• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI KASUS TENTANG KESABARAN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS REMAJA DI PURWOKERTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STUDI KASUS TENTANG KESABARAN PADA PENDERITA DIABETES MELLITUS REMAJA DI PURWOKERTO"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

50

STUDI KASUS TENTANG KESABARAN PADA

PENDERITA DIABETES MELLITUS REMAJA DI PURWOKERTO

A CASE STUDY ON PATIENCE IN ADOLESCENTS WITH DIABETES MELLITUS IN PURWOKERTO

Oleh:

Siti Umidatus Sururiyah*) Dyah Astorini Wulandari**)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesabaran pada pasien diabetes mellitus remaja di Purwokerto. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif menggunakan pendekatan studi kasus dengan mengkaji aspek-aspek kesabaran yaitu teguh, tabah, dan tekun. Informan dalam penelitian ini yaitu 1 orang sebagai informan primer yang menderita diabetes mellitus remaja, dan 3 orang sebagai informan sekunder. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode wawawancara. Analisis data yang digunakan adalah analisis data model interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan memiliki kesabaran yang baik dalam menghadapi penyakit diabetes melitus. Dalam hal keteguhan informan menunjukkan disiplin yang tinggi dalam hal melakukan suntik insulin setiap hari dalam kondisi sehat amaupun sakit. Kemudian dalam hal ketabahan informan memiliki daya juang yang tinggi untuk mengejar ketertinggalan pelajaran karena kondisinya membuat informan tidak boleh terlalu capai. Sehingga sering tidak berangkat sekolah. Selanjutnya dalam dalam hal ketekunan informan mengarahkan energinya untuk hal yang positif seperti mengikuti estrakurikuler fotografi di sekolah. Selain itu juga informan berusaha untuk mencari pengobatan alternatif yang cocok. Informan mengatasi kesehatannya dengan selalu membawa suntikan serta membawa permen atau makanan manis.

Kata Kunci :, Kesabaran, Diebetes Mellitus,Remaja

ABSTRACT

This study aimed to figure out the patience of adolescents with diabetes mellitus in Purwokerto. It was aqualitative research using case study approach through reviewing the patience aspect such as firm, steady, and anddiligent. The informants were one primary informant which was an adolescent with diabetes mellitus and threesecondary informants. Interview, recording, and documentation

__________________________

*) Alumni Fakultas Psikologi – Universitas Muhammadiyah Purwokerto **) Dosen Fakultas Psikologi – Universitas Muhammadiyah Purwokerto

(2)

method was used to collect the data. Interactivemodel data was used to analyze the data. The result showed that informants had good patience in facing the diabetes mellitus. In term of firmness, theyshowed high discipline in doing insulin injection everyday in a healthy or sickness condition. Then, in term of steadiness, they had a high spirit to catch up the school lesson because they must not be exhausted, so that they were absent frequently. In term of diligence, they used their energy to the positive thing such as joining photography extracurricular at school. Besides, they also tried to have appropriate alternative treatment. They got in shape by always bringing injection, candies or sweets.

Keywords:Patience, Diabetes Mellitus, Adolescents

PENDAHULUAN

Gaya hidup modern dengan banyak pilihan menu makanan dan cara hidup yang kurang sehat semakin marak ditemukan di lapisan masyarakat sehingga menyebabkan terjadinya peningkatan jumlah penyakit degenerative. Qian dan Eaton (dalam Arisman, 2013) menyatakan penyakit ini ditandai dengan hiperglisemia, suatu kondisi yang berkaitan erat dengan kerusakan pembuluh darah besar maupun kecil yang berakhir sebagai kegagalan, kerusakan, atau gangguan fungsi organ.

Semiardji (2009) mengemukakan berbagai permasalahan emosional yang sering dialami pasien diabetes antara lain denial (penyangkalan) akan penyakit diabetes sehingga orang yang mempunyai diabetes cenderung enggan menerapkan pola hidup sehat, obsesi/ cenderung sangat memperhatikan pola makan, marah dan frustrasi karena begitu banyak pantangan atau merasa telah menjalani berbagai jenis terapi namun tidak terjadi perubahan kadar gula darah yang signifikan, takut akan komplikasi dan risiko kematian, jenuh meminum obat yang harus dikonsumsi seumur hidup, atau bahkan mengalami depresi.

