70 A. Ide/ Gagasan Perancangan.
Berbicara mengenai kearifan lokal sepertinya ada ribuan contoh yang bisa kita sampaikan, serta ratusan kisah yang bisa diceritakan. Kalau membayangkan bahwa Indonesia memiliki beragam budaya mulai dari Sabang sampai Merauke, Miangas hingga Pulau Rote, maka memang semestinya banyak contoh dan kisah mengenai kearifan lokal itu. Namun itu hanyalah „sepertinya‟, karena menyebutkan lima contoh saja mengenai kearifan lokal itu ternyata tidak semudah yang terbayangkan.
Berbagai macam alasan kemudian muncul seakan „memaklumi‟ pudarnya nilai-nilai kearifan itu pada masyarakat masa kini. Maka, sekarang akan lebih mudah untuk menceritakan nilai kearifan yang hilang dibandingkan menceritakan nilai kearifan yang masih tersisa.
Dalam kesempatan ini, penulis ingin berbagi mengenai sebuah kearifan yang sangat berpotensi hilang, yaitu kearifan melalui ornamen (ragam hias) yang dimiliki oleh berbagai suku dari seluruh daerah di Nusantara. Ornamen-ornamen itu, selain mampu memberi aksen estetis terhadap sebuah produk, juga memiliki makna lain yang dapat menjelaskan status sosial penggunanya, bahkan pada masyarakat tertentu dapat dimaknai sebagai simbol kehadiran leluhurnya. Tidak jarang kemudian, sebuah ornamen menjadi identitas suatu daerah.
Mengapa Papua?. Papua menjadi daerah yang mengawali „pembelajaran‟ penulis terhadap ornamennya, khususnya ornamen pada perisai. Yang penulis bayangkan, jika suku-suku di Papua memiliki berbagai jenis ornamen yang berbeda serta pemahaman nilai yang berbeda pula. Maka, entah ada berapa banyak jenis ragam hias yang berasal dari papua saat ini dengan pemahamannya
masing-masing. Mengingat ada ratusan bahkan ribuan suku yang terdapat di Papua saat ini.
Alasan lainnya, penulis ingin memulai kisah kearifan ini dari sisi paling Timur wilayah Indonesia. Sampai pada suatu ketika, penulis berkesempatan untuk belajar lebih jauh tentang beragam ornamen yang ada di Nusantara ini, kemudian mampu mendefinisikan dan mendokumentasikan dalam sebuah buku atau lebih tentang kearifan budaya ini.
Begitu banyak mimpi-mimpi dan kekaguman penulis tentang keberagaman ornamen sebagai bagian dari kekayaan tradisi dan budaya Indonesia ini, sampai pada satu „titik‟ penulis berpikir bahwa rasa kecintaan terhadap budaya inipun harus segera ditanamkam semenjak usia dini. Tidak hanya sekedar pentas-pentas kesenian yang sifatnya seremonial belaka di sekolah-sekolah, namun secara mendalam harus ada pengkajian akademik lebih jauh dan bahkan juga menjadi „mata kuliah kajian‟pada tingkat perguruan tinggi. Bukankah beragam ornamen dari daerah-daerah di Nusantara merupakan korpus ilmu pengetahuan yang unik? Bahkan warisan kekayaan dan khasanah tradisi Nusantara yang harus tetap dipelihara sebagai identitas bangsa.
B. Inovasi Desain
Buku ini menawarkan konsep kreatif dari pengembangan sebuah buku seperti, gaya ilustrasi atau konvensi norma yang dapat diterima secara umum dalam sebuah buku ilustrasi dan atau yang kemudian merupakan redesain dari bentuk ragam hias yang telah ada sebelumnya di Papua. Sekaligus memberikan suatu informasi yang menarik dan bahan referensi baru tentang ilustrasi ragam hias di papua sendiri, Penggunaan Layout, penempatan panel font yang sederhana dengan ornamen atau ragam hias papua yang kental, warna-warna vintage dan hitam-putih turut membangun kesan tradisional papua. Beberapa halaman layout dapat dilihat secara landscape tujuannya untuk memberikan pengalaman
tersendiri bagi penikmat buku ilustrasi ini. Beberapa gambar merupakan hasil karya sketsa sederhana yang sengaja di sajikan tanpa olah digital dengan maksud mempertegas kesan tradisonal dari konsep perancangan awal buku ini sekaligus memberikan impulsif tersendiri bagi kreator lain untuk menampilkan hasil karya sendiri yang lebih baik dengan mengacu pada referensi yang ada pada buku ini, kemudian mampu mendefinisikan dan mendokumentasikan dalam sebuah buku tentang kearifan budaya.
