• Tidak ada hasil yang ditemukan

UJI DAYA HASIL LANJUT 30 GALUR HARAPAN PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU (PTB) DEDE TIARA A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "UJI DAYA HASIL LANJUT 30 GALUR HARAPAN PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU (PTB) DEDE TIARA A"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

UJI DAYA HASIL LANJUT 30 GALUR HARAPAN PADI

(Oryza sativa L.) TIPE BARU (PTB)

DEDE TIARA

A24062913

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2010

(2)

DEDE TIARA. Uji Daya Hasil Lanjut 30 Galur Harapan Padi (Oryza

sativa L.) Tipe Baru (PTB). (Dibimbing oleh HAJRIAL ASWIDINNOOR).

Percobaan ini bertujuan untuk menguji daya hasil lanjut dan mempelajari keragaan agronomi galur-galur harapan PTB. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2010 di Pagentongan, Bogor dengan ketinggian tempat penelitian sekitar 250 m di atas permukaan laut (dpl). Penghitungan komponen produksi dilakukan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB.

Rancangan percobaan yang digunakan pada percobaan ini adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor yaitu galur PTB. Terdapat 30 galur harapan PTB dan dua varietas pembanding, masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 96 satuan percobaan.

Satuan percobaan berupa pertanaman dalam satu petakan dengan ukuran 2 m x 4 m dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Luas seluruh lahan berkisar lebih

kurang 768 m2.

Hasil percobaan menunjukan bahwa galur IPB107-F-112-2-1, IPB107-F-40E-1, IPB107-F-60-1 memiliki hasil produksi yang lebih tinggi dari varietas pembanding Ciherang. Kelompok galur IPB107 memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan kelompok galur-galur lainnya. Berdasarkan hasil evaluasi keragaan, galur-galur yang diuji mempunyai tinggi tanaman yang pendek-sedang, jumlah gabah permalai >200, dan berumur genjah. Galur-galur IPB107 memiliki bobot 1 000 butir yang lebih rendah dan galur-galur IPB117 memiliki bobot 1 000 butir yang lebih tinggi dari sifat PTB yang diharapkan. Galur-galur IPB107 dan IPB116 memiliki jumlah anakan produktif yang sedang.

(3)

UJI DAYA HASIL LANJUT 30 GALUR HARAPAN PADI (Oryza sativa L.) TIPE BARU (PTB)

Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

DEDE TIARA A24062913

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

(4)

NIM : A24062913

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor, M.Sc. NIP. 19590929 198303 1 008

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, M.Sc. Agr NIP. 19611101 198703 1 003

(5)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari Bapak Muhammad Fatori dan Ibu Nur Tafridah. Penulis dilahirkan di Tegal, Provinsi Jawa tengah pada tanggal 27 Desember 1988.

Penulis menyelesaikan pendidikan dasar di SDN Cibabat III Cimahi pada tahun 2000. Tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SLTPN 1 Cimahi dan lulus dari SMAN 4 Bandung pada tahun 2006. Tahun 2006 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui jalur SPMB (Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru) dan pada tahun 2007 diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB.

Tahun 2007 penulis aktif di HIMAGRON (Himpunan Mahasiswa Agronomi) sebagai staf Divisi Club Pecinta Tanaman Buah dan Bunga. Penulis pernah mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) pada tahun 2008 dan 2010. Tahun 2009 dan 2010 penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Ekologi Pertanian dan Dasar-Dasar Hortikultura.

(6)

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, semangat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Uji Daya Hasil Lanjut 30 Galur

Harapan Padi (Oryza sativa L.) Tipe Baru (PTB)”.

Pada kesempatan kali ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada seluruh pihak yang membantu dalam penyusunan skripsi ini, terutama :

1. Ayah dan ibu serta adik-adik saya tercinta yang telah memberikan doa, semangat, dan dorongan secara lahir dan batin.

2. Dr. Ir. Hajrial Aswidinnor selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan dan saran untuk penyusunan skripsi ini.

3. Ir. Is Hidayat Utomo, M.S. selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani studi.

4. Staf pengajar dan staf komisi pendidikan Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, IPB.

5. Para petani di Sawah Baru dan Pagentongan yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian.

6. Teman-teman AGH 43 dan teman-teman yang telah memberikan motivasi dan masukan.

7. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi dunia pendidikan khususnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) dan bagi yang memerlukan.

Bogor, Agustus 2010

Penulis  

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL ... viii 

DAFTAR GAMBAR ... ix 

DAFTAR LAMPIRAN ... x  PENDAHULUAN ... 1  Latar Belakang... 1 Tujuan ... 2 Hipotesis ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3 

Pemuliaan Tanaman Padi ... 3

Padi Tipe Baru ... 4

Uji Daya Hasil ... 6

Heritabilitas ... 7

BAHAN DAN METODE ... 8 

Waktu dan Tempat ... 8

Alat dan Bahan ... 8

Metode Percobaan ... 9 Analisis Data ... 9 Persemaian ... 10 Penanaman ... 10 Pemeliharaan ... 10 Panen ... 11 Pengamatan... 11

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 12 

Kondisi Umum ... 12

Produksi Gabah Kering Giling ... 14

Keragaan Karakter Agronomi ... 16

Keragaman Genetik dan Heritabilitas ... 22

Korelasi antar Karakter Tanaman ... 24

KESIMPULAN DAN SARAN ... 26 

Kesimpulan ... 26

Saran ... 26

DAFTAR PUSTAKA ... 27 

LAMPIRAN ... 29   

(8)

Nomor Halaman 1. Daftar Galur Harapan PTB yang Diuji dan Dua Varietas

Pembanding. ... 8 2. Rekapitulasi Analisis Ragam Karakter yang Diamati. ... 13 3. Nilai Rataan Produksi GKG Tanaman Padi. ... 15 4. Nilai Rataan Beberapa Komponen Produksi Galur-galur yang Diuji ... 17 5. Nilai Rataan Beberapa Komponen Produksi Galur-galur

yang Diuji ... 20 6. Nilai Ragam, Heritabilitas, dan Koefisien Keragaman

Genetik (KKG) ... 23 7. Nilai koefisien korelasi antar karakter yang diamati. ... 24

(9)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

1. Hama dan Penyakit yang Menyerang Tanaman Padi ... 12  2. Grafik Jumlah Anakan Galur-galur yang Diuji dan Dua

Varietas Pembanding ... 18  3. Bentuk gabah galur-galur yang diuji beserta dua varietas

pembanding ... 22   

(10)

Nomor Halaman

1. Malai Kelompok Galur IPB107 dan Dua Varietas Pembanding .... 30

2. Malai Galur IPB115 dan Dua Varietas Pembanding ... 31

3. Malai Kelompok Galur IPB116 dan Dua Varietas Pembanding ... 31

4. Malai Kelompok Galur IPB117 dan Dua Varietas Pembanding ... 32

5. Malai antar Kelompok Galur dan Dua Varietas Pembanding ... 32

6. Lahan Percobaan ... 33

7. Pengendalian Hama dan Penyakit ... 33

8. Deskripsi Varietas IR 64 ... 34

(11)

PENDAHULUAN Latar Belakang

Beras merupakan makanan pokok bagi masyarakat Indonesia yang dituntut selalu tersedia dalam jumlah cukup dan terjangkau. Konsumsi beras masyarakat Indonesia diperkirakan 137 kg per kapita per tahun dengan total konsumsi beras mencapai 31.31 juta ton pada tahun 2006. Selama enam tahun terakhir (2000-2006) jumlah penduduk meningkat dengan laju 1.36% per tahun. Jika diasumsikan laju pertumbuhan penduduk menurun 0.03% per tahun dan konsumsi beras diasumsikan tetap 137 kg per kapita per tahun, maka diproyeksikan pada tahun 2020 jumlah penduduk Indonesia mencapai 263 juta jiwa dan konsumsi beras akan mencapai angka 35.97 juta ton (Puslitbang Tanaman Pangan, 2007). Angka konsumsi yang tinggi ini harus diimbangi dengan produksi padi agar tidak terjadi kekurangan dan menyebabkan impor.

Produksi padi pada tahun 2007 dan 2008 berturut-turut adalah 57 juta ton dan 60 juta ton, dan angka sementara produksi padi tahun 2009 adalah 64 juta ton. Peningkatan produksi diperkirakan terjadi karena peningkatan luas panen seluas 179.788 ribu ha pada tahun 2008 dan 515.31 ribu ha pada tahun 2009 serta peningkatan produktivitas sebesar 0.189 ton per ha pada tahun 2008 dan 0.077 ton per ha pada tahun 2009 (Badan Pusat Statistika, 2010). Namun semakin bertambahnya penduduk akan menyebabkan berkurangnya luas lahan produktif karena konversi lahan dan dapat mengancam produksi padi nasional. Oleh karena itu, diperlukan upaya peningkatan produktivitas dan produksi padi yang lebih signifikan untuk menjamin kebutuhan pangan masyarakat.

Pencarian dan pengembangan varietas unggul merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas padi. Saat ini pengembangan dan pemuliaan padi diarahkan pada perakitan varietas yang memiliki jumlah anakan sedikit tetapi bermalai panjang dan berbulir lebat. Padi Tipe Baru (PTB) adalah jenis padi yang sekarang ini banyak dikembangkan. Kegiatan pemuliaan PTB dimulai pada tahun 1989, ketika 2 000 bahan genetik dari bank plasma nutfah IRRI dievaluasi untuk dijadikan materi genetik perakitan berbagai varietas. Materi genetik ini

(12)

mempunyai karakter malai panjang, sedikit anakan, dan batang kuat (Peng et al., 1994).

