• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV GAMBARAN UMUM HUBUNGAN PERDAGANGAN JEPANG- INDONESIA DAN IJEPA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB IV GAMBARAN UMUM HUBUNGAN PERDAGANGAN JEPANG- INDONESIA DAN IJEPA"

Copied!
24
0
0

Teks penuh

(1)

23

BAB IV

GAMBARAN UMUM HUBUNGAN PERDAGANGAN JEPANG-INDONESIA DAN IJEPA

Sejak terjadinya perang dunia kedua, Jepang telah menjadi raksasa industri, khususnya industri baja. Industri baja Jepang telah bertumbuh sejak akhir era Tokugawa dan di era Restorasi Meiji menyusul keterlibatan Jepang sebagai salah satu aktor penting dalam perang dunia kedua.8 Bahkan setelah kekalahannya dalam perang dunia kedua pada tahun 1945, Jepang masih bisa kembali menjadi negara dengan industri teknologi terbesar di Asia pada 1950 dan ikut mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Asia Timur. Meskipun Jepang merupakan negara yang perekonomiannya disegani saat itu, Jepang menolak gagasan tentang perdagangan bebas atau FTA (Free Trade Agreement) karena dinilai mencederai pasal 1 GATT tentang asas non-diskriminasi (Most Favoured Nation) (Sutton, 2007).9 Namun hal ini berubah pada tahun 2001 dimana perdana menteri yang baru, Junichiro Koizumi, mengubah sejumlah kebijakan ekonomi yang ada di Jepang, khususnya kebijakan dalam pengembalian stabilitas ekonomi pasca krisis moneter tahun 1997 yang terjadi di Asia saat itu dan mulai memperlihatkan pola perdagangan bebas dengan negara lain. Hal ini dibuktikan dengan adanya koizumi doctrine dimana terjadi fokus kebijakan Jepang yang ingin memperluas pengaruhnya di regional Asia Tenggara dan pasifik melalui ASEAN.10 Kerjasama tersebut dimaksudkan untuk memperkuat kerjasama ekonomi dan perdagangan bebas antar kawasan yang mana saat itu masih difokuskan ke Singapura (Singapura

8 Ono, Kazuichiro; Namba, Heitaro. 1955. The Growth of iron and Steel in Japan and the Problem of Raw Materials. Kyoto. Kyoto University Economic Review.

9 Sutton, Michael. 2007. Free Trade Agreements, the World Trade Organization and Open Trade. Ritsumei Bulletin Vol 20-1. Ritsumeikan University, Japan

10 Koizumi Doctrine adalah doktrin penguatan kerjasama di bidang perdagangan dengan

negara-negara di Asia Tenggara khususnya Singapura yang dicetuskan oleh Junichiro Koizumi, PM Jepang pada tahun 2002

(2)

24 sebagai jalur perdagangan Jepang ke Eropa dan Timur Tengah) (Dharmastuti, 2009).11

Jepang melihat ASEAN sebagai pasar yang potensial. Meskipun Jepang salah satu mitra penting bagi ASEAN, Jepang masih harus bersaing dalam merebut pengaruh di pasar ASEAN melawan China yang telah masuk lebih dahulu dengan kerjasamanya yakni ACFTA (ASEAN-China Free Trade Agreement). Indonesia sendiri merupakan negara yang memiliki pengaruh besar di Asia Tenggara. Mulai dari segi populasi, total populasi Indonesia adalah sebesar 266,91 juta penduduk dengan total usia produktifnya sebesar 68% dari total jumlah penduduk atau sebesar 183,36 juta jiwa.12 Kemudian dari luas wilayah Indonesia memiliki luas wilayah sebesar 5.455.675 km2 dan 3.544.744 km2 yang merupakan lautan. Dari sumber daya alam, Indonesia merupakan negara dengan tingkat biodiversitas tertinggi kedua di dunia setelah Brasil.13 Pada tahun 2017, nilai perekonomian Indonesia dilihat dari Produk Domestik Bruto (PDB) adalah sebesar USD 1 triliun dan mengalahkan 9 negara anggota ASEAN lain termasuk Singapura, Thailand dan Malaysia.14 Dari segala jenis aspek di atas, tidak salah untuk menilai jika Indonesia merupakan mitra yang tepat bagi Jepang yang ekonominya sedang terus bertumbuh. Jepang sendiri memiliki banyak kepentingan yang ingin dicapai di Indonesia khususnya di bidang industri. Kepentingan tersebut tentu saja kebutuhan Jepang atas sumber daya alam seperti minyak dan gas serta tenaga kerja di Indonesia.

Jepang dengan industrinya yang terus maju, membutuhkan sumberdaya yang cukup banyak termasuk juga energi untuk bisa memenuhi kebutuhan

11 Darmastuti, Shanti. 2009. Persaingan Ekonomi Antara Jepang dan Cina di ASEAN : Tantangan dan Pengaruhnya bagi Indonesiai. Jakarta. Universitas Indonesia.

12 Kata Data. 2019. Jumlah Penduduk Indonesia 2019 Mencapai 267 Juta Jiwa.

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/01/04/jumlah-penduduk-indonesia-2019-mencapai-267-juta-jiwa. dikutip dari Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (2018) diakses pada 9 Agustus 2019

13 Hitipeuw J. 2011. Indonesia, The World's Second Mega Biodiversity Country. Dikutip dari

Kompas, 16 Mei 2011.

14 Kata Data. 2019. Ekonomi Indonesia Terbesar di Asia Tenggara.

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2019/04/10/ekonomi-indonesia-terbesar-di-asia-tenggara. dikutip dari ASEAN Secretary (2018). Diakses pada 9 Agustus 2019

(3)

25 produksi dan membutuhkan tenaga kerja yang banyak dan murah, mengingat usia produktif warga Jepang yang terus menurun tiap tahunnya. Industri Jepang didominasi oleh sektor manufaktur seperti pertambangan, logam (aluminium dan stainles) nonferrous, petrokimia, farmasi, bioindustri, pembuatan kapal, aerospace, tekstil, dan makanan olahan. Sedangkan ekspor utama Jepang merupakan produk-produk industri otomotif dan kelistrikan seperti kendaraan bermotor, suku cadang mobil, mesin pembangkit listrik, produk besi dan baja, semikonduktor, bahan plastik dan komputer. Sektor industri Jepang menyumbang sebanyak USD 728 miliar terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) yang sebesar USD 5,18 triliun dimana sektor industri menyumbang sebesar 27,5% dari total PDB.15

Besarnya sektor industri Jepang, memerlukan jumlah tenaga kerja yang besar pula. Saat ini total populasi Jepang sebanyak 126,168,156 jiwa dimana jumlah usia produktif nya (usia 15-64 tahun) adalah sebesar 74,326,812 jiwa atau 58.92% dari total populasi. Jauh lebih banyak dibandingkan usia tidak produktif (0-14 tahun dan di atas 65 tahun) yang sebesar 36,598,259 jiwa atau 41.09% dari total populasi.16 Meskipun terlihat seimbang, namun sebenarnya angka usia tidak produktif di Jepang terus meningkat dimana usia produktif Jepang terus menurun tiap tahunnya dan pada 2050 diperkirakan usia tidak produktifnya (usia di atas 65 tahun) adalah sebesar 40% dari total populasi. Hal ini menyebabkan Jepang perlu menemukan mitra kerjasama yang dapat menyediakan angkatan kerja yang cukup bagi industrinya.17

15 Benjamin Elisha Sawe. 2019. The Economy Of Japan. World Atlas.

https://www.worldatlas.com/articles/the-economy-of-japan.html diakses pada 13 September 2019.

