• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V B SDN 06 METRO BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V B SDN 06 METRO BARAT"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBEREDHEADS

TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V B SDN 06 METRO BARAT

Oleh

MARDIANA WIDIYANTI

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V B SDN 06 Metro Barat pada mata pelajaran IPA. Rendahnya aktivitas siswa dapat dilihat dari kurangnya pastisipasi aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran dan jarang bertanya mengenai materi yang diberikan. Sedangkan rendahnya hasil belajar siswa dilihat dari adanya siswa yang belum mencapai KKM dengan ketuntasan hasil belajar klasikal sebesar 41,93%. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model cooperative learning tipe Numbered Heads Together (NHT).

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan model siklus. Setiap silusnya terdapat empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, obsevasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan tes hasil belajar. Data yang diperoleh lalu dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan model cooperative learning tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II yaitu dari kategori ”cukup aktif” menjadi ”aktif”. Sedangkan peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dari kategori ”sedang” menjadi ”tinggi” atau meningkat dari 51,61% pada siklus I menjadi 77,42% pada siklus II.

(2)

Judul Skripsi : PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE

NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V B SDN 06 METRO BARAT

Nama : Mardiana Widiyanti

Nomor Pokok Mahasiswa : 0813053042

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Komisi Pembimbing

Drs. Supriyadi, M. Pd.

NIP 19591012 198503 1 002 Drs. Suyanto, M. Pd. NIP 19520604 197803 1 006

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

(3)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Supriyadi, M. Pd. ...

Sekertaris : Drs. Suyanto, M. Pd. ...

Penguji Utama : Dr. Sowiyah, M. Pd. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(4)

HALAMAN PERNYATAAN

Yang bertanda tangan dibawah ini:

Nama Mahasiswa : Mardiana Widiyanti

NPM : 0813053042

Program Studi : S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Lokasi Penelitian : SDN 06 Metro Barat

Dengan ini menyatakan dengan sesunggunya bahwa skripsi yang berjudul:

’’Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Mata Pelajaran IPA Kelas V B SDN 06 Metro Barat Tahun Pelajaran 2011/2012” tersebut adalah asli hasil penelitian saya kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.

Apabila di kemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup dituntut berdasarkan Undang-undang dan Peraturan yang berlaku. Demikian per-nyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya

Bandar lampung, 24 Januari 2013 Yang membuat pernyataan,

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Februari 1990 di Kota Metro, sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Sumaryana, S. Pd., dan Ibu Dra. Endang Suryanti.

Penulis menempuh Pendidikan Taman Kanak-Kanak Aisyah Bustanul Atfhal yang diselesaikan pada tahun 1997, Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 03 Rama Oetama, Seputih Raman pada tahun 2002,

Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Seputih Raman pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Kotagajah, Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 2008.

Pada tahun 2008 penulis mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Universitas Lampung dan terdaftar sebagai mahasiswa

(6)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS

TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V B SDN 06 METRO BARAT

(Skripsi)

Oleh

MARDIANA WIDIYANTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(7)

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS

TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V B SDN 06 METRO BARAT

Oleh

MARDIANA WIDIYANTI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(8)

i

PERSEMBAHAN

Dengan mengucap Bismillahirohmannirohim kupersembah-kan karya sederhana ini untuk:

1. Ibunda dan ayahanda tercinta, ibu Dra. Endang Suryanti dan ayah Sumaryana, S. Pd. yang selalu memberi dukungan, baik moril maupun mteriil demi kelancaran penyelesaian skripsi ini dan memotivasi serta senantiasa mendoakan keberhasilan saya,

2. Adik, Paman, Bibi, Kakek, Nenek, serta Keponakanku yang selalu menjadi penyemangat dan selalu mendambakan keberhasilanku,

3. Bapak dan Ibu dosen beserta staf, yang telah membekaliku dengan Ilmu agama maupun ilmu Pengetahuan.

4. Sahabat seperjuangan dan teman-teman di program Studi S1 PGSD angkatan 2008 Universitas Lampung,

(9)

ii SANWACANA

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

karunia rahmad, hidayah, dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan

penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Mata Pelajaran IPA Kelas V B SDN 06 Metro Barat Tahun Pelajaran

2011/2012 “.

Dalam selesainya skripsi ini tak lupa peneliti mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto, M.S selaku Rektor Universitas

Lampung yang telah memberikan kemudahan kepada peneliti dalam

mengikuti pendidikan hingga terselesaikannya skripsi ini.

2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan FKIP Universitas

Lampung yang telah memberikan kemudahan kepada peneliti dalam

mengikuti pedidikan hingga terselesainya skripsi ini.

3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu

Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada peneliti dalam

mengikuti pendidikan hingga terselesainya skripsi ini.

4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku ketua Program Studi PGSD

(10)

iii kesempatan dan kemudahan kepada peneliti dalam mengikuti pendidikan

hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., selaku Ketua PGSD UPP yang telah

memberikan kemudahan dan arahan kepada peneliti hingga peneliti dapat

menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak Drs. Supriyadi, M. Pd., selaku Dosen dan Pembimbing I yang

dengan sabar dan senantiasa meluangkan waktu untuk memeberikan

arahan, masukan dan motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan

skripsi ini.

7. Bapak Drs. Suyanto, M.Pd., selaku Dosen dan Pembimbing II yang

dengan sabar dan senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan arahan,

masukan dan motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Ibu Dr. Sowiyah, M.Pd., selaku Dosen dan Pembahas yang telah

memberikan masukan dan saran-saran yang bermanfaat.

9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PGSD UPP Metro yang telah banyak

membantu dala kelancaran penyusunan skripsi ini.

10. Bapak Jamalludin, S. Pd. I, selaku Kepala Sekolah SDN 06 Metro Barat

yang telah memberikan izin dan kemudahan untuk mendapatkan data

penunjang penelitian skripsi ini.

11. Ibu Ripyati, S. Pd., selaku teman sejawat serta para guru SDN 06 Metro

Barat atas bimbingan dan kerjasamanya sehingga penelitian ini dapat

berjalan dengan lancar.

