• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Direktur, Dr. Sarwo Edhy, SP, MM

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. Jakarta, Januari Direktur, Dr. Sarwo Edhy, SP, MM"

Copied!
61
0
0

Teks penuh

(1)

i

KATA PENGANTAR

Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Buah dan Florikultura Tahun Anggaran Tahun 2016 merupakan wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan dan penggunaan Anggaran Negara TA. 2016 sebagaimana diamanatkan INPRES No. 7 Tahun 1999.

Laporan Kinerja Direktorat Buah dan Florikultura Tahun Anggaran Tahun 2016 merupakan upaya evaluasi terhadap pencapaian kinerja berbagai kebijakan, program dan kegiatan baik yang dilaksanakan di tingkat pusat maupun di daerah melalui Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan dan untuk mengetahui keberhasilan serta permasalahan yang dihadapi dalam pencapaian kinerja.

Keberhasilan dan pencapaian kinerja Direktorat Buah dan Florikultura selama TA. 2016 merupakan hasil kerjasama seluruh jajaran Direktorat Buah dan Florikultura serta dukungan pemangku kepentingan di pusat maupun daerah, institusi pemerintah, perguruan tinggi serta pelaku usaha (petani/kelompoktani/gapoktan/asosiasi). Besar harapan kami, Laporan Kinerja (LAKIN) ini dapat memberikan gambaran tentang pencapaian kinerja Direktorat Buah dan Florikultura tahun 2016.

Jakarta, Januari 2017

Direktur,

(2)

ii DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... ii

DAFTAR TABEL ... iii

RINGKASAN EKSEKUTIF ... v

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

BAB II. PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA ... 7

A. Perencanaan Kinerja ... 7

1. Indikator Kinerja Utama (IKU) ... 7

2. Rencana Strategis ... 11

3. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) ... 23

B. Perjanjian Kinerja... 25

BAB III. AKUNTABILITAS KINERJA ... 29

A. Pengukuran Kinerja ... 29

B. Analisis Pencapaian Kinerja ... 31

C. Analisis Pencapaian Keuangan ... 48

D. Permasalahan dalam Pengembangan Kawasan Buah ... 51

E. Tindak Lanjut ... 52

BAB IV. PENUTUP ... 55

(3)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan (IKSK) Luas Kawasan

Jeruk Direktorat Buah dan Florikultura Tahun 2016 ... 8 Tabel 2. Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan (IKSK) Luas Kawasan Buah

Lainnya Direktorat Buah dan Florikultura Tahun 2016 ... 9 Tabel 3. Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan (IKSK) Luas Kawasan Buah

Lainnya Direktorat Buah dan Florikultura Tahun 2016 ... 9 Tabel 4. Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan (IKSK) Luas Kawasan Florikultura

Direktorat Buah dan Florikultura Tahun 2016 ... 10 Tabel 5. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Buah dan Florikultura

Tahun 2016 ... 25 Tabel 6. Perjanjian Kinerja Direktorat Buah dan Florikultura Tahun 2016 ... 26 Tabel 7. Perjanjian Kinerja Direktorat Buah dan Florikultura (Revisi Bulan

Agustus Tahun 2016) ... 27 Tabel 8. Perjanjian Kinerja Direktorat Buah dan Florikultura (Revisi Bulan

November Tahun 2016) ... 27 Tabel 9. Perbandingan Penetapan Kinerja Direktorat Buah dan Florikultura

(Revisi Bulan Agustus dan November Tahun 2016) ... 28 Tabel 10. Pengukuran Kinerja Pembangunan Buah Tahun 2016 ... 30 Tabel 11. Perbandingan Target Kinerja Direktorat Buah dan Florikultura

dalam RKT dan Penetapan Kinerja (PK) Revisi II Tahun 2016 ... 30 Tabel 12. Hasil Pencapaian Kinerja Direktorat Buah dan Florikultura ... 32 Tabel 13. Daftar Lokasi Pengembangan Luas Kawasan Jeruk yang Belum

Mencapai Target ... 33 Tabel 14. Permasalahan Tidak Tercapainya Target Pengembangan Luas

Kawasan Buah Jeruk di Beberapa Lokasi Sentra Buah Jeruk ... 34 Tabel 15. Daftar Lokasi Pengembangan Kawasan yang Tidak Mencapai Target

Output Kawasan Buah Lainnya ... 35 Tabel 16. Permasalahan Tidak Tercapainya Target Pengembangan Kawasan

(4)

iv

Tabel 17. Daftar Lokasi Pengembangan Kawasan Buah Lain Yang Dapat

Mencapai Target Output Kawasan Buah Lainnya ... 37 Tabel 18. Realisasi Lokasi Pengembangan Kawasan Tanaman Hortikultura

Tahun 2016 ... 41 Tabel 19. Perbandingan Data Target Kinerja Tahun 2011, Tahun 2012,

Tahun 2013, Tahun 2014, Tahun 2015 dan Tahun 2016 ... 47 Tabel 20. Realisasi Anggaran Satuan Kerja Pusat dan Daerah Kegiatan

Peningkatan Produksi Buah dan Florikultura Ramah Lingkungan

Tahun 2016 (realisasi s/d 20 Januari 2017) ... 49 Tabel 21. Realisasi Keuangan Berdasarkan Output Kegiatan-Kegiatan Peningkatan

Produksi Buah dan Florikultura Ramah Lingkungan Tahun 2016

(5)
(6)

L LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166 1 BAB I PENDAHULUAN

Penyusunan Laporan Kinerja (LAKIN) Direktorat Buah dan Florikultura merupakan salah satu kewajiban bersama seluruh jajaran pemerintah sebagai pelaksana kegiatan dan pengelolaan anggaran negara sebagaimana sebagai wujud pertanggungjawaban atas pelaksanaan kegiatan tertuang dalam ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat melalui TAP MPR RI Nomor XI/MPR/1998 tentang Penyelenggaraan Negara yang Bersih dan Bebas Korupsi, Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, Permenpan Nomor 29 tahun 2010 tentang Pedoman

Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pem erintah, Peraturan Presiden Nomor 29 tahun 2014 tentang Sistem

Akuntabilitas Kinerja Instansi pemerintah dan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2015 tentang petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu Atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah.

Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (SAKIP) mengacu kepada peraturan perundang-undangan, antara lain : 1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, 2) Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah, 3) Peraturan Pemerintah Nomor 39 Tahun 2006 tentang Tata Cara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan, 4) Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, 5) Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2004 tentang Percepatan Pemberantasan Korupsi, 6) Keputusan Kepala Lembaga Administrasi Negara Nomor : 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, 7) Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara, Nomor: Per/09/M.PAN/5/2009 tentang

(7)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

2

Pedoman Umum, Penetapan Indikator Kinerja Utama di lingkungan Instansi Pemerintah, 8) Peraturan Menteri tentang Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 12 tahun 2015 tentang Pedoman Evaluasi atas Implementasi Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, 9) Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : KEP/135/M.PAN/9/2009 tentang Pedoman Evaluasi Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, 10) Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara No PER/20/M.PAN/11/2008) tentang Petunjuk Penyusunan Indikator Kinerja Utama dan 11) Peraturan Menteri tentang Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia Nomor 25 tahun 20012 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah.

Sedangkan Peraturan Menteri Pertanian terkait dengan SAKIP yaitu 1) Permentan No. 92 Tahun 2011 tentang Pedoman Pengukuran Indikator Kinerja Kementan 2010-2014, 2) Permentan No. 49 Tahun 2013 tentang IKU Kementan 2010-2014, 3) Permenpan dan RB Nomor : PER/09/M.PAN/5/2007 tentang Pedoman Umum Penetapan Indikator Kinerja Utama di Lingkungan Instansi Pemerintah, 4) Permenpan dan RB No. 13 tahun 2010 tentang Petunjuk Pelaksanaan Evaluasi Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah Tahun 2010, 5) Permenpan No. 29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Pelaporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah dan 6) Permenpan No. 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Review Atas Kinerja Instansi Pemerintah.

Kinerja instansi pemerintah merupakan gambaran mengenai tingkat pencapaian sasaran atau tujuan instansi pemerintah sebagai penjabaran dari visi, misi dan strategi instansi pemerintah yang mengindikasikan tingkat keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan-kegiatan sesuai dengan kebijakan dan program yang ditetapkan.

(8)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

3

Metode akuntabilitas kinerja dan akuntabilitas keuangan telah diatur dalam Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Permenpan dan Reformasi Birokrasi No. 29 tahun 2010. Sehubungan dengan hal tersebut, Direktorat Buah dan Florikultura pada tahun 2015 menyusun Laporan Kinerja sebagai bentuk pertanggungjawaban pimpinan pemerintah beserta jajarannya kepada Menteri Pertanian dalam memanfaatkan anggaran pembangunan yang bersumber dari APBN. Sesuai Permenpan No. 53 tahun 2014 adanya perubahan nama dari Laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP) menjadi Laporan Kinerja Direktorat Buah dan Florikultura Tahun Anggaran 2014.

