• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI TIPE BARU (PTB) IPB DI KABUPATEN LEBAK DALAM RANGKA UJI MULTI LOKASI MUHAMMAD HABIB CHIRZIN HS A

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI TIPE BARU (PTB) IPB DI KABUPATEN LEBAK DALAM RANGKA UJI MULTI LOKASI MUHAMMAD HABIB CHIRZIN HS A"

Copied!
42
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAAN GALUR HARAPAN

PADI TIPE BARU (PTB) IPB DI KABUPATEN LEBAK

DALAM RANGKA UJI MULTI LOKASI

MUHAMMAD HABIB CHIRZIN HS

A24070196

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(2)

Multilocation Test

Abstract

The demand of rice increasing in line with growth of the population in Indonesia. One of the solution wich can be done to increase the potential yield by the varietie. IPB has been doing research on this and have created promising lines that have high potential yield and ready to be released into varieties. The objective of this research were to evaluate potential yield of IPB New Plant Type of Rice potential for hight yielding varieties in multilocation test and as part of the completeness data requirements for proposing varietie release. This research was done from Mei until September 2011, used 8 IPB new plant type of rice promising lines there are IPB102-F-46-2-1, IPB107-F-16E-3-1, IPB107-F-25-1-1, IPB107-F-36-1-1, IPB107-F-48-1-1, IPB116-F-42-2-1, IPB116-F-45-2-1, IPB117-F-14-2-1 with 2 check variety, there are Ciherang and IR64. The treatment used in this research is the genotype as a single factor, The treatments consisted of 10 genotypes. The result showed that IPB107-F-16E-3-1 and IPB116-F-45-2-1 lines have the highest potential yield that is equal to 7.40 tons / ha and 6.40 tons / ha. IPB116-F-45-2-1 line has corresponding of new palnt type of rice This can be seen from the high yield potential, number of tillers, productive tillers and plant height in accordance with the characteristics of new plant type of rice.

(3)

RINGKASAN

MUHAMMAD HABIB CHIRZIN HS. Keragaan Galur Harapan Padi Tipe Baru (PTB) IPB di Kabupaten Lebak dalam Rangka Uji Multi Lokasi. (Dibimbing oleh HAJRIAL ASWIDINNOOR).

Permintaan akan padi terus meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah penduduk di Indonesia. Salah satu cara untuk mengatasinya adalah dengan menciptakan varietas yang mempunyai produktivitas yang tinggi, oleh karena itu pemuliaan padi harus selalu dilakukan. Departemen Agronomi dan Hortikultura IPB telah melakukan penelitian padi dan sudah menghasilkan galur-galur yang berpotensi untuk dilepas menjadi varietas unggul baru.

Penelitian ini dilakukan untuk menguji daya hasil galur harapan padi tipe baru (PTB) yang berpotensi untuk dilepas menjadi varietas unggul baru (VUB) dalam rangka uji multi lokasi (UML) sebagai bagian dari kelengkapan persyaratan data untuk pengusulan pelepasan varietas. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bojongleles, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Banten.

Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Perlakuan yang digunakan yaitu genotipe sebagai faktor tunggal. Perlakuan terdiri dari 8 genotipe galur harapan PTB IPB yaitu IPB102-F-46-2-1, IPB107-F-16E-3-1, IPB107-F-25-1-1, IPB107-F-36-1-1, IPB107-F-48-1-1, IPB116-F-42-2-1, IPB116-F-45-2-1, dan IPB117-F14-2-1 dengan dua genotipe pembanding yaitu varietas Ciherang dan IR64, masing-masing genotipe diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 30 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan ditanam dalam satu petak berukuran 4 x 5 m dengan menggunakan jarak tanam 20 x 20 cm.

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa galur-galur harapan PTB IPB yang diuji memiliki potensi hasil yang setara dengan kedua varietas pembanding. Galur IPB107-F-16E-3-1 dan IPB116-F-45-2-1 memiliki rata-rata hasil berturut-turut 7.40 ton/ha dan 6.4 ton/hasedangkan varietas pembanding Ciherang dan IR64 yang mempunyai rata-rata hasil berturut-turut 6.12 dan 5.98 ton/ha. Galur yang mempunyai ciri yang mendekati ciri-ciri PTB adalah galur IPB116-F-45-2-1,

(4)

galur ini memiliki jumlah anakan, anakan produktif, tinggi tanaman, dan umur tanaman yang mendekati cirri-ciri PTB, selain itu galur ini memiliki umur panen yang lebih genjah dibandingkan dengan kedua varietas pembanding yaitu 105 hari setelah tebar umur panen ini 11 hari sebelum varietas pembanding Ciherang dan 7 hari sebelum varietas pembanding IR64.

(5)

KERAGAAN GALUR HARAPAN

PADI TIPE BARU (PTB) IPB DI KABUPATEN LEBAK

DALAM RANGKA UJI MULTI LOKASI

Skripsi sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor

MUHAMMAD HABIB CHIRZIN HS

A24070196

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIOKULTURA

FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2011

(6)

JUDUL

: KERAGAAN GALUR HARAPAN PADI TIPE

BARU (PTB) IPB DI KABUPATEN LEBAK

DALAM RANGKA UJI MULTI LOKASI

NAMA

: MUHAMMAD HABIB CHIRZIN HS

NIM

: A24070196

Menyetujui, Pembimbing

Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor, MSc NIP 19590929 198303 1 008

Mengetahui,

Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB

Dr. Ir. Agus Purwito, MSc.Agr NIP 19611101 198703 1003

(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kabupaten Lamongan, Propinsi Jawa Timur pada tanggal 6 September 1989. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara dari bapak Samiran HS dan Ibu Iswati Khasanah.

Tahun 2001 penulis menamatkan belajar dari SDN Sumberagung 1 Kabupaten Lamongan, kemudian pada tahun 2004 penulis menyelesaikan belajar di SMP Muhammadiyah 12 Sendangagung Lamongan, selanjutnya penulis melanjutkan belajar di MA AL-ISHLAH Lamongan dan menyelesaikanya pada tahun 2007. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa IPB melalui jalur Peserta Beasiswa Santri Berprestasi (PBSB) program dari Kementrian Agama RI. Selanjutnya pada tahun 2008 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian.

Tahun 2008 penulis mengikuti Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) dan mendapatkan juara ke-2 pada bidang lomba debat bahasa arab. Penulis juga aktif di beberapa organisasi Ekstra kampus. Tahun 2007-2008 sebagai bendahara PMII komisariat IPB. Selanjutnya pada tahun 2008-2009 penulis menjabat sebagai bendahara Community of Santri Scholar of Ministri of Relegius Affair (CSS MoRA) IPB.

(8)

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Alloh SWT Tuhan semesta alam yang telah memberikan hidayah dan kekuatan sehingga penelitian yang berjudul Keragaan Galur Harapan Padi Tipe Baru (PTB) IPB di Kabupaten Lebak dalam rangka Uji Multi Lokasi dapat diselesaikan dengan baik. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bojongleles Kecamatan Cibadak Kabupaten Lebak.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan kepada Alloh SWT. Selanjutnya penulis berterima kasih terutama kepada kedua orang tua, ayah dan ibu tercinta yang selalu memberikan kasih sayang, doa, dukungan, dan semangat. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Ir. Hajrial Aswidinnoor, Msc. Selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan, pengarahan, berbagi ilmu pengetahuan, nasehat, dan memiliki andil yang besar dalam penyelesaian skripsi penulis.

2. Dr. M.Syukur, SP, Msi. Dan Dr. Desta Wirnas, SP, Msi. selaku desen penguji. 3. Ibu Maryati Sari selaku dosen pembimbing akademik.

4. Kementrian Agama RI yang telah memberikan beasiswa kepada penulis. 5. Bapak Asep sekeluarga beserta pegawai yang ada di balai benih lebak yang

telah membantu pelaksanaan penelitian.

6. Nasrul Haq dan Purwito Joko Yuwono teman satu tim penelitian.

7. Keluarga CSS MORA IPB, AGH 44, dan FORMALA IPB yang selalu memberikan dukungan kepada penulis.

Kepada semua pihak lainnya yang telah memberikan kontribusi yang besar selama pengerjaan penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, penulis mengucapkan terima kasih. Penulis menyadari bahwa dalam penyelesaian skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat.