16 The World Factbook. 2019. SouthEast Asia : Japan. Central Intelligence Agency.

https://www.cia.gov/library/publications/the-world-factbook/geos/ja.html diakses pada 13 September 2019.

17 World Population Review. 2019. Japan Population 2019.

http://worldpopulationreview.com/countries/japan-population/ diakses pada 13 September 2019.

(4)

26

Tabel 1.0 Kapasitas Produksi Energi Jepang Berdasarkan Sumber Energi

Sumber Energi Total (billion) Per Kapita Persentase

Energi Fosil 1,840.38 bn kWh 14,545.11 kWh 71,0 % Energi Nuklir 25.92 bn kWh 204.86 kWh 1,0 % PLTA 207.37 bn kwh 1,638.89 kWh 8,0 % Energi Terbarukan 518.42 bn kWh 4,097.21 kWh 20,0 % Total Kapasitas Produksi 2,592.08 bn kWh 20,486.07 kWh 100,0 % Sumber : World Data-Japan Energy Consumption18

Tabel 2.0 Keseimbangan Energi Jepang

Listrik Total (billion) Per Kapita

Total Penggunaan 943.70 bn kWh 7,458.36 kWh

Produksi 989.30 bn kWh 7,818.75 kWh

Minyak Mentah Barel Per Kapita

Produksi 3,841.00 bbl 0.000 bbl

impor 3.21 m bbl 0.025 bbl

Gas Alam Meter Kubik (billion) Per Kapita

Penggunaan 127.20 bn m3 1,005.30 m3

Produksi 3.06 bn m3 24.17 m3

Impor 116.60 bn m3 921.53 m3

Ekspor 169.90 m m3 1.34 m3

Sumber : World Data - Japan Energy Consumption19

Selain tenaga kerja, dibutuhkan juga pasokan energi yang besar. Konsumsi energi listrik di Jepang adalah sebesar 943,70 miliar kWh per tahun secara total, dan konsumsi energi per kapita nya rata-rata sebesar 7.458 kWh. Kapasitas produksi energi Jepang sendiri dipasok dari ketersedian energi fosil yang menyumbang sebesar 71% dari total kapasitas produksi energi dan sisanya disediakan oleh sumber energi bersih terbarukan seperti Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) dan tenaga nuklir (lihat tabel 1.0). Energi yang diproduksi oleh Jepang meliputi gas alam dan minyak bumi, tidak dapat memenuhi kebutuhan energi nya. Sebagai upaya memenuhi pasokan gas alam

18 World Data. 2019. Energy Consumption in Japan. World Data.info.

https://www.worlddata.info/asia/japan/energy-consumption.php diakses pada 13 September 2019.

(5)

27 dan minyak bumi nya, Jepang harus melakukan importasi. Produksi Jepang atas minyak bumi adalah sebesar 3,841 barel minyak bumi sedangkan impor minyak bumi yang dibutuhkan Jepang lebih banyak yakni 3.21 juta barel minyak bumi. Sedangkan untuk gas alam, Jepang mengimpor sebesar 116.60 juta m3 gas alam karena Jepang hanya mampu memproduksi gas alam rata-rata sebesar 3.06 juta m3 (lihat tabel 2.0). Bentuk ketergantungan Jepang atas energi fosil mengalami perubahan pada rentang waktu tahun 1973 saat Jepang masih sangat bergantung pada minyak bumi dimana komposisi sumber energi Jepang didominasi oleh minyak bumi. Krisis harga minyak yang dipicu perang Arab-Israel membuat Jepang menyadari pentingnya alternatif energi lain seperti gas alam, batu bara dan energi nuklir. Pada tahun 2010 sumber energi seperti nuklir, gas alam dan juga batu bara naik signifikan dan Jepang tidak lagi bergantung terhadap minyak bumi.20

Jepang sebagai salah satu negara Industri manufaktur terbesar di Asia harus menjaga pasokan energi nya dalam bentuk gas alam atau LNG (Liquified Natural Gas). Sejak tahun 1970-an Jepang telah memasok gas alam dari Indonesia yang mana pada periode tersebut mencapai 50%-70% ekspor gas alam Indonesia ke Jepang. Jepang juga melakukan kerjasama bilateral dengan Indonesia dalam pengadaan LNG dengan mendirikan dua fasilitas pengolahan LNG yakni Arun di Lhokseumawe Provinsi NAD dan Badak di Bontang Provinsi Kalimantan Timur, yang dibangun pada 1970 dalam kontrak pasokan ke Jepang. Produk migas yang diimpor Jepang meliputi gas alam (LNG), minyak bumi dan batu bara. Nilai perdagangan ketiga komoditas tersebut mengalami kenaikan dari tahun 2009 hingga tahun 2011 dan nilai perdagangannya menurun pada tahun-tahun selanjutnya kecuali untuk komoditas minyak bumi.

20 Ministry of Economy, Trade and Industry Agency for Natural Resources and Energy. 2016. Japan’s Energy : 20 Questions to Understand the Current Energy Situation. Tokyo. Ministry of Economy, Trade and Industry. https://www.enecho.meti.go.jp/about/pamphlet diakses pada 13 September 2019

(6)

28

Tabel 3.0 Impor Produk Migas Jepang dari Indonesia Products

(HS Code)

2008 2009 2010 2011 2012 2013

Petroleum gas and other gaseous hydrocarbons (2711) 8,483,754 5,053,571 6,238,488 7,341,610 5,839,886 5,118,133 Coal Briquettes, ovoids and similar solid fuels manufactured from coal (2701) 3,818,180 3,174,704 3,358,462 4,492,240 4,413,905 3,779,788 Patroleum oils and oils obtained from bituminous minerals, crude (2709) 4,731,447 1,372,379 2,406,021 4,481,688 5,899,242 4,913,999 Sumber : Trademap.org

