• Tidak ada hasil yang ditemukan

Oleh : EBRINEDY HALOHO A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Oleh : EBRINEDY HALOHO A"

Copied!
129
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS OPTIMALISASI PENGADAAN TANDAN BUAH SEGAR

(TBS) SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN

CRUDE PALM OIL (CPO) DAN PALM KERNEL (PK)

(Studi Kasus Kegiatan Replanting PT. Perkebunan Nusantara VIII,

Kertajaya, Kabupaten Lebak, Banten)

Oleh :

EBRINEDY HALOHO A14105534

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

(2)

(Studi Kasus Kegiatan Replanting PT. Perkebunan Nusantara VIII,

Kertajaya, Kabupaten Lebak, Banten)

Oleh :

EBRINEDY HALOHO A14105534

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA PERTANIAN

Pada

Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

PROGRAM SARJANA EKSTENSI MANAJEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2008

(3)

Judul : Analisis Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Industri Pengolahan Crude Palm Oil (CPO) Dan Palm Kernel (PK)

(Studi Kasus Kegiatan Replanting PT. Perkebunan Nusantara VIII, Kertajaya, Kabupaten Lebak, Banten)

Nama : EBRINEDY HALOHO

NRP : A14105534

Menyetujui Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi NIP 131 410 931

Mengetahui Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Didy Soepandie, M.Agr. NIP 131 124 019

(4)

DENGAN INI MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL ”ANALISIS OPTIMALISASI PENGADAAN TANDAN BUAH SEGAR (TBS) SEBAGAI BAHAN BAKU INDUSTRI PENGOLAHAN CRUDE PALM OIL (CPO) DAN PALM KENEL (PK) (Studi Kasus Kegiatan Replanting PT. Perkebunan Nusantara VIII, Kertajaya, Kabupaten Lebak, Banten)” BENAR-BENAR MERUPAKAN HASIL KARYA SENDIRI DAN BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA SUATU PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN

BOGOR, MEI 2008

EBRINEDY HALOHO A14105534

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan tanggal 09 Februari 1983 di Jakarta sebagai anak pertama dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak Muatan Haloho dan Ibu L.Artaulina br Purba.

Pendidikan penulis dimulai dari tingkat Taman Kanak-kanak pada tahun 1989 di TK Merry – Pondok Gede, Jakarta. Penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Pamardi Yuana Bakti di Jakarta pada tahun 1990 hingga lulus pada tahun 1996. pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Mardi Yuana Cilegon hingga lulus pada tahun 1999. Penulis menyelesaikan Sekolah Menengah Umum di SMUN 1 Serang-Banten pada tahun 2001.

Pada tahun 2001, penulis diterima pada Program Diploma III Agribisnis, Jurusan Manajemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Padjadjaran. Penulis lulus pada tahun 2004 dengan tugas akhir berjudul “Aktivitas Promosi Dalam Penjualan Produk Agroindustri Apel Kusuma Agrowisata, Batu-Malang”. Pada tahun 2005 penulis melanjutkan pendidikan di Program Sarjana Ekstensi Manajemen Agribisnis, Jurusan Ilmu-ilmu Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah aktif dalam organisasi kemahasiswaan UKM PMK UNPAD-Bandung dan GMKI cabang Sumedang.

(6)

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas kemuliaan, kasih dan perlindungan NYA kepada penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Skripsi ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang ditujukan untuk mempelajari dan menganalisis proses produksi tandan buah segar (TBS) sebagai bahan baku industri primer pengolahan Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK) yang dikaitkan dengan optimalisasi pengadaan bahan baku TBS untuk mendapatkan jumlah TBS yang optimal, sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan dalam menetapkan kebijakan pengadaan bahan baku pabrik pengolahan kelapa sawit.

Skripsi dengan judul Analisis Optimalisasi Pengadaan Tandan Buah Segar (TBS) Sebagai Bahan Baku Industri Pengolahan Crude Palm Oil (CPO) Dan Palm Kernel (PK) (Studi Kasus Kegiatan Replanting PT. Perkebunan Nusantara VIII, Kertajaya, Kabupaten Lebak, Banten), diharapkan dapat menjadi referensi dan informasi bagi PTPN VIII Kertajaya khususnya dalam mengambil keputusan maupun kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan pengadaan produksi TBS dalam memproduksi CPO dan PK. Pihak manajemen PTPN VIII Kertajaya dapat menentukan kombinasi pengadaan TBS dan tingkat produksi TBS dari Kebun Sendiri, Seinduk dan Plasma yang dapat memberikan penerimaan maksimum dengan tetap mempertimbangkan alokasi sumberdaya yang tersedia. Model analsis yang digunakan dalam skripsi ini adalah Linear Programming dengan bantuan perangkat lunak compauter LINDO, sehingga hasil olahan program linier

(7)

ini akan didapatkan pengadaan produksi TBS yang optimal dalam memproduksi CPO dan PK yang berasal dari Kebun sendiri Kertajaya, Seinduk dan Plasma.

Penulis telah berusaha melakukan yang terbaik untuk penyusunan skripsi ini, tetapi penulis menyadari masih terdapat kelemahan-kelemahan pada skripsi ini. Penulis mengharapkan masukan berupa kritik dan saran yang bersifat membangun untuk kesempurnaan dari skripsi ini, dan penulis berharap skripsi ini dapat berguna untuk semua pihak.

Bogor, Mei 2008

EBRINEDY HALOHO A14105534

(8)

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari proses bimbingan dan konsultasi dengan dosen pembimbing dan masukan serta bantuan dari semua pihak. Untuk itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Ir. Andriyono Kilat Adhi sebagai dosen pembimbing yang telah

meluangkan waktu untuk memberikan perhatian, bimbingan, arahan, dan “koreksi” yang sangat berguna bagi penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi.

2. Dr. Ir. Rita Nurmalina, MS atas kesediaannya menjadi dosen evaluator pada kolokium dan atas semua masukan dan arahan untuk perbaikan skripsi ini. 3. Dr. Ir. Anna Farianti, MS sebagai dosen penguji utama atas kesediaannya

menjadi dosen penguji dan atas semua masukan untuk perbaikan skripsi ini. 4. Arif Kariadi Uswandi, SP sebagai dosen peguji komdik atas kesediaannya

menjadi dosen penguji dan atas semua masukan dan koreksi mengenai tata cara penulisan ilmiah

5. Elfrida Hutagaol atas kesediannya untuk menjadi pembahas pada seminar hasil skripsi

6. PTPN VIII Kertajaya, Lebak, Banten dalam hal ini kepada Ibu Pia, Ibu Yoosni, Pak Sri Hermawan, Pak Joko, Pak Yayat, Pak H. Syaiful Purba, Pak Baggio, Pak Ari, Pak Sugeng Widodo dan segenap karyawan PTPN VIII Kertajaya atas kerjasamanya selama penelitian ini.

7. Keluarga Besar Haloho, Arroi Fasdo, Okvienti, Uina Arta Sari, Jonedi, dan spesial untuk Bapaku, Muatan Haloho dan Mamaku tercinta Artaulina br

(9)

Purba Tanjung atas semua dukungan moril dan materil sehingga penulis dapat menyelesaikan kuliah.

8. Nenny Arisdani Fransisca, atas waktu, perhatian, dorongan, dan kasih sayangnya selama kuliah dan selama menyelesaikan skripsi ini

9. Keluarga Besar Cidangiang 2 dan Borobudur atas kekompakan, dukungan dan kerjasamanya selama penulisan skripsi ini.

10. Teman-teman Agribisnis Ekstensi angkatan XIII Institut Pertanian Bogor atas Kerjasamanya serta dukungan selama kuliah dan selama penelitian

(10)

(TBS) Sebagai Bahan Baku Industri Pengolahan CPO dan PK (Studi Kasus Kegiatan Replanting PT Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya, Kabupaten Lebak, Banten). (Dibawah bimbingan ANDRIYONO KILAT ADHI)

Sub sektor perkebunan sebagai salah satu bagian dari pertanian dalam arti luas merupakan komponen utama yang penting dalam perekonomian Indonesia. Hal ini dapat terlihat dari peran produsen industri primer minyak nabati yang menggunakan buah kelapa sawit sebagai bahan baku utamanya. Peningkatan produktivitas minyak CPO Indonesia dengan persentase 1.16 hingga 286.58 pada tahun 2001-2005, mengindikasikan penghasil devisa negara terbesar berasal dari ekspor CPO ke negara-negara Eropa barat seperti Inggris, Italia, Belanda dan Jerman. Peningkatan produktivitas industri CPO membutuhkan input dari perkebunan kelapa sawit dalam bentuk Tandan Buah Segar dengan total perkembangan luas areal 9.60-13.36 persen (1999-2005) yang berasal dari perkebunan besar swasta, perkebunana negara dan perkebunan rakyat. Salah satu produsen industri CPO dan PK sebagai produk sampingannya yang tetap eksis memenuhi permintaan industri hilir kelapa sawit adalah PT Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya, Lebak dengan kapasitas pabrik sebesar 30 ton TBS/jam.

PTPN VIII Kebun Kertajaya sebagai industri pemasok bahan baku Crude Palm Oil dan Palm Kernel di daerah Banten dan Jawa Barat dalam kegiatan produksinya tetap memperhatikan kuantitas pengadaan bahan baku secara efektif dan efisien. Pengadaan bahan baku produksi secara optimal dapat melindungi perusahaan dari ketidakpastian akibat kondisi dinamis dari faktor permintaan dan penawaran, selain sebagai penyeimbang dan penyangga dari permintan dan penawaran pasar. Berdasarkan data realisasi produksi Tandan Buah Segar 2007 sebagai bahan baku CPO dan PK yang terdapat di perusahaan dapat diketahui bahwa persentase total pengadaannya 177.89 persen dipenuhi dari kebun plasma dan 74.15 persen dari kebun sendiri (Kertajaya) dan seinduk. Dari permasalahan tersebut maka perusahaan perlu melakukan pengadaan alternatif kombinasi pasokan bahan baku dalam memproduksi CPO dan PK yang dihasilkan dari berbagai sumber yang ada untuk mencapai keuntungan maksimum dan meramalkan besarnya variabel yang mempengaruhi model tujuan optimalisasi pada saat umur tanaman kelapa sawit 27 tahun (2007) dan setelah kegiatan replanting 500 Ha (tahap pertama) tanaman kelapa sawit dilaksanakan (2011).