Paling Tidak buku yang sederhana ini mampu menumbuhkan kecintaan terhadap budaya. Yang harus segera ditanamkam semenjak usia dini. Tidak hanya sekedar pentas-pentas kesenian yang sifatnya seremonial belaka di sekolah-sekolah, namun secara mendalam ada kajian akademik lebih jauh dan bahkan juga menjadi „mata kuliah kajian pada tingkat perguruan tinggi.
Bukankah beragam ornamen dari daerah-daerah di Nusantara merupakan lingkaran ilmu pengetahuan yang unik? Bahkan warisan kekayaan dan khasanah tradisi Nusantara yang harus tetap dipelihara sebagai identitas bangsa.
C. Sasaran Desain 1. Geografis
Biak-Papua dan Jakarta Pada Umumnya. (Kenapa Jakarta? Karena Jakarta merupakan awal pengembangan buku ini, sekaligus mempertimbangan factor jarak antara kota studi dan lokasi kebudayaan berada).
2. Demografis
Jenis Kelamin : Pria dan Wanita Usia : 17 Tahun Keatas
3. Psikologi
Menyukai Seni dan Budaya
Biasa Membaca Buku 4. Behavioral
Mereka Yang menaruh kepedulian besar kepada desain, seni dan budaya Indonesia.
Mereka yang hobby berpetualang dan berencana Ke daerah biak dan papua pada umumnya dalam rangka wisata budaya.
Kalangan Umum lainnya yang membutuhkan informasi mengenai biak serta sebagai referensi tambahan tentang ilustrasi ragam hias di papua.
D. Pendekatan Estetis Desain
Dalam penggayaan perancangan buku digunakan warna-warna earthy yang sangat identik dengan seni dan kebudayaan di papua. Kesan tradisional dengan warna-warna earthy ini ditampilkan pada layout yang sengaja dibuat sesederhana mungkin seperti ilustrasi dotted line, full color, splash black untuk latar belakang, gambar ilustrasi manual dan beberapa hasil foto yang ditata sedemikian rupa sehingga karakteristik dari ragam hias papua terasa kuat.
E. Muatan Lokal dalam Perancangan
Perancangan buku dengan judul Ilustrasi ragam hias papua ini mengangkat tema kebudayaan orang biak yang ada di papua sehingga bentuk-bentuk visual seperti gambar manual, hasil tracing, olah digital dan foto-foto yang disajikan sarat dengan muatan lokal dan sangat khas papua terutama kebudayaan orang biak dalam wilayah budaya saereri. Sehingga menjadi pembeda dengan wilayah budaya lain di papua atau Indonesia pada umumnya. Tentunya patut dilestarikan dan dikembangkan
agar eksistensinya terjaga dan terpelihara dari derasnya transformasi budaya barat.
F. Konsep Perancangan Buku Ilustrasi Ragam Hias Papua. 1. Moodboard.
Gambar 4.1 Konsep moodboard.
Sumber: Google.com (Layout Book Illustration-Traditional Folkart Ilustration)
2. Konsep Elemen Visual.
Dalam perancangan buku Ilustrasi Ragam Hias Papua terdapat elemen-elemen visual yang perlu di perhatikan antara lain:
Ilustrasi.
Pada proses ilustrasi ragam hias papua ini kekuatan konsep dengan kesan tradisional harus menjadi point penting. Agar karakter dan unsur-unsur budaya di dalamnya menjadi kuat seperti gaya dan bentuk ornament-ornamen papua, anatomi tubuh orang papua, terutama orang biak, bentuk rumah adat, harus mutlak dipahami sebelum berlanjut ke proses olah digital dan penataan layout menggunakan software pendukung. Alasan lain yang juga sangat penting adalah alasan akademik maupun pertanggung jawaban dalam tataran sosial dalam hal ini orang biak di papua dan orang papua di papua pada umumnya.