PTB mempunyai sifat batang kuat, anakan sedikit tetapi produktif semua, malai panjang dengan 200-250 butir gabah per malai, persentase gabah isi besar, daun tegak, tebal, dan berwarna hijau tua, sistem perakaran dalam dan banyak, tinggi tanaman sedang-pendek (90-100 cm), umur genjah, tahan terhadap hama dan penyakit, dan kualitas bulir padi yang baik (Khush, 2000). PTB yang memiliki sifat-sifat tersebut berpotensi untuk dikembangkan sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan produksi padi nasional. Namun jumlah gabah hampa

tinggi merupakan sifat utama yang menyebabkan daya hasil PTB tidak seperti yang diharapkan, karena itu pengembangan PTB harus terus dilaksanakan untuk memperbaiki sifat ini.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya hasil lanjut dan mempelajari keragaan agronomi galur-galur harapan PTB.

Hipotesis

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :

1. Terdapat minimal satu galur yang diuji dengan daya hasil tinggi dan sesuai dengan kriteria PTB.

2. Terdapat minimal satu galur yang diuji memiliki keragaan sesuai kriteria PTB.

(13)

TINJAUAN PUSTAKA Pemuliaan Tanaman Padi

Peningkatan hasil tanaman dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan teknik bercocok tanam yang baik dan dengan peningkatan kemampuan berproduksi sesuai harapan manusia. Teknik bercocok tanam yang baik dapat diartikan sebagai usaha untuk menciptakan kondisi lingkungan disekitar tanaman yang mendukung pertumbuhan tanaman dengan baik sehingga dapat diperoleh hasil optimal. Peningkatan kemampuan berproduksi dapat diartikan suatu usaha untuk merubah sifat tanaman agar diperoleh tanaman yang lebih unggul dari pada varietas yang sudah ada dan usaha ini disebut memuliakan tanaman. Untuk memuliakan suatu tanaman, perlu ditempuh suatu proses yang terdiri dari : penentuan tujuan program pemuliaan, penyediaan materi pemuliaan, penilaian genotip atau populasi untuk dijadikan varietas baru, dan pengujian (Poespodarsono, 1989).

Tujuan dari pemuliaan tanaman adalah menghasilkan varietas tanaman dengan sifat-sifat (morfologi, fisiologi, biokimia, agronomi) yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan masyarakat. Sasaran dalam program pemuliaan tanaman yaitu perbaikan potensi hasil, perbaikan kualitas, perbaikan resistensi terhadap hama dan penyakit, dan perbaikan tingkat adaptasi terhadap cekaman lingkungan.

Salah satu cara untuk meningkatkan produksi padi yaitu dengan perakitan varietas baru. Susanto et al. (2003) menyatakan bahwa upaya perakitan varietas padi di Indonesia ditujukan untuk menciptakan varietas yang berdaya hasil tinggi dan sesuai untuk kondisi ekosistem, sosial, budaya, serta minat masyarakat.

Berbagai sasaran pemuliaan tanaman tersebut dapat tercapai melalui beberapa tahapan kegiatan yaitu meliputi koleksi dan identifikasi keragaman dalam plasma nutfah, seleksi, rekombinasi, seleksi setelah rekombinasi, pembentukan galur-galur atau genotipe harapan, pengujian, dan pelepasan varietas. Susanto et al. (2003) menyatakan pembentukan varietas padi dilakukan dengan menyilangkan beberapa tetua, kemudian dari turunan persilangan tersebut dipilih tanaman-tanaman yang mempunyai sifat-sifat yang baik. Persilangan

(14)

umumnya dilakukan dengan silang tunggal (single cross), silang puncak (top cross), silang ganda (double cross), dan silang balik (back cross).

Galur yang telah dibentuk melalui proses persilangan kemudian diseleksi. Menurut Harahap (1982) metode seleksi yang umum digunakan dalam pemulian tanaman padi yaitu pedigree dan bulk. Kemudian Abdullah et al. (2008) menambahkan metode seleksi yang dilakukan pada padi tipe baru menggunakan kombinasi dari metode pedigree dan bulk, yaitu metode bulk pada generasi awal dan menengah (F1-F5) dan pedigree pada generasi lanjut (F6).

Padi Tipe Baru

Padi tipe baru (PTB) merupakan terobosan lanjutan dari stagnasi revolusi hijua. Sejak tahun 1980-an, saat produktivitas padi sawah relatif tidak meningkat karena keragaman genetik yang sempit, maka dilakukan upaya pembentukan arsitektur tanaman yang memungkinkan peningkatan produktivitas tanaman. Padi yang dihasilkan kemudian dikenal dengan nama padi tipe baru (Susanto et al., 2003).

Padi tipe baru mulai dikembangkan pada tahun 1989 oleh IRRI dan pada tahun 2000 didistribusikan ke berbagai negara untuk dikembangkan lebih lanjut (Susanto et al., 2003). Di Indonesia, Balai Penelitian Tanaman Padi (Balitpa) telah merintis pembentukan PTB sejak tahun 1995, namun baru diintensifkan pada tahun 2000 (Las et al., 2003).

PTB merupakan hasil persilangan antara padi jenis indica dengan japonica. Menurut Susanto et al. (2003) populasi dasar PTB banyak dibentuk dengan memanfaatkan tetua dari sub spesies indica dan japonica tropik sehingga latar belakang genetiknya cukup luas. Selanjutnya Les et al. (2003) menambahkan materi genetik yang digunakan sebagai tetua persilangan adalah varietas introduksi, varietas lokal Indonesia, dan padi liar.

Karakteristik PTB menurut Peng et al. (1994) adalah potensi hasil tinggi, malai lebat (± 250 butir gabah/malai), jumlah anakan produktif lebih dari sepuluh dengan pertumbuhan yang serempak, tanaman pendek (± 90 cm), bentuk daun lebih efisien, hijau tua, senescence lambat, tahan rebah, perakaran kuat, batang lurus, tegak, besar, dan berwarna hijau gelap, sterilitas gabah rendah, berumur

(15)

5

 

genjah (100-130 hari), beradaptasi tinggi pada kondisi musim yang berbeda, IP mencapai 0.60, efektif dalam translokasi fotosintat dari source ke sink (biji), responsif terhadap pemupukan berat dan tahan terhadap hama dan penyakit. Las et al., (2003) menambahkan PTB memiliki sifat penting, antara lain jumlah anakan sedikit (7-12 batang) dan semuanya produktif, malai lebih panjang dan 1ebat (>300 butir/malai), batang besar dan kokoh, daun tegak, tebal, dan hijau tua, perakaran panjang dan lebat. Potensi hasil PTB 10-25% lebih tinggi dibandingkan dengan varietas unggul yang ada saat ini. Selanjutnya Abdullah et al. (2008) menambahkan PTB yang berpotensi hasil tinggi umumnya harus mempunyai sifat-sifat seperti, jumlah anakan sedang tetapi semua produktif (12-18 batang), jumlah gabah per malai 150-250 butir, persentase gabah bernas 85-95%, bobot 1.000 gabah bernas 25-26 g, batang kokoh dan pendek (80-90 cm), umur genjah (110-120 hari), daun tegak, sempit, berbentuk huruf V, hijau sampai hijau tua, 2-3 daun terakhir tidak cepat luruh, akar banyak dan menyebar dalam, gabah langsing, mutu beras baik, serta tahan terhadap hama dan penyakit utama.

Dengan sifat-sifat tersebut, PTB mampu mempunyai potensi hasil 9-13 kg gabah kering giling per hektar.

Hingga saat ini Balitpa telah menghasilkan varietas dan sejumlah galur PTB dalam beberapa generasi. Generasi pertama, dihasilkan sejumlah galur semi PTB, yang sebagian sifat-sifatnya menyerupai sifat PTB sebenarnya, antara lain jumlah anakan yang relatif sedikit (10-12 batang/rumpun) dan potensi hasil 5-10% lebih tinggi dibanding varietas IR64 dan Ciherang. Galur-galur tersebut antara lain adalah BP-10384-MR-1-8-3 (dilepas dengan nama Cimelati pada tahun 2001) dan BP-50F-MR-30-5 (dilepas dengan nama Gilirang pada tahun 2002). Generasi kedua, dihasilkan beberapa galur PTB yang potensial karena berdaya hasil lebih tinggi dan tahan terhadap hama wereng coklat biotipe 2, tetapi relatif peka terhadap penyakit hawar daun bakteri. Generasi ketiga dan seterusnya, terdapat sekitar 80 galur harapan PTB generasi menengah yang masih dalam tahap pengujian (Las et al., 2003).

Hasil penelitian Abdullah et al. (2002) menunjukan secara umum galur terpilih asal persilangan Indonesia telah menunjukkan malai yang lebat (>200 gabah/malai), anakan produktif lebih banyak daripada galur IRRI

(16)

(12-16 batang/rumpun) mempunyai ketahanan terhadap wereng coklat, dan umur genjah (110-120 hari), mutu beras baik, namun batang masih belum kokoh, daun masih tipis terkulai dan berwarna hijau muda, serta peka terhadap hawar daun bakteri dan kehampaan relatif tinggi (>25%). Sedangkan galur asal IRRI berpenampilan kokoh, malai lebat, daun tegak, tebal, dan berwarna hijau tua, tahan penyakit hawar daun bakteri tetapi berumur sedang (125-135 hari), peka terhadap wereng coklat, dan bentuk beras bulat.