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah menentukan tingkat kombinasi pengadaan TBS dari berbagai sumber untuk mencapai keuntungan maksimum PTPN VIII Kertajaya pada tahun 2007 dan 2011, memprediksi biaya produksi TBS dan biaya pengolahan CPO dan PK empat tahun kedepan dalam satu tahun setelah kegiatan replanting. Pemilihan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Jenis data yang dibutuhkan dalam oenelitian ini adalah data primer dan sekunder. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Software Minitab 14. membantu dalam meramalkan koefisien variabel-variabel model tujuan, kendala program linier dan LinierInteractive Discrete Optimizer (LINDO) membantu pengolahan data formulasi model persamaan fungsi tujuan dan pertidaksamaan fungsi kendala yang ada.

(11)

Dari hasil olahan linier programming apabila perusahaan menerapkan kajian tujuan tunggal, maka akan diperoleh keuntungan pengadaan TBS sebesar Rp/kg 31.200.000 pada tahun 2007 dan 2011 yang berasal dari kebun sendiri, seinduk dan plasma. Hal ini berarti perusahaan dapat meningkatkan keuntungan sebesar Rp/kg 31.167.857 pada tahun 2007 dan Rp/kg 31.048.787 setelah kegiatan replanting. Analisis primal menunjukkan bahwa tingkat kombinasi pengadaan TBS sebagai bahan baku produksi CPO dan PK berasal dari kebun seinduk dan plasma terjadi pada bulan Desember tahun 2007 dan bulan September pada tahun 2011 setelah tanaman kelapa sawit hasil replanting menghasilkan (TM). Berdasarkan analisis optimalisasi yang telah dilakukan, perusahaan belum optimal dalam pengadaan bahan baku TBS. Hal ini dapat dilihat dari perbandingan antara keuntungan aktual dan optimal.

Penggunaan sumberdaya dalam optimalisasi pengadaan TBS di PTPN VIII Kertajaya, seperti potensi produksi TBS kebun sendiri sebelum replanting 100persen, ketersediaan TBS sebesar 4 persen dan kuota pembelian TBS dari kebun plasma merupakan sumberdaya yang langka atau kendala aktif yang perubahannya dapat mempengaruhi nilai tujuan. Namun untuk sumberdaya tenaga kerja, kapasitas maksimal pabrik pengolahan, dan potensi kebun sendiri setelah replanting 100 persen dan 80 persen merupakan sumberdaya berlebih. Pada saat permintaan produk CPO dan PK tinggi memberikan informasi bagi perusahaan untuk meningkatkan pengadaan produksi TBS dengan memanfaatkan sumberdaya berlebih.

Berdasarkan analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan, maka untuk pengadaan bahan baku TBS dari kebun sendiri, seinduk dan plasma pada bulan Desember tahun 2007 mengalami peningkatan yang tak terhingga dan penurunan dengan batas penurunan masing-masing sebesar 105,9 ; 108 ; 109. Sedangkan pada tahun 2011 pada bulan Desember mengalami peningkatan sebesar tak terhingga dan penurunan sebesar 356 yang berasal dari kebun Sendiri dan bulan September mengalami peningkatan sebesar tak terhingga dan penurunan sebesar 61 ; 62 yang berasal dari kebun seinduk dan plasma.

Analisis sensitivitas pada ruas kanan kendala tahun 2007 dan 2011 menunjukkan bahwa kenaikan dan penurunan maksimum sumberdaya tenaga kerja, kapasitas maksimal pabrik dan potensi kebun sendiri setelah replanting sebesar 100persen dan 80persen akan mempengaruhi nilai dual. Sedangkan pada sumberdaya lain yaitu potensi kebun sendiri sebelum replanting 100persen dan 80persen, kuota pembelian TBS dari kebun plasma, ketersediaan pasokan TBS 4persen dari kebun plasma selang kepekaannya tidak mempengaruhi nilai dual. Hal ini dikarenakan nilai ruas kanan berada pada batas kenaikan maksimum dan penurunan maksimum.

Skenario dalam analisis post optimal dilakukan dengan menurunkan kendala persentase potensi produksi 80% kebun sendiri sebelum dan setelah replanting di PTPN VIII Kertajaya, Lebak, Banten. Kenaikan keuntungan yang diperolah setelah dilakukan analisis post optimal adalah 2.553.408 Rp/kg. Hasil optimalisasi analisis sensitivitas fungsi tujuan menunjukkan hasil yang sama dengan hasil optimalisasi tanpa post optimal. Penggunaan input produksi seperti tenaga kerja, kapasitas maksimal pabrik dan potensi produksi TBS kebun sendiri 80% merupakan sumberdaya yang langka dan peningkatan satu satu nilai pada selang kenaikan dan penurunan minimum akan mempengaruhi nilai dualnya.

(12)

viii

Halaman

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN... xiv

BAB I. PENDAHULUAN 1.1. Latar belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 5

1.3. Tujuan Penelitian... 8

1.4. Kegunaan Penelitian ... 8

1.5. Ruang Lingkup Penelitian... 9

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Profil Kelapa Sawit... 10

2.2. Minyak Sawit (CPO) ... 11

2.3. Persediaan TBS Sebagai Bahan Baku CPO ... 13

2.4. Penelitian Terdahulu ... 15

BAB III. KERANGKA PEMIKIRAN 3.1. Kerangka Pemikiran Teoritis ... 19

3.1.1 Bahan Baku ... 19

3.1.2 Program Linier ... 20

3.1.2 Teori Optimalisasi ... 25

3.2. Konsep Dasar Peramalan Produksi TBS ... 27

3.2.1 Peramalan (Forecast)... 27

3.2.2 Kegiatan Peremajaan (Replanting) ... 29

(13)

ix BAB IV. METODOLOGI PENELITIAN

4.1. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 34

4.2. Jenis dan Sumber Data ... 34

4.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 35

4.3.1 Penerapan Model Peramalan ... 36

4.3.2 Analisis Primal ... 39

4.3.3 Analisis Dual (Status Sumber Daya) ... 40

4.3.4 Analisis Sensitivitas ... 40

4.3.5 Analisis Post Optimal ... 41

4.3.6 Formulasi dan Pengukuran Data ... 42

4.3.6.1 Fungsi Tujuan ... 42

4.3.6.2 Kendala-kendala ... 44

4.4 Definisi Operasional ... 49

4.5 Asumsi-asumsi ... 50

BAB V KEADAAN UMUM PERUSAHAAN 5.1 Sejarah PT Perkebunan Nusantara VIII Kertajaya ... 51

5.2 Keadaan Fisik Kebun Kertajaya ... 52

5.3 Struktur Organisasi ... 53

5.4 Keadaan Karyawan Kebun Kertajaya ... 54

5.5 Kegiatan Budidaya Tanaman Kelapa Sawit ... 56

5.5.1 Pembukaan Lahan ... 56

5.5.2 Penanaman ... 57

5.5.3 Pemeliharaan Tanaman Belum Menghasilkan ... 58

5.5.4 Pemeliharaan Tanaman Menghasilkan ... 60

5.5.5 Panen Tandan Buah Segar ... 62

BAB VI HASIL DAN PEMBAHASAN 6.1 Implikasi Peramalan Dekomposisi ... 63

6.1.1 Biaya Produksi TBS Kelapa Sawit ... 63

6.1.2 Harga CPO dan PK ... 64 6.1.3 Total Produksi TBS Kebun Sendiri, Seinduk dan Plasma

(14)

x

Kertajaya ... 69

6.2 Perumusan Model Program Linier ... 70

6.2.1 Perumusan Fungsi Tujuan ... 70

6.2.2 Perumusan Fungsi Kendala ... 72

6.3 Hasil Optimal Analisis Primal ... 77

6.4 Hasil Optimal Analisis Dual ... 79

6.5 Hasil Optimal Analisis Sensitivitas ... 81

6.5.1 Analisis Sensitivitas Nilai Koefisien Fungsi Tujuan ... 81

6.5.2 Analisis Sensitivitas Nilai Ruas Kanan Kendala ... 82

6.6 Hasil Analisis Post Optimal ... 84

BAB VII. KESIMPULAN DAN SARAN 7.1. Kesimpulan ... 87

7.8. Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(15)

xi

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1. Total Konsumsi Minyak Sawit Dunia ... 2 2. Perkembangan volume dan nilai ekspor Minyak Sawit/CPO

di Indonesia Tahun 2001-2005 ... 2 3. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia

Tahun 1995-2005 (Ha) ... 3 4. Produksi Minyak Sawit (CPO) Indonesia 2001-2005 (Ton) ... 4 5. Ringkasan Penelitian Terdahulu ... 18 6. Program Pemupukan Tanaman Belum Menghasilkan Kelapa Sawit

Menurut Umur Tanaman ... 59 7. Fraksi Matang Panen Pada Tanaman Kelapa Sawit Menghasilkan .... 62 8. Biaya Produksi Kelapa Sawit Kebun Seinduk Aktual dan Ramalan

