“Multiplier Impact Satu Arah di Kota Malang”
Wali kota Malang mencoba melakukan eksperimen terhadap lalu lintas kota malang “Penerapan Satu Arah” progam uji coba yang dilakukan untuk mengurai kemacetan yang terjadi di daerah sekitar M.T. Haryono, Dinoyo dan Gajayana. Baru beberapa hari diterapkan sudah terdapat banyak dampak multiplier impact yang ditimbulkan dari penerapan sistem kebijakan lalu lintas yang baru ini. Seperti kebijakan – kebijakan baru pada umumnya, yang marak dibuat di berbagai lembaga pemerintahan di negeri kita tercinta ini, selalu memberikan dua dampak pro dan kontra. Bagi orang – orang pro terhadap kebijakan ini, sudah tentu kebijakan ini memberikan keuntungan yang melimpah ruah. Akan tetapi golongan yang yang kontra terhadap kebijakan ini sudah pasti mereka menganggap kebijakan baru ini malah akan merugikan.
Penerapan satu arah di kota Malang ini merupakan kebijakan prematur ibarat bayi yang lahir prematur. Menginginkan suasana yang kondusif lancar tapi malah terjadi berbagai multiplier impact negatif yang terjadi. Efektifnya suatu kebijakan haruslah didukung oleh prasarana yang memadai bukan hanya didukung oleh keinginan semata tanpa adanya pemikiran secara berkelanjutan. Penerapan jalur satu arah perlu didukung berbagai infrastruktur untuk memperlancar proses berlangsungnya kebijakan ini.
Perlunya tempat penyeberangan, ini yang paling penting dan diharapkan oleh warga – warga sekitar yang terkena dampak langsung di sekitar jalur satu arah. Tidak sedikit kita mendengar keluhan warga sekitar “Kalau ada jalur satu arah, kita (warga sekitar) kesulitan menyeberang jalan, soalnya laju kendaraan semakin kencang”. Dengan adanya trotoar penyeberangan dan rambu – rambu penyeberangan setidaknya permasalahan yang satu ini bisa teratasi.
dipersiapkan masih jauh dari kata standar ditambah lagi tidak adanya tempat pemberhentian “halte” sehingga setiap orang bebas menghentikan angkot semaunya sendirinya, mengurai kemacetan boleh saja menjadi wacana akan tetapi apabila kesemrawutan tentang angkutan umum tidak teratasi jangan harapkan kebijakan ini dapat berhasil. Jadi walaupun diterapkan satu arah, prasarana dan rute transportasi masih terlihat semrawut.