Jepang juga melihat Indonesia sebagai mitra investasi yang potensial karena Jepang merupakan investor asing terbesar di Indonesia dengan jumlah kumulatif investasi yang sebesar USD 39 milyar pada 2005, yang berarti mencapai 13% total investasi asing Indonesia.21 Katori Yashinori, Duta Besar Jepang untuk Indonesia, dalam wawancaranya dengan The Jakarta Post mengatakan terdapat 1.200 dan 1.300 perusahaan Jepang yang beroperasi di Indonesia dimana Jepang telah berinvestasi di Indonesia sejak lama, terutama di bidang otomotif, barang elektronik, dan sektor energi dan pertambangan.22 Investasi Jepang di Indonesia di bidang pertambangan sebelum dimulainya IJEPA adalah senilai USD 73.9 juta pada 31 Juni 2008 dan meningkat nilainya

21 Atma winata, Achdiat dkk. Op Cit. 2008. Hlm.28.

22 Novan, Iman Santosa. 2012. Japan, Indonesia to Strengthen Ties. The Jakarta Post.

https://www.thejakartapost.com/news/2012/12/12/japan-indonesia-strengthen-ties.html diakses pad a13 September 2019

(7)

29 USD 293.1 juta pada 30 September 2008.23 Peningkatan investasi ini dinilai cukup signifikan dilihat dari perbedaan waktu sebelum dan sesudah perjanjian IJEPA berjalan, yakni tumbuh sebanyak 300%.

Investasi sendiri merupakan hal penting karena mampu mendongkrak roda perekonomian, menurunkan laju inflasi dan merangsang produktivitas. Hal ini menjadi win-win solution bagi kedua negara karena di samping Jepang dapat membentuk basis produksi (production based country) perusahaan multinasionalnya di Indonesia untuk bisa lebih menghemat biaya produksi dan upah tenaga kerja yang relatif lebih murah, hal ini juga penting bagi Jepang agar lebih mudah dalam memasuki pasar ASEAN. Indonesia juga diuntungkan dengan adanya penyerapan tenaga kerja dan investasi untuk menjalankan agendanya dalam pembangunan nasional. Selain meningkatkan pertumbuhan finansial, Indonesia juga perlu meningkatkan pertumbuhan ekonomi di sektor riil supaya tidak terjadi krisis ekonomi.

4.1.Gambaran Umum IJEPA

Sebagai bentuk sinergi kepentingan antara kedua negara, maka kerjasama bilateral kedua antara Jepang dan Indonesia pun mulai diinisiasikan oleh kedua kepala negara yakni Presiden Susilo Bambang Yudoyono dan perdana menteri Jepang Junichiro Koizumi yang membahas pentingnya EPA (Economic Partnership Agreement) dalam forum APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation) Summit Meeting di Chile. Hal ini direspon secara positif oleh pemerintah Indonesia, ditandai dengan kunjungan presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono ke Jepang dalam rangka menyetujui kesepakatan dimulainya perundingan FTA dengan kerangka Indonesia-Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA). Perundingan terus berjalan sejak tahun 2005 hingga 2007 dan setelah melewati negosiasi yang panjang, akhirnya disepakati kerjasama perdagangan IJEPA pada 20 Agustus 2007 yang ditandatangani oleh presiden

23 Databoks. 2016. Investasi Langsung di Indonesia Sektor Pertambangan dan Penggalian dari Jepang 2004-2016. Kata Data. Dikutip dari Bank Indonesia 2016. https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2016/05/12/investasi-langsung-di-indonesia-sektor-pertambangan-dan-penggalian-dari-jepang-2004--2016 diakses pada 19 Agustus 2019.

(8)

30 RI Susilo Bambang Yudhoyono dan perdana menteri Shinzo Abe dan mulai berjalan (entry force) sejak 1 Juli 2008.24

Perjanjian IJEPA menjadi unik karena berbeda dari semua perjanjian yang telah Indonesia jalankan dengan negara lainnya. Dalam IJEPA, Jepang menjamin untuk membantu Indonesia dalam mengembangkan mutu produknya di bidang manufaktur. Pengembangan mutu produk Indonesia menjadi penting untuk meningkatkan kualitas produk perdagangan Indonesia. Hal ini harus dilakukan untuk mencegah rendahnya tingkat kepercayaan konsumen, dalam hal ini masyarakat Jepang, terhadap produk impor Indonesia.25

IJEPA merupakan sebuah perjanjian perdagangan antara Indonesia dan Jepang yang mengatur mengenai perdagangan dan investasi dimana kedua negara sepakat untuk mengurangi hambatan perdagangan. Tujuan dari IJEPA sendiri adalah memfasilitasi, mempromosikan dan meliberalisasikan perdagangan barang dan jasa antara kedua negara. Selain itu juga meningkatkan investasi dan melindungi hak kekayaan intelektual dan meningkatkan kerjasama di bidang industri dan yang terutama adalah mempromosikan kerjasama dalam rezim perdagangan antara kedua negara.

IJEPA sendiri memiliki 3 prinsip dasar dalam perundingannya. Pertama adalah prinsip single undertaking (nothing is agreed until everything is agreed) dimana prinsip ini menegaskan jika segala bentuk hasil perundingan tidak akan disepakati dan disetujui sampai semua benar-benar disepakati. Dalam kesepakatan Indonesia dan Jepang, liberalisasi perdagangan tidak hanya berlaku bagi perdagangan barang tetapi juga perdagangan jasa dan harus sesuai dengan sektor usaha (pasar) dalam. Sektor jasa sendiri terbagi ke dalam 12 sektor yakni jasa bisnis, jasa komunikasi, jasa konstruksi, jasa distribusi, jasa pendidikan, jasa lingkungan, jasa keuangan, jasa kesehatan, terkait dengan sosial, jasa pariwisata, jasa rekreasi, jasa budaya-olahraga dan jasa transportasi.

24 Atma winata, Achdiat dkk. 2009. Op Cit. Hlm 3-16.

25 Fitri, Nafira. Titah Putu. Kebijakan Jepang di Kawasan Asia Tenggara melalui Penandatanganan “Joint Declaration on AJCEP” di Era Kepemimpinan Junichiro Koizumi. Universitas Udayana.

(9)

31 Kedua, adanya permintaan klasifikasi tarif produk berdasarkan HS Code (Harmonized System) dan ketentuan produknya berdasarkan surat keterangan asal atau SKA (rules of origin). Indonesia sendiri membuka lebih banyak pos tarif dari Jepang yakni 93% dari 11.163 pos tarif line-nya bagi produk-produk Jepang dan sebanyak 58% tarif line nya berlaku sejak perjanjian mulai diimplementasikan pada 1 Juli 2008. Jepang sendiri membuka 90% dari 9.275 pos tarifnya dan 80% dari tarif line tersebut berlaku sejak perjanjian dimulai.