PTPN VIII Kertajaya (Rp/kg) ... 64 9. Harga Crude Palm Oil Aktual dan Ramalan PTPN VIII Kertajaya ... 65 10. Harga Palm Kernel Aktual dan Ramalan PTPN VIII Kertajaya ... 65 11. Total Produksi Tandan Buah Segar Kebun Kertajaya-Sendiri Aktual

dan Ramalan (Kg) ... 66 12. Total Produksi Tandan Buah Segar Kebun Seinduk Aktual dan

Ramalan (Kg) ... 67 13. Total Produksi Tandan Buah Segar Kebun Plasma Aktual dan

Ramalan (Kg) ... 68 14. Total Biaya Pengolahan CPO, PK Aktual dan Ramalan Kertajaya

(Rp/kg) ... 69 15. Kendala Kapasitas Maksimal Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII

Kertajaya ... 72 16. Kendala Potensi Produksi TBS 100% Kebun Sendiri Kertajaya ... 73 17. Kendala Potensi Produksi TBS 80% Kebun Sendiri Kertajaya

Pada Analisis Post Optimal ... 73 18. Kendala Potensi Produksi Kebun Sendiri 100% TBS Setelah

(16)

xii

Post Optimal Setelah Replanting ... 74 20. Kendala Ketersediaan Kebun Plasma 4% Dari Kebun Sendiri dan

Seinduk ... 75 21. Kendala Kuota Pembelian Dari Kebun Plasma ... 75 22. Kendala Ketersediaan Tenaga Kerja ... 76 23. Besarnya Nilai Dual Sumberdaya Potensi Produksi Kebun Sendiri

Setelah Relanting 100%, Ketersediaan TBS 4%, dan Kuota

Pembelian TBS Dari Kebun Plasma di PTPN VIII Kertajaya ... 80 24. Hasil Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Pengadaan Bahan

Baku TBS di Pabrik Kelapa Sawit Kertajaya 2007 ... 84 25. Hasil Analisis Sensitivitas Ruas Kanan Kendala Pengadaan Bahan

(17)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Kerangka Pemikiran Operasional ... 33 2. Grafik Biaya Produksi Aktual dan Ramalan Kelapa Sawit ... 64 3. Grafik Harga Crude Palm Oil Aktual dan Ramalan PTPN VIII

Kertajaya ... 65 4. Grafik Harga Palm Kernel Aktual dan Ramalan PTPN VIII

Kertajaya ... 66 5. Grafik Total Produksi TBS Kebun Kertajaya-Sendiri Aktual dan

Ramalan (Kilogram) ... 67 6. Grafik Total Produksi TBS Kebun Seinduk Aktual dan Ramalan

(Kilogram) ... 68 7. Grafik Total Produksi TBS Kebun Plasma Aktual dan Ramalan

(Kilogram) ... 69 8. Grafik Biaya Pengolahan CPO dan PK Aktual dan Ramalan

(18)

xiv

Nomor Halaman

1. Tabel Realisasi Produksi Bahan Baku Tandan Buah Segar (TBS) PTPN VIII Kertajaya Tahun 2005-2007 ... 93 2. Alur Proses Produksi Pengolahan CPO padaPabrik Kelapa Sawit

PTPN VIII Kertajaya, Lebak ... 94 3. Peta Lokasi Penelitian PTPN VIII Kertajaya, Lebak Banten ... 95 4. Gambaran Umum Struktur Organisasi PTPN VIII Kertajaya dan

Deskripsi Tugas, Wewenang, Tanggungjawab Karyawan Secara

Umum di PTPN VIII ... 96 5. Data Perolehan Keuntungan (Provit) Produk TBS PTPN VIII

Kebun Kertajaya 2007 ... 99 6. Data Perolehan Keuntungan (Provit) Produk TBS PTPN VIII

Kebun Seinduk 2007 ... 100 7. Data Perolehan Keuntungan (Provit) Produk TBS PTPN VIII

Kebun Plasma 2007 ... 101 8. Data Perolehan Keuntungan (Provit) Produk TBS PTPN VIII

Kebun Kertajaya 2011 ... 102 9. Data Perolehan Keuntungan (Provit) Produk TBS PTPN VIII

Kebun Seinduk 2011 ... 103 10. Data Perolehan Keuntungan (Provit) Produk TBS PTPN VIII

Kebun Plasma 2011 ... 104 11. Potensi Produksi Tandan Buah Segar Pada Luas Lahan III Yang

Belum dan Sudah di Replanting ... 105 12. Pengadaan Produksi TBS Pada Kondisi Aktual dan Optimal Pada

Tahun 2007 dan 2011 ... 106 13. Hasil Olahan Optimalisasi Pengadaan TBS di Pabrik Kelapa Sawit

PTPN VIII Kertajaya Tahap I dan II (2007) ... 107 14. Outpu Post Optimal Pengadaan TBS di Pabrik Kelapa Sawit Dengan

(19)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sub sektor perkebunan sebagai salah satu bagian dari pertanian dalam arti luas merupakan komponen utama yang penting dalam perekonomian Indonesia. Pembangunan sub sektor perkebunan agribisnis merupakan bagian integral dari program revitalisasi pembangunan pertanian. Ini dapat terlihat dari peran produksi industri primer minyak nabati yang menggunakan buah kelapa sawit sebagai bahan baku utamanya. Selain sebagai sumber pendapatan bagi jutaan keluarga petani, sumber devisa negara, penyedia lapangan kerja, pemicu dan pertumbuhan sentra-sentra ekonomi baru, kelapa sawit juga berperan dalam mendorong tumbuh dan berkembangnya industri hilir berbasis minyak kelapa sawit di Indonesia1.

Nilai ekspor minyak dan lemak nabati Indonesia yang meningkat dengan laju rata-rata 34,84 persen dari tahun 2001-2005 mengindikasikan bahwa prospek olahan minyak kelapa sawit sebagai penyedia bahan baku untuk sektor industri lainnya terus mengalami peningkatan permintaan. Meningkatnya permintaan konsumsi minyak sawit dunia (Tabel 1.) pada tahun 1993 sebesar 90.501 ribu ton menjadi 118.061 ribu ton pada tahun 2007, merupakan peluang bagi Indonesia untuk dapat meningkatkan kuantitas produksinya dalam upaya memenuhi permintaan dalam dan luar negeri yang terus meningkat. Kekayaan sumber daya baik kondisi tanah dan iklim Indonesia yang cocok sebagai produsen bahan baku

(20)

minyak sawit merupakan nilai tambah tersendiri dalam upaya peningkatan kuantitas produk, sebagai negara penghasil CPO dunia kedua Tahun 2001-2005. Tabel 1. Total Konsumsi Minyak Sawit Dunia

Uraian 1993-1997 1998-2001 2002-2007 2007-2012 Total Konsumsi (Ribu ton) 90.501 104.281 118.061 132.234 Minyak Sawit (CPO) Pangsa (%) 19,7 19,3 18,9 19,0

Sumber : Diolah dari Oil Word (2001)

Produktivitas minyak sawit (CPO) Indonesia yang berada di peringkat kedua dunia diharapkan akan tetap dapat memasok kebutuhan minyak sawit dunia secara berkesinambungan. Hal ini didukung dengan perkembangan volume ekspor minyak sawit Indonesia selama lima tahun terakhir 2001-2005 cenderung mengalami peningkatan (Tabel 2.). Persentase peningkatan pada volume ekspor CPO yang berkisar 1,16 hingga 286,58 persen ini mengindikasikan bahwa salah satu sumber penghasil devisa Indonesia berasal dari ekspor CPO yang menguasai pasar negara Eropa barat seperti Inggris, Italia, Belanda dan Jerman.

Tabel 2. Perkembangan Volume dan Nilai Ekspor Minyak Sawit/Crude Palm Oil (CPO) di Indonesia Tahun 2001-2005

Ekspor Tahun

Volume ( ton ) Nilai (000 US$ )

2001 2002 2003 2004 2005 4.903.218 6.333.708 6.386.409 8.661.647 10.375.792 1.080.906 2.092.404 2.454.626 3.441.776 3.756.557 Sumber : Badan Pusat Statistik (2006)

Produksi industri CPO membutuhkan input dari perkebunan kelapa sawit dalam bentuk Tandan Buah Segar (TBS). Perkebunan kelapa sawit dengan

(21)

3

hasilnya berupa TBS merupakan hulu dari industri CPO, sedangkan industri hilir utamanya adalah industri minyak goreng sawit dan produk non pangan oleokimia. Peran industri perkebunan negara, rakyat dan swasta dalam skala kecil maupun besar tidak terlepas dari perkembangan luas areal total perkebunan kelapa sawit yang meningkat pesat yakni 9.60 persen hingga 13.36 persen (tahun 1999-2005). Berdasarkan data yang diperoleh dari Direktorat Jendral Perkebunan pada Tabel 3. diketahui bahwa peningkatan terbesar dalam memperluas areal kelapa sawit ditempati oleh Perkebunan Besar Swasta (PBS) dengan porsi hektar terbesar, diikuti oleh Perkebunan Rakyat (PR), serta Perkebunan Besar Negara (PBN). Tabel 3. Perkembangan Luas Areal Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia

Tahun 1999-2005 (Ha)

Tahun PR PBN PBS Jumlah Pertumbuhan(%)

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 1.041.046 1.166.758 1.561.031 1.808.424 1.854.394 1.904.944 1 .917.037 576.999 588.125 609.943 631.566 662.803 675.090 677.041 2.283.757 2.403.194 2.542.457 2.627.068 2.766.360 2.867.527 3.003.080 3.901.802 4.158.077 4.713.431 5.067.058 5.283.557 5.447.562 5.597.158 9,60 6,57 13,36 7,50 4,27 2,21 2,67 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006

Sejalan dengan semakin bertambah luasnya lahan tanaman kelapa sawit, maka produksi minyak sawit (CPO) dan minyak inti sawit (PKO) juga mengalami kenaikan. Pertumbuhan produksi minyak kelapa sawit Indonesia dalam tiga dasawarsa terakhir yang melebihi pertumbuhan produksi minyak kelapa sawit dunia mengindikasikan optimalisasi produksi industri minyak kelapa sawit belum dapat tercapai. Berdasarkan data pada tabel 4, diketahui kontribusi Produksi minyak sawit (CPO) yang berasal dari Perkebunan Besar milik Negara masih

(22)

rendah dibandingkan dengan Perkebunan Besar Swasta dan Perkebunan Rakyat yang terus mengalami peningkatan produksi.

