• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. representasi mental atau hubungan sebagai hasil dari pengalaman. Belajar dibagi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang. representasi mental atau hubungan sebagai hasil dari pengalaman. Belajar dibagi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

10 Belajar merupakan sebuah perubahan jangka panjang dalam representasi mental atau hubungan sebagai hasil dari pengalaman. Belajar dibagi menjadi 3 domain, yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor. Domain kognitif berfokus pada pengetahuan dan kemampuan memori, proses berpikir. Domain afektif berfokus pada perasaan, minat, sikap, watak dan status emosi. Domain psikomotor berfokus pada keterampilan motorik. Teori belajar menjelaskan tentang mekanisme yang terlibat dalam belajar. Teori belajar yang mendasari cara seseorang belajar terdiri dari teori belajar behaviourisme, sosial kognitif dan konstruktivisme (Ormrod, 2012; Notoatmodjo, 2010; Shephard, 2008).

Mahasiswa merupakan pembelajar orang dewasa yang dalam pembelajarannya dimotivasi oleh isu yang relevan dan di bawah kontrol pembelajar sendiri. Hal ini dinamakan self-directed learning (SDL), yaitu suatu proses individu mengelola pembelajaran sendiri dengan mengembangkan dan menentukan tujuan pembelajaran sendiri (Hays, 2009). Pembelajar mandiri juga dikaitkan dengan self-regulated learning (SLR). SLR merupakan pembelajaran yang diatur sendiri atau pengaturan terhadap proses-proses kognitif sendiri agar belajar secara sukses (Ormrod, 2009).

Pendidikan vokasional merupakan pendidikan yang diarahkan terutama pada kesiapan penerapan dan penguasaan keahlian keperawatan tertentu sebagai perawat. Tujuan pendidikan keperawatan adalah menghasilkan perawat yang berkompeten dengan kualifikasi mempunyai pengetahuan, keterampilan dan

(2)

sikap (Hossein et al., 2009). Untuk mendukung peningkatan kualitas pembelajaran dan mencapai tujuan ini, terutama untuk pembentukan sikap/domain afektif, sebagian besar pendidikan akademi keperawatan (AKPER) di Indonesia menerapkan sistem asrama pada mahasiswa. Menurut Dewantara (2013), sistem asrama di Indonesia sudah ada sejak jaman dahulu (kabudan), yang disebut sebagai pondok pesantren atau pawiyatan atau asrama. Sistem asrama mempunyai rumah pengajaran yang juga menjadi rumah pendidikan. Sistem asrama tersebut merupakan sistem pengajaran yang teratur dan tertib. Dibandingkan dengan di tanah Eropa (Roma dan Atena), yang mempunyai sedikit tempat dengan aturan yang tertib pada jaman kabudan, Indonesia sudah mempunyai sistem yang teratur. Sistem asrama merupakan lembaga pendidikan dan pengajaran dengan paduan paling sempurna. Sistem asrama ini sampai saat ini masih hidup dalam masa Islam yang disebut sebagai pondok pesantren. Sistem asrama merupakan pendidikan informal yang mendukung pembelajaran. Downy (2012) menyatakan bahwa lingkungan informal mendukung lingkungan pembelajaran formal. Knowles (1975) juga menyatakan bahwa untuk mendidik orang dewasa, pendidik juga harus mempersiapkan lingkungan baik fisik maupun psikologis yang nyaman, sehingga pembelajar dapat diterima, dihargai dan didukung.

