• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kreativitas merupakan satu proses pemikiran yang memunculkan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kreativitas merupakan satu proses pemikiran yang memunculkan"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kreativitas merupakan satu proses pemikiran yang memunculkan sebuah ide atau gagasan baru. Kreativitas harus ditinjau dari segi pribadi yang kreatif, proses yang kreatif dan juga hasil kreativitasnya. Kreativitas dapat tercipta ketika kita mendapat sebuah rangsangan misalnya rangsang visual ataupun audio, menurut Alma M. Hawkins dalam bukunya Bergerak Menurut Kata Hati “kreativitas adalah sebuah persoalan pribadi, yang merupakan proses pencarian ke dalam diri sendiri yang penuh dengan tumpukan kenangan, pikiran dan sensasi sampai ke sifat yang paling mendasar dalam kehidupan.” (2003: xv).

Seorang penata tari haruslah peka terhadap lingkungan di sekitarnya sebagai dasar berkreatifitas, karena kreativitas menjadi modal dasar untuk seorang penata yang akan membuat sebuah karya. Seperti yang telah pula dikatakan oleh Alma M. Hawkins dalam bukunya “dorongan untuk mencari dan mencipta tumbuh dari transaksi dunia batin dengan dunia nyata.” (2003: 2).

Untuk menempuh Tugas Akhir, penulis memutuskan untuk mengambil minat Penciptaan Tari karena tertantang untuk membuat sebuah karya. Dalam buku Komposisi Tari Jacqueline Smith “karya seni adalah ekspresi atau perwujudan sesuatu yang dibentuk tidak melalui berbagai

(2)

perbedaan tetapi melalui elemen yang harmonis sebagai kesatuan keseluruhan untuk dinikmati secara estetis.” (1985: 60). Untuk mencipta karya tari tersebut, aspek pertama yang harus dipersiapkan yaitu sebuah konsep, karena konsep merupakan kerangka garap setelah menemukan ide gagasan. Untuk karya Tugas Akhir ini, penulis mendapatkan sebuah ide ketika sedang mengunjungi sebuah perpustakaan daerah yang berlokasi di Jalan Soekarno-Hatta, dari situlah penulis mencoba mengungkapkan fenomena-fenomena sosial yang terjadi di dalam kehidupan sehari-hari mengenai suatu kebutuhan di dalam hidup.

Manusia mempunyai banyak sekali kebutuhan dalam hidupnya, salah satu kebutuhan itu ialah pengetahuan. Pengetahuan sangat dibutuhkan untuk menunjang hidup, karena setiap zaman mengalami perubahan menuju era yang lebih canggih (modern). Pengetahuan atau wawasan bisa kita dapatkan dimana saja, seperti halnya pelajaran di sekolah, internet dan melalui pergaulan. Salah satu hal yang dapat menambah wawasan kita adalah dengan membaca buku, dan buku-buku yang menyediakan semua informasi itu tersedia di sebuah tempat yang bernama perpustakaan.

Perpustakaan menyediakan berbagai macam buku dari semua bidang ilmu yang berkaitan dengan kehidupan, selain pergi membeli buku untuk dimiliki secara pribadi. Kebutuhan akan tersedianya buku sebagai bahan sumber bacaan, bisa dilihat di lingkungan perguruan tinggi, misalnya. Para mahasiswa seringkali pergi ke perpustakaan yang ada di universitasnya masing-masing, mencari bahan untuk tugas atau sekedar ingin membaca.

(3)

Perpustakaan dalam arti tradisional adalah sebuah koleksi buku dan majalah, namun perpustakaan lebih umum dikenal sebagai sebuah koleksi besar yang dibiayai dan dioperasikan oleh sebuah kota atau institusi, serta dimanfaatkan oleh masyarakat yang tidak mampu membeli sekian banyak buku atas biaya sendiri. Pergi mengunjungi perpustakaan mungkin dapat dikatakan sudah menjadi tradisi untuk mencari serta menambah wawasan, itu terlihat sekali dalam kehidupan ini. Tetapi ada satu fenomena yang penulis lihat ketika berkunjung ke perpustakaan daerah yang berlokasi di Jalan Soekarno-Hatta, yaitu tidak adanya pengunjung. Rasa penasaran muncul dalam benak pribadi penulis atas fenomena yang terlihat, apakah benar perpustakaan itu memang jarang dikunjungi ?.

