ABSTRAK
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBEREDHEADS
TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V B SDN 06 METRO BARAT
Oleh
MARDIANA WIDIYANTI
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa kelas V B SDN 06 Metro Barat pada mata pelajaran IPA. Rendahnya aktivitas siswa dapat dilihat dari kurangnya pastisipasi aktif siswa dalam mengikuti pembelajaran dan jarang bertanya mengenai materi yang diberikan. Sedangkan rendahnya hasil belajar siswa dilihat dari adanya siswa yang belum mencapai KKM dengan ketuntasan hasil belajar klasikal sebesar 41,93%. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA dengan menggunakan model cooperative learning tipe Numbered Heads Together (NHT).
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian tindakan kelas (classroom action research) dengan model siklus. Setiap silusnya terdapat empat tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, obsevasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi dan tes hasil belajar. Data yang diperoleh lalu dianalisis dengan menggunakan teknik analisis kualitatif dan kuantitatif.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan menggunakan model cooperative learning tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Hal ini dapat dilihat dari peningkatan aktivitas siswa dari siklus I ke siklus II yaitu dari kategori ”cukup aktif” menjadi ”aktif”. Sedangkan peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II dari kategori ”sedang” menjadi ”tinggi” atau meningkat dari 51,61% pada siklus I menjadi 77,42% pada siklus II.
Judul Skripsi : PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE
NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V B SDN 06 METRO BARAT
Nama : Mardiana Widiyanti
Nomor Pokok Mahasiswa : 0813053042
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Komisi Pembimbing
Drs. Supriyadi, M. Pd.
NIP 19591012 198503 1 002 Drs. Suyanto, M. Pd. NIP 19520604 197803 1 006
2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan
MENGESAHKAN
1. Tim Penguji
Ketua : Drs. Supriyadi, M. Pd. ...
Sekertaris : Drs. Suyanto, M. Pd. ...
Penguji Utama : Dr. Sowiyah, M. Pd. ...
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003
HALAMAN PERNYATAAN
Yang bertanda tangan dibawah ini:
Nama Mahasiswa : Mardiana Widiyanti
NPM : 0813053042
Program Studi : S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
Lokasi Penelitian : SDN 06 Metro Barat
Dengan ini menyatakan dengan sesunggunya bahwa skripsi yang berjudul:
’’Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Mata Pelajaran IPA Kelas V B SDN 06 Metro Barat Tahun Pelajaran 2011/2012” tersebut adalah asli hasil penelitian saya kecuali bagian-bagian tertentu yang dirujuk dari sumbernya dan disebutkan dalam Daftar Pustaka.
Apabila di kemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup dituntut berdasarkan Undang-undang dan Peraturan yang berlaku. Demikian per-nyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya
Bandar lampung, 24 Januari 2013 Yang membuat pernyataan,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan pada tanggal 23 Februari 1990 di Kota Metro, sebagai anak pertama dari dua bersaudara pasangan Bapak Sumaryana, S. Pd., dan Ibu Dra. Endang Suryanti.
Penulis menempuh Pendidikan Taman Kanak-Kanak Aisyah Bustanul Atfhal yang diselesaikan pada tahun 1997, Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan di SD Negeri 03 Rama Oetama, Seputih Raman pada tahun 2002,
Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Seputih Raman pada tahun 2005, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 1 Kotagajah, Lampung Tengah yang diselesaikan pada tahun 2008.
Pada tahun 2008 penulis mengikuti Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN) Universitas Lampung dan terdaftar sebagai mahasiswa
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS
TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V B SDN 06 METRO BARAT
(Skripsi)
Oleh
MARDIANA WIDIYANTI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE NUMBERED HEADS
TOGETHER (NHT) PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS V B SDN 06 METRO BARAT
Oleh
MARDIANA WIDIYANTI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
i
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap Bismillahirohmannirohim kupersembah-kan karya sederhana ini untuk:
1. Ibunda dan ayahanda tercinta, ibu Dra. Endang Suryanti dan ayah Sumaryana, S. Pd. yang selalu memberi dukungan, baik moril maupun mteriil demi kelancaran penyelesaian skripsi ini dan memotivasi serta senantiasa mendoakan keberhasilan saya,
2. Adik, Paman, Bibi, Kakek, Nenek, serta Keponakanku yang selalu menjadi penyemangat dan selalu mendambakan keberhasilanku,
3. Bapak dan Ibu dosen beserta staf, yang telah membekaliku dengan Ilmu agama maupun ilmu Pengetahuan.
4. Sahabat seperjuangan dan teman-teman di program Studi S1 PGSD angkatan 2008 Universitas Lampung,
ii SANWACANA
Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan
karunia rahmad, hidayah, dan inayah-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan
penyusunan skripsi yang berjudul “Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa
Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Mata Pelajaran IPA Kelas V B SDN 06 Metro Barat Tahun Pelajaran
2011/2012 “.
Dalam selesainya skripsi ini tak lupa peneliti mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Hariyanto, M.S selaku Rektor Universitas
Lampung yang telah memberikan kemudahan kepada peneliti dalam
mengikuti pendidikan hingga terselesaikannya skripsi ini.
2. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si, selaku Dekan FKIP Universitas
Lampung yang telah memberikan kemudahan kepada peneliti dalam
mengikuti pedidikan hingga terselesainya skripsi ini.
3. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu
Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
yang telah memberikan kesempatan dan kemudahan kepada peneliti dalam
mengikuti pendidikan hingga terselesainya skripsi ini.
4. Bapak Dr. Hi. Darsono, M.Pd., selaku ketua Program Studi PGSD
iii kesempatan dan kemudahan kepada peneliti dalam mengikuti pendidikan
hingga terselesaikannya skripsi ini.
5. Ibu Dra. Asmaul Khair, M. Pd., selaku Ketua PGSD UPP yang telah
memberikan kemudahan dan arahan kepada peneliti hingga peneliti dapat
menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Drs. Supriyadi, M. Pd., selaku Dosen dan Pembimbing I yang
dengan sabar dan senantiasa meluangkan waktu untuk memeberikan
arahan, masukan dan motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan
skripsi ini.
7. Bapak Drs. Suyanto, M.Pd., selaku Dosen dan Pembimbing II yang
dengan sabar dan senantiasa meluangkan waktu untuk memberikan arahan,
masukan dan motivasi sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini.
8. Ibu Dr. Sowiyah, M.Pd., selaku Dosen dan Pembahas yang telah
memberikan masukan dan saran-saran yang bermanfaat.
9. Bapak dan Ibu Dosen serta Staf PGSD UPP Metro yang telah banyak
membantu dala kelancaran penyusunan skripsi ini.
10. Bapak Jamalludin, S. Pd. I, selaku Kepala Sekolah SDN 06 Metro Barat
yang telah memberikan izin dan kemudahan untuk mendapatkan data
penunjang penelitian skripsi ini.
11. Ibu Ripyati, S. Pd., selaku teman sejawat serta para guru SDN 06 Metro
Barat atas bimbingan dan kerjasamanya sehingga penelitian ini dapat
berjalan dengan lancar.