Direktorat Buah dan Florikultura memiliki tugas dan fungsinya sesuai dengan Peraturan Menteri Pertanian Permentan Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 3 Agustus 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian setelah adanya perubahan organisasi dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah menjadi Direktorat Buah dan Florikultura. Sesuai dengan Permentan Nomor 43/Permentan/OT.010/8/2015, Pasal 423, tugas Direktorat Buah dan Florikultura adalah melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi aneka jeruk, tanaman buah lain serta florikukultura.

Sedangkan fungsi dari Direktorat Buah dan Florikultura (Pasal 423) adalah sebagai berikut :

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan produksi tanaman jeruk, perdu dan pohon, tanaman terna dan tanaman merambat, serta florikultura;

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi tanaman jeruk, perdu dan pohon, tanaman terna dan tanaman merambat, serta florikultura;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan produksi tanaman jeruk, perdu dan pohon, tanaman terna dan tanaman merambat; serta florikultura;

(9)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

4

4. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Buah dan Florikultura.

Dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsi tersebut, Direktorat Buah dan Florikultura memiliki 4 (empat) subdirektorat (Eselon III), 1 (satu) subbagian tata usaha (Eselon IV) dan kelompok jabatan fungsional yaitu :

1. Subdirektorat Tanaman Jeruk, Perdu dan Pohon;

2. Subdirektorat Tanaman Terna dan Tanaman Merambat; 3. Subdirektorat Florikultura;

4. Subdirektorat Tata Usaha; dan 5. Kelompok Jabatan Fungsional

Fungsi dari masing-masing subdirektorat, subbagian tata usaha dan kelompok jabatan fungsional tersebut sebagai berikut :

1. Subdirektorat Tanaman Jeruk, Perdu dan Pohon

a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan penerapan teknologi dan pemberdayaan serta pengembangan kawasan tanaman jeruk, perdu dan pohon.

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan penerapan teknologi dan pemberdayaan serta pengembangan kawasan tanaman jeruk, perdu dan pohon;

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang peningkatan penerapan teknologi dan pemberdayaan serta pengembangan kawasan tanaman jeruk, perdu dan pohon;

d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan penerapan teknologi dan pemberdayaan serta pengembangan kawasan tanaman jeruk, perdu dan pohon;

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan penerapan teknologi dan pemberdayaan serta pengembangan kawasan tanaman jeruk, perdu dan pohon.

(10)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

5

2. Subdirektorat Tanaman Terna dan Tanaman Merambat

a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan penerapan teknologi dan pemberdayaan serta pengembangan kawasan tanaman terna dan tanaman merambat;

b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan penerapan teknologi dan pemberdayaan serta pengembangan kawasan tanaman terna dan tanaman merambat;

c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang peningkatan penerapan teknologi dan pemberdayaan serta pengembangan kawasan tanaman terna dan tanaman merambat.

d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan penerapan teknologi dan pemberdayaan serta pengembangan kawasan tanaman terna dan tanaman merambat;

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan penerapan teknologi dan pemberdayaan serta pengembangan kawasan tanaman terna dan tanaman merambat.

3. Subdirektorat Florikultura

a. Penyiapan penyusunan kebijakan di bidang peningkatan penerapan teknologi dan pemberdayaan serta pengembangan kawasan florikultura; b. Penyiapan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan penerapan

teknologi dan pemberdayaan serta pengembangan kawasan florikultura; c. Penyiapan penyusunan norma, standar, prosedur dan kriteria di bidang

peningkatan penerapan teknologi dan pemberdayaan serta pengembangan kawasan florikultura;

d. Pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang peningkatan penerapan teknologi dan pemberdayaan serta pengembangan kawasan florikultura;

e. Pelaksanaan evaluasi dan pelaporan kegiatan di bidang peningkatan penerapan teknologi dan pemberdayaan serta pengembangan kawasan florikultura.

(11)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

6 4. Sub Bagian Tata Usaha

Mempunyai tugas melakukan urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, rumah tangga dan surat menyurat, serta kearsipan Direktorat Buah dan Florikultura.

5. Kelompok Jabatan Fungsional

Mempunyai tugas melakukan kegiatan sesuai dengan jenjang jabatan fungsional masing-masing berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(12)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

7 BAB II

PERENCANAAN DAN PERJANJIAN KINERJA A. PERENCANAAN KINERJA

Perencanaan kinerja suatu instansi berkaitan dengan perencanaan strategis yang merupakan suatu proses yang berorientasi pada hasil yang akan dicapai selama kurun waktu 1 (satu) sampai dengan 5 (lima) tahun dengan memperhitungkan potensi, peluang dan kendala yang ada atau mungkin timbul. Dokumen Perencanaan Kinerja memuat Indikator Kinerja Utama (IKU), Rencana Strategis (Renstra) dan Rencana Kinerja Tahunan (RKT). Berikut ini diuraikan secara rinci masing-masing dari dokumen perencanaan tersebut.

1. Indikator Kinerja Utama (IKU)

Indikator Kinerja Utama (IKU) merupakan ukuran keberhasilan dari suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi. Tujuan dari penetapan Indikator Kinerja Utama adalah untuk memperoleh informasi kinerja yang penting dan diperlukan dalam menyelenggarakan manajeman kinerja dengan baik serta untuk memperoleh ukuran keberhasilan dari pencapaian suatu tujuan dan sasaran strategis organisasi yang digunakan untuk perbaikan kinerja dan peningkatan akuntabilitas kinerja. Penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU) sesuai dengan Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No : PER/20/M.PAN/11/2008 tentang Pedoman Penyusunan Indikator Kinerja Utama.

(13)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

8

Penyusunan Indikator Kinerja Utama (IKU) Direktorat Buah dan Florikultura Tahun 2016 mengacu kepada Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan (IKSK). Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan (IKSK) meliputi Luas Kawasan Jeruk, Luas Kawasan Buah Lainnya, Desa Organik Berbasis Tanaman Buah dan Luas Kawasan Florikultura. Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan (IKSK) Direktorat Buah dan Florikultura Tahun 2016 terdapat pada Tabel 1 berikut.

Tabel 1. Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan (IKSK) Luas Kawasan Jeruk

Direktorat Buah dan Florikultura Tahun 2016

Nama IKSK

Luas Kawasan Jeruk (Ha)

Penanggung Jawab

Direktur Buah dan Florikultura Definisi

Pengembangan kawasan jeruk baik perluasan areal, pemeliharaan kawasan pada areal yang telah dibangun dan rehabilitasi kawasan yang telah dilaksanakan pada tahun berjalan melalui dana APBN

Teknik Menghitung

Menghitung data total luas kawasan jeruk yang dikembangkan baik berupa kebun baru maupun kebun eksisting yang dilakukan pemeliharaan/perbaikan kebun pada tahun berjalan

Lokasi Data

Satker pada dinas pertanian provinsi dan kabupaten/kota yang menerima dana APBN (dekonsentrasi dan tugas pembantuan)

(14)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

9

Tabel 2. Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan (IKSK) Luas Kawasan Buah

Lainnya Direktorat Buah dan Florikultura Tahun 2016

Nama IKSK

Luas Kawasan Buah Lainnya (Ha)

Penanggung Jawab

Direktur Buah dan Florikultura Definisi

Pengembangan kawasan buah selain jeruk baik perluasan areal, pemeliharaan kawasan pada areal yang telah dibangun dan rehabilitasi kawasan yang telah dilaksanakan pada tahun berjalan melalui dana APBN Teknik Menghitung

Menghitung data total luas kawasan buah selain jeruk yang dikembangkan baik berupa kebun baru maupun kebun eksisting yang dilakukan pemeliharaan/perbaikan kebun pada tahun berjalan

Lokasi Data

Satker pada dinas pertanian provinsi dan kabupaten/kota yang menerima dana APBN (dekonsentrasi dan tugas pembantuan)

Sumber : Kementerian Pertanian, 2016

Tabel 3. Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan (IKSK) Desa Organik Berbasis

Tanaman Buah Direktorat Buah dan Florikultura Tahun 2016

Nama IKSK

Desa Organik Berbasis Tanaman Buah (Desa)

Penanggung Jawab

Direktur Buah dan Florikultura

Definisi

Pengembangan desa organik berbasis tanaman buah dengan pola ekstensifikasi maupun intensifikasi yang dilaksanakan melalui inisiasi, sosialisasi, fasilitasi bantuan, bimbingan, pendampingan terhadap pemangku kepentingan pada daerah lokasi pada tahun berjalan

Teknik Menghitung

(15)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

10

kebutuhan penerima yang telah diserahkan kepada masyarakat /pemda Lokasi Data

Satker pada dinas pertanian provinsi dan kabupaten/kota yang menerima dana APBN (dekonsentrasi dan tugas pembantuan)