Ketiga, penurunan dan penghapusan tarif bersifat bertahap sesuai dengan kategori dan golongan tiap komoditas apakah masuk kedalam kategori jalur cepat, jalur biasa dan daftar komoditas yang tidak termasuk kedalam perjanjian. Kesepakatan penurunan dan pengurangan tarif didasarkan pada modal penurunan tarif dan dilakukan secara bertahap berdasarkan waktu hingga menjadi 0%. Tahapan tersebut dibagi menjadi 6 kelompok yakni A, B3, B5, B7, B10, B15, X dan P.26

IJEPA sebagai perjanjian yang bertujuan meningkatkan intensitas perdagangan di antara kedua negara, memiliki tiga pilar utama sebagai dasar perjanjian yaitu : Facilitation, Liberalitation, Cooperation.

a. Liberalisasi perdagangan merupakan bentuk pengurangan dan peniadaan hambatan tarif dan non tarif dengan menyederhanakan birokrasi dan aturan serta regulasi yang mengikutinya.

b. Fasilitasi perdagangan merupakan upaya pemerintah kedua negara dalam meningkatkan peran serta kinerja lembaga bea cukai, penanganan di pelabuhan (port holding) dan jasa-jasa yang berperan dalam memudahkan kegiatan perdagangan kedua negara.

c. Kerjasama perdagangan yang ada dalam perjanjian IJEPA terkait dengan kerjasama yang terjadi di luar bidang perdagangan. Dengan tingginya pos tarif yang dibuka oleh Indonesia tidak sebanding dengan Jepang membuat Jepang memberikan kompensasi bagi Indonesia berupa program MIDEC. MIDEC berfungsi sebagai roda

26 Petunjuk pelaksanaan Impor Barang Dalam Rangka Skema IJEPA-Direktorat Teknis

(10)

32 penggerak pembangunan bagi sumberdaya (capacity building) Indonesia di bidang manufaktur dimana Jepang memberikan bantuan seperti materi dasar, pelatihan dan bantuan teknis dimana terdapat juga seminar/workshop dan kunjungan lapangan.

Perjanjian IJEPA dituangkan kedalam 15 pasal dan 154 ayat yang mengatur hal-hal terkait : Perdagangan barang; Surat keterangan asal (Rules of Origin); Prosedur Bea Cukai; Investasi; Perdagangan jasa; Perpindahan orang; Kerjasama energi dan sumber mineral; Hak kekayaan intelektual; Fasilitasi pemerintah; Kerjasama dan Perbaikan lingkungan usaha. Salah satu bagian penting dalam perjanjian IJEPA adalah liberalisasi dalam perdagangan barang dimana kedua negara memberikan pengurangan dan penghapusan tarif sebesar 0% pada masing-masing komoditas perdagangan yang terdaftar dalam perjanjian. Proses pengurangan tarif tersebut digolongkan menjadi 6 kategori yakni A, B3, B5, B7, B10, B15 dan kategori lain yaitu P dan X. Kategori A merupakan kategori jalur cepat (fast track) atau komoditas yang langsung mendapatkan penghapusan tarif masuk saat perjanjian berjalan. Sedangkan kategori B merupakan komoditas yang tarif masuknya diturunkan secara bertahap dari tanggal perjanjian berjalan. Kategori P merupakan komoditas yang masuk skema pengurangan tarif yang berbeda dari skema perdagangan barang IJEPA tetapi skema lain seperti USDFS. Kategori terakhir X merupakan komoditas yang tidak termasuk dalam perjanjian dan tidak mendapatkan penurunan dan penghapusan tarif.

(11)

33

Tabel 4.0 Jadwal Penurunan Tarif barang Masuk Dalam Skema IJEPA

NO KATEGORI JADWAL PENURUNAN/PENGHAPUSAN TARIF JUMLAH

POS TARIF BTBMI

(%)

1 A Tarif dihapus menjadi 0% pada saat

implementasi perjanjian

3337 33,2

2 B3 Tarif dihapuskan dari tingkat tarif dasar menjadi 0% dalam 4 tahap setiap tahun mulai saat implementasi perjanjian (MOP=25%)

1895 21,7

3 B5 Tarif dihapuskan dari tingkat tarif dasar menjadi 0% dalam 6 tahap setiap tahun mulai saat implementasi perjanjian (MOP=16,7%)

533 6,1

4 B7 Tarif dihapuskan dari tingkat tarif dasar menjadi 0% dalam 8 tahap setiap tahun mulai saat implementasi perjanjian (MOP=12,5%)

550 6,3

5 B10 Tarif dihapuskan dari tingkat tarif dasar menjadi 0% dalam 11 tahap setiap tahun mulai saat implementasi perjanjian (MOP=9,1%)

794 9,1

6 B15 Tarif dihapuskan dari tingkat tarif dasar menjadi 0% dalam 16 tahap setiap tahun mulai saat implementasi perjanjian (MOP=6,25%)

170 1,9

7 P Jadwal penurunan/penghapusan tarif

berdasarkan catatan-catatan tersendiri

897 10,3

8 X Dikecualikan dari penurunan/penghapusan tarif 561 6,4

(12)

34

4.1.1. User Specific Duty Free Scheme (USDFS)

Dalam perjanjian IJEPA terdapat perjanjian sampingan (side agreement) yang mengatur komoditas khusus terkait pengurangan dan penghapusan tarif perdagangan. Meskipun masuk kedalam klasifikasi perdagangan barang, USDFS berbeda dengan skema perdagangan barang dalam perjanjian utama IJEPA. USDFS merupakan skema penetapan tarif bea masuk yang diberikan khusus kepada User dalam rangka Indonesia Japan Economic Partnership Agreement (IJEPA). User merupakan badan usaha yang memiliki izin dan berbadan hukum di Indonesia yang layak mendapatkan fasilitas USDFS. Aturan terkait USDFS sendiri diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan (PMK) N0.96/PMK.011/2008 tentang modalitas penurunan berdasarkan tarif dan PMK No.31/PMK.010/2017 tentang penetapan tarif bea masuk produk asal Jepang dalam skema IJEPA. Jenis barang yang mendapatkan fasilitas USDFS akan mendapatkan form yang berbeda dari form SKA IJEPA.