Untuk menjawab rasa penasaran tersebut, penulis mencoba kembali mengunjungi perpustakaan yang lain, yaitu perpustakaan UPI Bandung dan ternyata keadaan disana sangat jauh berbeda dengan perpustakaan yang sebelumnya dikunjungi karena terlihat banyak sekali pengunjung di perpustakaan UPI ini, dari situ penulis berpendapat bahwa ternyata tidak semua perpustakaan sepi akan pengunjung.

Tetapi fenomena sepi pengunjung terlihat kembali di perpustakaan STSI Bandung, timbullah pertanyaan dalam benak mengapa kebanyakan orang tidak mau pergi ke perpustakaan, padahal kita tahu bahwa perpustakaan itu menjadi salah satu fasilitas untuk membantu mempermudah kita mencari suatu sumber pengetahuan. Dalam setiap obrolan yang penulis lakukan bersama teman-teman, ketika diberi tugas

(4)

oleh dosen atau guru selalu terbesit jawaban malas untuk mencari buku atau membaca dan mereka lebih memilih cara tercepat dan mudah yaitu mencari di internet, itu semua tidak salah hanya saja pergi ke perpustakaan pun sebenarnya harus dilakukan karena mungkin bahan di internet tidak terlalu lengkap. Ada pula anggapan jika perpustakaan itu merupakan satu ruangan kaku, sepi, buku-buku jadul dan juga identik dengan suasana yang membosankan.

Sarana dan prasarana juga menjadi aspek yang sangat penting untuk menarik minat pengunjung, jika fasilitas kurang memadai otomatis orang-orang enggan untuk mengunjungi perpustakaan, tetapi tidak semua perpustakaan memiliki fasilitas yang kurang memadai, itu terlihat ketika penulis mengunjungi perpustakaan UPI hanya saja memang fasilitas yang tersedia itu dirasa masih kurang.

Fenomena di atas menjadi sebuah perenungan bagi pribadi penulis dan menjadi sebuah inspirasi untuk membuat karya tugas akhir. Penulis akan mengangkat fenomena tersebut ke dalam sebuah karya garap tari dimana akan mengambil tema tentang perlawanan terhadap pikiran perpustakaan yang identik dengan suasana sepi dan membosankan hingga akhirnya kembali semangat mengunjungi perpustakaan. Penulis pun ingin mengajak melestarikan kembali perpustakaan dengan mengunjunginya, karena kita semua tahu bahwa perpustakaan itu penting untuk dikunjungi demi bertambahnya wawasan kita, karena pada kenyataannya perpustakaan

(5)

itu tidak seperti yang selama ini dipikirkan, itu terlihat dari perpustakaan yang begitu ramai di kunjungi.

Dalam suatu karya tari tentunya ada nilai atau pesan yang ingin penulis sampaikan. Nilai merupakan harga, penghargaan atau tafsiran yang melekat pada sebuah objek. Objek yang dimaksud adalah benda, barang, perbuatan atau perilaku, nilai adalah sesuatu yang abstrak bukan konkret seperti halnya dalam sebuah karya tari, garapan tersebut dibuat dengan berdasarkan alasan dan tujuan, serta sebuah nilai yang ingin disampaikan kepada para apresiator.

Nilai yang terkandung dalam karya penulis yaitu sebuah ajakan untuk kembali membiasakan diri pergi ke perpustakaan, karena meskipun rasa malas, bosan menghinggapi kita tetapi pergi ke perpustakaan memberikan manfaat dan merupakan hal yang sangat penting untuk memenuhi kebutuhan hidup kita, terutama hal akan wawasan pengetahuan. Karena tak bisa dipungkiri jika kita pergi ke perpustakaan, banyak sekali ilmu yang bisa didapatkan dan pada kenyataannya tidak semua perpustakaan itu identik dengan suasana yang membosankan.

