• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Morfologi Kelapa Sawit A. Akar

Kelapa sawit merupakan tumbuhan monokotil yang tidak memiliki akar tunggang. Radikula (bakal akar) pada bibit terus tumbuh memanjang ke arah bawah selama enam bulan terus-menerus dan panjang akarnya mencapai 15 cm. Akar primer kelapa sawit terus berkembang. Susunan akar kelapa sawit terdiri dari serabut primer yang tumbuh vertikal ke dalam tanah dan horizontal ke samping. Serabut primer ini akan bercabang menjadi akar sekunder ke atas dan kebawah. Akhirnya, cabang-cabang ini juga akan bercabang lagi menjadi akar tersier, begitu seterusnya (Sunarko, 2007)

B. Batang

Batang kelapa sawit berdiameter 25-75 cm, namun di perkebunan umumnya 45-65 cm, pangkal batang lebih besar pada tanaman yang lebih tua. Batang kelapa sawit merupakan batang tunggal yang tidak bercabang. Laju pertumbuhan batang di pengaruhi oleh komposisi genetik dan lingkungan. Di Indonesia dan Malaysia pertumbuhan tinggi batang rata-rata 45 cm/tahun dan bias mencapai 100 cm/tahun bila berada pada kondisi yang sangat cocok. Tinggi batang bisa mencapai 20 m lebih namun umumnya diperkebunan hanya berkisar antara 15-18 m (Sianturi, 1990).

C. Daun

Biasanya tanaman kelapa sawit memiliki 40 hingga 55 daun, jika tidak dipangkas dapat mencapai 60 daun. Tanaman kelapa sawit tua membentuk 2-3 daun setiap bulannya,sedangkan yang lebih muda menghasilkan 3-4 daun

(2)

perbulan. Produksi daun ini dipengaruhi oleh faktor umur, lingkungan,musim, iklim, dan genetik. Produksi daun meningkat hingga umur 6-7 tahun,kemudian menurun pada usia 12 tahun, selanjutnya produksi daun tetap berkisarantara 22-24 daun per tahun (Sianturi, 1990).

D. Bunga

Bunga jantan dan betina terpisah dan memiliki waktu pematangan berbeda sehingga sangat jarang terjadi penyerbukan sendiri. Bunga jantan memiliki bentuk lancip dan panjang sementara bunga betina terlihat lebih besar dan mekar.Tanaman kelapa sawit dengan tipe cangkang pisifera bersifat female

steril sehingga sangat jarang menghasilkan tandan buah dan dalam produksi

benih unggul digunakan sebagai tetua jantan (Satyawibawa, 2008).

2.2 Morfologi Ulat Api (Setothosea asigna)

Ulat api merupakan salah satu hama penting pada tanaman kelapa sawit. Hama ini merupakan hewan yang bermetomorfosis sempurna (telur, larva, dan imago). Larva hama ini merusak tanaman dengan cara memakan daun kelapa sawit umumnya di mulai dari daun bawah menuju daun muda. Serangan hama ini dapat mengakibatkan terjadinya defoliasi yang mengakibatkan turunya produksi TBS (tandan buah segar) sebesar 40 – 60% (Pahan, 2008).

Hama ini umumnya menyerang dimasa peralihan diantara musim kemarau dan musim hujan. Hama ini banyak menyerang tanaman berumur taruna (5 – 20 tahun). Metode pengendalian dapat dilakukan dengan cara kimiawi, biologi dan manual. Cara pengendalian kimiawi dapat dilakukan dengan insektisida golongan pyretroid menggunakan mist blower, fogger, high presure sprayar (HPS), dan knap sack sprayer.

(3)

Pengendalian biologis dapat di lakukan dengan menggunakan musuh alami musuh hama ini yaitu jamur cordisep millitaris dan juga menggunakan semut angkarang (karanggo) yang merupakan predator selain itu melakukan penanaman tanaman penutup tanah, sedangkan cara manual dilakukan pada serangan hama yang masih sedikit dengan cara mengambil atau mengutip dan dibunuh, dilakukan pada tanaman yang berumur satu sampai lima tahun yang luas serangannya kecil atau kurang dari 25 ha dan populasi ulat kira-kira 4 ekor per pelepah (Satyamidjaja, 2006).