Kepatuhan pasien dalam mentaati diet diabetes mellitus sangat berperan penting untuk menstabilkan kadar glukosa pada pasien diabetes mellitus, sedangkan kepatuhan itu sendiri merupakan suatu hal yang penting untuk dapat mengembangkan rutinitas (kebiasaan) yang dapat membantu pasien dalam mengikuti jadwal diet yang kadangkala sulit untuk dilakukan oleh pasien. Kepatuhan bisa menjadi hal yang sulit bagi pasien dan membutuhkan dukungan agar terbiasa dengan perubahan yang dilakukan dengan cara mengatur untuk meluangkan waktu dan kesempatan yang dibutuhkan untuk menyesuaikan diri. Tambayong (dalam Phitri & Widiyaningsih, 2013) mengungkapkan bahwa kepatuhan terjadi bila aturan menggunakan obat yang diresepkan serta pemberiannya diikuti dengan benar.

Diet merupakan terapi utama pada diabetes mellitus, maka setiap pasien semestinya mempunyai sikap yang positif (mendukung) terhadap diet agar tidak terjadi komplikasi, baik akut maupun kronis. Jika pasien tidak mempunyai sikap

(3)

PSYCHO IDEA, Tahun 15. No.2, Juli 2017 ISSN 1693-1076

yang positif terhadap diet diabetes mellitus maka akan terjadi komplikasi dan pada akhirnya akan menimbulkan kematian. Untuk mempertahankan kualitas hidup dan menghindari komplikasi dari diabetes mellitus tersebut, maka setiap pasien harus menjalankan gaya hidup yang sehat yaitu menjalankan diet diabetes mellitus dan olahraga yang teratur. Sikap pasien diabetes mellitus sangat dipengaruhi oleh pengetahuan terkait penyakit yang diderita. Dalam hal ini, pengetahuan pasien tentang penyakit diabetes mellitus sangatlah penting karena pengetahuan ini akan membawa pasien diabetes mellitus untuk menentukan sikap, berpikir, dan berusaha untuk tidak terkena penyakit atau dapat mengurangi kondisi penyakitnya. Effendi (dalam Phitri & Widiyaningsih, 2013) menyatakan apabila pengetahuan pasien diabetes mellitus baik maka sikap terhadap diet diabetes mellitus semestinya dapat mendukung terhadap kepatuhan diet diabetes mellitus itu sendiri.

Kendala utama pada penanganan diet diabetes mellitus adalah kejenuhan pasien dalam mengikuti terapi diet yang sangat diperlukan untuk mencapai keberhasilan. Pelaksanaan diet diabetes mellitus sangat dipengaruhi oleh adanya dukungan dari keluarga. Dukungan dapat digambarkan sebagai perasaan memiliki atau keyakinan bahwa seseorang merupakan peserta aktif dalam kegiatan sehari-hari. Brunner & Suddart (dalam Susanti & Sulistyarini, 2013) menjelaskan perasaan saling terikat dengan orang lain di lingkungan menimbulkan kekuatan dan membantu menurunkan perasaan terisolasi. Jika dukungan keluarga tidak ada maka pasien diabetes mellitus akan tidak patuh dalam pelaksanaan diet sehingga penyakit diabetes mellitus tidak terkendali dan dapat terjadi komplikasi yaitu penyakit jantung, ginjal, kebutaan, ateroskleorosis, bahkan sebagian tubuh dapat diamputasi (Rahmat, 2002). Parkeni (dalam Susanti & Sulistyarini, 2013) menambahkan banyak cara untuk penanganan diabetes mellitus dalam pencegahan komplikasi yaitu dengan diet, aktivitas fisik, dan pengobatan baik injeksi maupun oral.