Sumber : Kementerian Pertanian, 2016

Tabel 4. Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan (IKSK Luas Kawasan Florikultura Direktorat Buah dan Florikultura Tahun 2016

Nama IKSK

Luas Kawasan Florikultura (m2)

Penanggung Jawab

Direktur Buah dan Florikultura Definisi

Pengembangan kawasan tanaman florikultura pada areal yang telah dikembangkan pada tahun berjalan melalui dana APBN

Teknik Menghitung

Menghitung data total luas kawasan tanaman florikultura yang telah dikembangkan pada tahun berjalan

Lokasi Data

Satker pada dinas pertanian provinsi dan kabupaten/kota yang menerima dana APBN (dekonsentrasi dan tugas pembantuan)

Sumber : Kementerian Pertanian, 2016

Dalam IKU tersebut tercantum juga tugas dan fungsi dari Direktorat Buah dan Florikultura. Tugas dimaksud adalah melaksanakan penyiapan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi aneka jeruk, tanaman buah lain serta florikukultura. Sedangkan fungsi dari Direktorat Buah dan Florikultura adalah :

1. Penyiapan perumusan kebijakan di bidang peningkatan produksi tanaman jeruk, perdu dan pohon, tanaman terna dan tanaman merambat, serta florikultura;

(16)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

11

2. Pelaksanaan kebijakan di bidang peningkatan produksi tanaman jeruk, perdu dan pohon, tanaman terna dan tanaman merambat, serta florikultura;

3. Penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang peningkatan produksi tanaman jeruk, perdu dan pohon, tanaman terna dan tanaman merambat; serta florikultura;

4. Pelaksanaan urusan tata usaha Direktorat Buah dan Florikultura.

2. Rencana Strategis (Renstra)

Penyusunan Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Buah dan Florikultura mengacu pada Rencana Kerja Direktorat Jenderal Hortikultura yang mana Direktorat Jenderal Hortikultura mengacu pada Pedoman Penyusunan Rencana Strategis Kementerian/Lembaga (Rencana Strategis - KL) 2010 - 2014 yang diterbitkan oleh Kementerian Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Tahun 2009; Undang-undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional yang menyatakan bahwa Pimpinan Kementerian/Lembaga berkewajiban untuk menyiapkan Rancangan Rencana Strategis sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Rencana strategis merupakan dokumen perencanaan yang berisikan visi, misi, tujuan, sasaran, kebijakan, strategi, program dan kegiatan pembangunan subsektor buah yang akan dilaksanakan selama lima tahun ke depan (2014 - 2019). Renstra disusun berdasarkan analisis strategis atas potensi, peluang, tantangan dan permasalahan termasuk isu strategis terkini yang dihadapi selama lima tahun ke depan.

(17)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

12

Renstra Direktorat Buah dan Florikultura mengacu Rencana Strategis (Renstra) Direktorat Jenderal Hortikultura 2015-2019 yang disusun mengacu kepada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN), Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019 serta Peraturan Menteri Pertanian Nomor: 19/Permentan/HK.140/4/2015 tentang Rencana Strategi Kementerian Pertanian Tahun 2015 – 2019.

Sesuai dengan tugas pokok dan fungsi Direktorat Buah dan Florikultura

sebagaimana terdapat dalam Permentan Nomor

43/Permentan/OT.010/8/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian tanggal 3 Agustus 2015, dan pedoman Rancangan Awal RPJMN serta target utama, Peraturan Menteri Pertanian Nomor : 43/Permentan/OT.010/8/2015 tanggal 3 Agustus 2015 dengan berpedoman kepada Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015 – 2019 serta Peraturan Menteri Pertanian Nomor 19/Permentan/HK.140/4/2015 tentang Rencana Strategi Kementerian Pertanian Tahun 2015 – 2019 telah disusun visi dan misi, tujuan, arah kebijakan, strategi, sasaran, kebijakan, program, kegiatan dan rambu-rambu dalam pelaksanaan pengembangan buah dan hortikultura yang akan dilaksanakan selama lima tahun ke depan (2014 - 2019) yang mengacu kepada RKT (Rencana Kinerja Tahunan) Direktorat Buah dan Florikultura Tahun 2016 yakni sebagai berikut :

a. Visi

Memperhatikan prioritas pembangunan nasional dan dinamika lingkungan strategis, serta visi Direktorat Jenderal Hortikultura maka visi Direktorat Buah dan Florikultura adalah “Mewujudkan Industri Buah dan Florikultura Ramah Lingkungan yang Kuat dan Mandiri untuk Kesejahteraan Petani “.

(18)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

13 b. Misi

Untuk mencapai visi yang telah ditetapkan tersebut, Direktorat Buah dan Florikultura mengemban misi yang harus dilaksanakan yaitu :

1) Melakukan percepatan pengembangan kawasan buah dan florikultura yang ramah lingkungan;

2) Meningkatkan penerapan inovasi teknologi produksi dengan pendekatan ramah lingkungan;

3) Meningkatkan produksi, daya saing, dan ekspor buah dan florikultura;

4) Meningkatkan penerapan registrasi kebun buah dan lahan usaha florikultura sesuai GAP;

5) Mengembangkan pelaku usaha dan kelembagaan buah dan florikultura yang profesional

6) Mewujudkan tata kelola pengembangan buah dan florikultura yang bersih, transparan, dan profesional;

7) Mendorong terciptanya kebijakan dan regulasi untuk pengembangan agribisnis buah dan florikultura;

8) Mendorong terwujudnya kerjasama dan kemitraan usaha serta perdagangan komoditas buah dan florikultura yang transparan, jujur dan berkeadilan;

c. Tujuan

Tujuan pengembangan buah tahun 2014 - 2019 adalah :

1) Meningkatkan sistem usaha budidaya buah berkelanjutan melalui registrasi kebun.

2) Meningkatkan sistem penanganan pascapanen yang baik dan benar.

d. Arah Kebijakan

Arah kebijakan pembangunan Kementerian Pertanian tahun 2015 – 2019 difokuskan pada upaya pencapaian empat sasaran strategis pembangunan pertanian, yaitu: 1). Peningkatan ketahanan pangan, 2).

(19)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

14

Peningkatan Daya Saing, Ekspor dan Substitusi Impor, 3). Pengembangan Pertanian Bioindustri Berkelanjutan dan 4). Peningkatan kesejahteraan petani.

Sejalan dengan hal tersebut dengan memperhatikan kebijakan Kementerian Pertanian dan Direktorat Jenderal Hortikultura, pada tahun 2016 Direktorat Buah dan Florikultura fokus pada peningkatkan produksi, mutu, dan daya saing produk buah dan florikultura. Pengembangan buah diarahkan pada pengembangan jeruk sebagai substitusi impor, pengembangan buah potensi ekspor, serta pengembangan buah yang berbuah sepanjang tahun untuk pemenuhan kebutuhan domestik; sedangkan pengembangan pengembangan florikultura diarahkan pada florikultura melalui pengembangan kawasan florikultura berorientasi ekspor, terutama krisan di Cianjur, Dracaena di Sukabumi dan Melati di Kab Tegal, Batang dan Pemalang. Penumbuhan kawasan untuk pemenuhan kebutuhan pasar di dalam negeri, meningkatkan ekspor. Kemudian upaya pemulihan kawasan krisan di Kota Tomohon sebagai akibat erupsi gunung Lokon.

Arah kebijakan Direktorat Buah dan Florikultura adalah :

1) Penumbuhan dan pengembangan kawasan buah dan florikultura yang dibangun atas dasar kesesuaian lahan dan agroklimat, didukung oleh infrastruktur yang memadai terutama untuk akses pasar dan lembaga petani yang kuat;

2) Peningkatan produksi, produktivitas dan mutu produk buah dan florikultura beroreintasi ekspor dengan penerapan budidaya pertanian yang baik (Good Agricultural Practices/GAP) berbasis penerapan inovasi teknologi yang efektif dan efisien, penggunaan benih unggul bermutu, penerapan Pengelolaan Hama Terpadu (PHT), serta pengembangan desa organik berbasis tanaman buah dan florikultura;

(20)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

15

3) Peningkatan kualitas dan kuantitas produk buah dan florikultura yang dilakukan dengan perbaikan dan pengembangan infrastruktur serta sarana prasarana budidaya;

4) Pengembangan dan pemberdayaan kelembagaan kelompok tani, gapoktan dan asosiasi;

5) Mendorong peningkatan ekspor buah dan florikultura;

6) Peningkatan koordinasi dan sinergi para stakeholders baik pemerintah maupun non pemerintah, untuk bersama-sama mengembangkan kawasan buah dan florikultura;

7) Peningkatan kapabilitas petugas dan petani; 8) Pendampingan penerapan teknologi maju.

e. Strategi

Strategi pengembangan buah dan florikultura sejalan dengan strategi pembangunan pertanian tahun 2015 – 2019 yang telah diselaraskan dengan arah kebijakan Direktorat Buah dan Florikultura, yaitu :

1) Mengembangan kawasan buah berbasis Good Agriculture Practices (GAP), melalui penumbuhan kawasan baru, rehabilitasi kawasan, dan pemantapan kawasan;

2) Mengembangan kawasan buah komersil terintegrasi dengan petani. 3) Memfokuskan pada pengembangan dan memperluas sentra produksi

florikultura melalui pengembangan kawasan berorientasi ekspor yaitu krisan, dracaena dan melati dengan skala industri secara bertahap; 4) Meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu buah dan florikultura

berorientasi ekspor yaitu manggis, salak, mangga, krisan, dracaena dan melati melalui penerapan SOP berbasis GAP dan GHP dengan pendekatan sekolah lapang;

5) Menata rantai pasok dengan pendekatan membangun jejaring kerja dan menjalin kerjasama sinergis antar pelaku usaha buah dan florikultura melalui pola kemitraan dengan meningkatkan akses informasi pasar dan permodalan.