12. Seluruh guru, staf, dan siswa siswi SDN 06 Metro Barat yang telah
iv 13. Bapak Sumaryana, S. Pd. dan Ibu Dra. Endang Suryanti, selaku orang tua
peneliti yang tak pernah lelah memberikan dorongan moral dan material
dalam menyelesaikan skripsi ini.
14. Adik, Paman, Bibi, Kemenakan, Kakek, Nenek, serta saudara-saudara
peneliti atas semangat dan motivasinya demi penyelesaian skripsi ini.
15. Rekan-rekan senasib dan seperjuangan, mahasiswa Program S-1 PGSD
angkatan 2008, yang telah memberikan bantuan dan motivasi dalam
menyelesaikan skripsi ini yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu.
16. Sahabatku Vinda Muryaningrum, terima kasih atas doa dan dukungannya
selama ini.
17. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan namanya satu per satu
yang telah banyak membantu peneliti, memberikan dorongan dan
informasi serta pendapat yang sangat bermanfaat bagi peneliti.
Semoga amal baik Bapak, Ibu dan Saudara-saudara mendapat balasan dari
Allah SWT. Tegur, kritik, dan saran yang membangun demi peningkatan kualitas
skripsi ini di masa mendatang sangat peneliti harapkan.
Akhir kata, peneliti berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi
dunia pendidikan yang selalu menghadapi tantangan seiring dengan tuntutan
zaman, khususnya para guru sebagai acuan dalam pengembangan pembelajaran di
kelas dalam usaha meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa.
Bandar lampung, 24 Januari 2013 Peneliti,
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan mutlak yang harus
dipenuhi sepanjang hayat. Apalagi pendidikan bagi bangsa yang sedang membangun seperti
bangsa Indonesia saat ini merupakan kebutuhan wajib yang harus dikembangkan sejalan
dengan tuntutan pembangunan. Hal ini tak lepas dari kerjasama antar lapisan masyarakat,
baik pendidik, orang tua siswa, maupun masyarakat yang berada di lingkungan sekitar
lembaga kependidikan.
Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang Sistem Pendidikan Nasional
(SISDIKNAS)menyebutkan bahwa pembelajaran adalah interaksi siswa dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Jadi, pembelajaran adalah proses yang
disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan
kegitan pada situasi tertentu.
Ilmu pengetahuan Alam (IPA) hakikatnya merupakan usaha manusia dalam
memahami alam semesta melalui pengamatan yang tepat (correct) pada sasaran, serta
menggunakan prosedur yang benar (true), dan dijelaskan dengan penalaran yang sahih
(valid) sehingga dihasilkan kesimpulan yang betul (truth) (Sutrisno, dkk., 2007: 1-19).
Berdasarkan apa yang telah diuraikan di atas maka dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran IPA mengandung tiga hal yang saling berkaitan satu sama lain. Ketiga hal
tersebut yaitu proses (usaha manusia memahami alam semesta), prosedur (pengamatan yang
tepat dan prosedurnya benar), dan produk (kesimpulannya betul).
Berlandaskan pada hal tersebut pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) hendaknya
dapat dilaksanakan dalam suasana ilmiah sehingga dapat mendorong siswa untuk lebih
berpikir kritis dan ilmiah, sehingga diharapkan diakhir pembelajaran IPA, siswa dapat
menerapkan pengetahuan yang didapatnya dalam kehidupan sehari-hari, sebagaimana yang
dilakukan oleh para ahli IPA.
Harapan tersebut terkadang tidak sesuai dengan kenyataan yang ditemukan di
lapangan.Masih ada beberapa sekolah yang belum membelajarkan IPA sebagaimana yang
diharapkan.Terutama pada sekolah-sekolah yang masih menerapkan model konvensional
pada setiap pembelajaran IPA di sekolahnya.
Berdasarkan observasi awal pada kelas V B SDN 06 Metro Barat diketahui bahwa
dalam proses pembelajaran IPA guru lebih sering menggunakan model pembelajaran yang
bersifat konvensional, dan belum menggunakan model cooperative learningterutama tipe
Numbered Heads Together (NHT) secara optimal, masih sebatas diskusi kelompok saja.
Selain itu pada saat proses pembelajaran siswa terlihat kurang berpartisipasi aktif dan jarang
siswa yang belum mencapai nilai Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) yang telah
ditetapkan sekolah sebesar 65, dan hanya 13 (41,93%) orang siswa dari 31 orang siswa yang
mencapai nilai KKM.
Salah satu upaya perbaikan pembelajaran yang ditawarkan untuk meningkatkan mutu
pembelajaran IPA sekolah dasar adalah model pembelajaran yang didasarkan pada
pandangan konstruktivis karena dianggap paling sesuai dengan karakteristik pembelajaran
IPA (Sutarno, 2008: 8.18).
Model pembelajaran konstruktivis yang dapat diterapkan untuk memperbaiki aktivitas
dan hasil belajar serta kinerja guru, salah satunya adalah model cooperative learning.
Menurut Slavin (2009: 4) cooperative learning merujuk pada berbagai macam metode
pembelajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling
membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran.
Model cooperative learning memiliki beragam tipe dan jenis, salah satunya yang
dapat diterapkan untuk memeperbaiki kinerja guru dalam membelajarkan IPA yaitu model
cooperative learning tipe NHT. Model cooperative learning tipe NHT pertama kali
dikembangkan oleh Kagan pada tahun 1992 (Muchith, 2010: 107).
Slavin (2009: 256) memaparkan bahwa NHT pada dasarnya adalah sebuah varian dari
group discussion, pembelokannya yaitu hanya pada satu siswa yang mewakili kelompoknya
tetapi sebelumnya tidak diberi tahu siapa yang akan menjadi wakil kelompok tersebut.
Pembelokan tersebut memastikan keterlibatan total dari semua siswa.
Hal tersebut didukung oleh keberhasilan dari penggunaan model cooperativelearning
Siliwangi yang telah berhasil meningkatkan aktivitas dan hasil belajar IPA Kelas V SD
Barulaksana Kecamatan Lembang.
Mempertimbangkan keberhasilan tersebut maka peneliti berkolaborasi dengan
seorang guru kelas akan mengadakan PTK dengan judul: ”Peningkatan aktivitas dan hasil
belajar siswa melalui model cooperative learning tipe Numbered Heads Together (NHT)
pada mata pelajaran IPA Kelas V B SDN 06 Metro Barat Tahun Pelajaran 2011/2012”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas perlu diidentifikasi permasalahan yang ada, yaitu
sebagai berikut:
1. Model pembelajaran yang diterapkan masih bersifat konvensional.
2. Kurangnya partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.
3. Siswa kurang aktif bertanya pada saat pembelajaran.
4. Ketuntasan hasil belajar siswaKelas V B SDN 06 Metro Barat pada mata pelajaran IPA
rendah, hanya 41,93% atau 13orang dari 31 orang siswa yang mencapai KKM yang telah
ditetapakan yaitu 65.
5. Belum adanya variasi pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
6. Belum optimalnya penggunaan model cooperative learning terutama tipe NHT dalam
proses pembelajaran IPA.
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, maka penelitian ini dapat dirumuskan
1. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa Kelas V B SDN 06 Metro Barat pada mata
pelajaran IPA dapat ditingkatkan melalui model cooperative learning tipe NHT?
