perbuatan sebagai modal utama dalam menyerap informasi dan mengingat informasi tersebut (Pitadjeng, 2015: 23). Gaya belajar kinestetik diperoleh sebanyak 7 (31,8 %). Siswa dengan gaya belajar kinestetik lebih senang belajar dengan menanggapi perhatian fisik, menyentuh orang untuk mendapatkan perhatiannya, dan banyak bergerak. Siswa dengan gaya belajar kinestetik lebih cenderung belajar dengan cara melakukan pratikum, menghafal dengan cara berjalan, dan tidak dapat duduk dalam waktu lama.

Hal ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Widyaningrum (2016: 180) menunjukkan bahwa gaya belajar yang paling dominan adalah gaya belajar visual sebanyak 13 siswa dengan rata-rata 42,13, auditorial 6 siswa dengan rata-rata 39 dan kinestetik sebanyak 4 siswa dengan rata-rata 38,93. Sedangkan menurut Pratiwi dkk (2016: 6) menujukkan bahwa gaya belajar visual sebanyak 41 dengan presentase sebesar 63,07 %, sedangkan gaya belajar auditorial sebanyak 11 dengan persentase 16,93%, dan gaya belajar kinestetik sebanyak 13 dengan persentase sebesar 20,00%.

Tipe gaya belajar yang berbeda-beda dialami oleh siswa laki-laki dan perempuan dalam menyelesaikan soal cerita materi pecahan. Hal ini didapatkan dari hasil penelitian bahwa siswa laki-laki dan perempuan mengalami kesulitan pada soal nomor 1-5 dengan kesalahan sesuai prosedur Newman. Hal ini terbukti dari hasil penelitian bahwa siswa SDN 3 Kedungurang masih mengalami kesulitan dalam mengerjakan materi pecahan berbentuk cerita yaitu tidak bisa mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal, tidak bisa menentukan operasi hitung dengan tepat, tidak bisa

(6)

46 menyelesaikan soal cerita materi pecahan secara tepat, tidak bisa menentukan kesimpulan dari soal cerita tersebut.

Hasil penelitian tersebut sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Muncarno (Kartikasari, 2017: 2) salah satu kesulitan dalam mengerjakan soal cerita disebabkan karena siswa kurang cermat dalam membaca dan memahami kalimat demi kalimat serta mengenai apa yang ditanyakan, serta bagaimana cara menyelesaikan soal secara tepat. Kesulitan terjadi karena disebabkan siswa mengalami kesalahan pada soal cerita materi pecahan. Oleh karena itu, analisis kesalahan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah analisis kesalahan berdasarkan newman. Karnasih (2015: 40) menjelaskan bahwa prosedur analisis kesalahan newman ada 5 yakni kesalahan membaca, memahami masalah, transformasi masalah, proses perhitungan dan penulisan jawaban atau menarik kesimpulan.

Penelitian ini diambil sesuai prosedurnya newman yaitu dengan mengambil kesalahan terbanyak yang dilakukan oleh siswa. Kesalahan terbanyak yang dilakukan oleh siswa SD Negeri 3 Kedungurang terjadi pada kesalahan proses perhitungan dengan total jumlah kesalahan 99. Kesalahan terbanyak selanjutnya yakni kesalahan dalam menari kesimpulan yakni sejumlah 86 kesalahan. Berikut penjelasan masing-masing kategori kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal cerita materi pecahan.

a. Kesalahan Membaca (Reading).

If the student could not read a key word or symbol that prevented him/her from proceeding further is classified as reading errors dalam artian kesalahan membaca adalah kesalahan yang dilakukan jika siswa tidak dapat membaca kata kunci atau simbol tertentu dalam soal, sehingga ia tidak dapat melanjutkan tahapan proses pengerjaan soal berikutnya (Jha, 2012: 18). Kesalahan membaca dapat diidentifikasi melalui proses wawancara subjek penelitian secara intensif. Dalam penelitian ini, kesalahan membaca terjadi sebanyak 7 kali. Hal ini dapat diketahui dari hasil wawancara dengan guru kelas V SDN 3 Kedungurang yang menyatakan bahwa kendala dalam mengerjakan soal cerita adalah siswa enggan untuk membaca. Kesalahan membaca dalam menyelesaikan soal cerita memang jarang terjadi, Hal ini terbukti dari hasil temuan penelitian pada saat wawancara dengan siswa. Seperti hasil penelitian Mulyadi dkk (2015: 376), yang menyebutkan bahwa kesalahan membaca terjadi sebanyak 2,49% pada siswa berkemampuan spesial rendah, selain itu penelitian yang dilakukan oleh Rammawati dan Permata (2018:177) menyatakan bahwa kesalahan membaca terbilang rendah yakni 23, 33%.