Pembinaan sikap dan perilaku mahasiswa bertujuan untuk membentuk calon perawat yang jujur, berdisiplin, bertanggung jawab, visioner, peduli dan adil sesuai dengan nilai-nilai/norma dan etika profesi keperawatan. Untuk itu, penyelenggaraan kehidupan kampus diupayakan kondusif, yaitu menerapkan tata krama dan ketertiban kehidupan di kampus, menjaga kebersihan lingkungan,

(3)

keamanan, ketertiban dan kenyamanan. Dalam pendidikan di asrama juga sesuai dengan The Four Pilars of UNESCO tentang syarat seseorang disebut kompeten, yaitu landasan kemampuan pengembangan kepribadian, kemampuan penguasaan ilmu dan keterampilan (know how and know why), dan kemampuan berkarya (know to do), kemampuan menyikapi dan berperilaku dalam berkarya, sehingga dapat mandiri, menilai dan mengambil keputusan secara bertanggung jawab (to be), dapat hidup bermasyarakat dengan bekerjasama, saling menghormati dan menghargai nilai-nilai pluralisme, dan kedamaian (to live together) (Shrimal & Sharma, 2012). Dari pilar-pilar tersebut, dalam proses pembelajaran juga disiapkan agar mahasiswa dapat belajar secara mandiri untuk mencapai kompetensi yang diharapkan.

Jumlah pendidikan vokasional diploma 3 keperawatan di Indonesia yang terdaftar di Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) berjumlah 291 institusi, baik yang bernaung di institusi AKPER, politeknik kesehatan (POLTEKES), sekolah tinggi ilmu keperawatan (STIKEP), maupun sekolah tinggi ilmu kesehatan (STIKES) (DIKTI, 2013). Saat ini, pendidikan diploma keperawatan yang tergabung dalam asosiasi institusi pendidikan diploma keperawatan indonesia (AIPDIKI, 2014) terdapat sebanyak 405 institusi. Dari jumlah institusi pendidikan diploma keperawatan tersebut, tidak diketahui secara pasti jumlah institusi yang menyediakan asrama untuk mahasiswa.

Beberapa penelitian terkait dengan sekolah berasrama di antaranya dilakukan oleh Sedyawan (2012), tentang evaluasi program pembinaan remaja melalui pendekatan biopsikososial di sekolah berasrama SMA TAKSA dengan

(4)

hasil program pembinaan remaja terbukti berhasil meningkatkan kualitas fisik siswa. Pembinaan self efficacy terbukti berhasil pada kelompok siswa yang lebih lama mendapat pembinaan dalam kondisi lingkungan yang kondusif. Penelitian lain dilakukan oleh Iswanti (2007) tentang pembentukan sikap dan kepribadian guru melalui model pendidikan berasrama. Pendekatan penelitian tindakan, dengan subjek penelitiannya mahasiswa S1 PGSD Berasrama FIP UNY yang tinggal di asrama mahasiswa UPP I dan UPP II. Hasil penelitian menunjukkan model pendidikan guru berasrama dapat meningkatkan sikap dan kepribadian calon guru sekolah dasar. Samawi (2012) juga meneliti persepsi mahasiswa tentang pendidikan perdamaian di asrama PGSD FIP Universitas Negeri Malang. Hasil penelitian menunjukkan pendidikan perdamaian dilihat dari konflik yang terjadi di lingkungan asrama PGSD meliputi konflik pribadi, interaksi sosial budaya, dan akademik. Penyebab konflik berawal dari kebiasaan minum minuman keras, prasangka primordialistik yang menimbulkan ketegangan, tidak tegaknya aturan tata tertib asrama, lingkungan asrama dengan kamar yang saling berdekatan putra dan putri. Upaya mahasiswa mengatasi konflik dengan melakukan musyawarah, konsultasi ke pembina asrama, dan meningkatkan kegiatan mahasiswa asrama baik akademik maupun non akademik. Disimpulkan bahwa pendidikan perdamaian perlu dikembangan secara terintegrasi dalam kehidupan bersama PGSD FIP UM.