Tabel 4. Produksi Minyak Sawit (CPO) Indonesia Tahun 1999-2005 (Ton)

Tahun PR PBN PBS Jumlah Pertumbuhan(%)

1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 1.547.811 1.905.653 2.798.032 3.426.739 3.517.324 3.745.264 3.873.677 1.468.949 1.460.954 1.519.289 1.607.734 1.750.651 1.981.576 2.049.849 3.084.099 3.633.901 4.079.151 4.587.871 5.172.859 6.383.849 6.528.455 6.455.590 7.000.508 8.396.472 9.622.344 10.440.834 11.806.550 12.451.981 8,86 8,44 19,94 14,60 8,51 15,99 5,18 Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan, 2006

Salah satu produsen industri CPO yang tetap eksis dalam mengolah kelapa sawit menjadi CPO sebagai bahan baku untuk industri hilir minyak dan lemak adalah PTPN VIII dimana unit wilayah bisnisnya terdapat di daerah Jawa Barat bagian selatan dan Banten dengan total luas areal produksi 17.000 ha dan telah berproduksi sebesar 2.000 ton per bulan dari 7.000 ha lahan produktif2.Sebagai pemasok bahan baku industri minyak goreng, PTPN VIII memiliki satu pabrik pengolahan kelapa sawit yang berlokasi di Kebun Kertajaya, Lebak. Kapasitas mesin pengolahan kelapa sawit yang memproduksi 30 ton/jam TBS ini memproduksi minyak sawit (Crude Palm Oil) dan inti sawit (Palm Kernel) sesuai dengan besarnya pasokan bahan baku TBS yang dipanen dari setiap kebun plasma, kebun sendiri dan seinduk PTPN VIII. Oleh karenanya penting untuk mengetahui kesinambungan hubungan antara perkebunan sebagai penyedia bahan baku dengan pabrik pengolahan yang membutuhkan bahan baku dalam industri pengolahan kelapa sawit. Hal ini sejalan dengan misi pemerintah untuk

(23)

5

menjadikan Indonesia sebagai produsen minyak kelapa sawit (CPO) pertama dunia yang memasok kebutuhan bahan baku industri hilir dari CPO dan produk turunannya.

1.2 Perumusan Masalah

PTPN VIII Kebun Kertajaya sebagai industri pemasok bahan baku Crude Palm Oil dan Palm Kernel di daerah Banten dan Jawa Barat dalam kegiatan produksinya tetap memperhatikan kuantitas pengadaan bahan baku secara efektif dan efisien. Pengadaan bahan baku produksi secara optimal dapat melindungi perusahaan dari ketidakpastian akibat kondisi dinamis dari faktor permintaan dan penawaran, selain sebagai penyeimbang dan penyangga dari permintan dan penawaran pasar. Berdasarkan data realisasi produksi Tandan Buah Segar 2007 sebagai bahan baku CPO dan PK yang terdapat di perusahaan (Lampiran1) dapat diketahui bahwa kontribusi untuk produktivitas pengadaan bahan baku TBS yang dipenuhi dari kebun plasma sebesar 177.89 persen dan 74.15 persen dari Kebun sendiri (Kertajaya) dan seinduk. Kebutuhan bahan baku yang lebih besar dipasok dari kebun plasma dibandingkan Kebun Kertajaya dan seinduk mengindikasikan bahwa perusahaan belum berproduksi secara optimal. Perusahaan perlu melakukan analisis dalam optimalisasi pengadaan tandan buah segar sebagai bahan baku industri pengolahan CPO dan PK untuk mencapai keuntungan perusahaan yang maksimal pada dua tahapan waktu sebelum (2007) dan setelah kegiatan replanting 500 Ha tanaman kelapa sawit dilaksanakan (2011).

Meningkatnya jumlah permintaan volume produk antara (CPO dan PK) secara nasional mengindikasikan adanya peningkatan penjualan pada PKS PTPN

(24)

VIII Kertajaya, sehingga berpengaruh terhadap kegiatan produksi perusahaan dalam memenuhi permintaan konsumennya. Hal ini menyebabkan perusahaan harus memiliki persediaan produk di gudang dan melakukan perencanaan kebutuhan akan bahan baku yang tepat. Kuantitas produk yang tersedia di tanki timbun (Storage Tank) dan siap untuk dipasarkan ke industri hilir minyak goreng dan lemak, mengharuskan perusahaan untuk mengalokasikan biaya pengadaan untuk menghadapi meningkatnya konsumsi CPO dan PK sebagai bahan baku industri hilir kelapa sawit dari para pelanggannya. Hal ini berdampak terhadap perusahaan dalam menentukan besarnya kuantitas pengadaan bahan baku yang optimal untuk memenuhi permintaan dari Industri hilir pengolahan CPO dan PK di pasar fisik yang ada.

Salah satu cara untuk menjaga persediaan bahan baku yang optimal pada kapasitas olah pabrik terpasang yaitu dengan mengetahui kemungkinan jumlah pasokan bahan baku dari kebun sendiri, kebun seinduk, dan pembelian TBS dari pihak plasma sebagai mitra kerja PTPN VIII. Dalam memenuhi pasokan bahan baku dari kebun sendiri yang mencapai 80 % dari total kebutuhan bahan baku produksi CPO, PTPN VIII dihadapkan pada kendala umur tanam yang memasuki batas akhir umur ekonomis (25 tahun). PTPN VIII sebagai salah satu PT Perkebunan Nusantara tertua di Indonesia memulai proses penanaman pada tahun 1981, dan memasuki awal tahun 2007 pihak pengelola kebun (Afdeling) berencana untuk melaksanakan kegiatan peremajaan (Replanting) tanaman kelapa sawit. Hal ini terkait dengan tujuan perusahaan yaitu memaksimalkan keuntungan perusahaan dari kapasitas produksi CPO dan PK dengan melakukan perencanaan persediaan bahan baku yang optimal dari berbagai sumber.

(25)

7

Peramalan biaya pengolahan produksi CPO dan PK yang dilakukan pada PKS PTPN VIII Kertajaya adalah salah satu upaya untuk mengantisipasi pesanan produsen industri hilir kelapa sawit di masa yang akan datang. Dengan mengetahui peramalan biaya produksi dan harga jual CPO dan PK perusahaan dapat merencanakan pada kuantitas berapa produk harus diproduksi agar tidak rugi dan untung (titik impas). Selain itu, peramalan biaya pengolahan produksi tidak terlalu sulit bagi pihak manajemen, karena data telah tersedia berupa data kuantitatif dengan jenis data trend sehingga tidak memerlukan waktu yang lama dan biaya yang mahal dalam pengaplikasiannya.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana alternatif kombinasi pasokan bahan baku dalam

memproduksi CPO dan PK yang dihasilkan dari berbagai sumber yang ada untuk mencapai keuntungan maksimum perusahaan dan pengaruh perubahan yang terjadi terhadap kondisi optimal dari kebun sendiri pada tahun 2007, dan 2012 sebelum dan setelah kegiatan replanting dilakukan ?

2. Bagaimana memprediksi biaya produksi bahan baku TBS dan biaya

pengolahan CPO dan PK dalam dua belas bulan kedepan setelah dilakukan replanting sehingga diketahui keuntungan maksimum perusahaan yang diperoleh dari memproduksi TBS sebagai bahan baku CPO dan PK ?

(26)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengidentifikasi tingkat perencanaan pengadaan optimal Tandan Buah

Segar (TBS) dalam memproduksi Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel (PK) baik yang belum mengalami replanting dan telah mengalami replanting pada dua tahapan waktu tahun 2007 dan 2011, yang akan diolah PKS PTPN VIII Kertajaya, sehingga tercapai keuntungan maksimum perusahaan.

2. Mengimplikasikan metode peramalan dekomposisi yang paling akurat

dalam memprediksi biaya produksi bahan baku Tandan Buah Segar dan pengolahan CPO dan PK serta meramalkannya untuk 12 bulan ke depan pada tiap tahapan waktu.

1.4 Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kegunaan, baik bagi pihak perusahaan (Pabrik Kelapa Sawit di PTPN VIII Kertajaya Lebak), penulis, maupun bagi pembaca. Bagi Perusahaan penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran tentang pentingnya pengelolaan pengadaan bahan baku yang berasal dari kebun sendiri, seinduk dan plasma untuk mendukung efektifitas dan efisiensi operasional perusahaan, yang pada akhirnya dapat menjadi masukan atau informasi sebagai bahan pertimbangan dalam membuat kebijakan oleh pihak perusahaan. Bagi penulis penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengalaman dan menambah pengetahuan, serta sebagai pengaplikasian ilmu yang telah

(27)

9

diperoleh selama kuliah. Bagi pembaca penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai optimalisasi produksi TBS pada Industri primer CPO dan PK dan sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian selanjutnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini hanya menekankan kepada pengaplikasiaan metode peramalan dekomposisi yang akurat dari variable-variabel harga TBS sehingga tercapai optimalisasi pengadaan bahan baku TBS dalam memproduksi CPO dan PK pada saat sebelum dan sesudah kegiatan Replanting kebun sendiri pada tiap tahapan waktu dengan kendala-kendala yang ada. Sedangkan bagaimana melakukan pengendalian pengadaan bahan baku CPO dan PK serta sistem pengendalian pengadaan yang digunakan dalam pabrik pengolahan kelapa sawit (PKS) PTPN VIII Kertajaya bukan menjadi bagian penelitian ini.