Bogor, Desember 2011 Penulis

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix DAFTAR LAMPIRAN ... x PENDAHULUAN ... 1 Latar Belakang ... 1 Tujuan ... 2 Hipotesis ... 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 3

Padi Tipe Baru ... 3

Metode Pemulian Padi Tipe Baru ... 3

Uji Multi Lokasi ... 5

BAHAN DAN METODE ... 7

Tempat dan Waktu ... 7

Bahan dan Alat ... 7

Metode Penelitian ... 7

Pelaksanaan ... 8

Pengamatan ... 8

Analisis Data ... 9

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 10

Kondisi Umum ... 10 Produktivitas Galur ... 11 Keragaan Galur ... 12 KESIMPULAN ... 22 SARAN ... 22 DAFTAR PUSTAKA ... 23 LAMPIRAN ... 24

(10)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman 1. Nama-nama Galur dan Varietas Pembanding ... 7 2. Nilai Produksi GKG (t/ha) pada Kadar Air 14% ... 12 3. Nilai Rataan Karakter Vegetatif Galur-galur PTB dan Varietas

Pembanding ... 14 4. Nilai Rataan Karakter Generatif Galur-Galur PTB dan Varietas

Pembanding ... 18 5. Umur Berbunga dan Panen Galur-galur PTB dan Varietas

(11)

iii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman 1. Tanaman pada Umur 6 Minggu Setelah Tanam ... 10 2. Tanaman yang Terserang Penyakit ... 11 3. Penampilan Malai ... 19

(12)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

1. Denah Penelitian ... 25

2. Gambar Tanaman di Lokasi Percobaan ... 26

3. Deskripsi Varietas Ciherang ... 27

4. Deskripsi Varietas IR64 ... 28

(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Produktivatas padi dalam dasawarsa terakhir mengalami stagnasi. Hal ini disebabkan oleh karena potensi hasil varietas unggul yang ada telah mencapai titik potensi maksimal. Menurut badan pusat statistik (BPS) pada tahun 2009 luas total panen padi Indonesia adalah 12 883 576 ha dengan produksi 64 398 890 ton bila dirata-ratakan produktivitas padi pada tahun 2009 sebesar 4.99 ton/ha. Sementara kebutuhan padi terus meningkat seiring dengan pertumbuhan penduduk di Indonesia. Untuk mencegah terjadinya kekurangan pangan di masa sekarang dan yang akan datang mutlak diperlukan upaya peningkatan produktivitas tanaman padi. Produktivitas dapat ditingkatkan melalui perakitan varietas padi yang potensi hasilnya lebih tinggi dari varietas yang telah ada. Trobosan yang dapat dilakukan adalah dengan perakitan varietas padi tipe baru. Menurut Abdullah et

al. (2008) memodifikasi tipe tanaman padi akan dapat meningkatkan produksi

bahan kering tanaman dan indeks padi sehingga masing-masing atau bersama-sama dapat meningkatkan potensi hasil.

Padi tipe baru (PTB) merupakan salah satu varietas unggul yang diharapkan mampu mengatasi permasalahan produktivitas padi. Padi tipe baru memiliki karakter-karakter seperti: jumlah anakan yang sedikit dengan jumlah anakan yang tidak produktif sedikit, memiliki jumlah bulir permalai mencapai 200-250 bulir, tinggi tanaman 90-100 cm, dengan batang tebal, memiliki daun hijau tua dan tegak, memiliki sistem akar yang vigor, umur panen 100-130 hari, dan meningkatkan indeks panen, potensi hasil PTB 10 - 25 % lebih tinggi dibandingkan dengan varietas unggul yang ada saat ini (Las et al. 2003). Pengembangan padi tipe baru (PTB) di Indonesia dimulai sejak tahun 1995 dengan mengintroduksi beberapa galur PTB IRRI generasi pertama. Penelitian awal ini bertujuan untuk membentuk padi yang mempunyai malai lebat sehingga dapat meningkatkan hasil.

Pelepasan suatu varietas tidak dapat hanya dilakukan berdasarkan suatu kondisi lingkungan tertentu melainkan melalui pengujian di berbagai agroekologi untuk memilih galur yang berproduksi tinggi, tahan terhadap hama dan penyakit

(14)

utama serta cekaman lingkungan. Selain itu perlu dilakukan pengujian pada musim yang berbeda. Hal ini disebabkan karena keunggulan genotipe pada daerah tertentu belum tentu unggul apabila ditanam di daerah yang memiliki kondisi lingkungan yang berbeda. Oleh karena itu perlu diadakan uji multi lokasi.

Uji multi lokasi merupakan salah satu tahap akhir dari rangkaian program pemuliaan tanaman dan diperlukan sebagai bagian dari kelengkapan persyaratan data untuk pengusulan pelepasan varietas. Syarat pelepasan suatu varietas diantaranya yaitu minimal terdapat 16 data percobaan, yaitu delapan lokasi pada musim hujan dan delapan lokasi berikutnya pada musim kemarau. Galur-galur harapan padi (Oryza sativa L.) tipe baru yang diuji diharapkan dapat menjadi varietas unggul baru (VUB) yang dapat diterima dan bermanfaat bagi masyarakat.

Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk menguji daya hasil galur harapan padi sawah tipe baru (PTB) yang berpotensi untuk dilepas menjadi varietas unggul baru (VUB) dalam rangka uji multi lokasi (UML) sebagai bagian dari kelengkapan persyaratan data untuk pengusulan pelepasan varietas.

Hipotesis

1. Terdapat minimal satu galur yang diuji memiliki daya hasil tinggi di lokasi pengujian.

2. Terdapat minimal satu galur yang mempunyai keragaan sesuai PTB yang diharapkan.

(15)

TINJAUAN PUSTAKA

Padi Tipe Baru

Program peningkatan potensi hasil padi di Indonesia saat ini adalah dengan mengembangkan padi hibrida dan padi tipe baru (PTB) yang produksinya dapat mempunyai 10-20% lebih tinggi daripada padi varietas unggul yang biasa (Suhartatik, 2003). PTB memiliki sifat penting antara lain (a) jumlah anakan sedikit (7-12 batang) (b) malai lebih panjang dan lebat (c) batang besar dan kokoh (d) daun tegak, tebal, dan hijau tua (e) perakaran panjang dan lebat. Potensi hasil PTB lebih tinggi dibandingkan dengan varietas unggul yang ada saat ini (Las

et al., 2003)

Beberapa galur mempunyai potensi hasil riil lebih tinggi daripada varietas unggul baru (VUB) karena memiliki komponen hasil lebih baik. Persentase gabah hampa tinggi pada PTB dapat disebabkan oleh faktor genetik lingkungan. Faktor lingkungan seperti suhu (>300C) menyebabkan respirasi tinggi, sehingga berpengaruh terhadap pengisian bulir. Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan galur-galur PTB yang sudah mempunyai sifat-sifat yang diinginkan, tetapi persentase gabah isinya masih rendah (<90%) (Abdullah, 2002).

Padi tipe baru (PTB) merupakan solusi lanjutan dari stagnasi revolusi hijau. Sejak tahun 1980-an, saat produktivitas padi sawah relatif tidak meningkat karena keragaman genetik yang sempit, maka dilakukan upaya pembentukan arsitektur tanaman yang memungkinkan peningkatan produktifitas tanaman. Padi yang dihasilkan kemudian dikenal dengan nama padi tipe baru (Susanto et al., 2003)

Metode Pemuliaan Padi Tipe Baru

Pemuliaan tanaman merupakan suatu kegiatan yang merubah susunan genetik tanaman secara tetap sehingga memiliki sifat atau penampilan sesuai dengan tujuan yang diinginkan pelakunya. Kegiatan pemuliaan tanaman terdiri tas serangkaian kegiatan yang berkesinambungan, diawali dengan melakukan koleksi berbagai genotip tanaman sebagai sumber plasma nutfah, dilanjutkan dengan identifikasi dan karakterisasi plasma nutfah tersebut. Berdasarkan hasil

(16)

identifikasi dan karakterisasi, dipilih beberapa plasma nutfah sebagai tetua untuk bahan persilangan (hibridisasi) atau langsung diseleksi dengan menggunakan metode pemuliaan yang tepat. Kemudian dilanjutkan dengan evaluasi terhadap hasil pemuliaan tersebut sebelum kultivar dilepas (Phoelman, 1995).