Fatmawati merupakan salah satu varietas PTB yang telah dilepas pada tahun 2003. Varietas Fatmawati memiliki potensi produksi mencapai 8 ton/ha lebih, akan tetapi memiliki beberapa kelemahan, yaitu kehampaan gabah sangat tinggi yang dapat mencapai 30%, gabah sulit dirontokkan, dan kualitas beras kurang baik. Berdasarkan kelemahan-kelemahan tersebut, Fatmawati sampai saat ini kurang mendapat sambutan yang baik dari petani meskipun hasilnya tinggi.

Uji Daya Hasil

Uji daya hasil merupakan aspek penting dalam program perakitan varietas baru. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengevaluasi potensi hasil galur-galur terpilih pada berbagai kondisi lingkungan. Uji daya hasil meliputi tiga tahap, yaitu uji daya hasil pendahuluan (UDHP), uji daya hasil lanjut (UDHL), dan uji multilokasi untuk melihat stabilitas dan adaptabilitas tanaman di berbagai lokasi sebelum dilepas menjadi varietas unggul baru dengan karakter-karakter yang dikehendaki.

Nasir (2001) menyatakan uji daya hasil lanjut sebaiknya dilakukan minimal dua musim di beberapa lokasi untuk menekan tersingkirnya galur-galur unggul selama seleksi akibat adanya interaksi genotipe dengan lingkungannya. Arsyad et al. (2007) menambahkan ukuran petak pada uji daya hasil pendahuluan lebih kecil dibandingkan ukuran petak pada uji daya hasil lanjut dan uji multilokasi. Jumlah galur uji daya hasil pendahuluan lebih banyak dari pada uji daya hasil lanjut dan uji multilokasi, namun jumlah lokasi uji daya hasil pendahuluan lebih sedikit dibandingkan uji daya hasil lanjut dan uji multilokasi.

(17)

7

 

Heritabilitas

Penampilan suatu tanaman atau fenotipe ditententukan oleh faktor genetik dan faktor lingkungan serta interaksinya. Faktor genetik sangat penting bagi pemulia karena faktor genetik diwariskan dari tetua ke keturunannya. Interaksi genetik dengan lingkungan ditunjukkan dengan adanya respon hasil pada suatu sifat berbeda di lingkungan yang berbeda. Pengetahuan tentang interaksi antara genotipe dan lingkungan mempunyai arti penting dalam program seleksi, karena seleksi sering tidak efektif karena adanya interaksi ini (Poespodarsono, 1989).

Keragaman yang dapat diamati pada tanaman adalah ragam fenotipik (VP).

Ragam fenotipik terdiri dari ragam genetik (VG), ragam lingkungan (VE) serta

ragam interaksi genetik dengan lingkungan (VGE). Komponen ragam yang penting

bagi seorang pemulia adalah komponen ragam yang dapat diwariskan yaitu komponen ragam genetik.

Heritabilitas (h2) adalah suatu parameter yang menduga besar kecilnya faktor genetik terhadap faktor fenotipe, dinyatakan sebagai perbandingan atau proporsi varian genetik terhadap varian total (varian fenotipe) yang biasanya dinyatakan dengan persen (%). Heritabilitas dibagi menjadi dua macam, yaitu heritabilitas arti luas dan heritabilitas arti sempit. Heritabilitas arti luas adalah perbandingan antara varian genetik total dengan varian fenotipe, sedangkan heritabilitas arti sempit adalah perbandingan antara varian aditif dengan varian fenotipe.

Nilai heritabilitas dapat menggambarkan besarnya pengaruh genetik dalam menentukan keragaman fenotipe yang akan diwariskan kepada generasi selanjutnya.  Menurut Sujiprihati et al. (2003) nilai heritabilitas digolongkan menjadi nilai heritabilitas tinggi (h2>50%), heritabilitas sedang (20%<h2<50%), dan haritabilitas rendah (h2<20%). Heritabilitas bernilai tinggi menunjukkan bahwa ragam genetik besar dan ragam lingkungan kecil.

(18)

Waktu dan Tempat

Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Juni 2010 di Pagentongan, Bogor dengan ketinggian tempat penelitian sekitar 250 m di atas permukaan laut (dpl). Penghitungan komponen produksi dilakukan di Laboratorium Pemuliaan Tanaman, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB.

Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan dalam penelitian terdiri dari seperangkat alat pertanian, timbangan, alat tulis, kantung plastik, dan karung. Bahan bahan yang digunakan adalah 30 galur harapan PTB dan dua varietas pembanding yaitu IR64 dan Ciherang. Nama genotipe dari galur-galur harapan tersebut dapat dilihat pada Tabel 1.

Pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea, SP-18, dan KCl dengan dosis masing-masing 250 kg/ha pupuk Urea, 200 kg/ha pupuk SP-18, dan 100 kg/ha pupuk KCl. Pestisida yang digunakan adalah insektisida berbahan aktif buprofezin dan fipronil dan fungisida berbahan aktif difenokonazol.

Tabel 1. Daftar Galur Harapan PTB yang Diuji dan Dua Varietas Pembanding. No Galur No Galur No Galur

1 IPB107-F-16E-3 12 IPB107- F-60-1 23 IPB116- F-13-1

2 IPB107- F-16E-10 13 IPB107- F-82-2 24 IPB117- F-15-6

3 IPB107- F-18-4 14 IPB107- F-82-3 25 IPB117- F-18-3

4 IPB107- F-18E-2 15 IPB107- F-102-1 26 IPB117- F-20-2

5 IPB107- F-19-5 16 IPB107- F-104-1 27 IPB117- F-28-1

6 IPB107- F-20-1 17 IPB107- F-135-2 28 IPB117- F-28-4-1

7 IPB107- F-112-2-1 18 IPB107- F-175-1 29 IPB117- F-50-1

8 IPB107- F-20-5 19 IPB115- F-4-2-1 30 IPB117- F-80-1

9 IPB107- F-30-2 20 IPB116- F-1-1 31 IR64

10 IPB107- F-34E-2 21 IPB116- F-2-1 32 CIHERANG

(19)

9

 

Metode Percobaan

Rancangan percobaan yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT) satu faktor yaitu galur PTB. Terdapat 30 galur harapan PTB dan dua varietas pembanding, masing-masing perlakuan diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 96 satuan percobaan.

Satuan percobaan berupa pertanaman dalam satu petakan dengan ukuran 2 m x 4 m dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm. Luas seluruh lahan berkisar lebih

kurang 768 m2.

Model rancangan yang digunakan adalah :

Yij = μ + αi + βj + εij Keterangan :

Yij = daya hasil padi pada galur ke-i dan ulangan ke-j,

μ

= nilai rataan umum

αi = perlakuan galur ke-i (1,2,3,...,30)

βj = pengaruh ulangan ke-j (1,2,3)

εij = pengaruh acak pada galur ke-i dan ulangan ke-j

Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan pada percobaan ini adalah analisis ragam, uji lanjut t-dunnett, parameter genetik, dan korelasi. Apabila uji F pada analisis ragam menunjukkan berbeda nyata pada taraf 5% atau 1% maka uji statistik selanjutnya adalah menganalisis tingkat beda nyata pada rataan respon galur terhadap rataan respon varietas pembanding dengan uji t-Dunnett. Analisis parameter genetik dilakukan untuk menduga keragaman genetik, heritabilitas arti luas dan koefisien keragaman genetik (KKG) dari galur-galur yang diuji dan analisis korelasi dilakukan untuk mengetahui pengaruh karakter satu terhadap karakter yang lainnya.

(20)

Pelaksanaan Percobaan Persemaian

Benih direndam selama satu hari agar benih mengalami imbibisi dan berkecambah kemudian diperam selama satu hari hingga benih mulai berkecambah. Benih disemai pada petakan kecil dengan ukuran 0.5 m x 1 m sesuai dengan galur dan ulangan selama 16 hari. Pada umur tujuh hari setelah semai dilakukan pemupukan urea dengan dosis 10 g/m2 dan pada umur 14 hari setelah semai dilakukan penyemprotan insektisida.

Penanaman

Penanaman dilakukan dalam petakan sawah percobaan berukuran 2 m x 4 m yang telah diolah dengan dibajak dan kemudian dilumpurkan hingga

siap tanam. Setiap galur ditanam pada setiap petak dengan jarak tanam tegel yaitu 20 cm x 20 cm sebanyak satu bibit per lubang. Setiap petakan diulang tiga kali.

Pemeliharaan

Pemeliharaan yang dilakukan meliputi pemupukan, pengendalian OPT, dan pengairan. Pemupukan dilakukan sebanyak tiga kali pada masing-masing petak. Pemupukan pertama dilakukan pada empat hari setelah tanam (HST) menggunakan 100 kg/ha pupuk Urea, 200 kg/ha pupuk SP-18, dan 100 kg/ha pupuk KCl. Pemupukan kedua dilakukan pada tiga sampai empat minggu setelah tanam (MST) menggunakan pupuk Urea dengan dosis 100 kg/ha. Pemupukan ketiga pada saat padi berumur 7 MST menggunakan 50 kg/ha pupuk Urea.