Terdapat banyak sekali peluang yang dapat penulis garap untuk karya tugas akhir ini, peluang garap itu yakni, garapan yang akan penulis buat mengacu pada konsep non tradisi atau kontemporer dimana gerak-gerak yang bisa dieksplor lebih bebas, menggunakan sentuhan musik barat serta garapan ini akan dibuat menjadi tarian kelompok dengan 4 orang penari wanita.

(6)

Model garap menggunakan pendekatan konsep non tradisi, yaitu suatu konsep tarian yang menggunakan “kebebasan” dalam pengungkapan, tidak mengikuti seperti halnya tari tradisi yang sudah mempunyai aturan serta patokan yang mutlak, tari non tradisi atau kontemporer itu sendiri mengikuti perkembangan zaman dan waktu, untuk mewujudkan itu semua karya tari ini digarap dengan bentuk kelompok dengan 4 penari wanita. Untuk koreografi itu sendiri, penulis mencoba mengaplikasikan pada karya dengan menggunakan gerak sehari-hari, seperti duduk, berjalan dan berlari yang akan dieksplorasi kembali, tetapi tidak menutup kemungkinan juga gerak-gerak yang akan digunakan bersumber dari gerak tradisi.

Dari fenomena di atas yang menjadi sumber inspirasi, garapan ini akan diberi judul “L.O.L” yang mempunyai singkatan Library Of life, kata ini diambil dari bahasa asing yaitu bahasa Inggris. Library yang berarti perpustakaan, of sebagai kata penghubung dan life yang berarti kehidupan. Judul ini dimaksudkan penulis bahwa perpustakaan itu merupakan aspek penting dalam kehidupan yang memberikan manfaat bagi setiap orang.

B. Rumusan Masalah

Oleh karena luasnya permasalahan, maka penulis akan membatasi permasalahan dan merumuskannya sebagai berikut:

(7)

1. Bagaimana konsep dan proses diwujudkan dalam karya garap tari

2. Nilai atau pesan yang akan disampaikan kepada para apresiator

C. Tujuan Penciptaan

Sebuah karya diciptakan tentunya bukan tanpa adanya alasan dan tujuan, seperti yang telah penulis uraikan di atas penciptaan garapan ini bertujuan untuk memberikan sebuah perenungan dan ajakan, agar kita sebagai generasi penerus bangsa melestarikan perpustakaan dengan mengunjunginya. Menumbuhkan kembali minat untuk pergi ke perpustakaan itu sangatlah penting, karena dapat membuka dan menambah wawasan kita, dan agar perpustakaan ramai kembali dikunjungi meskipun rasa malas seringkali menghampiri, kita harus mencoba untuk melawan perasaan itu demi kebaikan kita di masa depan.

D. Tinjauan Pustaka

Sebagai pelengkap dari sebuah sumber yang ada serta untuk bahan perbandingan dan menghindari penjiplakan, dilakukan telaahan terhadap salah satu karya tari terdahulu. Karya yang dimaksud yaitu:

- Skripsi karya seni penciptaan tari yang berjudul “SUBAHA” karya Gendis Desti Mariani, lulus tahun 2013, Jurusan Tari STSI Bandung. Karya ini menceritakan tentang kejenuhan akan rutinitas sebagai seorang mahasiswa yang berlangsung secara terus menerus dalam menjalani perkuliahan.