Meskipun pada penelitian ini terdapat kesalahan membaca sebanyak 7 kali kesalahan yang dilakukan oleh siswa, namun diberikan solusi yang bisa digunakan untuk menghindari kesalahan membaca. Diantaranya adalah guru hendaknya meminta peserta didik untuk berhati-hati dalam membaca soal dan perlu membaca ulang soal agar tidak ada informasi yang nantinya dibutuhkan yang

(7)

47 akan terlewati oleh siswa. Selain itu siswa juga diharapkan memiliki pengetahuan tentang penyebutan arti dari simbol-simbol matematika.

b. Kesalahan Memahami Masalah (Comprehension)

The student read all the words in the question correctly but had not understood the overall meaning and thus unable to proceed further dalam artian kesalahan memahami masalah adalah jenis kesalahan yang dilakukan siswa jika ia dapat membaca soal dengan baik, tetapi tidak memahami hal yang dimaksud dalam soal (Jha, 2012: 18). Dalam penelitian ini, jumlah kesalahan memahami masalah yang dilakukan siswa sebanyak 59 kesalahan.

Kesalahan memahami masalah disebabkan karena siswa tidak bisa menangkap informasi dengan baik yaitu tidak bisa mengetahui apa yang diketahui dan ditanyakan dalam soal. Hal tersebut sesuai dengan penelitian Mulyadi dkk (2015: 374) pada siswa berkemampuan tinggi yaitu kesalahan terjadi karena subjek tidak mengetahui apa yang diketahui, salah dalam menuliskan yang diketahui dan yang ditanyakan sedangkan pada siswa berkemampuan sedang terjadi karena tidak lengkap dalam menuliskan yang diketahui, tidak jelas dalam menentukan yang ditanyakan dan tidak lengkap dalam menuliskan yang ditanyakan (Mulyadi dkk, 2015: 376). Solusi yang bisa digunakan untuk meminimalkan dan menghindari kesalahan yang dilakukan subjek penelitian dalam memahami masalah adalah guru hendaknya lebih sering dalam memberikan soal-soal pemecahan masalah yang membutuhkan penafsiran kebahasaan agar siswa terbiasa dengan kondisi tersebut. Selain itu siswa juga hendaknya lebih berhati-hati ketika membaca soal sehingga dapat memutuskan dengan tepat masalah yang harus diselesaikan. Siswa juga hendaknya rajin berlatih mengerjakan soal-soal yang diberikan oleh guru.

c. Kesalahan Transformasi Masalah (Transformation)

The student unable to identify the operation, or series of operations dalam artian siswa tidak dapat mengidentifikasi operasi atau prosedur matematika yang tepat (Jha, 2012: 18). Kesalahan transformasi masalah dalam penelitian ini terjadi sebanyak 64 kesalahan yang dilakukan oleh siswa SDN 3 Kedungurang. Kesalahan siswa tersebut terjadi dengan indikator siswa tidak dapat menentukan operasi hitung dengan benar meskipun sudah memahami seluruh informasi yang ada dalam soal dengan baik.

Kesalahan penentuan operasi hitung sangat berpengaruh terhadap kesalahan hasil akhir, karena meskipun siswa mengetahui cara menghitung dengan benar, tetapi jika operasi yang digunakan salah, maka hasilnya akan tetap salah. Kesalahan jenis transformasi ini, dalam penelitian Khaidir dan Rahmi (2016: 107) termasuk dalam kategori sangat tinggi yaitu sebanyak 66,67%. Selain itu, dalam penelitian Mulyadi dkk (2015: 374) kesalahan transformasi ini terjadi sebanyak 27,91% pada siswa berkemampuan spasial tinggi. Kedua hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kesalahan transformasi dalam penyelesaian soal cerita masih sering dilakukan oleh siswa.

(8)

48 Solusi yang bisa digunakan untuk meminimalkan dan menghindari kesalahan yang dilakukan subjek penelitian pada langkah transformasi masalah adalah guru hendaknya memastikan kembali bahwa siswa benar-benar sudah memahami masalah yang harus diselesaikan. Jika masalah yag dipahami benar, kemungkinan pendekatan yang akan mereka gunakan juga benar. Sedangkan solusi untuk menghindari kesalahan transformasi adalah saat proses pembelajaran guru hendaknya memastikan bahwa siswa memahami materi dan rumus-rumus atau operasi hitung yang akan digunakan untuk menyelesaikan soal. Selain itu siswa juga hendaknya benar-benar memperhatikan guru ketika proses pembelajaran berlangsung dan mencatat hal-hal yang penting yang disampaikan guru.

d. Kesalahan Proses Perhitungan (Process Skill)

