• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rifa Trisna, Hernawan. Keyword : Attitude in choosing healthy food, results of student learning.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Rifa Trisna, Hernawan. Keyword : Attitude in choosing healthy food, results of student learning."

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

1

Relations Result of Student Learning In Concept Food With Attitude In Choosing Healthy Food

(Correlation Study of the Class V MI PUI Sindangwargi Kawalu Tasikmalaya City in Academic Year 2012/2013)

Rifa Trisna, Hernawan ABSTRACT

One of the components of attitude in choosing healthy foods is a cognitive component. This component contains the perceptions, beliefs, stereotypes of the individual about something, it can be likened to an opinion, especially when it comes to controversial issues or problems. This component can be derived from the result of learning that formed because of information received that includes knowledge and understanding of food. This will be one of the factors that cause a change in the attitude, in the form of changes in student cognition in choosing healthy foods.

Keyword : Attitude in choosing healthy food, results of student learning.

Hubungan Hasil Belajar Siswa Pada Konsep Makanan Dengan Sikap Dalam Memilih Makanan yang Sehat

(Studi Korelasi Pada Kelas V MI PUI Sindangwargi Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya Tahun Pelajaran 2012/2013)

Rifa Trisna, Hernawan ABSTRAK

Salah satu komponen pembentuk sikap dalam memilih makanan yang sehat adalah komponen kognitif. Komponen ini berisi persepsi, kepercayaan, stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu, dapat disamakan dengan opini terutama apabila menyangkut masalah isyu atau problem yang kontraversial. Komponen ini dapat berasal dari hasil belajar yang terbentuk karena adanya informasi yang diterima yang mencakup pengetahuan dan pemahaman tentang makanan. Hal ini akan menjadi salah satu faktor yang menimbulkan perubahan pada sikap yaitu, berupa perubahan kognisi siswa dalam memilih makanan yang sehat.

(2)

2 Pendahuluan

A. Latar Belakang

Ruang lingkup mata pelajaran IPA meliputi dua aspek yaitu kerja ilmiah dan pemahaman konsep dan penerapannya. Dari salah satu aspek tersebut diharapkan bahwa siswa selain dapat memahami konsep juga dapat menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Harapan tersebut tercantum dalam salah satu tujuan pembelajaran IPA di MI/SD, yaitu agar siswa mampu mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

Salah satu kompetensi dasar yang ada pada pembelajaran IPA kelas V MI/SD yaitu mengidentifikasi fungsi organ pencernaan manusia dan hubungannya dengan makanan dan kesehatan. Maka, sesuai dengan tujuan pembelajaran IPA di MI/SD tersebut, maka hasil pembelajaran IPA diharapkan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Salah satunya dengan menerapkan cara memilih makanan yang sehat dan bergizi seimbang, baik itu di lingkungan rumah maupun di lingkungan sekolah.

Anak dengan usia sekolah dasar sudah dapat menentukan makanan yang disukainya, kebiasaan ini cenderung tidak memperhatikan kandungan gizi dan kesehatan dari makanan tersebut. Pada masa kanak-kanak pemberian nutrisi yang kurang baik dapat mengakibatkan gagal tumbuh, obesitas dan penyakit-penyakit terkait defisiensi nutrisi.

Oleh karena itu, anak usia sekolah dasar cenderung memiliki masalah dalam pemilihan makanan, antara makanan yang bergizi dengan makanan kesukaan. Maka di lingkungan sekolah diajarkan materi yang berkaitan dengan makanan dan gizi untuk memberikan informasi yang tepat dan dibutuhkan oleh siswa untuk menentukan makanan apa saja yang baik dan harus dikonsumsi, serta jumlah atau porsi yang sesuai dengan tahap perkembangan dan aktivitas mereka.