Berdasarkan pengamatan dan studi pendahuluan, didapatkan bahwa institusi yang menyediakan asrama bagi mahasiswa ada yang mewajibkan mahasiswa tinggal di asrama dan ada juga yang menyediakan fasilitas asrama

(5)

tetapi tidak wajib. Institusi yang mewajibkan mahasiswa tinggal di asrama, menyediakan pengasuh asrama dan peraturan yang ketat bagi mahasiswa. Perbedaan ini bisa mengakibatkan perbedaan pula dalam penerapan teori pendidikan di AKPER berasrama. Hal ini penting untuk menilai sistem asrama mendukung pencapaian sesuai dengan tujuan pendidikan. Akademi Keperawatan Pemerintah Provinsi Jawa Tengah (AKPER PEMPROV JATENG) merupakan salah satu institusi yang mewajibkan mahasiswa tinggal di asrama dan menyediakan pengasuh asrama. Kewajiban mahasiswa di asrama ini sejak tahun 2011 untuk mahasiswa tingkat 1, sedangkan tingkat 2 dan 3 diperbolehkan tidak tinggal di asrama karena keterbatasan kapasitas asrama. Peraturan di asrama juga sudah tertuang dalam buku panduan mahasiswa, meliputi: etika belajar, etika kesopanan, etika meninggalkan asrama, etika makan, etika penampilan, etika menerima tamu, etika bertamu, etika piket asrama, dan etika lain. Dengan tinggal di asrama, mahasiswa juga diharapkan dapat mandiri, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam belajar.

Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang aplikasi teori belajar behaviourisme, sosial kognitif dan konstruktivisme berkaitan dengan kemandirian belajar mahasiswa studi etnografi di asrama mahasiswa AKPER PEMPROV JATENG.

(6)

I.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, dirumuskan masalah penelitian ini adalah “Bagaimana aplikasi teori belajar berkaitan dengan kemandirian belajar mahasiswa studi etnografi di asrama mahasiswa AKPER PEMPROV JATENG?”

I.3. Tujuan Penelitian I.3.1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui aplikasi teori belajar di asrama mahasiswa AKPER PEMPROV JATENG berkaitan dengan kemandirian belajar mahasiswa.

I.3.2. Tujuan khusus

I.3.2.1. Untuk mengetahui aplikasi teori behaviourisme, sosial kognitif dan konstruktivisme di asrama mahasiswa AKPER PEMPROV JATENG. I.3.2.2. Untuk mengetahui teori belajar yang dominan di asrama AKPER

PEMPROV JATENG.

I.3.2.3. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan pendidikan di asrama AKPER PEMPROV JATENG.

I.3.2.4. Untuk mengetahui teori belajar yang mendukung kemandirian belajar mahasiswa AKPER PEMPROV JATENG.

(7)

I.4. Keaslian Penelitian

Penelitian terkait yang pernah dilakukan antara lain sebagai berikut: I.4.1. Penelitian yang dilakukan oleh Sedyawan (2012) tentang evaluasi program

pembinaan remaja melalui pendekatan biopsikososial di sekolah berasrama SMA TAKSA. Penelitian tersebut menggunakan quasi experiment dengan rancangan non equivalent pretest-posttest group design. Hasilnya adalah program pembinaan remaja terbukti berhasil meningkatkan kualitas fisik siswa. Pembinaan self efficacy terbukti berhasil pada kelompok siswa yang lebih lama mendapat pembinaan dalam kondisi lingkungan yang kondusif di asrama.

I.4.2. Penelitian yang dilakukan oleh Iswanti (2007) tentang pembentukan sikap dan kepribadian guru melalui model pendidikan berasrama. Penelitian tersebut menggunakan pendekatan penelitian tindakan, dengan subjek penelitiannya mahasiswa S1 PGSD Berasrama FIP UNY yang tinggal di asrama mahasiswa UPP I dan UPP II. Data dikumpulkan dengan menggunakan angket, wawancara, dan observasi, kemudian dianalisis dengan analisis kuantitatif teknik persentase. Hasil penelitian menunjukkan model pendidikan guru berasrama dapat meningkatkan sikap dan kepribadian calon guru sekolah dasar.