Pemuliaan padi bertujuan untuk menghasilkan varietas-varietas baru yang lebih baik dari varietas-varietas standar yang banyak ditanam petani. Varietas tersebut lazimnya disebut varietas unggul yang memiliki kelebihan sifat dibanding varietas standar, misalnya tentang potensi hasil, umur, ketahanann terhadap hama dan penyakit utama, toleransi terhadap tekanan lingkungan, mutu beras dan rasa nasi . Menurut Susanto et al. (2003) upaya perakitan varietas padi di Indonesia ditujukan untuk menciptakan varietas yang berdaya hasil tinggi dan sesuai untuk kondisi ekosistem, sosial, budaya, serta minat masyarakat.

International Rice Research Institute (IRRI) telah mengemukakan ideotipe tanaman padi tipe baru (PTB) atau new plant type of rice (NPT) untuk meningkatkan potensi hasil padi. Pemuliaan padi tipe baru dimulai pada tahun 1989 di IRRI. Secara genetik, sifat PTB tidak berbeda dengan varietas inbrida yang sudah biasa ditanam oleh petani, tetapi potensi produksinya lebih unggul karena dirakit dengan mengkombinasikan sifat khusus yang mendukung fotosintesis, pertumbuhan dan produksi biji. Pada tahun 1993 dikembangkan PTB generasi pertama dengan menggunakan padi tropical japonica, tetapi PTB generasi pertama ini tidak memiliki hasil yang baik karena kurangnya produksi biomassa dan pengisian gabah yang kurang baik. PTB generasi pertama ini juga rentan terhadap hama dan penyakit serta mempunyai kualitas biji yang kurang baik sehingga galur-galur PTB generasi pertama ini tidak bisa dilepas sebagai kultivar, tetapi digunakan lagi sebagai bahan genetik pada program pemuliaan selanjutnya (Yang et al., 2007; Peng et al., 2008).

Jenis padi indica di Indonesia disebut “cere” atau “cempo”. Jenis padi

indica banyak ditanam di wilayah Asia, kecuali Korea dan Jepang, sedangkan

padi jenis japonica banyak ditanam di Jepang, Korea, Australia, dan Amerika Utara dan Selatan. Jenis sub japonica merupakan jenis khas Indonesia yang banyak dikenal petani sebagai padi “bulu”. Peneliti IRRI merakit varietas PTB banyak menggunakan padi jenis “bulu” sebagai tetuanya.

(17)

5

Pengembangan PTB generasi kedua dimulai pada tahun 1995 dengan menyilangkan galur PTB generasi pertama (tropical japonica) dengan tetua

indica. Tetua indica meningkatkan jumlah anakan, menurunkan ukuran malai

(jumlah gabah per malai), meningkatkan kualitas biji dan meningkatkan ketahanan terhadap hama dan penyakit galur-galur PTB generasi kedua. Meskipun demikian, galur-galur PTB generasi kedua ini belum meningkatkan potensi hasil padi sawah pada musim kemarau di daerah tropis (Yang et al., 2007; Peng et al., 2008).

Pembentukan PTB di Indonesua dimulai sejak tahun 1995. Materi genetik yang digunakan sebagai tetua persilangan PTB adalah varietas introduksi IRRI, varietas lokal Indonesia dan padi liar. Penelitian pertama ini ditujukan terutama untuk membentuk padi yang mempunyai malai lebat sehingga dapat meningkatkan hasil (Abdullah et al 2008). Beberapa galur hasil penelitian PTB yang telah dilepas menjadi varietas antara lain Cimelati, Gilirang, Ciapus, dan fatmawati. Varietas pertama digolongkan sebagai varietas unggul semi tipe baru (VUSTB), sedang yang terakhir sebagai varietas unggul tipe baru (VUTB) (Suprihatono et al., 2006).

Uji Multi Lokasi

Pelepasan suatu varietas tidak dapat hanya dilakuakan berdasarkan satu kondisi lingkungan tertentu saja melainkan perlu diujicobakan pada kondisi dan musim yang berbeda. Apabila penentuan keunggulan suatu varietas hanya berdasarkan pengamatan pada suatu kondisi lingkungan tertentu maka tidak akan muncul potensi yang sebenarnya dari genotip tersebut. Hal ini disebabkan keunggulan genotip pada suatu daerah tidak menjamin jika dilakukan di daerah dengan kondisi lingkungan yang berbeda tetap unggul. Oleh karena itu, perlu dilakukan uji multi lokasi dengan tingkat iklim dan kondisi tanah yang berbeda sebelum dikembangkan dan dipasarkan sebagai varietas baru (Gomez dan Gomez, 1995).

Suatu galur padi perlu dilakukan uji multi lokasi dengan tingkat iklim dan kondisi tanah yang berbeda sebelum dikembangkan dan dipasarkan sebagai varietas baru. Uji multi lokasi merupakan salah satu syarat untuk pelepasan suatu

(18)

varietas baru yang sebelumnya telah dilakukan uji daya hasil lanjutan (UDHL) (Phoelman, 1995)

Uji multi lokasi merupakan salah satu tahap akhir dari rangkaian program pemuliaan tanaman. Galur-galur yang diuji relatif sedikit yaitu sekitar 10-15 galur. Uji multi lokasi bertujuan untuk menguji stabilitas hasil galur-galur harapan dan mengetahui daya adaptasinya. Metode pengujian yang dilakukan sama dengan uji daya hasil lanjutan (UDHL) akan tetapi jumlah lokasi yang dibutuhkan lebih banyak.

Lokasi yang digunakan untuk uji multi lokasi harus mewakili seluruh daerah terutama daerah yang menjadi sentra produksi padi. Lokasi yang khusus untuk percobaan adaptasi teknologi dipilih yang menunjukan area geografis atau wilayah lingkungan yang merupakan adaptasi teknologi yang diteliti. Percobaan teknologi adaptasi pada beberapa lokasi umumnya mempunyai gugus perlakuan yang sama dan menggunakan rancangan percobaan yang sama (Gomez dan Gomez, 1995)

(19)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian ini dilaksanakan di Desa Bojongleles, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Banten, pada bulan Mei sampai dengan September 2011.

Bahan dan Alat

Bahan tanaman yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah 8 galur harapan padi dan dua varietas yang biasanya ditanam di tempat penelitian sebagai varietas pembanding. Galur-galur yang akan diuji dan varietas pembanding disajikan dalam tabel 1:

Tabel 1. Nama-nama Galur dan Varietas Pembanding. No Galur Tetua Persilangan

1 IPB102-F-46-2-1 Fatmawati x IPB6-d-105-1-1-1 2 IPB107-F-16E-3-1 Siam Sapit x Fatmawati

3 IPB107-F-25-1-1 Siam Sapit x Fatmawati 4 IPB107-F-36-1-1 Siam Sapit x Fatmawati 5 IPB107-F-48-1-1 Siam Sapit x Fatmawati 6 IPB116-F-42-2-1 Lambor x Fatmawati 7 IPB116-F-45-2-1 Lambor x Fatmawati 8 IPB117-F-14-2-1 Fatmawati x Pulu Mandoti 9 Ciherang Varietas Unggul

10 IR64 Varietas Unggul

Dosis pupuk yang digunakan adalah 180 kg Urea/ha dan 300 kg Phonska/ha. Bahan lainya yang digunakan adalah pestisida. Alat yang digunakan adalah alat-alat yang biasa digunakan untuk budidaya padi.

Metode Penelitian

Rancangan percobaan yang akan digunakan adalah Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Perlakuan yang digunakan yaitu genotipe sebagai faktor tunggal. Perlakuan terdiri atas 10 genotipe, masing-masing genotipe diulang sebanyak tiga kali sehingga terdapat 30 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan ditanam dalam satu petak berukuran 4 x 5 m dengan jarak tanam 20 x 20 cm.