Berdasarkan hasil wawancara dengan siswa-siswi kelas V MI PUI Sindangwargi pada tanggal 17 November 2012 ternyata kebanyakan siswa cenderung mengkonsumsi makanan yang mereka sukai yang banyak mengandung penyedap rasa dan berpenampilan menarik. Mereka cenderung tidak memperhatikan gizi yang terkandung dalam makanan tersebut, bahkan tidak memperhatikan dampaknya bagi kesehatan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan tersebut, maka rumusan masalah untuk penelitian ini adalah : “apakah terdapat hubungan antara hasil belajar siswa pada konsep Makanan dengan sikap dalam memilih makanan yang sehat di kelas V MI PUI Sindangwargi Kawalu Tasikmalaya tahun pelajaran 2012/2013?”.

C. Tujuan

Tujuan penulis dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara hasil belajar siswa pada konsep Makanan dengan sikap dalam memilih

(3)

3

makanan yang sehat di kelas V MI PUI Sindangwargi Kecamatan Kawalu Kota Tasikmalaya tahun pelajaran 2012/2013.

D. Manfaat

1. Kegunaan Teoretis

Bagi kepentingan pengembangan keilmuan, maka melalui penelitian ini dapat diperoleh informasi yang terkait dengan hasil belajar siswa pada konsep Makanan dengan sikap dalam memilih makanan yang sehat. Dengan demikian, hasil penelitian ini dapat memperkaya khasanah ilmu pendidikan Biologi berkaitan dengan peran serta pendidikan siswa terhadap masalah penelitian ini pada khususnya.

2. Kegunaan Praktis

a. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi pengembangan pendidikan di sekolah khususnya bagi jajaran komponen pendidikan dan tenaga kependidikan untuk menjadi bahan perbaikan dalam penyusunan kebijakan pengelolaan pendidikan di masa yang akan datang.

b. Memberikan masukan kepada guru, bahwasanya pembelajaran IPA di sekolah tidak hanya untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep saja, tetapi untuk diterapkan pada kehidupan sehari-hari siswa.

c. Memberikan motivasi kepada siswa untuk berusaha mengaplikasikan pengetahuan tentang makanan dan sistem pencernaan dengan cara membentuk sikap dalam pemilihan makanan yang sehat.

d. Menambah pengetahuan dan wawasan serta mengetahui sejauh mana hubungan hasil belajar siswa pada konsep Makanan dengan sikap dalam memilih makanan yang sehat.

Pembahasan 1. Sikap

Azwar, Saifudin (2011:3) mengemukakan bahwa, “Secara historis, istilah sikap (attitude) digunakan pertama kali oleh Herbert Spencer di tahun 1862 yang saat itu diartikan olehnya sebagai status mental seseorang”.

Menurut Azwar, Saifudin (2011:24) sikap terdiri atas tiga komponen yang saling menunjang, yaitu :

a. komponen kognitif merupakan refresentasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan, stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu, dapat disamakan dengan pandangan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isyu atau problem yang kontraversial;

b. komponen afektif merupakan perasaan yang menyangkut aspek emosional. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang, komponen afektif disamakan dengan perasaan yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu; dan

(4)

4

c. komponen konatif merupakan aspek kecenderungan berperilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Dan berisi tendensi atau kecenderungan untuk bertindak atau bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.

2. Hasil Belajar

Kingsley (Sudjana Nana, 2009:22) mengemukakan bahwa “Tiga macam hasil belajar, yakni a. keterampilan dan kebiasaan, b. pengetahuan dan pengertian, c. sikap dan cita-cita”.

Selanjutnya Anderson (Yamin, Martinis 2008:33-47) membagi hasil belajar ke dalam tiga kelompok (kawasan).

a. kawasan kognitif (pemahaman) terdiri dari enam tingkatan dengan aspek belajar yang berbeda-beda. Keenam tingkatan tersebut adalah: 1) mengingat : tujuan intruksional pada level ini menuntut siswa

untuk mampu mengingat (recall) informasi yang telah diterima sebelumnya. Seperti: fakta, terminologi, rumus, strategi pemecahan masalah dan sebagainya;

2) mengerti : kategori pemahaman dihubungkan dengan kemampuan untuk menjelaskan pengetahuan, informasi, yang telah dketahui dengan kata-kata sendiri. Dalam hal ini siswa di harapkan menyebutkan kembali yang telah didengar dengan kata-kata sendiri;