Berikut merupakan klasifikasi ulat api (Simanjuntak, dkk, 2011) Dunia : Animalia

Filum : Arthropoda Kelas : Insecta Ordo : Lepidoptera Famili : Limacodidae

Genus : Setothosea/ Setora /Darna

2.2.1 Siklus Hidup Ulat Api (Setothosea asigna) A. Telur

Telur berwarna kuning kehijauan, berbentuk oval, sangat berukuran tipis dan. Telur diletakkan berderet 3 – 4 baris sejajar pada permukaan daun bagian bawah, biasanya pada pelepah daun ke 6 dan 17. Satu tumpukan telur berisi sekitar 44 butir dan seekor betina mampu menghasilkan telur sebanyak 300 – 400 butir. Telur menetas 4 – 8 hari setelah diletakkan (Sudharto, 1991).

(4)

Gambar 2.1 Telur Ulat Api Setothosea asigna Sumber : Simanjuntak, dkk, (2011)

B. Larva

Larva yang baru menetas, hidupnya secara berkelompok, memakan bagian permukaan bawah daun. Larva instar 2-3 memakan helaian daun mulai dari ujung kearah bagian pangkal daun. Selama perkembangannya larva mengalami pergantian instar sebanyak 7-8 kali atau 8-9 kali dan mampu menghabiskan helaian daun seluas 400 cm . Larva berwarna hijau kekuningan dengan duri-duri yang kokoh di bagian punggung dan bercak bersambung sepanjang punggung,berwarna coklat sampai ungu keabu-abuan dan putih.Warna larva dapat berubah-ubah sesuai dengan instarnya, semakin tua umurnya akan menjadi semakin gelap. Larva instar terakhir (instar ke-9) berukuran panjang 36 mm dan lebar 14,5 mm, sedangkan apabila sampai instar ke-8 ukurannya sedikit lebih kecil. Menjelang berpupa, ulat menjatuhkan diri ke tanah. Stadia ulat ini berlangsung selama 49-50,3 hari (Sudharto, 1991)

(5)

Gambar 2.2 Ulat Setothosea asigna Sumber : Dokumen Pribadi

Pupa berada di dalam kokon yang terbuat dari campuran air liur ulat dan tanah, berbentuk bulat telur dan berwarna coklat gelap, terdapat di bagian tanah yang relatif gembur di sekitar piringan atau pangkal batang kelapa sawit. Pupa jantan dan betina masing-masing berukuran 2 cm.berlangsung selama ±39,7 hari.

Gambar 2.3 Pupa Setothosea asigna Sumber : Dokumen Pribadi

C. Imago

Lebar rentangan sayap serangga dewasa (ngengat) jantan dan betina masing-masing 41 mm dan 51 mm. Sayap depannya berwarna coklat kemerahan

(6)

dengan garis transparan dan bintik-bintik gelap, sedangkan sayap belakang berwarna coklat muda (Sudharto, 1991).

Gambar 2.4 Imago Setothosea asigna Sumber : Simanjuntak, dkk, (2011)

D. Siklus Hidup

Siklus hidup ulat api (S. nitens) berlangsung antara 40 s/d 70 hari dengan periode larva hingga instar ke 9 selama 18 s/d 32 hari. Telur ulat api (S. nitens) hampir sama dengan telur Setothosea asigna hanya saja meletakkan telur antara satu sama lain tidak saling tindih. Telur menetas setelah 4-7 hari. Telurnya berbentuk pipih dan berwarna bening, lebarnya 3 mm, diletakkan pada permukaan bawah daun dalam 3-5 deretan, kadang kala mencapai 20 deret. Larva muda hidup dalam koloni dan memakan bagian bawah jaringan epidermis daun. Pada fase selanjutnya, larva memakan semua daun dengan menyisakan hanya tulang daunnya saja. Larva mula-mula berwarna hijau kekuningan kemudian hijau dan biasanya berubah menjasi kemerahan menjelang masa pupa. Panjangnya mencapai 40 mm, mempunyai 2 rumpun bulu kasar di kepala dan dua rumpun di bagian ekor. Larva ini dicirikan dengan adanya satu garis membujur ditengah punggung yang berwarna biru keunguan. Perilaku ulat ini sama dengan ulat Setothosea asigna. Stadia ulat berlangsung

(7)

sekitar 50 hari. Untuk kepompong selama 35-40 hari. Seekor ngengat betina mampu bertelur sebanyak 300-400 butir telur dan akan menetas setelah 4-8 hari setelah diletakkan. Pupanya bulat berdiameter 15 mm dan berwarna coklat. Imago berupa ngengat jantan dengan lebar rentang sayap sekitar 35 mm dan betina sedikit lebih lebar. Ngengat berwarna coklat kelabu dengan garis hitam pada tepi sayap depan dengan panjang 20 mm pada betina dan lebih pendek pada jantan. Ngengat aktif pada senja dan malam hari sedangkan pada siang hari 11 hinggap di pelepah tua atau pada tumpukan daun yang telah dibuang dengan posisi terbalik (Sudharto, 1991).