2. Bagaimanakah aktivitas belajar siswa Kelas V B SDN 06 Metro Barat pada mata
pelajaran IPA dapat ditingkatkan melalui model cooperative learning tipe NHT?
D. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dari pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui:
1. Peningkatan aktivitas belajar siswaKelas V B SDN 06 Metro Barat pada pembelajaran
IPA melalui model cooperative learning tipe NHT.
2. Peningkatan hasil belajar siswa Kelas V B SDN 06 Metro Barat pada pembelajaran IPA
melalui model cooperative learning tipe NHT.
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan, memberikan informasi serta
bahan penerapan ilmu metode sebagai bahan perbaikan pembelajaran, khususnya
mengenai peningkatan hasil aktivitas dan hasil belajar IPA melalui model
cooperativelearning tipe NHT Kelas V B SDN 06 Metro Barat Tahun Pelajaran
2011/2012.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Dapat melatih siswa berpikir kritis, dan mendorong keaktifan belajar siswa
serta meningkatkan kemampuan dan keterampilan berdiskusi kelompok pada mata
b. Bagi Guru
Sebagai bahan pertimbangan, menambah wawasan, dan masukan untuk
meningkatkan kemampuan guru dalam meningkatkan kualitas pembelajaran IPA di
kelasnya, khususnya dalam mengem-bangkan kemampuan guru dalam menerapkan
model cooperativelearning khususnya tipe NHT.
c. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan bagi sekolah dalam upaya meningkatkan kualitas
pembelajaran IPA melalui penggunaan model cooperativelearning tipe NHT.
d. Bagi Peneliti
Menambah wawasan dan pengalaman tentang Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) dan dapat meningkatkan pengetahuan dalam pembelajaran khusunya dalam
menerapkan model cooperativelearning tipe NHT guna meningkatkan mutu
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Belajar
1. Aktivitas Belajar
Pada suatu proses pembelajaran tidak terlepas dari adanya aktivitas yang
dilakukan oleh seluruh anggota kelas, baik itu guru maupun siswa. Sriyono(Yasa,
2011)mengungkapkan bahwa aktivitas adalah segala kegiatan yang dilaksanakan baik
secara jasmani atau rohani. Aktivitas siswa selama proses belajar mengajar merupakan
salah satu indikator adanya keinginan siswa untuk belajar.Aktivitas siswa merupakan
kegiatan atau perilaku yang terjadi selama proses belajar mengajar.
Aktivitas banyak macamnya, maka para ahli mengadakan klasifikasi atas macam-macam aktivitas tersebut. Salah satunya adalah Dierich(Hamalik, 2008: 172) membagi kegiatan belajar dalam 8 kelompok, ialah:
a. Kegiatan-kegiatan visual
Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran, dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.
b. Kegiatan-kegiatan lisan (oral)
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian, mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemuka-kan pendapat, wawancara, diskusi, dan interupsi.
c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan
Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.
d. Kegiatan-kegiatan menulis
Menulis cerita, menulis laporan,memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes, dan mengisi angket.
e. Kegiatan-kegiatan menggambar
Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, membuat model, menyelenggarakan permainan, menari dan berkebun.
g. Kegiatan-kegiatan mental
Merenungkan, mengingat, memecahkan masalah, menganalisis, factor-faktor, melihat, hubungan-hubungan, dan membuat keputusan.
h. Kegiatan-kegiatan emosional
Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan dan overlap satu sama lain.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa aktivitas
belajar adalah suatu kegiatan yang dilakukan atau dilaksanakan baik secara jasmani
maupun secara rohani. Aktivitas belajar merupakan indikator adanya keinginan siswa
untuk belajar.
2. Hasil Belajar
Setiap sebuah proses selesai dilakukan hal terakhir yang diperoleh adalah sebuah
hasil dari proses tersebut, tak terkecuali belajar. Setelah proses pembelajaran berlangsung
hal terakhir untuk mengetahui apakan proses tersebut berjalan dengan baik adalah
mengetahui hasil dari proses pembelajaran tersebut.
Gagne dan Briggs(Sumarno, 2011)menyatakan bahwa hasil bela-jar merupakan
kemampuan internal (capability) yang meliputi pengeta-huan, keterampilan dan sikap
yang telah menjadi milik pribadi seseorang dan memungkinkan orang itu melakukan
sesuatu.
Pendapat yang lain diungkapkan oleh Suprijono (2011: 7)hasil belajar adalah
perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi
kemanusiaan saja. Artinya hasil pembelajaran tidak dilihat secara fragmentaris atau
Bloom, dkk. (Dimyati dan Mudjiono, 2006: 26-30)mengkategorikan jenis perilaku dan kemampu- an internal akibat belajar ke dalam tiga ranah, diantaranya:
a. Ranah kognitif, terdiri dari enam perilaku, diantaranya: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi.
b. Ranah afektif, terdiri dari lima perilaku, diantaranya: penerimaan, partisIPAsi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, serta pembentukan pola hidup. c. Ranah psikomotor, terdiri dari tujuh perilaku, diantaranya: persepsi, kesiapan,
gerakan terbimbing, gerakan yang terbiasa (berketerampilan), gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.
Berdasarkan beberapa pendapat para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa
hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau dihasilkan oleh siswa yang meliputi
pengetahuan, keterampilan dan sikap yang nampak pada perubahan tinngkah laku secara
kuantitatif.
B. Model CooperativeLearning Tipe Numbered Heads Together (NHT)
1. Pengertian Model Pembelajaran
Pada suatu proses pembelajaran di kelas seorang guru tentu tidak hanya
menggunakan metode pembelajaran sebagai caranya mengajar, melainkan juga
menggunakan suatu model pembelajaran. Komalasari (2010: 57) mengungkapkan bahwa
model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode,
dan teknik pembelajaran.
Secara kaffahpengertian model yang diungkapkan oleh Mayer (Trianto, 2010: 21)
dimaknakan sebagai suatu objek atau konsep yang digunakan untuk mempresentasikan
suatu hal, dan sesuatu yang nyata dan dikonversikan untuk sebuah bentuk yang lebih
Pendapat yang sedikit berbeda diungkapkan oleh Arends. Arends(Suwarjo, 2008:
97) menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan suatu istilah yang digunakan
untuk menjelaskan suatu pendekatan atau rencana pengajaran yang mengacu pada
pendekatan secara menyeluruh yang memuat tujuan, tahapan-tahapan kegiatan,
lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dijabarkan di atas, maka dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang
menggambarkan bentuk pembelajaran dari awal hingga akhir. Dengan kata lain model
pembelajaran dapat didefinisikan sebagai suatu konsep yang digunakan unutk
mempresentasikan suatu hal.
2. Pengertian Model CooperativeLearning
Model pembelajaran memiliki beragam jenis, salah satunya adalah model
cooperative learning. Cooperative learning (pembelajaran kooperatif) menurut
Depdiknas (Komalasari, 2010: 62) merupakan strategi pembelajaran melalui kelompok
kecil siswa yang saling bekerjasama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk
mencapai tujuan belajar.
Sedangkan menurut Slavin (2009: 4)cooperative learning merujuk pada berbagai
macam metode pembelajaran di mana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok
kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pembelajaran.