(21)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

16

6) Melakukan penguatan dan pemberdayaan kelembagaan dengan mendorong dan memperbanyak terbentuknya Kelompok tani, Gapoktan, Asosiasi, Koperasi melalui peningkatan kompetensi petani/ pelaku usaha buah dan florikultura memperkuat modal usaha dan manajemen pengelolaan usaha yang mandiri dan lebih berdaya saing.

f. Sasaran

Sasaran yang akan dicapai dalam pengembangan buah adalah : 1) Terbangunnya kawasan jeruk dan buah lainnya

Kawasan jeruk merupakan fokus utama sasaran wilayah pengembangan buah, disamping komoditas buah lainnya seperti manggis, salak, mangga, dan pisang sebagai komoditas buah potensi ekspor; serta jambu kristal, melon, pepaya, dan durian sebagai buah-buah pemasok kebutuhan dalam negeri. Pengembangan kawasan buah-buahan dilakukan dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang mempengaruhinya seperti aspek agronomi, potensi wilayah, agroklimat, sumber daya manusia (petugas dan petani), sarana dan prasarana, serta aspek ekonomi. Pengembangan kawasan buah-buahan juga memperhatikan luasan (skala ekonomi) untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi.

Melalui pengembangan kawasan, diharapkan akan terjadi sinergi yang saling melengkapi antara karakteristik buah-buahan yang spesifik maupun keragaman komoditas, dengan nilai ekonomi yang tinggi dan waktu panen yang berbeda, menjadi potensi ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani di wilayah tersebut.

(22)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

17

2) Meningkatkannya produksi, produktivitas, mutu, kecukupan pasokan ekspor krisan, dracaena dan melati melalui penerapan inovasi tenologi;

3) Meningkatkannya eskpor florikultura dan produksi untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri;

4) Meningkatkannya nilai tambah, daya saing produk dan pelaku usaha serta meningkatkan pendapatan petani atau produsen, pekerja serta pelaku usaha florikultura.

5) Terbangunnya desa organik berbasis tanaman buah/florikultura.

6) Meningkatnya penerapan GAP/SOP

Untuk meningkatkan produksi dan mutu produk buah dan florikultura dilakukan melalui penerapan cara budidaya buah yang baik dan benar (Good Agricultural Practices) yang dijabarkan melalui penerapan Standard Operating Procedure (SOP). Sekolah Lapang merupakan praktek lapang penerapan GAP/SOP budidaya dan penanganan pascapanen/GHP untuk menghasilkan produk buah bermutu, sesuai permintaan pasar dan aman konsumsi. Sekolah Lapang juga merupakan wahana bagi para petani untuk saling belajar dan bertukar pengalaman antar anggota dan interaksi antara petani dan pemandu lapang dalam belajar mengatasi permasalahan yang dihadapi di lapangan secara mandiri.

Untuk memberikan apresiasi dan pengakuan bagi kebun dan lahan usaha yang telah menerapkan GAP dan mendorong penerapan GAP, dilakukan registrasi kebun dan lahan usaha. Pemberian nomor registrasi, merupakan jaminan dan bukti bagi petani bahwa kebun/lahan usaha mereka sudah menerapkan GAP.

(23)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

18

Nomor Registrasi diberikan kepada kebun/lahan usaha yang telah menerapkan prinsip-prinsip pengendalian hama terpadu (PHT), memiliki SOP, dan melakukan pencatatan semua aktivitas budidaya. Dengan adanya nomor registrasi produk yang dihasilkan dapat ditelusur balik.

7) Tersalurkannya Fasilitasi Sarana dan Prasarana Budidaya

Peningkatan produksi dan mutu buah dan florikultura perlu dukungan dalam penyediaan sarana dan prasarana dalam kegiatan budidaya. Prasarana yang diperlukan antara lain jalan produksi, jaringan pengairan dan sebagainya. Sarana budidaya yang diperlukan antara lain meliputi sarana irigasi, brongsong, dan lain-lain;

8) Meningkatnya profesionalisme pelaku dan petugas pembina buah dan florikultura.

g. Kebijakan

Kebijakan pengembangan buah dan florikultura adalah sebagai berikut : 1) Pengembangan kawasan jeruk dan buah lainnya

Pengembangan kawasan buah dilaksanakan untuk mendukung sentra yang telah ada dengan maksud:

 Mengutuhkan/menyambung ikatan-ikatan sosial/kultural yang

telah tumbuh dan berkembang pada sentra;

 Meningkatkan kesinambungan ketersediaan produk berkualitas

dan berdaya saing;

 Penataan kebun campuran/pekarangan/tegalan;

 Rehabilitasi sentra buah yang sudah berkurang produktivitasnya;  Pemeliharaan lanjutan kawasan buah yang telah terbangun;  Pengembangan kebun buah komersil terintegrasi dengan petani

(24)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

19

2) Fokus pada pengembangan florikultura yang berorientasi ekspor, baik melalui peningkatan produktivitas, mutu dan peningkatan luas panen yang disesuaikan kebutuhan ekspor, serta rehabiliasi kawasan florikultura sebagai pemulihan dan penguatan sentra.

3) Sekolah lapang GAP yang melibatkan peran penyuluh secara aktif sebagai agen diseminasi teknologi dan pendamping petani/kelompok tani, sehingga dapat mendorong timbulnya aksi dan ide inspiratif kelompok.

4) Pembinaan dan pendampingan petani serta penguatan kelompoktani, gapoktan secara intensif di sentra produksi bimbingan teknis, peningkatan apresiasi, peningkatan kemitraan dan penataan Suplay Chain serta pemberdayaan kelembagaan

5) Registrasi kebun dan lahan usaha sebagai apresiasi kepada kebun buah dan lahan usaha florikultura yang telah melakukan penerapan GAP/SOP, pencatatan, dan penerapan PHT sebagai upaya untuk mendorong pengelola kebun/lahan usaha menjadi lebih responsif terhadap upaya jaminan mutu dan keamanan pangan melalui penerapan GAP/SOP.

6) Pengembangan desa organik berbasis tanaman buah/florikultura menuju sertifikasi produk organik.

7) Pengadaan sarana dan prasana budidaya sebagai upaya peningkatan mutu produk.

h. Program

Direktorat Jenderal Hortikultura sesuai dengan Pedoman Reformasi Perencanaan dan Penganggaran Kementerian Pertanian, mempunyai satu program yaitu Program Peningkatan Produksi dan Nilai Tambah Produk Hortikultura.

(25)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

20 i. Kegiatan

Mengacu pada program Direktorat Jenderal Hortikultura, kegiatan Direktorat Buah dan Florikultura adalah Peningkatan Produksi Buah dan Florikultura Ramah Lingkungan, yang meliputi:

1) Pengembangan Kawasan Tanaman Jeruk dan Buah lainnya.

Pengembangan kawasan jeruk dan buah lainnya dilakukan melalui pengembangan kawasan baru maupun pengutuhan kawasan yang sudah ada, rehabilitasi, dan pemeliharaan lanjutan, sehingga kawasan yang sudah terbangun dapat lebih terjamin keberlanjutannya. Fokus utama adalah pengembangan kawasan jeruk sebagai komoditas substitusi impor. Selain itu dikembangkan pula komoditas potensi ekspor seperti manggis, salak, dan manggis; serta komoditas yang tersedia sepanjang tahun seperti pisang, pepaya, melon, dan jambu kristal untuk menjamin ketersediaan buah di pasar domestik.

2) Pengembangan Kawasan Tanaman Florikultura

Kegiatan pengembangan kawasan florikultura diprioritaskan pada komoditas berorientasi ekspor. Kegiatan-kegiatan yang berorientasi pada upaya meningkatkan produksi, produktivitas dan mutu florikultura ramah lingkungan. Kemudian penumbuhan kawasan, sebagai inisiasi atau rintisan pengembangan kawasan florikultura, serta rehabilitasi kawasan krisan akibat bencana alam.