Buku merupakan pilihan utama dalam perancangan, selain popular, buku juga masih menjadi media yang efisien meski kemajuan teknologi kian pesat (e-book) apalagi dilihat dari target audience (papua) yang sebagaian daerahnya masih kesulitan dalam mengakses teknologi. Dengan demikian perancangan ilustrasi ragam hias papua dengan media utama buku adalah tepat dalam rangka melestarikan serta menjawab transformasi budaya luar yang tumbuh dan berkembang dengan pesat di papua.
Pendekatan ilustrasi pada buku menggunakan teknik manual dimana sebagian besar gambar melalui proses sketsa atau merupakan hasil tracing yang di modifikasi agar sesuai dengan tema cerita. Tahapan proses ilustrasi juga menggunakan pencil kemudian diperjelas dengan tinta hitam untuk kemudian di scan lalu diolah menggunakan software desain.
Tekstur.
Tekstur yang digunakan pada buku ini lebih kepada karakteristik kertas atau ukuran gram dari kertas. Jenis kertas yang digunakan adalah art carton 260gr untuk sampul dengan karakteristik tekstur licin dan tebal serta art paper 150gr untuk isi dengan karakteristik licin dan tipis.
Gambar 4.2 Gambar Ilustrasi untuk Perancangan. Sumber: Gambar Pribadi
Tone Warna.
Warna dominan yang digunakan pada buku Ilustrasi Ragam Hias Papua adalah warna Oranye atau jingga. Oranye merupakan warna sekunder yang dicampur dari warna primer (merah) atau lebih tepat lagi magenta dan kuning pada spektrum warna. Pada penggunaan Warna jingga juga terdapat sub warna yang digunakan seperti jingga cerah, jingga gelap, jingga kusam. Penggambungan warna-warna tersebut dalam buku ilustrasi ragam hias papua memberi
Gambar 4.3 Gambar Warna untuk Perancangan. Sumber: Gambar Pribadi
kesan ceria dengan pengolahan earthy tones 4 karena berhubungan dengan alam.
Layout.
Prinsip yang digunakan pada setiap halaman layout lebih ditekankan pada prinsip dasar layout dengan membuat emphasis atau penekanan pada bagian yang paling penting dari cerita dibuat lebih menonjol. sedangkan unsur yang paling penting kedua dibuat paling mencolok. Selain itu mengkelompokkan unsur-unsur yang dekat hubungannya. Unsur-unsur yang secara spatial terletak berdekatan sehingga nampak sebagai kelompok dari item yang saling berhubungan (Proximity). Contrast dalam visual pada setiap halaman diperjelas, berbeda satu dari yang lain sehingga tidak terjadi konflik.serta unsure-unsur penting dalam desain layout seperti balance, alignment, repetition, dan Flow.
4
Earthy Tones / Earthy Color sering juga disebut Warna Alam, Earthy Tones merujuk pada warna-warna yang berasal dari alam seperti warna tanah, langit, laut, gunung, tanaman seperti daun, kayu, buah dan masih banyak lagi.
Gambar 4.4 Halaman Layout Buku. Sumber: Gambar Pribadi
Tipografi.
Font yang digunakan dalam penulisan buku adalah standar font secara umum agar terlihat dinamis dan sederhana namun tetap memiliki tingkat keterbacaan yang tinggi. Agar penikmat dapat dengan mudah memahami alur cerita pada buku tanpa merasa bosan. Penggunaan font untuk isi dan cover dibedakan agar tercapai suatu bentuk pembeda dalam buku yang jelas dan menyenangkan.
Karakteristik Buku.
Perancangan buku Ilustrasi Ragam Hias Papua ini berisi tentang gambaran umum tentang ragam hias budaya pada Orang Biak. Penyajian buku non fiksi ini cukup fleksibel dalam pengertian tidak terlalu besar juga tidak terlalu kecil maupun tidak terlalu tebal namun juga tidak tipis. Dengan ukuran Tinggi 22,5cm, Lebar 18,5cm dan Tebal 0,5 cm serta proses
membaca dari kiri ke kanan membuat karakteristik buku ini sangat mudah untuk dipahami.