E. Gejala Serangan

Serangan di lapangan umumnya mengakibatkan daun kelapa sawit habis dengan sangat cepat dan berbentuk seperti melidi. Tanaman tidak dapat menghasilkan tandan selama 2-3 tahun jika serangan yang terjadi sangat berat.Umumnya gejala serangan dimulai dari daun bagian bawah hingga akhirnya helaian daun berlubang habis dan bagian yang tersisa hanya tulang daun saja. Ulat ini sangat rakus, mampu mengkonsumsi 300- 500 cm daun sawit per hari. Tingkat populasi 5-10 ulat per pelepah merupakan populasi kritis hama tersebut di lapangan dan harus segera diambil tindakan pengendalian (Lubis, 2008).

Ambang ekonomi dari hama ulat api untuk S. asigna dan S. nitens pada tanaman kelapa sawit rata-rata 5 - 10 ekor perpelepah untuk tanaman yang berumur tujuh tahun ke atas dan lima ekor larva untuk tanaman yang lebih muda (Prawirosukarto, dkk., 2003).

2.3 Insektisida Nabati

Konsep pertanian ramah lingkungan adalah konsep pertanian yang mengedepankan keamanan seluruh komponen yang ada pada lingkungan

(8)

ekosistem dimana pertanian ramah lingkungan mengutamakan untuk meninggalkan dampak yang negatif bagi lingkungan. Pestisida nabati adalah pestisida yang bahan aktifnya berasal dari tanaman atau tumbuhan dan bahan organik lainya yang berkhasiat mengendalikan serangan hama pada tanaman (Balai Pengkajian Teknologi Pertanian NTB, 2011).

Pestisida sendiri terbagi menjadi dua bagian yaitu pestisida nabati dan bio- pestisida. Pestisida nabati adalah racun yang berasal dari bahan toksik tumbuhan. Contohnya dari pestisida alami adalah pestisida berasal dari daun mimba, tembakau, daun sirsak dan lainnya. Sedangkan bio - pestisida adalah berasal dari jasad renik. Sebagai contoh bio - pestisida dari bakteri Bacillus

thuringiensis dan lain sebagainya, mampu merusak dari dalam bagian hama itu

(Rachmawati, 2012)

2.3.1 Kelebihan Pestisida Nabati

a. Teknologi pembuatannya lebih mudah dan murah, sehingga memungkinkan untuk dibuat sendiri dalam skala rumah tangga.

b. Pestisida nabati tidak menimbulkan efek negatif bagi lingkungan maupun terhadap makhluk hidup, sehingga, relatif aman untuk digunakan.

c. Tidak beresiko menimbulkan keracunan pada tanaman, sehingga, tanaman yang diaplikasikan pestisida nabati jauh lebih sehat dan aman dari pencemaran zat kimia berbahaya.

d. Tidak menimbulkan resistensi (kekebalan) pada hama. Dalam artian pestisida nabati aman bagi keseimbangan ekosistem.

e. Hasil pertanian yang dihasilkan lebih sehat serta terbebas dari Residu pestisida kimiawi (Suriana, 2012)

(9)

a. Daya kerja pestisida nabati lebih lambat, tidak bisa terlihat dalam jangka waktu yang cepat.

b. Pada umumnya tidak membunuh langsung hama sasaran, akan tetapi hanya bersifat mengusir dan menyebabkan hama menjadi tidak berminat mendekati tanaman budidaya.

c. Daya simpan relatif pendek, artinya pestisida nabati harus segera digunakan setelah proses produksi. Hal ini menjadi hambatan tersendiri bagi petani untuk mendapatkan pestisida nabati instan ataupun untuk memproduksi pestisida nabati untuk tujuan komersil.

d. Perlu dilakukan penyemprotan yang berulang - ulang. Hal ini dari sisi ekonomi tentu saja tidak efektif dan efisien (Suriana, 2012)

2.3.3 Prinsip Kerja Pestisida Nabati

a. Merusak perkembangan telur, larva dan pupa. b. Menghambat pergantian kulit.

c. Mengganggu komunikasi serangga. d. Menyebabkan serangga menolak makan. e. Menghambat reproduksi serangga betina. f. Mengurangi nafsu makan.

