• Tidak ada hasil yang ditemukan

Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Prosiding Seminar Nasional Manajemen Teknologi XV Program Studi MMT-ITS, Surabaya 4 Pebruari 2012"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MODEL BIAYA DAN KEUNTUNGAN UNTUK

BAN REMANUFAKTUR BERDASARKAN PERSPEKTIF

PRODUSEN DAN KONSUMEN

BENEFIT AND COST MODELS DEVELOPMENT FOR TIRE

REMANUFACTURING BASED ON PRODUSER’S AND

CUSTOMER’S PERSPECTIVE

Mierza E. Rachman1), Maria Anityasari2), Imam Baihaqi3) 1)Program Studi Pascasarjana Teknik Industri

Bidang Keahlian Manajemen Kualitas dan Manufaktur Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

2,3)Teknik Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya Email:mierzaerachman@gmail.com

ABSTRAK

Remanufaktur ban (retreading) merupakan salah satu upaya untuk menjaga lingkungan dari pencemaran limbah ban, karena hanya bagian tread yang diperbarui. Berdasarkan hasil penelitian pendahuluan terhadap masa pakai ban pesawat menunjukkan bahwa masa pakai ban remanufaktur tidak berbeda secara signifikan dengan ban baru. Jika secara teknis kualitas dan masa pakai ban remanufaktur sama dengan ban baru, maka perlu dilakukan kajian apakah secara ekonomi keduanya juga memiliki kinerja yang sama. Penelitian ini mengembangkan model biaya dan keuntungan untuk ban remanufaktur berdasarkan perspektif produsen dan konsumen dengan memperhatikan aspek teknis yaitu masa pakai ban dan aspek lingkungan yaitu biaya yang muncul akibat penggunaan material yang bersifat non-renewable. Model yang dikembangkan dapat digunakan untuk membandingkan kinerja ekonomi/finansial dari ban remanufaktur dengan ban baru. Dengan demikian informasi tentang range profit dan opportunity losses yang akan diperoleh ketika produsen maupun konsumen memilih ban remanufaktur dalam proses bisnisnya dapat diperkirakan.

Kata Kunci: ban remanufaktur, model profit dan benefit, opportunity losses, biaya lingkungan

ABSTRACT

Tire remanufacturing (retreading) is the one way for protect the environment from the scraft tire, because just the tread that can be renewing. Based on the initial research says that the reliability of tire remanufacture are equal to new tire. If that quality are equal, so it needed a research about the economics performance for the tire. This research is developing benefit and cost model for tire remanufacturing based on the

producer’s and customer’s perspective which is concern to the thecnical aspecs with the

reliability and environmental aspecs that are a cost due to using the non-renewable material. That models can be used to know about the economics/financial performance for tire remanufacturing and the new one. So that, information about the profit range and the opportunity losses can be expected when the producer or customer using tire remanufacturing in their business process.

Keywords : tire remanufacturing, benefit and cost models, opportunity losses, environmental cost

(2)

PENDAHULUAN

Sustainable Manufacturing merupakan konsep yang muncul akibat berkembangnya isu lingkungan. Dalam penerapan Sustainable Manufacturing terdapat tiga strategi yaitu reuse, remanufacturing, dan recycling. Strategi reuse dianggap strategi yang paling efektif dan efisien dari sisi dampak lingkungan dan pertimbangan ekonomi karena perlakuan yang diberikan hanyalah dibersihkan dan diinspeksi sehingga energi yang dibutuhkan cenderung lebih sedikit dan pengaruhnya terhadap lingkungan pun sedikit (Anityasari, 2008). Namun, tidak semua produk bisa menggunakan strategi reuse. Bila produk perlu diproses ulang atau diperbaiki, maka strategi yang digunakan adalah strategi remanufaktur. Dengan menggunakan strategi ini, fungsi produk bekas dikembalikan seperti ketika produk masih baru sehingga menjadi setara dengan produk baru. Salah satu produk yang tidak dapat diterapkan strategi reuse, tetapi memiliki potensi untuk diremanufaktur adalah ban (tire).