Konten Buku.
o Cover/ Sampul Buku o Pendahulu
Halaman Copyright Halaman Pembuka Daftar Isi
o Isi Naskah Buku
Terdiri dari 4 Bab/ Chapter o Penutup/ End Matter
Lampiran Daftar Bacaan Format Buku. o Ukuran Buku Tinggi 22,6 cm, Lebar 18,5 cm dan Tebal 0,5 cm
o Jumlah Halaman Buku 62 Halaman
o Material Buku
Art carton 260 gr untuk sampul Art paper 150 gr untuk isi o Laminasi
Laminasi Doff dilakukan Khusus pada halaman sampul/ cover. Pemilihan laminasi doff agar hasil cetakan terlindungi dengan baik, dan warna tidak cepat memudar.
o Teknik Cetak
Untuk pembuatan dummy menggunakan teknik cetak digital printing namun bila akan diproduksi dalam jumlah yang besar akan digunakan teknik cetak offset. o Penjilidan dan Finising
Teknik penjilidan yang dilakukan adalah perfect binding secara manual, punggung buku dirapikan kemudian di rekatkan menggunakan cold glue/ lem putih sehingga mempunya daya rekat yang tinggi, ekonomis dan relative aman.
G. Target dan Standar Karya Desain.
No Karya Desain yang Dibuat
Fungsi/ Manfaat Karya Dalam Perancangan
Bentuk Standar Karya Desain
1. Perancangan Buku Ilustrasi
Buku memberi pengetahuan atau informasi bagi target audience. Ditampilkan dalam bentuk ilustrasi visual agar mampu memberi pemahaman baru bagi penikmatnya.
Ukuran Buku Tinggi 22,6 cm, Lebar 18,5 cm Tebal 0,5 cm
Jumlah Halaman 62
2. Poster Berfungsi sebagai media promosi utama dalam menarik perhatian pengunjung pada saat launching buku Ilustrasi Ragam Hias Papua.
Ukuran kertas : A1 (84x59.4cm) Jenis Kertas : Artpaper / Kunsdruct Gramatur kertas : 120gsm
3. Gimmick Souvenir yang dibagikan kepada audience secara gratis dengan maksud menarik perhatian
audience untuk membeli buku Ilustrasi Ragam Hias Papua.
Stiker Chromo A3 dilaminasi doff , tujuannya agar warna tidak memudar,
menambah daya tahan cetakan dan memberikan tampilan yang beda.
H. Proses Perancangan. 1. Strategi Desain.
Diagram Alur Strategi Desain. Sumber: Gambar Pribadi
2. Rincian Proses Perancangan. Brief.
Brief disini bertujuan untuk menentukan keinginan dari suatu bentuk desain buku yang juga merupakan petunjuk desain yang hendak dibuat serta menggambarkan cita-cita desain setelah karya terwujud.
Solusi Desain.
Penentuan judul disini adalah memaparkan latarbelakang masalah yang akan di jadikan ide/gagasan perancangan berupa pengumpulan data-data yang terkait dengan permasalahan untuk selanjutnya menemukan problem solving guna menentukan judul perancangan yaitu “Ilustrasi Ragam Hias Papua(Motif Ragam Hias Orang Biak Serta Aspek Budaya)”. Setelah judul ditetapkan maka perancangan dilanjutkan dengan menjabarkan tiga aspek disain yaitu tujuan, target, sasaran dan konsep perancangan.
Konsep Pengumpulan Data.
Pada Proses pengumpulan data sampai konsep perancangan wajib dijabarkan secara detail begitu pun dengan standar karya desain yang akan dibuat. Data-data yang diperlukan untuk membuat konsep serta tema dijabarkan baik berupa hasil observasi maupun referensi dari karya sejenis. Selanjutnya moodboard dijadikan acuan dalam pengembangan karya seperti penetapan ilustrasi, warna, layout, tipografi dan elemen pendukung lainnya.