12. Seluruh guru, staf, dan siswa siswi SDN 06 Metro Barat yang telah

(11)

iv 13. Bapak Sumaryana, S. Pd. dan Ibu Dra. Endang Suryanti, selaku orang tua

peneliti yang tak pernah lelah memberikan dorongan moral dan material

dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Adik, Paman, Bibi, Kemenakan, Kakek, Nenek, serta saudara-saudara

peneliti atas semangat dan motivasinya demi penyelesaian skripsi ini.

15. Rekan-rekan senasib dan seperjuangan, mahasiswa Program S-1 PGSD

angkatan 2008, yang telah memberikan bantuan dan motivasi dalam

menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.

16. Sahabatku Vinda Muryaningrum, terima kasih atas doa dan dukungannya

selama ini.

17. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu per satu

yang telah banyak membantu peneliti, memberikan dorongan dan

informasi serta pendapat yang sangat bermanfaat bagi peneliti.

Semoga amal baik Bapak, Ibu dan Saudara-saudara mendapat balasan dari

Allah SWT. Tegur, kritik, dan saran yang membangun demi peningkatan kualitas

skripsi ini di masa mendatang sangat peneliti harapkan.

Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

dunia pendidikan yang selalu menghadapi tantangan seiring dengan tuntutan

zaman, khususnya para guru sebagai acuan dalam pengembangan pembelajaran di

kelas dalam usaha meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.

Bandar lampung, 24 Januari 2013 Peneliti,

(12)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus

dipenuhi sepanjang hayat. Apalagi pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti

bangsa Indonesia saat ini merupakan kebutuhan wajib yang harus dikembangkan sejalan

dengan tuntutan pembangunan. Hal ini tak lepas dari kerjasama antar lapisan masyarakat,

baik pendidik, orang tua siswa, maupun masyarakat yang berada di lingkungan sekitar

lembaga kependidikan.

Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(SISDIKNAS)menyebutkan bahwa pembelajaran adalah interaksi siswa dengan pendidik

dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi, pembelajaran adalah proses yang

disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan

kegitan pada situasi tertentu.

(13)

Ilmu pengetahuan Alam (IPA) hakikatnya merupakan usaha manusia dalam

memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta

menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih

(valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth) (Sutrisno, dkk., 2007: 1-19).

Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa

pembelajaran IPA mengandung tiga hal yang saling berkaitan satu sama lain. Ketiga hal

tersebut yaitu proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang

tepat dan prosedurnya benar), dan produk (kesimpulannya betul).

Berlandaskan pada hal tersebut pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) hendaknya

dapat dilaksanakan dalam suasana ilmiah sehingga dapat mendorong siswa untuk lebih

berpikir kritis dan ilmiah, sehingga diharapkan diakhir pembelajaran IPA, siswa dapat

menerapkan pengetahuan yang didapatnya dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana yang

dilakukan oleh para ahli IPA.

Harapan tersebut terkadang tidak sesuai dengan kenyataan yang ditemukan di

lapangan.Masih ada beberapa sekolah yang belum membelajarkan IPA sebagaimana yang

diharapkan.Terutama pada sekolah-sekolah yang masih menerapkan model konvensional

pada setiap pembelajaran IPA di sekolahnya.

Berdasarkan observasi awal pada kelas V B SDN 06 Metro Barat diketahui bahwa

dalam proses pembelajaran IPA guru lebih sering menggunakan model pembelajaran yang

bersifat konvensional, dan belum menggunakan model cooperative learningterutama tipe

Numbered Heads Together (NHT) secara optimal, masih sebatas diskusi kelompok saja.

Selain itu pada saat proses pembelajaran siswa terlihat kurang berpartisipasi aktif dan jarang

(14)

siswa yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah

ditetapkan sekolah sebesar 65, dan hanya 13 (41,93%) orang siswa dari 31 orang siswa yang

mencapai nilai KKM.

Salah satu upaya perbaikan pembelajaran yang ditawarkan untuk meningkatkan mutu

pembelajaran IPA sekolah dasar adalah model pembelajaran yang didasarkan pada

pandangan konstruktivis karena dianggap paling sesuai dengan karakteristik pembelajaran

IPA (Sutarno, 2008: 8.18).

Model pembelajaran konstruktivis yang dapat diterapkan untuk memperbaiki aktivitas

dan hasil belajar serta kinerja guru, salah satunya adalah model cooperative learning.

Menurut Slavin (2009: 4) cooperative learning merujuk pada berbagai macam metode

pembelajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling

membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran.

Model cooperative learning memiliki beragam tipe dan jenis, salah satunya yang

dapat diterapkan untuk memeperbaiki kinerja guru dalam membelajarkan IPA yaitu model

cooperative learning tipe NHT. Model cooperative learning tipe NHT pertama kali

dikembangkan oleh Kagan pada tahun 1992 (Muchith, 2010: 107).

Slavin (2009: 256) memaparkan bahwa NHT pada dasarnya adalah sebuah varian dari

group discussion, pembelokannya yaitu hanya pada satu siswa yang mewakili kelompoknya

tetapi sebelumnya tidak diberi tahu siapa yang akan menjadi wakil kelompok tersebut.

Pembelokan tersebut memastikan keterlibatan total dari semua siswa.

Hal tersebut didukung oleh keberhasilan dari penggunaan model cooperativelearning

(15)

Siliwangi yang telah berhasil meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA Kelas V SD

Barulaksana Kecamatan Lembang.

Mempertimbangkan keberhasilan tersebut maka peneliti berkolaborasi dengan

seorang guru kelas akan mengadakan PTK dengan judul: ”Peningkatan aktivitas dan hasil

belajar siswa melalui model cooperative learning tipe Numbered Heads Together (NHT)

pada mata pelajaran IPA Kelas V B SDN 06 Metro Barat Tahun Pelajaran 2011/2012”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu

sebagai berikut:

1. Model pembelajaran yang diterapkan masih bersifat konvensional.

2. Kurangnya partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.

3. Siswa kurang aktif bertanya pada saat pembelajaran.

4. Ketuntasan hasil belajar siswaKelas V B SDN 06 Metro Barat pada mata pelajaran IPA

rendah, hanya 41,93% atau 13orang dari 31 orang siswa yang mencapai KKM yang telah

ditetapakan yaitu 65.

5. Belum adanya variasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru.

6. Belum optimalnya penggunaan model cooperative learning terutama tipe NHT dalam

proses pembelajaran IPA.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dapat dirumuskan

(16)

1. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa Kelas V B SDN 06 Metro Barat pada mata

pelajaran IPA dapat ditingkatkan melalui model cooperative learning tipe NHT?

2. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa Kelas V B SDN 06 Metro Barat pada mata

pelajaran IPA dapat ditingkatkan melalui model cooperative learning tipe NHT?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Peningkatan aktivitas belajar siswaKelas V B SDN 06 Metro Barat pada pembelajaran

IPA melalui model cooperative learning tipe NHT.

2. Peningkatan hasil belajar siswa Kelas V B SDN 06 Metro Barat pada pembelajaran IPA

melalui model cooperative learning tipe NHT.

E. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, memberikan informasi serta

bahan penerapan ilmu metode sebagai bahan perbaikan pembelajaran, khususnya

mengenai peningkatan hasil aktivitas dan hasil belajar IPA melalui model

cooperativelearning tipe NHT Kelas V B SDN 06 Metro Barat Tahun Pelajaran

2011/2012.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Siswa

Dapat melatih siswa berpikir kritis, dan mendorong keaktifan belajar siswa

serta meningkatkan kemampuan dan keterampilan berdiskusi kelompok pada mata

(17)

b. Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan, menambah wawasan, dan masukan untuk

meningkatkan kemampuan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di

kelasnya, khususnya dalam mengem-bangkan kemampuan guru dalam menerapkan

model cooperativelearning khususnya tipe NHT.

c. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas

pembelajaran IPA melalui penggunaan model cooperativelearning tipe NHT.

d. Bagi Peneliti

Menambah wawasan dan pengalaman tentang Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) dan dapat meningkatkan pengetahuan dalam pembelajaran khusunya dalam

menerapkan model cooperativelearning tipe NHT guna meningkatkan mutu

(18)
(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Belajar

1. Aktivitas Belajar

Pada suatu proses pembelajaran tidak terlepas dari adanya aktivitas yang

dilakukan oleh seluruh anggota kelas, baik itu guru maupun siswa. Sriyono(Yasa,

2011)mengungkapkan bahwa aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik

secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan

salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.Aktivitas siswa merupakan

kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar.

Aktivitas banyak macamnya, maka para ahli mengadakan klasifikasi atas macam-macam aktivitas tersebut. Salah satunya adalah Dierich(Hamalik, 2008: 172) membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok, ialah:

a. Kegiatan-kegiatan visual

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral)

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemuka-kan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

d. Kegiatan-kegiatan menulis

Menulis cerita, menulis laporan,memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar

(20)

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.

g. Kegiatan-kegiatan mental

Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, factor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.

h. Kegiatan-kegiatan emosional

Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas

belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan atau dilaksanakan baik secara jasmani

maupun secara rohani. Aktivitas belajar merupakan indikator adanya keinginan siswa

untuk belajar.

2. Hasil Belajar

Setiap sebuah proses selesai dilakukan hal terakhir yang diperoleh adalah sebuah

hasil dari proses tersebut, tak terkecuali belajar. Setelah proses pembelajaran berlangsung

hal terakhir untuk mengetahui apakan proses tersebut berjalan dengan baik adalah

mengetahui hasil dari proses pembelajaran tersebut.

Gagne dan Briggs(Sumarno, 2011)menyatakan bahwa hasil bela-jar merupakan

kemampuan internal (capability) yang meliputi pengeta-huan, keterampilan dan sikap

yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan

sesuatu.

Pendapat yang lain diungkapkan oleh Suprijono (2011: 7)hasil belajar adalah

perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi

kemanusiaan saja. Artinya hasil pembelajaran tidak dilihat secara fragmentaris atau

(21)

Bloom, dkk. (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-30)mengkategorikan jenis perilaku dan kemampu- an internal akibat belajar ke dalam tiga ranah, diantaranya:

a. Ranah kognitif, terdiri dari enam perilaku, diantaranya: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.

b. Ranah afektif, terdiri dari lima perilaku, diantaranya: penerimaan, partisIPAsi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, serta pembentukan pola hidup. c. Ranah psikomotor, terdiri dari tujuh perilaku, diantaranya: persepsi, kesiapan,

gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa (berketerampilan), gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.

Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa

hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau dihasilkan oleh siswa yang meliputi

pengetahuan, keterampilan dan sikap yang nampak pada perubahan tinngkah laku secara

kuantitatif.

B. Model CooperativeLearning Tipe Numbered Heads Together (NHT)

1. Pengertian Model Pembelajaran

Pada suatu proses pembelajaran di kelas seorang guru tentu tidak hanya

menggunakan metode pembelajaran sebagai caranya mengajar, melainkan juga

menggunakan suatu model pembelajaran. Komalasari (2010: 57) mengungkapkan bahwa

model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari

awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model

pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode,

dan teknik pembelajaran.

Secara kaffahpengertian model yang diungkapkan oleh Mayer (Trianto, 2010: 21)

dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan

suatu hal, dan sesuatu yang nyata dan dikonversikan untuk sebuah bentuk yang lebih

(22)

Pendapat yang sedikit berbeda diungkapkan oleh Arends. Arends(Suwarjo, 2008:

97) menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan suatu istilah yang digunakan

untuk menjelaskan suatu pendekatan atau rencana pengajaran yang mengacu pada

pendekatan secara menyeluruh yang memuat tujuan, tahapan-tahapan kegiatan,

lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dijabarkan di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang

menggambarkan bentuk pembelajaran dari awal hingga akhir. Dengan kata lain model

pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu konsep yang digunakan unutk

mempresentasikan suatu hal.

2. Pengertian Model CooperativeLearning

Model pembelajaran memiliki beragam jenis, salah satunya adalah model

cooperative learning. Cooperative learning (pembelajaran kooperatif) menurut

Depdiknas (Komalasari, 2010: 62) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok

kecil siswa yang saling bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk

mencapai tujuan belajar.

Sedangkan menurut Slavin (2009: 4)cooperative learning merujuk pada berbagai

macam metode pembelajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok

kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran.

Hal senada juga diungkapkan oleh Stahl(Solihatin dan Raharjo, 2007: 5), yang

mengungkapkan bahwa model pembelajaran cooperative learning menempatkan siswa

sebagai bagian dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai suatu hasil yang optimal

(23)

Cooperative learning adalah pembelajaran yang berbasis sosial. Hal ini

ditegaskan oleh Lie(Suprijono, 2011: 56) yang mengungkapkan bahwa model

pembelajaran ini didasarkan pada falsafat homo homini socius.

