• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN HASIL PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN HASIL PENELITIAN"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

Unggul dalam IPTEK Kokoh dalam IMTAQ

LAPORAN HASIL PENELITIAN

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

MOTIVASI KUN JUNGAN RAWAT JALAN PASIEN ANGGOTA TNI AL

DAN KELUARGANYA DI RUMAH SAKIT TNI AL DR. MINTOHARDJO

TAHUN 2012

DISUSUN OLEH :

RINA ALRIANTI KUSUMAWATI

2010727189

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

2012

(2)

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

Penelitian, Juli 2012 Rina Alrianti Kusumawati

ANALISIS FAKTOR FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN MOTIVASI KUNJUNGAN RAWAT JALAN PASIEN ANGGOTA TNI AL DAN

KELUARGANYA DI RUMAH SAKIT TNI AL DR. MINTOHARDJO TAHUN 2012 VII BAB + 103 Halaman + 3 Tabel + 3 Lampiran

ABSTRAK

Motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan motivasi kunjungan rawat jalan pasien anggota TNI AL dan keluarganya di Rumkital Dr. Mintohardjo. Desain penelitian yang digunakan deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Sampel berjumlah 97 responden. Analisa dilakukan bertahap yaitu analisa univariat dengan menggunakan distribusi frekwensi dan analisa bivariat untuk mengetahui hubungan variabel independent dan variabel dependent . Berdasarkan hasil uji chi square. diperoleh hasil adanya hubungan umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, pangkat, penghasilan, sikap, fasilitas, keterjangkauan fasilitas, perilaku petugas, prosedur berobat dengan motivasi kunjungan rawat jalan pasien anggota TNI AL dan keluarganya di Rumkital Dr. Mintohardjo dengan P value = 0,005 dengan α = 0,05 sehingga P < 0,05 maka H0 ditolak. Disarankan agar rumah sakit meningkatkan mutu pelayanan di unit rawat jalan sehingga kunjungan pasien anggota TNI AL dan Keluarganya dapat meningkat.

Daftar Pustaka: 23 (2003 - 2012)

(3)
(4)
(5)

KATA PENGANTAR

Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakatuh

Alhamdulillah, puji syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir Riset Keperawatan yang berjudul “Analisis faktor faktor yang berhubungan dengan motivasi kunjungan rawat jalan pasien anggota TNI AL dan keluarganya di Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo tahun 2012”. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat manusia dari Zaman kegelapan ke zaman terang benderang seperti saat ini.

Selama penyusunan penelitian ini, saya tidak lepas dari berbagai hambatan dan kesulitan, namun berkat bimbingan dan bantuan semua pihak, akhirnya saya dapat menyelesaikannya. Untuk itu perkenankanlah saya mengucapkan banyak terima kasih terutama kepada:

1. Kepada Kepala Rumah Sakit TNI AL Dr. Mintohardjo Laksamana Pertama TNI Dr. Adi Riyono, Sp.KL. Yang sudah memberikan support dan semoga Allah membalas kebaikan beliau.

2. Kepada Kepala Departemen Keperawatan RSAL Dr. Mintohardjo Letkol Laut (K/W) Sri Utari BSc. Yang sudah memberikan support dan semoga Allah membalas kebaikan beliau.

(6)

3. Bapak Syamsul Anwar, M.Kep, Sp.Kom selaku pembimbing Riset Keperawatan Komunita yang penuh dengan kesabaran dan telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan pengarahan dan bimbingan kepada saya.

4. Bapak Muhammad Hadi, SKM., M. Kep. selaku ketua Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Dan Kesehatan Universitas Muhammadiyah Jakarta dan pembimbing Metodologi Riset yang telah banyak memberikan bimbingannya kepada saya.

5. Bapak Rohman Azzam, S. Kp. M. Kep, Sp. KMB., selaku wali dosen angkatan 2010 yang telah banyak memberikan bimbingannya.

6. Kepada Suamiku tercinta Gentio Harsono, ST, MSi dan putra putriku tersayang Mochammad Rafif Rabbani, dan Nishrina Tuffahati Harsono Putri. Mama persembahkan skripsi ini untuk kalian. Terima kasih untuk semua yang telah kalian berikan untuk mama selama ini, atas seluruh doa, support, serta cinta yang begitu besar.

7. Kepada kedua orang tua yang tidak pernah berhenti memberikan semangat dan doanya, semoga Allah SWT selalu memberi lindungan kepadanya.

8. Seluruh teman-teman PSIK angkatan 2010 yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah memberikan dukungan dan rasa kebersamaan seperti keluarga sendiri.

Dengan segenap kerendahan dan keterbatasan diri yang dimiliki, saya menyadari bahwa ini jauh dari kesempurnaan karena saya adalah tempatnya bersalah dan hanya Allah S.W.T-Lah tempat kebenaran.

(7)

Besar harapan saya semoga hasil penelitian ini bermanfaat untuk diri saya sendiri maupun bagi orang banyak.

Wassalamu’ alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Jakarta, Juli 2012

(8)

Halaman JUDUL PENELITIAN ABSTRAK LEMBAR PERSETUJUAN LEMBAR PENGESAHAN KATA PENGANTAR DAFTAR ISI BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1 B. Masalah Penelitian ... 6 C. Pertanyaan Penelitian ... 7 D. Tujuan Penelitian ... 7 E. Manfaat Penelitian ... 9

BAB II TINJAUAN TEORITIS A. Pelayanan Rawat Jalan ... 11

B. Prilaku ... 15

C. Prilaku Kesehatan ... 18

D. Determinasi Perilaku ... 21

(9)

G. Kerangka Teori ... 52

BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL A. Kerangka Konsep ... 53

B. Hipotesis Penelitian ... 54

C. Definisi Operasional ... 55

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 58

B. Tempat Penelitian ... 58

C. Waktu Penelitian ... 58

D. Kriteria Responden ... 59

E. Penentuan Besar Sampel ... 59

F. Metode Pengumpulan Data ... 60

G. Pengolahan dan Analisis Data ... 61

H. Analisis Data ... 62

BAB V HASIL PENELITIAN 1. Analisis Univariat ... 64

(10)

A. Analisa Univariat ... 80 B. Analisa Bivariat ... 86

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 99 B. Saran ... 102

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN Lampiran I : Lembar Persetujuan Peneliti

Lampiran II : Lembar Persetujuan Menjadi Responden Lampiran III : Lembar kuesioner

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Rumah sakit yang merupakan salah satu sektor penyedia jasa di bidang kesehatan terus mengalami kemajuan dan perubahan. Dengan terus meningkatnya jumlah rumah sakit saat ini, meningkatnya arus informasi, tingkat pendidikan dan tingkat kesejahteraan masyarakat, pasein sebagai konsumen rumah sakit dapat memilih dan membandingkan rumah sakit mana yang dapat memberikan layanan kesehatan yang memuaskan. Kendali pasarpun saat ini telah bergeser dari tangan produsen kepada pelanggan (consumer oriented). Sehingga di tuntut perubahan orientasi dokter ke orientasi pelanggan dengan peningkatan yang berkualitas, cepat, dan menyenangkan. (Aditama, 2002 dalam Barandini, 2004).

Pelayanan di rumah sakit terbagi atas 3 kelompok besar, yaitu pelayanan rawat jalan, pelayanan rawat inap, dan pelayanan penunjang. Pelayanan rawat jalan adalah pelayanan terdepan yang menampilkan citra rumah sakit, di bagian ini citra rumah sakit mulai terbentuk pada diri pelanggan. Pada kunjungan di rawat jalan dapat menentukan pemakaian pelayanan di rawat inap dan pelayanan penunjang.

(12)

Menurut AHC (America Health Consultant, 1999), telah terjadi kenaikan sebesar 18% jumlah pelayanan rawat jalan per 1000 penduduk di seluruh rumah sakit di Amerika pada tahun 1997 dibandingkan tahun 1993. Hal ini disebabkan adanya perkembangan yang pesat dari teknologi kedokteran, perkembangan perusahaan asuransi dan perilaku masyarakat yang cenderung lebih menyukai pelayanan rawat jalan dan mendorong perkembangan jumlah pasien rawat jalan dibanding rawat inap.