Hal senada juga diungkapkan oleh Stahl(Solihatin dan Raharjo, 2007: 5), yang
mengungkapkan bahwa model pembelajaran cooperative learning menempatkan siswa
sebagai bagian dari suatu sistem kerjasama dalam mencapai suatu hasil yang optimal
Cooperative learning adalah pembelajaran yang berbasis sosial. Hal ini
ditegaskan oleh Lie(Suprijono, 2011: 56) yang mengungkapkan bahwa model
pembelajaran ini didasarkan pada falsafat homo homini socius.
Menilik pengertian model cooperative learning dari beberapa pendapat para ahli
di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa model pembelajaran cooperative learning
adalah suatu model pembelajaran yang berdasarkan pada pendekatan konstruktivistik,
model pembelajaran ini menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerjasama
dalam mencapai hasil belajar yang optimal.
3. Ciri-ciri CooperativeLearning
Suatu model pembelajaran pasti memiliki karakteristik atau ciri-ciri yang berbeda
dengan model pembelajaran yang satu dengan yang lainnya. Muslimin, dkk.(Widyantini,
2008: 4)yang mengungkapkan bahwa ciri-ciri cooperative learning adalah sebagai
berikut; kerja kelompok, pembentukan kelompok secara heterogen, dan penghargaan
kelompok.
Hal senada juga diungkapkan oleh Arends(Faisal, 2009) ciri-ciri cooperative
learning adalah, (a) siswa bekerja dalam kelompok kooperatif untuk menguasai materi
akademis, (b) anggota-anggota dalam kelompok diatur terdiri dari siswa yang
berkemampuan rendah, sedang, dan tinggi, (c) jika memungkinkan, masing-masing
anggota kelompok kooperatif berbeda suku, budaya, dan jenis kelamin, dan (d) sistem
penghargaan yang berorientasi kepada kelompok daripada individu.
Berdasarkan pada pendapat para ahli di atas dapat penulis simpulkan bahwa
ciri-ciri utama dari cooperative learning adalah siswa yang belajar bersama dalam sebuah
kemampuan yang berbeda-beda serta setiap individu dalam kelompok harus bertanggung
jawab atas dirinya sendiri serta dengan rekan sesama kelompoknya.
4. Tujuan CooperativeLearning
Suatu model pembelajaran diterapkan dalam suatu kelas tentu mempunyai tujuan
tersendiri. Slavin (Fahmi, 2011)mengungkapkan bahwa tujuan cooperative learning
berbeda dengan kelompok tradisional yang menerapkan sistem kompetisi, di mana
keberhasilan individu diorientasikan pada kegagalan orang lain. Sedangkan tujuan dari
cooperative learning adalah menciptakan situasi di mana keberhasilan individu
ditentukan atau dipengaruhi oleh keberhasilan kelompoknya.
Tujuan cooperative learning yang lain datang dari Martati(2010: 15) yang mengungkapkan bahwa model cooperative learning(pembelajaran kooperatif) dikembangkan paling sedikit tiga tujuan penting, yaitu tujuan pertama,
cooperative learning dimaksudkan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam
tugas-tugas akademis yang penting. Tujuan kedua adalah toleransi dan penerimaan yang lebih luas terhadap orang-orang yang berbeda ras, budaya, kelas sosial, atau kemampuannya.Tujuan ketiga adalah kooperatif mengajarkan keterampilan kerjasama dan berkolaborasi kepada siswa.
Sedangkan Ibrahim (Muchith, 2010: 90) merangkum tujuan model cooperative
learning menjadi tiga tujuan penting, yaitu:
a. Hasil belajar akademik
Para pengembang model ini telah menunjukkan bahwa model struktur penghargaan kooperatif telah dapat meningkatkan nilai siswa pada belajar akademik dan perubahan norma yang berhubungan dengan hasil belajar. b. Penerimaan terhadap perbedaan individu
Cooperative learning member peluang bagi siswa dari berbagai latar belakang
dan kondisi untuk bekerjasama dengan saling bergantung pada tugas-tugas akademik dan melalui struktur penghargaan kooperatif akan belajar saling menghargai satu sama lain.
c. Pengembangan keterampilan sosial
Cooperative learning mengajarkan kepada siswa keterampilan bekerjasama
Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa tujuan
cooperativelearning selain untuk meningkatkan prestasi akademis siswa,
cooperativelearning juga dapat menumbuhkan sikap toleransi dan penerimaan terhadap
kekurangan orang lain, serta dapat mengembangkan keterampilan sosial.
5. Model CooperativeLearningTipe Numbered Heads Together (NHT)
Model cooperative learning memiliki beragam tipe dan jenis hal ini diungkapkan
oleh Muchith(2010: 107) yang salah satunya yaitu tipe Numbered Heads Together
(NHT). Model cooperative learningtipe NHT dikembangkan oleh Kagan pada tahun
1992 dengan melibatkan para siswa dalam me-review bahan yang tercakup dalam suatu
pelajaran mengecek atau memeriksa pemahaman mereka mengenai isi pelajaran tersebut.
Sejalan dengan itu Herdian (2009)mengungkapkan bahwa cooperative learning
NHT merupakan salah satu tipe cooperative learning yang menekankan pada struktur
khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan
untuk meningkatkan penguasaan akademik.
Numbered Heads Together (NHT) adalah suatu model pembelajaran yang lebih
mengedepankan kepada aktivitas siswa dalam mencari, mengolah, dan melaporkan
informasi dari berbagai sumber yang akhirnya dipresentasikan di depan kelas.
Slavin (2009: 256)memaparkan bahwa NHT pada dasarnya adalah sebuah varian
dari group discussion, pembelokannya yaitu hanya pada satu siswa yang mewakili
kelompoknya tetapi sebelumnya tidak diberi tahu siapa yang akan menjadi wakil
kelompok tersebut. Pembelokan tersebut memastikan keterlibatan total dari semua siswa.
Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli di atas maka dapat penulis simpulkan
para siswa berkumpul dalam satu kelompok kecil untuk berdiskusi memecahakan
masalah dan setiap anggotanya memiliki nomor yang berbeda.
6. Langkah-langkah Model CooperativeLearningTipe Numbered Heads Together (NHT)
Ada beberapa langkah yang harus diperhatikan oleh seorang guru dalam
menerapakan model cooperative learning tipe NHT di dalam kelasnya. Salah satunya
diungkapkan oleh Huda(2011: 138), langkah-langkah yang harus ditempuh dalam
penerapan model ini yaitu:
a. Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok. Masing-masing siswa dalam kelompok diberi nomor.
b. Guru memberikan tugas/pertanyaan dan masing-masing kelompok mengerjakannya.
c. Kelompok berdiskusi untuk menemukan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan semua anggota kelompok mengetahui jawaban tersebut. d. Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang dipanggil
mempresentasikan jawaban hasil diskusi kelompok mereka.
Hal senada juga diungkapkan oleh Muchith (2010: 107) yang mengungkapkan
langkah-langkah dalam pembelajaran dengan menggunakan model NHT menjadi empat
langkah penting yaitu:
a. Langkah 1: Penomoran (Numbering), yaitu guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan tiga hingga lima orang dan memberi mereka nomor sehingga tiap siswa dalam kelompok tersebut memiliki nomor yang berbeda.
b. Langkah 2: Pengajuan pertanyaan (Questioning), yaitu guru mengajukan suatu pertanyaan kepada siswa. Pertanyaan dapat bervariasi dari yang bersifat spesifik hingga yang bersifat umum.
c. Langkah 3: Berpikir bersama (Heads Together), yaitu siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban tersebut.