3) Pengembangan Desa Organik Berbasis Tanaman Buah dan Florikultura

Desa pertanian organik merupakan desa yang di dalamnya telah dikembangkan sehamparan lahan pertanian organik atau lebih yang menerapkan sistem pertanian organik yang siap disertifikasi oleh lembaga sertifikasi organik yang diakui pemerintah pemerintah.

(26)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

21

4) Sekolah Lapang Good Agricultural Practices (GAP)

Sekolah Lapang GAP merupakan praktek lapang penerapan GAP/SOP budidaya untuk menghasilkan produk buah dan florikultura bermutu, sesuai permintaan pasar dan aman konsumsi. Sekolah Lapang juga merupakan wahana bagi para petani untuk saling belajar dan bertukar pengalaman antar sesama anggota kelompoktani maupun antara petani dan pemandu lapang, dalam mengatasi permasalahan yang dihadapi di lapangan secara mandiri.

5) Pedoman-Pedoman

Pedoman dalam bentuk informasi teknis maupun pedoman tentang kebijakan teknis merupakan acuan bagi petani, pelaku usaha buah dan florikultura maupun petugas dalam peningkatan pemahaman teknis tanaman, mengelola usaha produksi serta kebijakan pengembangan buah dan florikultura. Pedoman-pedoman tersebut merupakan bahan penyuluhan dan sosialisasi kepada para pelaku usaha sebagai upaya meningkatkan kompetensi teknis produksi, produktivitas produk buah dan florikultura.

6) Registrasi Kebun/Lahan Usaha

Registrasi kebun/lahan usaha merupakan apresiasi dan pengakuan bagi kebun/lahan usaha yang telah menerapkan GAP untuk mendorong penerapan GAP. Pemberian nomor registrasi, merupakan jaminan dan kekuatan bagi petani bahwa kebun/lahan usaha mereka sudah menerapkan GAP. Nomor Registrasi diberikan kepada kebun/lahan usaha yang telah menerapkan prinsip-prinsip pengendalian hama terpadu (PHT), memiliki SOP, dan melakukan pencatatan semua aktivitas budidaya.

(27)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

22

7) Pengadaan Sarana dan Prasarana Budidaya

Agar dapat memproduksi dengan baik, perlu dukungan fasilitasi sarana prasarana budidaya sarana prasarana budidaya tersebut meliputi prasarana produksi seperti jaringan pengairan, pompa air dan rumah produksi, kemudian sarana produksi seperti benih, pupuk dan pestisida, net dan sarana budidaya yang lainnya.

8) Pembinaan Pengembangan Produksi

Pembinaan pengembangan produksi dilakukan melalui bimbingan teknis untuk memperbaiki teknik serta pengembangan usaha yang dilakukan oleh petani. Kegiatan pembinaan dilakukan dalam bentuk identifikasi lokasi kawasan, temu koordinasi dengan para pelaku usaha buah dan florikultura, bimbingan teknis dan koordinasi dengan instansi terkait yang berkepentingan dalam pengembangan kawasan. Kegiatan ini dilakukan di tingkat pusat dan daerah.

j. Acuan Pelaksanaan Kegiatan

Agar pelaksanaan pengembangan buah dan florikultura tahun 2016 dapat terlaksana dengan baik dan target output dapat tercapai, acuan pelaksanaan kegiatan adalah :

1) Apabila terjadi kesalahan dalam POK, perlu segera dilakukan revisi DIPA atau ralat POK.

2) Pedoman Umum Pengembangan Hortikultura tahun 2016.

3) Perpres Nomor 54 Tahun 2010 juncto Perpres 70 Tahun 2012 juncto Perpres No 172 Tahun 2014 tentang pengadaan barang dan jasa pemerintah.

4) Pelaksanaan CPCL yang memenuhi persyaratan teknis dan administratif.

5) Menghindari perbuatan atau perilaku penyimpangan yang dapat mengakibatkan kerugian negara.

(28)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

23 3. Rencana Kinerja Tahunan (RKT)

Penyusunan RKT Tahun Anggaran 2016 dimaksudkan sebagai penjabaran dari Undang-undang Nomor 25 tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional (SPPN) dan Peraturan Pemerintah Nomor 40 tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional bahwa Pimpinan Kementerian/Lembaga berkewajiban untuk menyiapkan Rencana Tahunan sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Tahun Anggaran 2016 bertujuan untuk memberikan acuan dan arahan bagi pelaksana kegiatan dalam menyusun rancangan kegiatan lingkup Direktorat Buah dan Florikultura, serta meningkatkan efisiensi dan efektifitas, ketertiban, transparansi serta akuntabilitas Direktorat Buah dan Florikultura, khususnya dalam pelaksanaan kegiatan pengembangan buah dan florikultura.

Sasaran penyusunan RKT Tahun Anggaran 2016 lingkup Direktorat Buah dan Florikultura sebagai panduan dalam penyusunan rancangan kegiatan serta pelaksanaan kegiatan pengembangan buah dan florikultura secara efektif, efisien dan akuntabel.

Dasar hukum penyusunan RKT Tahun Anggaran 2016 Direktorat Buah dan Florikultura adalah :

a. Undang-Undang No. 13 Tahun 2010 tentang Hortikultura;

b. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004, tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional;

c. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanaman (Lembaga Negara Tahun 1992 Nomor 46, Tambahan Lembaga Negara Nomor 3478);

d. Inpres No. 7 tahun 1999 tentang Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

(29)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

24

e. Permentan No 43 tahun 2015, tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Pertanian;

f. Permentan Nomor 135 Tahun 2013, tentang Pedoman Penyusunan Sistem Akuntabilitas Kinerja Kementerian Pertanian;

g. Permentan Nomor 62/Permentan/OT.140/10/2010 tentang Tata Cara Penerapan dan Registrasi Kebun atau Lahan Usaha dalam Budidaya Buah dan Sayur yang Baik;

h. Permentan Nomor 48/Permentan/OT.140/10/2009 tentang Pedoman Budidaya Buah dan Sayur yang Baik (Good Agriculture Practices for Fruit and Vegetables);

i. SK Kepala LAN Nomor 239/IX/6/8/2003 tentang Perbaikan Pedoman Penyusunan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah;

j. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No. 53 tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan Kinerja dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah;

k. Peraturan Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi No.29 tahun 2010 tentang Pedoman Penyusunan Penetapan Kinerja dan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah; l. Rencana Pembangunan Pertanian Jangka Menengah 2015 – 2019; m. Renstra Kementerian Pertanian 2015 – 2019;

n. Draft Renstra Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian 2015 - 2019.

Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Buah dan Florikultura Tahun 2016 telah disusun, dimana sasaran strategis yang akan dicapai pada tahun 2016 telah sejalan dengan Indikator Kinerja Utama (IKU) yang mengacu kepada Indikator Kinerja Sasaran Kegiatan (IKSK) Tahun 2016 dan disesuaikan dengan sasaran strategis yang terdapat pada Rencana Strategis (Renstra) tahun 2015 - 2019 yang telah disepakati di tingkat Kementerian Pertanian.

(30)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

25

Dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT) telah ditetapkan target-target yang akan dijadikan ukuran untuk mengetahui tingkat keberhasilan maupun kegagalan yang telah dicapai. Target Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Buah dan Florikultura tahun 2016 terdapat pada Tabel 5 dan Lampiran 2.

Tabel 5. Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Buah dan Florikultura Tahun 2016

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR TARGET

Terpenuhinya konsumsi jeruk, aneka produk buah lainnya dan florikultura dalam negeri dan ekspor

Kawasan Jeruk (Ha) 2.400

Luas Kawasan Buah lainnya (Ha) 1.200 Desa Organik Berbasis Tanaman

Buah/Florikultura (desa) 100

Jumlah Kebun GAP Buah yang telah

dilakukan registrasi (kebun) 300

Jumlah Lahan Usaha GAP Florikultura yang

telah dilakukan registrasi (LU) 20 Jumlah Sarana dan Prasarana Budidaya

Tanaman Buah (unit) 300

Jumlah Sarana dan Prasarana Budidaya

Tanaman Florikultura (unit) 100

Luas Kawasan Tanaman Florikultura (m2) 60.000 Sumber : Direktorat Buah dan Florikultura, 2016

B. PERJANJIAN KINERJA

Perjanjian kinerja merupakan dokumen kesepakatan antara pimpinan unit tertinggi beserta jajarannya. Dokumen perjanjian kinerja lebih dikenal dengan Penetapan Kinerja (PK). Direktorat Jenderal Hortikultura telah menetapkan dokumen Penetapan Kinerja awal Tahun 2016 yang ditandatangani oleh Direktur Jenderal Hortikultura dan Direktur Budidaya dan Pascapanen serta disetujui oleh Menteri Pertanian pada tanggal 31 Desember 2015. Perubahan organisasi dari Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah menjadi Direktorat Buah dan Florikultura terjadi sejak tanggal 3 Agustus 2016. Dokumen Penetapan Kinerja Ditjen Hortikultura tercantum beberapa indikator yang berkaitan dengan penetapan kinerja

(31)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

26

Direktorat Buah dan Florikultura pada tahun 2016. Data mengenai Perjanjian Kinerja Direktorat Buah dan Florikultura terdapat pada Tabel 6 berikut.