Laron (dalam Hutama, 2016) menyebutkan kalau dalam kehidupan sehari-hari, mau tidak mau pasien diabetes mellitus dituntut untuk melakukan berbagai prosedur yang dapat mempengaruhi proses penyembuhannya, antara lain: pengaturan makan (diet), mengontrol berat badan serta olahraga dengan tujuan agar tingkat gula darah dapat terkendali dengan baik sehingga dapat mencegah timbulnya komplikasi dari penyakit tersebut. Dengan demikian pasien yang mengalami penyakit diabetes mellitus harus menjaga aktivitas sehari-hari agar tidak mengalami kelelahan serta harus menghindari makanan-makanan yang dapat meningkatkan kadar gula. Oleh karena itu, diperlukan kesabaran dalam menjalani semua hal tesebut. Menurut Tebba (dalam Putri, 2015) sabar artinya menahan diri dari berkeluh kesah dalam menjalankan perintah Allah pada waktu menghadapi musibah. Hasan (dalam Setiawati, 2009) mendefinisikan sabar sebagai sifat tahan menderita atau tahan uji dalam mengabdi dan mengikuti perintah Allah serta tahan dari godaan dan cobaan duniawi, yang mendorong perilaku berhati-hati dalam menghadapi sesuatu. Sedangkan Poerwadarminta (dalam Setiawati, 2009) menjelaskan sabar adalah tahan dalam menghadapi penderitaan, tidak lekas

(4)

marah, tidak tergesa-gesa, dan tidak mudah putus asa.

Al-Jauziyah (dalam Uyun, 2012) menyatakan bahwa kesabaran adalah kesediaan untuk menerima penderitaan dengan penuh ketabahan dan ketenangan sehingga kesabaran membuat orang mampu mengatasi setiap masalah. Kesabaran berarti menahan diri dan mencegah dari keluhan. Aziz (dalam Setiawati, 2009) menjelaskan kesabaran mempunyai pengertian kemampuan individu dalam mengendalikan perasaan dan perilaku. Sabar seringkali diartikan dengan bersedia menderita, bersikap tabah, dan mengalah. Kesabaran adalah kemampuan untuk mengatur, mengendalikan, mengarahkan (perilaku, perasaan, dan tindakan) serta mengatasi berbagai kesulitan secara komperehensif dan integratif (Yusuf, 2010). Komperehensif dalam pengertian ini adalah mampu menangkap (menerima) permasalahan dengan baik, memiliki informasi yang luas (tentang ruang lingkup dan isinya), serta memperlihatkan wawasan yang luastentang permasalahan yang dihadapi. Sedangkan integratif yaitu mampu melihat permasalahaan secara terpadu.

Menurut Yusuf (2010) aspek-aspek kesabaran yaitu : 1) Teguh pada pendirian atau prinsip, yaitu kuat dalam menyelesaikan apa yang telah direncanakan serta berpegang teguh pada aturan, tujuan tidak berubah atau sesuai dengan yang telah direncanakan. 2) Tabah, yaitu menggambarkan bagaimana kemampuan seseorang untuk tetap konsisten pada tujuan dan kuat menghadapi berbagai tantangan dan cobaan. Orang yang tabah memiliki : a) Daya juang adalah kekuatan dalam memperebutkan atau melaksanakan kegiatan untuk memperoleh sesuatu atau dalam mencapai goal. b) Toleransi terhadap stress, yaitu kemampuan menghadapi dan mengatasi masalah yang dapat menimbulkan stress dalam pencapaian target. c) Mampu belajar dari kegagalan yaitu mampu melihat suatu kegagalan sebagai peluang untuk selalu memperbaiki hasil kerja menjadi lebih baik. d)Bersedia menerima umpan balik untuk memperbaiki diri dan atau perilakunya. 3) Tekun melaksanakan pekerjaan atau tugas terus menerus hingga tujuan bisa tercapai. Tekun terdiri dari beberapa hal, yaitu: 1) Antisipatif artinya tanggap terhadap sesuatu yang sedang/akan terjadi dan memiliki rencana cadangan apabila menghadapi kesulitan dalam pencapaian target/ tujuan. 2)Terencana yaitu memiliki rencana-rencana dalam pencapaian tujuan dan merealisasikan rencana-rencana tersebut. 3) Terarah yaitu mengarahkan energi pada pencapaian tujuan dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan uraian tersebut, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji kesabaran remaja yang menderita diabetes mellitus.

METODE PENELITIAN Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus.

(5)

PSYCHO IDEA, Tahun 15. No.2, Juli 2017 ISSN 1693-1076

Fokus Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti memfokuskan pada aspek-aspek kesabaran pada remaia yang menderita diabetes mellitus.