Penjabaran yang sedikit berbeda mengenai langkah-langkah dalam pembelajaran
dengan model NHT diungkapkan oleh Komalasari (2010: 62-63) di mana
langkah-langkah tersebut yaitu:
1) Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap kelompok mendapat nomor,
2) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya, 3) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan tiap anggota
kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya.
4) Guru memanggil salah satu nomor siswa dan nomor yang dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka.
5) Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor yang lain. 6) Kesimpulan.
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut maka dapat penulis simpulkan bahwa
langkah-langkah yang harus ditempuh dalam pembelajaran dengan menggunakan model
cooperativelearning tipe NHT yaitu diawali dengan pembentukan kelompok, di mana
setiap anggota kelompok diberi nomor, selanjutnya pemberian masalah atau pertanyaan
yang harus dipecahkan oleh seluruh anggota kelompok, setelah itu siswa bekerja sama
dengan anggota kelompoknya utntuk memecahkan masalah yang telah diberikan dan
diakhiri dengan guru menyebutkan salah satu nomor dari setiap kelompok untuk
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru dan siswa yang nomornya telah dipanggil
harus menjawab pertanyaan yang telah diajukan.
7. Kelebihan dan Kekurangan CooperativeLearningTipe Numbered Heads Together (NHT)
Suatu hal pasti memiliki kelebihan dan kekurangan, begitu juga dengan model
cooperative learning tipe NHT. Kelebihan dari model cooperativelearning tipe NHT
salah satunya diungkapkan oleh Huda (2011: 138), yaitu 1) memberikan kesempatan
tepat, 2) meningkatkan semangat kerjasama, dan 3) dapat digunakan untuk semua mata
pelajaran dan tingkatan kelas.
Isjoni (Anonim, 2010) mengungkapkan bahwa kelebihan model
cooperativelearning tipe NHT ada empat yaitu (1) setiap siswa menjadi siap
semua, (2) dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, (3) siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai, dan (4) tidak ada siswa yang mendominasi dalam kelompok. Sedangkan kelemahannya adalah kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru dan tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru.
Kesimpulan yang dapat penulis ambil dari beberapa pendapat para ahli di atas
adalah model cooperative learning tipe NHT memiliki kelebihan diantaranya yaitu dapat
meningkatkan kinerja anggota kelompok, menimbulkan rasa toleransi antar anggota, serta
dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Sedangkan kekurangannya yaitu adanya
kemungkinan nomor yang sama akan dipanggil kembali dan tidak semua anggota
kelompok dipanggil oleh guru.
C. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
1. Pengertian IPA
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) atau science secara harfiah dapat disebut sebagai
ilmu tentang alam, ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Kata
“IPA” menurut Iskandar (1997: 2) merupakan singkatan dari “Ilmu Pengetahuan Alam”
yang merupakan terjemahan dari kata-kata bahasa Inggris “Natural Science” atau yang
sering disebut dengan “Science”. Sejalan dengan itu Carin (Kholil, 2009) mendefinisikan
IPA sebagai suatu kegiatan berupa pertanyaan dan penyelidikan alam semesta serta
penemuan dan pengungkapan serangkaian rahasia alam.
Sejalan dengan hal tersebut, Powler (Wikipedia, 2009) menye-butkan bahwa IPA
sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum yang berupa kumpulan dari hasil
obervasi dan eksperimen.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka dapat penulis simpulkan bahwa
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan ilmu yang mempelajari alam dan segala
keteraturannya.
2. Tujuan Ilmu Pengetahuan Alam
Tujuan IPA tertuang dalam Permendiknas No. 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi
adalah agar siswa memiliki kemampuan sebagai berikut:
a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdsarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterpkan dalam kehidupan sehari-hari.
c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan penddidikan ke SMP/MTs.
Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa tujuan pembelajaran
IPA adalah untuk mendorong siswa agar lebih meningkatkan kesadarannya dalam
memelihara apa yang tersedia di alam sebagai wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha
Esa.
3. Pembelajaran IPA di SD
IPA untuk Sekolah Dasar (SD) harus dimodifikasi agar anak-anak dapat
kemampuan anak untuk memahaminya. Peserta didik SD yang secara umum berusia 6-12
tahun, secara perkembangan kognitif termasuk dalam tahapan perkembangan operasional
konkret.
Tahapan ini ditandai dengan cara berpikir yang cenderung konkret/nyata. Oleh
karena itu dalam pembelajaran IPA di SD yang perlu diajarkan adalah produk dan proses
IPA, karena keduanya tidak dapat dipisahkan (Anonim, 2009).
Iskandar (1997: 2) menyebutkan IPA sebagai disiplin ilmu disebut juga sebagai
produk IPA. Bentuk IPA sebagai produk adalah fakta-fakta, prinsip-prinsip dan
teori-teori IPA. Iskandar juga menegaskan bahwa selain materi IPA harus dimodifikasi,
keterampilan-keterampilan proses IPA yang akan dilatihkan juga harus sesuai dengan
perkembangan anak-anak.
Permendiknas No. 22 Tahun 2006 menyebutkan bahwa IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Oleh karena itu, pembelajaran IPA di Sekolah Dasar (SD) menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli di atas maka penulis menyimpulan bahwa
pendidikan IPA untuk Sekolah Dasar dapat didefinisikan sebagai ilmu yang mengajarkan
kepada siswa tentang bagaimana ahli IPA bekerja.
D. Kinerja Guru
Salah satu hal yang tidak boleh terlepas dari proses pembelajaran adalah peran guru
yang sangat penting di dalamnya. Kinerja guru yang baik dalam sebuah proses pembelajaran
akan berpengaruh pada aktivitas dan hasil belajar siswa. Hal tersebut sesuai dengan pendapat
siswa tidak saja ditentukan oleh manajemen sekolah, kurikulum, sarana, dan prasarana
pembelajaran, tetapi sebagian besar ditentukan oleh guru.
Selain itu Prastya Irawan, dkk. (Suprijono, 2010: 162) yang mengutip hasil penelitian
Fyan dan Maehr mengungkapkan bahwa ada tiga faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
yaitu latar belakang keluarga, kondisi atau konteks sekolah dan motivasi, di dalamnya
termasuk peran guru dalam pembelajaran.
Berdasarkan pendapat ahli di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa kinerja guru
berperan penting dalam sebuah proses pembelajaran. Aktivitas dan hasil belajar siswa
dipengaruhi oleh baik atau buruknya kinerja guru dalam pembelajaran, selain dari faktor
intern dan ekstern siswa itu sendiri.
E. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan tinjauan pustaka di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian tindakan
kelas yaitu “Apabila dalam pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) menggunakan
model cooperativelearning tipe Numbered Heads Together (NHT) dengan langkah-langkah
yang tepat maka dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa Kelas V B SDN 06
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan Penelitian Tindakan Kelas
(PTK) atau yang lazim dikenal dengan Classroom Action Research. Penelitian
tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya
sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya
sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat (Wardhani,
dkk., 2007: 1.3). Setiap siklus terdiri dari empat kegiatan pokok yang
dirang-kai menjadi satu kesatuan yaitu perencanaan (plan), pelaksanaan (act),
pengamatan (observe), dan refleksi (reflect).