Desain Awal. Sketsa Cover
Sketsa cover dilakukan dengan membuat beberapa alternatife sketsa, selanjutnya di pilih yang mana yang
Gambar 4.6 Sketsa Cover. Sumber: Gambar Pribadi
layak untuk di menjadi tampilan sampul buku. Proses sketsa juga dilakukan dalam bentuk layout atau penempatan pada area kertas sehingga mendapat gambaran kasar mengenai penempatan gambar, font serta ornament-ornamen pendukung pada cover
Type Font
Type Font yang di gunakan dalam proses sketsa pada Desain Awal adalah type font “Disco Deck Condensed” yang di tracing ulang dengan memasukkan motif ragam hias pada area “stem font” lebih karena jenis font ini adalah font block sehingga tidak terdapat bagian-bagian font yang menonjol keluar pada Cap maupun Descender seperti: Bracket, Terminal, Overshoot, Counter, Cross, Shoulder, Spur, Tail, Serif dan Finial.
Gambar 4.7 Sketsa Font. Sumber: Gambar Pribadi
Selain font Hasil Tracing diatas terdapat font umum yang digunakan pada cover buku dan isi dimana font-font tersebut tidak melalui proses sketsa namun langsung ditentukan jenis font yang telah ada pada aplikasi pendukung.
Sketsa Layout
Gambar 4.9 Sketsa Layout. Sumber: Gambar Pribadi Gambar 4.8 Contoh Anatomy Font.
Tampilan sketsa layout yang diajukan terdiri dari empat kelompok gaya layout antara lain:
(1). layout konvensional (2). layout modern (3). layout agresif (4). layout klasik.
Secara sederhana layout-layout tersebut ditampilkan dalam halaman-halaman yang berbeda. Tujuannya adalah agar mudah dan enak dibaca serta informasi yang hendak disampaikan termuat secara keseluruhan dan tersampaikan dengan baik. Selain itu tataletak yang diajukan juga mempertimbangkan “siapa” pembacanya. Warna
Warna dominan yang digunakan pada buku Ilustrasi Ragam Hias Papua adalah warna Oranye atau jingga. Oranye merupakan warna sekunder yang dicampur dari warna primer (merah) atau lebih tepat lagi magenta dan kuning pada spektrum warna. Pada penggunaan Warna jingga juga terdapat sub warna yang digunakan seperti jingga cerah, jingga gelap, jingga kusam. Penggambungan warna-warna
Gambar 4.10 Sketsa Warna. Sumber: Gambar Pribadi
tersebut agar memberi kesan ceria dengan pengolahan earthy tones yang berhubungan dengan alam.
Proses Digital.
Proses Digital disini merupakan pengembangan lebih lanjut dari proses manual (sketsa) ke tahapan kebaruan image yang lebih moderen. Sehingga untuk hasil yang maksimal maka perlu disusun alur cerita pada Buku “Ilustrasi Ragam Hias Papua” mulai dari teks, gambar dan elemen pendukung lainnya pada tiap halaman, dan juga mempertimbangkan layout/ tataletak dan elemen-elemen pendukung lainnya secara keseluruhan.