Di Jerman, lebih dari 600.000 ton ban bekas yang dibuang setiap tahunnya (Lebreton dan Tuma, 2006). Di Amerika pembuangan serupa juga terjadi setiap tahunnya dengan jumlah ban lebih dari 279.000.000 unit (Ko dan Hwang, 2009). Sedangkan di Indonesia masih belum terdata seberapa banyak ban bekas yang dibuang untuk setiap tahunnya. Padahal, penggunaan ban di Indonesia terus meningkat dari tahun ke tahun seiring bertambahnya pengguna kendaraan bermotor. Dengan demikian, maka limbah ban yang tidak terpakai semakin lama semakin meningkat. Masalah ini menjadi semakin besar karena ban tidak dapat terurai dengan mudah apabila hanya dibiarkan begitu saja. Oleh karena itu, diperlukan usaha untuk memproses limbah ban tersebut.

Dalam penelitiannya, Ayres et. al. (1997) menyatakan bahwa remanufaktur merupakan salah satu bentuk penghematan sumber daya yang mampu mereduksi kebutuhan material hingga 80% dari kebutuhan material produk baru. Sehingga, jika produk tidak dapat di-reuse maka sebaiknya produk tersebut diremanufaktur. Hal ini merupakan salah satu upaya dalam melestarikan lingkungan dan memaksimalkan keuntungan. Namun, dalam hal ini keandalan suatu produk menjadi sangat penting. Pada penelitian pendahuluan menunjukkan bahwa kualitas dan masa pakai ban remanufaktur setara dengan ban baru.

Penelitian ini melakukan pengembangan terhadap model biaya dan keuntungan untuk ban remanufaktur dengan berdasarkan perspektif produsen dan konsumen. Adapun tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi variabel-variabel yang berpengaruh terhadap profitabilitas ban remanufaktur dan mengembangkan model biaya dan keuntungan serta opportunity losses untuk ban remanufaktur dengan mempertimbangkan aspek teknis ban berdasarkan perspektif produsen dan konsumen.

Metode penelitian yang telah dilakukan akan dijelaskan pada sub bab selanjutnya. Sedangkan pada bagian akhir akan dikemukakan anilisa hasil dan kesimpulan.

METODE

Model profit dan benefit yang telah dikembangkan oleh Ostlin et.al (2009) dan Begum et.al (2006) telah dipilih sebagai acuan dalam mengembangkan model biaya dan keuntungan untuk produk ban remanufaktur dengan memperhatikan aspek teknis yang bersifat probabilistik. Pengembangan model dapat digambarkan sesuai pada Gambar 2.1

(3)

Setelah mengetahui variabel yang akan digunakan dalam pengembangan model biaya dan keuntungan untuk produk ban, akan dibuat skenario untuk mengetahui kondisi saat produsen maupun konsumen mendapat keuntungan atau bahkan mengalami kerugian. Untuk menyusun skenario tersebut terdapat dua parameter yang akan digunakan sebagai dasar skenario, yaitu expected time (te) dan actual time (ta). Expected time (te) merupakan umur ban yang telah dijanjikan oleh produsen, dimana umur ban tersebut diharapkan dapat berfungsi dengan baik hingga waktu yang telah dijanjikan tersebut. Sedangkan actual time (ta) merupakan umur ban yang sesungguhnya setelah digunakan oleh customer.

Gambar 1 Skenario Pengembangan Model dari Beberbagai Aspek

Berdasarkan kedua waktu tersebut, terdapat tiga skenario yang mungkin terjadi setelah ban digunakan, yaitu :

Skenario 1 : ta< te

Pada kondisi ta < te ini, produsen harus membayar garansi sehingga produsen

mengalami sedikit kerugian. Dalam hal ini kerugian yang dimaksud adalah pembayaran kompensasi atas ketidaktepatan terhadap janji yang telah disepakati oleh konsumen. Untuk mengetahui seberapa besar risiko yang harus ditanggung produsen, maka harus mengetahui berapa peluang terjadinya ta < te. namun hal ini menjadi sangat merugikan

bagi konsumen.