Penelitian ini dilakukan secara berkolaborasi dengan guru Kelas V B
SDN 06 Metro Barat. Temuan penting yang diharapkan dalam penelitian ini
adalah penggunaan model cooperativelearning tipe Numbered Heads
Together (NHT) mampu meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
2
B. Setting Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilaksanakan di SDN 06 Metro Barat Kota
Metro yang bertempat di Jln. Jendral Sudirman, Kelurahan Ganjar Agung
14/II, Kecamatan Metro Barat, Kota Metro.
2. Subyek Penelitian
Penelitian tindakan kelas inidilaksanakan secara kolaborasi
partisipan antara peneliti dengan guru Kelas V B SDN 06 Metro Barat.
Adapun subjek penelitian adalah seorang guru dan siswa Kelas V B SDN
06 Metro Barat dengan jumlah siswa 31 orang siswa.
3. Waktu Penelitian
Kegiatan penelitian inidilaksanakan pada semester genap Tahun
Pelajaran 2011/2012 pada bulan Februari-April terhitung dari mulai
dilaksanakannya observasi awal.
4. Sumber Data
Sumber data penelitian ini berupa data kualitatif dan data
kuantitatif. Data kualitatif diperoleh dari hasil observasi, sedangkan data
kuantitatif diperoleh dari hasil tes yang diberikan pada setiap siklus dan
berbentuk skor (angka).
C. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data ini dilaksanakan selama pelaksanaan tindakan.
1. Teknik nontes
Teknik nontes merupakan prosedur atau cara pengumpulan data aktivitas
3
2. Teknik tes
Teknik tes merupakan prosedur atau cara pengumpulan data hasil belajar
siswa. Hasil belajar siswa didapatkan dari hasil tes tertulis yang telah
dikerjakan oleh siswa.
D. Alat Pengumpulan Data
1. Lembar observasi, yaitu instrumen untuk mengadakan pengamatan
terhadap aktivitas siswa dan guru yang dilakukan oleh pengamat
(observer) pada proses pembelajaran yang sedang berlangsung
2. Tes, yaitu instrumen untuk mengumpulkan data hasil belajar siswa melalui
tes tertulis yang dilaksanakan pada proses pembelajaran setiap siklus.
E. Teknik Analisis Data
Penelitian ini dianalisis dengan menggunakan analisis kualitatif dan
kuantitatif. Berikut dijelaskan penerapan kedua teknik tersebut.
1. Kualitatif
Data kualitatif ini, diperoleh dari data nontes yaitu observasi. Data
observasi digunakan untuk mengetahui aktivitas siswa serta kinerja guru
selama proses pembelajaran IPA dengan menggunakan model
pembelajaran cooperative learning tipe NHT.
Analisis dilakukan dengan cara memadukan data secara
keselu-ruhan. Analisis dan pendeskripsian data nontes ini bertujuan untuk
mengungkapkan semua perilaku siswa dan perubahannya selama proses
4
a) Aktivitas Siswa
Kriteria aktivitas siswa yang diamati dalam hal ini adalah
sebagai berikut:
1) Mengajukan pertanyan.
2) Merespon aktif pertanyaan lisan dari guru dan teman. 3) Melaksanakan instruksi/perintah.
4) Berpartisipasi aktif dalam kelompok untuk memecahkan
masalah pembelajaran.
5) Antusias/semangat dalam mengikuti keiatan pembelajaran.
6) Berpartisipasi aktif dalam mengontruksikan bahan praktikum berdasarkan fasailitas yang disediakan guru.
7) Memberikan pendapat saat diskusi.
(Kunandar, 2010: 296)
Rumus penilaian dengan persen dari kinerja siswa adalah
sebagai berikut:
Keterangan:
NP = Nilai persen yang dicari atau diharapkan
R = Skor mentah yang diperoleh siswa
SM = Skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan
100= Bilangan tetap
(Sumber: Purwanto, 2008: 102)
Tabel 2. Keberhasilan Aktivitas Belajar Siswa
Rentang Nilai (%) Kualifikasi
b) Kinerja Guru
Aspek
pembelajaran yaitu meliputi, 1) prapembelajaran, 2) membuka pembe
lajaran, 3) kegiatan inti pembelajaran, dan 4) penutup. Untuk
mengetahui seberapa baik kinerja guru dalam pembelajaran maka
peneliti m
Data kuantitatif merupakan data dari hasil
cooperativelearning
diperoleh dari hasil tes
Data kuantitatif penelitian ini didapatkan dengan menghitung nilai
rata-rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus:
a) Nilai
rata-pembelajaran yaitu meliputi, 1) prarata-pembelajaran, 2) membuka pembe
lajaran, 3) kegiatan inti pembelajaran, dan 4) penutup. Untuk
mengetahui seberapa baik kinerja guru dalam pembelajaran maka
peneliti menggunakan Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG)
rumus penilaian kinerja guru adalah sebagai berikut:
Kriteria penilaian kinerja guru yaitu sebagai berikut: a) baik
sekali (A) = 91-100, b) baik (B) = 76-90, c) cukup (C) = 61
rang Baik (D) = ≤ 60
Data kuantitatif merupakan data dari hasil belajar
learning tipe NHT pada siklus I dan siklus II.
diperoleh dari hasil tes yang dikerjakan siswa pada siklus I dan
Data kuantitatif penelitian ini didapatkan dengan menghitung nilai
rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus:
-rata seluruh siswa didapat dengan menggunakan rumus:
Keterangan:
pembelajaran yaitu meliputi, 1) prapembelajaran, 2) membuka
pembe-lajaran, 3) kegiatan inti pembepembe-lajaran, dan 4) penutup. Untuk
mengetahui seberapa baik kinerja guru dalam pembelajaran maka
enggunakan Instrumen Penilaian Kinerja Guru (IPKG)
adalah sebagai berikut:
Kriteria penilaian kinerja guru yaitu sebagai berikut: a) baik
0, c) cukup (C) = 61-75, d)
Ku-belajar melalui model
. Data kuantitatif
siklus I dan siklus II.
Data kuantitatif penelitian ini didapatkan dengan menghitung nilai
rata kelas dari hasil tes yang diberikan kepada siswa dengan rumus:
(Sumber: Herhyanto, dkk. 2009: 4.9)
b) Sedangkan untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa
secara klasikal, digunakan rumus:
Prosedur yang digunakan berbentuk siklus
terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu perencanaan (
(act), pengamatan (
2.4). Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPA melalui model
cooperative learning
dan siklus II, yang dalam tiap siklusnya terdiri dari empat langkah yaitu:
1. Perencanaan (
akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran IPA.
2. Tindakan (
upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA.