(28)

2.1 Profil Kelapa Sawit

Kelapa sawit (Elacis Guineensis Jacq) adalah tanaman perkebunan berupa pohon batang lurus dari famili Palmae yang tumbuh pada ketinggian 0-500 meter di atas permukaan laut. Tumbuhan ini menyukai tanah yang subur di tempat terbuka dengan kelembaban tinggi 80-90 persen. Kelembaban tinggi dipengaruhi oleh rendah-tingginya curah hujan sekitar 2000-2500 mm setahun. Habitat asli tanaman kelapa sawit adalah daerah semak belukar dan dapat tumbuh dengan baik di daerah Tropis (150LU-150LS)3. Tanaman tropis ini dikenal sebagai penghasil minyak sayur yang berasal dari hutan tropis Afrika Barat, dan menyebar ke Brazil, Amerika Equatorial, Asia Tenggara dan Pasifik Selatan. Benih kelapa sawit pertama yang ditanam di Indonesia pada tahun 1984 berasal dari Mauritius Afrika. Perkebunan kelapa sawit pertama dibangun di Tanahitam, Hulu Sumatera Utara oleh Schadt seorang Jerman pada tahun 1911 (Setyamidjaja, 1991). Perkembangan perkebunan kelapa sawit di Indonesia saat ini telah menyebar tidak hanya di Pulau Sumatra, tetapi sudah meliputi pulau Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan Papua. Pada tahun 2005 luas perkebunan kelapa sawit 2.568 juta hektar, dan diperkirakan pada tahun 2010 luas perkebunan menjadi 3,1 juta hektar dengan produksi minyak sebesar 12,9 ton/tahun.

3

(29)

11

Tanaman kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan ketebalan cangkangnya, yaitu terdiri dari dura, pisifera dan tenera. Dura merupakan jenis kelapa sawit yang buahnya memiliki cangkang tebal, sehingga dianggap memperpendek umur mesin pengolah. Ciri lain dari jenis dura yaitu tandan buahnya besar dan kandungan minyak pertandannya berkisar 18 persen. Buah untuk jenis pisifera umumnya tidak memiliki cangkang, tetapi bunga betinanya steril sehingga sangat jarang menghasilkan buah. Jenis tenera merupakan hasil persilangan antara induk dura dan induk pisifera dengan sifat buah cangkang tipis namun bunga betinanya tetap fertil. Kelapa sawit jenis tenera memiliki keunggulan yaitu persentase daging perbuahnya dapat mencapai 90 persen dan kandungan minyak pertandannya dapat mencapai 28 persen.

Tanaman kelapa sawit memiliki waktu tumbuh 20-25 tahun. Pada tiga tahun pertama disebut sebagai kelapa sawit muda karena belum menghasilkan buah. Kelapa sawit mulai berbuah pada usia tanam 4-6 tahun dan pada usia 7-10 tahun disebut sebagai periode matang (mature periode), dimana pada periode tersebut mulai menghasilkan tandan buah segar (TBS). Tanaman kelapa sawit yang memiliki umur 20-25 tahun mulai mengalami penurunan produksi TBS, terkadang pada usia 25-28 tahun tanaman kelapa sawit tidak dapat lagi menghasilkan TBS.

2.2 Minyak Sawit (CPO)

Tandan Buah Segar Kelapa Sawit yang dipanen memiliki daging dan biji sawit (kernel), dimana daging sawit dapat diolah menjadi crude palm oil (CPO) sedangkan biji sawit diolah menjadi kernel palm oil (PKO). Proses pengekstrasian

(30)

CPO di Pabrik Kelapa Sawit rata-rata 20-24 persen dari buah kelapa sawit, sedangkan PKO 2,5 persen (40-42 persen dari inti sawit). Sisa hasil olahan dari CPO dan PKO adalah berupa serat dan cangkang biji sawit yang dapat dipergunakan sebagai bahan bakar ketel uap (broiler) sebagai tenaga uap (steam) di Pabrik Kelapa Sawit (PKS)4. Proses pengolahan yang dilakukan pada pabrik kelapa sawit PTPN VIII Kertajaya untuk menghasilkan CPO dan PKO dapat dilihat pada Lampiran2.

Produk CPO dan PKO yang dihasilkan merupakan ester asam lemak dan gliserol yang mengandung asam palmitat, oleat, linoleat, stearat, gliserol dan asam laurat. Minyak sawit dapat dipergunakan untuk bahan makanan dan industri melalui proses penyulingan, penjernihan, dan penghilangan bau atau Refined, Bleached and Deodorized Palm Oil (BRDPO) (Naibaho L, 1999). Disamping itu CPO dapat diuraikan untuk produksi minyak sawit padat (RBD Stearin) dan untuk produksi minyak sawit cair (RBD Olein). Produk RBD Olein terutama digunakan untuk pembuatan minyak goreng, dan produk oleokimia seperti fatty acid, fatty alcohol, glycerine, metallic soap, stearic acid, methyl ester dan stearin. Sedangkan RBD Stearin terutama dipergunakan untuk memproduksi margarine dan shortening, selain dipergunakan sebagai bahan baku industri barang konsumen seperti sabun, kosmetika dan deterjen. Pemisahan CPO dan PKO dapat menghasilkan oleokimia dasar yang terdiri dari asam lemak dan gliserol yang dapat menghasilkan 73 persen olein, 21 persen stearin, 5 persen PFAD (Palm Fathy Acif Distillase) dan 0,5 persen limbah.

4

(31)

13

2.3 Persediaan TBS sebagai Bahan Baku CPO

Mulyadi menyatakan bahwa kebutuhan bahan baku merupakan bagian dari sistem pengendalian persediaan produksi. Bahan baku membentuk bagian secara menyeluruh suatu produk jadi yang siap dipasarkan kepada pelanggan dengan menggunakan saluran pemasaran yang ada. Salah satu kebutuhan industri hilir pengolahan CPO yang dipasok dari produksi industri hulu ditentukan oleh besarnya permintaan pasar baik di pasar fisik maupun pasar berjangka. Permintaan CPO sebagai bahan baku dari industri hilir untuk memenuhi kebutuhan internasional dan domestik, berdampak pada meningkatnya luas areal lahan untuk dapat memasok TBS baik berasal dari kebun sendiri, seinduk, dan kebun plasma. Pengadaan bahan baku yang terkait dengan pengolahan CPO berhubungan erat dengan konsep dasar persediaan, sehingga perusahaan dapat merencanakan besarnya kebutuhan TBS yang akan diolah untuk dapat memaksimalkan keuntungan. Kegiatan persediaan yang terdapat dalam perusahaan dibedakan menurut jenis dan posisi barang tersebut dalam urutan pengerjaan produk, yaitu :

1. Persediaan bahan baku (raw materials stock), yaitu persediaan barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi. Bahan mentah yang diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku (input) bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya.

2. Persediaan komponen rakitan (purchased parts/component stock), yaitu persediaan barang yang terdiri dari komponen yang diperoleh dari

(32)

perusahaan lain yang dapat dirakit dengan komponen lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya.

3. Persediaan bahan penolong (supplies stock), yaitu persediaan barang yang diperlukan dalam proses produksi, tetapi tidak merupakan bagian dari barang jadi.

4. Persediaan barang dalam proses (work in process stock), yaitu persediaan barang yang merupakan keluaran dari tiap-tiap bagian dalam proses produksi tetapi masih perlu proses lanjutan.

5. Persediaan barang jadi (finished goods), yaitu persediaan barang yang telah selesai diproses atau diolah dalam pabrik dan siap dijual kepada konsumen.

Peranan persediaan berkaitan dengan tujuan diadakannya persediaan. Persediaan yang diadakan mulai dari bahan mentah sampai barang jadi menurut Assauri (1999) berguna untuk :

1. Menghilangkan risiko keterlambatan datangnya barang atau bahan-bahan yang dibutuhkan perusahaan.

2. Menghilangkan risiko dari material yang dipesan tidak baik sehingga harus dikembalikan.

3. Menumpuk bahan-bahan yang dihasilkan secara musiman sehingga bisa digunakan bila bahan itu tidak ada di pasaran.

4. Mempertahankan stabilitas operasi atau menjamin kelancaran arus produksi.

(33)

15

6. Memberikan pelayanan (service) kepada pelanggan dengan sebaik-baiknya, dimana keinginan pelanggan pada suatu waktu dapat dipenuhi atau memberikan jaminan tetap tersedianya barang jadi tersebut.

7. Membuat pengadaan atau produksi tidak perlu sesuai dengan penggunaan atau penjualannya.

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian tentang komoditas kelapa sawit serta produk olahannya telah banyak dilakukan, demikian pula penelitian tentang pengadaan bahan baku. Dalam penelitian Jafarudin, (2005) mengenai peramalan produksi TBS di kebun percobaan Betung II A dapat disimpulkan berdasarkan pola data produksi tidak stasioner, terdapat unsur trend dan musiman. Analisis metode peramalan terbaik disimpulkan bahwa metode ARIMA memberikan nilai MSE terkecil dibandingkan metode peramalan lainnya, sehingga kebun percobaan Betung II A dapat melakukan perencanaan teknik budidaya menyusun target produksi, perencanaan tenaga kerja, perencanaan transportasi dan perencanaan dana secara tepat.