The student was able to identify the appropriate operation, or series of operations, but did not know the necessary measures to carry out these operations perfectly dalam artian jika siswa telah mampu mengidentifikasi operasi atau urutan operasi yang sesuai tetapi tidak mengetahui prosedur yang diperlukan untuk melaksanakan operasi secara akurat (Jha, 2012: 18). Dalam penelitian ini, kesalahan proses perhitungan termasuk kesalahan terbanyak yaitu sebanyak 99 kali kesalahan yang dilakukan oleh 22 siswa dari soal nomor 1-5. Kesalahan proses perhitungan terjadi karena siswa tidak dapat menentukan penyebut pecahan dengan benar, tidak bisa melakukan proses perhitungan dengan baik, hasil jawaban langsung dengan hasil akhir tanpa diketahui caranya seperti apa, bisa melakukan proses perhitungan baik yaitu bisa menentukan penyebut dan pembilang tetapi dengan hasil akhir salah.

Kesalahan jenis ini termasuk jenis kesalahan dengan kategori tinggi dikarenakan masih banyak siswa yang tidak bisa menyelesaikan proses perhitungan dari soal nomor 1-5. Hal ini terbukti dalam penelitiannya khaidir dan rahmi (2016: 107) menyatakan bahwa kesalahan proses perhitungan dikategorikan sangat tinggi dengan rata-rata persentase yaitu 68,52%. Selain itu, dalam penelitiannya (Mulyadi, 2015: 374) menyatakan bahwa kesalahan jenis ini dikategorikan memiliki spasial tinggi yaitu 25,58%. Kedua hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kesalahan proses perhitungan dalam penyelesaian soal cerita masih sering dilakukan oleh siswa.

Solusi yang bisa digunakan yaitu guru hendaknya memastikan bahwa siswa sudah tuntas pada materi pecahan. Karena kesalahan proses perhitungan sangat erat kaitannya dengan peserta didik. Selain itu peserta didik juga hendaknya sering melatih kemampuannya pada materi pecahan dengan sering mengerjakan soal.

e. Kesalahan Menarik Kesimpulan (Encoding)

The student worked out the solution to a problem, but could not express the solution to a problem, but could not express the solution in an acceptable written form dalam artian Jika siswa tidak bisa menyatakan solusi sebuah masalah dalam bentuk tertulis (Jha, 2012: 18). Dalam penelitian ini, jenis

(9)

49 kesalahan menuliskan jawaban akhir merupakan jenis kesalahan terbanyak yang dilakukan oleh siswa, yakni sebanyak 86 kali siswa mengalami kesalahan pada menarik kesimpulan. Hal ini terjadi karena siswa belum bisa mengetahui kesimpulan dari soal cerita dengan baik.

Hasil penelitian Khaidir dan Rahmi (2016: 107) menyatakan bahwa kesalahan siswa dalam penulisan jawaban terjadi sebanyak 70, 37% dengan kategori sangat tinggi kemudian penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dan Permata (2018: 181) menunjukkan bahwa persentase kesalahan penulisa jawaban akhir (encoding) termasuk tergolong tinggi yaitu sebesar 66,67%. Solusi untuk menghindari pada kesalahan menarik kesimpulan adalah guru hendaknya meminta siswa untuk mengecek kembali lembar pekerjaannya sebelum dikumpulkan.

KESIMPULAN

Berdasarkan penelitian mengenai kesulitan dalam menyelesaikan soal cerita matematika materi pecahan yang dilakukan pada siswa SD Negeri 3 Kedungurang, dapat disimpulkan beberapa hal berikut: (1) Gaya belajar yang paling dominan yaitu gaya belajar visual yakni 8 siswa, sedangkan gaya belajar auditorial dan kinestetik sebanyak 7 siswa. Gaya belajar visual S14 mengalami kesalahan reading, comprehension, transformation, process skill dan encoding. Gaya belajar auditorial S2 mengalami kesalahan comprehension, transformation, process skill dan encoding. Sedangkan gaya belajar kinestetik S19 mengalami kesalahan transformation, process skill dan encoding. (2) Hasil gender laki-laki dan perempuan memilki kesalahan sesuai prosedur Newman yaitu kesalahan memahami masalah (Comprehension), kesalahan transformasi masalah (Transformation), kesalahan proses perhitungan (Process Skill) dan kesalahan menarik kesimpulan (encoding). (3) Kesulitan yang dialami oleh siswa laki-laki gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik mengalami kesalahan terbanyak sesuai dengan prosedur newman yaitu memahami masalah, transformasi masalah, proses perhitungan dan menarik kesimpulan. (4) Kesulitan yang dialami oleh siswa perempuan gaya belajar visual, auditorial dan kinestetik mengalami kesalahan terbanyak sesuai dengan prosedur newman yaitu memahami masalah, transformasi masalah, proses perhitungan dan menarik kesimpulan.