Menilik pengertian model cooperative learning dari beberapa pendapat para ahli

di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa model pembelajaran cooperative learning

adalah suatu model pembelajaran yang berdasarkan pada pendekatan konstruktivistik,

model pembelajaran ini menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerjasama

dalam mencapai hasil belajar yang optimal.

3. Ciri-ciri CooperativeLearning

Suatu model pembelajaran pasti memiliki karakteristik atau ciri-ciri yang berbeda

dengan model pembelajaran yang satu dengan yang lainnya. Muslimin, dkk.(Widyantini,

2008: 4)yang mengungkapkan bahwa ciri-ciri cooperative learning adalah sebagai

berikut; kerja kelompok, pembentukan kelompok secara heterogen, dan penghargaan

kelompok.

Hal senada juga diungkapkan oleh Arends(Faisal, 2009) ciri-ciri cooperative

learning adalah, (a) siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi

akademis, (b) anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang

berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi, (c) jika memungkinkan, masing-masing

anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin, dan (d) sistem

penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.

Berdasarkan pada pendapat para ahli di atas dapat penulis simpulkan bahwa

ciri-ciri utama dari cooperative learning adalah siswa yang belajar bersama dalam sebuah

(24)

kemampuan yang berbeda-beda serta setiap individu dalam kelompok harus bertanggung

jawab atas dirinya sendiri serta dengan rekan sesama kelompoknya.

4. Tujuan CooperativeLearning

Suatu model pembelajaran diterapkan dalam suatu kelas tentu mempunyai tujuan

tersendiri. Slavin (Fahmi, 2011)mengungkapkan bahwa tujuan cooperative learning

berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana

keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari

cooperative learning adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu

ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.

Tujuan cooperative learning yang lain datang dari Martati(2010: 15) yang mengungkapkan bahwa model cooperative learning(pembelajaran kooperatif) dikembangkan paling sedikit tiga tujuan penting, yaitu tujuan pertama,

cooperative learning dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam

tugas-tugas akademis yang penting. Tujuan kedua adalah toleransi dan penerimaan yang lebih luas terhadap orang-orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, atau kemampuannya.Tujuan ketiga adalah kooperatif mengajarkan keterampilan kerjasama dan berkolaborasi kepada siswa.

Sedangkan Ibrahim (Muchith, 2010: 90) merangkum tujuan model cooperative

learning menjadi tiga tujuan penting, yaitu:

a. Hasil belajar akademik

Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. b. Penerimaan terhadap perbedaan individu

Cooperative learning member peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang

dan kondisi untuk bekerjasama dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.

c. Pengembangan keterampilan sosial

Cooperative learning mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama

(25)

Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa tujuan

cooperativelearning selain untuk meningkatkan prestasi akademis siswa,

cooperativelearning juga dapat menumbuhkan sikap toleransi dan penerimaan terhadap

kekurangan orang lain, serta dapat mengembangkan keterampilan sosial.

5. Model CooperativeLearningTipe Numbered Heads Together (NHT)

Model cooperative learning memiliki beragam tipe dan jenis hal ini diungkapkan

oleh Muchith(2010: 107) yang salah satunya yaitu tipe Numbered Heads Together

(NHT). Model cooperative learningtipe NHT dikembangkan oleh Kagan pada tahun

1992 dengan melibatkan para siswa dalam me-review bahan yang tercakup dalam suatu

pelajaran mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut.

Sejalan dengan itu Herdian (2009)mengungkapkan bahwa cooperative learning

NHT merupakan salah satu tipe cooperative learning yang menekankan pada struktur

khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan

untuk meningkatkan penguasaan akademik.

Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran yang lebih

mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan

informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas.

Slavin (2009: 256)memaparkan bahwa NHT pada dasarnya adalah sebuah varian

dari group discussion, pembelokannya yaitu hanya pada satu siswa yang mewakili

kelompoknya tetapi sebelumnya tidak diberi tahu siapa yang akan menjadi wakil

kelompok tersebut. Pembelokan tersebut memastikan keterlibatan total dari semua siswa.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas maka dapat penulis simpulkan

(26)

para siswa berkumpul dalam satu kelompok kecil untuk berdiskusi memecahakan

masalah dan setiap anggotanya memiliki nomor yang berbeda.

6. Langkah-langkah Model CooperativeLearningTipe Numbered Heads Together (NHT)

Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam

menerapakan model cooperative learning tipe NHT di dalam kelasnya. Salah satunya

diungkapkan oleh Huda(2011: 138), langkah-langkah yang harus ditempuh dalam

penerapan model ini yaitu:

a. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor.

b. Guru memberikan tugas/pertanyaan dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

c. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. d. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil

mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka.

Hal senada juga diungkapkan oleh Muchith (2010: 107) yang mengungkapkan

langkah-langkah dalam pembelajaran dengan menggunakan model NHT menjadi empat

langkah penting yaitu:

a. Langkah 1: Penomoran (Numbering), yaitu guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan tiga hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor yang berbeda.

b. Langkah 2: Pengajuan pertanyaan (Questioning), yaitu guru mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.

c. Langkah 3: Berpikir bersama (Heads Together), yaitu siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.

(27)

Penjabaran yang sedikit berbeda mengenai langkah-langkah dalam pembelajaran

dengan model NHT diungkapkan oleh Komalasari (2010: 62-63) di mana

langkah-langkah tersebut yaitu:

1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor,

2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya, 3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota

kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.

4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.

5) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain. 6) Kesimpulan.

Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat penulis simpulkan bahwa

langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pembelajaran dengan menggunakan model

cooperativelearning tipe NHT yaitu diawali dengan pembentukan kelompok, di mana

setiap anggota kelompok diberi nomor, selanjutnya pemberian masalah atau pertanyaan

yang harus dipecahkan oleh seluruh anggota kelompok, setelah itu siswa bekerja sama

dengan anggota kelompoknya utntuk memecahkan masalah yang telah diberikan dan

diakhiri dengan guru menyebutkan salah satu nomor dari setiap kelompok untuk

menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru dan siswa yang nomornya telah dipanggil

harus menjawab pertanyaan yang telah diajukan.