3) memakai : penerapan merupakan kemampuan untuk menggunakan atau menerapkan informasi yang telah dipelajari ke dalam situasi yang baru, serta memecahkan berbagai masalah yang timbul dalam kehidupan sehari-hari;

4) menganalisis : analisis merupakan kemampuan untuk mengidentifikasi, memisahkan dan membedakan komponen-komponen atau elemen suatu fakta, konsep, pendapat, asumsi, hipotesis atau kesimpulan, dan memeriksa setiap komponen tersebut untuk melihat ada tidaknya kontradiksi. Dalam hal ini siswa diharapkan menunjukan hubungan di antara berbagai gagasan dengan cara membandingkan gagasan tersebut dengan standar, prinsip atau prosedur yang telah dipelajari;

5) menilai : menilai merupakan level ke-5 menurut revisi Anderson, yang mengharapkan siswa mampu membuat penilaian dan keputusan tentang nilai suatu gagasan, metode, produk, atau benda dengan menggunakan kriteria tertentu. Jadi evaluasi di sini lebih condong ke bentuk penilaian biasa daripada sistem evaluasi; dan

6) mencipta : mencipta di sini diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam mengaitkan dan menyatukan berbagai elemen dan unsur pengetauan yang ada sehingga terbentuk pola baru yang lebih menyeluruh.

(5)

5

b. kawasan afektif (sikap perilaku) merupakan tujuan yang berhubungan dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap hati (attitude) terdiri dari:

1) tingkat menerima (receiving): diartikan sebagai proses pembentukan sikap dan perilaku dengan cara membangkitkan kesadaran tentang adanya (stimulus) tertentu yang mengandung estetika;

2) tingkat menanggapi (responding): memiliki beberapa pengertian, di antaranya: (1) tanggapan dilihat dari segi pendidikan diartikan sebagai perilaku baru dari sasaran didik (siswa) sebagai manifestasi dari pendapatnya yang timbul karena adanya perangsang pada saat belajar; (2) tanggapan dilihat dari segi psikologi perilaku (behaviorpsychology) adalah segala perubahan perilaku organisme yang terjadi atau timbul karena adanya perangsang dan perubahan tersebut dapat diamati; (3) tanggapan dilihat dari segi adanya kemauan dan kemampuan untuk bereaksi terhadap suatu kejadian (stimulus) dengan cara berpartisipasi dalam berbagai bentuk;

3) tingkat menghargai: dapat diartikan (1) pengakuan secara objektif (jujur) bahwa siswa itu objek, sistem, atau benda tertentu mempunyai kadar manfaat; (2) kemauan untuk menerima suatu objek atau kenyataan setelah seseorang itu sadar bahwa objek tersebut mempunyai nilai, dengan cara menyatakan dalam bentuk sikap positif atau negatif;

4) tingkat mengorganisasikan (organization): dapat diartikan sebagai (1) proses konseptualisasi nilai-nilai dan menyusun hubungan antar nilai-nilai tersebut, kemudian memilih nilai-nilai yang terbaik untuk diterapkan; (2) kemungkinan untuk mengorganisasikan nilai-nilai menentukan hubungan antar nilai dan menerima bahwa satu nilai itu lebih dominan dibanding nilai yang apabila kepadanya diberikan berbagai nilai; dan

5) tingkat menghayati (characterization): karakterisasi adalah sikap dan perbuatan yang secara konsisten dilakukan oleh seseorang selaras dengan nilai-nilai yang dapat diterimanya, sehingga sikap dan perbuatan itu seolah-olah telah menjadi ciri-ciri perilakunya. c. kawasan psikomotor (psychomotor domain) adalah kawasan yang

berorientasi kepada keterampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh yang memerlukan koordinasi antara saraf dan otot. Kawasan psikomotor (psychomotor domain) ini dikelompokan menjadi:

1) gerakan seluruh badan (gross body movement): adalah perilaku seseorang dalam suatu kegiatan yang memerlukan gerakan fisik secara menyeluruh;

2) gerakan yang terkoordinasi (coordination movement): gerakan yang dihasilkan dari perpaduan antara fungsi salah satu atau lebih indera manusia dengan salah satu anggota badan; dan

(6)

6

3) kebolehan dalam berbicara (speech behaviors): merupakan hal-hal yang berhubungan dengan koordinasi gerakan tangan atau anggota badan lainnya dengan ekspresi muka dan kemampuan berbicara.