Pengendalian gulma dilakukan secara manual dengan membersihkan sawah hingga bersih dari gulma ketika populasi gulma dirasa cukup banyak. Pencegahan hama dan penyakit menggunakan pestisida pada 17 hari setelah semai (HSS), 1 MST, 3 MST, 6 MST, 8 MST, dan 9MST. Pengendalian hama burung dilakukan dengan cara pemasangan orang-orangan sawah serta kaleng yang digantung berjejer dengan tali. Pengaturan perairan dikondisikan sesuai dengan kebutuhan.

(21)

11

 

Panen

Kondisi siap panen ditandai dengan 90% tanaman padi telah menguning. Sawah dikeringkan seminggu sebelum panen. Pemanenan dilakukan dengan memilih rumpun sehat dan normal serta dipotong dibagian pangkal.

Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan meliputi pengamatan terhadap tanaman contoh dan pengamatan hasil produksi. Setiap satuan percobaan diambil tiga rumpun tanaman sebagai tanaman contoh yang dipilih secara acak. Pengamatan karakter vegetatif dan generatif dilakukan terhadap tiga tanaman contoh yang telah ditetapkan. Adapun peubah yang diamati adalah:

1. Pengamatan tanaman contoh • Karakter vegetatif

1. Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah sampai ujung malai terpanjang dan pengukuran dilakukan menjelang panen.

2. Jumlah anakan total. • Karakter Generatif

1. Umur berbunga, dihitung saat masing-masing galur berbunga ≥ 80%. 2. Umur panen, dihitung saat kondisi ± 90% bulir telah masak.

3. Jumlah anakan produktif.

4. Panjang malai, diukur dari buku terakhir sampai bulir di ujung malai. 5. Jumlah gabah total per malai.

6. Jumlah gabah bernas. 7. Persentase gabah hampa. 8. Bobot 1 000 butir gabah bernas. 2. Pengamatan Produksi

• Hasil gabah kering giling (kadar air 14%) dalam ton/ha, dihitung berdasarkan rumpun panen per satuan percobaan.

Hasil (ton/ha) = X

(22)

Kondisi Umum

Pertumbuhan tanaman pada awal fase vegetatif di lokasi percobaan kurang baik, terlihat dari bentuk tanaman yang kecil dan memiliki anakan sedikit. Hal ini dikarenakan drainase yang kurang baik pada awal penanaman, curah hujan tinggi, serta adanya serangan hama keong mas (Pomacea canaliculata) (Gambar 1(a)).

Masalah ini dapat diatasi dengan pembuatan kemalir untuk memperbaiki drainase dan penyulaman untuk mengganti tanaman yang mati karena keong mas.

 

   

(a) (b)

  (c) (d) (e)

Gambar 1. Hama Penyakit yang Menyerang Lahan Percobaan, (a) Keong Mas, (b) Tungro, (c) Hawar Daun Bakteri, (d) Walang Sangit, (e) Busuk Pelepah.  

Tanaman terserang tungro (Gambar 1(b)) pada umur empat minggu setelah tanam (MST) karena terjadi endemik penyakit pada saat percobaan berlangsung. Pengendalian penyakit tungro dilakukan dengan mencabut tanaman yang terkena penyakit dan penyemprotan insektisida untuk mengendalikan wereng hijau (Nephottetix virescens) sebagai vektor virus tungro. Tanaman mulai terserang hawar daun bakteri (Gambar 1(c)) yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv. oryzae pada umur 6 MST. Serangan hawar daun bakteri ini tidak terlalu parah karena langsung dilakukan penyemprotan fungisida ketika gejala terlihat.

Hama walang sangit (Leptocorisa oratorius) (Gambar 1(d)) mulai menyerang ketika pengisian bulir hingga pemasakan bulir. Hama ini langsung

(23)

13

 

ditanggulangi dengan penyemprotan insektisida ketika tanaman memasuki fase generatif. Penyakit yang menyerang pada masa generatif adalah busuk pelepah (Gambar 1(e)) yang disebabkan oleh cendawan Sarocladium oryzae. Penyakit ini menyerang pelepah daun paling atas yang menutupi malai. Penyakit ini mengakibatkan malai yang muncul sebagian dan hanya menghasilkan sedikit bulir gabah. Pencegahan dimulai ketika tanaman memasuki masa generatif dengan penyemprotan fungisida dan berlanjut sampai masa pemasakan.

Analisis Ragam

Sidik ragam dilakukan untuk mengetahui pengaruh perlakuan terhadap karakter-karakter yang diamati. Hasil analisis ragam dari karakter yang diamati (Tabel 2) menunjukan adanya berbedaan dari seluruh karakter yang diamati terhadap galur-galur yang diuji dengan nilai koefisien keragaman (kk) yang cukup rendah kecuali karakter persentase gabah hampa yang memiliki nilai kk sebesar 23.68%. Nilai kk dari sejumlah karakter yang diamati berkisar antara 1.07-23.68%. Karakter umur berbunga memiliki nilai kk terendah dan karakter

persen gabah hampa memiliki nilai kk tertinggi. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh lingkungan yang bervariasi terhadap karakter yang diamati.

Tabel 2. Rekapitulasi Analisis Ragam Karakter yang Diamati. Karakter

F-hitung

G kk

Tinggi tanaman ** 3.86

Jumlah anakan total ** 13.54

Jumlah anakan produktif ** 12.94

Panjang malai ** 3.19

Jumlah gabah total ** 9.33

Jumlah gabah isi ** 11.04

Persentase gabah hampa ** 23.68

Umur berbunga ** 1.07

Umur panen ** 1.58

Bobot 1000 butir ** 3.70

Produksi GKG ** 10.13

Ket : * = berpengaruh nyata pada taraf 5% ** = berpengaruh nyata pada taraf 1% G = galur kk = koefisien keragaman(%)

(24)

Gomez dan Gomez (1995) menyatakan bahwa nilai kk menunjukan tingkat ketepatan perlakuan dalam suatu percobaan dan menunjukan pengaruh lingkungan dan faktor lain yang tidak dapat dikendalikan dalam percobaan. Semakin tinggi nilai kk maka semakin rendah keandalan suatu percobaan. Nilai kk beragam tergantung dari jenis percobaan, tanaman, dan sifat yang diukur. Misalnya dalam percobaan lapang kk yang dapat diterima untuk sifat hasil padi sekitar 10%, untuk jumlah anakan sekitar 20%, dan untuk tinggi tanaman sekitar 3%.

Produksi Gabah Kering Giling

Gabah kering giling (GKG) merupakan suatu nilai atau ukuran yang menunjukkan tingkat produktivitas suatu galur yang diuji. Menurut Abdullah et al. (2008) dengan sifat-sifat dan karakteristik yang dimiliki PTB diharapkan dapat menghasilkan 9-13 ton GKG/ha. Nilai rataan produksi GKG dari galur-galur PTB yang diuji dan varietas pembanding disajikan pada Tabel 3.

Berdasarkan Tabel 3, hasil produksi GKG galur-galur PTB yang diuji menunjukan produktivitas yang bervariasi, berkisar antara 4.783-8.142 ton/ha. Produktivitas varietas pembanding yaitu IR64 dan Ciherang berturut-turut adalah 6.459 ton/ha dan 7.756 ton/ha. Sebagian besar produktivitas galur-galur yang diuji tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding kecuali galur IPB115-F-4-2-1, IPB116-F-1-1, IPB116-F-4-3, IPB116-F-13-1, IPB117-F-15-6 yang berbeda nyata lebih rendah dengan varietas Ciherang.

Produktivitas tertinggi dihasilkan oleh galur IPB107-F-112-2-1 yaitu 8.142 ton/ha dan produktivitas terendah dihasilkan oleh galur IPB115-F-4-2-1 yaitu 4.783 ton/ha. Terdapat tiga galur yang memiliki produktivitas yang lebih tinggi dari varietas Ciherang yaitu IPB107-F-112-2-1 (8.142 ton/ha), IPB107-F-40E-1 (7.992 ton/ha), IPB107-F-60-1 (8.058 ton/ha) dan terdapat 22 galur yang memiliki produktivitas lebih tinggi dari varietas IR64. Terlihat pada Table 3, kelompok galur IPB107 memiliki nilai rataan produksi yang lebih tinggi dibandingkan kelompok galur IPB lainnya. Kelompok galur IPB107 memiliki potensi menjadi galur unggulan karena memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan kelompok galur yang lainnya.

(25)

15

 

Tabel 3. Nilai Rataan Produksi GKG Tanaman Padi.