P(ta< te)= ∫ ( )

P(ta< te) =∫

√ exp −

′ (untuk distribusi normal)

P(ta< te)=F( ) ]

P(ta< te)= F(te) – F(ta)

P(ta< te)= - (1)

Skenario 2 : ta= te

Pada kondisi yang demikian dapat diketahui bahwa umur ban setelah digunakan telah sesuai dengan umur ban yang telah dijanjikan oleh produsen. Hal ini tidak memberikan dampak apapun baik dari sisi produsen maupun konsumen, sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut :

P(ta= te)= ∫ ( )

P(ta= te) =∫

√ exp −

′ (untuk distribusi normal)

P(ta= te) =F( ) ] P(t = t) = F(te) – F(ta) Variabel Biaya Pengembangan Aspek Biaya Pengembangan Model Model Biaya dan Keuntungan Aspek Ekonomi Selling Price/ Purchasing Price Opportunity Losses Aspek Lingkungan Environmental Cost Aspek Sosial Expected Warranty Cost

(4)

P(ta= te) = - (2)

Skenario 3 : ta> te

Pada kondisi yang demikian dapat diketahui bahwa umur ban yang sesungguhnya lebih lama dari umur ban yang telah dijanjikan oleh pihak produsen. Hal ini dapat memberikan dampak negatif bagi produsen, dimana produsen akan mengalami kerugian. Kerugian yang dimaksud adalah lost opportunity. Dalam hal ini, produsen akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan keuntungan dari hasil penjualan yang seharusnya terjadi jika umur ban sesuai dengan prediksi produsen. Di lain sisi, konsumen sangat \diuntungkan dengan adanya penghematan atas kondisi ini.

P(ta> te)= ∫ ( )

P(ta> te)= − ∫ ( )

P(ta>te) =− ∫

√ exp −

′ (untuk distribusi normal)

P(ta> te) =−F( ) ]

P(ta> te) = -{F(te) – F(ta)}

P(ta> te)= - { - } (3)

HASIL DAN DISKUSI

Pengembangan Model Benefit/Profit dan Opportunity Losses Berdasarkan

Producer’s dan Customer’s Perspective

Skenario 1 : ta< te

Pada kondisi ini konsumen mengalami lost opportunity, dimana ban yang seharusnya masih dapat berfungsi dengan baik memiliki umur yang lebih pendek dari umur yang dijanjikan oleh produsen. Hal ini menyebabkan terjadinya penundaan penggunaan ban yang berakibat tidak beroperasinya alat transportasi yang seharusnya dapat beroperasi. Meskipun penundaan terjadi hanya sesaat, namun lost opportunity yang terjadi akan mengakibatkan kerugian bagi konsumen. Berikut ini adalah model opportunity losses (OL) yang harus ditanggung oleh konsumen, dimana PP merupakan harga beli ban.

OL = P(ta< te)*(ta– te)* (4)

Kondisi ini juga membuat produsen harus membayar kompensasi garansi yang telah dijanjikan. Namun produsen tidak mengalami kerugian dalam kondisi tersebut. Berikut ini adalah model profit bagi produsen, dengan SP sebagai harga jual, CoGS sebagai biaya produksi, Cw sebagai biaya garansi dan Ce adalah biaya lingkungan.

P = SP – ΣC

P = SP – (CoGS + Cw+ Ce)

P = SP – [CoGS + {P(ta<te)}*UCw+ Ce] (5)

Skenario 2 : ta= te

Pada kondisi yang demikian dapat diketahui bahwa umur ban setelah digunakan telah sesuai dengan umur ban yang telah dijanjikan oleh produsen. Hal ini tidak memberikan dampak apapun baik dari sisi produsen maupun konsumen. Sehingga dapat dihitung benefit (B) yang akan diperoleh oleh konsumen untuk produk baru :

(5)

Sedangkan bagi produsen, kondisi ini tidak membuat produsen mengeluarkan kompensasi garansi ataupun mengalami lost opportunity sehingga dapat dihitung profit yang akan diperoleh sebagai berikut :

P = SP – ΣC

P = SP – (CoGS + Cw+ Ce)

P = SP – [CoGS + {P(ta=te)}*UCw+ Ce] P = SP – [CoGS + {0}*UCw+ Ce]

P = SP – (CoGS+ Ce) (7)