Derajat kesehatan individu, kelompok atau masyarakat dipengaruhi oleh 4 faktor utama yakni lingkungan (fisik, sosial, budaya, dan ekonomi), perilaku, pelayanan kesehatan, dan keturunan. (H.L. Blum, 1974). Perilaku sebagai salah satu determinan kesehatan adalah bentuk respon seseorang terhadap stimulus. Sedangkan prilaku kesehatan adalah bentuk respon seseorang terhadap stimulus yang berupa : sakit dan penyakit, makanan dan minuman, lingkungan dan juga pelayanan kesehatan. Dalam praktik kesehatan masyarakat yakni berbagai upaya atau program kesehatan (termasuk lingkungan dan pelayanan kesehatan) selalu bersinggungan dengan prilaku. Upaya-upaya pemberantasan penyakit menular, tidak menular, perbaikan gizi, dan pelayanan kesehatan tanpa mempertimbangkan aspek perilaku, niscaya dapat berhasil dengan baik. Hal ini disebabkan karena semua masalah kesehatan selalu mempunyai aspek perilaku sebagai faktor resiko.

(13)

Rumah Sakit TNI AL ( Rumkital ) Dr Mintohardjo adalah rumah sakit Tingkat II di lingkungan Departemen Pertahanan dan TNI yang mempunyai tugas pokok menyelenggarakan pembinaan kesehatan bagi prajurit TNI AL dan Pegawai Negeri Sipil Angkatan Laut yang masih berdinas aktif beserta keluarganya dan sebagai prasarana sosial juga dapat memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat umum yang membutuhkan seiring dengan pelaksanaan tugas pokoknya. (Dep Hankam, 2001 dan Juklak KASAL,2003).

Untuk mencapai tugas pokok tersebut maka di buat langkah-langkah untuk menyusun rencana strategis pengembangan mutu pelayanan kesehatan yang terdiri dari visi, dan misi. Visi dari Rumkital Dr Mintoharjo adalah: ”Menjadi rumah sakit rujukan TNI AL Wilayah Barat yang bermutu, dicintai anggota, keluarga, dan masyarakat”. Sedangkan misinya adalah: 1) membina dan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, 2) memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu dan 3) memberikan dukungan kesehatan.

Berdasarkan data pada jumlah kunjungan pasien rawat jalan di Rumkital Dr Mintohardjo sepanjang periode tahun 2009-2011 terjadi kenaikan dari 99.538 orang pada tahun 2009 menjadi 99.869 orang pada tahun 2010 dan 100.740 orang pada tahun 2011. Dengan demikian telah terjadi peningkatan 0.3% pada tahun 2010 di banding tahun 2009 dan 0,9 % pada tahun 2011 dibanding tahun 2010. Namun bila data ini di perinci lebih detail dari status /tipe pasien, akan terlihat bahwa kenaikan kunjungan yang kontinue hanya berlaku pada pasien ASKES,

(14)

sedangkan dari pasien anggota Angkatan Laut beserta keluarganya, pasien anggota KEMHAN (Kementrian Pertahanan, masuk dalam kelompok ini adalah TNI AD, TNI AU,dan keluarganya), dan pasien umum mengalami penurunan yang sangat berarti. Pada kunjungan pasien anggota TNI AL beserta keluarganya di peroleh data , pada tahun 2009 berjumlah 79.618 orang, tahun 2010 berjumlah 78.946 orang, dan pada tahun 2011 berjumlah 75.702 orang. Terjadi penurunan 0,8% pada tahun 2009 dibanding tahun 2010 dan penurunan 4,1% pada tahun 2010 dibanding tahun 2011. Kunjungan pasien KEMHAN di dapat data pada tahun 2009 jumlah kunjungan 330 orang, tahun 2010 jumlah kunjungan 251 orang, dan tahun 2011 jumlah kunjungan 252 orang. Terjadi penurunan jumlah kunjungan anggota KEMHAN 23% pada tahun 2010 dibanding tahun 2009, namun pada tahun 2011 terjadi peningkatan 0,4% disbanding tahun 2010.

Sedang jumlah kunjungan pada pasien umum , didapat data pada tahun 2009 berjumlah 19.240 orang, pada tahun 2010 berjumlah 19.572 orang, dan pada tahun 2011 berjumlah 18.640 orang. Terjadi peningkatan pada pasien umum pada tahun 2010 sebesar 1,7% disbanding tahun 2009, namun pada tahun 2011 terjadi penurunan sebesar 4,8% disbanding tahun 2010. Penurunan jumlah kunjungan pasien dari anggota TNI AL dan keluarganya serta pasien umum merupakan suatu masalah yang perlu di kaji dan di cari cara penyelesaiannya. Sedangkan pada pasien ASKES terjadi peningkatan jumlah kunjungan yaitu pada tahun 2009 berjumlah 99.538 orang, tahun 2010 berjumlah 99.869 orang dan pada tahun 2011

(15)

berjumlah 100.740 orang. Terjadi peningkatan 0,3% pada tahun 2010 dibanding tahun 2009 dan peningkatan 0,9% pada tahun 2011 dibanding tahun 2010. Peningkatan kunjungan pasien ASKES yang sangat tinggi pada tahun 2011 dibanding pada tahun-tahun sebelumnya terjadi dikarenakan limpahan pasien dari rumah sakit lain yang berada di kawasan Jakarta Pusat yang tidak lagi bekerjasama dengan PT ASKES.

Berbagai permasalahan ketidakpuasan atas pelayanan di Rumkital Dr. Mintohardjo yang berkaitan dengan menurunnya kunjungan pasien anggota TNI AL dan keluarganya di Unit Rawat Jalan masih menjadi persoalan pelik yang hingga saat ini belum terselesaikan. Kasus-kasus seperti pasien kecewa karena menunggu dokter terlalu lama, dokter yang ditunggu tidak datang, antrian pasien yang panjang, petugas yang tidak ramah, pasien anggota militer dan keluarganya yang merasa di nomorduakan, berkas status medis yang sampai ke poliklinik yang terlalu lama hingga fasilitas yang kurang memadai menjadi pemandangan sehari-hari. Umumnya keluhan ketidakpuasan pasien ini tidak hanya disampaikan secara lisan kepada petugas yang saat itu sedang melayani namun juga secara tertulis yang ditujukan ke bagian Customer Service yang telah disediakan oleh pihak rumah sakit.

Berdasarkan data dan permasalahan di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan motivasi kunjungan pasien di unit rawat jalan di Rumkital Dr Mintohardjo, khususnya pada pasien anggota TNI AL dan

(16)

keluarganya melalui survei kepada pelanggan yang lebih ditujukan pada prilaku kesehatan dalam hal ini perilaku untuk berobat ke Rumkital Dr. Mintohardjo, di mana hasil yang di dapatkan untuk kemudian di tindak lanjuti dengan perbaikan dan peningkatan pelayanan. Penulis hanya membatasi pada pasien anggota TNI AL dan keluarganya karena terjadi penurunan yang kontinyu pada pasien anggota TNI AL dan keluarganya dari tahun ke tahun dengan persentase yang sangat meningkat, selain itu karena ini merupakan tugas pokok yang utama dari didirikannya Rumkital Dr Mintohardjo.

B. Masalah Penelitian

Berdasarkan data dari jumlah kunjungan pasien rawat jalan khususnya pasein anggota TNI AL dan keluarganya dari tahun 2009-2011 terjadi penurunan jumlah kunjungan yang sifatnya continue dengan persentasi yang bermakna. Penurunan ini dapat memberikan dua makna baik secara positif atau negative. Makna positif adalah telah berjalannya secara optimal fungsi dari Balai Pengobatan TNI AL dan Satuan Kesehatan di setiap Kotama, sehingga sudah ada penyaringan pasien yang akan berobat di Rumkital Dr Mintohardjo. Adapun makna negatifnya adalah berkurangnya keinginan anggota TNI AL dan keluarganya untuk berobat pada pelayanan kesehatan di Rumkital Dr. Mintoharjo . Pasien anggota lebih senang berobat ke rumah sakit lain walaupun harus mengeluarkan biaya. Pertanyaan penelitiannya adalah: “Faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan motivasi

(17)

kunjungan rawat jalan pasien anggota TNI AL dan keluarganya di Rumkital Dr Mintohardjo?”.

C. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana hubungan predisposing factors dengan motivasi kunjungan rawat jalan pasien anggota TNI AL dan keluarganya di Rumkital Dr Mintohardjo. 2. Bagaimana hubungan enabling factors dengan motivasi kunjungan rawat

jalan pasien anggota TNI AL dan keluarganya di Rumkital Dr Mintohardjo. 3. Bagaimana hubungan reinforcing factors dengan motivasi kunjungan rawat

jalan pasien anggota TNI AL dan keluarganya di Rumkital Dr Mintohardjo.

D. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui faktor faktor yang berhubungan dengan motivasi kunjungan pasien anggota TNI AL dan keluarganya di unit rawat jalan Rumkital Dr. Mintohardjo.

2. Tujuan Khusus

a) Diketahuinya gambaran deskripsi karakteristik umur,jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, pangkat, tingkat penghasilan, dan sikap ( Predisposing factors ) pada pasien anggota TNI AL dan keluarganya yang berobat di Unit Rawat Jalan Rumkital Dr. Mintohardjo.

b) Diketahuinya gambaran deskripsi karakteristik fasilitas dan keterjangkauan fasilitas ( Enabling Factors ) pada pasien anggota

(18)

TNI AL dan keluarganya yang berobat di Unit Rawat Jalan Rumkital Dr. Mintohardjo.

c) Diketahuinya gambaran deskripsi karakteristik perilaku petugas dan prosedur berobat ( reinforcing Factors ) pada pasien anggota TNI AL dan keluarganya yang berobat di Unit Rawat Jalan Rumkital Dr. Mintohardjo.

d) Diketahuinya hubungan karakterikstik umur dengan minat kunjungan rawat jalan pasien anggota TNI AL dan keluarganya di Rumkital Dr Mintohardjo.

e) Diketahuinya hubungan jenis kelamin dengan minat kunjungan rawat jalan pasien anggota TNI AL dan keluarganya di Rumkital Dr Mintohardjo.

f) Diketahuinya hubungan tingkat pendidikan dengan minat kunjungan rawat jalan pasien anggota TNI AL dan keluarganya di Rumkital Dr Mintohardjo.

g) Diketahuinya hubungan pekerjaan dengan minat kunjungan rawat jalan pasien anggota TNI AL dan keluarganya di Rumkital Dr Mintohardjo. h) Diketahuinya hubungan karakteristik pangkat dengan minat kunjungan

rawat jalan pasien anggota TNI AL dan keluarganya di Rumkital Dr Mintohardjo.

(19)

i) Diketahuinya hubungan tingkat penghasilan dengan minat kunjungan rawat jalan pasien anggota TNI AL dan keluarganya di Rumkital Dr Mintohardjo.

j) Diketahuinya hubungan sikap dengan minat kunjungan rawat jalan pasien anggota TNI AL dan keluarganya di Rumkital Dr Mintohardjo. k) Diketahuinya hubungan fasilitas dan keterjangkauan (enabling factors)

dengan minat kunjungan rawat jalan pasien anggota TNI AL dan keluarganya di Rumkital Dr Mintohardjo.

l) Diketahuinya hubungan prilaku petugas kesehatan, prosedur berobat (reinforcing factors) dengan minat kunjungan rawat jalan pasien anggota TNI AL dan keluarganya di Rumkital Dr Mintohardjo.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat secara aplikatif a) Rumah Sakit

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi manajemen untuk melaksanakan perbaikan di unit rawat jalan terutama yang terkait dengan fasilitas dalam rangka meningkatkan kunjungan pasien anggota TNI AL dan keluarganya di Unit Rawat Jalan.

(20)

b) Klien

Diharapkan dengan penelitian ini dapat mengetahui motivasi pasien anggota TNI AL dan keluarganya dalam menerima pelayanan di unit rawat jalan Rumkital Dr. Mintohardjo.

2. Manfaat secara metodologi a) Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu acuan bagi penulis dalam melaksanakan tugas sehari-hari di unit rawat jalan sehingga kunjungan pasien anggota TNI AL dan keluarganya dapat meningkat dan dengan penelitian ini penulis juga dapat memperoleh pengalaman-pengalaman yang terkait oleh kendala-kendala selama dalam penelitian

b) Penelitian lebih lanjut

Hasil penelitian ini dapat mejadi bahan acuan bagi penelitian selanjutnya terutama terhadap penentuan variabel-variabel yang akan diteliti.

(21)

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelayanan Rawat Jalan

Pelayanan rawat jalan (ambulatory service) adalah salah satu bentuk dari pelayanan kedokteran. Secara sederhana yang dimaksud dengan pelayanan rawat jalan adalah pelayanan kedokteran yang disediakan untuk pasien tidak dalam bentuk rawat inap (hospitalization) (Feste, 1989). Pelayanan rawat jalan merupakan salah satu unit kerja di rumah sakit yang melayani pasien yang berobat jalan dan tidak lebih dari 24 jam pelayanan, termasuk seluruh prosedur diagnostic dan teraupetik.(Berdi, 2006)

Rawat jalan merupakan bagian terbesar dari pelayanan kesehatan di Rumah Sakit. Dibandingkan dengan pelayanan rawat inap, pelayanan rawat jalan ini tampak berkembang lebih pesat. (Roemer 1981) mencatat bahwa peningkatan angka utilisasi pelayanan rawat jalan di Rumah Sakit misalnya, adalah dua sampai tiga kali lebih tinggi dari peningkatan angka utilisasi rawat inap. Hal yang sama juga ditemukan pada jumlah sarana pelayanannya.

1. Banyak faktor yang berperan sebagai penyebab makin berkembangnya pelayanan dan sarana pelayanan berobat jalan ini. Paling tidak dapat dibedakan

(22)

atas lima macam yakni (Cambridge Research Institute, 1976; Avery dan Imdieke, 1984; Feste ,1989):

a. Sarana dan prasarana yang diperlukan untuk menyelenggarakan pelayanan rawat jalan relatif lebih sederhana dan murah.

b. Kebijakan pemerintah untuk mengendalikan biaya kesehatan mendorong dikembangkannya berbagi sarana pelayanan rawat jalan. Di Amerika Serikat sarana pelayanan rawat jalan yang dimaksud antara lain Health Maintenance Organization (HMOs) serta Prefered Provider Organization (PPOs).

c. Tingkat kesadaran kesehatan penduduk yang makin meningkat, yang tidak lagi membutuhkan pelayanan untuk mengobatai saja, tetapi juga untuk memelihara atau meningkatkan kesehatan yang umumnya dapat dilayani oleh sarana pelayanan rawat jalan saja.

d. Kemajuan ilmu dan tekhnologi kedokteran yang telah dapat melakukan berbagai tindakan kedokteran yang dulunya memerlukan pelayanan rawat inap, tetapi pada saat ini cukup di layani dengan pelayanan rawat jalan saja. e. Utilisasi Rumah Sakit yang makin terbatas dan karenanya untuk

meningkatkan pendapatan, kecuali lebih mengembangkan pelayanan rawat jalan yang ada di Rumah Sakit juga terpaksa mendirikan berbagai sarana pelayanan rawat jalan di luar Rumah Sakit.

2. Berbagai bentuk pelayanan rawat jalan, dapat dibedakan atas dua macam (Feste, 1989) :

(23)

Bentuk pertama dari pelayanan rawat jalan adalah yang diselenggarakan oleh klinik yang ada kaitanya dengan rumah sakit (hospital-based ambulatory care). Pada saat ini berbagai jenis pelayanan rawat jalan banyak diselenggarakan oleh klinik rumah sakit, yang secara umum dapat dibedakan atas empat macam:

1) Pelayanan Gawat Darurat (emergency services) yakni untuk menangani pasien yang membutuhkan pertolongan segera dan mendadak.

2) Perawatan Rawat Jalan Paripurna (comprehensive hospital outpatient services) yakni yang memberikan pelayanan kesehatan paripurna sesuai dengan kebutuhan pasien.

3) Pelayanan Rujukan (referral service) yakni yang hanya melayani pasien-pasien yang dirujuk oleh sarana kesehatan lainnya. Biasanya untuk diagnosis atau terapi, sedangkan perawatan selanjutnya tetap ditangani oleh sarana kesehatan yang merujuk.

4) Pelayanan bedah jalan (ambulatory surgery service) yakni yang memberikan pelayanan bedah yang dipulangkan pada hari yang sama.

Yang termasuk dalam pelayanan rawat jalan bentuk pertama ini, tidak hanya yang diselenggarakan di rumah sakit saja, tetapi juga yang diselenggarakan oleh klinik lain di luar rumah sakit, dengan catatan bahwa kilinik tersebut harus mempunyai hubungan organisatoris dengan rumah sakit dalam arti merupakan perpanjangan tangan dari rumah sakit (satellite clinic).

(24)

b. Pelayanan Rawat Jalan oleh Klinik Mandiri

Bentuk kedua dari pelayanan rawat jalan ini adalah yang diselenggarakan oleh klinik yang mandiri yakni yang tidak ada hubungan organisatoris dengan rumah sakit (free standing ambulatory centers). Bentuk klinik mandiri ini banyak macamnya yang secara umum dapat dibedakan atas dua macam:

1) Klinik mandiri sederhana

Bentuk klinik sederhana mandiri (simple free standing ambulatory centers) yang popular adalah praktek dokter umum atau praktek dokter spesialis secara perorangan (solo practitioner), praktek bidan, dan praktek perawatan.