(8)

Selain sumber skripsi di atas, penulis pun mencari sumber dari beberapa buku yang dapat menunjang garapan yang akan dibuat, sumber literatur tersebut yaitu:

a. Buku Bergerak Menurut Kata Hati, karya Alma M.Hawkins yang memuat fase-fase dalam membuat karya tari, proses-proses yang harus dilalui oleh seorang penata tari dalam menciptakan sebuah karya tari yang alami. Buku ini sangat membantu penulis saat melalui proses penciptaan karya tari, seperti yang ada dalam buku ini sebelum karya terwujud langkah pertama yang dilakukan ialah mencari sebuah rangsang apa yang akan dipakai kemudian tumbuh daya imajinasi yang menjadikan sebuah tema, konsep hingga terwujudnya seluruh aspek untuk membuat karya tari

b. Buku Pengetahuan Elementer dan Beberapa Masalah Tari, karya Dr. Edi Setiawati yang menjelaskan tentang sebuah keberhasilan komposisi tari tergantung dari berbagai faktor. Seperti yang dimuat dalam buku ini, untuk mencapai keberhasilan dalam penciptaan karya tari faktor-faktor seperti penari pendukung, musik, property, lighting, rias busana serta aspek-aspek yang lain menjadi bagian-bagian penting untuk menunjang sebuah karya tari

c. Buku Seni Menata tari (The Art of Making Dances), karya Doris Humprey memuat bagaimana seorang penata dalam

(9)

menciptakan karya tari, menata tari dari tahapan-tahapan yang paling mudah hingga terciptanya sebuah tarian. Sebelum karya tari tercipta secara utuh, penulis melakukan beberapa tahapan dimulai dari proses eksplorasi mandiri, eksplorasi bersama teman-teman pendukung, improvisasi, evaluasi hingga komposisi. Buku ini sangat membantu penulis dalam melakukan tahapan-tahapan di atas sehingga terselesaikannya karya tari yang penulis buat.

d. Buku Komposisi, karya Jacqueline Smith dalam buku ini menjelaskan tentang bentuk komposisi tari yang akan digarap harus memakai tahap-tahap tertentu agar tingkat kesulitan dalam menata tidak begitu rumit. Saat memulai proses penciptaan tari kendala selalu penulis temukan, tetapi setelah mengikuti petunjuk-petunjuk yang ada dalam buku ini, penulis sedikit demi sedikit mulai bisa mengatasi setiap kendala yang ada selama proses. Seperti mengatasi bagaimana mengembangkan kembali koreografi yang sudah di dapat dari hasil eksplorasi, membuat tarian agar lebih bervariasi dengan menggunakan aspek-aspek seperti kontras, canon, rampak simultan, saling mengisi dan lainnya.

E. Pendekatan Metode Garap

Pendekatan komposisi untuk karya garap tari terdapat dua pendekatan, yaitu pendekatan komposisi tari tradisi dan pendekatan

(10)

komposisi tari non tradisi, dan untuk karya garap tari ini sendiri penulis menggunakan pendekatan komposisi tari non tradisi. Pendekatan komposisi tari non tradisi, yaitu suatu konsep tarian yang menggunakan “kebebasan” dalam pengungkapan, kebebasan disini memiliki arti sebagai bebas dalam mengungkapkan ekspresi jiwa tanpa di dasari dengan sebuah aturan atau patokan, tidak mengikuti atau secara turun temurun seperti halnya tari tradisi yang telah mempunyai aturan serta patokan yang sudah mutlak. Tari kontemporer ini mengikuti perkembangan zaman dan waktu, penulis mencoba mengaplikasikan pada karya dengan menggunakan gerak yang bersumber dari gerak sehari-hari, seperti duduk, berjalan, dan juga berlari.

F. Rancangan / Sketsa Garap 1. Desain Koreografi

Koreografi atau rancangan tari berasal dari bahasa Yunani yaitu “choreia (tari)” dan juga “grapho (menulis)”. Dalam buku Diktat Pengantar Pengetahuan dan Komposisi Tari, Soedarsono mengatakan bahwa koreografi berarti catatan tentang tari, tetapi pada perkembangan selanjutnya arti koreografi berubah menjadi garapan tari (1978: 16), disebut juga sebagai komposisi tari yang merupakan seni membuat atau merancang struktur/ alur sehingga menjadi suatu pola atau gerakan-gerakan atau membuat sesuatu yang bagi seniman tertentu belum pernah ada sebelumnya. Garapan yang akan dibuat tentunya merupakan proses dari hasil eksplorasi gerak yang penulis lakukan, sebelum menjadi komposisi yang utuh