No Galur Ulangan Rata-rata

1 2 3 …………...….ton/ha………. 1 IPB107-F-16E-3 8.155 7.432 6.447 7.345 2 IPB107- F-16E-10 6.950 7.740 6.478 7.056 3 IPB107- F-18-4 8.707 6.392 6.512 7.203 4 IPB107- F-18E-2 7.242 7.484 5.900 6.875 5 IPB107- F-19-5 6.896 6.620 7.205 6.907 6 IPB107- F-20-1 7.390 7.580 6.977 7.316 7 IPB107- F-112-2-1 8.974 7.831 7.619 8.142 8 IPB107- F-20-5 7.285 7.122 6.559 6.989 9 IPB107- F-30-2 6.868 7.539 7.941 7.450 10 IPB107- F-34E-2 6.321 7.401 7.105 6.942 11 IPB107- F-40E-1 8.687 9.019 6.271 7.992 12 IPB107- F-60-1 8.721 8.067 7.387 8.058 13 IPB107- F-82-2 7.056 8.047 6.849 7.317 14 IPB107- F-82-3 7.007 7.741 6.528 7.092 15 IPB107- F-102-1 6.689 7.431 6.962 7.027 16 IPB107- F-104-1 7.201 7.483 7.463 7.382 17 IPB107- F-135-2 6.953 7.331 7.546 7.277 18 IPB107- F-175-1 6.528 5.851 5.467 5.949b 19 IPB115- F-4-2-1 4.604 5.131 4.615 4.783b 20 IPB116- F-1-1 5.326 6.738 5.430 5.832b 21 IPB116- F-2-1 8.065 6.728 5.153 6.649 22 IPB116- F-4-3 5.205 5.460 5.222 5.296b 23 IPB116- F-13-1 4.709 7.533 5.703 5.982b 24 IPB117- F-15-6 4.944 6.569 5.411 5.641b 25 IPB117- F-18-3 7.648 6.837 6.437 6.974 26 IPB117- F-20-2 7.058 5.377 5.781 6.072 27 IPB117- F-28-1 6.665 7.285 6.327 6.759 28 IPB117- F-28-4-1 6.764 6.240 6.085 6.363 29 IPB117- F-50-1 7.066 5.710 6.906 6.561 30 IPB117- F-80-1 6.584 8.022 6.374 6.993 31 IR64 6.504 5.891 6.980 6.459 32 CIHERANG 7.888 7.874 7.507 7.756 Ket : KK = 10.13%

Indeks huruf pada kolom yang sama diolah lanjut dari hasil uji t-dunnett pada taraf 5% a = berbeda nyata dari varietas IR64

(26)

Keragaan Karakter Agronomi

Menurut Abdullah et al. (2008) PTB yang berpotensi hasil tinggi

umumnya harus mempunyai sifat-sifat seperti, jumlah anakan sedang tetapi semua produktif (12-18 batang), jumlah gabah per malai 150-250 butir, persentase gabah bernas 85-95%, bobot 1 000 gabah bernas 25-26 g, batang kokoh dan pendek (80-90 cm), umur genjah (110-120 hari), daun tegak, sempit, berbentuk huruf V, hijau sampai hijau tua, 2-3 daun terakhir tidak cepat luruh, akar banyak dan menyebar dalam, gabah langsing, mutu beras baik, serta tahan terhadap hama dan penyakit utama.Galur yang memiliki kriteria sesuai dengan kriteria PTB tersebut dapat dijadikan galur ungulan PTB. Tabel 4 menyajikan rataan beberapa komponen-komponen produksi galur-galur yang diuji beserta varietas pembandingnya.

Tinggi tanaman merupakan karakter yang sangat menentukan tingkat kerebahan tanaman. Kush et al. (2001) menyatakan semakin tinggi tanaman maka tanaman akan semakin mudah rebah seiring penyerapan N oleh tanaman. Tinggi tanaman galur-galur yang diuji (Tabel 4) berkisar antara 97-127 cm dan tinggi tanaman varietas IR64 dan Ciherang berturut-turut adalah 95 cm dan 110 cm.

Secara umum galur-galur yang diuji memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan varietas IR64. Terdapat delapan galur yang memiliki tinggi tanaman tidak berbeda nyata dengan varietas IR64 dan hanya ada tiga galur yang berbeda nyata lebih tinggi dengan kedua varietas pembanding, yaitu IPB107-F-112-2-1, IPB107-F-82-3, dan IPB117-F-50-1 yang memiliki tinggi berturut-turut 122 cm, 124 cm, dan 127 cm. Berdasarkan karakteristik tinggi tanaman, galur-galur yang diuji memiliki tinggi tanaman yang pendek-sedang.

Varietas IR64 dan Ciherang merupakan tanaman yang paling banyak ditanam oleh petani. Menurut Wurjandari dan Syam (2007), luas tanam varietas

Ciherang dan IR64 pada tahun 2006 di Indonesia berturut-turut adalah 2 183 357 ha dan 1 644 145 ha. Oleh karena itu, galur-galur yang memiliki

penampilan atau minimal memiliki tinggi tanaman seperti Ciherang dan IR64 dan memiliki produktivitas yang lebih tinggi dari kedua varietas tersebut perlu dikaji lebih lanjut. Dari galur-galur yang diuji terdapat dua galur yang memiliki tinggi tanaman yang tidak berbeda nyata dengan varietas Ciherang dan memiliki

(27)

17

 

produktivitas lebih tinggi dari Ciherang yaitu galur IPB107-F-40E-1 (7.992 ton/ha) dan IPB107-F-60-1 (8.058 ton/ha).

Tabel 4. Nilai Rataan Beberapa Komponen Produksi Galur-galur yang Diuji dan Varietas Pembanding

No Galur TT (cm) JAT JAP UB (HSS) UP (HSS) 1 IPB107-F-16E-3 103 15a 14a 88ab 116 2 IPB107- F-16E-10 110a 12a 12ab 88ab 115 3 IPB107- F-18-4 117a 13a 13a 88ab 115 4 IPB107- F-18E-2 97b 11ab 11ab 88ab 116 5 IPB107- F-19-5 117a 10ab 10ab 89ab 118 6 IPB107- F-20-1 114a 15a 15a 90ab 118 7 IPB107- F-112-2-1 122ab 12a 12a 89ab 118 8 IPB107- F-20-5 121a 10ab 10ab 88ab 116 9 IPB107- F-30-2 110a 19 17 92ab 118 10 IPB107- F-34E-2 103 13a 12a 89ab 117 11 IPB107- F-40E-1 113a 12ab 12ab 91ab 118 12 IPB107- F-60-1 115a 12ab 12ab 88ab 118 13 IPB107- F-82-2 119a 12a 12a 88ab 118 14 IPB107- F-82-3 124ab 10ab 10ab 88ab 118 15 IPB107- F-102-1 114a 12ab 11ab 89ab 118 16 IPB107- F-104-1 115a 12a 12ab 91ab 118 17 IPB107- F-135-2 118a 12a 11ab 88ab 118 18 IPB107- F-175-1 99b 11ab 11ab 90ab 118 19 IPB115- F-4-2-1 104 8ab 7ab 84 114 20 IPB116- F-1-1 102 13a 12a 84 114 21 IPB116- F-2-1 103 12a 12a 88ab 113 22 IPB116- F-4-3 100 14a 13a 88ab 113 23 IPB116- F-13-1 111a 16a 15a 88ab 116 24 IPB117- F-15-6 120a 9ab 9ab 89ab 115 25 IPB117- F-18-3 114a 13a 12a 90ab 114 26 IPB117- F-20-2 120a 9ab 9ab 89ab 118 27 IPB117- F-28-1 116a 10ab 9ab 88ab 114 28 IPB117- F-28-4-1 119a 8ab 8ab 88ab 113 29 IPB117- F-50-1 127ab 10ab 10ab 94ab 120 30 IPB117- F-80-1 118a 8ab 8ab 88ab 114 31 IR64 95 22 21 82 115 32 CIHERANG 110 16 16 83 115

Ket : Indeks huruf pada kolom yang sama diolah lanjut dari hasil uji t-dunnett pada taraf 5% a = berbeda nyata dari varietas IR64

b = berbeda nyata dari varietas Ciherang

TT = tinggi tanaman (cm) JAT = jumlah anakan total

JAP = jumlah anakan produktif UB = umur berbunga (HSS) UP = umur panen (HSS)

(28)

PTB memiliki sifat jumlah anakan sedang tetapi produktif semua, karena jumlah anakan produktif adalah karakter penting dalam menentukan potensi hasil. Menurut Peng et al. (1994) sifat jumlah anakan sedikit berhubungan dengan besarnya ukuran malai dan karakter ini merupakan target pengembangan tanaman tipe baru oleh IRRI. Fagi et al. (2002) menjelaskan bahwa anakan yang kesemuanya produktif dalam satu rumpun mengakibatkan hilangnya kompetisi dalam penggunaan asimilat dengan anakan yang tidak produktif atau terlambat tumbuh sehingga semua anakan memiliki besar dan tinggi yang hampir sama dan memungkinkan asimilat digunakan untuk pengisian bulir.

Jumlah anakan total galur-galur yang diuji (Tabel 4) berkisar antara 8-19 anakan dan hampir seluruhnya berbeda nyata lebih rendah dengan varietas IR64 yang memiliki anakan mencapai 22. Galur IPB107-F-30-2 adalah satu-satunya galur tidak berbeda nyata dengan varietas IR64 yang memiliki jumlah anakan total 19 anakan. Diantara galur yang diuji terdapat 14 galur yang berbeda nyata lebih rendah dengan varietas Ciherang yang memiliki jumlah anakan total 16 anakan. Berdasarkan Gambar 1 dapat dilihat hanya sebelas dari 30 galur yang diuji yang memiliki anakan yang tidak produktif. Galur-galur IPB107 dan IPB116 memiliki jumlah anakan produktif sedang berkisar antara 10-17 anakan per rumpun. Sifat ini merupakan sifat PTB yang diharapkan.