SARAN

Adanya permasalahan-permasalahan yang telah diuraikan, maka diharaphkan analisis kesulitan siswa dalam menyelesaikan soal cerita sangat perlu dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran soal cerita pada materi berikutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Aminah dan Kurniawati. 2018. “Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Topik Pecahan Ditinjau dari Gender”. Mataram: Jurnal Teori dan Aplikasi Matematika, Vol.2 No.2 p-ISSN 2597-7512.

(10)

50 Jha, Shio Kumar. 2012. Mathematics Performance of Primary School Students in Assam (India): An Analysis Using Newman Procedure. International Journal of Computer Applications in Engineering Sciences Volume II, Issue 1 Maret 2012. Page 17-21.

Karnasih, Ida. 2015. “Analisis Kesalahan Newman pada Soal Cerita Matematis (Newman’s Errors Analysis in Mathematical Word Problems)”. Jurnal Paradikma, Vol. 8, Nomer 1, Hal 37-51. Kartikasari, Respina. 2017. Analisis Kesulitan Siswa dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika

pada Siswa SMP. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Khaidir dan Rahmi. 2016. Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Kelas X.2 SMAN 1 Salimpung Berdasarkan Metode Kesalahan Newman. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Batusangkar.

Mulyadi, dkk. 2015. Analisis Kesalahan Dalam Menyelesaikan Soal Cerita pada Materi Luas Permukaan Bangun Ruang Berdasarkan Newman’s Error Analisysis (NEA) Ditinjau Dari Kemampuan Spasial. Journal Elektronik Pembelajaran Matematika, Vol. 3, No.4, hal 373-376.

Nugroho, Reza Aji. 2017. Analisis Kesulitan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal cerita Pada Materi Pecahan Ditinjau Dari Pemecahan Masalah Polya. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Pitadjeng. (2015). Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Partiwi, Arini, Widiana. (2016). Analisis Gaya Belajar Bahasa Indonesia Terhadap Hasil Belajar Siswa di SD Gugus VI Kecamatan Buleleng. Journal PGSD Universitas Pendidikan Ganesha. Vol: 4 No: 1 Tahun: 2016.

Rahmawati dan Permata. 2018. Analisis Kesalahan Siswa Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Program Linear Dengan Prosedur Newman. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika. Vol.5, No, hal 177-181.

Siswandi, dkk. “Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Kontekstual pada Materi Segiempat Berdasarkan Analisis Newman Ditinjau dari Perbedaan Gender”. Jurnal Elektronik Pembelajaran Matematika. Vol. 4, No.7 September 2016.

Sukmandita, Nana Syaodih. (2012). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya. Sundayana, Rostina. (2013). Media Pembelajaran Matematika (untuk guru, calon guru, orang tua, dan

para pecinta matematika). Bandung: Alfabeta.

Widyaningrum, Amalia Zulvia. (2016). Analisis Kesulitan Siswa dalam Mengerjakan Soal Cerita Matematika Materi Aritmatika Sosial Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Kelas VII SMP Negeri 5 Metro. Lampung: Iqra’, Vol.1, No.2, ISSN: 2527-4449)

Referensi

Dokumen terkait

namun pada Siklus II pertemuan II jumlah kriteria yang didapai oleh siswa adalah 21 dengan persentase 87,5% dengan kategori Sangat Baik, dengan penjelasan diatas dapat disimpulkan

tanggapan masyarakat dusun Bandungan terhadap kesenian Jepin, banyak masyarakat yang mendukung tetapi ada juga masyarakat yang tidak terlalu mendukung kesenian

Lebih lanjut, dari hasil penelitian dan analisis hasil tersebut maka dapat diberikan masukan saran berupa: Pertama, untuk masyarakat petani padi di Kecamatan

Hasil desain merupakan perubahan desain pada fasad Hi- Tech Mall bagian barat dan timur menggunakan kolaborasi teknolgi fasad; double skin facade, pre-cast , fasad

mL aquades disinari UV dapat meningkatkan penurunan konsentrasi methylene blue lebih besar, penambahan katalis meningkatkan degradasi lebih besar dari penambahan

Dinamika Sosial Ekonomi Volume 6 Nomor 1 Edisi Mei 2010 16 angsuran disesuaikan dengan siklus pendapatan masyarakat; (2) pembentukan organisasi atau kelompok nelayan

Berdasarkan situasi dan kondisi perkuliahan, permasalahan yang dihadapi dunia pendidikan khususnya bidang penelitian, kekurang mampuan meneliti oleh insan peneliti

Penyandang tuna daksa cenderung merasa diri mereka berbeda, tidak dapat berhubungan baik dalam lingkungan masyarakat, menyesali kecacatan yang dialaminya dan belum mampu