2) Klinik mandiri institusi

Bentuk klinik mandiri institusi (institusional free standing ambulatory centers) banyak macamnya, mulai dari praktek berkelompok (group practitioners), poliklinik (clinic), BKIA (MCH center), PUSKESMAS (community health center) dan di Amerika Serikat di tambah dengan HMOs dan PPOs.

3. Tenaga pelayanan di rawat jalan adalah tenaga yang lansung berhubungan dengan pasien, yaitu :

a. Tenaga administrasi (non medis) yang memberikan pelayanan di bagian pendaftaran dan pembayaran.

b. Tenaga keperawatan sebagai mitra dokter dalam memberikan pelayanan pemeriksaan pengobatan.

(25)

c. Tenaga dokter sesuai bidang spesialisnya.

Tujuan pelayanan di rawat jalan di antaranya adalah untuk memberikan konsultasi pada pasien yang memerlukan pendapat dari dokter, dengan atau tanpa tindakan pengobatan dan untuk menyediakan tindak lanjut bagi pasien rawat inap yang sudah diperbolehkan pulang.

Rawat jalan merupakan pintu terdepan dalam penerimaan pasien, maka hendaknya memberikan kesan yang baik bagi pasien. Lingkungan rawat jalan hendaknya memberikan rasa nyaman dan senang pada pasien, lingkungan yang cukup luas dengan sirkulasi udara yang lancar, tempat duduk yang nyaman, desain interior yang menarik, bunyi yang tidak bising, dan petugas yang ramah dan siap membantu.

B. Prilaku

Prilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar (Skinner, 1938 dalam Notoatmodjo 2007) Prilaku terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme dan kemudian organisme tersebut merespon.

1. Berdasarkan teori Skinner yang disebut teori Stimulus Organisme Respon “S-O-R” terdapat dua tipe respon yaitu :

a. Respondent respon atau reflexive, yakni respon yang ditimbulkan oleh ransangan ransangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkan respon-respon yang relative

(26)

tetap. Misalnya makanan lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dll. Respondent respons ini juga mencakup prilaku emosional, seperti bila mendengar kabar yang sedih akan menangis.

b. Operant Respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau peransang tertentu. Peransang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce. Misalnya apabila seseorang melaksanakan tugasnya dengan baik, maka akan memperoleh penghargaan dari atasannya, hal ini dapat menyebabkan petugas tersebut akan lebih baik dalam melaksanakan tugasnya.

2. Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus ini, maka prilaku dapat dibedakan menjadi dua :

a. Prilaku tertutup (covert behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi,pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain, karenanya di sebut covert behavior atau unobservable behaviour. Contoh: seorang ibu hamil tahu pentingnya permeriksaan kehamilan.

b. Prilaku terbuka (overt behaviour)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk

(27)

tindakan atau praktik, yang mudah untuk diamati atau dilihat oleh orang lain, karenanya disebut overt behavior, tindakan nyata atau praktik. Contohnya: seorang ibu hamil memeriksakan kehamilannya di puskesmas.

3. Sebagian besar prilaku manusia adalah operant response, oleh karenanya untuk membentuk jenis respons atau prilaku perlu diciptakan adanya suatu kondisi tertentu yang disebut operant conditioning. Prosedur pembentukan perilaku dalam operant conditioning ini menurut Skinner adalah sebagai berikut :

a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat (reinforce) berupa hadiah-hadiah (reward) bagi prilaku yang akan dibentuk.

b. Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen komponen kecil yang membentuk prilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya prilaku yang dimaksud.

c. Menggunakan secara urut komponen-komponen ini sebagai tujuan sementara, mengidentifikasi reinforce atau hadiah untuk masing-masing komponen tersebut.

d. Melakukan pembentukan prilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun.

(28)

Apabila komponen pertama dilakukan, maka hadiah diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau prilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau ini sudah terbentuk maka dilakukan komponen (prilaku) yang kedua yang kemudian diberikan hadiah (komponen pertama tidak diberikan hadiah lagi). Demikian berulang ulang sampai komponen kedua tebentuk, selanjutnya komponen ketiga dan seterusnya sampai seluruh prilaku yang diharapkan terbentuk. Sebagai contoh : menghendaki agar anak mempunyai kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur, untuk berprilaku seperti ini maka anak tersebut harus:

1) pergi ke kamar mandi sebelum tidur 2) mengambil sikat gigi dan odol 3) mengambil air dan berkumur 4) melaksanakan gosok gigi 5) penyimpan sikat gigi dan odol 6) pergi ke kamar tidur

Hadiah-hadiah tidak harus berupa uang bagi masing-masing komponen prilaku tersebut, maka akan dapat dilakukan pembentukan kebiasaan tersebut. Contoh tersebut adalah suatu contoh sederhana prosedur pembentukan prilaku melalui operant conditioning.

C. Prilaku Kesehatan

Berdasarkan batasan prilaku dari Skinner tersebut, maka prilaku kesehatan adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang berkaitan

(29)

dengan sakit dan penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan, dan minuman serta lingkungan.

1. Dari batasan ini, prilaku kesehatan dapat diklasifikasikan dalam 3 kelompok :

a. Prilaku pemeliharaan kesehatan (Health maintenance)

Adalah prilaku atau usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit. Oleh sebab itu, prilaku pemeliharaan kesehatan ini terdiri dari 3 aspek, yaitu:

1) Prilaku pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan bilamana telah sembuh dari sakit.

2) Prilaku peningkatan kesehatan, dilakukan pada orang yang sehat. Kesehatan itu sangat dinamis dan relatif, maka dari itu orang yang sehatpun perlu diupayakan supaya mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

3) Prilaku gizi. Makanan dan minuman dapat memelihara serta meningkatkan kesehatan seseorang, tetapi sebaliknya dapat juga menjadi penyebab menurunnya kesehatan seseorang, bahkan dapat mendatangkan penyakit. Hal ini tergantung pada prilaku orang tersebut terhadap makanan dan minuman.

b. Prilaku pencarian dan penggunaan system atau fasilitas pelayanan kesehatan/prilaku pencarian pengobatan (health seeking behavior)

(30)

Prilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat sakit. Prilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan ke luar negeri.

c. Prilaku kesehatan lingkungan

Adalah bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, dan sebagainya, sehingga lingkungan tersebut tidak mempengaruhi kesehatannya. Dengan kata lain, bagaimana seseorang mengelola lingkungannya sehingga tidak mengganggu kesehatannya sendiri, keluarga, maupun masyarakat. Sebagai contoh : bagaimana pengelolaan pembuangan sampah, pembuangan limbah, dll.

2. Seorang ahli (Becker 1979 dalam Notoatmodjo 2007), membuat klasifikasi tentang prilaku kesehatan sbb :

a. Prilaku hidup sehat

Adalah prilaku-prilaku yang berkaitan dengan upaya atau kegiatan seseorang untuk mempertahankan dan meningkatkan kesehatannya. Prilaku ini mencakup antara lain:

1) Makan dengan menu seimbang 2) Olahraga teratur

3) Tidak merokok

4) Tidak minum minuman keras dan narkoba 5) Istirahat yang cukup

6) Mengendalikan stress

(31)

b. Prilaku sakit (illness behaviour)

Prilaku sakit ini mencakup respon seseorang terhadap sakit dan penyakit, persepsinya terhadap sakit, pengetahuan tentang penyebab dan gejala penyakit, pengobatan penyakit, dan sebagainya.

c. Prilaku peran sakit (the sick role behaviour)

Dari segi sosiologi, pasien mempunyai peran yang mncakup hak-hak orang sakit dan kewajibannya. Hak dan kewajiban harus diketahui oleh pasien dan keluarganya, yang selanjutnya disebut prilaku peran orang sakit/pasien. Prilaku tersebut meliputi :

1) Tindakan untuk memperoleh kesembuhan

2) Mengenal fasilitas atau sarana pelayanan/penyembuhan penyakit yang layak

3) Mengetahui hak dan kewajibannya.