Gambar 4.11 Proses Digital Cover/ Sampul. Sumber: Gambar Pribadi
Gambar 4.12 Proses Digital Ilustrasi Wajah Patung Korwar. Sumber: Gambar Pribadi
Gambar 4.13 Proses Digital Ilustrasi Lingkungan Alam. Sumber: Gambar Pribadi
Gambar 4.14 Proses Digital Ilustrasi Kapal Ekspedisi. Sumber: Gambar Pribadi
Gambar 4.15 Proses Digital Ilustrasi Tiga Orang Pemberani. Sumber: Gambar Pribadi
Gambar 4.16 Proses Digital Ilustrasi Peta Papua. Sumber: Gambar Pribadi
Gambar 4.17 Proses Digital Ilustrasi Kayu. Sumber: Gambar Pribadi
Gambar 4.18 Proses Digital Ilustrasi Kayu. Sumber: Gambar Pribadi
Gambar 4.19 Proses Digital Ilustrasi Proses Ritual. Sumber: Gambar Pribadi
Gambar 4.21 Proses Digital Ilustrasi Ragam Hias Flora. Sumber: Gambar Pribadi
Gambar 4.20 Proses Digital Ilustrasi Memahat. Sumber: Gambar Pribadi
Gambar 4.22 Proses Digital Ilustrasi Ragam Hias Fauna. Sumber: Gambar Pribadi
Gambar 4.23 Proses Digital Ilustrasi Ragam Hias Figuratif. Sumber: Gambar Pribadi
Gambar 4.24 Proses Digital Ilustrasi Ragam Hias Geometris. Sumber: Gambar Pribadi
Gambar 4.25 Proses Digital Ilustrasi Rumah Adat Pria. Sumber: Gambar Pribadi
Gambar 4.26 Proses Digital Rumah Adat Orang Biak. Sumber: Gambar Pribadi
Gambar 4.27 Proses Digital Pengayung Tradisional. Sumber: Gambar Pribadi
Gambar 4.28 Proses Digital Anak Adat . Sumber: Gambar Pribadi
Gambar 4.29 Proses Digital Ibu dan Anak. Sumber: Gambar Pribadi
Gambar 4.30 Proses Digital Semang/ Najum. Sumber: Gambar Pribadi
Gambar 4.31 Proses Digital Penempatan Patung 1. Sumber: Gambar Pribadi
Gambar 4.32 Proses Digital Penempatan Patung 2. Sumber: Gambar Pribadi
Gambar 4.33 Proses Digital Penempatan Patung 3. Sumber: Gambar Pribadi
Gambar 4.34 Proses Digital Penempatan Patung 4 . Sumber: Gambar Pribadi
Gambar 4.35 Proses Digital Pria menggengam Parang. Sumber: Gambar Pribadi
Keseluruhan Proses Digital dilakukan pada semua gambar dari hasil sketsa manual sebanyak 39 gambar. Sehingga menghasilkan kualitas gambar yang lebih baik pada buku “Illustrasi Ragam Hias Papua”.
Gambar 4.36 Proses Digital Ilistrasi cara Memasak Tradisional. Sumber: Gambar Pribadi
Revisi Hasil Desain.
Setelah proses digital hasil sketsa dilakukan maka dilakukan proses layout. Gambar-gambar di atur bersama teks serta elemen-elemen layout lainnya agar memiliki alur cerita yang jelas dengan melihat prinsip-prinsip dasar layout. Selanjutnya file-file buku ilustrasi diserahkan kepada pembimbing untuk di revisi. Proses revisi dilakukan bersama dosen pembimbing guna menelaah kembali kelebihan atau kekurangan pada hasil desain, jika diperlukan maka desain ditambah atau jika berlebihan bagian-bagian desain dikurangi atau dihilangkan.
Gambar 4.37 Proses Pengaturan Layout. Sumber: Gambar Pribadi
Pasca Produksi.
Pada Tahapan ini hasil cetakan baik buku dan maupun media pendukung (promosi) seperti poster dan stiker untuk kegiatan pameran di produksi dan difinishing.
Hasil Akhir.
Bagian Terakhir dari perancangan buku Ilustrasi Ragam Hias Papua adalah menawarkan ke penerbit untuk dicetak dalam jumlah yang banyak untuk selanjutnya di distribusikan ke papua maupun Indonesia agar dapat dimiliki oleh target audieance yang dituju.
I. Jadwal Pelaksanaan Tugas Akhir.
Table IV. Jadwal Pelaksanaan Tugas Akhir.
KEGIATAN
PERANCANGAN TA BULAN I BULAN II BULAN III BULAN IV
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 Penentuan judul perancangan Penentuan tema sekaligus proses awal: - Mind Mapping - Mood Board P A M E R A N P R A - T S I D A N G T U G A S A K H I 2 Pengumpulan data: - Referensi Karya Sejenis - Defenisi Buku Ilustrasi - Data-data Ragam Hias Papua 3 Konsep Perancangan - Sketsa manual (29
gambar) - Sketsa Layout - Refensi dan uji
warna A R 4 Proses Digital Tahan Pewarnaan Revisi Hasil Perancangan 5 Membuat Media Promosi Pendukung Tahap Mencetak dan Penjilidan 6 Persiapan Pameran Pameran Karya