• Tidak ada hasil yang ditemukan

(3) Keywords: KPPN Tasikmalaya, Architecture Enterprise, Information System, Enterprise Architecture Planning

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "(3) Keywords: KPPN Tasikmalaya, Architecture Enterprise, Information System, Enterprise Architecture Planning"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

PERENCANAAN ARSITEKTUR SISTEM INFORMASI MENGGUNAKAN

ENTERPRISE ARCHITECTURE PLANNING

(Studi Kasus : Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tasikmalaya)

Tanti Minarti (087006096)(1), R. Reza El Akbar(2), Acep Irham Gufroni(3)

Jurusan Teknik Informatika, Fakultas Teknik, Universitas Siliwangi Tasikmalaya Email: (1) kyuminar@gmail.com

(2) el.akbar@yahoo.com (3) irham_acep@yahoo.com

ABSTRACT

Planning architecture of information system is a form of planning in implementing and using the architecture of information systems used by an organization to fit the vision, mission, and goals of the organization. Planning is done by utilizing the methodology EAP (Enterprise Architecture Planning). EAP is a method used to establish enterprise architectures that fit the needs of a particular enterprise. How it is used is through the process of defining enterprise architecture in the form of data architecture, application architecture and technology architecture. KPPN Tasikmalaya as an organization engaged in the service sector has some business functions supported by information systems. In order to achieve its mission, the KPPN Tasikmalaya require information systems that provide data and quality information to support the needs and business strategy. At this time the use of information systems in KPPN Tasikmalaya still partial, where each part has its own information system and has not been fully integrated, and often inaccurate data. Requiring planning information system architecture that can support their needs and business strategy. The steps taken in this research is a form of initiation planning, business modeling, systems and technology, data architecture, application architecture, technology architecture, and implementation planning.

Keywords: KPPN Tasikmalaya, Architecture Enterprise, Information System, Enterprise Architecture Planning ABSTRAK

Perencanaan arsitektur sistem informasi merupakan suatu bentuk perencanaan dalam menerapkan dan menggunakan arsitektur sistem informasi yang digunakan oleh suatu organisasi agar sesuai dengan visi, misi, dan tujuan organisasi. Perencanaan tersebut dilakukan dengan memanfaatkan metodologi EAP (Enterprise

Architecture Planning). EAP merupakan suatu cara yang digunakan untuk membentuk arsitektur enterprise yang

sesuai dengan kebutuhan enterprise tertentu. Cara yang digunakan adalah melalui proses pendefinisian arsitektur

enterprise yang berupa arsitektur data, arsitektur aplikasi dan arsitektur teknologi. Kantor Pelayanan

Perbendaharaan Negara (KPPN) Tasikmalaya sebagai organisasi yang bergerak di bidang pelayanan memiliki sejumlah fungsi bisnis yang ditunjang oleh sistem informasi. Dalam rangka pencapaian misinya, maka KPPN Tasikmalaya memerlukan sistem informasi yang menyediakan data dan informasi yang berkualitas untuk mendukung kebutuhan dan strategi bisnis. Pada saat ini penggunaan sistem informasi di KPPN Tasikmalaya masih bersifat parsial, dimana masing-masing bagian mempunyai sistem informasi sendiri dan belum terintegrasi seluruhnya, serta sering terjadi data yang tidak akurat. Sehingga memerlukan perencanaan arsitektur sistem informasi yang dapat mendukung kebutuhan dan strategi bisnisnya. Tahapan- tahapan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah berupa inisiasi perencanaan, pemodelan bisnis, sistem dan teknologi saat ini, arsitektur data, arsitektur aplikasi, arsitektur teknologi, dan rencana implementasi.

Kata Kunci : KPPN Tasikmalaya, Arsitektur Enterprise, Sistem Informasi, Perencanaan Arsitektur Enterprise

I PENDAHULUAN

KPPN Tasikmalaya membutuhkan sistem informasi yang menyediakan data dan informasi yang berkualitas untuk mendukung kebutuhan dan strategi bisnis. Pada saat ini penggunaan sistem informasi di KPPN Tasikmalaya masih bersifat parsial, dimana masing-masing bagian mempunyai sistem informasi sendiri dan belum terintegrasi seluruhnya, serta sering terjadi data yang tidak akurat.