I.4.3. Penelitian yang dilakukan oleh Samawi (2012) tentang persepsi mahasiswa tentang pendidikan perdamaian di asrama PGSD FIP Universitas Negeri Malang. Rancangan yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah rancangan deskriptif. Subjek penelitian adalah mahasiswa PGSD Berasrama

(8)

UM yang berasal dari Kabupaten Aru, Seram Bagian Timur, Maluku Tenggara, dan Maluku Tenggara Barat. Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah pedoman wawancara, format dokumentasi, dan observasi serta catatan lapangan. Teknik analisis data yang digunakan adalah teknik analisis deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan pendidikan perdamaian dilihat dari konflik yang terjadi di lingkungan asrama PGSD meliputi konflik pribadi, interaksi sosial budaya, dan akademik. Penyebab konflik berawal dari kebiasaan minum minuman keras, prasangka primordialistik yang menimbulkan ketegangan, tidak tegaknya aturan tata tertib asrama, lingkungan asrama dengan kamar yang saling berdekatan putera dan puteri. Upaya mahasiswa mengatasi konflik dengan melakukan musyawarah, konsultasi ke pembina asrama, dan meningkatkan kegiatan mahasiswa asrama baik akademik maupun non akademik. Disimpulkan bahwa pendidikan perdamaian perlu dikembangan secara terintegrasi dalam kehidupan bersama PGSD FIP UM.

I.4.4. Penelitian yang dilakukan oleh Huang (2008) tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kesiapan SDL pada mahasiswa keperawatan dari Taiwan. Penelitian tersebut menggunakan disain mixed method. Wawancara dilakukan pada 8 mahasiswa. Hasil wawancara adalah terjadi pergeseran pendekatan mengajar. Mahasiswa lebih sering melakukan aktivitas pembelajaran yang diarahkan mahasiswa sendiri, yaitu mahasiswa didorong untuk aktif dan bertanggungjawab terhadap tugas mereka sendiri. Partisipan mengungkapkan bahwa faktor yang mempengaruhi termasuk interaksi

(9)

dosen-mahasiswa, proses fasilitasi belajar, dan sumber belajar.

Berbeda dengan penelitian sebelumnya, variabel dalam penelitian ini adalah aplikasi teori belajar (behaviourisme, sosial kognitif dan konstruktivisme) yang dikaitkan dengan kemandirian belajar. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode etnografi dengan subjek penelitian mahasiswa yang tinggal di asrama AKPER PEMPROV JATENG.

I.5. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi gambaran dan dapat dimanfaatkan, baik secara teoritis maupun praktis. Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut:

I.5.1. Menambah pengetahuan dan wacana tentang teori belajar. I.5.2. Memberi gambaran proses pendidikan di asrama.

I.5.3. Menjadi bahan pertimbangan bagi institusi pendidikan yang menyediakan asrama untuk mengembangkan pendidikan yang sesuai.

I.5.4. Menjadi bahan pertimbangan dalam kebijakan institusi terkait dengan pendidikan di asrama.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari skripsi ini adalah untuk mengetahui korelasi antara susut yang terjadi pada jaringan distribusi dengan variasi bentuk kurva beban dan variasi besar

Oleh karena itu, peristiwa turunnya Al Qur’an selalu terkait dengan kehidupan para sahabat baik peristiwa yang bersifat khusus atau untuk pertanyaan yang muncul.Pengetahuan

Diisi dengan bidang ilmu yang ditekuni dosen yang bersangkutan pada

Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan bahasa Indonesia dalam publikasi tersebut belum memuaskan karena terdapat beberapa kesalahan, seperti kesalahan penulisan kata

Latar Belakang: Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat

Posted at the Zurich Open Repository and Archive, University of Zurich. Horunā, anbēru, soshite sonogo jinruigakuteki shiten ni okeru Suisu jin no Nihon zō. Nihon to Suisu no kōryū

[r]

Pada tahap pertama ini kajian difokuskan pada kajian yang sifatnya linguistis antropologis untuk mengetahui : bentuk teks atau naskah yang memuat bentuk