D. Determinan Perilaku

Faktor penentu atau determinan prilaku manusia sulit untuk di batasi karena perilaku merupakan resultansi dari berbagai faktor, baik nternal maupun eksternal (lingkungan). Secara lebih terinci perilaku manusia sebenarnya merupakan refleksi dari berbagai gejala kejiwaan seperti pengetahuan, keinginan, kehendak, minat, motivasi, persepsi, sikap, dan sebagainya. Namun demikian pada realitasnya sulit dibedakan atau dideteksi gejala kejiwaan yang menentukan perilaku seseorang. Apabila ditelusuri lebih lanjut, gejala kejiwaan tersebut ditentukan atau dipengaruhi oleh berbagai faktor lain, diantaranya adalah faktor

(32)

pengalaman, keyakinan, sarana fisik, sosio-budaya masyarakat, dan sebagainya. (Notoatmodjo, 2003).

E. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Prilaku

Menurut teori Lawrance Green dan kawan-kawan (1980) menyatakan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh dua faktor pokok, yaitu faktor perilaku (behaviour causes) dan faktor di luar perilaku (non behaviour causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor, yaitu :

1. Faktor Predisposisi (predisposing factors), meliputi pengetahuan, sikap, keyakinan terhadap kesehatan, nilai, dan persepsi, serta faktor demografi akan mempengaruhi motivasi seseorang maupun kelompok untuk melakukan tindakan.

a. Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancraindera manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2003)

Dalam pengertian lain, pengetahuan yang lebih menekankan pengamatan dan pengalaman inderawi dikenal sebagai pengetahuan empiris. Pengetahuan ini bisa didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional.

(33)

Pengetahuan empiris tersebut dapat juga dapat berkembang menjadi pengetahuan deskriptif bila seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala cirri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut. Pengetahuan empiris juga bisa didapatkan melalui pengalaman pribadi manusia yang terjadi berulangkali. Misalnya, seseorang yang sering dipilih untuk memimpin organisasi dengan sendirinya akan mendapatkan pengetahuan tentang manajemen organisasi. (Meliono, Irmayanti, dkk 2007)

Apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses yang didasari oleh pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting) daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang dalam hal ini pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan (Notoadmojo, 2003)

1) Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau ransangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang

(34)

tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, menyatakan, dan sebagainya.

2) Memahami ( comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap materi tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya.

3) Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi yang nyata. Aplikasi di sini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam situasi yang lain.

4) Analisis (analysis)

Analisa adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokan, dan sebagainya.

(35)

5) Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formula-formula yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan, dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan yang ada.

6) Evaluasi (evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin di ketahui atau di ukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan di atas.

b. Sikap

Sikap adalah determinan perilaku, karena mereka berkaitan dengan persepsi, kepribadian, dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu keadaan sikap mental, yang dipelajari dan diorganisasi menurut pengalaman, dan yang menyebabkan timbulnya pengaruh khusus atas

(36)

reaksi seseorang terhadap orang-orang, objek-objek, dan situasi-situasi dengan siapa ia berhubungan (Winardi, 2004 dalam Notoatmodjo 2007))

“An individual’s social attitude is a syndrome of response consistency with regard to social object” (Campbell,1950).

“A mental and neural state of rediness, organized through expertence, exerting a directive or dynamic influence up on the individual’s response to all objects and situation with which it is related .”(Allport, 1954)

“Attitude entails an existing predisposition to response to social objecs which in interaction with situational and other dispositional variables, guides and direct the overt behaviour of the individual.”(Cardno, 1955)

Dari batasan-batasan di atas dapat disimpulkan bahwa manifestasi sikap itu tidak dapat lansung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikologi social, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupakan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan

(37)

atau aktivitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku.

1) Sikap terdiri dari berbagai tingkatan, yaitu :

a) Menerima (receiving), menerima diartikan bahwa subjek mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan.

b) Merespon (responding), memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

c) Menghargai (valuing), mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

d) Bertanggung jawab (responsible), bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang memiliki tingkatan paling tinggi. (Notoatdmojo, 2003)

Sikap juga menggambarkan suka atau tidak sukanya seseorang terhadap suatu objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari pengalaman orang yang paling dekat. Sikap membuat seseorang mendekati atau menjauhi orang lain atau objek lain. Sikap positif terhadap nilai-nilai kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata.

(38)

2) Hal ini disebabkan oleh beberapa alasan, antara lain :

a) Sikap akan terwujud dalam suatu tindakan tergantung pada situasi saat itu. Misalnya seorang ibu yang anaknya sakit ingin membawa anaknya ke puskesmas, namun pada saat itu tidak mempunyai uang sepersen pun sehingga ibu tersebut tidak dapat membawa anaknya ke puskesmas. b) Sikap akan diikuti atau tidak diikuti oleh tindakan yang

mengacu kepada pengalaman orang lain. Seorang ibu tidak mau membawa anaknya yang sakit keras ke rumah sakit, meskipun ia mempunyai sikap yang positif terhadap rumah sakit disebabkan karena ia teringat akan anak tetangganya yang meninggal setelah beberapa hari di rawat di RS.

c) Sikap diikuti atau tidak diikuti oleh suatu tindakan berdasarkan pada banyak atau sedikitnya pengalaman seseorang. Misalnya seorang akseptor KB dengan alat kontrasepsi IUD mengalami pendarahan, meskipun sikapnya positif terhadap KB namun ibu tersebut kemudian tidak mau ikut KB dengan alat kontrasepsi apapun.

d) Nilai (value)

Di dalam masyarakat apapun selalu berlaku nilai-nilai yang menjadi pegangan setiap orang dalam

(39)

menyelenggarakan hidup bermasyarakat. Misalnya gotong royong adalah suatu nilai yang selalu hidup di dalam masyarakat.

c. Faktor Demografi

Beberapa pengertian demografi menurut para ahli :

1) Demografi adalah ilmu yang mempelajari secara statistik dan matematika yang mempelajari ukuran, komposisi, dan distribusi penduduk dan perubahannya pada kurun waktu melalui proses kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), perkawinan, migrasi, dan perubahan penduduk. ( Boque, 1969)

2) Demografi adalah studi tentang interaksi tingkat perkembangan dari 3 komponen (kelahiran, kematian, dan imigrasi) dan studi tentang dampak dari perubahan komposisi dan perkembangan dari penduduk.(Hawthorn, 1970)

3) Demografi adalah ilmu yang mempelajari jumlah, persebaran territorial dan komposisi penduduk serta perubahannya dan sebab perubahan tersebut. (Philip M Hauser & Dudley Duncan) 4) Demografi adalah ilmu yang memberi gambaran yang menarik

dari penduduk yang digambarkan secara statistik dan mempelajari tingkah laku keseluruhan, bukan tingkah laku perorangan (George W.Barcley).

Dari bermacam-macam definisi di atas dapat disimpulkan bahwa demografi adalah ilmu yang mempelajari persoalan dan keadaan

(40)

perubahan-perubahan penduduk atau dengan kata lain segala hal ihwal yang berhubungan dengan komponen-komponen perubahan tersebut seperti kelahiran, kematian, migrasi sehingga menghasilkan suatu keadaan dan komposisi penduduk menurut umur dan jenis kelamin.

Pada penelitian ini, peneliti memasukan unsur demografi seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, pekerjaan, dan penghasilan yang dapat mempengaruhi seseorang dalam mengambil suatu keputusan untuk memeriksakan kesehatannya di layanan kesehatan.

2. Faktor Pemungkin (enabling factors), mencakup personal skill dan sumber daya kelompok maupun sumber daya masyarakat, antara lain ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan, biaya, jarak, akses, transportasi, jam buka pelayanan kesehatan yang tersedia.

a. Fasilitas

Fasilitas pelayanan adalah lingkungan tempat pelayanan atau poliklinik tempat memberikan pelayanan kesehatan pada pasien. Tempat pelayanan harus dapat memberikan kenyamanan dan keamanan pada pasien selama pasien mendapatkan layanan seperti ruang pemeriksaan dan ruang tunggu yang bersih, penataan ruang yang teratur, kursi tunggu, tempat sampah, kamar mandi bersih tidak licin dan persedian air yang cukup, sesuai dengan standar sarana poliklinik yang ditetapkan oleh Departemen Kesehatan melalui Keputusan Direktorat Jenderal Pelayanan Medik Nomor

(41)

YM/02.04.3.5.2414 tahun 1998 tentang berlakunya Standar Pelayanan Praktek Berkelompok Dokter Spesialis.

Ketersediaan pelayanan yang memudahkan pasien untuk mendapatkan atau mengkonsumsi pelayanan yang diperlukan seperti laboratorium, pemeriksaan radiologi, obat, dan alat kesehatan untuk keperluan diagnosa dan pengobatan, secara lansung dan tidak lansung berpengaruh terhadap kunjungan rawat jalan.