Melihat latar belakang diatas, maka dilakukan penelitian dengan pembahasan Perencanaan Arsitektur Sistem Informasi Menggunakan

Enterprise Architecture Planning (Studi Kasus :

Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tasikmalaya) yang diharapkan dapat menjadi acuan atau pedoman dalam pembuatan sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan dan fungsi bisnis.

Adapun batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Studi kasus dilakukan di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tasikmalaya.

2. Menggunakan metodologi Enterprise Architecture Planning dalam membuat perencanaan arsitektur sistem informasi yang dibatasi pada arsitektur data, arsitektur aplikasi,

(2)

2 arsitektur teknologi dengan dengan membuat

blue-print kebutuhan data, kebutuhan aplikasi,

dan kebutuhan teknologi secara konseptual. 3. Arsitektur sistem informasi yang dihasilkan

dibatasi pada tahap perencanaan implementasi. Adapun tujuan yang ingin dicapai adalah: 1. Membuat perencanaan arsitektur sistem

informasi yang sesuai dengan pedoman EAP

(Enterprise Architecture Planning).

2. Membuat perencanaan arsitektur sistem informasi yang selaras dengan kebutuhan dan strategi bisnis di Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara Tasikmalaya.

II LANDASAN TEORI A. Arsitektur Enterprise

Arsitektur enterprise adalah kumpulan prinsip, metode, dan model yang bersifat masuk akal yang digunakan untuk mendisain dan merealisasikan sebuah struktur organisasi enterprise, proses bisnis, sistem informasi dan infrastrukturnya (Surendro, 2009).

B. Enterprise Architecture Planning (EAP)

Menurut Spewak (1992) EAP adalah sebuah proses untuk mendefinisikan arsitektur untuk penggunaan informasi dalam mendukung bisnis serta rencana untuk mengimplementasikan arsitektur tersebut.

Menutur Surendro (2009) EAP membangun dua lapisan teratas dari framework Zachman, yaitu perspektif perencana dan perspektif pemilik. Sedangkan aspek yang dibahasnya hanya meliputi data, fungsi, dan jaringan dari arsitektur sistem informasi. Tahapan Pembangunan Arsitektur Sistem Informasi dengan EAP digambarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Tahapan Pembangunan Arsitektur Sistem Informasi dengan EAP (Surendro, 2009) Metodologi EAP seperti pada gambar diatas terdiri dari tahapan-tahapan:

1. Inisiasi Perencanaan

Tahap ini bertujuan untuk membuat suatu kerangka pengerjaan EAP yang mencakup waktu dan sumber daya yang efisien dan efektif sehingga proyek dapat dimulai secepatnya dalam arah yang tepaat, diselesaikan tepat waktu, dan memiliki anggota tim yang berkualitas.

2. Pemodelan Bisnis

Pemodelan bisnis merupakan proses untuk mendefinisikan bisnis. Kegunaan model bisnis

adalah menyediakan pengetahuan mengenai bisnis enterprise secara konsisten, komprehensif, dan lengkap sehingga dapat digunakan untuk mendefinisikan arsitektur-arsitektur dan rencana implementasi.

Untuk memberikan kerangka bagi identifikasi dan inventarisasi fungsi bisnis, digunakan Value

Chain atau Analisis Rantai Nilai. Untuk

melengkapi dan lebih memastikan kelengkapan dekomposisi dalam suatu area fungsi, digunakan analisis siklus hidup sumber daya yang digunakan dalam Business System Planning seperti pada gambar berikut:

Gambar 2. Model Siklus Hidup Sumber Daya: Aktivitas dan Jenis Data (Surendro, 2009) Analisis rantai nilai dideskripsikan dengan mengelompokkan area fungsional ke dalam aktivitas utama dan aktivitas pendukung.

Gambar 3. Model Rantai Nilai dengan Analisis Siklus Hidup (Surendro, 2009) 3. Sistem dan Teknologi Saat Ini

Sistem dan teknologi saat ini mendefinisikan sistem aplikasi dan platform teknologi yang ada untuk mendukung bisnis saat ini.

4. Arsitektur Data, Arsitektur Aplikasi, dan Arsitektur Teknologi.

a. Arsitektur Data mendefinisikan jenis-jenis data utama yang diperlukan untuk mendukung kelangsungan bisnis.

b. Arsitektur Aplikasi mendefinisikan jenis-jenis aplikasi yang dibutuhkan untuk mengelola data dan mendukung fungsi bisnis.