(20)

Pelaksanaan

Pra Tanam

Lahan sawah yang akan digunakan untuk penelitian diolah, setelah diolah benih ditebar pada lahan persemaian yang berukuran 1.5 x 1.5 m untuk setiap galur selama 15-17 hari. Pada umur satu minggu setelah tebar dilakukan pemupukan Urea dengan dosis 22.5 g/petak.

Tanam

Bibit yang telah berumur 14 hari setelah tebar ditanam ke dalam petakan sawah sebanyak dua bibit per lubang dengan jarak tanam menggunakan 20 X 20 cm. Pupuk yang digunakan adalah pupuk Urea dan Ponska dengan dosis masing-masing 180 dan 300 kg/ha. Pemupukan pertama pada 4 hari setelah tanam menggunakan 60 kg Urea/ha dan 125 kg/ha Ponska. Pemupukan ke dua dilakukan pada 25 hari setelah tanam menggunakan 60 kg Urea/ha dan 100 kg/ha Ponska serta Pemupukan ke tiga pada 45 hari setelah tanam menggunakan 60 kg Urea/ha + 75 kg/ha Ponska.

Selain pemupukan pemeliharaan yang dilakukan sejak persemaian meliputi pengendalian gulma, hama dan penyakit serta pengaturan pengairan secara optimal.

Panen

Padi yang siap panen ditandai dengan perubahan warna bulir menjadi kuning sekitar 90% dari semua bulir yaitu 30 hari setelah pembungaan atau 14-15 minggu setelah tanam. Pemanenan dilakukan secara manual dengan cara memotong pangkal tanaman.

Pengamatan

Pengamatan yang dilakukan terdiri dari: 1. Pengamatan terhadap tanaman contoh

Pengamatan dilakukan terhadap karakter vegetatif dan generatif. Adapun peubah yang tergolong ke dalam masing-masing karakter yaitu :

1.1. Fase Vegetatif

 Tinggi tanaman, diukur dari permukaan tanah sampai ujung malai terpanjang.

(21)

9

 Jumlah anakan total dan produktif, dihitung banyaknya anakan tiap rumpun pada saat panen.

1.2. Fase generatif

 Jumlah gabah total, gabah isi dan dan persen gabah hampa per malai.  Panjang malai, diukur dari buku terakhir sampai bulir di ujung malai.  Bobot 1000 bulir gabah.

2. Pengamatan satuan percobaan.

2.1. Hasil gabah kering giling. Hasil GKG rumpun produktif yang dipanen dikonversi menjadi hasil GKG per hektar (ton/ha) pada kadar air (k.a) 14%.

2.2. Umur berbunga, dihitung pada saat masing-masing galur berbunga sama dengan 50%.

2.3. Umur panen, dihitung pada saat 90% bulir telah masak.

Analisis Data

Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan antara galur-galur yang diuji dengan varietas pembanding, dilakukan analisis ragam (uji F), jika hasil uji F menunjukan pengaruh nyata maka dilakukan uji lanjut T-Dunnet pada taraf kesalahan 5%.

(22)

Kondisi Umum

Kondisi iklim pada bulan Mei-September 2011 kurang mendukung pertumbuhan padi karena pada bulan-bulan ini terjadi pergantian musim dari musim hujan menjadi kemarau, hal ini menyebabkan kurangnya air sehingga untuk mencukupi air harus mengalirkan dari sungai menggunakan diesel. Kondisi suhu rata-rata di lapang selama penelitian (Mei-September) adalah 25.7-290C. Curah hujan tertinggi pada bulan Mei dan terendah pada bulan Agustus, pada bulan agustus hanya terjadi hujan satu kali saja yaitu pada akhir agustus.

Kondisi awal pertanaman tanaman sering di sulam karena banyak yang dimakan oleh keong mas (Pomacea canaliculata), penyulaman menggunakan bibit yang berumur sama. Pengendalian hama keong mas ini dilakukan dengan cara kimiawi, yaitu aplikasi sebelum tanam dan setelah pertanaman pengendalian dilakukan dengan cara manual yaitu mengambil keong mas yang berada di lahan percobaan.

Gambar 1. Tanaman pada Umur 6 Minggu Setelah Tanam

Hama lain yang menyerang tanaman adalah penggerek batang (Scirpophaga incertulas). Tanaman yang terserang hama ini bisa mengeluarkan malai tetapi malai tersebut tidak terisi atau mati, oleh karena itu hama penggerek

(23)

11

batang termasuk hama penting pada tanaman padi karena dapat menyebabkan kehilangan hasil yang tinggi, namun pada penelitian ini hama penggerek batang tidak banyak menyerang pertanaman sehingga tidak berpengaruh terhadap hasil GKG yang diperoleh pada penelitian.

Penyakit yang ada pada vase vegetatif yaitu hawar daun jingga (red

stripe), tanaman yang terserang penyakit ini hanya satu galur yaitu

IPB117-F-14-2-1 sedangkan pada galur-galur lain yang diuji dan juga kedua varietas pembanding tidak terserang, galur ini terserang pada semua ulangan tetapi hal ini tidak berpengaruh terhadap hasil produksi karena pada masa pembungaan penyakit ini mulai menghilang. Selain hawar daun jingga beberapa galur juga terserang penyakit kerdil rumput (grassy stunt) yang menyebabkan tanaman tidak bisa tumbuh besar dan menghasilkan malai, tanaman menjadi kerdil seperti rumput. Penyakit ini bisa menular melalui vektor pembawa yaitu wereng coklat sehingga apabila pada lahan terdapat wereng coklat maka hasil produksi akan berkurang secara drastis karena tanaman akan menjadi kerdil dan tidak bias mengeluarkan malai, namun pada penelitian ini di lokasi tidak terdapat wereng coklat sehingga penyakit kerdil rumput tidak menyebar ke banyak tanaman sehingga tidak terlalu berpengaruh terhadap hasil GKG yang didapat.

(a) (b)

Gambar 2. Tanaman yang Terserang Penyakit (a) Tanaman yang terserang penyakit kerdil rumput (grassy stunt), dan (b) Tanaman yang terseranghawar daun jingga (red stripe)

Produktivitas Galur

Padi tipe baru memiliki karakter-karakter seperti: jumlah anakan yang sedikit dengan jumlah anakan yang tidak produktif sedikit, memiliki jumlah bulir

(24)

permalai mencapai 200-250 bulir, tinggi tanaman 90-100 cm, dengan batang tebal, memiliki daun hijau tua dan tegak, memiliki sistem akar yang vigor, umur panen 100-130 hari, dan meningkatkan indeks panen ( Peng et al., 1994 ). Las et al. (2003) menambahkan potensi hasil PTB 10-25% lebih tinggi dibandingkan dengan varietas unggul yang ada saat ini.

Tabel 2. Nilai Produksi GKG (t/ha) pada Kadar Air 14%

No Galur/Genotipe U1 U2 U3 Rerata %Produksi terhadap Ciherang IR64 1 IPB102-F-46-2-1 5.87 4.54 5.52 5.31 86.7 88.7 2 IPB107-F-16E-3-1 6.2 7.91 8.2 7.40 120.9 123.7 3 IPB107-F-25-1-1 7.35 6.16 5.46 6.32 103.2 105.6 4 IPB107-F-36-1-1 6.34 6.63 5.21 6.06 99.0 101.3 5 IPB107-F-48-1-1 6.36 6.72 6.02 6.36 103.9 106.3 6 IPB116-F-42-2-1 6.49 5.36 6.00 5.95 97.2 99.4 7 IPB116-F-45-2-1 6.40 7.11 5.69 6.40 104.5 107.0 8 IPB117-F-14-2-1 6.03 6.10 5.90 6.01 98.2 100.5 9 Ciherang 5.96 6.38 6.02 6.12 100 102.3 10 IR64 5.87 5.52 6.56 5.98 97.9 100 KK 11.10 %

Bobot GKG dalam percobaan ini mempunyai rataan berkisar antara 5.31-7.40 ton/ha. Galur-galur yang diuji memiliki rataan potensi hasil yang bervariasi ada yang di bawah varietas pembanding dan ada juga yang potensi hasilnya melebihi potensi hasil varietas pembanding. Galur-galur yang memiliki rataan potensi hasil diatas varietas pembanding antara lain F-16E-3-1, IPB107-F-25-1-1, IPB107-F-48-1-1, dan IPB116-F-45-2-1 yang memiliki rataan produktivitas berturut-turut 7.40, 6.32, 6.36, dan 6.4 ton/ha, sedangkan produktifitas varietas pembanding Ciherang dan IR64 berturut-turut adalah 6.12 dan 5,98 ton/ha. Perhitungan potensi hasil ini dengan cara menghitung hasil dari rumpun yang dipanen di setiap petakan dikalikan dengan jumlah rumpun yang bisa ditanam dalam satu hektar.