Karakteristik penyedia pelayanan ini juga diukur dengan mutu pelayanan, seperti kebersihan, kenyamanan, kamar mandi, kelengkapan obat dan alat kesehatan, ketersediaan pelayanan, keramahan petugas dan ketepatan jadwal layanan. Mutu yang baik akan memberikan kepuasan kepada pasien dan pasien yang puas akan kembali ke rumah sakit yang sama. Kepuasan pelanggan merupakan faktoe penentu bagi peningkatan kunjungan rawat jalan dan dipengaruhi oleh pengalaman terhadap pelayanan yang diterimanya pada suatu saat tertentu.

Rijadi (1997) dalam Nurdini (2008) menyatakan bahwa pasien atau keluarganya cenderung untuk menilai rumah sakit berdasarkan lingkungan fisik yang mereka lihat, seperti ruang tunggu yang nyaman, sarana wc atau cuci tangan yang bersih dan jumlah yang cukup. Pengaturan tata ruang serta pemilihan jenis warna dinding dan ruang tunggu serta perlengkapan fisik misalnya kursi dan tempat tidur. Fasilitas yang baik harus disediakan untuk pasien yang menunggu

(42)

antara lain : tempat duduk nyaman, ruangan nyaman, fasilitas hiburan (tv, lagu, majalah, dll), sarana komunikasi (telepon umum). Ketidakpuasaan pasien terhadap mutu pelayanan rumah sakit kadang berkaitan dengan fasilitas rumah sakit tersebut, seperti tempat parker, kenyamanan ruang tunggu, kebisingan, kebersihan, dan lain- lain. Kenikmatan dan kenyamanan tidak berhubungan lansung dengan pelayanan kesehatan dengan efektivitas klinis, namun dapat mempengaruhi kepuasaan pasien dan bersedia kembali untuk memperoleh fasilitas kesehatan.

b. Keterjangkauan Fasilitas

Defriese (1989) dalam Nurdini (2008) mengatakan bahwa keberadaan tempat pelayanan kesehatan berkaitan dengan jarak dan transportasi mempengaruhi perilaku dan keputusan memilih pelayanan kesehatan. Lokasi fasilitas ikut menentukan kesuksesan suatu jasa, karena lokasi berkaitan dengan pasar potensial sebuah perusahaan. Lokasi yang strategis dapat dilihat dari :

1) Akses, misalnya mudah dijangkau atau dilalui transportasi umum

2) Visibilitas, misalnya dapat dilihat dengan jelas dari tepi jalan 3) Lalu lintas (traffic), yaitu banyak orang lalu lalang sehingga

memungkinkan terjadinya impulse buying, atau kepadatan lalu lintas dapat menjadi hambatan.

(43)

5) Ekspansi, yaitu masih tersedia lahan untuk ekspansi usaha 6) Lingkungan, misalnya daerah sekitar yang berdekatan dengan

perumahan, perkantoran, dan lain-lain.

7) Pesaing, apakah daerah sekitar sudah ada jenis usaha yang sama 8) Peraturan pemerintah, misalnya adanya ketentuan larangan usaha

di daerah tersebut. (Tjiptono, 2003 dalam Nurdini, 2008).

3. Faktor Penguat (reinforcing factors), faktor yang mendukung timbulnya tindakan kesehatan, antara lain faktor keluarga, teman, guru, peraturan dan perundangan di bidang kesehatan, sikap dan prilaku petugas kesehatan, serta faktor dari provider kesehatan.

a. Perilaku petugas kesehatan

Pelayanan kesehatan adalah pelayanan yang diberikan oleh penerima pasien dalam hal ini dokter dan perawat dalam tugasnya melayani pasien, meliputi kecepatan pelayanan atau waktu tunggu, keramahan, ketrampilan, perhatian dan kejelasan informasi serta cepat tanggap terhadap keluhan pasien.

Dokter merupakan inti utama dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit. Untuk itu perlu dibina hubungan yang baik dan serasi antara rumah sakit dan dokter, guna dapat memberikan pelayanan yang optimal pada pasiennya. Harapan akhir pasien adalah kesembuhan penyakitnya dengan proses penanganan dari dokter melalui perhatian, rasa aman, kasih saying, dan ketelitian. Membangun komunikasi yang

(44)

baik dengan pasien akan memperlancar penanganan dan kesembuhan pasien. Kepuasaan terhadap pelayanan dokter meliputi ketepatan jadwal layanan atau waktu tunggu yang pendek, keramahan, ketelitian, seta kejelasan dalam memberikan informasi tentang penyakit yang diderita. Beberapa keluhan pasien terhadap dokternya di rumah sakit yang meliputi tidak diberi cukup waktu oleh dokter, keangkuhan dokter, tidak diberi informasi lengkap tentang penyakitnya, serta tidak adanya kerjasama antara dokter pribadi dan dokter spesialis yang dikonsul. Menurut Rijadi (1997) dalam Nurdini (2008) sikap dokter dan ketelitiannya meningkatkan keyakinan pasien terhadap kesembuhannya. Sehingga pasien akan puas kalau dokter melayani seperti yang diharapkan. Artinya, dokter di poliklinik rawat jalan adalah mereka yang ramah kepada pasien, terampil dan ahli dalam bidangnya, melakukan tindakan sesuai dengan standar pelayanan medis yang ada dan memberikan pengobatan yang rasional.

Selain dokter, terdapat juga perawat yang merupakan tenaga kesehatan yang telah dididik untuk melaksanakan asuhan keperawatan dengan penuh dedikasi, ramah, sopan santun, perhatian, dan ketelatenan melalui komunikasi yang baik sehingga menimbulkan rasa aman, rasa percaya diri pasien yang akan lebih mendorong dan mempercepat penyembuhan penyakitnya. Rijadi (1997) dalam Nurdini (2008) menyatakan bahwa perawat sebagai andalan rumah sakit harus selalu siap setiap pasien membutuhkan bantuan. Oleh karena itu

(45)

hubungan perawat dengan pasien jauh lebih erat dibandingkan dengan hubungan tenaga kesehatan lainnya. Kualitas perawat sangat menentukan mutu asuhan keperawatan dan keramahan perawat akan menimbulkan minat untuk berkunjung kembali.

b. Prosedur

Prosedur adalah suatu urutan kegiatan, biasanya melibatkan beberapa orang dalam suatu departemn atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi perusahaan yang terjadi secara berulang-ulang.(Mulyadi, 2001)

Prosedur adalah rangkaian aktifitas atau kegiatan yang dilakukan secara berulang dengan cara yang sama (Azhar Susanto, 2000)

Prosedur merupakan rangkaian langkah yang dilaksanakan untuk menyelesaikan kegiatan atau aktivitas, sehingga dapat tercapai tujuan yang di harapkan secara efektif dan efisien serta dapat dengan mudah menyelesaikan suatu masalah yang terperinci menurut waktu yang telah ditetapkan.

Dari pengertian di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian prosedur adalah suatu urutan tugas dan pekerjaan yang saling berhubungan satu sama lain dalam rangka pencapaian tujuan.

Suatu prosedur dapat memberikan manfaat sebagai berikut ;

1) Lebih memudahkan dalam menentukan langkah-langkah kegiatan dimasa yang akan datang.

(46)

2) Mengubah pekerjaan berulang-ulang menjadi rutin dan terbatas, sehingga menyederhanakan pelaksanaan dan untuk selanjutnya mengerjakan yang seperlunya saja.

3) Adanya suatu petunjuk atau program kerja yang jelas dan harus dipatuhi oleh seluruh pelaksana.

4) Membantu dalam usaha meningkatkan produktivitas kerja yang efektif dan efisien.

5) Mencegah terjadinya penyimpangan dan memudahkan dalam pengawasan, bila terjadi penyimpangan akan dapat segera diadakan perbaikan-perbaikan sepanjang dalam tugas dan fungsinya masing-masing.

Poliklinik/rawat jalan dalam melaksanakan tugasnya juga tidak terlepas dari adanya prosedur yang harus di jalankan. Prosedur ini di buat agar jalannya pelayanan di poliklinik bisa berjalan lancar, sehingga dapat memudahkan pasien yang akan berobat ataupun bagi petugas kesehatan itu sendiri. Prosedur yang baik adalah prosedur yang mudah di mengerti oleh pasien, prosedur yang tidak berbelit-belit sehingga membuat pasien bingung dan merasa tidak nyaman. Kadang prosedur yang berbelit dapat menyebabkan pasien tidak nyaman dan akhirnya membuat pasien mencari layanan kesehatan ke tempat lain.