(3)

3 c. Arsitektur Teknologi mendefinisikan

platform teknologi yang dibutuhkan untuk

menghasilkan suatu lingkungan agar aplikasi pengelola data dan pendukung fungsi bisnis dapat berjalan.

5. Rencana Implementasi/Migrasi.

Tahapan ini mendefinisikan urutan untuk implementasi aplikasi, jadwal untuk implementasi, analisis biaya/manfaat, dan mengusulkan jalur untuk migrasi dari kondisi saat ini ke kondisi yang diinginkan. Untuk melengkapi proses penentuan aplikasi dalam hubungannya dengan fungsi bisnis, dapat digunakan kerangka kerja portofolio aplikasi yang diajukan oleh Ward sebagai berikut:

Gambar 4 Portofolio Aplikasi Sistem Informasi (Surendro, 2009)

III METODOLOGI A. Inisiasi Perencanaan

1. Ruang Lingkup

KPPN Tasikmalaya membutuhkan sistem informasi terintegrasi yang dapat menjalankan fungsi organisasi. Sistem informasi yang digunakan saat ini masih bersifat parsial, masing-masing bagian seksi mempunyai sistem informasi sendiri serta sering terjadi data yang tidak akurat.

Diperlukan perencanaan arsitektur sistem informasi yang diharapkan dapat menjadi acuan atau pedoman dalam pembuatan sistem informasi terintegrasi yang sesuai dan dapat mendukung kebutuhan serta strategi bisnisnya.

B. Pemodelan Bisnis

1. Identifikasi Fungsi Bisnis

Untuk mengidentifikasi fungsi bisnis ini dilakukan dengan beberapa cara:

a. Analisis Rantai Nilai

Analisis ini memberikan kerangka untuk identifikasi dan inventarisasi fungsi bisnis, dengan mengelompokkan area fungsional ke dalam aktivitas utama dan aktivitas pendukung.

b. Siklus Hidup Sumber Daya dan Produk

Analisis siklus hidup sumber daya dan produk digunakan untuk melengkapi dan lebih memastikan kelengkapan dekomposisi dalam suatu area fungsi yang terdiri dari kebutuhan, akuisisi, pengelolaan, dan disposisi. Fungsi bisnis yang diidentifikasi yaitu

Penerimaan Surat Perintah Membayar dan Arsip Data Komputer, Pengelolaan Surat Perintah Pencairan Dana, Pengelolaan Distribusi Surat Perintah Pencairan Dana, Workshop Aplikasi, dan Pengelolaan Pengaduan/Keberatan Masyarakat. c. Fungsi Bisnis dan Unit Organisasi

Setelah dilakukan identifikasi fungsi bisnis dan unit organisasi, maka diperoleh 43 proses bisnis. 16 proses bisnis yang sudah menggunakan implementasi TI dan 27 proses bisnis yang masih manual.

C. Sistem dan Teknologi Saat Ini

Gambar 5 Skema Jaringan di KPPN Tasikmalaya Pada gambar diatas, skema jaringan di KPPN Tasikmalaya menggunakan topologi point to multi

point wireless. Pada topologi ini beberapa node

berkomunikasi dengan satu node pusat akses. Terdapat satu buah pemancar dan terdapat antenna penerima pada seksi Pencairan Dana, Bank/Giro Pos, dan Verak.

Tabel 1 Aplikasi Bisnis di KPPN Tasikmalaya

No Nama

Aplikasi Deskripsi

1 Aplikasi Antrian

Aplikasi antrian adalah aplikasi yang digunakan untuk mengambil nomor antrian sebelum melakukan proses kegiatan di KPPN.

2 Aplikasi SPM Aplikasi SPM adalah aplikasi Surat Perintah membayar yang digunakan untuk mengelola surat perintah membayar dan arsip data komputer dari Satker. Aplikasi ini dikembangkan dengan menggunakan Microsoft Visual Foxpro dan MySql. 3 Aplikasi

SP2D

Aplikasi SP2D adalah Aplikasi Surat Perintah Pencairan Dana yang digunakan untuk menerima data SPM yang telah diproses dan untuk memproses SP2D. Aplikasi ini dikembangkan dengan menggunakan Microsoft Visual Foxpro dan MySql.