(11)

penulis terus mencari koreografi yang akan dimunculkan pada garapan, karena bercerita tentang suatu fenomena yang ada dalam kehidupan sehari-hari, maka komposisi pada tarian ini diambil dari gerak keseharian seperti berjalan, berguling, berlari, serta yang tentunya akan dikembangkan atau dieksplor kembali oleh penulis. Tetapi tidak menutup kemungkinan jika koreografi yang ada pada garapan ini akan bersumber dari gerak tari tradisi yang nantinya akan diolah kembali, gerakan yang bersumber dari gerak keseharian tentunya akan muncul lebih dominan dilihat dari basic sang penulis yaitu modern dance.

Sebuah rangsang merupakan salah satu aspek dasar dalam menentukan tema yang akan diusung untuk sebuah garapan, setelah rangsang didapat langkah selanjutnya adalah akan diseperti apakan garapan tersebut. Jacqueline Smith dalam bukunya Komposisi Tari mengatakan “suatu rangsang dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang membangkitkan fikir, atau semangat atau mendorong kegiatan(1985: 20)”. Beberapa contoh rangsang dalam komposisi tari yaitu seperti rangsang visual, audio, audiovisual, gagasan, rabaan serta kinestetik, untuk tipe itu sendiri terdapat tipe dramatik, komikal, murni, studi, abstrak, liris dan dramatari. Karya tari yang akan penulis buat bersumber dari rangsang visual yaitu ketika melihat perpustakaan yang sepi pengunjung, untuk tipenya sendiri penulis menggunakan tipe dramatik karena di dalamnya mengusung

(12)

sebuah cerita, seperti dalam buku Jacqueline Smith yaitu “tipe tari yang mengandung arti bahwa gagasan yang dikomunikasikan sangat kuat dan penuh daya pikat, dinamis dan banyak ketegangan dan dimungkinkan melibatkan konflik antara orang seorang dalam dirinya atau dengan orang lain(1985: 27)”.

Adegan merupakan alur cerita yang akan dipresentasikan dalam sebuah karya garap tari, untuk karya penulis sendiri adegan akan dibuat sebanyak dua bagian yaitu adegan awal dan akhir. Bagian Awal;

Menceritakan suasana bosan dan juga sepi ketika mengunjungi perpustakaan, setelah beberapa kali berkunjung tetapi masih dengan suasana yang sama akhirnya timbullah rasa malas dan enggan untuk mengunjungi perpustakaan. Pada bagian ini akan diawali dengan satu penari sudah berada di panggung dan duduk di sebuah kursi, setelah penari ini bergerak muncul ketiga penari lain dari tengah belakang, serta kiri dan kanan wink panggung dan berjalan perlahan memasuki panggung. Pengolahan gerak akan di dominasi dengan gerak kualitas pelan dan juga sedang.

Bagian Akhir;

Bagian dua ini terbagi menjadi dua perasaan, yaitu pemberontakan terhadap rasa malas serta semangat untuk kembali mengunjungi perpustakaan. Pengolahan gerak pada bagian ini akan diisi dengan

(13)

gerak-gerak kualitas cepat dan juga kuat, dibuat keos dan property dimainkan.

Garapan ini akan dibuat dengan bentuk tarian kelompok yaitu dengan 4 orang penari wanita. Tarian kelompok merupakan tarian yang dilakukan lebih dari 1 orang, seperti dalam buku La Meri Dance Composition: The Basic Element yaitu, “koreografi kelompok adalah komposisi yang ditarikan lebih dari satu penari atau buka tarian tunggal, sehingga dapat diartikan duet, trio, kuartet(1975: 2)”. Koreografi kelompok banyak membutuhkan kerjasama serta komunikasi yang baik antar sesama penari, itu semua dibutuhkan untuk menghindari miss komunikasi, karena dalam tarian kelompok kekompakan merupakan hal yang paling utama. Bentuk koreografi itu semata-mata hampir menyandarkan diri pada keutuhan kerjasama sebagai wahana komunikasi.