Informan Penelitian

Informan dalam penelitian ini terdiri dari informan primer dan informan sekunder, serta bersifat terbatas yang memiliki kriteria atau karakteristik tertentu sesuai dengan tujuan penelitian. Informan primer adalah H, seorang remaja yang berusia 17 tahun. Adapun informan sekundernya adalah :

Tabel 1.Profil Informan Sekunder

No. Nama Umur (Tahun) Jenis Kelamin Pendidikan Keterangan

1 E 51 Perempuan S2 Ibu

2 M 31 Perempuan S1 Guru (wali

kelas

3 A 18 Laki-laki SMA Teman

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah wawancara.

Analisis Data

Analisis data dalam penelitian ini menggunakan analisis data model interaktif (interactive model of analysis). Adapun tahapan dalam analisis data adalah pengumpulan data (data collection), reduksi data (data reduction), penyajian data (data display), dan penarikan kesimpulan (conclusion

drawing/verification).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Temuan penelitian ini dijabarkan sesuai aspek teguh, tabah, dan tekun. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh H merasa bahwa terkadang merasa malas untuk melakukan suntik insulin setiap hari karena menurutnya keadaaanya dalam keadaaan baik-baik saja sehingga tidak perlu untuk melakukan suntik setiap hari. H sering lupa untuk suntik pada malam hari sebelum tidur karena merasa kecapaian sehingga tertidur dan pada keesokan harinya gula darahnya naik. Seperti hasil cuplikan wawancara

“Iya ada mba, pengaruhnya ya keesokan harinya gula darahnya naik”

(P1-H,99-100).

Setiap hari H harus melakukan suntik insulin sebanyak 4x dalam sehari bahkan bisa lebih dari itu. Hal ini dikarenakan memang kondisinya yang tidak bisa diprediksi, terkadang bisa naik, bisa dalam kondisi rendah, atau stabil. Waktu

(6)

untuk melakukan suntik yaitu sebelum makan pagi, makan siang, makan malam, dan sebelum tidur. H merasa jenuh dengan rutinitasnya setiap hari harus melakukan suntik insulin. Selain merasa jenuh juga merasa sedih, sedih karena merasa apapun harus bergantung dengan insulin. Merasa kurang bebas karena harus selalu tergantung dengan insulin, tidak bebas seperti orang lain yang bebas melakukan apa saja tanpa harus melakukan suntik insulinsetiap hari sebagaimana yang diungkapkan H “Perasaannya campur aduk mba, ada sedih, jenuh” (P1-H, 113-140).

H merasa sedih ketika tidak masuk sekolah karena kondisinya yang tiba-tiba sakit.

“Iya sedih mba, malamnya udah disiapin materi buat besok” (P2-H,

512-524)

H sering tertinggal mata pelajaran dengan teman-temannya dikelas. Selain itu H juga sering mengikuti ujian atau ulangan susulan sehingga ia harus berusaha lebih keras dan lebih rajin untuk mengejarketertinggalan tersebut. H memiliki cara untuk mengejar ketertinggalan dengan teman-temannya dengan belajar mandiri dirumah, belajar sendiri terlebihdahulu apabila materi yang dipelajari belum dipahami. Keesokan harinya ditanyakan kepada teman ataupun bertanya langsung dengan guru yang bersangkutan dengan mata pelajaran tersebut. H merasa tertekan ketika mendapat banyak tugas dari sekolah tetapi kondisinya sedang tidak sehat

“Menurutku itu ketika banyak tugas sekolah mba” (P1-H, 179-189).

Selain itu, H juga memikirikan banyak nilai yang kosong dikarenakan informan sering tidak masuk sekolah atau pulang awal dari sekolah. Sehingga hal tersebut dapat memuatnya merasa stres. H mengatakan bahwa dahulu pernah membawa motor kesekolah, namun karena kesehatannya sering menurun sehingga sering diantar pulang oleh temannya. Selain itu,H juga mengatakan merasa tidak enak hati karena merasa merepotkan teman-temannya ketika membawa motor tetapi harus diantar pulang karena kesehatnnya tiba-tiba menurun. Oleh karena itu H memilih untuk diantar jemput oleh ibunya kesekolah. Menurutnya dengan meminta ibunya untuk antar jemput kesekolah hal tersebut dapat mengatasi masalah kesehatannya ketika tiba-tiba menurun, dan tidak merepotkan temannya lagi.