Form yang digunakan dalam USDFS adalah Surat Keterangan Verifikasi Industri – USDFS (SKVI-USDFS) yang diterbitkan oleh Surveyor atau pengawas yang ditunjuk oleh Kementerian Perindustrian. USDFS menggunakan form yang berbeda dari form SKA IJEPA karena komoditas yang masuk kedalam skema ini merupakan komoditas yang dikategorikan kedalam sektor manufaktur dan pusat layanan baja (steel service centre) yg bergerak di sektor: Otomotif, sepeda motor dan komponennya; Listrik dan elektronik; Mesin konstruksi dan alat berat; Minyak bumi, gas dan tenaga listrik. Komoditas tersebut dianggap vital sehingga membutuhkan perhatian dan pengawasan khusus oleh pemerintah dalam hal ini Kementerian Perindustrian. Jepang sendiri memiliki banyak kepentingan dalam sektor ini mengingat komoditas ekspor Jepang melingkupi keempat aspek tersebut.

(13)

35

4.1.2.Program MIDEC

IJEPA sendiri berbeda dengan perjanjian perdagangan bebas atau FTA, IJEPA merupakan perjanjian EPA atau Economic Partnership Agreement yang tidak hanya berfokus pada liberalisasi perdagangan tetapi juga kerjasama ekonomi dalam pengembangan kapasitas. Manufacturing Industry Development Center (MIDEC) merupakan bentuk timbal balik yang diberikan oleh Jepang kepada Indonesia atas kemudahan yang diberikan Indonesia oleh Jepang dalam fasilitas USDFS. Bentuk asistensi yang diberikan kepada Indonesia dalam pengembangan kapasitas sektor industri seperti otomotif, elektronika dan alat berat, konservasi energi adalah dalam bentuk materi dasar, pendampingan latihan dan pengembangan teknologi.27 Pengembangan kapasitas yang dimaksudkan disini merupakan pengembangan kapasitas industri, khususnya sumber daya manusia dan kapasitas produksi. Pengembangan industri memiliki beberapa peran yakni:28

a. Peningkatan kapabilitas dalam menangani teknologi manufaktur b. Peningkatan kapasitas manufaktur dengan meningkatkan efisiensi

internal dan efektivitas pasar

c. Penguatan lembaga industri sektor manufaktur dan diarahkan pada pemberayaan dan koordinasi

Pengembangan industri dalam MIDEC bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri manufaktur Indonesia; Meningkatkan daya beli masyarakat Indonesia melalui program pengembangan properti; Terciptanya jaringan bisnis dan pengembangan industri manufaktur oleh aktor-aktor yang ada di dalamnya; Peningkatan peran Indonesia sebagai mitra strategis Jepang di pasar internasional khususnya ASEAN dan; Terbentuknya kerjasama di bidang industri manufaktur antara Jepang dan Indonesia di bawah MIDEC IJEPA. Kerjasama MIDEC mencakup tiga belas sektor industri yang terbagi dalam

27 Atma winata, Achdiat 2009. Op Cit. Hlm 2-4. 28 Ibid

(14)

36 lintas sektoral dan sektor-sektor spesifik dalam industri (cross sectoral and specific sectoral).29

Tabel 5.0 Sektor-sektor industri dalam MIDEC

Lintas Sektoral Sektor Khusus

Pengerjaan Logam Otomotif

Pengelasan Elektronik

Pencetakan Besi

Konservasi Energi Tekstil

Promosi Ekspor dan Investasi Material Metal Tanpa

Kandungan Besi (non ferrous) Perusahaan Kecil dan

Menengah

Chemical (Petro dan Oleo) Makanan dan Minuman MIDEC merupakan bidang di IJEPA dengan dua tugas yaitu melaksanakan hasil kesepakatan kerjasama ekonomi dalam pengembangan industri manufaktur dan mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan kerjasama sesuai dengan sub bidang perencanaan, implementasi, monitoring dan evaluasi. Sesuai dengan tiga belas sektor, MIDEC memiliki tiga belas sub bidang yang menangani 13 sektor tersebut.

Dalam rangka memperlancar berjalannya kesebelas elemen di atas, perjanjian IJEPA mewajibkan dibentuknya komite bersama yang beranggotakan perwakilan kedua negara yang bertugas melakukan review dan mengawasi pelaksanaan dan operasional dan juga mempertimbangkan dan merekomendasikan kepada pemerintah masing-masing negara untuk setiap perubahan yang terjadi dalam skema perjanjian ini.

Program MIDEC tidak memiliki indikator yang jelas dalam mengukur keberhasilannya. Hal ini disampaikan oleh Direktur Jenderal Ketahanan dan Pengembangan Akses Industri Internasional (KPAII) Kementerian Perindustrian, Achmad Sigit Dwiwahjono, dimana kritik program ini disampaikan kepada Jepang yang tidak bisa memberikan langkah konkret

(15)

37 terkait program tersebut karena hanya terbatas pada seminar pembekalan atau workshop sehingga tidak ada indikator jelas dalam mengukur keberhasilan program.30

4.1.3.General Review IJEPA

General Review IJEPA merupakan proses peninjauan kembali setelah atau

setiap lima tahun perjanjian berjalan. Peninjauan kembali dilakukan sebagai bentuk evaluasi terhadap kinerja perjanjian terhadap perekonomian kedua negara. Jika terdapat masalah atau hal yang harus diperbaiki, maka salah satu pihak akan menginisiasikan peninjauan kembali dalam General Review IJEPA. GR IJEPA sendiri diatur dalam perjanjian IJEPA pada pasal 151. Proses ini dilakukan setiap lima tahun sekali dimana tiap pihak dalam perjanjian ini dapat melakukan evaluasi terhadap kinerja perjanjian yang telah berlajan. Perjanjian IJEPA sendiri berjalan sejak 1 Juli 2008 dan pada tahun 2013 seharusnya menjadi proses review perdana antara Jepang dan Indonesia terkait perjanjian tersebut.

Berdasarkan keterangan yang disampaikan oleh Asasia Fitria Bassya, yang merupakan kepala staf bagian Asia Timur dari Direktorat Perundingan Bilateral kementerian Perdagangan dan salah satu delegasi Indonesia yang mengikuti GR IJEPA, diketahui bahwa proses review baru bisa dilakukan pada tahun 2014 dikarenakan banyaknya kepentingan yang dibawa oleh Indonesia dalam perjanjian tersebut dan memerlukan waktu yang cukup panjang untuk mempersiapkan negosiasi ulang bersama pihak Jepang.31 GR IJEPA sendiri diinisiasikan pertama kali oleh Indonesia dan telah berjalan sebanyak tiga kali pertemuan di tingkat komite bersama Joint Commitee Meeting (JCM) pada tahun 2015 yakni pada tanggal 27-28 Mei di Tokyo, 29-30 Juli di Jakarta, dan

30 Galih Gumelar. 2016. Indonesia Tagih Janji Jepang Perkuat Industri Nasional. Jakarta. CNN

Indonesia. https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20160115145154-92-104569/indonesia-tagih-janji-jepang-perkuat-industri-nasional. diakses pada 16 Februari 2019.