Galur IPB107-F-16E-3-1 yang memiliki potensi hasil yang setara dengan varietas pembanding namun memiliki persentase potensi hasil lebih tinggi , pada petakannya hanya sedikit rumpun yang bisa dipanen karena banyak dari rumpun-rumpun galur ini yang terserang penyakit pada saat pertumbuhan vegetatif, namun

(25)

13

dari sedikit rumpun yang bisa dipanen galur ini memiliki jumlah anakan yang lebih banyak dibandingkan dengan varietas pembanding (Tabel 3).

Persentase hasil menunjukan bahwa peningkatan potensi hasil gabah kering giling galur-galur yang diuji dibandingkan dengan varietas pembanding Ciherang berkisar antara 3.2 – 20.9 %, sedangkan apabila dibandingkan dengan varietas pembanding IR64 berkisar antara 0.5 - 23.7 %. Sementara dari rataan potensi hasil gabah kering giling galur-galur yang diuji ada juga yang mempunyai persentase di bawah varietas pembanding antara lain galurIPB102-F-46-2-1 dan IPB116-F-42-2-1 yang mempunyai rataan produktivitas 5.31 dan 5.95 ton/ha. Las

et al., (2003) menyatakan bahwa salah satu ciri dari PTB adalah memliki potensi

hasil 10 - 25% dibandingkan dengan varietas unggul yang ada saat ini.

Keragaan Galur

Potensi hasil dari suatu varietas atau galur dipengaruhi oleh komponen produksi dari galur atau varietas tersebut. Purohit dan Majumder (2009) menyatakan bahwa potensi hasil dipengaruhi oleh karakter jumlah anakan produktif, jumlah gabah isi per malai dan bobot 1000 butir gabah.

Karakter vegetatif yang diamati pada penelitian ini meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan total, jumlah anakan produktif dan persen anakan produktif. Tinggi tanaman dan anakan produktif merupakan karakter agronomi penting dan dapat dijadikan identitas penting suatu genotipe. Galur-galur yang diuji memiliki perbedaan tinggi tanaman yang nyata dengan varietas pembanding, baik itu lebih tinggi maupun lebih pendek dibanding dengan varietas pembanding, kecuali galur IPB117-F-14-2-1 yang memiliki tinggi 114 cm, galur ini tidak berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding meskipun mempunyai tinggi yang lebih dibandingkan dengan kedua varietas pembnading yang masing masing mempunyai tinggi 111 dan 106 cm. Galur IPB107-F-16E-3-1, IPB116-F-42-2-1 dan IPB116-F-45-2-1 adalah galur-galur ang memiliki tinggi tanaman yang lebih rendah dibandingkan dengan varietas pembanding dan berbeda nyata dengan varietas pembanding Ciherang masing-masing memiliki tinggi tanaman bertutrut-turut 101, 99 dan 99 cm, adapun dari beberapa galur yang diuji galur IPB107-F-48-1-1 memiliki tinggi tanaman yang lebih tinggi dibandingkan dengan

(26)

galur-galur lain maupun varietas pembanding, galur ini mempunyai tinggi rata-rata 124 cm hasil ini sangat berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding. Galur lain yang memiliki tinggi tanaman lebih tinggi dibandingkan dengan varietas pembanding adalah IPB102-F-46-2-1,25-1-1, dan IPB107-F-36-1-1 tiga galur ini mempunyai tinggi tanaman yang berbeda nyata dengan varietas pembanding IR64 tinggi galur ini berturut-turut adalah 118, 117, dan 119 cm sedangkan untuk tinggi dari varietas pembanding IR64 adalah 106 cm. Standar tinggi tanaman yang ditetapkan IRRI untuk PTB paling rendah adalah 100 cm (Peng et al., 2008). Galur-galur yang diuji hampir semuanya sudah mempunyai tinggi tanaman yang memenuhi standar IRRI untuk PTB.

Tabel 3. Nilai Rataan Karakter Vegetatif Galur-Galur PTB dan Varietas Pembanding

No Galur/Genotipe TT JAT JAP % AP 1 IPB102-F-46-2-1 118b 15b 11b 73.3 2 IPB107-F-16E-3-1 101a 24 16 66.6a 3 IPB107-F-25-1-1 117b 15b 11b 73.3 4 IPB107-F-36-1-1 119b 16 12 75.0 5 IPB107-F-48-1-1 124ab 15b 12 86.6 6 IPB116-F-42-2-1 99a 15b 9ab 60ab 7 IPB116-F-45-2-1 99a 14b 13 92.8 8 IPB117-F-14-2-1 114 13b 11b 84.6 9 Ciherang 111 18 15 88.8 10 IR64 106 22 17 81.8

Keterangan: TT = Tinggi Tanaman (cm) JAT = Jumlah Anakan Total

JAP = Jumlah Anakan Produktif (batang) %AP = persen anakan produktif a = berbeda nyata dengan Ciherang pada taraf 5%

b = berbeda nyata dengan IR64 pada taraf 5%

Tinggi tanaman ini tidak berpengaruh langsung terhadap produksi, tetapi berpengaruh terhadap panjang malai yang dimiliki tanaman tersebut. Galur IPB107-F-48-1-1 yang memiliki tinggi tanaman lebih tinggi dan berbeda nyata dibandingkan dengan kedua varietas pembanding galur ini memiliki panjang malai yang lebih panjang dibandingkan dengan galur-galur lain yang diuji dan juga kedua varietas pembanding panjang malai dari galur ini adalah 32.4 cm (Tabel 4), sedangkan untuk potensi hasil galur ini memiliki potensi hasil yang lebih besar dibandingkan dengan kedua varietas pembanding meskipun tidak berbeda nyata yaitu sebesar 6.36 ton/ha (Tabel 2).

(27)

15

Jumlah anakan sangat bervariasi pada semua galur yang diuji. Kisaran jumlah anakan pada galur-galur yang diuji adalah 13-24 batang. Galur-galur yang diuji memiliki jumlah anakan total lebih sedikit dibandingkan dengan varietas pembanding, hanya ada satu galur yang memiliki jumlah anakan total lebih banyak dibandingkan dengan varietas pembanding yaitu galur IPB107-F-16E-3-1 yang memiliki rata-rata jumlah anakan total 24 batang, tetapi jumlah ini tidak berbeda nytata dengan kedua varietas pembanding yang memiliki rata-rata jumlah anakan total berturut-turut Ciherang dan IR64 18 dan 22 batang. Galur IPB107-F-16E-3-1 juga merupakan galur yang memiliki potensi hasil lebih tinggi dibandingkan dengan kedua varietas pembanding, selain itu galur ini juga memiliki jumlah gabah permalai yang lebih banyak dibandingkan dengan galur lain yang diuji juga dengan kedua varietas pembanding (Tabel 4).

Galur-galur yang miliki jumlah anakan yang lebih rendah dibandingkan dengan varietas pembanding adalah IPB102-F-46-2-1, IPB107-F-25-1-1, IPB116-F-45-2-1 dan IPB117-F-14-2-1 yang memiliki jumlah total anakan berturut-turut adalah 15 batang, 15 batang, 14 batang, dan 13 batang anakan, jumlah ini berbeda nyata dengan varietas pembanding IR64 yang mempunyai jumlah anakan total 22 batang namun tidak berbeda nyata dengan Ciherang yang mempunyai jumlah anakan total 18 batang. Galur-galur lain yang memiliki jumlah total anakan yang lebih sedikit dibandingkan dengan varietas pembanding tetapi tidak berbeda nyata adalah IPB107-F-36-1-1, IPB107-F-48-1-1 dan IPB116-F-42-2-1.