Setiawan (2002) melakukan penelitian mengenai ”kajian produktifitas dan nilai tambah pengolahan kelapa sawit” (Studi kasus pada PT Perkebunan Nusantara XIII), mengemukakan bahwa produktivitas karyawan masih di bawah standar nasional, sehingga Setiawan menyarankan untuk memperketat seleksi karyawan dan meningkatkan pelatihan. Dari analisis nilai tambah dengan metode Hayami disimpulkan bahwa nilai tambah yang diperoleh perusahaan mengalami

(34)

penurunan cukup besar. Hal ini secara tidak langsung disebabkan oleh kualitas TBS atau nilai rendemen yang rendah dan penurunan produktivitas tanaman.

Penelitian yang berkaitan dengan komoditas kelapa sawit juga dilakukan Sukarni (2001) mengenai pengelolaan tanaman kelapa sawit dengan studi kasus faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas panen di PT Waru Kalimantan Timur Plantation. Tujuan dari penelitian ini adalah mempelajari kegiatan pengelolaan perkebunan tanaman kelapa sawit dan faktor-faktor yang mempengaruhi produktivitas dan keefektifan proses pemanen. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa pemeliharaan di perkebunan merupakan faktor yang harus dikelola untuk menghasilkan tanaman yang sehat dengan kondisi lingkungan yang mendukung potensi produksi menjadi optimal, kegiatan pemeliharaan meliputi pemupukan, pengendalian hama dan penyakit serta pengendalian gulma. Pemanenan merupakan kegiatan yang mendapat prioritas utama dari perkebunan kelapa sawit untuk pencapaian produksi TBS, dimana faktor yang mempengaruhi produksi TBS salah satunya adalah produktivitas panen. Pencapaian produktivitas panen adalah besarnya hasil panen dan tonase dari seorang pemanen atau kelompok. Untuk mendukung produksi panen yang baik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan seperti jalan panen, alat panen, berat janjang rata-rata (BJR), jumlah tanaman produktif, tahun tanam dan topografi.

Yenni (2005) melakukan penelitian mengenai optimalisasi pengadaan tebu sebagai bahan baku gula (Studi kasus di PT Gunung Madu Plantations, Lampung Tengah). Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis pengaruh perubahan tebu balance, kapasitas giling pabrik, luas lahan dan produktivitas lahan terhadap keuntungan optimal, dan pengaruh perubahan harga gula terhadap keuntungan

(35)

17

optimal tanpa mengubah kondisi optimal. Dalam penelitian ini disimpulkan bahwa keuntungan perusahaan dapat ditingkatkan dengan cara menurunkan tebu balance yang diimbangi dengan kenaikan produktivitas. Keuntungan optimal total yang diperoleh perusahaan dengan meningkatkan luas lahan, produktivitas, kapasitas giling pabrik dan penurunan tebu balance mencapai Rp 721.943.260.000,00. Keuntungan pada skenario 3 tersebut meningkat 9,65 persen dari keuntungan total yang diperoleh perusahaan pada kondisi optimal versi awal. Ringkasan mengenai penelitian terdahulu dapat dilihat lebih jelas pada Tabel 5.

Berdasarkan hasil penelitian terdahulu mengenai optimalisasi pengadaan tebu sebagai bahan baku gula, diketahui bahwa perencanaan dengan program linear merupakan alat analisis kuantitatif yang cukup baik untuk membantu penyusunan perencanaan optimal dalam berproduksi sehingga fungsi tujuan untuk memaksimalkan keuntungan dapat tercapai. Penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian terdahulu yaitu menggunakan analisis optimalisasi untuk pengalokasian sumberdaya bahan baku untuk memperoleh tingkat produksi yang optimal.

Pada penelitian yang dilakukan ini memilliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu jenis bahan baku yang digunakan, perusahaan yang diteliti, produk yang dihasilkan dan data-data lain yang dikeluarkan oleh perusahaan. Sehubungan dengan hal tersebut, penelitian mengenai perencanaan optimalisasi pengadaan Tandan Buah Segar sebagai bahan baku industri pengolahan CPO dan PK di PT Perkebunan Nusantara VIII belum ada yang melakukan. Hal ini menjadi acuan bagi penulis untuk melakukan penelitian di perusahaan tersebut.

(36)

Tabel 5. Hasil Penelitian Terdahulu

No Penelitian (Tahun) Judul Metode Hasil

1 Jafarudin (2003) Peramalan Volume

Produksi TBS di Kebun Percobaan Betung II A Metode Kuantitatif model time series Peramalan yang terbaik untuk meramalkan volume produksi TBS adalah metode Arima 2 Setiawan (2002) Kajian produktivitas dan nilai tambah pengolahan kelapa sawit (studi kasus pada PTPN XIII) Analisis Nilai Tambah dengan metode Hayumi Nilai tambah pengolahan kelapa sawit masih rendah dikarenakan kualitas TBS masih rendah

3 Sukarni (2001) Pengelolaan

Tanaman Kelapa Sawit dengan Studi Khusus Faktor yang mempengaruhi produktifitas panen di PT Waru Kalimantan Timur Plantation Analisis Faktor dan Analisis Deskriptif Pemeliharaan di perkebunan merupakan faktor yang harus dikelola untuk menghasilkan produksi menjadi optimal

4 Yanni (2005) Optimalisasi

pengadaan tebu sebagai bahan baku gula (Studi kasus di PT Gunung Madu Plantations, Lampung Tengah). Analisis linear programming dan Analisis Deskriptif Keuntungan optimal total yang diperoleh perusahaan adalah Rp721.943.260.000 Keuntungan pada skenario 3 tersebut meningkat 9,65 persen dari keuntungan total pada kondisi optimal versi awal

(37)

BAB III

KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis 3.1.1 Bahan Baku

Sistem pengadaan bahan baku menurut Austin (1995) dalam Tandyana, 2002 adalah suatu sistem yang menyediakan bahan baku yang cukup dan memiliki kualitas sesuai standar yang ditetapkan pada waktu yang tepat dengan biaya yang wajar. Sedangkan biaya pengadaan adalah sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang, baik telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu (Mulyadi, 2000). Biaya pengadaan atau produksi memiliki pengaruh yang berkebalikan dengan pendapatan, biaya akan mengurangi ekuitas perusahaan dan setiap perusahaan akan berusaha meminimumkan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan sehingga dapat memaksimumkan keuntungan (profit) perusahaan dalam satu periode.

Biaya produksi dapat dibagi menjadi dua yaitu biaya tetap (biaya yang tidak mengalami perubahan meskipun output berubah) dan biaya variabel (biaya yang berkatitan langsung dengan output, dan akan berubah saat output mengalami perubahan). Biaya adalah dasar untuk menentukan harga, sebab suatu tingkat harga yang tidak dapat menutupi biayanya akan mengalami kerugian. Sebaliknya apabila harga melebihi semua biaya (produksi dan operasi maupun nonoperasi) maka akan menghasilkan keuntungan (Swastha dan Sukotjo, 1998). Perusahaan dalam memenuhi kebutuhan bahan bakunya untuk memproduksi CPO dan PK dapat menggunakan data biaya pengadaan bahan baku pada tahun sebelumya

(38)

(histories) sebagai dasar dalam meramalkan besarnya biaya produksi pada jangka waktu satu tahun. Besarnya biaya pengadaan dalam pemenuhan bahan baku dari alternatif yang ada memberikan informasi bagi perusahaan untuk mengetahui jumlah minimal produk yang harus dihasilkan agar perusahaan tidak mengalami kerugian ataupun untung (impas) pada tingkat harga jual pasar yang telah disepakati antara produsen dengan konsumen.

3.1.2 Program Linier

Teknik optimalisasi yang sering digunakan untuk menyelesaikan masalah-masalah optimalisasi berkendala (Constrain optimization problem) adalah teknik linier programming (LP). Menurut Sri (1991), program linier merupakan metode matematika dalam mengalokasikan sumberdaya yang langka untuk mencapai suatu tujuan seperti memaksimumkan keuntungan dan meminimumkan biaya. Program linier berkaitan dengan penjelasan suatu dunia nyata sebagai suatu model matematika yang terdiri dari sebuah fungsi tujuan dan beberapa kendala linier. Program linier merupakan teknik perkiraan sementara. Program linier memiliki batasan-batasan tertentu yaitu batas maksimum dan batas minimum yang diperbolehkan dari koefisien fungsi tujuan maupun kapasitas sumberdaya yang tersedia. Sebelum merumuskan persoalan dengan pemrograman linier, menurut Supranto (1988) diperlukan beberapa komponen, yaitu :

1. Pembuat keputusan

Pemecahan persoalan dengan riset operasi harus jelas siapa yang mempunyai otoritas untuk memulai, mengakhiri, atau mengadakan

(39)

21

modifikasi kebijakan terkait dengan masalah organisasi dan sistem yang diteliti.

2. Tujuan yang akan dicapai

Dalam mempelajari tujuan dapat dilihat secara kualitatif maupun kuantitatif. Riset operasi yang digunakan untuk mencapai tujuan kuantitatif, seperti maksimisasi keuntungan, atau minimisasi biaya. 3. Sistem

Sistem dapat berarti kendala, yaitu sumberdaya yang terbatas, baik jumlah tenaga kerja, mesin, ataupun tingkat output yang diinginkan.

4. Alternatif tindakan

Dalam persoalan riset operasi dengan menggunakan teknik linier programming dimana hanya tersedia input sejumlah tertentu, maka diperoleh kombinasi pemecahan dimana salah satu pemecahan memberikan nilai yang optimum.