7. Kelebihan dan Kekurangan CooperativeLearningTipe Numbered Heads Together (NHT)

Suatu hal pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan model

cooperative learning tipe NHT. Kelebihan dari model cooperativelearning tipe NHT

salah satunya diungkapkan oleh Huda (2011: 138), yaitu 1) memberikan kesempatan

(28)

tepat, 2) meningkatkan semangat kerjasama, dan 3) dapat digunakan untuk semua mata

pelajaran dan tingkatan kelas.

Isjoni (Anonim, 2010) mengungkapkan bahwa kelebihan model

cooperativelearning tipe NHT ada empat yaitu (1) setiap siswa menjadi siap

semua, (2) dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, (3) siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai, dan (4) tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok. Sedangkan kelemahannya adalah kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru dan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.

Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari beberapa pendapat para ahli di atas

adalah model cooperative learning tipe NHT memiliki kelebihan diantaranya yaitu dapat

meningkatkan kinerja anggota kelompok, menimbulkan rasa toleransi antar anggota, serta

dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan kekurangannya yaitu adanya

kemungkinan nomor yang sama akan dipanggil kembali dan tidak semua anggota

kelompok dipanggil oleh guru.

C. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

1. Pengertian IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science secara harfiah dapat disebut sebagai

ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Kata

“IPA” menurut Iskandar (1997: 2) merupakan singkatan dari “Ilmu Pengetahuan Alam”

yang merupakan terjemahan dari kata-kata bahasa Inggris “Natural Science” atau yang

sering disebut dengan “Science”. Sejalan dengan itu Carin (Kholil, 2009) mendefinisikan

IPA sebagai suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta serta

penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.

Sejalan dengan hal tersebut, Powler (Wikipedia, 2009) menye-butkan bahwa IPA

(29)

sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil

obervasi dan eksperimen.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari alam dan segala

keteraturannya.

2. Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam

Tujuan IPA tertuang dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi

adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdsarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterpkan dalam kehidupan sehari-hari.

c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan penddidikan ke SMP/MTs.

Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran

IPA adalah untuk mendorong siswa agar lebih meningkatkan kesadarannya dalam

memelihara apa yang tersedia di alam sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha

Esa.

3. Pembelajaran IPA di SD

IPA untuk Sekolah Dasar (SD) harus dimodifikasi agar anak-anak dapat

(30)

kemampuan anak untuk memahaminya. Peserta didik SD yang secara umum berusia 6-12

tahun, secara perkembangan kognitif termasuk dalam tahapan perkembangan operasional

konkret.

Tahapan ini ditandai dengan cara berpikir yang cenderung konkret/nyata. Oleh

karena itu dalam pembelajaran IPA di SD yang perlu diajarkan adalah produk dan proses

IPA, karena keduanya tidak dapat dipisahkan (Anonim, 2009).

Iskandar (1997: 2) menyebutkan IPA sebagai disiplin ilmu disebut juga sebagai

produk IPA. Bentuk IPA sebagai produk adalah fakta-fakta, prinsip-prinsip dan

teori-teori IPA. Iskandar juga menegaskan bahwa selain materi IPA harus dimodifikasi,

keterampilan-keterampilan proses IPA yang akan dilatihkan juga harus sesuai dengan

perkembangan anak-anak.

Permendiknas No. 22 Tahun 2006 menyebutkan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas maka penulis menyimpulan bahwa

pendidikan IPA untuk Sekolah Dasar dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mengajarkan

kepada siswa tentang bagaimana ahli IPA bekerja.

D. Kinerja Guru

Salah satu hal yang tidak boleh terlepas dari proses pembelajaran adalah peran guru

yang sangat penting di dalamnya. Kinerja guru yang baik dalam sebuah proses pembelajaran

akan berpengaruh pada aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat

(31)

siswa tidak saja ditentukan oleh manajemen sekolah, kurikulum, sarana, dan prasarana

pembelajaran, tetapi sebagian besar ditentukan oleh guru.

Selain itu Prastya Irawan, dkk. (Suprijono, 2010: 162) yang mengutip hasil penelitian

Fyan dan Maehr mengungkapkan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar

yaitu latar belakang keluarga, kondisi atau konteks sekolah dan motivasi, di dalamnya

termasuk peran guru dalam pembelajaran.

Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa kinerja guru

berperan penting dalam sebuah proses pembelajaran. Aktivitas dan hasil belajar siswa

dipengaruhi oleh baik atau buruknya kinerja guru dalam pembelajaran, selain dari faktor

intern dan ekstern siswa itu sendiri.

E. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan

kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menggunakan

model cooperativelearning tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan langkah-langkah

yang tepat maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas V B SDN 06

(32)
(33)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas

(PTK) atau yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research. Penelitian

tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya

sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya

sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardhani,

dkk., 2007: 1.3). Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yang

dirang-kai menjadi satu kesatuan yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (act),

pengamatan (observe), dan refleksi (reflect).

Penelitian ini dilakukan secara berkolaborasi dengan guru Kelas V B

SDN 06 Metro Barat. Temuan penting yang diharapkan dalam penelitian ini

adalah penggunaan model cooperativelearning tipe Numbered Heads

Together (NHT) mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam

(34)

2

B. Setting Penelitian

1. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SDN 06 Metro Barat Kota

Metro yang bertempat di Jln. Jendral Sudirman, Kelurahan Ganjar Agung

14/II, Kecamatan Metro Barat, Kota Metro.

2. Subyek Penelitian

Penelitian tindakan kelas inidilaksanakan secara kolaborasi

partisipan antara peneliti dengan guru Kelas V B SDN 06 Metro Barat.

Adapun subjek penelitian adalah seorang guru dan siswa Kelas V B SDN

06 Metro Barat dengan jumlah siswa 31 orang siswa.

3. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian inidilaksanakan pada semester genap Tahun

Pelajaran 2011/2012 pada bulan Februari-April terhitung dari mulai

dilaksanakannya observasi awal.

4. Sumber Data

Sumber data penelitian ini berupa data kualitatif dan data

kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi, sedangkan data

kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang diberikan pada setiap siklus dan

berbentuk skor (angka).

C. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data ini dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan.