Jumlah anakan produktif pada galur-galur yang diuji juga memiliki jumlah yang sangat bervariasi mulai dari 9-16 batang. Galur yang memiliki jumlah anakan produktif lebih banyak dibandingkan dengan varietas pembanding Ciherang adalah galur IPB107-F-16E-3-1 yang memiliki jumlah anakan produktif sebanyak 16 batang meskipun tidak berbeda nyata dengan varietas pembanding Ciherang, namun jumlah ini masih lebih rendah dibandingkan dengan jumlah anakan produktif yang dimiliki varietas pembanding IR64 yang memiliki anakan produktif berurut-turut 17 batang. Galur-galur yang diuji rata-rata memiliki jumlah anakan produktif kurang dari 13 batang hal ini di karenakan karena jumlah anakan total yang dihasilkan oleh galur-galur ini juga lebih sedikit kecuali galur IPB107-F-16E-3-1 yang memiliki jumlah anakan yang melebihi jumlah anakan

(28)

kedua varietas pembanding, namun jika dilihat dari prosentasenya maka galur IPB107-F-16E-3-1 termasuk galur yang mempunyai persentase jumlah anakan produktif yang lebih sedikit dibandingkan dengan galur lainya karena dari 24 batang jumlah total anakan yang dimiliki hanya ada 16 batang anakan yang produktif.

Galur IPB116-F-42-2-1 merupakan galur yang memiliki jumlah anakan produktif lebih sedikit dibandingkan dengan galur-galur lain yang diuji bahkan berbeda nyata lebih sedikit dibandingkan dengan kedua varietas pembanding, sedangkan galur IPB102-F-46-2-1 hanya berbeda nyata dengan varietas pembanding IR64 saja. Galur IPB116-F-45-2-1 merupakan galur yang memiliki persentase jumlah anakan produktif lebih banyak dibandingkan dengan galur-galur lain yang diuji maupun dengan kedua varietas pembanding karena dari 14 jumlah anakan total yang dimiliki jumlah anakan produktifnya sebanyak 13 batang, meskipun galur-galur yang diuji memiliki jumlah anakan yang lebih sedikit dibandingkan dengan kedua varietas pembanding kecuali galur IPB107-F-16E-3-1 namun tidak berbanding lurus dengan potensi hasil dari galur-galur yang diuji karena dari sedikitnya anakan ini bisa ditutupi dengan panjang malai yang lebih panjang dan jumlah gabah per malai yang lebih banyak dibandingkan dengan kedua varietas pembanding (Tabel 4). Khush (2000) menjelaskan bahwa salah satu sifat yang diharapkan dari pembentukan PTB adalah jumlah anakan produktif sedikit (8-10 batang). Dalam percobaan ini hampir semua galur memiliki anakan produktif yang relatif sedikit dibandingkan dengan kedua varietas pembanding.

Persentase anakan produktif pada galur-galur yang diuji juga memiliki jumlah yang sangat bervariasi mulai dari 66.6-92.8 %. Galur yang mimiliki persentase anakan yang lebih tinggi dibandingkan dengan galur-galur lain yang diuji dan varietas pembanding adalah galur IPB116-F-45-2-1 yang memiliki persentase anakan produktif 92.8 % meskipun tidak berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding Ciherang dan IR64 yang memiliki persentase anakan produktif 88.8 dan 81.8 %. Galur IPB116-F-45-2-1 ini selain memiliki persentase jumlah anakan yang lebih besar dibandingkan dengan kedua varietas pembanding namun juga memiliki potensi hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua

(29)

17

varietas pembanding (Tabel 2). Abdullah et al (2008) dalam tulisanya menyatakan bahwasanya salah satu ciri dari PTB adalah memiliki jumlah anakan yang sedikit dan sedikit anakan yang tidak produktif. Galur IPB107-F-16E-3-1 merupakan galur yang mempunyai persentase anakan produktif yang lebih rendah dibandingkan dengan galur-galur lain yang diuji dan juga kedua varietas pembanding yaitu sebesar 66.6 % jumlah ini berbeda nyata dengan varietas pembanding Ciherang yang memiliki persentase anakan 88.8 %.

Persentase anakan produktif yang dimiliki galur IPB107-F-16E-3-1 ini berbanding terbalik dengan jumlah anakan total yang dimiliki, meskipun memiliki persentase jumlah anakan produktif yang rendah galur ini masil memiliki jumlah anakan produktif yang lebih tinggi dibandingkan dengan varietas pembanding Ciherang dan juga potensi hasil dari galur ini masih lebih tinggi dibandingkan dengan kedua varietas pembanding (Tabel 2).

Komponen produksi lainya yang diamati adalah panjang malai, jumlah gabah total per malai, jumlah gabah isi, persentase gabah hampa per malai dan bobot 1000 butir gabah isi. Panjang malai galur-galur yang diuji memiliki kisaran antara 28.17-32.43 cm. Panjang malai dari tiap galur yang diuji memiliki perbedaan yang nyata dengan kedua varietas pembanding kecuali galur IPB116-F-42-2-1 yang hanya berbeda nyata dengan varietas pembanding Ciherang namun masih lebih panjang dibandingkan dengan varietas pembanding IR64 meskipun tidak berbeda nyata. Galur IPB107-F-48-1-1 merupakan galur yang memiliki panjang malai lebih panjang dibandingkan dengan galur-galur lain yaitu 32.43 cm, sedangkan galur-galur lain yang diuji memiliki panjang malai di atas 28 cm dan kedua varietas pembanding Ciherang dan IR64 memiliki panjang malai berturut-turut 24.26 dan 25.7 cm.

Jumlah gabah total per malai yang terdiri dari jumlah gabah isi dan jumlah gabah hampa berkisar antara 235-335 butir, jumlah ini berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding Ciherang dan IR64 yang memiliki jumlah gabah total 171 dan 168 butir per malai. Jumlah gabah per malai terbanyak dihasilkan oleh galur IPB107-F-16E-3-1 yang meiliki jumlah gabah total sebanyak 347 butir, sedangkan dari galur-galur yang diuji galur IPB116-F-42-2-1 memiliki jumlah gabah total per malai lebih sedikit yaitu 235 butir per malai.

(30)

Tabel 4. Nilai Rataan Karakter Generatif Galur-Galur PTB dan Varietas Pembanding No Galur/Genotipe PM JGT JGI GH BG 1 IPB102-F-46-2-1 30.4ab 335ab 226ab 32.7 28.2 2 IPB107-F-16E-3-1 31.2ab 347 ab 245 ab 29.5 23.2ab 3 IPB107-F-25-1-1 31.2ab 304 ab 225 ab 25.8 23.8 ab 4 IPB107-F-36-1-1 31.6ab 301 ab 197 ab 34.7 25.3 a 5 IPB107-F-48-1-1 32.4ab 325 ab 247 ab 24.0 25.8 6 IPB116-F-42-2-1 28.1a 235 ab 158 32.2 25.7 7 IPB116-F-45-2-1 28.6ab 262 ab 203 ab 22.6 26.5 8 IPB117-F-14-2-1 29.7ab 298 ab 205 ab 31.2 30.2 9 Ciherang 24.2 171 132 23.2 28.2 10 IR64 25.7 168 126 24.7 27.8 Keterangan: PM = Panjang malai (cm) JGT=jumlah gabah Total permalai

JGI=Jumlah Gabah Isi GH = Gabah Hampa (%) BG = Bobot 1000 bulir (g)

a = berbeda nyata dengan Ciherang pada taraf 5% b = berbeda nyata dengan IR64 pada taraf 5%

Panjang malai dan jumlah gabah total per malai yang dihasilkan ini mampu menutupi kekurangan anakan pada galur-galur yang diuji sehingga masih bisa menghasilkan potensi hasil yang tidak berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding, bahkan pada beberapa galur memiliki potensi hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua varietas pembanding (Tabel 2). Persentase gabah hampa galur-galur yang diuji berkisar antara 22.64-34.78%, hasil ini tidak berbeda nyata dengan kedua varietas pembanding Ciherang dan IR64 yang memiliki persentase gabah hampa 23.23 dan 24.73 %. Galur IPB116-F-45-2-1 merupakan galur yang memiliki persentase gabah hampa lebih sedikit dibandingkan dengan galur-galur lain yang diuji dan kedua varietas pembanding yaitu sebesar 22.6 %, galur ini juga memilik potensi hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua varietas pembanding.