Gambar 2. Grafik Jumlah Anakan Galur-galur yang Diuji dan Dua Varietas Pembanding

0 5 10 15 20 25 IPB 107-F-16 E-3 IPB 107-F-16E-10 IPB 107-F-18-4 IPB 107-F-18E-2 IPB 107-F-19-5 IPB 107-F-20-1 IPB 107- F-112-2-1 IPB 107-F-20-5 IPB 107-F-30-2 IPB 107-F-34E-2 IPB 107-F-40E-1 IPB 107-F-60-1 IPB 107-F-82-2 IPB 107-F-82-3 IPB 107-F-102-1 IPB 107-F-104-1 IPB 107-F-135-2 IPB 107-F-175-1 IPB 115-F-4-2-1 IPB 116-F-1-1 IPB 116-F-2-1 IPB 116-F-4-3 IPB 116-F-13-1 IPB 117-F-15-6 IPB 117-F-18-3 IPB 117-F-20-2 IPB 117-F-28-1 IPB 117-F-28-4-1 IPB 117-F-50-1 IPB 117-F-80-1 IR64 CIHERANG Anakan tidak  produktif

(29)

19

 

Umur berbunga dari galur-galur yang diuji (Tabel 4) berkisar diantara 84-94 hari setelah semai (HSS). Hampir seluruh galur yang diuji berbeda nyata lebih lama dalam berbunga dengan varietas IR64 dan Ciherang yang memiliki umur berbunga berturut-turut 82 hari dan 83 hari. Umur berbunga tercepat dari galur-galur yang diuji adalah galur IPB115-F-4-2-1 dan IPB116-F-1-1, sedangkan umur berbunga terlama adalah galur IPB117-F-50-1.

Umur panen galur-galur yang diuji (Tabel 4) tidak berbeda nyata dengan umur panen varietas IR64 dan Ciherang yang memiliki umur panen 115 hari. Umur panen dari galur-galur yang diuji berkisar antara 113-120 hari. Umur panen terlama adalah galur IPB117-F-50-1 dan umur panen tercepat adalah galur IPB116-F-2-1, IPB116-F-4-3, dan IPB117-F-28-4-1. Berdasarkan karakteristik umur, galur-galur yang diuji memiliki sifat PTB yang diharapkan yaitu berumur genjah (110-120 hari).

Berdasarkan Tabel 5, panjang malai galur-galur yang diuji berkisar antara 27-35 cm, sedangkan panjang malai varietas IR64 dan Ciherang adalah 26 cm. Karakter panjang malai dari galur-galur yang diuji hampir seluruhnya berbeda nyata lebih panjang dengan varietas pembanding. Hanya galur IPB107-F-102-1 dan IPB107-F-104-1 yang tidak berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding. Dari galur-galur yang diuji, galur IPB117-F-80-1 memiliki malai terpanjang dan galur IPB107-F-104-1 memiliki malai terpendek. Malai yang panjang menghasilkan jumlah gabah total lebih banyak dan berpotensi menyebabkan persentase gabah hampa yang lebih tinggi. Hal ini dikarenakan panjangnya masa pengisisan bulir dan perbedaan waktu masak antara gabah yang berada di ujung malai dan di pangkal malai akan menyebabkan jumlah gabah hampa menjadi lebih banyak.

Seluruh galur-galur yang diuji mempunyai jumlah gabah total (Tabel 5) yang berbeda nyata lebih banyak dengan kedua varietas pembanding. Jumlah gabah total pada galur-galur yang diuji berkisar antara 238-366 butir per malai sedangkan jumlah gabah total varietas IR64 dan Ciherang memiliki jumlah gabah total berturut-turut 137 dan 166 butir per malai. Galur IPB107-F-112-2-1 memiliki jumlah gabah total tertinggi dan galur IPB116-F-4-3 memiliki jumlah

(30)

gabah terrendah. Galur-galur yang diuji memiliki salah satu sifat penting PTB yaitu jumlah gabah permalai yang banyak berkisar antara 200-250 butir per malai.

Tabel 5. Nilai Rataan Beberapa Komponen Produksi Galur-galur yang Diuji dan Varietas Pembanding

No Galur (cm) PM JGT JGI PGH (%) (gram) BB

1 IPB107-F-16E-3 30ab 310ab 271ab 12 22ab 2 IPB107- F-16E-10 30ab 288ab 227ab 21 21ab 3 IPB107- F-18-4 32ab 359ab 267ab 26 24 4 IPB107- F-18E-2 29ab 296ab 211ab 29b 24 5 IPB107- F-19-5 31ab 339ab 285ab 16 23a 6 IPB107- F-20-1 30ab 305ab 247ab 20 22ab 7 IPB107- F-112-2-1 31ab 366ab 279ab 24 22ab 8 IPB107- F-20-5 29ab 325ab 272ab 17 22ab 9 IPB107- F-30-2 31ab 313ab 265ab 16 21ab 10 IPB107- F-34E-2 30ab 306ab 256ab 16 22ab 11 IPB107- F-40E-1 30ab 323ab 284ab 12 21ab 12 IPB107- F-60-1 32ab 362ab 272ab 25 23a 13 IPB107- F-82-2 30ab 309ab 247ab 19 22ab 14 IPB107- F-82-3 31ab 303ab 252ab 16 23a 15 IPB107- F-102-1 28 270ab 223ab 18 24 16 IPB107- F-104-1 27 274ab 243ab 11 22ab 17 IPB107- F-135-2 31ab 352ab 253ab 28 24 18 IPB107- F-175-1 30ab 294ab 249ab 16 22ab 19 IPB115- F-4-2-1 30ab 259ab 179a 30b 28ab 20 IPB116- F-1-1 29ab 281ab 212ab 24 26 21 IPB116- F-2-1 29ab 266ab 187a 29b 25 22 IPB116- F-4-3 29ab 238ab 181a 24 27 23 IPB116- F-13-1 30ab 275ab 214ab 22 25 24 IPB117- F-15-6 32ab 280ab 213ab 24 30ab 25 IPB117- F-18-3 30ab 296ab 228ab 23 28b 26 IPB117- F-20-2 32ab 296ab 202a 31ab 31ab 27 IPB117- F-28-1 32ab 329ab 252ab 23 27b 28 IPB117- F-28-4-1 33ab 351ab 281ab 19 27 29 IPB117- F-50-1 33ab 279ab 215ab 22 31ab 30 IPB117- F-80-1 35ab 349ab 294ab 16 30ab 31 IR64 26 137 111 17 25 32 CIHERANG 26 166 140 16 25

Ket : Indeks huruf pada kolom yang sama diolah lanjut dari hasil uji t-dunnett pada taraf 5% a = berbeda nyata dari varietas IR64

b = berbeda nyata dari varietas Ciherang

PM = panjang malai (cm) JGT = jumlah gabah total

JGI = jumlah gabah isi PGH = persentase gabah hampa (%) BB = bobot 1000 butir (gram)

(31)

21

 

Jumlah gabah isi merupakan karakter penting dalam menentukan potensi hasil. Galur-galur yang diuji memiliki jumlah gabah isi (Tabel 5) berkisar antara 181-294 gabah isi per malai, sedangkan gabah isi yang dimiliki varietas IR64 dan Ciherang berturut-turut adalah 111 dan 140 gabah isi per malai. Hampir seluruh gabah isi dari galur-galur yang diuji berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding kecuali galur IPB116-F-2-1, IPB116-F-4-3, IPB117-F-20-2 dan galur IPB115-F-4-2-1 yang hanya berbeda nyata dengan varietas IR64. Galur IPB117-F-80-1 memiliki gabah isi tertinggi dan galur IPB116-F-4-3 memiliki gabah isi terendah.

Persentase gabah hampa adalah perbandingan antara jumlah gabah hampa dengan jumlah gabah total dan dikalikan 100%. Menurut Abdullah et al. (2008), jumlah gabah hampa dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor non genetik dan kehampaan pada PTB disebabkan oleh ketidakseimbangan antara sink dan source. Persentase gabah hampa dari galur-galur yang diuji (Tabel 5) memiliki nilai bervariasi, berkisar antara 11-31%. Persentase gabah hampa varietas IR64 dan Ciherang berturut-turut adalah 17% dan 16%. Galur IPB107-F-104-1 memiliki persentase gabah terendah yaitu 11% dan Galur IPB117-F-20-2 memiliki persentase gabah hampa tertinggi yaitu 31% dan berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding. Galur IPB107-F-16E-3, IPB107-F-40E-1, dan IPB107-F-104-1 memiliki sifat PTB yang diharapkan, yaitu memiliki persentase gabah hampa di bawah 15%. Selain memiliki persentase gabah hampa di bawah 15%, galur IPB107-F-40E-1 memiliki produktivitas yang melebihi varietas Ciherang.