Skenario 3 : ta> te

Pada kondisi yang demikian dapat diketahui bahwa umur ban yang sesungguhnya lebih lama dari umur ban yang telah dijanjikan oleh pihak produsen. Hal ini tidak memberikan dampak negatif, namun memberikan keuntungan tersendiri bagi konsumen. Sehingga, dapat dihitung benefit yang akan diperoleh oleh konsumen untuk produk baru maupun produk remanufaktur:

B = P(ta> te)*PP*{F/P,i,( ta- te)} (8)

Sedangkan bagi produsen kondisi ini memberikan dampak negatif karena harus kehilangan kesempatan dalam memperoleh hasil penjualan yang seharusnya diterima jika umur ban sesuai dengan yang telah diperkirakan. Sehingga kerugian yang akan ditanggung oleh produsen, baik produk baru maupun produk remanufaktur adalah sebagai berikut :

LN = SP - ΣC – OL

LN = SP - (CoGS + Cw+ Ce) - OL

LN = SP - [CoGS + {P(ta<te)}*UCw+ Ce] – OL (9) Dengan nilai opportunity losses dan unit cost of warranty (UCw) sebagai berikut

OL = P(ta> te)*(ta- te)* *{F/P,i,( ta- te)} (10)

UCw= ∗ (11)

Berdasarkan hasil pengembangan model tersebut perlu dilakukan validasi model dengan mengimplementasikan model pada studi kasus. Studi kasus dalam penelitian ini adalah ban bus pada PO. AKAS NNR dengan trayek Surabaya-Probolinggo. Data yang digunakan dalam proses validasi ini adalah data masa pakai ban belakang bus selama 2 tahun terakhir dengan satuan kilometer (km).

Tabel 1 Hasil Rekap Data Masa Pakai Ban Belakang Bus.

Ban Belakang R0 (km) Rn (km)

average 96915 85856.4

st dev 45954.60282 35182.32295

n 16 50

MTTF 98169 85613

Distribusi Weibull dengan 3 parameter Weibull dengan 2 parameter

Berdasarkan data tersebut, dapat diketahui bahwa distribusi yang dianut adalah distribusi Weibull. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata masa pakai ban belakang bus diperoleh dari nilai MTTF (Mean Time To Failure). Dengan diketahui ekspektasi masa pakai dari produsen sebesar 75.600 km, maka pada studi kasus ban belakang bus ini sesuai dengan skenario 3, yaitu ta > te. Kondisi tersebut memberikan dampak yang

(6)

memperoleh hasil penjualan ban yang seharusnya diperoleh jika masa pakai aktual ban sesuai dengan ekspektasi masa pakai ban.

Setelah diketahui skenario yang sesuai dengan kondisi praktis masa pakai ban, selanjutnya data tersebut mengimplementasikan model yang telah dikembangkan sesuai dengan skenario yang ada. Hasil perhitungan biaya dan keuntungan berdasarkan perspektif produsen dapat dilihat pada Tabel 2. Sedangkan hasil perhitungan biaya dan keuntungan berdasarkan perspektif konsumen dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 2 Hasil Perhitungan Profit Berdasarkan Perspektif Produsen Ban Belakang Bus.

ESTIMASI BIAYA DAN KEUNTUNGAN

PRODUSEN BAN BELAKANG

BARU REMANUFAKTUR

Selling Price (SP) 1860000 620000

Cost of Good Sold (CoGS) 1500000 500000

Cost of Warranty (Cw) 0 0

Cost of Environment (Ce) 289307.771 68752.25034

Opportunity Losses (OL) 42991.2611 212.0289398

Losses/Profit 70692.23 51247.75

(BARU-REMANUFAKTUR) 19444.48

Tabel 3 Hasil Perhitungan Profit Perdasarkan Perspektif Konsumen Ban Belakang Bus. ESTIMASI BIAYA DAN

KEUNTUNGAN

KONSUMEN BAN BELAKANG

BARU REMANUFAKTUR

Purchasing Price (PP) 1860000 620000

Cost of Good Sold (CoGS) 1500000 500000

Cost of Warranty (Cw) 0 0

Cost of Environment (Ce) 289307.7714 68752.25034

Opportunity Losses (OL)