3. Hubungan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan antara hasil belajar siswa pada konsep makanan dengan sikap sikap siswa dalam memilih makanan yang sehat di kelas V MI PUI Sindangwargi Kawalu Tasikmalaya, dengan koefisien korelasi (r) = 0,54. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan antara hasil belajar siswa pada konsep makanan dengan sikap dalam memilih makanan yang sehat memiliki nilai korelasi yang cukup. Dengan nilai tersebut dapat diartikan bahwa semakin baik siswa dalam memperoleh pengetahuan tentang konsep makanan, maka semakin baik pula sikap siswa dalam memilih makanan yang sehat.

Menurut Slameto (2010:2), “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Hasil belajar dapat tercermin dalam bentuk tingkah laku berbagai aspek setelah individu tersebut melakukan kegiatan belajar. Selanjutnya Kingsley (Sudjana Nana, 2009:22) mengemukakan bahwa “Tiga macam hasil belajar, yakni a) keterampilan dan kebiasaan, b) pengetahuan dan pengertian, c) sikap, dan cita-cita”.

Dengan adanya hubungan antara hasil belajar siswa pada konsep makanan dengan sikap siswa dalam memilih makanan yang sehat merupakan suatu bukti yang mendukung beberapa teori, bahwasanya hasil belajar turut berpengaruh terhadap pembentukan sikap. Hasil belajar tersebut terbentuk karena adanya informasi yang diterima yang mencakup pengetahuan dan pemahaman tentang makanan akan menjadi salah satu faktor yang menimbulkan perubahan pada sikap yaitu, berupa perubahan kognisi siswa dalam memilih makanan yang sehat.

Menurut Azwar, Saifudin (2011:24)

komponen kognitif merupakan refresentasi apa yang dipercayai oleh individu pemilik sikap, komponen kognitif berisi persepsi, kepercayaan, stereotipe yang dimiliki individu mengenai sesuatu, dapat disamakan dengan pandangan (opini) terutama apabila menyangkut masalah isyu atau problem yang kontraversial.

Tinggi rendahnya sikap siswa dalam memilih makanan yang sehat tidak hanya tergantung satu materi tetapi ada faktor-faktor lain yang mempengaruhinya, seperti yang dikemukakan oleh Azwar, Saifudin (2011:30).

1) Pengalaman pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.

(7)

7

2) Pengaruh orang lain yang dianggap paling penting

Pada umumnya individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

3) Pengaruh kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

4) Media massa

Dalam pemberitaan surat kabar, radio, maupun media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara objektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

5) Lembaga pendidikan dan lembaga agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika pada gilirannya konsep tersebut mempengarugi sikap.

6) Faktor emosional

Kadang kala suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.

Dengan demikian berdasarkan uraian tersebut bahwa sikap dapat terbentuk tidak hanya melaui proses belajar mengajar di kelas, tetapi juga melalui proses-proses yang lainnya seperti penjelasan tersebut yang secara langsung faktor tersebut akan saling berhubungan mempengaruhi sikap.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengolahan data dan penyajian hipotesis, maka penulis berkesimpulan bahwa terdapat hubungan yang positif anatara hasil belajar siswa pada konsep makanan dengan sikap siswa dalam memilih makanan yang sehat. Hal ini berarti bahwa semakin baik hasil belajar siswa pada konsep makanan semakin baik pula sikap dalam memilih makanan yang sehat.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka penulis menyarankan :