Menurut Soekartawi (1995), linier programming (LP) memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dalam menggunakan LP adalah :

1. Mudah dilakukan apalagi jika menggunakan alat bantu komputer

2. Dapat menggunakan banyak variabel, sehingga berbagai kemungkinan untuk memperoleh pemanfaatan sumberdaya yang optimum dapat dicapai. 3. Fungsi tujuan dapat difleksibelkan sesuai dengan tujuan penelitian atau

(40)

Kelemahan dalam menggunakan LP adalah :

1. Bila alat bantu komputer tidak tersedia maka cara LP dengan menggunakan banyak variabel akan menyulitkan analisanya bahkan tidak mungkin dikerjakan dengan manual saja.

2. Penggunaan asumsi linieritas, karena didalam kenyataan yang sebenarnya kadang-kadang asumsi ini tidak sesuai.

Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu persoalan dapat dipecahkan dengan teknik linier programming adalah:

1. Fungsi objektif harus didefinisikan secara jelas dan dinyatakan sebagai fungsi tujuan yang objektif dan linier.

2. Harus ada alternatif pemecahan untuk dipilih salah satu yang terbaik 3. Sumber-sumber dan aktivitas mempunyai sifat dapat ditambahkan

(additivity).

4. Fungsi objektif dan ketidaksamaan untuk menunjukan adanya pembatasan harus linier.

5. Variabel keputusan harus positif, tidak boleh negatif

6. Sumber-sumber dan aktivitas mempunyai sifat dapat dibagi (divisibility) 7. Sumber-sumber dan aktivitas mempunyai jumlah yang terbatas (finiteness) 8. Aktivitas harus proposional terhadap sumber-sumber

9. Model programming deterministic, artinya sumber dan aktivitas diketahui secara pasti (single-valued expectations).

(41)

23

Secara umum model linier programming adalah sebagai berikut: Maksimumkan / minimumkan :

= = n j j jX C Z 1 , untuk j = 1, 2, …, n Dengan kendala : 1. =

j j i X a Z (≤, =, ≥) bj , untuk j = 1, 2, …, n 2. Xj ≥ 0 Dimana :

Z : fungsi tujuan bi : sumber daya yang terbatas

Cj : Koefisien fungsi tujuan Xj: Variabel keputusan

aij : koefisien input-output

Menurut Nasendi dan Anwar (1985), penggunaan model LP dilandasi lima asumsi dasar, yaitu :

1. Linieritas, berarti bahwa perbandingan antara input yang satu dengan input yang lain, atau antara input dan output besarnya tetap dan tidak tergantung pada tingkat produksi

2. Proporsionalitas, berarti pada variabel keputusan (Xj) berubah, maka

dampaknya menyebar dalam proporsi yang sama terhadap fungsi tujuan, (CjXj), dan fungsi kendala (aijXj)

3. Aditivitas, berarti bahwa nilai parameter suatu kriteria optimalisasi merupakan jumlah dari nilai individu-individu (Cj) dalam model LP

tersebut.

4. Divisibility, berarti bahwa variabel-variabel keputusan keputusan (Xj)

dapat dibagi ke dalam pecahan-pecahan jika diperlukan.

5. Deterministik, berarti bahwa semua parameter dalam model LP tetap dan dapat diketahui atau ditentukan secara pasti.

(42)

Asumsi dasar yang menyatakan bahwa semua parameter dalam model diasumsikan dapat diketahui dengan pasti, pada kenyataanya sangat jarang ditemukan masalah dimana terdapat kepastian kondisi yang sesungguhnya karena akan selalu terjadi perubahan waktu, kondisi dan fluktuasi kendala-kendala yang ada. Untuk memecahkan kendala tersebut dibutuhkan suatu analisis sensitivitas. Menurut Soekartawi (1995), analisis sensitivitas penting dilakukan, karena dalam kegiatan sehari-hari faktor ketidakpastian sering terjadi, apalagi dalam sektor pertanian faktor ketidakpastian sering terjadi pada harga dan produktifitas.

Penggunaan program linier dapat dilakukan dengan menggunakan empat jenis analisis yaitu analisis primal, analisis dual, analisis sensitivitas, dan analisis post optimal. Metode simplex primal dimulai dari satu pemecahan dasar yang layak (titik ekstrim) dan berlanjut untuk berulang melalui pemecahan dasar yang layak berikutnya sampai titik optimum tercapai. Dengan analisis primal, dapat

diketahui jumlah alternatif kombinasi produk (Xj) yang terbaik dalam

menghasilkan tujuan Z, dengan kendala keterbatasan potensi produksi sumberdaya yang tersedia (bj).

Analisis dual berfungsi untuk mengetahui penilaian terhadap sumberdaya yang mewakili nilai perunit dari sumberdaya dan pengurangan biaya (reduced costs) yang mewakili kenaikan biaya pengadaan atau penurunan keuntungan dari tiap sumberdaya. Nilai dual yang dihasilkan dalam analisis ini menunjukan perubahan dalam fungsi tujuan apabila sumberdaya tersebut berubah sebesar satu satuan. Penilaian ini dilakukan dengan melihat nilai slack/surplus > 0 dan nilai dual = 0, maka dapat disimpulkan bahwa sumberdaya tersebut keberadaannya berlebihan dan demikian sebaliknya. Sumberdaya dengan nilai = 0 disebut sebagai

(43)

25

kendala pasif, karena tidak akan mengubah fungsi tujuan jika terjadi perubahan sebesar satu satuan. Analisis ini juga mengetahui sumber daya mana saja yang membatasi fungsi tujuan, yaitu dengan cara melihat sumberdaya yang mempunyai nilai dual > 0 disebut kendala aktif yang menjadi pembatas dalam kegiatan produksi.

Analisis sensitivitas merupakan suatu usaha untuk mempelajari pengaruh perubahan dalam parameter model LP terhadap pemecahan optimum (Taha, 1996). Analisis ini terdiri dari analisis perubahan koefisien dari fungsi tujuan dan analisis sisi kanan fungsi tujuan (Right Hand Side). Analisis sensitivitas nilai koefisien fungsi tujuan digunakan untuk melihat selang perubahan koefisien fungsi tujuan (Cj) yang masih diijinkan agar nilai optimal variabel keputusan tidak

berubah. Analisis sensitivitas ruas kanan kendala menunjukan selang perubahan nilai ruas kanan kendala (bj) yang masih diijinkan agar tetap mempertahankan

kondisi feasible awal (tidak mempengaruhi nilai dual price kendala bersangkutan) dengan parameter lain dipertahankan konstan. Tujuan akhir dari analisis ini adalah untuk memperoleh informasi tentang pemecahan optimum yang baru dengan perhitungan tambahan yang minimal.

3.1.3 Teori Optimalisasi

Persoalan optimalisasi adalah suatu persoalan untuk membuat nilai suatu fungsi beberapa variabel menjadi maksimum atau minimum dengan memperhatikan pembatasan-pembatasan yang ada. Setiap perusahaan atau organisasi tentunya memiliki keterbatasan atas sumberdayanya, baik keterbatasan dalam jumlah bahan baku, tenaga kerja, jam kerja mesin maupun modal. Adanya

(44)

keterbatasan ini membuat perusahaan perlu mencari suatu alternatif strategi yang mengoptimalkan hasil yang dicapainya baik itu berupa keuntungan yang maksimal maupun biaya yang minimum (Herjanto dalam Hendrik, 2006).

Analisis optimal dilakukan untuk mengetahui kombinasi produksi optimal yang dapat menghasilkan keuntungan yang maksimal, alokasi penggunaan terhadap sumberdaya, dan untuk mengetahui selang kepekaan dari koefisien fungsi tujuan dan nilai ruas kanan yang akan tetap mempertahankan solusi optimal dengan parameter lainnya dianggap konstan (Fransiska, 2003).

Menurut Supranto dalam Esty (2005), riset operasi adalah aplikasi metode ilmiah terhadap permasalahan yang kompleks dalam mengarahkan dan mengendalikan sistem yang luas mengenai kehidupan manusia, mesin-mesin, material, dan uang dalam industri, bisnis, pemerintahan, dan pertahanan. Tujuannya adalah membantu manajemen untuk menentukan kebijakan dan tindakannya secara ilmiah. Sehingga dalam setiap operasionalisasinya, perusahaan dapat menerapkan rancangan model yang menyesuaikan dengan tujuan perusahaan dalam memaksimalakn keuntungan.

Menurut Taha dalam Esty (2005), ada beberapa tahap yang harus dilalui untuk melakukan studi Riset Operasi, yaitu :

1. Defenisi masalah

Dari sudut pandang Riset Operasi, hal ini menunjukan tiga aspek utama, yaitu deskriptif tentang sasaran atau tujuan dari studi tersebut, identifikasi alternatif keputusan dari sistem tersebut, dan pengenalan tentang keterbatasan, batasan, dan persyaratan sistem tersebut.

(45)

27

2. Pengembangan model

Dalam memutuskan model yang paling sesuai perlu dilihat apakah model tersebut dapat menyatakan ekspresi kuantitatif dari tujuan dan batasan masalah dalam bentuk variabel keputusan.

3. Pemecahan model

Pemecahan model dicapai dengan menggunakan teknik-teknik optimalisasi yang didefenisikan dengan baik dan model tersebut dikatakan menghasilkan sebuah pemecahan optimal.

4. Pengujian keabsahan model

Sebuah model dikatakan absah jika dapat memberikan prediksi yang wajar dari kinerja sistem. Satu metode umum untuk menguji keabsahan model adalah membandingkan kinerjanya dengan data masa lalu yang tersedia untuk sistem aktual tersebut.

5. Implementasi hasil akhir

Implementasi melibatkan penerjemahan hasil menjadi petunjuk operasi yang terperinci dan disebarkan dalam bentuk yang mudah dipahami kepada para

individu yang akan mengatur dan mengoperasikan sistem yang

direkomendasikan tersebut.