Tabel 6. Perjanjian Kinerja Direktorat Buah dan Florikultura Tahun 2016

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR TARGET

Terpenuhinya konsumsi jeruk, aneka produk buah lainnya dan florikultura dalam negeri dan ekspor

1. Luas Kawasan Jeruk (Ha) 2.630

2. Luas Kawasan Buah lainnya (Ha) 1.353 3. Desa Organik Berbasis Tanaman

Buah/Florikultura (desa) 100

4. Jumlah Kebun GAP Buah yang telah

dilakukan registrasi (kebun) 325

5. Jumlah Lahan Usaha GAP Florikultura

yang telah dilakukan registrasi (LU) 26 6. Jumlah Sarana dan Prasarana

Budidaya Tanaman Buah (unit) 429 7. Jumlah Sarana dan Prasarana

Budidaya Tanaman Florikultura (unit) 136 8.Luas Kawasan Tanaman Florikultura

(m2) 6.000

9. Fasilitas Kelompok Penggerak Pembangun Hortikultura (Buah dan Florikultura) di Wilayah Penyangga (Kelompok)

-

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2016

Penetapan Kinerja (PK) Direktorat Buah dan Florikultura tahun 2016 mengalami revisi sebanyak 2 (dua) kali karena adanya pemotongan anggaran sehingga berimplikasi terhadap perubahan strategis, indikator kinerja dan target. Revisi Penetapan Kinerja (PK) pertama terjadi pada bulan Agustus 2016 yang menyebabkan adanya perubahan sasaran strategis, indikator kinerja, target dan perubahan anggaran. Data mengenai Revisi Perjanjian Kinerja (PK) pertama Direktorat Buah dan Florikultura Tahun 2016 terdapat pada Tabel 7 berikut.

(32)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

27

Tabel 7. Perjanjian Kinerja Direktorat Buah dan Florikultura (Revisi Bulan Agustus Tahun 2016)

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR TARGET

Berkembangnya komoditas bernilai tambah dan berdaya saing

1. Luas Kawasan Jeruk (Ha) 2.948

2. Luas Kawasan Buah lainnya (Ha) 1.717 3. Desa Organik Berbasis Tanaman

Buah/Florikultura (desa) 100

4.Luas Kawasan Tanaman Florikultura

(m2) 61.200

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2016

Setelah pemotongan anggaran pertama, terjadi lagi pemotongan anggaran kedua yang menyebabkan perubahan Penetapan Kinerja (PK) yang kedua pada bulan November 2016. Pemotongan anggaran tersebut hanya mengakibatkan perubahan pada target pada masing-masing indikator yang ditetapkan namun tidak merubah sasaran strategis dan indikator. Data mengenai Revisi Perjanjian Kinerja (PK akhir) Direktorat Buah dan Florikultura Tahun 2016 terdapat pada Tabel 8 berikut.

Tabel 8. Perjanjian Kinerja Direktorat Buah dan Florikultura (Revisi Bulan November Tahun 2016)

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR TARGET

Berkembangnya komoditas bernilai tambah dan berdaya saing

1. Luas Kawasan Jeruk (Ha) 2.923

2. Luas Kawasan Buah lainnya (Ha) 1.719 3. Desa Organik Berbasis Tanaman

Buah/Florikultura (desa) 100

4. Luas Kawasan Tanaman Florikultura

(m2) 61.200

Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura, 2016

Berdasarkan Tabel 9 berikut menunjukkan bahwa target indikator kinerja untuk pengembangan kawasan tanaman jeruk mengalami penurunan sebesar 25 ha atau 0.84 % dan target indikator untuk pengembangan kawasan buah lainnya mengalami peningkatan sebesar 2 ha atau 0,12 % sedangkan target desa

(33)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

28

organik berbasis tanaman buah/florikultura dan luas kawasan tanaman florikultura tidak mengalami perubahan yakni tetap 100 (seratus) desa.

Tabel 9. Perbandingan Penetapan Kinerja Direktorat Buah dan Florikultura (Revisi Bulan Agustus dan November Tahun 2016)

SASARAN STRATEGIS INDIKATOR Target (pemotongan 1) Target (pemotongan 2) % Peningkatan/ penurunan (1) (2) (3) (4) Berkembangnya komoditas bernilai tambah dan berdaya saing

1.Luas Kawasan Jeruk (Ha) 2.948 2.923 Menurun 0.84

%

2.Luas Kawasan Buah

lainnya (Ha)

1.717 1.719 Meningkat 0.12

% 3.Desa Organik Berbasis

Tanaman

Buah/Florikultura (desa)

100 100 Tetap

4.Luas Kawasan Tanaman

Florikultura (m2) 61.200 61.200 Tetap

(34)

L LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166 29 BAB III AKUNTABILITAS KINERJA A. Pengukuran Kinerja

Pengukuran kinerja adalah proses sistematis berkesinambungan untuk menilai keberhasilan dan kegagalan pelaksanaan kegiatan sesuai dengan program, kebijakan, sasaran dan tujuan yang telah ditetapkan dalam mewujudkan visi, misi dan strategi instansi pemerintah. Proses ini dimaksudkan untuk menilai pencapaian setiap indikator kinerja sasaran guna memberikan gambaran tentang keberhasilan dan kegagalan pencapaian tujuan dan sasaran. Selanjutnya dilakukan akuntabilitas kinerja kegiatan dengan program dan kebijakan dalam rangka mewujudkan sasaran, tujuan, visi, misi sebagaimana ditetapkan dalam Rencana Strategis. Pengukuran kinerja dilakukan dengan membandingkan antara target kinerja dan realisasi kinerja.

Dalam pengukuran kinerja Direktorat Buah dan Florikultura, Sasaran Strategis pembangunan buah tahun 2016 adalah berkembangnya komoditas bernilai tambah dan berdaya saing. Sasaran strategis tersebut dijabarkan dalam 4 (empat) indikator kinerja yaitu 1) Luas Kawasan Jeruk, 2) Luas Kawasan Buah lainnya, 3) Desa Organik Berbasis Tanaman Buah/Florikultura dan 4) Luas Kawasan Tanaman Florikultura. Secara rinci realisasi pencapaian target penetapan kinerja dari masing-masing indikator kinerja terdapat pada Tabel 10 berikut.

(35)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

30

Tabel 10. Pengukuran Kinerja Pembangunan Buah Tahun 2016 Sasaran

Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi (%) Persentase (%) Berkembangnya

komoditas bernilai tambah dan berdaya saing

1. Luas Kawasan Jeruk

(ha) 2.923 2.730 93,40

2. Luas Kawasan Buah

lainnya (ha) 1.719 1.497 87.09 3. Desa Organik Berbasis Tanaman Buah/Florikultura (desa) 100 100 100 4. Luas Kawasan Tanaman Florikultura (m2) 61.200 57.730 94,33 Rerata 93,71

Sumber : Ditjen Hortikultura, 2017

Target kinerja dalam pembangunan buah tahun 2016 yang terdapat dalam Rencana Kinerja Tahunan (RKT) Direktorat Buah dan Florikultura Tahun 2016 mengalami perubahan jika dibandingkan dengan target yang terdapat dalam Penetapan Kinerja (PK). Perbandingan target pembangunan buah tahun 2016 di Rencana Kinerja Tahunan (RKT) dan Penetapan Kinerja (PK) terdapat pada tabel berikut.