“Iya mba, ya sekarang mending diantar jemput aja sama ibu” (P2-H,

96-122).

H juga selalu membawa suntikan kemanapun pergi untuk mengatasi kesehatannya ketika tiba-tiba menurun. Selain membawa suntikan, H juga selalu membawa permen atau makanan manis lainnya untuk mengantisipasi apabila kondisi gula darahnya dalam keadaan rendah

“Ya bawa obat-obatan mba, trus permen atau roti manis kaya gitu” (P1-H, 206-212).

(7)

PSYCHO IDEA, Tahun 15. No.2, Juli 2017 ISSN 1693-1076

Berdasarkan temuan tersebut, informan mengatakan bahwa sering lupa untuk melakukan suntik insulin pada malam hari yaitu sebelum tidur. Menurut informan karena merasa kecapaian dan malas melakukan suntik, serta informan menganggap bahwa dirinya dalam kondisi yang baik-baik saja jadi tidak perlu untuk suntik. Sehingga hal ini mengakibatkan pada pagi harinya kadar gulanya naik. Informan mengatakan dalam kehidupan sehari-hari selalu menjaga pola makan, tidak banyak memikirkan hal yang dapat menyebabkan stres, dan tidak melakukan aktivitas yang dapat menyebabkan kelelahan agar tidak mudah sakit.

Semua perilaku tersebut sesuai dengan pernyataan Yusuf (2010) yaitu kesabaran adalah kemampuan untuk mengatur, mengendalikan, mengarahkan (perilaku, perasaan, dan tindakan) serta mengatasi berbagai kesulitan dan secara koprehensif dan integratif. Informan setiap harinya mengatur pola makan yang sehat agar tidak mudah sakit serta melalukan kontrol dengan rutin setiap bulannya. Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari informan sekunder yaitu informan E, M, dan A yang menyatakan bahwa informan rajin untuk melakukan suntik setiap hari walupun terkadang informan lupa untuk melakukan suntik ketika mau tidur sehingga keesokan harinya mengakibatkan gula darahnya naik. Informan juga mengatakan menjaga pola makan setiap harinya dengan porsi yang pas dan tidak berlebihan, informan juga mengatakan bahwa merasa jenuh ketika harus melakukan suntik setiap harinya sebanyak 4x, informan merasa bahwa dirinya dalam keadaan sehat dan baik-baik saja jadi merasa tidak perlu untuk melakukan suntik. Tetapi jika informan tidak melakukan suntik, hal tersebut dapat membuat kesehatan informan menjadi sakit. Sehingga informan mau tidak mau harus melakukan suntik setiap harinya. Pernyataan tersebut juga didukung oleh informan sekunder yaitu E, M, A bahwa informan merasa jenuh ketika harus melakukan suntik setiapa harinya dikarenakan menurut informan bahwa kondisinya dalam keadaaan baik-baik saja, sehingga tidak perlu dilakukan suntik.

Informan sering pulang lebih awal atau meliburkan diri sehingga banyak nilai yang kosong. Oleh karena itu informan berusaha untuk meminjam buku catatan milik temannya untuk mengejar ketinggalan pelajaran.Informan merasa mendapat tekanan yaitu ketika mendapat tugas banyak dari sekolah sedangkan kondisi dalam keadaan yang tidak sehat sehingga hal tersebut menjadi beban pikiran bagiH. Hal tersebut selaras dengan penjelasan Tebba (dalam Setiawati, 2009) bahwa sabar artinya menahan diri dari berkeluh kesah dan menjalankan perintah Allah ketika menghadapi musibah. Menahan diri dari berkeluh kesah pada pasien yang mempunyai diabetes mellitus yaitu pasien tidak mengeluh walaupun tidak sembuh dari pengobatan alternatif. Ketika pasien merasa sedih karena tidak bisa ikut bermain dengan teman-temannya, pasien mampu menggantinya agar tetap bermain dengan melakukan hal-hal ringan yang membuatnya tidak merasa kecapaian. Hal tersebut menunjukkan bahwa pasien dapat mengatasi stres dari keinginannya untuk bermain dengan teman-temannya, karena ketika anak mengalami stres dapat mempengaruhi kesabarannya. Sejalan dengan hasil penelitian Lisa, Kintan, Andhini, dan Risha (2015) yaitu ibu yang