31 Wawancara dengan Asasia Fitria Bassya Tanggal 27 Juli 2019 di Kantor Direktorat

(16)

38 pada 3-4 Desember di Tokyo.32 Perundingan sempat berhenti dikarenakan pihak Jepang menolak melanjutkan perundingan karena adanya isu dari produk otomotif dan baja. Setelah berhenti selama satu setengah tahun, perjanjian kemudian dilanjutkan pada tahun 2017 dimana kedua pihak setuju untuk menyelesaikan review pada tahun 2018.33

Dalam General Review sendiri Indonesia memiliki beberapa kepentingan yang diperjuangkan untuk bisa didapatkan perferensi tarifnya oleh Jepang, yakni produk-produk pertanian dan perikanan. Indonesia memiliki potensi besar dalam komoditas perikanan khususnya produk tuna di pasar Jepang. Namun komoditas tersebut tidak mendapatkan preferensi tarif karena masuk ke dalam daftar yang dikecualikan dari perjanjian IJEPA. Beliau juga menjelaskan bahwa Indonesia masih terkena tarif sebesar 5-7% untuk komoditas perikanan termasuk produk tuna olahan. Selain komoditas perikanan, komoditas pertanian Indonesia juga memiliki potensi besar di pasar Jepang, khususnya produk pisang. Jepang sendiri memiliki kepentingan dalam memperjuangkan produk-produk otomotifnya di GR IJEPA dimana Jepang menginginkan sebelas pos tarif otomotifnya diturunkan menjadi 5% dalam perjanjian perjanjian tersebut. 34

Jumlah perusahaan Jepang dan Indonesia yang menjalankan kerjasama ekspor impor produk bahan mentah sebagai input produksi memiliki jumlah yang banyak. Sayangnya, kerjasama tersebut sering kali tidak bisa berjalan maksimal karena adanya hambatan tarif seperti sanitasi dan fitosanitasi (sanitary and phytosanitary) atau pembatasan kuota impor oleh Jepang. Beliau memberikan contoh isu pada produk pisang yang dimana Jepang menetapkan kuota impor sebesar 1000 ton pertahunnya, dimana banyak perusahaan Indonesia yang memiliki kontrak dengan perusahaan Jepang dan Indonesia memiliki kapasitas produksi yang lebih besar.35

32 Joint Committee Meeting IJEPA merupakan delegasi utusan Indonesia dan Jepang yang

bertugas mempersiapkan dan memberikan rekomendasi kepada kedua belah pihak.

33 Kementerian Perdagangan RI. Fact Sheet Indonesia Japan Economic Partnership Agreement. 34 Asasia Fitria Bassya Op.cit. Tanggal 27 Juli 2019

(17)

39 Dalam rangka menyelesaikan masalah ini harus ada amandemen atau perubahan yang dilakukan dalam skema perjanjian sehingga kedua negara sepakat untuk mempertemukan kepentingan masing-masing. General review IJEPA hadir sebagai proses yang penting untuk dilakukan. GR IJEPA memiliki 3 hal yang harus diselesaikan dalam negosiasi ulang. Tiga hal tersebut antara lain penambahan aturan pengadaan preferensi tarif dalam produk perikanan yang sebelumnya masih masuk ke dalam daftar yang dikecualikan; terdapat juga isu-isu sensitif yang bersifat rahasia dan masih harus melalui perundingan lebih lanjut (continue to discuss); Kemudian yang terakhir adalah hal-hal terkait perjanjian di luar skema umum IJEPA yang masuk ke dalam draf perjanjian lain seperti MIDEC dan USDFS yang harus dimaksimalkan dengan melakukan peningkatan implementasi tanpa mengganti teks perjanjian tetapi menambahkannya ke dalam perjanjian baru di bawah skema IJEPA. MIDEC sendiri menjadi salah satu isu yang dibawa oleh pihak Indonesia dalam GR IJEPA. MIDEC saat ini dalam tahap penyelesaian review dimana MIDEC (saat ini disebut sebagai New MIDEC) MIDEC direkomendasikan akan memiliki perjanjian yang terpisah dari perjanjian IJEPA sehingga lebih terikat dan memiliki lembaga sendiri di bawah kementerian perindustrian. New MIDEC saat ini sudah bisa berjalan secara berkelanjutan selama lima tahun setelah sebelumnya mengalami kendala akibat ketidakjelasan dari komitemen dari pemerintah Jepang sendiri sehingga indikator pencapaiannya tidak jelas serta hanya menjadi annex dalam perjanjian IJEPA. Keputususan ini dikukuhkan dalam ratifikasi yang dilakukan oleh menteri perindustrian dan menteri ekonomi dan industri Jepang.36

GR IJEPA menghasilkan rekomendasi kebijakan dari hasil peninjauan kembali untuk dirundingkan kembali yang disebut Join report yang diajukan kepada kedua negara terhadap kinerja perjanjian. Join report nantinya akan menjadi dasar dalam melakukan amandemen sebelum nantinya akan diratifikasi dan dijadikan protokol perubahan. Protokol perubahan pun nantinya akan diratifikasi sebagai bentuk penyelesaian proses review. Meskipun GR IJEPA

(18)

40 dan proses review berjalan hingga diadakannya perubahan, perjanjian lama yang tidak diubah akan tetap berlaku.

Indonesia dan Jepang baru memulai hubungan setelah perang dunia kedua usai, tetapi Jepang telah memiliki banyak kepentingan di Asia Tenggara termasuk Indonesia. Kepentingan Jepang yang paling utama dan tidak pernah berubah ialah kebutuhan Jepang atas ketersediaan minyak dan gas alam sebagai sumber energi untuk industrinya yang terus bertumbuh sejak era restorasi Meiji. Namun semakin berjalannya waktu, kepentingan-kepentingan tersebut terus berevolusi menjadi kepentingan-kepentingan baru. Demi menjaga kepentingan nasional tetap tercapai, Jepang perlu menempuh jalur yang dapat diterima tetapi di satu sisi juga memudahkan mereka mencapainya. IJEPA merupakan inisiasi perjanjian yang ditawarkan Jepang yang kemudian disepakati bersama Indonesia. Perjanjian IJEPA sarat akan kepentingan Jepang, tetapi Indonesia pun membutuhkan Jepang sebagai mitra perdagangannya mengingat jumlah investasi yang selama ini telah diberikan oleh Jepang dan Indonesia juga dukungan Jepang dalam mengembangkan sektor industri manufakturnya.