Losses/Benefit 60483784.07 672360.22

(BARU-REMANUFAKTUR) 59811423.85

Besarnya nilai variabel biaya yang digunakan didasarkan pada hasil brainstorming terhadap pihak remanufakturer dan konsumen ban bus yang menyatakan bahwa biaya produksi ban remanufaktur memiliki perbandingan 1 : 3 dengan biaya produksi ban baru. Hal ini juga berlaku bagi harga jual atau harga beli ban bus, dimana biaya produksi ban remanufaktur sebesar Rp. 500.000,00 dan harga jual atau harga beli ban remanufaktur sebesar Rp. 620.000,00. Sedangkan biaya lingkungan diperoleh dari konversi biaya lingkungan yang digunakan dalam penelitian Anityasari (2008).

Variabel biaya tersebut digunakan dalam perhitungan profit/benefit dan opportunity losses yang akan diperoleh oleh produsen maupun konsumen. Berdasarkan data diperoleh hasil perhitungan keuntungan yang menunjukkan terjadinya lost opportunity bagi produsen. Lost opportunity ini merupakan bentuk kerugiann yang harus ditanggung oleh produsen. Kerugian yang terjadi tidak terlalu besar yaitu Rp. 42.991,26 untuk ban baru dan Rp. 212,03 untuk ban remanufaktur. Namun kerugian

(7)

tersebut tidak memberikan dampak buruk karena perusahaan masih diuntungkan sebesar Rp. 70.692,23 untuk ban baru dan Rp. 51.247,75 untuk ban remanufaktur. Berdasarkan hasil perhitungan tersebut ditunjukkan bahwa ban baru masih menyumbangkan keuntungan yang lebih besar meskipun dalam keadaan merugi. Hal ini dapat disebabkan oleh nilai opportunity losses yang terjadi sangat kecil dimana selisih waktu aktual dengan waktu ekspektasi tidak terlalu besar, sehingga kehingan kesempatan yang dialami oleh produsen hanya sesaat. Sedangkan dari perspektif konsumen menunjukkan bahwa keuntungan yang diperoleh konsumen sangat besar. Keuntungan tersebut yaitu Rp. 60.483.784,07 untuk ban baru dan Rp. 672.360,22 untuk ban remanufaktur. Berdasarkan hasil perhitunga ditunjukkan bahwa ban baru masih menyumbangkan keuntungan yang lebih besar dalam periode 2 tahun terakhir dengan selisih keuntungan sebesar Rp. 59.811.423,85. Hal ini menguatkan alasan pihak konsumen untuk memilih ban baru daripada ban remanufaktur jika biaya lingkungan dan opportunity losses dipertimbangkan.

KESIMPULAN

1. Terdapat beberapa variabel biaya yang sangat mempengaruhi besar keuntungan yang diperoleh baik oleh produsen maupun konsumen. Variabel biaya tersebut adalah biaya garansi, biaya lingkungan dan opportunity losses.

2. Bagi perusahan yang bergerak di bidang otobus, ban baru masih memberikan keuntungan yang lebih besar daripada ban reanufaktur begitu juga bagi produsen ban.

3. Biaya lingkungan yang harus ditanggung akibat penggunaan ban baru lebih besar daripada pengggunaan ban remanufaktur. Sedangkan opportunity losses sangat tergantung pada masa pakai ban.

DAFTAR PUSTAKA

Anityasari, M. 2008. Reuse of Industrial Products – A Technical and Economic Model For Decision Support. Doctoral Thesis. The University of New South Wales, Sydney, Australia.

Artana, K. B. (ed.) 2006. Handbook mata kuliah keandalan, Surabaya: Teknik Sistem Perkapalan.

Ayres, R. & Ferrer, G. 2000. The Impact of Remanufacturing in The Economy. Journal of Ecological Economics 32 (413-429).

Ayres, R., Ferrer, G. & Leyneele, T. V. 1997. Ecco-Efficiency, Asset Recovery and Remanufacturing. European Management Journal. Vol. 15, No. 5 (557-574).