D. Arsitektur Data

Entitas data adalah individu yang mewakili sesuatu yang nyata dan dapat dibedakan dari sesuatu yang lain. Entitas data didefinisikan berdasarkan entitas bisnis pada analisis rantai

(4)

4 nilai. Diperoleh 37 kandidat entitas data dari entitas-entitas bisnis yang ada di KPPN Tasikmalaya.

E. Arsitektur Aplikasi

Dari daftar kandidat aplikasi diperoleh 19 buah kandidat aplikasi yang mengacu pada kondisi fungsi bisnis pada analisis rantai nilai.

IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Rantai Nilai

Analisis rantai nilai untuk fungsi bisnis di KPPN Tasikmalaya adalah sebagai berikut:

Gambar 5 Analisis Rantai Nilai

B. Analisis Gap Data

Tabel 2 Analisis Gap Data

Entitas Bisnis Entitas Data Dampak Entitas

Entitas Penerimaan SPM dan ADK

1. Entitas Nomor Antrian 2. Entitas Satker 3. Entitas KIPS 4. Entitas SPM+ADK 5. Entitas Tanda Terima 6. Entitas Bukti Setor 7. Entitas Front Office

Dikostumisasi Diintegrasi Diintegrasi Diintegrasi Dikostumisasi Dikostumisasi Pengembangan Baru Entitas Pengelolaan Surat Perintah Pencairan Dana 1. Entitas SP2D 2. Entitas Data Setoran 3. Entitas Pengembalian SPM 4. Entitas Kartu Pengawasan

Kredit

5. Entitas Kartu Pengawasan Pagu

6. Entitas Daftar Penguji 7. Entitas Surat Penegasan 8. Entitas Middle Office

Diintegrasi Diintegrasi Dikostumisasi Dikostumisasi Dikostumisasi Dikostumisasi Pengembangan Baru Pengembangan Baru Entitas Pengelolaan Distribusi Surat Perintah Pencairan Dana

1. Entitas Daftar Penguji 2. Entitas Surat Penegasan 3. Entitas Tanda Terima SPM 4. Entitas Daftar SP2D 5. Entitas Penerimaan SP2D 6. Entitas Penerimaan KIPS 7. Entitas Penerimaan SPM 8. Entitas Back Office

Dikostumisasi Pengembangan Baru Dikostumisasi Dikostumisasi Dikostumisasi Pengembangan Baru Pengembangan Baru Pengembangan Baru Entitas Workshop Aplikasi dan Peraturan

1. Entitas Panitia Workshop 2. Entitas Jadwal Workshop 3. Entitas Materi Workshop 4. Entitas Kartu Peserta

Workshop

5. Entitas Peserta Workshop

Pengembangan Baru Pengembangan Baru Pengembangan Baru Pengembangan Baru Pengembangan Baru Entitas Pengelolaan Pengaduan/Ke beratan Masyarakat

1. Entitas Petugas Penerima 2. Entitas

Pengaduan/Keberatan 3. Entitas Matrik Tindak Lanut 4. Entitas Kepala Kantor

Pengembangan Baru Pengembangan Baru Pengembangan Baru Pengembangan 5. Entitas Disposisi 6. Entitas Kepala Seksi Terkait 7. Entitas Pelaksana Umum 8. Entitas Jawaban Atas

Pengaduan/Keberatan 9. Entitas Nota Dinas

Baru Pengembangan Baru Pengembangan Baru Pengembangan Baru Pengembangan Baru Pengembangan Baru

Berdasarkan tabel 2, maka diperoleh hasil 37 entitas. Entitas yang dilakukan pengembangan baru sejumlah 21 entitas (57%), entitas yang dilakukan diperbaharui sejumlah 11 entitas (30%), dan entitas yang diintegrasi sejumlah 5 entitas (13%).