(31)

19

(a)

Gambar 3. Penampilan Malai (atas) Jumlah malai per rumpun galur-galur yang diuji dan varietas pembanding, dan (bawah) Panjang malai galur-galur yang diuji yang diuji dan varietas pembanding.

Bobot 1000 butir gabah isi galur-galur yang diuji masih di bawah kedua varietas pembanding kecuali galur IPB117-F-14-2-1 yang memilik bobot 30.23 g sedangkan kedua varietas pembanding Ciherang dan IR64 memiliki bobot 28.23 dan 27.83 g, meskipun memiliki bobot 1000 butir lebih tinggi galur ini memiliki potensi hasil yang lebih rendah dibandingkan dengan varietas pembanding Ciherang tetapi masih lebih tinggi dibandingkan dengan varietas pembanding IR64 hal ini disebabkan karena galur ini memiliki jumlah anakan dan juga jumlah anakan produktif yang lebih sedikit dibandingkan dengan kedua varietas pembanding (Tabel 3). Galur IPB107-F-16E-3-1 memiliki bobot 1000 butir yang

(32)

berbeda nyata lebih rendah dibandingkan kedua varietas pembanding yaitu seberat 23.2 g, namun hal ini tidak mempengaruhi potensi hasil karena masih tertutupi dengan panjang malai yang lebih panjang, jumlah gabah total permalai yang lebih banyak dan juga jumlah anakan total yang lebih banyak dibandingkan dengan kedua varietas pembanding sehingga galur ini masil memliki potensi hasil yang lebih tinggi dibandingkan dengan kedua varietas pembanding.

Tabel 6. Umur Berbunga Dan Panen Galur-Galur PTB dan Varietas Pembanding No Galur/Genotipe UB UP Masa Pengisian

1 IPB102-F-46-2-1 78 114 36 2 IPB107-F-16E-3-1 78 114 36 3 IPB107-F-25-1-1 77 112 35 4 IPB107-F-36-1-1 79 108 29 5 IPB107-F-48-1-1 79 108 29 6 IPB116-F-42-2-1 71 107 36 7 IPB116-F-45-2-1 71 105 34 8 IPB117-F-14-2-1 77 114 37 9 Ciherang 79 116 37 10 IR64 73 112 39

Keterangan : UB = Umur Berbunga (hari) UP = Umur Panen (hari)

Umur tanaman berbunga 50% berkisar antara 71-79 hari setelah tebar. Galur IPB116-F-42-2-1dan IPB116-F-45-2-1 berbunga 8 hari sebelum Ciherang dan 2 hari sebelum IR64, dan galur IPB107-F-36-1-1 dan IPB107-F-48-1-1 memiliki sama dengan varietas pembanding Ciherang yaitu 79 hari setelah tebar dan 6 hari setelah varietas pembanding IR64 berbunga.

Penentuan waktu panen dihitung sejak tanaman ditebar hingga tanaman sudah siap untuk dipanen yaitu bulir sudah mulai masak penuh, umur panen galur-galur yang diuji mulai dari 105 hari setelah tebar sampai 114 hari setelah tebar. Semua galur yang diuji termasuk tanaman yang memiliki umur panen yang genjah. Galur IPB116-F-45-2-1 merupakan galur yang mempunyai umur penen 11 hari sebelum Ciherang dan 7 hari sebelum IR64 dipanen. selain itu galur ini juga mempunyai peningkatan potensi hasil sebesar 4.5% pada varietas Ciherang dan 7% pada varietas IR64. Sementara untuk masa pengisian dari galur berkisar antara 29 hari sampai dengan 37 hari sedangkan untuk kedua varietas pembanding

(33)

21

Ciherang dan IR64 berturut-turut adalah 37 dan 39 hari. Penentuan masa pengisian ini adalah selisih dari umur panen dan umur berbunga 50%.

Pembentukan PTB di Indonesia diarahkan pada PTB yang mempunyai jumlah anakan sedang tetapi produktif semua (12-18 batang), jumlah gabah per malai 150-250 butir, persentase gabah bernas 85-95%, bobot 1000 butir 25-26 g, batang kokoh dan pendek (80-90 cm), umur genjah (110-120 hari) (Abdullah et

al., 2008). Semua galur yang diuji sudah memiliki sifat-sifat yang mendekati dari

(34)

Galur-galur yang diuji memiliki potensi hasil yang setara dengan varietas pembanding. Galur IPB107-F-16E-3-1 dan IPB116-F-45-2-1 memiliki daya hasil yang tinggi yaitu 7.40 ton/ha dan 6.4 ton/ha. Sedangkan galur yang mempunyai ciri yang mendekati ciri-ciri padi tipe baru adalah galur IPB116-F-45-2-1, galur ini memiliki jumlah anakan, anakan produktif, tinggi tanaman, dan umur tanaman yang hampir mendekati ciri-ciri padi tipe baru (PTB). Galur IPB116-F-45-2-1 memiliki umur panen yang lebih genjah dibandingkan dengan kedua varietas pembanding yaitu 105 hari setelah tebar umur panen ini 11 hari sebelum varietas pembanding Ciherang dan 7 hari sebelum varietas pembanding IR64.

SARAN

1. Galur IPB107-F-25-1-1 dan IPB116-F-45-2-1 memiliki potensi hasil dan kriteria cukup baik untuk dilepas menjadi varietas unggul baru.

2. Sebaiknya galur juga dicoba ditanam dengan jarak tanam yang lebih rapat, misal dengan jarak tanam legowo 2:1 (40 X 20 X 10).

(35)

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, B. 2002. Perkembangan penelitian padi tipe baru. Berita Puslitbang 25:1-3.

Abdullah, B., S. Tjokrowidjojo, dan Sularjo. 2008. Perkembangan dan prospek perakitan padi tipe baru di Indonesia. J. Litbang Pertanian 27:1-9.

Badan Pusat Statistik. 2010. Produksi Tanaman Padi. http://www.bps.go.id/tnmn_pgn.php [25 Januari 2011].

Gomez, K. A. dan A.A. Gomez. 1995. Prosedur Statistik untuk Penelitian Pertanian. (Endang S. dan Justika S. B., Penerjemah). Universitas Indonesia Press. Jakarta. 698 p.

Khush, G.S. 2000. New plant type of rice for increasing the genetic yield potencial. In Nanda JS. Rice Breeding and Genetics : Research Priorities and Challenges. Enfield, USA : Scince Publishers,Inc. p 99-108.

Las, I., B. Abdullah, dan A.A. Drajat. 2003. Padi tipe baru dan padi hibrida mendukung ketahanan pangan. http://www.litbang.deptan.go.id/ [21 Januari 2011].

Peng, S., dan Khush, G.S.. 2003. Four decades of breeding for varietal improvement of irrigated lowland rice in the International Rice Research Institute. Plant Prod. Sci. 6 (3):157-164

Peng, S., Khush, G.S., Virk, P., Tang, Q., dan Zou, Y. 2008. Progress in idiotype breeding to increase rice yield potentual. Field Crops Research 108:32-38. Phoelman, J.M. and D.A. Sleper. 1995. Breeding Field Crops. Fourth Edition.

Van Nonstroad Rinhaid. Newyork.494p.

Purohit, S. and M.K. Majumder.2009. Selection of high yielding rice variety from a cold tolerant three-way rice (Oryza sativa L.) cross involving. Indica, Japonica, and wide compatible variety. Middle-East J. Sci. Res 4(1):28-31. Suhartatik, E. 2003. Teknik pemuukan nitrogen pada padi hibrida dan padi tipe

baru. Berita Puslitbang 28:4-5.

Suprihatno, B., Drajat, AA., Satoto, Baehaki, SE., Suprihanto, Setyono, A., Indrasri SD., Samaullah MY., dan Sembiring H. 2010. Deskripsi Varietas Padi. Sukamandi. 109 hal.

Susanto, U., A.A. Darajat, dan B. Suprihatno. 2003. Perkembangan pemuliaan padi sawah di Indonesia. Jurnal Litbang Pertanian 22(3): 125 – 131.