Tabel 11. Perbandingan Target Kinerja Direktorat Buah dan Florikultura dalam Rencana Kinerja Strategis (RKT) dan Penetapan Kinerja (PK) Revisi II Tahun 2016

Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target dalam PK akhir 2016 Target dalam RKT 2016 Persentase perbandingan PK dengan RKT (%) Berkembangnya komoditas bernilai tambah dan berdaya saing 1. Luas Kawasan Jeruk (ha) 2.923 2.400 121,80 2. Luas Kawasan

Buah lainnya (ha) 1.719 1.200 143,25

3. Desa Organik Berbasis Tanaman Buah/Florikultura (desa) 100 100 100 4. Luas Kawasan Tanaman Florikultura (m2) 61.200 60.000 102

(36)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

31

Berdasarkan Tabel 11 di atas menunjukkan bahwa adanya perubahan data Penetapan Kinerja (PK) dan Rencana Kinerja Strategis Direktorat Buah dan Florikultura Tahun 2016 khususnya dalam target indikator kinerja. Indikator kinerja yang meliputi 1) jumlah kebun GAP Buah yang telah dilakukan registrasi, 2) jumlah lahan usaha GAP Florikultura yang telah dilakukan registrasi, 3) jumlah sarana dan prasarana budidaya tanaman buah dan 4) jumlah sarana dan prasarana budidaya tanaman florikultura yang terdapat di RKT tahun 2016 sudah tidak terdapat lagi Revisi Penetapan Kinerja (PK) bulan Agustus dan bulan November 2016. Tidak adanya indikator jumlah kebun buah dan lahan usaha GAP Florikultura yang telah diregistrasi dikarenakan adnya perubahan kebijakan dari penerapan GAP kepada peningkatan produksi buah dan florikultura sedangkan tidak adanya indikator kinerja jumlah sarana dan prasarana budidaya tanaman buah dan florikultura dalam PK disebabkan adanya perubahan organisasi eselon II di Ditjen Hortikultura yaitu Direktorat Budidaya dan Pascapanen Buah menjadi Direktorat Buah dan Florikultura sehingga kedua indikator tersebut direvisi. Jika dibandingkan, semua target indikator kinerja dalam Penetapan Kinerja Tahun 2016, lebih tinggi dari target indikator dalam RKT Direktorat Buah dan Florikultura Tahun 2016.

B. Analisis Pencapaian Kinerja

Dari hasil pencapaian kinerja output yang telah dilakukan oleh Direktorat Buah dan Florikultura, maka dapat dianalisis pencapaian kinerja yang telah diperoleh selama tahun 2016. Sesuai dengan dokumen perjanjian kinerja yang telah disepakati oleh Direktur Jenderal Hortikultura bersama Direktur Buah dan Florikultura dalam dokumen Penetapan Kinerja (PK) maka sasaran strategis yang ditetapkan adalah Berkembangnya Komoditas Bernilai Tambah dan Berdaya Saing. Analisis pencapaian kinerja dari masing-masing indikator diuraikan pada tabel berikut.

(37)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

32

Tabel 12. Hasil Pencapaian Kinerja Direktorat Buah dan Florikultura Tahun 2016

Sasaran

Strategis Indikator Kinerja Target Realisasi (%) Persentase (%) Berkembangnya

komoditas bernilai tambah dan berdaya saing

1. Luas Kawasan Jeruk

(ha) 2.923 2.730 93,40

2. Luas Kawasan Buah

lainnya (ha) 1.719 1.497 87,09

3. Desa Organik Berbasis Tanaman Buah/Florikultura (desa) 100 100 100 4. Luas Kawasan Tanaman Florikultura (m2) 61.200 57.730 94,33

Sumber : Direktorat Buah dan Florikultura, 2016

1. Luas Kawasan Jeruk (ha)

Pengembangan kawasan jeruk tahun 2016 terdapat pada 17 (tujuh belas) Satker Provinsi dan 40 (empat puluh) Satker Kabupaten. Dari Tabel Hasil Pencapaian Kinerja (Tabel 12) dapat dilihat bahwa realisasi pengembangan luas kawasan jeruk berhasil namun belum dapat mencapai target sesuai yang ditetapkan dalam dokumen Penetapan Kinerja (PK).

Target pengembangan kawasan buah pada tahun 2016 sebanyak 2.923 ha, sedangkan realisasinya baru mencapai 2.730 ha atau sebesar 93,40 %. Realisasi ini sudah berhasil namun belum mencapai target seperti yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja (PK) tahun 2016. Lokasi (provinsi/kabupaten) yang belum dapat mencapai target adalah Prov. Kalimantan Timur, Prov. Sumatera Selatan, Kab. Banyuwangi, Simalungun, Kubu Raya, Barito Kuala, Bangli, Kepahiang dan Kab. Pohuwatu yang secara lengkap terdapat pada Tabel 13.

(38)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

33

Hal yang menyebabkan belum tercapainya target pengembangan luas kawasan buah jeruk adalah karena adanya pemotongan anggaran dari pusat yang berimplikasi pada pengurangan anggaran dan target output. Selain itu juga terdapat permasalahan dalam teknis budidaya maupun administrasi antara lain keterbatasan benih buah jeruk yang sesuai spesifikasi yang ditetapkan, revisi POK/DIPA atau SK Pengelolaan Satker serta keterbatasan SDM dari Satker Provinsi/Kab sebagai pelaksana kegiatan di daerah. Berdasarkan data realisasi pengembangan luas kawasan jeruk buah yang belum dapat mencapai target output dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 13. Daftar Lokasi Pengembangan Luas Kawasan Jeruk yang Belum Mencapai Target

No Provinsi/

Kabupaten/Kota Target (ha) Realisasi (ha) Persentase (%)

1 Banyuwangi 75 50 67 2 Simalungun 50 13 26 3 Sumatera Selatan 50 24 48 4 Kubu Raya 25 13 52 5 Barito Kuala 215 200 93 6 Kalimantan Timur 30 0 0 7 Bangli 50 0 0 8 Kepahiang 50 0 0 9 Pohuwatu 30 0 0 Total 575 300 52,17

Sumber : Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura, 2016 (data diolah

Direktorat Buah dan Florikultura)

Berdasarkan data dan informasi yang disampaikan oleh petugas dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota beberapa penyebab tidak tercapainya target pengembangan kawasan di lokasi tersebut adalah seperti pada Tabel berikut :

(39)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

34

Tabel 14. Permasalahan Tidak Tercapainya Target Pengembangan Luas Kawasan Buah Jeruk di Beberapa Lokasi Sentra Buah Jeruk No Provinsi/

Kabupaten/Kota Luas (ha) Permasalahan yang dihadapi 1 Sumatera Selatan 50 Pemotongan anggaran 2 Kalimantan Timur 30 Pemotongan anggaran

3 Banyuwangi 75 Pemotongan anggaran

4 Simalungun 50 Pemotongan anggaran

5 Kubu Raya 25 Pemotongan anggaran

6 Barito Kuala 215 Pemotongan anggaran

7 Bangli 50 Pemotongan anggaran

8 Kepahiang 50 Pemotongan anggaran

9 Pohuwatu 30 Pemotongan anggaran

Total 575

Sumber : Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura, 2016 (data diolah

Direktorat Buah dan Florikultura)

Meskipun pengembangan kawasan buah jeruk di beberapa lokasi sentra produksi (provinsi/kabupaten) mengalami pengurangan target output atau tidak dapat direalisasikan karena pemotongan anggaran, namun pengembangan kawasan jeruk tetap dilaksanakan pada tahun 2017. Berdasarkan Perjanjian Kinerja Direktorat Buah dan Florikultura Tahun 2017, pengembangan kawasan jeruk tahun 2017 seluas 1.563 ha. Meskipun mengalami pengurangan dibandingkan tahun 2016, namun pengembangan kawasan buah jeruk di 9 (sembilan) lokasi yang mengalami permasalahan di atas tetap dilanjutkan walaupun ada daerah berubah lokasi kabupatennya tapi tetap 1 (satu) provinsi.

Secara rinci pengembangan kawasan jeruk tahun 2017 antara lain adalah sebagai berikut : Prov. Sumatera Selatan (Kab. Ogan Komering Ulu, 25 ha), Prov. Kalimantan Timur (Kab.Kutai Kertanegara, 25 ha dan Kab. Paser, 25 ha), Kab. Banyuwangi (25 ha), Prov. Sumatera Utara (Kab. Simalungun, 30 ha), Prov. Kalimantan Barat (Kab. Sambas, 250 ha), Barito Kuala (25 ha), Bali (Buleleng, 25 ha), Prov. Bengkulu (Kab. Bengkulu Selatan, 25 ha) dan Pohuwatu (25 ha). Dengan adanya pengembangan kawasan jeruk tahun 2017, diharapkan pengembangan kawasan jeruk dapat terbentuk dan semakin berkembang luas.

(40)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

35 2. Luas kawasan buah lainnya

Pengembangan kawasan buah lainnya (selain jeruk) tahun 2016 terdapat pada 11 (sebelas) Satker Provinsi dan 35 (tiga puluh lima) Satker Kabupaten. Berdasarkan Tabel Hasil Pencapaian Kinerja (Tabel 12) diketahui bahwa target pengembangan kawasan buah lainnya sebesar 1.719 ha namun realisasinya hanya sebesar 1.497 ha atau 87,09 %. Realisasi ini berhasil namun belum mencapai target seperti yang ditetapkan dalam Penetapan Kinerja (PK) tahun 2016. Lokasi (provinsi/kabupaten) yang belum mencaparget dalam pengembangan adalah Provinsi Jawa Barat, Provinsi Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Kab. Kubu Raya, Karanganyar dan Kediri yang secara rinci terdapat pada Tabel 12.