1. Makanan merupakan salah satu konsep yang penting untuk dipelajari secara mendalam kepada anak-anak usia sekolah dasar, karena dalam kehidupan sehari-hari makanan dan hubungannya dengan kesehatan merupakan masalah yang sangat penting yang harus ditanggulangi terutama masalah dalam memilih makanan yang sehat. Untuk meningkatkan hasil belajar sebaiknya guru

(8)

8

mengoptimalkan kegiatan belajar mengajar dengan berusaha mencari metode dan cara mengajar yang paling relevan untuk menerapkan konsep makanan. 2. Untuk meningkatkan sikap siswa sebaiknya guru memberikan pengetahuan

secara jelas dampak positif dan negatif yang ditimbulkan akibat kesalahan dalam memilih makanan yang sehat.

Daftar Pustaka

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta.

Aryulina, Diah, et.al. (2007). Biologi SMA dan MA untuk Kelas XI. Jakarta : Esis Azwar, Saifudin. (2011). Sikap Manusia : Teori dan Pengukurannya. Edisi ke-2.

Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Hernawan, Edi. (2012). Pengantar Satistika Parametrik untuk Penelitian Pendidikan. Tasikmalaya: FKIP Universitas Siliwangi.

Hernawan, Edi. (2012). Pengantar Satistika Nonparametrik. Tasikmalaya: FKIP Universitas Siliwangi.

Irianto, Kus. (2007). Gizi dan Pola Hidup Sehat. Bandung : Yrama Widya.

Mar’at. (1984). Sikap Manusia Perubahan serta Pengukurannya. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Poedjiadi, Anna dan F.M Titin Supriyanti. (2005). Dasar-Dasar Biokimia. Edisi Revisi. Jakarta : Penerbit Universitas Indonesia (UI Press).

Rohayati, Nani. (2005). Hubungan Hasil Belajar Siswa Kelas III SMPN1 Parung Ponteng Tasikmalaya dalam Konsep Gizi dan Kesehatan dengan Pola Makan Siswa Sehari-hari. Skripsi. Tasikmalaya : Tidak Dipublikasikan. Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta :

Rineka Cipta.

Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Belajar Proses Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Wawan, A. dan M, Dewi. (2010). Teori dan Pengukuran Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Manusia. Yogyakarta : Nuha Medika.

Yamin, Martinis. (2008). Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta : Gaung Persada Press.

Riwayat Penulis

Rifa Trisna Mulya adalah mahasiswa angkatan 2009 pada Program Studi Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Siliwangi yang sedang melaksanakan penyusunan skripsi untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan (Lulus tahun 2013).

Referensi

Dokumen terkait

73120426 KMA KASAT RESKRIM POLTABES DENPASAR POLDA BALI TTK SEMBILAN. PULUH

 Suatu event (yaitu komponent yang membentuk data) terjadi dengan probabilitas P(E) dan mengandung satuan informasiyang dapat dinyatakan dengan:. dengan I(E) disebut juga

Animasi dapat dibuat, tetapi jika ingin mendapatkan hasil animasi yang lebih baik, maka rancangan yang akan dibuat diberi efek yang kita inginkan dengan

Total marjin pemasaran pemasaran wortel dari pusat produksi ke konsumen sebesarRp. Dari hasil tersebut tampak bahwa.. marjin keuntungan pemasaran yang lebih besar diterima

a. Jasa yang diserahkan adalah Jasa Kena Pajak, b. Penyerahan dilakukkan di dalam Daerah Pabean,.. Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya; termasuk dalam

Berikut penelitian yang berkaitan dengan penyelesaian pembagian harta bersama yang telah dilakukan penelitian sebelumnya, di antaranya Soemiyati, dalam bukunya Hukum

Mania Kantones (1953) dan AGA Lampes (1965) pula mengelompokkan masyarakat rumpun Dusun atau masyarakat Kadazandusun berdasarkan nama tempat seperti Dusun Ranau, Dusun Tambunan,

1) Perbandingan Peningkatan Keterampilan Berfikir Kritis pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol secara Keseluruhan Analisis ini dilakukan untuk mengetahui apakah