Sesuai dengan analisis gap data maka dapat ditetapkan rancangan arsitektur data untuk kebutuhan sistem informasi yang dimodelkan dengan ERD. Pemodelan ERD adalah sebagai berikut:

Gambar 6 ERD

C. Analisis Gap Aplikasi

Tabel 3 Analisis Gap Aplikasi Grup

Aplikasi Kandidat Aplikasi

Aplikasi Legacy Dampak Aplikasi Grup 1.1 Penerimaan Surat Perintah Membayar dan Arsip Data Komputer Aplikasi Antrian Aplikasi SPM Aplikasi Scanning KIPS Aplikasi Pencetakan Tanda Terima Aplikasi Pemrosesan ADK Aplikasi Antrian Aplikasi SPM Aplikasi SPM Aplikasi SPM Aplikasi SPM Dikostumisasi Diintegrasi Dikostumisasi Dikostumisasi Diintegrasi

(5)

5 Grup 2.2 Pengelolaan Surat Perintah Pencairan Dana Aplikasi SP2D Aplikasi Pengelolaan Data Setoran Aplikasi Pencetakan Kartu Pengawasan Kredit Aplikasi Pengelolaan Kartu Pengawasan Pagu Aplikasi Pagu Aplikasi Pencetakan Daftar Penguji Aplikasi Pencetakan Surat Penegasan Aplikasi SP2D Aplikasi SP2D Aplikasi SP2D Aplikasi SP2D Aplikasi SP2D Aplikasi SP2D - Diintegrasi Diintegrasi Dikostumisasi Dikostumisasi Diintegrasi Dikostumisasi Pengembangan Baru Grup 3.3 Pengelolaan Distribusi Surat Perintah Pencairan Dana Aplikasi Pencetakan Tanda penyerahan SPM Aplikasi Pencetakan Daftar SP2D Aplikasi SP2D Aplikasi SP2D Dikostumisasi Dikostumisasi Grup 4.4 Pengelolaan Workshop Aplikasi dan Peraturan Aplikasi Daftar Peserta Workshop Aplikasi Pembuatan Kartu Workshop - - Pengembangan Baru Pengembangan Baru Grup 5.5 Pengelolaan Pengaduan/K eberatan Masyarakat Aplikasi Pengelolaan Pengaduan/Keberat an Aplikasi Pencetakan Matrik Tindak Lanjut Aplikasi Pencetakan Nota Dinas - - - Pengembangan Baru Pengembangan Baru Pengembangan Baru

Berdasarkan tabel 3 maka diperoleh hasil 19 entitas. Entitas yang dilakukan pengembangan baru sejumlah 6 entitas (32%), entitas yang dilakukan diperbaharui sejumlah 8 entitas (42%), dan entitas yang diintegrasi sejumlah 5 entitas (26%).

Penggambaran aliran data dalam sistem informasi tersebut menggunakan DFD. Berikut adalah gambaran dari DFD:

Gambar 7 DFD

D. Arsitektur Teknologi

1. Konseptual Jaringan Enterprise

Gambar 8 Konseptual Arsitektur Jaringan Konseptual arsitektur jaringan enterprise yang diusulkan adalah sepeti gambar diatas. Menggunakan topologi point to point wireless. Pada topologi ini terdapat dua sisi sambungan berupa antenna, sisi satu sebagai penyedia akses dan sisi lainnya sebagai link penerima akses internet. Dengan topologi ini maka dapat memperbaiki kualitas distribusi data dan layanan internet sehingga membuat kinerja lebih efktif dan cepat.

2. Konseptual Arsitektur Sistem Bisnis

Gambar 9 Konseptual Arsitektur Sistem Bisnis Berdasarkan gambar diatas maka diusulkan untuk membuat 4 buah database yaitu database SPM, database SP2D, database Workshop, dan

database Pengaduan/Keberatan Masyarakat. Selain

itu diusulkan untuk menggunakan 4 buah server, yaitu database server, web server, file server, dan

application server. Sesuai dengan gambar diatas,

database terhubung dengan server yang kemudian digunakan untuk aplikasi.

(6)

6 3. Analisis Gap Teknologi

Berikut adalah analisis gap teknologi di KPPN Tasikmalaya:

1. Jaringan yang digunakan di KPPN Tasikmalaya saat ini masih terdapat beberapa masalah, diantaranya adalah kecepatan akses yang tidak stabil dikarenakan pengunaan secara bersama akses internet dengan satu buah pemancar dan banyak node penerima. Topologi yang digunakannya adalah topologi point to multi

point wireless. Maka dari itu agar koneksi

menjadi stabil dan membuat kinerja menjadi lebih efektif dan cepat, sebaiknya digunakan topologi point to point wireless. Karena topologi ini dapat membawa data yang besar antara dua titik yang saling terhubung.

2. Jaringan internet saat ini telah tersedia namun masih belum digunakan secara optimal karena dalam pertukaran data masih menggunakan intranet. Dengan demikian, diperlukan penggunaan hotspot yang lebih baik di beberapa area.