(8)

bekerja dan memiliki anak hiperaktif memiliki kesabaran yang tinggi. Hal itu dikarenakan ibu yang bekerja dapat membagi waktu antara waktu untuk bekerja dan waktu untuk mengurus anaknya yang hiperaktif (sulit dikendalikan) yang dapat mengakibatkan stres. Dalam hal ini, pasien yang menderita penyakit diabetes milletus ketika ingin bermain dengan teman-teman namun karena kondisi yang tidak boleh lelah dapat menyebabkan informan mengalami stres. Sebaliknya, apabila informan ingin bermain dengan teman-temannya yang tidak membuat tubuhnya cepat lelah maka informan mengatasinya dengan melakukan permainan yang tidak membutuhkan banyak tenaga.

Al-Jauziyah (dalam Uyun, 2012) menyatakan bahwa kesabaran adalah kesediaan untuk menerima penderitaaan dengan penuh ketabahan dan ketenangan sehingga kesabaran membuat orang mampu mengatasi setiap masalah. Kesabaran berarti menahan diri dan mencegah dari keluhan.Informan meskipun tertinggal mata pelajaran di kelas,informan tidak berekeluh kesah melainkan informan berusaha untuk meminjam buku pada temannya serta ketika ada tugas banyak dari sekolah, tidak dijadikan beban pikiran bagiinforman melainkan dikerjakan.Hal ini diperjelas pernyataan informan meskipun merasa mendapat tekanan ketika mendapat banyak tugas dari sekolah ditambah dengan kesehatannya yang tidak bisa diprediksi, informan H selalu berusaha untuk mengejar ketertinggalannya dengan teman-teman dengan belajar mandiri dan lebih keras lagi agar dapat mengejar ketertinggalannya. Selain itu, informan H mau menerima saran dengan baik dari orang lain ketika ada orang lain yang memberikan saran terutama saran tentang kesehatannya.

Harapan informanyaitu agar dirinya dalam keadaaan sehat atau stabil karena dengan kondisi yang stabil dapat melakukan aktivitas apapun, dengan syarat aktivitas tersebut tidakterlalu banyak menguras tenaga. Kemudian informanmerencanakan ke depan yaitu masih memilih pengobatan yang cocok untuk dirinya, agar kejadian terdahulu tidak terulang kembali seperti saat melakukan pengobatan alternatif namun karena tidak sesuai prosedur kemudian langsung masuk ke ICU. Hal tersebut didukung oleh pernyataan dari informan sekunder E, M, A yang menyatakan bahwa informan pernah melakukan pengobatan non medis atau alternatif, namun setelah melakukan pengobatan alternatif tidak membawa perubahan pada informan. Sehingga saat ini informan masih menggunakan pengobatan medis. Perilaku-perilaku tersebut sesuai dengan penyataan Hasan (2008) bahwa sabar adalah sifat tahan menderita atau tahan uji dalam mengabdi dan mengikuti perintah Allah serta tahan dari godaan dan cobaan duniawi, yang mendorong perilaku berhati-hati dalam menghadapi sesuatu. Hal ini ditunjukkaninforman merencakan pengobatan dengan hati-hati agar tidak terulang kembali ketika melakukan pengobatan alternatif. Selain itu, informan jugamengarahkan energinya untuk mengikuti eskul (ekstrakurikuler) fotografi di sekolah setiap hari Sabtu karena informan menyukai fotografi.

(9)

PSYCHO IDEA, Tahun 15. No.2, Juli 2017 ISSN 1693-1076

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan diskusi yang dibahas dari aspek-aspek kesabaran menunjukan bahwa informan memiliki kesabaran yang baik dalam menghadapi penyakit diabetes mellitus. Terkait keteguhan,informan menunjukkan disiplin yang tinggi dalam melakukan suntik insulin setiap hari baik dalam kondisi sehat maupun sakit. Untuk aspek ketabahan, informan memiliki daya juang yang tinggi untuk mengejar ketertinggalan pelajaran karena kondisi kesehatannya yang membuat informan tidak boleh terlalu capai sehingga sering tidak masuk sekolah. Selanjutnya dalam hal ketekunan, informan mengarahkan energinya untuk hal yang positif seperti mengikuti ekstrakurikuler fotografi di sekolah. Selain itu informan juga mencoba berbagai jenis pengobatan, hal ini menunjukkan usahanya untuk memperoleh pengobatan terbaik. Informan mengantisipasi kesehatannya yang tidak bisa diprediksi dengan selalu membawa suntikan serta membawa permen atau makanan manis.