Begum, R. A, Siwar, C., Pereira, J. J. & Jaafar, A. H. 2006. A Benefit-Cost Analysis on the Economic Feasibility of Construction Waste Minimisation: The Case of Malaysia. Journal of Resources, Conservation and Recycling 48 (86-98)

Boustani, A, Sahni, S., Gutowski T. & Graves S. 2010. Tire Remanufacturing and Energy Savings. Environmentally Benign Manufacturing Laboratory. Sloan School of Management. MITEI-1-h-2010

(8)

Blischke, W. R. & Murthy, D. N. P. 2006. Warranty Management and Product Manufacture. London: Springer-Verlag.

Ferrer, G. 1997. The Economics of Tire Remanufacturing. Journal of Resources Conservation and Recycling 19 (221-255).

http://www.bridgestone.co.id (diakses pada tanggal 25 Februari 2011).

Ijomah, W. L., Childe, S. & McMahon, C. 2004. Remanufacturing: A Key Strategy for Sustainable Development. In : The Third International Conference on Design and Manufacture for Sustainable Development, Loughborough, UK.

Ijomah, W. L., McMahon, C. A., Hammond, G. P. & Newman, S. T. 2007. Development of Design for Remanufacturing Guidelines to Support Sustainable Manufacturing 712-719.

Ko, Y. & Hwang, H. 2009. Efficient Operation Policy in Closed-Loop Tyre Manufacturing System with EPR. Journal of IEMS Vol. 8, No. 3 (162-170).

Ko, Y., Hwang, H. & Oh, Y. 2008. A Closed-Loop Remanufacturing System in Tyre Manufacturing Industry. Proceedings of the 9th Asia pasific Industrial Engineering & Management System Conference, Indonesia : Nusa Dua, Bali.

Lebreton, B & Tuma, A. 2006. A Quantitative Approach to Assessing The Profitability of Car and Truck Tire Remanufacturing. International Journal of Production Economics, 104 (639-652).

Lewis, E. E. (ed.) 1987. Introduction to Reliability Engineering., Canada: John Wiley & Sons.

Ostlin, J., Sundin, E. & Bjorkman, M. 2009. Product Life-Cycle Implications for Remanufacturing Strategies. Journal of Cleaner Production, 17 (999-1009).

Sundin, E. & Bras, B. 2004. Making Functional Sales Environmentally and Economically Beneficial Through Product Remanufacturing. Journal of Cleaner Production, (913-925).

Suryajaya, Doddy. 2003. Evaluasi Sistem Kontrak Pengadaan Komponen Ban Pada Pesawat Boeing 737-300/400/500 dengan Pendekatan Weibull Reliability Analysis serta Penentuan Model Persediaan Periode Tahun 2003 di PT. Garuda Indonesia Jakarta. Tugas Akhir. Surabaya : Institut Teknologi Sepuluh Nopember.

Gambar

Gambar 1 Skenario Pengembangan Model dari Beberbagai Aspek

Referensi

Dokumen terkait

Kepada para intruktur pelaksanaan keterampilan tata kecantikan di Panti Sosial Bina Remaja Kecamatan Rumbai Kota Pekanbaru Provinsi Riau untuk lebih meningkatkan kinerjanya

Penelitian ini dilakukan dengan memanfaatkan gelombang mikro (microwave), pertama daun nilam sebanyak 100 gram ditambahkan pelarut atau steam untuk variabel daun

Gambar 6 Rata-rata jumlah kepiting bakau pada bubu non-escape vent dan bubu dengan bentuk escape vent berbeda Berdasarkan uji Kruskal-Wallis terhadap total hasil

Penerapan metode extreme programming membuat pihak Putra Surya Rent Car memahami benar konteks dan proses bisnis yang digelutinya, sehingga peneliti sebagai

Kinerja penjualan yang rendah dapat menjadi indikasi bahwa minat beli ulang apotek di PT Novell Pharmaceutical Labs Medan rendah.. Selain data penjualan, dalam Tabel 1.2

Admin juga dapat mengubah akses yang di dapat oleh seorang user, seperti: pesan masuk, logo website, komentar video, tag video, playlist video, video, identitas website,

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi resiko-resiko yang ada pada sistem PPDB Online Kemdikbud, kemudian melakukan pengembangan dokumen manajemen resiko yang berisi

Pada awal beroperasinya, banyak sekali timbul permasalahan yang cukup mengganggu pelayanan bus seperti adanya penentangan oleh awak bus kota yang biasa melayani rute ke kampus