4.2.Neraca Perdagangan Indonesia-Jepang Tahun 2009-2013

Neraca perdagangan Indonesia dan Jepang mengalami peningkatan yang

signifikan jika dibandingkan dengan sebelum dan sesudah implementasi IJEPA. Titik balik ini terjadi pada tahun 2008, tahun dimana perjanjian IJEPA mulai berjalan. Pada lima tahun awal sebelum perjanjian dimulai, perdagangan Indonesia dan Jepang selalu mengalami kenaikan perdagangan. Tetapi hal ini hanya sebatas dari komoditas migas yang diekspor oleh Indonesia ke Jepang untuk mendukung industrinya dan bentuk investasi serta prospek pasar Jepang masih belum mencakup pasar Indonesia khususnya pasar otomotif.

(19)

41

Grafik 1.0 Nilai Ekspor Jepang ke Indonesia dan Indonesia ke Jepang tahun 2008-2013 (USD Juta)

Tahun Ekspor Jepang ke Indonesia

(USD Thousand)

Ekspor Indonesia ke Jepang

(USD Thousand) 2009 9,323,202 18,574,730 2010 15,926,168 25,781,814 2011 17,737,037 33,714,696 2012 20,278,614 30,135,107 2013 17,031,562 27,086,259

Sumber : Trademap.org diakses 8 November 2018

Indonesia sendiri masih cenderung lebih mendominasi pasar Jepang. Hal ini dapat dilihat pada tabel di atas bagaimana neraca perdagangan yang terjadi antara Indonesia dan Jepang selalu di dominasi oleh surplus ekspor Indonesia ke pasar Jepang. Terjadi lonjakan nilai perdagangan dan perdagangan barang yang terjadi antara Indonesia dan Jepang setelah berjalannya perjanjian IJEPA. Contoh komoditas yang nilai perdagangannya naik seperti : Suku cadang dan aksesori untuk traktor, kendaraan bermotor (HS 8708); Produk canai lantaian dari besi atau baja bukan paduan (HS 7208); Mesin cetak (HS 8443); Peralatan Listrik untuk mengganti atau melindungi sirkuit listrik (HS 8536).

0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 35,000 40,000 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Nilai Ekspor Jepang ke Indonesia (US Million Dollar) Nilai Ekspor Indonesia ke Jepang (US Million Dollar)

(20)

42 Produk di atas merupakan beberapa produk impor Jepang yang nilai perdagangannya naik. Contoh produk ekspor Indonesia yang nilai perdagangannya naik adalah : Sisa logam mulia (HS 7112); Mobil dan kendaraan bermotor (HS 8703); Minyak sawit (HS 1511); Mesin cetak (HS 8443); Timah yang tidak ditempa (HS 2001); Batu bara, briket (HS 2701); Alas kaki (HS 6404); Karet alam (HS 4001); Kertas dan kertas karton tidak dilapisi (HS 4802) dan Kabel berisolasi (HS 8544). Dalam surat Peraturan Menteri Keuangan No. 95/PMK.011/2008 sendiri yang mengatur jadwal fast track dan komoditas yang diperdagangankan pada awal IJEPA berjalan merupakan produk-produk pertanian dan peternakan.

Nilai total ekspor Indonesia ke Jepang terus mengalami kenaikan meskipun tidak secara signifikan. Nilai perdagangan Indonesia dan Jepang sempat menurun pada tahun 2008 yang awalnya USD 27 miliar turun menjadi USD 18 miliar di tahun 2009. Nilai perdagangan Indonesia mulai meningkat pertahunnya pada tahun 2009 dari yang sebesar USD 18 miliar, dan terus naik ada tahun 2010 dan 2011 secara signifikan menjadi USD 25 miliar USD dan kemudian naik kembali menjadi USD 33 miliar. Nilai perdagangan Indonesia kemudian mengalami fluktuasi pada tahun 2011 dan tahun 2012 dimana nilai perdagangannya menurun menjadi USD 30 miliar dan 27 miliar.

(21)

43 Sumber : Badan Pusat Statistik

Seperti pada data neraca perdagangan sebelumnya, nilai perdagangan produk ekspor migas Indonesia ke pasar Jepang mengalami penurunan pada tahun 2009 menjadi USD 8 milyar. Pada tahun selanjutnya kembali naik secara drastis pada tahun 2010 dan 2011 menjadi USD 12 milyar dan USD 19 milyar. Pada tahun selanjutnya sempat menurun pada tahun 2012 menjadi USD 16 milyar, tetapi berbeda dari data sebelumnya yang menunjukan tren penurunan pada 2013, pangsa produk ekspor migas Indonesia semakin menguat pada 2013 dengan nilai USD 27 milyar.

0 5,000,000 10,000,000 15,000,000 20,000,000 25,000,000 30,000,000 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Grafik 2.0 Kinerja Ekspor Indonesia ke Jepang

pada Produk Migas tahun 2004-2013 (USD

Thousand)

Tahun Nilai (USD Thousand)

2008 16,033,774 2009 8,788,994 2010 12,087,310 2011 19,145,925 2012 16,510,657 2013 27,086,259

(22)

44 Sumber : Badan Pusat Statistik

Pada tahun 2009 nilai ekspor perdagangan non-migas sempat mengalami penurunan menjadi sebesar USD 11 milyar yang pada tahun sebelumnya sebesar USD 13 milyar. Kemudian di tahun 2010 naik drastis menjadi USD 16 milyar dan USD 18 milyar pada 2011. Pada tahun 2012 dan 2013 menurun menjadi USD 17 milyar dan USD 16 milyar.

Setelah mengetahui data perdagangan Indonesia dan Jepang di atas, dapat disimpulkan bahwa terjadi fluktuasi perdagangan antara Jepang dan Indonesia yang terjadi sepanjang tahun 2009 hingga 2013. Fluktuasi perdagangan tersebut terjadi lima tahun setelah perjanjian IJEPA berjalan. Perlu diketahui juga kemudian data pemanfaatan IJEPA berdasarkan penggunaan surat keterangan asal untuk dapat menentukan seberapa besar pangsa produk yang diperdagangkan dalam skema perjanjian IJEPA. SKA merupakan surat keterangan asal barang (Rules of Origin) yang berbentuk formulir data lengkap barang yang digunakan sebagai penanda jika barang tersebut merupakan barang yang diproduksi dari negara mitra. Hal ini digunakan untuk mencegah

bentuk-0.00 5,000.00 10,000.00 15,000.00 20,000.00 2008 2009 2010 2011 2012 2013

Grafik 3.0 Kinerja Ekspor Indonesia ke Jepang pada Produk Non-Migas tahun 2004-2013 Periode Januari-Juni

(USD Million)

Tahun Nilai (USD Million)

2008 13,795.3 2009 11,979.0 2010 16,496.5 2011 18,330.1 2012 17,231.2 2013 16,084.1

(23)