DAFTAR PUSTAKA

Arisman. (2013). Obesitas, Diabetes Melitus, dan Dislipidemia. Jakarta: EGC. Hasan, A., B., Purwakania. (2008). Pengantar Psikologi Kesehatan Islami.

Jakarta: Rajawali Press.

Hutama, R., Y. (2016). Pengaruh Antara Efikasi Diri dan Religiusitas Terhadap Kebahagiaan Penderita Diabetes Tipe I RSUD A.W Syahranie Samarinda.

eJournal Psikologi, 4(3), 343–351.

Lisa,W., Kintan, M., Andhini, F., & Risha, W. (2015). Studi Deskriptif Tentang Kesabaran Ibu Bekerja dalam Mengasuh Anak Hiperaktif di SDN Putraco-Indah. Jurnal Ilmiah Psikologi, 2(2), 169–174.

Phitri, H. E., & Widiyaningsih. (2013). Hubungan Antara Pengetahuan dan Sikap Pasien Diabetes Mellitus dengan Kepatuhan Diet Diabetes Mellitus di RSUD AM. Parekesit Kalimantan Timur. Jurnal Keperawatan Medikal

Bedah, 1(1), 58–74.

Putri, A. M. (2015). Makna Sabar Bagi Terapis (Studi Fenomenologis di Yayasan Bina Autis Mandiri Palembang). Jurnal Psikologi Islami, 1(1), 47–58. Rahmat, J. (2002). Psikologi Komunikasi. Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Semiardji. (2009). Modul Pelaksanaan Diabetes Mellitus Terpadu. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

(10)

Setiawati, B. (2009). Kesabaran Anak dalam Merawat Orang Tua Yang Sakit Kronis. Skripsi. Surakarta: Fakultas Psikologi UMS (Universitas Muhammadiyah Surakarta).

Susanti. M. L. & Sulistyarini, T. (2013). Dukungan Keluarga Meningkatkan Kepatuhan Diet Pasien Diabetes Mellitus di Ruang Rawat Inap RS Baptis Kediri. Jurnal Stikes, 1, 1–10.

Uyun, Q. & Rumiani, R.(2012). Sabar dan Shalat Sebagai Model Untuk meningatkan Resiliensi di Daerah Bencana Yogyakarta. Jurnal Intervensi

Psikologi, 4(2).

Yusuf, U. (2010). Sabar (Konsep, Proposisi, dan Hasil Penelitian). Bandung: Fakultas Psikologi Unisba.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil atau temuan yang telah dikemukakan pada bagian terdahulu, dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut (1) peningkatan kemampuan pemecahan masalah

para wisatawan untuk menikmati bentuk- bentuk wisata yang berbeda dari biasanya. Dalam konteks ini wisata yang dilakukan memiliki bagian yang tidak terpisahkan dalam

Ahmad Qomaruddin, Rozi Fedika, 2016, Prarancangan Pabrik Aluminium Oksida Dari Bauksit Dengan Proses Bayer Kapasitas 1.000.000 Ton/Tahun, Program Studi Sarjana Teknik

Setiap individu yang tergabung di dalam sebuah organisasi memiliki budaya yang berbeda, disebabkan mereka memiliki latar belakang budaya yang berbeda, namun

minuman yang terdaftar di bursa efek Indonesia periode 2010-2013 menunjukan bahwa variabel bebas yaitu operating leverage, financial leverage, dan current ratio

EFEK EKSTRAK HERBA SAMBILOTO (Andrographis paniculata Ness) TERHADAP GAMBARAN HISTOPATOLOGI ULKUS GASTER PADA MENCIT SWISS WEBSTER JANTAN YANG DIINDUKSI ASETOSAL..

[r]

[r]