3. Perlu adanya penambahan server sebagai penyedia layanan jaringan dengan penyedia data dan aplikasi agar distribusi data dan file lebih optimal. Karena saat ini pendistribusian file belum optimal dikarenakan jumlah server yang kurang memadai.

E. Rencana Implementasi

1. Analisis Portofolio Aplikasi Tabel 4 Analisis PortofolioAplikasi

STRATEGIS BERPOTENSI TINGGI

1. Aplikasi SPM

2. Aplikasi Pemrosesan ADK 3. Aplikasi SP2D

4. Aplikasi Pengelolaan Data Setoran

5. Aplikasi Pagu

6. Aplikasi Pencetakan Daftar Penguji

7. Aplikasi Pencetakan Daftar SP2D

8. Aplikasi Pencetakan Matrik Tindak Lanjut

9. Aplikasi Pencetakan Nota Dinas

1. Aplikasi SPM berbasis

mobile

OPERASIONAL KUNCI PENDUKUNG

1. Aplikasi Pencetakan Tanda Terima

2. Aplikasi Pencetakan Tanda Terima

3. Aplikasi Pencetakan Kartu Pengawasan Kredit 4. Aplikasi Pengelolaan Kartu

Pengawasan Pagu 5. Aplikasi Pencetakan Surat

Penegasan

6. Aplikasi Pencetakan Tanda Penyerahan SPM 7. Aplikasi Daftar Peserta

Workshop

8. Aplikasi Pembuatan Kartu Workshop

9. Aplikasi Pengelolaan Pengaduan/Keberatan Masyarakat

1. Aplikasi Antrian 2. Aplikasi Scanning KIPS

V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diambil dari keseluruhan pembahasan adalah sebagai berikut:

1. Sesuai dengan analisis yang telah didefinisikan, maka kondisi sistem yang ada di KPPN Tasikmalaya masih memiliki beberapa kekurangan dimana masing-masing bagian seksi mempunyai sistem informasi sendiri dan belum terintegrasi seluruhnya, serta sering terjadi data yang tidak akurat.

2. Telah dilakukan pemodelan arsitektur enterprise untuk mendukung pembangunan sistem informasi di KPPN Tasikmalaya berupa inisiasi perencanaan, pemodelan bisnis, sistem dan teknologi saat ini, arsitektur data, arsitektur aplikasi, arsitektur teknologi, dan rencana implementasi.

3. Sesuai dengan hasil analisis rantai nilai, maka dapat diperoleh lima fungsi bisnis yang terdapat di KPPN Tasikmalaya yaitu Penerimaan Surat Perintah Membayar (SPM) dan Arsip Data Komputer (ADK), Pengelolaan Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), Pengelolaan Distribusi Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D), Workshop Aplikasi dan Peraturan, dan Pengelolaan Pengaduan/Keberatan Masyarakat. 4. Pada pembangunan arsitektur data diperoleh hasil

37 entitas. Entitas yang dilakukan pengembangan baru sejumlah 21 entitas (57%), entitas yang dilakukan diperbaharui sejumlah 11 entitas (30%), dan entitas yang diintegrasi sejumlah 5 entitas (13%).

5. Pada pembangunan arsitektur aplikasi diperoleh hasil 19 entitas. Entitas yang dilakukan pengembangan baru sejumlah 6 entitas (32%), entitas yang dilakukan diperbaharui sejumlah 8 entitas (42%), dan entitas yang diintegrasi sejumlah 5 entitas (26%).

6. Pembangunan arsitektur teknologi mengusulkan sebuah jaringan enterprise dan sistem bisnis secara konseptual yang memungkinkan terjadinya sharing data dan kolaborasi fungsi-fungsi bisnis di KPPN Tasikmalaya.

7. Diperoleh arsitektur informasi berupa dokumentasi pemodelan dengan DFD dari sistem informasi di KPPN Tasikmalaya.

8. Pada rencana implementasi diperoleh portofolio aplikasi yang didalamnya terdapat pengelompokan aplikasi ke dalam aplikasi strategis, operasional kunci, berpotensi tinggi, dan pendukung.

B. Saran

Saran yang dapat diberikan dari hasil penelitian ini diantaranya adalah:

1. Penelitian ini dapat digunakan untuk perencanaan sistem lanjut dengan menurunkan semua desain konseptual yang dihasilkan untuk membangun sistem informasi yang lebih baik.