Yang, W., Peng, S., Laza, R.C., Visperas, R.M., dan Dionosese, M.L. 2007. Grain yield and yield attributes of new plant type and hybrid rice. Crop Sci. 47:1939-1400.

(36)
(37)

25

Lampiran 1. Denah percobaan

Keterangan : No Galur No Galur 1 IPB102-F-46-2-1 6 IPB116-F-42-2-1 2 IPB107-F-16E-3-1 7 IPB116-F-45-2-1 3 IPB107-F-25-1-1 8 IPB117-F-14-2-1 4 IPB107-F-36-1-1 9 Ciherang 5 IPB107-F-48-1-1 10 IR64

ULANGAN 1

ULANGAN 1

ULANGAN 2

ULANGAN 3

ULANGAN 1

101 1 1 101 1 1 102 2 1 103 3 1 110 10 1 105 5 1 109 9 1 104 4 1 108 8 1 107 7 1 106 6 1 201 8 1 202 5 1 203 10 1 210 1 1 205 6 1 209 4 1 204 2 1 208 7 1 207 9 1 206 3 1 301 5 1 302 1 1 303 8 1 310 4 1 305 2 1 309 9 1 304 6 1 308 3 1 307 10 1 306 7 1

(38)
(39)

27

Lampiran 3. Deskripsi Varietas Ciherang

Nomor seleksi : S3383-ID-PN-41-3-1

Asal persilangan : IR18349-53-1-3-1-3/3*IR19661-131-3-1-3//4*IR64 Golongan : Cere

Umur tanaman : 116 – 125 hari Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 107 – 115 cm Anakan produktif : 14-17 batang Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau

Muka daun : Kasar pada sebelah bawah Posisi daun : Tegak

Daun bendera : Tegak

Betuk gabah : Panjang ramping Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Sedang Kerebahan : Sedang Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 23% Indeks glikenik : 54.9 Bobot 1000 butir : 28 g Rata-rata hasil : 6.0 t/ha Potensi hasil : 8.5 t/ha Ketahanan terhadap

Hama : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 2 dan agak tahan biotipe 3

Penyakit : Tahan terhadap hawar daun bakteri strain III dan IV Anjuran tanan : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah

sampai 500 m dpl.

Pemulia : Tarjat T, Z. A. Simanullang, E. Sumadi dan Aan A. Daradjat

Alasan utama dilepas : Lebih tahan HDB disbanding IR64, produktivitas tinggi, mutu dan rasa nasi setara IR64, indeks glikemik rendah

(40)

Lampiran 4. Deskripsi Varietas IR64

Nomor seleksi : IR18348-36-3-3 Asal persilangan : IR5657/IR2061 Golongan : Cere

Umur tanaman : 110 – 120 hari Bentuk tanaman : Tegak

Tinggi tanaman : 115 – 126 cm Anakan produktif : 20 - 35 batang Warna kaki : Hijau

Warna batang : Hijau

Warna telinga daun : Tidak berwarna Warna lidah daun : Tidak berwarna Warna daun : Hijau

Muka daun : Kasar Posisi daun : Tegak Daun bendera : Tegak

Betuk gabah : Ramping, panjang Warna gabah : Kuning bersih Kerontokan : Tahan

Kerebahan : Tahan Tekstur nasi : Pulen Kadar amilosa : 23% Indeks glikenik : 70 Bobot 1000 butir : 24.1 g Rata-rata hasil : 5.0 t/ha Potensi hasil : 6.0 t/ha Ketahanan terhadap

Hama : Tahan terhadap wereng coklat biotipe 1, 2 dan agak tahan biotipe 3

Penyakit : Agak tahan terhadap hawar daun bakteri strain IV tahan virus kerdil rumput

Anjuran tanam : Baik ditanam di lahan sawah irigasi dataran rendah s ampai sedang

Pemulia : Intoduksi dari IRRI Dilepas tahun : 1986

(41)

29

Lampiran 5. Sidik Ragam Sidik Ragam Produktivitas

Sidik Ragam Tinggi Tanaman

Sidik Ragam Jumlah Anakan Produktif

Sidik Ragam Jumlah Malai

Sidik Ragam Jumlah Gabah Bernas

Sumber db JK KT F-Hit P KK(%) Ulangan 2 0.29 0.14 0.31 0.7359 11.10 Genotipe 9 7.72 0.85 1.81 0.1350 Galat 18 8.52 0.47 Jumlah 29 16.54 Sumber db JK KT F-Hit P KK(%) Ulangan 2 12.8 6.40 0.44 0.65 3.4 Genotipe 9 2152.83 239.2 16.43 0.0001 Galat 18 262.05 14.55 Jumlah 29 2427.69 Sumber db JK KT F-Hit P KK(%) Ulangan 2 14.06 7.03 0.99 0,39 20.7 Genotipe 9 208.16 23.12 3.25 0.01 Galat 18 127.93 7.10 Jumlah 29 350.16 Sumber db JK KT F-Hit P KK(%) Ulangan 2 3.69 1.84 1.75 0.2014 3.4 Genotipe 9 193.58 21.50 20.44 0.0001 Galat 18 18.93 1.05 Jumlah 29 216.21 Sumber db JK KT F-Hit P KK(%) Ulangan 2 274.04 137.02 0.21 0.8135 13.0 Genotipe 9 52209.36 5801.04 8.84 0.0001 Galat 18 118111.33 656.18 Jumlah 29 64294.74

(42)

Sidik Ragam Jumlah Gabah Total Permalai

Sidik Ragam Persentase Gabah hampa

Sidik Ragam Bobot 1000 butir

Sumber db JK KT F-Hit P KK(%) Ulangan 2 658.84 329.42 0.87 0.4366 7.09 Genotipe 9 112483.40 12498.15 32.94 0.0001 Galat 18 6829.85 379.43 Jumlah 29 119972.10 Sumber db JK KT F-Hit P KK(%) Ulangan 2 17.12 8.56 0.18 0.8359 24.46 Genotipe 9 551.57 61.28 1.30 0.3048 Galat 18 851.44 47.30 Jumlah 29 1420.14 Sumber db JK KT F-Hit P KK(%) Ulangan 2 8.04 4.021 3.25 0.0622 4.1 Genotipe 9 126.07 14.008 11.33 0.0001 Galat 18 22.251 1.236 Jumlah 29 156.36

Gambar

Gambar 1. Tanaman pada  Umur 6 Minggu Setelah Tanam
Gambar  2.  Tanaman  yang  Terserang  Penyakit  (a)  Tanaman  yang  terserang  penyakit  kerdil  rumput  (grassy  stunt),  dan  (b)  Tanaman  yang  terseranghawar daun jingga (red stripe)
Gambar  3.  Penampilan  Malai  (atas)  Jumlah  malai  per  rumpun  galur-galur  yang  diuji dan varietas pembanding, dan (bawah) Panjang malai galur-galur  yang diuji yang diuji dan varietas pembanding
Tabel 6. Umur Berbunga Dan Panen Galur-Galur PTB  dan Varietas Pembanding

Referensi

Dokumen terkait

Usia, tidak sepakat adanya klasifikasi usia karena klasifikasi usia hanya ada dua yakni di bawah dan di atas 18 tahun; adapun untuk usia anak dapat masuk ke dalam

Subnet ID (Address), Host Range dan Subnet Broadcast untuk masing- masing sub jaringan dari Network kelas-B tersebut, adalah :2. Rincian 6 bit Host yang dipinjam untuk

jantan bagian mulut tidak dibentuk untuk menusuk, mandibula dan maxilla berukuran kecil dan palpus memanjang melebihi proboscis sedangkan pada palpus dan proboscis

 Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan

Pemodelan Porter 5 Forces dikembangkan pertama kali oleh Michael Porter. Porter 5 Force adalah tool yang digunakan untuk menganalisis bagaimana lingkungan yang kompetitif

Kepada Iblis diperbolehkan Allah untuk menjalankan tipu muslihatnya yang bagaimana juga hebatnya untuk menyesatkan keimanan Nabi Ayub yang teguh itu, kerana Tuhan Maha

Metode pengabdian masyarakat ini adalah Community Empowerment yang memberdayakan masyarakat (Juwariah, Priyanto and Nurhidayah, 2020, p. 109) dengan membentuk kelompok