(47)

F. Motivasi

Motif atau motivasi berasal dari kata latin moreve yang berarti dorongan dari dalam diri manusia untuk bertindak atau berperilaku. Pengertian motivasi tidak terlepas dari kata kebutuhan (needs/want). Kebutuhan adalah suatu potensi dalam diri manusia yang perlu ditanggapi atau direspons. Tanggapan terhadap kebutuhan tersebut diwujudkan dalam bentuk tindakan untuk pemenuhan kebutuhan tersebut, dan hasilnya adalah orang yang bersangkutan merasa atau menjadi puas.

1. Pengertian

Motivasi secara harfiah yaitu sebagai dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu, sedangkan secara psikologi motivasi berarti suatu usaha yang dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang bergerak melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendakinya atau mendapatkan kepuasan dengan perbuatannya.

Menurut AM. Sardiman (2011), motivasi diartikan sebagai serangkaian usaha untuk menyediakan kondisi-kondisi tertentu sehingga seseorang mau dan ingin melakukan sesuatu dan bila tidak suka, maka ia akan berusaha untuk meniadakan atau mengelak perasaan tidak suka itu.

Motivasi adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang mendorongnya untuk melakukan perbuatan-perbuatan atau perilaku (Terry G, 1986 dalam Notoadmodjo, 2007).

(48)

Menurut Ngalim Purwanto (2010), motivasi adalah pendorongan, suatu usaha yang disadari untuk mempengaruhi tingkah laku seseorang agar ia tergerak hastinya untuk bertindak melakukan sesuatu sehingga mencapai hasil dan tujuan tertentu.

Menurut Azwar (2001), motivasi adalah dorongan untuk melakukan hal yang Positif bagi dirinya dan orang lain. Motivasi adalah penggerak tingkah laku kearah suatu tujuan dengan didasari suatu kebutuhan yang dapat timbul dari diri individu tersebut, atau dapat diperoleh dari luar dan orang lain atau keluarga.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah energi aktif yang menyebabkan terjadinya suatu perubahan pada diri seseorang yang nampak pada gejala kejiwaan, perasaan, dan juga emosi, sehingga mendorong individu untuk bertindak atau melakukan sesuatu dikarenakan adanya tujuan, kebutuhan, atau keinginan yang harus terpuaskan.

2. Tujuan Motivasi

Tujuan motivasi adalah untuk menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauannya untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh hasil atau mencapai tujuan tertentu. Tindakan memotivasi dapat lebih berhasil jika tujuannya jelas dan disadari oleh yang dimotivasi, serta sesuai dengan kebutuhan orang yang dimotivasi. Oleh karena itu, setiap orang yang akan memberikan motivasi harus mengenal dan memahami benar-benar

(49)

latar belakang kehidupan, kebutuhan dan kepribadian orang yang akan dimotivasi (M.Ngalim Purwanto, 2010).

3. Fungsi motivasi

Motivasi memang muncul dari dalam diri manusia, tetapi kemunculannya karena rangsangan atau dorongan adanya unsur lain, dalam hal ini adalah tujuan. Tujuan ini menyangkut soal kebutuhan. Sejalan dengan itu (Purwanto dalam Hamzah B.Uno, 2011) mengatakan bahwa fungsi motivasi bagi manusia adalah : (1) Sebagai motor penggerak bagi manusia ibarat bahan bakar dalam kendaraan, (2) Menentukan arah perbuatan, yaitu kearah perwujudan suatu tujuan dan cita-cita, (3) Mencegah penyelewengan dari jalan yang harus ditempuh untuk mencapai tujuan. Dalam hal ini makin jelas tujuan, maka makin jelas pula bentangan jalan yang harus ditempuh, (4) Menyeleksi perbuatan diri artinya menentukan perbuatan mana yang harus dilakukan yang serasi guna mencapai tujuan dengan mengenyampingkan perbuatan yang tidak bermanfaat bagi tujuan itu.

4. Unsur-unsur motivasi

Berdasarkan pandangan beberapa konsep tentang motivasi yang telah disebutkan diatas, terdapat 3 unsur yang merupakan kunci dari motivasi yaitu : (1) Unsur upaya, dalam hal ini apabila seseorang termotivasi dalam tugasnya, ia mencoba sekuat tenaga agar upaya yang tinggi tersebut menghasilkan kinerja yang tinggi pula. Oleh karena itu, dalam pemberian motivasi terhadap seseorang diperlukan pertimbangan kualitas dan kuantitas yang dapat membangkitkan upaya dan diarahkan pada pencapaian tujuan. (2) Unsur

(50)

tujuan organisasi, unsur ini begitu penting sebab segala upaya yang dilakukan seseorang atau sekelompok seseorang semuanya diarahkan untuk pencapaian tujuan. (3) Unsur kebutuhan. Kebutuhan adalah suatu keadaan interval yang menyebabkan hasil tertentu tampak menarik (Hamzah B.Uno, 2011).

5. Faktor faktor yang berhubungan dengan motivasi a. Usia

Usia adalah umur individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulangtahun (Nursalam, 2003). Semakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja, dari segi kepercayaan masyarakat, seseorang yang lebih dewasa akan lebih dipercaya daripada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini akibat dari pengalaman dan kematangan jiwanya. Makin tua seseorang maka makin kondusif dalam menggunakan koping terhadap masalah yang dihadapinya (Azwar, 2009). Usia seseorang sedemikian besarnya dalam mempengaruhi pengetahuan, sikap dan perilaku. Semakin lanjut umurnya semakin bertanggungjawab, lebih tertib, lebih bermoral daripada usia muda (Notoadmodjo, 2003). Menurut Hidayat (2003), semakin cukup umur seseorang, maka tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berfikir dan bekerja. Pada setiap golongan umur mempunyai pola penyakit yang berbeda sehingga kebutuhan akan pelayanan kesehatan berbeda pula. Meningkatnya golongan usia tua cenderung akan meningkatkan pemanfaatan pelayanan kesehatan. Demikian pula dengan penambahan

(51)

jumlah anggota keluarga, seperti balita akan meningkatkan frekuensi penggunaan fasilitas pelayanan kesehatan (Fieldstein, 1993). Tahapan masa remaja yaitu remaja ( < 20 th), dewasa awal (20-35 th), dewasa tengah (35-60 th) (Ahmadi, 2005). Penelitian para ahli juga menunjukkan bahwa usia mempunyai kaitan dengan tingkat kedewasaan psikologis, artinya semakin lanjut usia seseorang maka yang bersangkutan diharapkan semakin mampu menunjukkan kematangan jiwa dalam arti semakin bijaksana, semakin mampu berpikir rasional dan semakin mampu mengendalikan emosi.

b. Jenis Kelamin

Menurut Nurdini (2008), bahwa perbedaan jenis kelamin merupakan salah satu faktor pembeda dalam pemanfaatan rawat jalan. Perempuan mempunyai kecenderungan untuk lebih banyak menggunakan fasilitas kesehatan disbanding laki-laki. Hal ini dimulai dari saat mengandung, melahirkan, menyusui, dan berbagai penyakit wanita lainnya.

Dari hasil penelitian dari Stanford University tentang rasa nyeri yang telah di lansir dari BBC News Health dan sudah masuk dalam journal of pain (detikhealth, 31 Januari 2012) dikatakan bahwa ada perbedaan rasa sakit yang di rasakan berdasarkan jenis kelamin, dimana wanita lebih sensitive terhadap rasa sakit. Perbedaan sensitifitas rasa sakit antara pria dan wanita mungkin disebabkan karena laki-laki merasa seharusnya mereka kuat, sehingga meremehkan rasa sakit atau tidak mau mengakui rasa sakit yang sedang dirasakan. Pria dapat meremehkan gejala mereka,

(52)

yang merupakan salah satu alasan mengapa pria sering tidak mau mencari bantuan untuk menangani rasa sakitnya

c. Pendidikan

Menurut Notoadmojo (2007) mendefinisikan bahwa tingkat pendidikan mempunyai hubungan erat dengan perilaku seperti pendapatan, gaya hidup dan status kesehatan, dan dengan status pendidikan seseorang dapat meningkatkan kematangan intelektual sehingga dapat mengambil keputusan dalam bertindak. Menurut Sunaryo (2004), mengatakan bahwa secara luas pendidikan mencakup seluruh proses kehidupan sejak dalam ayunan hingga liang lahat, berupa tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti. Menurut Notoatmono (2003) tingkat pendidikan seseorang yang semakin baik akan mempengaruhi pengetahuannya mengenai kesehatan sehingga akan mampu menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan dengan lebih baik.