3.2 Konsep Dasar Peramalan Produksi Tandan Buah Segar 3.2.1 Peramalan (Forecast)

Pada dasarnya aktivitas perencanaan produksi merupakan suatu fungsi bisnis yang berusaha memperkirakan besarnya kuantitas yang akan dicapai pada waktu yang akan datang sesuai dengan kualitasnya, sehingga dapat memperoleh

(46)

keuntungan yang maksimal secara efisien dan efektif dalam pelaksanaanya. Dengan demikian dalam perencanaan yang dilakukan oleh perusahaan tidak dapat terlepas dari implementasi aktivitas peramalan dengan variabel-variabel peramalan berdasarkan data waktu historis. Perencanaan produksi biasanya dilakukan berdasarkan ramalan produksi menggunakan teknik-teknik peramalan dengan model peramalan deret berkala/time series dan kausal (regresi).

Berdasarkan sifatnya, peramalan dibagi menjadi dua kategori utama yaitu metode kualitatif dan metode kuantitatif (Makridakis, et al, 1999). Peramalan kualitatif didasarkan pada intuisi atau pengalaman empiris dari perencanaan atau pengambil keputusan sehingga relatif lebih subjektif. Metode kualitatif memberikan hasil yang membias ketika beberapa individu tertentu mendominasi proses peramalan melalui reputasi, kekuatan kepribadian, atau posisi strategis dalam organisasi.

Peramalan metode kuantitatif memiliki sifat yang objektif karena didasarkan pada keadaan aktual berdasar hasil olah data dengan menggunakan metode peramalan tertentu. Peramalan kuantitatif dapat diterapkan bila terdapat tiga kondisi berikut :

1. Tersedianya informasi masa lalu (data historis).

2. Informasi tersebut dapat dikuantitatifkan dalam bentuk data numeric. 3. Dapat diasumsikan bahwa pola masa lalu akan terus berlanjut di masa

mendatang.

Pada dasarnya peramalan kuantitatif bersifat eksploratif yang didasarkan pada suatu pola data atau hubungan sebab akibat antara jenis data yang dipakai. Peramalan kuantitatif mengasumsikan bahwa pola data atau hubungan sebab

(47)

29

akibat antara data masih akan berlaku pada periode yang akan datang. Apabila terjadi perubahan pola data atau hubungan sebab akibat, maka hasil ramalan menjadi kurang akurat. Oleh karena itu, perlunya pendekatan pemantauan (monitoring) yang dilakukan untuk menentukan ada tidaknya perubahan pola data.

Dalam menggunakan metode peramalan, ketepatan merupakan salah satu kriteria dalam memilih suatu model peramalan. Ketepatan juga menunjukkan sampai seberapa jauh model mampu menghasilkan ramalan yang tidak jauh berbeda dengan keadaan aktualnya. Penggunaan kriteria yang dijadikan pedoman dalam memilih teknik peramalan yang sesuai bagi data yang ingin diramal dibagi menjadi empat kriteria, yaitu : akurasi, jangkauan peramalan, biaya, dan kemudahan dalam penerapan. Walaupun terdapat banyak ukuran akurasi peramalan, tidak ada sebuah ukuran yang diakui umum sebagai ukuran paling baik karena setiap ukuran memiliki kelebihan dan kekurangan. Namun, ukuran yang paling sering digunakan adalah nilai dari rata-rata kuadrat deviasi atau Mean

Square Error (MSE), Mean Absolute Percentage Error (MAPE), dan Mean

Absolute Deviation (MAD). Metode peramalan yang memberikan nilai MSE, MAPE dan MAD yang semakin kecil dapat dianggap sebagai metode yang terbaik untuk digunakan (Mulyono, 2000).

3.2.2 Kegiatan Replanting

Dalam manajemen pengolahan kelapa sawit, aktivitas pemasok bahan baku produksi merupakan hal yang pasti diperlukan dengan adanya pengelolaan pengadaan bahan baku baik yang diproduksi sendiri maupun berasal dari mitra usaha perusahaan. Kebutuhan bahan baku yang berasal dari kebun sendiri yang

(48)

belum mencukupi untuk diproduksi, mengakibatkan keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan tidak maksimal. Dalam upaya memaksimalkan potensi produksi bahan baku yang dihasilkan dari kebun sendri, maka perusahaan melakukan kegiatan peremajaan (Replanting) berdasarkan umur ekonomis tanam kelapa sawit yang telah melewati masa produktifnya. Kegiatan peremajaan yang dilakukan oleh PTPN VIII merupakan salah satu upaya yang dilakukan untuk keberlanjutan memproduksi CPO dan PK yang dihasilkan dari Pabrik Kelapa Sawit PTPN VIII Kertajaya.

Kegiatan peremajaan yang dilakukan pada luas areal yang telah ditetapkan seluas 500 Ha merupakan kegiatan penanaman kembali tanaman dengan jenis bibit yang sama serta memenuhi kriteria replanting. Kegiatan replanting yang dilakukan pada PTPN VIII dilakukan dengan melihat jumlah produksi per hektar apakah sudah berada dibawah batas minimum produksinya berdasarkan klasifikasi lahan dan produksi dengan umur tanaman sudah mencapai 25 tahun. Selain itu, para mandor panen juga melihat keadaan dan persediaan cadangan buah dari tiap pohon yang masih produktif untuk dipanen dan akan diangkut untuk diolah di pabrik pengolahan kelapa sawit.

Adapun metode kegiatan replanting yang dilakukan dalam bagian kegiatan produksi bahan baku CPO oleh PTPN VIII adalah dengan dua cara. Cara pertama dilakukan dengan cara menyuntik tanaman yang hendak diremajakan dengan bahan kimia yang bersifat racun di pucuk tanaman, yang membuat tanaman hanya mampu untuk hidup selama 2-3 bulan dan menanam tanaman kelapa sawit disampingnya. Hal ini dilakukan karena batang tanaman yang telah tua sangat keras sehingga sulit mencari alat yang mampu menebangnya, selain fungsinya

(49)

31

sebagai tanaman pelindung bagi tanaman baru. Kegiatan peremajaan dapat juga dilakukan dengan cara menebang langsung pohon kelapa sawit yang akan diremajakan dan menanam tanaman baru diareal yang telah ditentukan dengan menggunakan alat mesin potong pohon listrik, sehingga tanaman baru dapat segera ditanaman pada lahan tanaman kelapa sawit lama.

3.3 Kerangka Berpikir Operaisonal

Perumusan perencanaan pengadaan TBS sebagai bahan baku CPO dan PK pada tingkat optimal bertujuan untuk mengetahui kombinasi aktivitas pengadaan TBS yang dapat memberikan keuntungan maksimal bagi perusahaan untuk diolah di pabrik kelapa sawit (PKS). Kegiatan ini dimulai ketika perusahaan melakukan kegiatan replanting pada kebun sendiri, sehingga produksi bahan baku utama yang berasal dari kebun sendiri berkurang kuantitasnya. Sehingga perusahaan perlu menentukan potensi produksi kebun sendiri berdasarkan umur tanaman dan luas areal tertentu baik yang akan mengalami peremajaan, maupun tanaman yang telah diremajakan pada periode waktu yang telah ditentukan. Dalam melihat potensi keuntungan maksimal perusahaan pada periode tahun mendatang, maka kegiataan analisis pengadaan TBS dibagai dalam 2 tahapan waktu, dimulai dari sebelum melakukan replanting dan pertama kali melakukan replanting setelah melewati umur tanaman belum menghasilkan (TBM) kelapa sawit dan siap dipanen pada luas lahan 500 Ha. Kegiatan peramalan dilakukan terhadap faktor biaya dan harga yang terjadi seperti biaya pengadaan dari setiap sumber pasokan bahan baku dan biaya produksi serta harga jual produk berdasarkan data tahun 2006, 2007 dengan metode dekomposisi terbaik. Sedangkan besarnya biaya yang

Gambar

Tabel  3.  Perkembangan  Luas  Areal  Perkebunan  Kelapa  Sawit  Indonesia  Tahun 1999-2005 (Ha)
Tabel 4. Produksi Minyak Sawit (CPO) Indonesia Tahun 1999-2005 (Ton)
Tabel 5. Hasil Penelitian Terdahulu
Gambar 1.Kerangka Pemikiran Operasional Analisis Sensitivitas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rencana strategis ini memuat Prioritas Pembangunan Kabupaten Cilacap yang merupakan bagian tugas pokok dan fungsi Dinas Bina Marga Sumber Daya Air Energi dan Sumber Daya Mineral

Adaptasi ternak terhadap pakan yang akan diberikan dalam penelitian ini dilakukan dengan tujuan agar terdapat masa penyesuaian ternak terhadap pakan baru dari

Disana ada sebatang pohon yang menjulur keluar dan duduklah seekor monyet besar lainnya dalam posisi berjaga …… tetapi, begitu melihat dibawah sudah datang Koay Ji, monyet

Jika kita ingin melihat transaksi Pembayaran barang yang telah dilakukan secara keseluruhan maka kita bisa tekan tombol VIEW ALL kemudian data akan tampil di flexgrid. Gambar

Marketing Plan Financial Plan Business Plan Production Plan No more Yes Master production schedule Material requirements planning Capacity requirements planning

Dari serangkaian tahapan penelitian yang telah dilaksanakan, validasi instrumen penilaian portofolio pada aspek format, konstruksi, dan bahasa dinyatakan memenuhi

Berdasarkan simpulan yang te- lah diuraikan perlu mengajukan sa- ran-saran sebagai berikut: (1) bagi siswa, hendaknya lebih bersemangat dalam belajar dan berperan

Estimasi median usia yang dicapai dari maturasi seksual tahap 2 sampai 5 berdasarkan perkembangan rambut pubis pada laki-laki Kabupaten Sragen adalah sebagai berikut : tahap 2