Bobot 1 000 butir merupakan salah satu karakter yang mempengaruhi komponen hasil. Anwari (1986) menyatakan bahwa komponen hasil dipengaruhi oleh jumlah gabah per malai, jumlah malai per rumpun, persentase gabah isi, dan bobot 1 000 butir. Purohit dan Majumder (2009) menegaskan diantara komponen-komponen produksi, karakter-karakter yang paling memberikan kontribusi terhadap potensi hasil adalah jumlah anakan produktif, jumlah gabah isi per malai, dan bobot 1 000 butir. Bobot gabah 1000 butir galur-galur yang di uji (Tabel 5) memiliki variasi yang tinggi berkisar antara 21-31 gram dan bobot 1 000 butir varietas IR64 dan Ciherang adalah 25 gram. Galur IPB117-F-20-2 dan

(32)

IPB117-F nyata deng IPB107-F berbeda ny Ga galur ini pembandin gram. Se dibanding bobot berk memiliki memiliki b Gambar 3 Ke perakitan semakin t -50-1 memi gan kedua v -16E-10, IP yata dengan alur-galur I memiliki b ng dan krit edangkan g gkan varieta kisar antara bentuk ga bentuk gaba 3. Bentuk g Ket : nom K eragaman g varietas. M inggi pula p iliki bobot varietas pem PB107-F-30 n kedua vari PB107 mem bobot 1 000 teria bobot galur-galur as pemband a 27-31 gra abah yang ah yang bes gabah galur-mor 1-30 me Keragama genetik me artono (200 peluang un 1 000 butir mbanding. B 0-2, dan IP ietas pemba miliki bobo 0 butir yan 1 000 but IPB117 ding dan k am. Hal ini ramping, sar (Gambar -galur yang erupakan no n Genetik emegang p 09) menyata ntuk mendap tertinggi se Bobot 1 000 PB107-F-40 anding. ot berkisar ng lebih ren tir PTB ya memiliki kriteria PTB i dikarenaka sedangkan r 2). diuji besert o galur yang dan Herita peranan ya akan semaki patkan sum ebesar 31 gr 0 butir teren 0E-1 sebesa antara 21-ndah diband ng diharapk bobot yan B yang dih an kelompo kelompok ta dua variet g tertera pad abilitas ang sangat in tinggi ke mber gen bag

ram dan ber ndah adalah ar 21 gram -24 gram, g dingkan va kan yaitu 2 ng lebih t harapkan de ok galur IP k galur IP tas pemban da Tabel 1. penting d eragaman ge gi karakter rbeda galur m dan galur-arietas 25-26 tinggi engan B107 B117 nding dalam enetik yang

(33)

23

 

akan diperbaiki. Pendugaan ragam pada galur-galur yang diuji dilakukan untuk setiap karakter yang diamati. Komponen ragam terdiri atas ragam fenotipik, ragam genetik, dan ragam lingkungan atau galat. Berdasarkan Tabel 6, sebagian besar ragam genetik dari karakter yang diamati memiliki nilai yang lebih besar dibandingkan ragam lingkungannya, kecuali untuk hasil panen, karakter persentase gabah hampa dan umur panen. Ragam genetik yang lebih besar dibandingkan ragam lingkungan menunjukan karakter tersebut lebih dipengaruhi oleh genetiknya dibandingkan lingkungan.

Nilai heritabilitas arti luas dari karakter yang diamati memiliki nilai heritabilitas yang tinggi (Tabel 6), yaitu berkisar antara 67.4-97.03%. Karakter bobot 1 000 butir merupakan karakter yang mempunyai nilai heritabilitas tertinggi dan karakter umur panen memiliki nilai heritabilitas yang terendah dibandingkan karakter lainnya. Tingginya nilai heritabilitas dari karakter-karakter yang diamati, menunjukan penampilan karakter-karakter tersebut lebih banyak dipengaruhi oleh faktor genetik dibandingkan faktor lingkungan.

Tabel 6. Nilai Ragam, Heritabilitas, dan Koefisien Keragaman Genetik (KKG) komponen-komponen produksi dari galur-galur yang diuji.

Peubah VG VP VE h2bs (%) KKG (%) PANEN 0.4517 0.6111 0.4782 73.92 9.8462 BB 8.8901 9.1621 0.8159 97.03 11.9264 TT 66.3690 72.6155 18.7396 91.40 7.2617 JAT 8.4442 9.3538 2.7288 90.28 23.7823 JAP 7.0360 7.8096 2.3209 90.09 22.4550 PM 3.5202 3.8296 0.9284 91.92 6.2023 JGT 2260.8041 2516.1200 765.9533 89.85 16.0229 JGI 1603.5662 1827.6100 672.1452 87.74 17.0584 PGH 21.4409 29.4506 24.0292 72.80 22.3826 UB 5.3464 5.6416 0.8854 94.77 2.6275 UP 2.3236 3.4462 3.3679 67.42 1.0813

Ket: VG = ragam genetik VP = ragam fnotipik

VE = ragam lingkungan h2bs = heritabilitas arti luas

KKG = koefisien keragaman genetik

Keterangan lain sama dengan Tabel 4 dan Tabel 5

Menurut Zen (1995) jika nilai heritabilitas tinggi maka sebagian besar variasi fenotipe disebabkan oleh variasi genetik sehingga seleksi akan

(34)

menghasilkan kemajuan genetik yang besar. Martono (2009) menambahkan nilai heritabilitas tinggi untuk karakter-karakter tersebut, penampilannya lebih ditentukan oleh faktor genetik sehingga seleksi pada populasi akan efisien dan efektif karena akan memberikan harapan dan kemajuan genetik yang besar.

Nilai koefisien keragaman genetik (KKG) karakter yang diamati dari galur-galur yang diuji (Tabel 6) berkisar antara 1.0813-23.7823 %. Alnopri (2004) membagi nilai koefisien keragaman genetik (KKG) ke dalam tiga kelompok, KKG tinggi (>20%), KKG sedang (10% ≤ KKG ≤ 20%), dan KKG rendah (<10%). Berdasarkan pengelompokkan KKG menurut Alnopri (2004), karakter jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, dan persentase gabah hampa memiliki nilai KKG tinggi. Karakter bobot 1 000 butir gabah, jumlah gabah total, dan jumlah gabah isi memiliki nilai KKG sedang. Hasil panen, tinggi tanaman, panjang malai, umur berbunga, dan umur panen memiliki nilai KKG rendah.

Korelasi antar Karakter Tanaman

Hubungan antar karakter tanaman perlu diketahui untuk mengetahui pengaruh karakter yang satu dengan yang lainnya karena akan membantu dalam perencanaan dan evaluasi program pemuliaan. Tabel 7 menyajikan korelasi antar karakter yang diamati.

Tabel 7. Nilai koefisien korelasi antar karakter yang diamati.

Karakter Hasil BB TT JAT JAP PM JGT JGI PGH BB -0,58** TT 0,33 0,20 JAT 0,22 -0,38* -0,48** JAP 0,28 -0,41* -0,44* 0,99** PM -0,03 0,39* 0,56** -0,58** -0,59** JGT 0,35 -0,17 0,52** -0,52** -0,53** 0,73** JGI 0,46** -0,35 0,49** -0,41* -0,40* 0,62** 0,92** PGH -0,40* 0,48** -0,03 -0,26 -0,28 0,22 0,08 -0,30 UB 0,26 -0,08 0,45** -0,24 -0,23 0,44 0,50 0,51** -0,18 UP 0,46** -0,36* 0,39* 0,03 0,07 0,06 0,24 0,24 -0,27

Ket : * = berekorelasi nyata pada taraf 5% ** = berkorelasi nyata pada taraf 1%

(35)

25

 

Berdasarkan Tabel 7, hasil panen berkorelasi positif dengan jumlah gabah isi dan umur panen serta berkorelasi negatif dengan bobot 1 000 butir dan persentase gabah hampa. Bobot 1 000 butir berkolerasi positif dengan panjang malai dan persentase gabah hampa serta berkorelasi negatif dengan jumlah anakan total, jumlah anakan produktif, dan umur panen. Hasil panen berkorelasi negatif dengan bobot 1 000 butir dikarenakan galur-galur yang mempunyai bobot 1 000 butir yang tinggi (IPB117) mempunyai jumlah anakan yang lebih sedikit dibandingkan dengan galur-galur yang memiliki bobot 1 000 butir yang rendah (IPB107). Terbukti dengan adanya korelasi yang negatif antara bobot 1 000 butir dengan jumlah anakan produktif.

Jumlah anakan produktif yang merupakan karakter penting dalam penentu potensi hasil, berkorelasi negatif dengan tinggi tanaman, panjang malai, jumlah gabah total, dan jumlah gabah isi serta berkorelasi positif dengan jumlah anakan total. Panjang malai berkorelasi positif dengan tinggi tanaman, jumlah gabah total, dan jumlah gabah isi serta berkorelasi negatif dengan jumlah anakan total dan jumlah anakan produktif. Jumlah gabah isi berkorelasi positif dengan tinggi tanaman, jumlah gabah total dan umur berbunga.

Berdasarkan korelasi antar karakter, semakin banyak jumlah anakan akan memperpendek tinggi tanaman dan panjang malai. Malai pendek akan menghasilkan jumlah gabah total dan jumlah gabah isi lebih sedikit dibandingkan malai yang panjang.

(36)

Kesimpulan

Galur IPB107-F-112-2-1, IPB107-F-40E-1, IPB107-F-60-1 memiliki hasil produksi yang lebih tinggi dari varietas pembanding Ciherang. Kelompok galur IPB107 memiliki produktivitas yang lebih tinggi dibandingkan kelompok galur-galur lainnya. Berdasarkan hasil evaluasi keragaan, galur-galur-galur-galur yang diuji mempunyai tinggi tanaman yang sedang, jumlah gabah per malai >200, dan berumur genjah. Galur-galur IPB107 memiliki bobot 1 000 butir yang lebih rendah dan galur-galur IPB117 memiliki bobot 1 000 butir yang lebih tinggi dari sifat PTB yang diharapkan. Galur-galur IPB107 dan IPB116 memiliki jumlah anakan produktif yang sedang.