45 bentuk sabotase yang dilakukan oleh negara pihak lain yang ingin memanfaatkan preferensi tarif yang dimiliki oleh negara yang melakukan perjanjian. SKA yang dimiliki oleh IJEPA disebut juga sebagai form IJEPA. Dalam perjanjian IJEPA data pengunaan form IJEPA bersifat fluktuatif sepanjang tahun 2008-2011. Pada awal implementasinya, pangsa produk ekspor non-migas yang menggunakan form IJEPA yang sebesar 12,4% dari total ekspor Indonesia ke Jepang. Meskipun IJEPA merupakan perjanjian bilateral pertama Indonesia, tetapi persentase pemanfaatan perjanjian ini dapat dikatakan yang paling rendah jika dibandingkan dengan perjanjian lain seperti : Form AK (ASEAN KOREA-FTA) sebesar 63,1%, SKA Form D/ASEAN Trade In Goods Agreement (ASEAN-FTA) sebesar 40,5%, dan SKA Form E (ASEAN China-FTA) sebesar 23,2%) di tahun yang sama (Direktorat Fasilitasi Ekspor dan Impor Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kementerian Perdagangan tahun 2011).37

Tabel 6.0 Pemanfaatan Perjanjian IJEPA berdasarkan indikator SKA

Tahun Jumlah (Lembar) Nilai (USD billion) Persentase (%) 2008 16.226 1,7 12,4% 2009 46.272 2,5 20,7% 2010 53.182 2,9 16% 2011 (Kuartal III) 43.580 3,9 28,6% Pemanfaatan IJEPA (%) 2012 2013 2014 2015 2016 2017

Ekspor Indonesia ke Jepang 47.6 59.7 57.9 54.1 47.2 50.7 Impor Indonesia dari Jepang 60.7 62.1 63.6 67.5 67.7 76.2 Sumber : Dit. Fasilitasi Ekspor dan Impor, Ditjen Perdagangan Luar Negeri,

Kemendag (2010), diolah Puska Daglu, BP2KP, Kemendag, 2011. Pada tahun 2009 pasca setahun setelah perjanjian berjalan, mulai terjadi kenaikan pangsa form IJEPA untuk produk ekspor non-migas Indonesia-Jepang dengan nilai 20,7 % pada tahun 2010 turun menjadi 16% tetapi nilainya terus

37 Salam, R. Aziza dkk. 2012. IJ-EPA dan Implikasinya Terhadap Kinerja Perdagangan Indonesia-Jepang. Jakarta Kementerian Perdagangan Republik Indonesia. Hlm 24-26.

(24)

46 naik menjadi 28,6% pada periode kuartal ketiga tahun 2011 (Januari-September). Jika diurutkan berdasarkan tahun dan jumlah lembar penggunaan form IJEPA serta nilai perdagangannya, maka dapat diketahui data sebagai berikut : Pada tahun 2008 penggunaan form IJEPA sebanyak 16.226 lembar dengan nilai perdangan USD 1,7 miliar; Pada tahun 2009 sebanyak 46.272 dengan nilai perdagangan USD 2,5 milliar; Pada tahun 2010 sebanyak 53.182 lembar dan dengan nilai perdagangan USD 2,9 milliar; Kemudian pada periode Januari-September tahun 2011 sebanyak 43.580 lembar dengan nilai perdagangan USD 3,9 miliar. Pada periode yang sama tahun 2010 nilai perdagangannya hanya sebesar USD 1,8 miliar, artinya pada tahun selanjutnya terjadi pertumbuhan yang signifikan sebesar 115,8% (lihat tabel 5.0)

Dari jenis komoditas yang diperdagangkan dan menggunakan form IJEPA selama tahun 2008 hingga 2010 diisi oleh produk-produk barang plastik, bahan bakar mineral, produk perikanan dan udang, produk kayu dan furnitur, serat staple suatan, alat-alat elektronik dan kelistrikan, bahan kimia organik, bahan katun, furnitur, serta ragam produk kimia. Sedangkan alat-alat kelistrikan dan elektronik memiliki pertumbuhan tertinggi dalam nilai ekspor Indonesia ke Jepang berdasarkan pemanfaatan form IJEPA tahun 2009 dibanding dengan tahun 2008 sebesar 216,1%, sedangkan produk-produk kimia memiliki pertumbuhan tertinggi pada tahun 2010 dengan nilai sebesar 104,1%. Neraca perdagangan Indonesia dengan Jepang setelah diberlakukannya IJEPA mengalami penurunan tajam menjelang akhir tahun 2008 akibat dari terganggunya rantai distribusi komoditas akibat dari krisis finansial global yang disebabkan oleh Subprime Mortgage yang terjadi di Amerika, tetapi kembali membaik pada tahun 2009.38

38 Subprime Mortgage adalah krisis ekonomi yang terjadi di Amerika pada tahun 2008 yang

Gambar

Tabel 2.0 Keseimbangan Energi Jepang
Tabel 5.0 Sektor-sektor industri dalam MIDEC
Grafik 2.0 Kinerja Ekspor Indonesia ke Jepang  pada Produk Migas tahun  2004-2013 (USD
Grafik 3.0  Kinerja Ekspor Indonesia ke Jepang pada  Produk Non-Migas tahun 2004-2013 Periode Januari-Juni
+2

Referensi

Dokumen terkait

Sebanyak 22 pos tarif ban, 10 di antaranya akan langsung 0% saat IC-CEPA berlaku sedangkan sisanya dihapuskan secara bertahap dalam waktu 5 dan 7 tahun.. Lemari Pendingin:

Ability To Pay (ATP) dan Willingness To Pay (WTP) Pada Batik Solo Trans (BST) Koridor Empat Di Surakarta, Skripsi, Jurusan Teknik Sipil, Fakultas.. Teknik,

Di wilayah DIY tanah – tanah berstatus sultan grond masih bisa dijumpai, walaupun terkadang keberadaanya seperti siluman yang bisa disadari maupun tidak,

Hasil yang didapatkan adalah adanya penurunan papa ran laju dosis radiasi sampel dari 460 mRem/jam menjadi 200 mRem/jam dan faktor dekontaminasinya (OF) adalah 1,35 setelah

Misalnya, untuk tanggal yang sama, jika di hotel tersebut terdapat 5 kamar dengan tipe ekonomi dan 1 kamar sudah di check-in dan 2 kamar sudah ada

Daerah pesisir Indonesia memiliki potensi kecepatan angin dan sinar matahari yang berlimpah. Ini merupakan sumber energi terbarukan yang dapat dimanfaatkan menjadi

Karangan sederhana ini ditulis oleh Muhammad Ilhammudin dengan tema pengalaman saat pertama kali masuk ke sekolah.tulisan ini menceritakan mengenai pengalamannya

b) Hepatitis C (HCV).. Hepatitis C disebabkan oleh virus hepatitis C yang masuk ke sel hati dan mereplikasikan diri dengan menggunakan material yang terdapat dalam sel