Hal yang menyebabkan belum tercapainya target pengembangan kawasan buah lainnya di lokasi sentra buah adalah karena adanya pemotongan anggaran dari pusat yang berimplikasi pada pengurangan anggaran dan target output. Berdasarkan data realisasi pelaksanaan pengembangan kawasan buah lainnya yang tidak dapat mencapai target output dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 15. Daftar Lokasi Pengembangan Kawasan yang Tidak Mencapai Target Output Kawasan Buah Lainnya

No Provinsi/

Kabupaten/Kota Luas kawasan buah lainnya (ha) Realisasi (ha) Persentase (%) 1 Jawa Barat 25 0 0 2 Sumatera Utara 15 0 0 3 Sumatera Selatan 150 0 0 4 Jawa Tengah 30 30 36,78 5 Kubu Raya 20 15 75 6 Karanganyar 15 0 0 Kediri 17 8 47,06 Total 242 23 9,5

Sumber : Sekretariat Direktorat Jenderal Hortikultura, 2016 (data diolah

(41)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

36

Berdasarkan data dan informasi yang disampaikan oleh petugas dari Dinas Pertanian Kabupaten/Kota beberapa penyebab tidak tercapainya target pengembangan kawasan buah lainnya di lokasi tersebut adalah seperti pada tabel berikut.

Tabel 16. Permasalahan Tidak Tercapainya Target Pengembangan Kawasan Buah Lainnya di Beberapa Kabupaten Sentra Buah

No Kabupaten/

Kota Komoditas Luas (ha) Permasalahan yang dihadapi 1 Jawa Barat Nenas 25 Pemotongan anggaran

2 Sumatera

Utara Durian 15 Pemotongan anggaran

3 Sumatera

Selatan Nenas 150 Tidak ada pemenang tender walaupun sudah 4 (empat) kali lelang dan pemotongan anggaran

4 Jawa

Tengah Kelengkeng 30 Pemotongan sehingga yang anggaran diberikan hanya berupa alat kendaraan roda 3 dan handsprayer 5 Kubu Raya Nenas 20 Pemotongan anggaran 6 Karanganyar Apel 15 Pemotongan anggaran

Kediri Nenas 17 Pemotongan anggaran

Sumber : Direktorat Buah dan Florikultura, 2016 (data diolah)

Walaupun ada beberapa lokasi (Provinsi/kabupaten) yang tidak mencapai target output, namun sebagian besar lokasi dapat melaksanakan kegiatan pengembangan kawasan buah lainnya sesuai target meskipun terjadi pemotongan anggaran. Pada Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat pengembangan kawasan kelengkeng ditargetkan seluas 30 ha dan nenas seluas 25 ha. Namun dikarenakan pemotongan anggaran maka realisasi keuangan hanya mencapai 36,78 % untuk Provinsi Jawa Tengah dan 15, 65 % untuk Provinsi Jawa Barat. Fasilitasi yang diberikan dalam pengembangan kawasan kelengkeng (30 ha) di Provinsi Jawa Tengah hanya berupa alat kendaraan roda 3 dan handsprayer sedangkan sarana produksi (benih, pupuk) kelengkeng tidak dialokasikan pada tahun 2016

(42)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

37

karena adanya pemotongan anggaran namun rencananya akan dialihkan pada tahun 2017. Lokasi (provinsi/kabupaten) yang dapat mencapai target tersebut seperti pada tabel berikut.

Tabel 17. Daftar Lokasi Pengembangan Kawasan Buah Lain Yang Dapat Mencapai Target Output Kawasan Buah Lainnya

No Provinsi/

Kabupaten/Kota buah lainnya (ha) Luas kawasan Realisasi (ha) Persentase (%)

1 Bogor 25 25 100 2 Sukabumi 100 100 100 3 Cianjur 20 20 100 4 Sumedang 25 25 100 5 Tasikmalaya 25 25 100 6 Cirebon 55 55 100 7 Majalengka 50 50 100 8 Grobogan 40 40 100 9 Pati 20 20 100 10 Kebumen 50 50 100 11 Jawa Tengah 2 2* 100 12 Magelang 30 30 100 13 Sragen 20 20 100 14 Purworejo 25 25 100 15 Banjarnegara 25 25 100 16 Wonogiri 20 20 100 17 Kulonprogo 130 130 100 18 Gunung Kidul 50 50 100 19 Lamongan 25 25 100 20 Probolinggo 30 30 100 21 Lumajang 17 17 100 22 Tuban 25 25 100 23 Gresik 55 55 100 24 Lampung 20 20 100 25 Lampung Selatan 35 35 100 26 Bulungan 25 25 100 27 Nunukan 39 39 100 28 Sulawesi Utara 30 30 100 29 Jeneponto 5 5 100 30 Sulawesi Selatan 25 25 100 31 Gowa 1 1 100 32 Tabanan 72 72 100 33 Lombok Barat 50 50 100 34 NTT 190 190 100

(43)

L

LaappoorraannKKiinneerrjjaaDDiirreekkttoorraattBBuuaahhddaannFFlloorriikkuullttuurraaTTaahhuunnAAnnggggaarraann22001166

38 No Provinsi/

Kabupaten/Kota buah lainnya (ha) Luas kawasan Realisasi (ha) Persentase (%)

35 Biak Numfor 25 25 100 36 Papua 10 10 100 37 Maluku Utara 2 2 100 38 Pandeglang 25 25 100 39 Lebak 1 1 100 40 Papua Barat 25 25 100 Total 1.474 1.474 100

Sumber : Direktorat Buah dan Florikultura, 2016 (data diolah)

Ket : * = kebun percontohan carica (2 ha)

Seperti pengembangan kawasan buah jeruk, pengembangan kawasan buah lainnya masih tetap dilaksanakan pada tahun 2017 meskipun mengalami perubahan lokasi sentra produksi (provinsi/kabupaten). Berdasarkan Perjanjian Kinerja Direktorat Buah dan Florikultura Tahun 2017, pengembangan kawasan buah lainnya tahun 2017 seluas 283 ha. Jumlah kawasan ini mengalami penurunan jika dibandingkan dengan pengembangan kawasan buah tahun 2016 sebanyak 83,5 %.

Gambaran tentang kawasan kebun buah (jeruk dan buah lainnya) tahun 2016 pada beberapa lokasi disajikan pada Lampiran 4. Hal yang menyebabkan realisasi pengembangan kawasan buah tahun 2016 belum mencapai target yang ditetapkan (belum optimal) disebabkan adanya permasalahan yang dihadapi diantaranya adalah terkait dengan pemotongan anggaran, ketersediaan benih buah yang tidak bisa memenuhi kebutuhan secara tepat (waktu dan jumlah), ketersediaan lahan tidak sesuai dengan kebutuhan pengembangan kawasan dan proses administrasi yang tidak bisa diselesaikan sampai batas akhir penandatangan kontrak.

Gambar

Tabel  5.  Rencana  Kinerja  Tahunan  (RKT)  Direktorat  Buah  dan  Florikultura  Tahun 2016
Tabel 6. Perjanjian Kinerja Direktorat Buah dan Florikultura Tahun 2016
Tabel 7.  Perjanjian Kinerja Direktorat Buah dan Florikultura (Revisi Bulan Agustus  Tahun 2016)
Tabel 9. Perbandingan Penetapan Kinerja Direktorat Buah dan Florikultura (Revisi  Bulan Agustus dan November Tahun 2016)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Konsep Kota Sehat adalah konsep lama sekaligus baru; lama dalam arti telah lama manusia berusaha untuk membuat kota lebih sehat sejak awal daripada peradaban perkotaan

Penyusun tertarik untuk meneliti keputusan yang dikeluarkan oleh majelis GKJ Salatiga karena penyusun ingin mengetahui dasar-dasar dan alasan-alasan mereka mengeluarkan

Memiliki SIUJK, SBU, Akte Pendirian Perusahaan/Perubahan, NPWP, Pengalaman (kecuali perusahaan baru berdiri 3 tahun), SPT Tahun terakhir, Tenaga Ahli, Peralatan, Jaminan

1) Fungsi konteks setting (context setting) yakni fungsi dimana sistem-sistem bekerja untuk mendefinisikan konteks dan pengetahuan mengenai sebuah stimulasi yang datang kedalam

[(c) Suatu cip TLD dengan ketebalan 0.5 mm digunakan untuk menentukan dos terserap dalam air akibat suatu sumber gamma Co-60.. (i) Bolehkan teorem rongga Bragg-Gray cavity

Gambar rumah kualitas menunjukkan bahwa kriteria kualitas sayuran PT X bila dibandingkan dengan perusahaan lainnya sudah memiliki rasio satu yang berarti kriteria

Maka konsep Nashih Ulwan akan menjadi titik kelemahan yang memungkinkan pembelajaran pendidikan agama Islam menjadi pendidikan yang terkotak-kotak, karena pemahaman

Tujuan utama dari Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat ini, menyelesaikan permasalahan mitra, yaitu dalam pembukuan keuangan usaha dan permasalahan dalam pengemasan