(7)

7 2. Agar arsitektur enterprise dapat mendukung

strategi kebijakan dalam perencanaan pengembangan sistem, sebaiknya hasil dokumentasi EAP yang telah dibuat dapat dipahami dan diterima oleh pihak KPPN Tasikmalaya.

3. Pembangunan sistem informasi dapat dilakukan lebih lanjut dengan menurunkan arsitektur data, arsitektur aplikasi, arsitektur teknologi yang telah dibangun secara konseptual menjadi rancangan sistem informasi secara terperinci.

DAFTAR PUSTAKA

Aktas, A Ziya. 2000. Structurred Analysis and

Design of Information System. NJ :

Prentince-Hall.

Departemen Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 2005.

Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban Anggaran Pendapatan Dan Belanja Negara. Jakarta.

Departemen Keuangan Republik Indonesia, Direktorat Jenderal Perbendaharaan. 2009.

Pedoman Rekonsiliasi dan Penyusunan Laporan Keuangan Kuasa Bendahara Umum Negara. Jakarta.

Fatansyah. 2002. Basis Data : Buku Teks Ilmu

Komputer. Bandung : Informatika

Hadianto, H. R. 2012. Pemodelan Arsitektur Enterprise Untuk Intergrasi Fungsi Akademik Dan Keuangan Menggunakan

Enterprise Architecture Planning (Studi

Kasus : Universitas Siliwangi Tasikmalaya). Skripsi, tidak diterbitkan. Tasikmalaya : Fakultas Teknik Universitas Siliwangi Tasikmalaya.

IEEE Std 1471-2000: IEEE Recommended Practice

for Architectural Description of Software-Intensive Systems-Description.

Jogiyanto, HM. 2001. Analisis dan Disain Sistem

Informasi : Pendekatan Terstruktur Teori dan Praktek Aplikasi Bisnis. Yogyakarta :

Andi.

Jurusan Teknik Informatika. 2012. Panduan Kerja

Praktek dan Tugas Akhir. Tasikmalaya:

Fakultas Teknik Universitas Siliwangi. Spewak, Steven H., Steven C. Hill. 2009. Enterprise

Architecture Planning: Developing a Blueprint for Data, Aplication, and Technology. John Wiley & Sons, Inc,.

Surendro, K. 2009. Pemanfaatan Enterprise Architecture Planning Untuk Perencanaan Strategis Sistem Informasi. Jurnal Teknik

Informatika.

Surendro, K. 2009. Pengembangan Rencana Induk

Gambar

Gambar 4 Portofolio Aplikasi Sistem  Informasi (Surendro, 2009)
Gambar 5 Analisis Rantai Nilai
Gambar 7 DFD

Referensi

Dokumen terkait

Pemilihan panjang gelombang yang tepat untuk pendugaan energi metabolis tepung ikan dapat dilakukan dengan beberapa metode dari proses regresi, seperti metode stepwise,

ABSTRAK: Pelaksanaan Tata Kelola Keuangan DPRD dalam Perspektif Kepemerintahan yang Baik. Karena lemahnya pelaksanaan tata kelola keuangan DPRD yang belum memenuhi

Jadi setelah selesai semua pemeriksaan Saksi, baru kita akan mengesahkan bukti-bukti tertulis yang diajukan oleh Pemohon, Termohon maupun Pihak Terkait kalau ada?. Setelah itu

bahwa dalam rangka pelaksanaan Otonomi Daerah berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintah Daerah dan menindak lanjuti Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun

C++ adalah bahasa pemrograman komputer yang di buat oleh (Bjarne Stroustrup) merupakan perkembangan dari bahasa C dikembangkan di Bell Labs (Dennis Ritchie) pada awal

Selain itu konsep ini juga membantu dalam melihat kerjasama yang dilakukan Pakistan dan Amerika Serikat untuk menangani jaringan Al Qaeda melalui pendekatan hard approach

 Bab III, berisi pembahasan mengenai mengenai titik permasalahan yang diangkat penulis yakni keefektifan penggunaan sistem E-Court pada Pengadilan Negeri

perbedaannya terhadap hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti. Persamaannya adalah tentang pokok kajian yang ada didalam penelitian tersebut sama – sama