Saran

Galur-galur yang memiliki potensi hasil lebih tinggi dari varietas Ciherang dapat dikaji lebih lanjut agar dapat diusulkan untuk uji multilokasi dalam rangka pelepasan varietas.

(37)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, B., S. Tjokrowidjojo, dan Sularjo. 2008. Perkembangan dan Prospek Perakitan Padi Tipe Baru di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 27(1):1-9. Alnopri. 2004.Variabilitas genetic dan heritabilitas sifat-sifat pertumbuhan bibit

tujuh genotype kopi robusta-arabica. Jurnal Ilmu-ilmu Pertanian Indonesia 6(2) 91-96.

Anwari, H. 1986. Sifat genetik komponen hasil pada Tanaman Padi (Oryza sativa L.). Dalam Risalah Seminar 1994. Balai Penelitian Tanaman Pangan Sukarami Padang.

Arsyad, D.M., M.M. Adie, dan H. Kuswantoro. 2007. Perakitan varietas unggul kedelai spesifik Agroekologi, hal 205-226. Dalam: Sumarno, Suyamto, A. Widjono, dan H. Kasim (Eds.). Kedelai: Teknik Produksi dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Bogor.

Badan Pusat Statistik. 2010. Statistik padi Indonesia (tahun 2000-2009).

http://www.bps.go.id. [20 Maret 2010].

Fagi, A.M., I. Las, dan M. Syam. 2002. Penelitian padi : menjawab tantangan ketahanan pangan nasional. Balai Penelitian Tanaman Padi. Bogor.

Gomez, K. A. Dan A. A. Gomez. 1995. Prosedur Statistika Untuk Penelitian Pertanian. [Terjemahan dari : Statistical Procedures for Agricultural Research. Penerjemah : E. Sjamsudin dan J. S. Baharsjah.] Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta. 698 hlm.

Khush, G.S. 2000. New plant type of rice for increasing the genetic yield potensial, p. 99-108. In JATA. S. Nanda (Ed). Rice Breeding and Genetiks. Science Publisher Inc. New Hampshire.

Khush, G.S., W.R Coffman, and H.M Beachell. 2001. The History of Rice Breeding : IRRI’s Constribution. IRRI. Los Banos, Philippines.

Las, I., B. Abdullah, A. A. Darajdat. 2003. Padi tipe baru dan padi hibrida mendukung ketahanan pangan. Tabloid Sinar Tani. 30 Juli 2003.

Martono, B. 2009. Keragaman genetik, heritabilitas dan korelasi antar karakter kuantitatif nilam (pogostemon sp.) hasil fusi protoplas. Jurnal Littri 15(1):9-15.

Nasir, M. 2001. Pengantar Pemuliaan Tanaman. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

(38)

Peng, S., G.S. Kush, and K. G. Cassman. 1994. Evolution of the New Plant Ideotype for Increased Yield Potential. Pages 5-20. In : Breaking the Yield Barrier. IRRI. Los Banos, Philppines.

Poespodarsono, S. 1988. Dasar-dasar Ilmu Pemuliaan Tanaman. PAU-IPB Bekerjasama dengan Lembaga Sumber Daya Informasi IPB, Bogor. 163 hal. Purohit, S. dan M.K. Majumder. 2009. Selection of high yield rice variety from a cold tolerant three-way rice (Oryza sativa L.) cross involving Indica, Japonica, and wide compatible variety. Middle-East J. Sci. Res. 4(1):28-31. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. 2007. Peningkatan

Produksi Padi Menuju 2020. http://pangan.litbang.deptan.go.id. [2 Desember 2009].

Sujiprihati, S., G.B. Saleh, and E.S. Ali. 2003. Heritability, performance and correlation studies on single crosshybrids of tropical maize. Asian Journal of Plant Science. 2(1):51-57.

Susanto, U., A.A. Daradjat, dan B. Suprihatno. 2003. Perkembangan pemuliaan padi sawah di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 22(3):125-131.

Wurjandari, D. dan M. Syam. 2007. Data Penting Padi Dunia dan Beberapa Negara Asia. Puslitbang Tanaman Pangan. Bogor.

Zen, S. 1995. Heritabilitas, korelasi genotipik dan fenotipik karakter padi gogo. Zuriat 6(1):25-32.

(39)
(40)

Lampiran                                                  

1. Malai Kelompok Gaalur IPB1077 dan Dua V

 

(41)

  Lampiran                           Lampiran                         2. Malai G 3. Malai K alur IPB115 elompok Ga 5 dan Dua V alur IPB116 Varietas Pem 6 dan Dua V mbanding

Varietas Pemmbanding

(42)

Lampiran                       Lampiran                         4. Malai K 5. Malai an elompok Ga ntar Kelomp alur IPB117 pok Galur d   7 dan Dua V

dan Dua Var

 

Varietas Pem

rietas Pemb

mbanding

(43)

33

 

Lampiran 6. Lahan Percobaan

 

   

Lampiran 7. Pengendalian Hama dan Penyakit

   

(44)

Lampiran 8. Deskripsi Varietas IR 64

Nomor seleksi : IRI8348-36-3-3

Asal persilangan : IR5657/IR2061

Golongan : Cere

Umur Tanaman : 110-120 hari

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 115-126 cm

Anakan produktif : 20-35 batang

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau

Muka daun : Kasar

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Ramping, panjang

Warna gabah : Kuning bersih

Kerontokan : Tahan

Kerebahan : Tahan

Tekstur nasi : Pulen

Kadar amilosa : 23%

Bobot 1 000 butir : 24,1 g

Rata-rata hasil : 5,0 ton/ha GKG

Potensi hasil : 6,0 ton/ha GKG

Ketahanan terhadap :

Hama : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2 dan biotipe 3 Penyakit : Agak tahan terhadap hawar daun bakteri strain IV dan

tahan virus kerdil rumput

Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai sedang

Pemulia : Introduksi dari IRRI

(45)

35

 

Lampiran 9. Deskripsi Varietas Ciherang

Nomor seleksi : S3383-ID-PN-41-3-1

Asal persilangan : IRI8349-53-1-3-1-3/2*IRI19661-131-3-1-3//4*IR64

Golongan : Cere

Umur Tanaman : 116-125 hari

Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 107-115 cm

Anakan produktif : 14-17 batang

Warna batang : Hijau

Warna lidah daun : Tidak berwarna

Warna daun : Hijau

Muka daun : Kasar pada sebelah bawah

Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Bentuk gabah : Panjang ramping

Warna gabah : Kuning bersih

Kerontokan : Sedang

Kerebahan : Sedang

Tekstur nasi : Pulen

Kadar amilosa : 23%

Bobot 1 000 butir : 28 g

Rata-rata hasil : 6,0 ton/ha GKG

Potensi hasil : 8,5 ton/ha GKG

Ketahanan terhadap :

Hama : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3

Penyakit : Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV

Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah sampai 500 m dpl.

Pemulia : Tarjat T, Z.A. Simanullang, E. Sumadi dan Aan A.

Daradjat

Gambar

Tabel 1. Daftar Galur Harapan PTB yang Diuji dan Dua Varietas Pembanding.
Gambar 1. Hama Penyakit yang Menyerang Lahan Percobaan, (a) Keong Mas,   (b) Tungro, (c) Hawar Daun Bakteri, (d) Walang Sangit, (e) Busuk Pelepah
Tabel 2. Rekapitulasi Analisis Ragam Karakter yang Diamati.
Tabel 4. Nilai Rataan Beberapa Komponen Produksi Galur-galur yang Diuji   dan Varietas Pembanding
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hasil analisis sidik ragam beberapa karakter yang diamati dari 19 galur kedelai menunjukkan adanya perbedaan nyata pada taraf 1% yaitu pada karakter umur berbunga, umur

Variabel Karakter kuantitatif yang diamati dari 12 galur harapan padi beras merah dengan empat tetua tampak bahwa Tinggi Tanaman, Jumlah Anakan Non Produktif,

Dari hasil analisis statistik yang dapat dilihat pada Tabel 2 dan Grafik 2, ternyata galur/varietas yang diuji menunjukkan pengaruh yang nyata terhadap umur tanaman , dimana a)

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa uji 11 galur padi hibrida dan satu varietas lokal sebagai pembanding didapat- kan bahwa rata-rata tinggi tanaman yang berbeda

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa uji 11 galur padi hibrida dan satu varietas lokal sebagai pembanding didapat- kan bahwa rata-rata tinggi tanaman yang berbeda

Hasil analisis sidik ragam beberapa karakter yang diamati dari 19 galur kedelai menunjukkan adanya perbedaan nyata pada taraf 1% yaitu pada karakter umur

Hasil analisis ragam menunjukan bahwa uji 11 galur padi hibrida dan satu varietas lokal sebagai pembanding didapat- kan bahwa rata-rata tinggi tanaman yang berbeda

Secara keseluruhan hasil dari produktivitas kelima galur yang lebih tinggi dari varietas pembanding tidak berbeda nyata setelah diuji lanjut, hal tersebut dapat