d. Pekerjaan

Menurut Arikunto (2006). Pekerjaan adalah aktivitas yang dilakukan sehari hari, jenis pekerjaan dapat dikategorikan sebagai berikut: pegawai negeri, wiraswasta, pegawai swasta, ibu rumah tangga. Dalam bidang pekerjaan, pada umumnya diperlukan adanya hubungan sosial dengan orang lain. Setiap orang harus dapat bergaul dengan teman sejawat maupun berhubungan dengan atasan (Notoadmojo,2003) Pekerjaan mempunyai hubungan dengan pendidikan dan penghasilan. Lingkungan

(53)

kerja menyebabkan makin luasnya informasi yang dapat diperoleh yang nantinya akan mempengaruhi proses pencarian pelayanan kesehatan. Pekerjaan dengan penghasilan yang cukup besar akan mempengaruhi konsumsi barang atau jasa termasuk pemilihan pelayanan kesehatan.( Notoatmojo, 2007). Tingginya pendapatan akan meningkatkan demand terhadap pelayanan kesehatan. Keputusan untuk menggunakan pelayanan kesehatan berkaitan dengan kemampuan membayar.

e. Pangkat

Karateristik Kepangkatan berkaitan erat dengan tingkat pendidikan dimana menurut Notoatmojo (2003) tingkat pendidikan seseorang yang makin baik akan mempengaruhi pengetahuannya mengenai kesehatan sehingga akan mampu menggunakan fasiitas pelayanan kesehatan dengan lebih baik.

Suryohadiprodjo (2005) dalam bukunya “Si Vis Pacem Para Belum”, menguraikan tentang hierarki dalam organisasi TNI. Personel TNI terdiri atas 3 golongan, yatiu tamtama, bintara dan perwira. Sebagai personel militer, mereka masuk dalam salah satu angkatan, yaitu AD, TNI-AL atau TNI-AU.

Dalam hierarki militer, golongan tamtama berada pada jenjang paling bawah. Boleh dikatakan tamtama merupakan bagian utama pelaksana peran TNI dengan memperoleh pimpinan dan petunjuk dari para bintara dan perwira.

(54)

Dalam TNI, kepangkatan strata tamtama (dari bawah) terdiri atas: Prajurit Dua (untuk TNI-AL, Kelasi Dua), Prajurit Satu (TNI-AL, Kelasi Satu), Prajurit Kepala (TNI-AL, Kelasi Kepala), Kopral Dua, Kopral Satu, dan Kopral Kepala. Anggota berpangkat tamtama pada dasarnya berfungsi sebagai pelaksana. Keberhasilan pelaksanaan setiap tugas dan pekerjaan sangat dipengaruhi oleh kualitas kerja mereka. Tamtama yang telah melaksanakan dinas militer ulangan lebih dari dua kali dan menunjukkan sifat dan bakat kepemimpinan dapat dicalonkan untuk beralih golongan menjadi bintara melalui sekolah calon bintara regular (Secaba Reg).

Golongan Bintara adalah golongan di atas Tamtama. Seseorang menjadi bintara setelah lulus dari pendidikan Sekolah Calon Bintara, baik dari umum (sipil) maupun alih golongan (dari tamtama). Golongan bintara di setiap organisasi militer merupakan tulang punggung organisasinya. Strata inilah yang langsung berhadapan dan mempimpin para tamtama di arena itu bintara sangat mengenal perilaku sifat tamtamanya. Peran bintara dalam kepemimpinan TNI cukup besar, tetpi perannya dalam teknik militer lebih besar lagi. Kebanyakan fungsi teknik militer menjadi tanggung jawab bintara, meskipun tanggung jawab menyeluruh atas satu organisasi militer selalu ditangan perwiranya. Dalam golongan bintara, tingkat kepangkatan dimulai dari: Sersan Dua, Sersan Satu, Sersan Kepala, Sersan Mayor, Pembantu Letnan Dua, dan Pembantu Letnan Satu. Bintara yang telah bertugas lebih dari sepuluh tahun dan telah

(55)

memenuhi persyaratan dapat masuk alih golongan perwira untuk masuk ke Sekolah Calon Perwira (Secapa).

Golongan perwira adalah para pemimpin dalam dunia militer, termasuk TNI. Perwira adalah golongan yang memikul tanggungjawab utama atas segala hal yang terjadi. Oleh sebab itu setiap perwira memerlukan sifat tanggungjawab yang kuat. Dalam menjalankan kepemimpinan sifat memberikan teladan amat penting bagi keberhasilan kepemimpinannya. Itu semua dilandasi kesetiaan kepada negara dan bangsa, sebagaimana ditetapkan dalam Sapta Marga dan Sumpah Prajurit sebagai kode etik TNI.

Karena luasnya organisasi militer dan tugas-tugas yang harus dilaksanakan, tingkat kepangkatan perwira lebih banyak. Strata perwira paling bawah disebut perwira pertama (Pama) terdiri: Letnan Dua, Letnan Satu, dan Kapten. Strata perwira kedua disebut perwira menengah (pamen) meliputi pangkat: Mayor, Letnan Kolonel, dan Kolonel.Strata perwira tinggi TNI antara lain: Brigadir Jenderal (TNI-AL: Laksamana Pertama, TNI-AU: Marsekal Pertama), Mayor Jenderal (TNI-AL: Laksamana Muda, TNI-AU: Marsekal Muda), Letnan Jenderal (TNI-AL: Laksamana Madya, TNI-AU: Marsekal Madya), dan Jenderal (TNI-AL: Laksamana, TNI-AU: Marsekal)

Fungsi utama perwira mulai dari Letnan Dua sampai Jenderal adalah fungsi kepemimpinan dan manajemen. Dengan sendirinya untuk dapat

(56)

memimpin dengan baik, seorang perwira juga harus cukup menguasai teknik militer. Akan tetapi yang lebih menentukan adalah kemampuannya memimpin dan mengelola organisasi. Selain kepemimpinan yang bersifat umum, juga harus diikuti dengan kemampuan kepemimpinan teknik, kepemimpinan operasi, dan kepemimpinan strategi sesuai tingkatan jabatannya.

f. Tingkat Penghasilan

Menurut Suhardjo (2003), dalam kehidupan sehari-hari pendapatan erat kaitannya dengan gaji, upah serta pendapatan lainnya yang diterima seseorang setelah orang itu melakukan pekerjaan dalam kurun waktu tertentu. Menurut Badan Pusat Statistik sesuai konsep dan definisi, pengertian pendapatan keluarga adalah seluruh pendapatan dan penerimaan yang diterima oleh seluruh anggota rumah tangga.

Menurut Notoadmodjo (2003), dikemukakan adanya hubungan antara tingkat penghasilan dengan pemanfaatan pelayanan kesehatan maupun pencegahan. ada mungkin dikarenakan tidak mempunyai uang. Oleh karna itu pendapatan keluarga sangat berpengaruh dalam mendukung upaya pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi anggota keluarga yang sakit.

g. Sikap

Sikap adalah determinan perilaku, karena mereka berkaitan dengan persepsi, kepribadian, dan motivasi. Sebuah sikap merupakan suatu

Referensi

Dokumen terkait

These research objectives are to examine the determinants of attitude toward counterfeits and the impact on behavioral intentions in purchasing counterfeit products. The data used

[r]

Hasil yang diperoleh adalah radiasi gamma dari IRKA kategori IV mengubah sifat kimia HDPE dalam hal persentase crosslinking dan jumlah radikal, serta sifat mekanik HDPE dalam

OVERSIGHT CONSULTANT (OC) REGIONAL MANAGEMENT FOR PACKAGE 3 (DKI JAKARTA, BANTEN AND WEST KALIMANTAN)I. BREAKDOWN

Mekanisme koping terhadap ansietas antara lain menyerang, menarik diri dan kompromi (Dalami, 2009). Berdasarkan studi pendahuluan di Rumah Sakit, bahwa pasien yang

Overall, the findings show that online news media usage was positively associated with higher political participation and effi - cacy among Indonesian students during the.

Teori tersebut digunakan untuk mengkaji realisasi prinsip percakapan pada tuturan guru dan siswa dalam interaksi pembelajaran dengan menggunakan teori prinsip kerja sama yang

Jika tidak ada pembangunan apartemen d i kota terpilih , digantikan dengan sam pel developer rumah.. Ta r get sam pel untuk tiap-tiap kota: 3 sam pel untuk developer rumah dan 2 sam