(Sumber: Herhyanto, dkk. 2009: 4.9)
Sedangkan untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa
secara klasikal, digunakan rumus:
Purwanto, 2008: 102)
. Kriteria Tingkat Keberhasilan Belajar Siswa
Tingkat
(Sumber: Aqib, dkk., 2009: 41)
Prosedur Penelitian
Prosedur yang digunakan berbentuk siklus (cycle).
terdiri dari empat kegiatan pokok yaitu perencanaan (plan
), pengamatan (observe), dan refleksi (reflect) (Wardhani,
2.4). Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPA melalui model
learning tipe NHT ini terdiri atas dua siklus, yaitu: siklus I
dan siklus II, yang dalam tiap siklusnya terdiri dari empat langkah yaitu:
Perencanaan (planning) adalah merencanakan program tindakan yang
akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
dalam pembelajaran IPA.
Tindakan (acting) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai
upaya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa dalam
pembelajaran IPA.
6
Sedangkan untuk menghitung persentase ketuntasan belajar siswa
(cycle). Setiap siklus
plan), pelaksanaan
) (Wardhani,dkk., 2007:
2.4). Penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPA melalui model
NHT ini terdiri atas dua siklus, yaitu: siklus I
dan siklus II, yang dalam tiap siklusnya terdiri dari empat langkah yaitu:
) adalah merencanakan program tindakan yang
akan dilakukan untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa
) adalah pembelajaran yang dilakukan peneliti sebagai
7
3. Pengamatan (observing) adalah pengamatan terhadap siswa selama
pembelajaran berlangsung.
4. Refleksi (reflection) adalah kegiatan mengkaji dan mempertimbangkan
hasil yang diperoleh dari pengamatan sehingga dapat dilakukan revisi
terhadap proses belajar selanjutnya.
Siklus tindakan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1. Bagan Siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Sumber: Modifikasi dari Wardhani (2007: 2.4)
Penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan masing-masing
siklus dua kali pertemuan. Peneliti dan guru kolaborasi memutuskan
untuk mengakhiri penelitian ini pada siklus kedua karena pada akhir
siklus kedua telah dicapai hasil yang sesuai dengan indikator
keberhasilan tindakan, sehingga diputuskan bahwa penelitian tindakan
kelas ini menggunakan dua siklus saja. Perencanaan I
Pelaksanaan II
Refleksi I Pelaksanaan I
Pengamatan
SIKLUS II
Pengamatan I
SIKLUS I
Perencanaan II
8
Urutan Penelitian Tindakan Kelas
1. Siklus I
a. Perencanaan (planning)
Pada tahap ini, peneliti membuat rencana
pembelajaran yang matang untuk mencapai pembelajaran yang
diinginkan. Dalam siklus pertama, peneliti mempersiapkan
proses pembelajaran IPA dengan model cooperative learning
tipe NHT dengan langkah-langkah sebagai berikut:
1) Melakukan analisis kurikulum untuk mengetahui SK dan
KD yang akan diajarkan.
2) Menyusun pemetaan SK dan KD.
3) Merumuskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
dengan menggunakan model cooperative learning tipe
NHT.
4) Menyiapkan materi pembelajaran.
5) Menyusun silabus.
6) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) secara
kolaboratif antara peneliti dan guru dengan SK memahami
perubahan yang terjadi di alam dan hubungannya dengan
penggunaan sumber daya alam, dengan KD
mendeskripsikan proses daur air dan kegiatan manusia yang
dapat mempengaruhinya.
7) Menyiapkan sarana dan prasarana pendukung yang
9
8) Menyiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS).
9) Menyiapkan instrument penilaian.
10)Menyiapkan lembar panduan observasi untuk mengamati
aktivitas siswa dan kinerja guru selama pembelajaran
berlangsung.
11)Menyiapkan kamera untuk dokumentasi.
b. Pelaksanaan Tindakan (acting)
Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari
rencana pembelajaran yang telah dipersiapkan oleh peneliti.
Tindakan yang dilakukan dalam pembelajaran IPA melalui
model cooperative learning tipe NHT pada siklus I sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun sebagai berikut:
Kegiatan Awal
a. Guru mengkondisikan siswa sebelum memulai
pembelajaran agar pembelajaran yang akan dilaksanakan
dapat berjalan dengan kondusif.
b. Guru menyampaikan apersepsi dan tujuan pembelajaran
yang ingin dicapai.
Kegiatan Inti
Eksplorasi
a. Guru memberikan sejumlah menggali pengetahuan awal
siswa mengenai materi yang akan disampaikan melalui
Tanya jawab. “Bagaimanakah ciri-ciri penguapan? Pada
10
mengetahui hal tersebut, kita akan melakukan serangkaian
percobaan.”
b. Guru menyampaikan sekilas materi tentang “Daur Air dan
Peristiwa Alam” dengan menggunakan media pembelajaran
yang telah disediakan sebelumnya.
c. Guru membagi kelas menjadi 4 kelompok, dengan jumlah
anggota 4-5 orang.
d. Guru membagikan LKS untuk dipecahkan bersama
kelompok.
e. Guru memfasilitassi siswa dalam melakukan percobaan
yang telah dibagikan.
Elaborasi
a. Guru membagikan nomor kepada setiap anggota kelompok
(misalnya, nomor 1, 2, 3, dan 4). Jika kelompok terdiri dari
5 anggota, dua anggota di antaranya mendapatkan satu
nomor yang sama dan keduanya harus bekerjasama satu
sama lain.
b. Guru memfasilitasi siswa dalam berkompetensi secara
sehat dalam pembelajaran kooperatif.
c. Guru memberikan waktu 5-10 menit pada masing-masing
kelompok untuk mendiskusikan jawabannya.
d. Guru memanggil satu nomor secara acak (misalnya, nomor
3) untuk memberikan jawabannya. Anggota kelompok
11
mengangkat tangannya, maka dialah yang berhak ditunjuk
untuk memberikan jawabannya.
e. Setelah itu guru memanggil nomor yang lain (misalnya,
nomor 4) untuk memberikan jawaban, namun dengan cara
yang berbeda. Misalnya, siswa bernomor 4 diminta untuk
menuliskan jawabannya di papan tulis.
f. Setelah seluruh nomor pada setiap kelompok mendapat
giliran untuk menjawab, guru lalu memberikan sejumlah
soal untuk diselesaikan secara individu. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui sampai sejauh mana tingkat pemahaman
siswa terhadap materi yang sudah dipelajari bersama.
Konfirmasi
a. Guru mengulas secara global jawaban dari soal yang telah
dikerjakan siswa.
b. Guru memeriksa catatan siswa dan memberikan waktu
kepada siswa untuk bertanya.
c. Guru memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk
memperoleh pengalaman belajar yang telah dilakukan.