2. Desain Musik Tari

Musik adalah suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan, terutama suara yang dihasilkan dari alat-alat yang dapat menghasilkan irama, walaupun musik adalah sejenis fenomena intuisi, untuk mencipta, memperbaiki dan mempersembahkannya adalah suatu bentuk seni, mendengar musik adalah sejenis hiburan.

Sebagaimana halnya dalam karya tari yang akan penulis buat, musik dalam tari merupakan salah satu unsur pendukung yang

(14)

sangat penting, musik berfungsi untuk mempertegas dan memperjelas struktur setiap adegan. Tari dan musik selalu menjadi hal yang saling berkaitan satu sama lain, Doris Humprey dalam bukunya Seni Menata Tari mengatakan bahwa tari bukanlah seni yang berdiri sendiri, ia bagaikan seorang putri yang selalu membutuhkan pasangannya yang simpatik bukan seperti yang dipertuan, yakni musik(1983: 158). Berbagai variasi musik penulis inginkan untuk mendukung setiap adegan dalam karya tari, sumber inspirasi musikpun penulis dapatkan ketika mendengar suara alat musik flute. Pemilihan musik itu sendiri penulis inginkan dengan sentuhan musik barat, alat-alat yang akan digunakan meliputi flute, bedug, gitar, bass, gambang, biola, serta perkusi.

3. Desain Artistik

3.1. Rias Busana

Dalam sebuah pertunjukan aspek pendukung lainnya yang tidak kalah penting yaitu rias busana. La Meri dalam bukunya mengatakan bahwa rias seperti apa dan busana yang bagaimana tergantung kepada kebutuhan konsep kita, rias busana merupakan satu pertimbangan lain yang serius untuk dikenakan, serta kostum yang akan digunakan harus relatif sreg(1975: 76).

Untuk garapan ini penulis akan menggunakan rias sehari-hari atau make-up cantik dengan pemilihan warna yang lembut,

(15)

busana yang akan digunakan yaitu dress sepanjang lutut dengan warna dasar putih gading serta legging hitam panjang.

3.2. Setting dan Property

Setting dan propertypun menjadi aspek lainnya sebagai penunjang dalam sebuah garapan, setting dan property dapat membantu mempertegas suasana apakah yang sedang kita bangun dan sebagai sebuah perwakilan simbol atau makna dalam garapan kita.

Penulis akan menghadirkan 2 rak buku dengan warna usang dengan buku-buku di dalamnya, serta 4 buah property kursi.

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh oleh setiap mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Diponegoro dalam

Penyampaian informasi juga ru- tin dilakukan Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Kota Bogor melalui kerjasama dengan media massa, baik cetak mau- pun elektronik dan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis rasio alokasi anggaran belanja hibah dan balanja bantuan sosial pada saat pemilukada dan sebelum pelaksanaan pemilukada,

0DNVXGDO)ƗUƗEƯPHQJHPXNDNDQSDKDP emanasi ini adalah untuk menghindarkan arti banyak dalam zat Allah. Karenanya Allah tidak bisa secara langsung menciptakan alam yang

Pada akhirnya kondisi tersebut berdampak pada anak-anak, yaitu anak tumbuh dan berkembang dengan kurang memiliki jiwa sosial terutama sikap toleransi terhadap

Pemantauan kondisi tingkat kebisingan tidak hanya dilakukan pada lingkungan kerja Toyota AUTO 2000 TSO Lenteng Agung, sehingga kegiatan pengukuran dan pengambilan

Analisis yang digunakan untuk menilai perbedaan konsentrasi tanah antara sebelum dan sesudah PLTU Labuan beroperasi adalah analisis komparasi dengan uji t-dua

Untuk menentukan adanya perbedaan antar perlakuan digunakan uji F, selanjutnya beda nyata antar sampel ditentukan dengan Duncan’s Multiples Range Test (DMRT).