1. Teknik nontes

Teknik nontes merupakan prosedur atau cara pengumpulan data aktivitas

(35)

3

2. Teknik tes

Teknik tes merupakan prosedur atau cara pengumpulan data hasil belajar

siswa. Hasil belajar siswa didapatkan dari hasil tes tertulis yang telah

dikerjakan oleh siswa.

D. Alat Pengumpulan Data

1. Lembar observasi, yaitu instrumen untuk mengadakan pengamatan

terhadap aktivitas siswa dan guru yang dilakukan oleh pengamat

(observer) pada proses pembelajaran yang sedang berlangsung

2. Tes, yaitu instrumen untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa melalui

tes tertulis yang dilaksanakan pada proses pembelajaran setiap siklus.

E. Teknik Analisis Data

Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan

kuantitatif. Berikut dijelaskan penerapan kedua teknik tersebut.

1. Kualitatif

Data kualitatif ini, diperoleh dari data nontes yaitu observasi. Data

observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa serta kinerja guru

selama proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model

pembelajaran cooperative learning tipe NHT.

Analisis dilakukan dengan cara memadukan data secara

keselu-ruhan. Analisis dan pendeskripsian data nontes ini bertujuan untuk

mengungkapkan semua perilaku siswa dan perubahannya selama proses

(36)

4

a) Aktivitas Siswa

Kriteria aktivitas siswa yang diamati dalam hal ini adalah

sebagai berikut:

1) Mengajukan pertanyan.

2) Merespon aktif pertanyaan lisan dari guru dan teman. 3) Melaksanakan instruksi/perintah.

4) Berpartisipasi aktif dalam kelompok untuk memecahkan

masalah pembelajaran.

5) Antusias/semangat dalam mengikuti keiatan pembelajaran.

6) Berpartisipasi aktif dalam mengontruksikan bahan praktikum berdasarkan fasailitas yang disediakan guru.

7) Memberikan pendapat saat diskusi.

(Kunandar, 2010: 296)

Rumus penilaian dengan persen dari kinerja siswa adalah

sebagai berikut:

Keterangan:

NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan

R = Skor mentah yang diperoleh siswa

SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

100= Bilangan tetap

(Sumber: Purwanto, 2008: 102)

Tabel 2. Keberhasilan Aktivitas Belajar Siswa

Rentang Nilai (%) Kualifikasi

(37)

b) Kinerja Guru

Aspek

pembelajaran yaitu meliputi, 1) prapembelajaran, 2) membuka pembe

lajaran, 3) kegiatan inti pembelajaran, dan 4) penutup. Untuk

mengetahui seberapa baik kinerja guru dalam pembelajaran maka

peneliti m

Data kuantitatif merupakan data dari hasil

cooperativelearning

diperoleh dari hasil tes

Data kuantitatif penelitian ini didapatkan dengan menghitung nilai

rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus:

a) Nilai

rata-pembelajaran yaitu meliputi, 1) prarata-pembelajaran, 2) membuka pembe

lajaran, 3) kegiatan inti pembelajaran, dan 4) penutup. Untuk

mengetahui seberapa baik kinerja guru dalam pembelajaran maka

peneliti menggunakan Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG)

rumus penilaian kinerja guru adalah sebagai berikut:

Kriteria penilaian kinerja guru yaitu sebagai berikut: a) baik

sekali (A) = 91-100, b) baik (B) = 76-90, c) cukup (C) = 61

rang Baik (D) = ≤ 60

Data kuantitatif merupakan data dari hasil belajar

learning tipe NHT pada siklus I dan siklus II.

diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan siswa pada siklus I dan

Data kuantitatif penelitian ini didapatkan dengan menghitung nilai

rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus:

-rata seluruh siswa didapat dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

pembelajaran yaitu meliputi, 1) prapembelajaran, 2) membuka

pembe-lajaran, 3) kegiatan inti pembepembe-lajaran, dan 4) penutup. Untuk

mengetahui seberapa baik kinerja guru dalam pembelajaran maka

enggunakan Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG)

adalah sebagai berikut:

Kriteria penilaian kinerja guru yaitu sebagai berikut: a) baik

0, c) cukup (C) = 61-75, d)

Ku-belajar melalui model

. Data kuantitatif

siklus I dan siklus II.

Data kuantitatif penelitian ini didapatkan dengan menghitung nilai

rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus:

(38)

(Sumber: Herhyanto, dkk. 2009: 4.9)

b) Sedangkan untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa

secara klasikal, digunakan rumus:

Prosedur yang digunakan berbentuk siklus

terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu perencanaan (

(act), pengamatan (

2.4). Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPA melalui model

cooperative learning

dan siklus II, yang dalam tiap siklusnya terdiri dari empat langkah yaitu:

1. Perencanaan (

akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran IPA.

2. Tindakan (

upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran IPA.

(Sumber: Herhyanto, dkk. 2009: 4.9)

Sedangkan untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa

secara klasikal, digunakan rumus:

Purwanto, 2008: 102)

. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa

Tingkat

(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)

Prosedur Penelitian

Prosedur yang digunakan berbentuk siklus (cycle).

terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu perencanaan (plan

), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect) (Wardhani,

2.4). Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPA melalui model

learning tipe NHT ini terdiri atas dua siklus, yaitu: siklus I

dan siklus II, yang dalam tiap siklusnya terdiri dari empat langkah yaitu:

Perencanaan (planning) adalah merencanakan program tindakan yang

akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa

dalam pembelajaran IPA.

Tindakan (acting) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai

upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam

pembelajaran IPA.

6

Sedangkan untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa

(cycle). Setiap siklus

plan), pelaksanaan

) (Wardhani,dkk., 2007:

2.4). Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPA melalui model

NHT ini terdiri atas dua siklus, yaitu: siklus I

dan siklus II, yang dalam tiap siklusnya terdiri dari empat langkah yaitu:

) adalah merencanakan program tindakan yang

akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa

) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai

(39)

7

3. Pengamatan (observing) adalah pengamatan terhadap siswa selama

pembelajaran berlangsung.

4. Refleksi (reflection) adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan

hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi

terhadap proses belajar selanjutnya.

Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Sumber: Modifikasi dari Wardhani (2007: 2.4)

Penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan masing-masing

siklus dua kali pertemuan. Peneliti dan guru kolaborasi memutuskan

untuk mengakhiri penelitian ini pada siklus kedua karena pada akhir

siklus kedua telah dicapai hasil yang sesuai dengan indikator

keberhasilan tindakan, sehingga diputuskan bahwa penelitian tindakan

kelas ini menggunakan dua siklus saja. Perencanaan I

Pelaksanaan II

Refleksi I Pelaksanaan I

Pengamatan

SIKLUS II

Pengamatan I

SIKLUS I

Perencanaan II

(40)

8

Urutan Penelitian Tindakan Kelas

1. Siklus I

a. Perencanaan (planning)

Pada tahap ini, peneliti membuat rencana

pembelajaran yang matang untuk mencapai pembelajaran yang

diinginkan. Dalam siklus pertama, peneliti mempersiapkan

proses pembelajaran IPA dengan model cooperative learning

tipe NHT dengan langkah-langkah sebagai berikut:

1) Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui SK dan

KD yang akan diajarkan.

2) Menyusun pemetaan SK dan KD.

3) Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai

dengan menggunakan model cooperative learning tipe

NHT.

4) Menyiapkan materi pembelajaran.

5) Menyusun silabus.

6) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara

kolaboratif antara peneliti dan guru dengan SK memahami

perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan

penggunaan sumber daya alam, dengan KD

mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang

dapat mempengaruhinya.

7) Menyiapkan sarana dan prasarana pendukung yang

(41)

9

8) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS).

9) Menyiapkan instrument penilaian.

10)Menyiapkan lembar panduan observasi untuk mengamati

aktivitas siswa dan kinerja guru selama pembelajaran

berlangsung.

11)Menyiapkan kamera untuk dokumentasi.

b. Pelaksanaan Tindakan (acting)

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari

rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti.

Tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran IPA melalui

model cooperative learning tipe NHT pada siklus I sesuai

dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:

Kegiatan Awal

a. Guru mengkondisikan siswa sebelum memulai

pembelajaran agar pembelajaran yang akan dilaksanakan

dapat berjalan dengan kondusif.

b. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran

yang ingin dicapai.

Kegiatan Inti

Eksplorasi

a. Guru memberikan sejumlah menggali pengetahuan awal

siswa mengenai materi yang akan disampaikan melalui

Tanya jawab. “Bagaimanakah ciri-ciri penguapan? Pada

(42)

10

mengetahui hal tersebut, kita akan melakukan serangkaian

percobaan.”

b. Guru menyampaikan sekilas materi tentang “Daur Air dan

Peristiwa Alam” dengan menggunakan media pembelajaran

yang telah disediakan sebelumnya.

c. Guru membagi kelas menjadi 4 kelompok, dengan jumlah

anggota 4-5 orang.

d. Guru membagikan LKS untuk dipecahkan bersama

kelompok.

e. Guru memfasilitassi siswa dalam melakukan percobaan

yang telah dibagikan.

Elaborasi

a. Guru membagikan nomor kepada setiap anggota kelompok

(misalnya, nomor 1, 2, 3, dan 4). Jika kelompok terdiri dari

5 anggota, dua anggota di antaranya mendapatkan satu

nomor yang sama dan keduanya harus bekerjasama satu

sama lain.

b. Guru memfasilitasi siswa dalam berkompetensi secara

sehat dalam pembelajaran kooperatif.

c. Guru memberikan waktu 5-10 menit pada masing-masing

kelompok untuk mendiskusikan jawabannya.

d. Guru memanggil satu nomor secara acak (misalnya, nomor

3) untuk memberikan jawabannya. Anggota kelompok

(43)

11

mengangkat tangannya, maka dialah yang berhak ditunjuk

untuk memberikan jawabannya.

e. Setelah itu guru memanggil nomor yang lain (misalnya,

nomor 4) untuk memberikan jawaban, namun dengan cara

yang berbeda. Misalnya, siswa bernomor 4 diminta untuk

menuliskan jawabannya di papan tulis.

f. Setelah seluruh nomor pada setiap kelompok mendapat

giliran untuk menjawab, guru lalu memberikan sejumlah

soal untuk diselesaikan secara individu. Hal ini bertujuan

untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat pemahaman

siswa terhadap materi yang sudah dipelajari bersama.

Konfirmasi

a. Guru mengulas secara global jawaban dari soal yang telah

dikerjakan siswa.

b. Guru memeriksa catatan siswa dan memberikan waktu

kepada siswa untuk bertanya.

c. Guru memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk

memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan.

Kegiatan Akhir

a. Guru bersama-sama siswa mengulas kembali materi yang

telah dipelajari bersama.

b. Guru memberikan penguatan kepada siwa terkait dengan

(44)

12

c. Guru memberikan tugas rumah kepada siswa dan

memberikan sedikit gambaran tentang materi yang akan

dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

d. Guru menertibkan siswa.

c. Observasi (observing)

Peneliti mengamati aktivitassiswa selama pembelajaran

berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan dan keantusiasan

siswa serta kinerja guru selama proses pembelajaran. Selama

proses pembelajaran, aktivitas siswa dan kinerja guru diamati

dengan cara membubuhkan tanda ceklist pada lembar

observasi.

d. Refleksi (reflection)

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap

aktivitas siswa, kinerja guru dan hasil belajar siswa. Analisis

aktivitassiswauntuk mengetahui sejauh mana siswa antusias

terhadap kegiatan pembelajaran IPA dengan menggunakan

model cooperative learning tipe NHT. Hasil tersebut akan

digunakan sebagai acuan perbaikan kinerja guru dan digunakan

sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut

dalam rangka mencapai tujuan PTK. Hasil analisis digunakan

(45)

13

2. Siklus II

a. Perencaanaan (planning)

Pada siklus II ini perencanaan kegiatan dibuat secara

kolabratif antara peneliti dan guru berdasarkan hasil refleksi

pada siklus sebelumnya, yang membedakan adalah indikator

pencapaian kompetensi, sedangkan standar kompetensi dan

kompetensi dasar tetap.

b. Pelaksanaan Tindakan (acting)

Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari

rencana perbaikan pembelajaran yang telah disusun secara

kolaboratif bersama guru mata pelajaran yang mengacu pada

hasil refleksi pada siklus sebelumnya.