g. Memblokir kemampuan makan serangga. h. Mengusir serangga.

i. Menghambat perkembangan patogen penyakit (Hendayana, 2010) 2.4 Buah Mahkota Dewa (Phaleria Macrocarpa)

2.4.1 Klasifikasi Buah Mahkota Dewa

Salah satu tumbuhan yang dapat digunakan sebagai insektisida nabati adalah tumbuhan biji mahkota dewa (P. Macrocarpa). Biji mahkota dewa mengandung zat aktif seperti alkaloid, tannin, flavonoid, fenol, saponin, lignan, minyak atsiri dan sterol. Dengan kandungan senyawa-senyawa metabolit

(10)

sekunder tersebut EBMD dilaporkan dapat menyebabkan mortalitas yang tinggi pada larva nyamuk Aedes aegypty (Watuguly dan Wilhelmus, 2004).:

Kingdom : Plantae (tumbuhan) Divisi : Magnoliophyta Kelas : Magnoliopsida Ordo : Myrtales Famili : Thymelaeaceae Genus : Phaleria

Spesies : Phaleria macrocarpa

Gambar 2.5 pohon mahkota dewa phaleria marcocarpa Sumber : Dokumentasi pribadi

2.4.2 Kandungan Dan Kegunaan Biji Mahkota Dewa

Biji mahkota dewa (P. macrocarpa) selain digunakan untuk bahan obat biji mahkota dewa juga dapat digunakan sebagai pestisida nabati, karena biji mahkota dewa mengandung beberapa senyawa berupa alkaloid 0,55%, saponin 20,4%, polifenol 0,23% dan flavonoid 0,44%. Hal ini dibuktikan oleh penelitian (Anggraini, 2009).

Senyawa-senyawa yang terkandung dalam buah biji mahkota dewa berpotensi dijadikan racun perut dan racun kontak bagi serangga. Hal ini menunjukkan

(11)

bahwa ekstrak buah biji mahkota dewa mengandung senyawa beracun yang bisa mematikan ulat grayak (Naim, 2004). Senyawa alkaloid dan flavonoid dapat bersifat anti makan (Mello dan Filho, 2002, Dalam Shahabuddin, dkk, 2013). Senyawa lain yang bersifat menghambat makan serangga adalah terpenoid dan tanin (Harborne, 1988, Dalam Shahabuddin, dkk, 2013). Sebagian besar senyawa yang bersifat menghambat makan juga bersifat toksik terutama melalui penghambatan sistem syaraf serangga (Schoonhoven, 1982, Dalam Shahabuddin, dkk, 2013).

Gambar

Gambar 2.1 Telur Ulat Api Setothosea asigna  Sumber : Simanjuntak, dkk, (2011)
Gambar 2.2 Ulat Setothosea asigna    Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar 2.4 Imago Setothosea asigna   Sumber : Simanjuntak, dkk, (2011)
Gambar 2.5 pohon mahkota dewa phaleria marcocarpa  Sumber : Dokumentasi pribadi

Referensi

Dokumen terkait

Gambar 5.2 Diagram Pie Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan Tentang Apa Itu Deteksi Dini Kanker Serviks pada Mahasiswi Semester 2 Tahun Ajaran 2017/2018

Kebutuhan rumah yang layak, sehat, aman, serasi dan teratur selain sebagai kebutuhan dasar juga merupakan faktor penting dalam peningkatan harkat dan martabat, mutu

Pasal 1457 KUH Perdata menyatakan bahwa Jual- beli adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan

Hasil penelitian kami mendukung hasil penelitian sebelumnya di berbagai negara lain yang secara konsisten mendapatkan kadar zink plasma yang lebih rendah serta proporsi

Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Provinsi dan Bukan Angkatan Kerja (Mengurus Rumah Tangga) Selama Seminggu yang Lalu, 2000-20121. Sumber : BPS, Data diolah dari

Untuk mengevaluasi tinggi muka air antara penampang saluran pada saat perencanaan (Design Note) dan pada penampang saluran pada saat setelah pengerjaan (As Built

Selain 4 pabrik baru tersebut perseroan masih akan membangun 3 tambahan pabrik lainnya, dikatakan bahwa tahun ini perseroan akan membangun 2 pabrik pada Q4 2015 dan 1 pabrik

22 tahun 2001 yang menghendaki supaya rakyat Indonesia merasa dan berpikir bahwa dengan sendirinya kita harus membayar bensin dengan harga dunia, agar dengan demikian