Kegiatan Akhir
a. Guru bersama-sama siswa mengulas kembali materi yang
telah dipelajari bersama.
b. Guru memberikan penguatan kepada siwa terkait dengan
12
c. Guru memberikan tugas rumah kepada siswa dan
memberikan sedikit gambaran tentang materi yang akan
dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
d. Guru menertibkan siswa.
c. Observasi (observing)
Peneliti mengamati aktivitassiswa selama pembelajaran
berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan dan keantusiasan
siswa serta kinerja guru selama proses pembelajaran. Selama
proses pembelajaran, aktivitas siswa dan kinerja guru diamati
dengan cara membubuhkan tanda ceklist pada lembar
observasi.
d. Refleksi (reflection)
Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap
aktivitas siswa, kinerja guru dan hasil belajar siswa. Analisis
aktivitassiswauntuk mengetahui sejauh mana siswa antusias
terhadap kegiatan pembelajaran IPA dengan menggunakan
model cooperative learning tipe NHT. Hasil tersebut akan
digunakan sebagai acuan perbaikan kinerja guru dan digunakan
sebagai acuan untuk menentukan langkah-langkah lebih lanjut
dalam rangka mencapai tujuan PTK. Hasil analisis digunakan
13
2. Siklus II
a. Perencaanaan (planning)
Pada siklus II ini perencanaan kegiatan dibuat secara
kolabratif antara peneliti dan guru berdasarkan hasil refleksi
pada siklus sebelumnya, yang membedakan adalah indikator
pencapaian kompetensi, sedangkan standar kompetensi dan
kompetensi dasar tetap.
b. Pelaksanaan Tindakan (acting)
Langkah tindakan ini merupakan pelaksanaan dari
rencana perbaikan pembelajaran yang telah disusun secara
kolaboratif bersama guru mata pelajaran yang mengacu pada
hasil refleksi pada siklus sebelumnya.
c. Observasi (observation)
Peneliti mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran
berlangsung yaitu observasi tentang keaktifan dan keantusiasan
siswadan kinerja guru selama proses pembelajaran. Selama
proses pembelajaran, aktivitas siswa dan kinerja guru diamati
dengan cara membubuhkan tanda ceklist pada lembar
observasi. Data yang diperoleh selanjutnya diolah,
digeneralisasikan agar diperoleh kesimpulan yang akurat dari
semua kekurangan dan kelebihan dari setiap siklus yang telah
dilaksanakan, sehingga dapat direfleksikan pada siklus
14
d. Refleksi (reflection)
Peneliti menganalisis hasil pengamatan terhadap
aktivitas dan hasil belajar siswa. Analisis aktivitassiswauntuk
mengetahui sejauh mana siswa antusias terhadap kegiatan
pembelajaran IPA dengan menggunakan model cooperative
learning tipe NHT. Hasil analisis disajikan dalam bentuk
persentase dari siklus I dan siklus II. Analisis data ini dilakukan
untuk menentukan kesimpulan atau pelaksanaan pembelajaran
dengan menggunakan model cooperative learning tipe NHT
dalam meningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa.
G. Indikator Keberhasilan Tindakan
Pembelajaran IPA dengan menggunakan model cooperative learning tipe
NHT dikatakan berhasil jika:
a. Persentase siswa aktif meningkat setiap siklusnya.
b. Adanya peningkatan rata-rata nilai siswa setiap siklusnya.
c. Ketuntasan hasil belajar siswa secara klasikal meningkat pada setiap
siklusnya dan mencapai ≥ 70% atau masuk dalam kategori tinggi dengan
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2010. Model Pembelajaran Cooperative Learning Tipe NHT.
http://matematika-ipa.com/model-pembelajaran-cooeratif-learning-tipe-nht/. Diakses pada tanggal 12 Januari 2012 @ 06.00 WIB.
______. 2009. Pembelajaran IPA Sekolah Dasar (SD). http://latipduniailmiah.
blogspot.com/2009/03/pembelajaran-ipa-sekolah-dasar-sd.html. Di-akses pada tanggal 12 Januari 2012 @ 06.15 WIB.
______. 2009. Penelitian Tindakan Kelas di SD. http://ptkmatematika.org/2009
/05/29/11/11/15.45. Diakses pada tanggal 12 Januari 2012 @ 09.00 WIB.
Aqib, Zainal, dkk.. 2009. Penelitian Tindakan Kelas untuk Guru SD, SLB, dan
TK. Yrama Widya. Bandung.
Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Citra. Jakarta.
Fahmi, Syaiful. 2011. Cooperative Learning.
http://pmat.uad.ac.id/cooperative-learning.html. Diakses pada tanggal 28 Desember 2011 @ 05.45 WIB.
Faisal, Dianastuti Ria. 2009. Karakteristik dan Prinsip Cooperative Learning.
http://riadf.wordpress.com/2009/08/14/karakteristik-dan-prinsip-cooperative-learning/. Diakses pada tanggal 28 Desember 2011 @ 06.15 WIB.
Hamalik, Oemar. 2008. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.
Herdian. 2009. Model Pembelajaran NHT (Numbered Heads Together).
78
Huda, Miftahul. 2011. Cooperative Learning Metode, Teknik, Struktur dan Model Penerapan. Pustaka Belajar. Yogyakarta.
Iskandar, M. Srini. 1997. Pendidikan Ilmu Pengetaahuan Alam. Depdikbud Dirjen Dikti. Jakarta.
Kholil, Anwar. 2009. Hakikat Pembelajaran IPA. http//anwarkholil.blogspot.com /2009/01/hakikat-pembelajaran-ipa.html. Diakses pada tanggal 12 Januari 2012 @ 06.30 WIB.
Komalasari, Kokom. 2010. Pembelajaran Kontekstual Konsep dan Aplikasi.
Refika Aditama. Bandung.
Martati, Badruli. 2010. Metodologi Pembelajaran Pendidikan Kewaarganegaraan Strategi Penanaman Nilai. Grasindo. Bandung.
Muchith, Saekan, dkk.. 2010. Cooperative Learning. RaSail. Semarang.
Purwanto, Ngalim. 2008. Prinsip-prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran.
Remaja Rosdakarya. Bandung.
Slavin, Robert, E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik.
Terjemahan oleh Lita. 2009. Nusa Media. Bandung.
Solihatin, Etin dan Raharjo. 2007. Cooperative Learning Analisis Model
Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.
Sowiyah. 2010, Pengembangan Kompetensi Guru SD. Lembaga Penelitian
Universitas Lampung. Bandar Lampung.
Sumarno, Alim. 2011. Pengertian Hasil Belajar. http//musyawarahipa.wordpress. com/2011/11/12/pengertian-hasil-belajar/. Diakses pada tanggal 28 Desember 2011 @ 05.48 WIB.
Suprijono, Agus. 2011. Cooperative Learning Teori dan Aplikasi PAIKEM.
Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Suwarjo. 2008. Pembelajaran Kooperatif dalam Apresiasi Prosa Fiksi Kajian
Konsep: Teori dan Strategi Pengembangannya. Surya Pena Gemilang. Malang.
79
Syarifudin, Tatang dan Nur’aini. 2006. Landasan Pendidikan. Upi Press.
Bandung.
Tim Penyusun. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 22 mengenai Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. Jakarta.
___________. 2006. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia No. 41 mengenai Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Depdiknas. Jakarta.
__________. 2011. Format Penulisan Karya Ilmiah. Universitas Lampung.
Bandar Lampung.
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif, Progresif, Konsep,
Landasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Kencana Prenada Media Group. Surabaya.
Wahyuni, Nindiah Sri. 2010. Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa
Melalui Model Cooperative Learning Tipe Numbered Heads Together (NHT) pada Mata Pelajaran IPA kelas V SD Barulaksana Kecamatan Lembang. Skripsi. http//repository.upi.edu. Diakses pada tanggal 28 Desember 2011 @ 06.30 WIB.
Wardhani, IGAK, dkk.. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka.
Jakarta.