c. Observasi (observation)

Peneliti mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran

berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan dan keantusiasan

siswadan kinerja guru selama proses pembelajaran. Selama

proses pembelajaran, aktivitas siswa dan kinerja guru diamati

dengan cara membubuhkan tanda ceklist pada lembar

observasi. Data yang diperoleh selanjutnya diolah,

digeneralisasikan agar diperoleh kesimpulan yang akurat dari

semua kekurangan dan kelebihan dari setiap siklus yang telah

dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan pada siklus

(46)

14

d. Refleksi (reflection)

Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap

aktivitas dan hasil belajar siswa. Analisis aktivitassiswauntuk

mengetahui sejauh mana siswa antusias terhadap kegiatan

pembelajaran IPA dengan menggunakan model cooperative

learning tipe NHT. Hasil analisis disajikan dalam bentuk

persentase dari siklus I dan siklus II. Analisis data ini dilakukan

untuk menentukan kesimpulan atau pelaksanaan pembelajaran

dengan menggunakan model cooperative learning tipe NHT

dalam meningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.

G. Indikator Keberhasilan Tindakan

Pembelajaran IPA dengan menggunakan model cooperative learning tipe

NHT dikatakan berhasil jika:

a. Persentase siswa aktif meningkat setiap siklusnya.

b. Adanya peningkatan rata-rata nilai siswa setiap siklusnya.

c. Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal meningkat pada setiap

siklusnya dan mencapai ≥ 70% atau masuk dalam kategori tinggi dengan

(47)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2010. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe NHT.

http://matematika-ipa.com/model-pembelajaran-cooeratif-learning-tipe-nht/. Diakses pada tanggal 12 Januari 2012 @ 06.00 WIB.

______. 2009. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar (SD). http://latipduniailmiah.

blogspot.com/2009/03/pembelajaran-ipa-sekolah-dasar-sd.html. Di-akses pada tanggal 12 Januari 2012 @ 06.15 WIB.

______. 2009. Penelitian Tindakan Kelas di SD. http://ptkmatematika.org/2009

/05/29/11/11/15.45. Diakses pada tanggal 12 Januari 2012 @ 09.00 WIB.

Aqib, Zainal, dkk.. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan

TK. Yrama Widya. Bandung.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Citra. Jakarta.

Fahmi, Syaiful. 2011. Cooperative Learning.

http://pmat.uad.ac.id/cooperative-learning.html. Diakses pada tanggal 28 Desember 2011 @ 05.45 WIB.

Faisal, Dianastuti Ria. 2009. Karakteristik dan Prinsip Cooperative Learning.

http://riadf.wordpress.com/2009/08/14/karakteristik-dan-prinsip-cooperative-learning/. Diakses pada tanggal 28 Desember 2011 @ 06.15 WIB.

Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Herdian. 2009. Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together).

(48)

78

Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Pustaka Belajar. Yogyakarta.

Iskandar, M. Srini. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetaahuan Alam. Depdikbud Dirjen Dikti. Jakarta.

Kholil, Anwar. 2009. Hakikat Pembelajaran IPA. http//anwarkholil.blogspot.com /2009/01/hakikat-pembelajaran-ipa.html. Diakses pada tanggal 12 Januari 2012 @ 06.30 WIB.

Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.

Refika Aditama. Bandung.

Martati, Badruli. 2010. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Kewaarganegaraan Strategi Penanaman Nilai. Grasindo. Bandung.

Muchith, Saekan, dkk.. 2010. Cooperative Learning. RaSail. Semarang.

Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.

Remaja Rosdakarya. Bandung.

Slavin, Robert, E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik.

Terjemahan oleh Lita. 2009. Nusa Media. Bandung.

Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model

Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.

Sowiyah. 2010, Pengembangan Kompetensi Guru SD. Lembaga Penelitian

Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Sumarno, Alim. 2011. Pengertian Hasil Belajar. http//musyawarahipa.wordpress. com/2011/11/12/pengertian-hasil-belajar/. Diakses pada tanggal 28 Desember 2011 @ 05.48 WIB.

Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.

Pustaka Pelajar. Yogyakarta.

Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi Kajian

Konsep: Teori dan Strategi Pengembangannya. Surya Pena Gemilang. Malang.

(49)

79

Syarifudin, Tatang dan Nur’aini. 2006. Landasan Pendidikan. Upi Press.

Bandung.

Tim Penyusun. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 mengenai Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. Jakarta.

___________. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 41 mengenai Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. Jakarta.

__________. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Konsep,

Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group. Surabaya.

Wahyuni, Nindiah Sri. 2010. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa

Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Mata Pelajaran IPA kelas V SD Barulaksana Kecamatan Lembang. Skripsi. http//repository.upi.edu. Diakses pada tanggal 28 Desember 2011 @ 06.30 WIB.

Wardhani, IGAK, dkk.. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka.

Jakarta.

Gambar

Tabel 2. Keberhasilan Aktivitas Belajar Siswa
Tabel 3. Kriteria Tingkat K. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa
Gambar 1. Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Sumber: Modifikasi dari Wardhani (2007: 2.4)

Referensi

Dokumen terkait

Apabila dalam pembuktian kualifikasi saudara dapat memenuhi jadwal waktu pelaksanaan serta Pembuktian Kualifikasi dimaksud, maka akan dilanjutkan dengan Pembuktian

Berdasarkan hasil penelitian tersebut, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share (TPS) dengan media video dapat meningkatkan

(2) Di KJA Gundil Situbondo prevalensi ektoparasit pada ikan Kerapu Cantang yaitu Benedenia sebesar 100% dan Dactylogyrus sebesar 0% serta intensitas ektoparasit

Pada kondisi yang tidak menentu, saya berani menjalankan usaha ini secara terus

So that students can socialize with peers without having to leave one of the Indonesian cultural identity is “caring”, based on research from various sources of journals and

Comments/justifications for changes: A new conceptual model and encoding for temporal concepts is developed as part of SWE Common instead of importing ISO 19108.. The reasons for

Bahwa pemberian ganti rugi oleh Pemerintah kepada bekas pemilik tanah kelebihan maksimum dan absentee/guntai yang dikuasai Negara, berdasarkan perhitungan pasal 6

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar optimasi, lembar observasi keterlaksanaan tahapan inkuiri, pedoman penilaian jawaban siswa terhadap