• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS PENYEBARAN RADIONUKLIDA DARI SMR 100 MW UNTUK OPSI NUKLIR DI KALIMANTAN BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS PENYEBARAN RADIONUKLIDA DARI SMR 100 MW UNTUK OPSI NUKLIR DI KALIMANTAN BARAT"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PENYEBARAN RADIONUKLIDA DARI SMR 100 MW UNTUK

OPSI NUKLIR DI KALIMANTAN BARAT

Wiku Lulus Widodo1, Riski FSB2

1Pusat Kajian Sistem Energi Nuklir – BATAN 2Prodi Pasca Sarjana Teknik Elektro – UGM

email: wikululu@batan.go.id

ABSTRAK

ANALISIS PENYEBARAN RADIONUKLIDA DARI SMR 100 MW UNTUK OPSI NUKLIR DI KALIMANTAN BARAT. Telah dilaksanakan analisis penyebaran radionuklida dari fasilitas PLTN dengan kapasitas 100 MW. Lokasi PLTN diasumsikan berada di wilayah Singkawang bagian pantai barat. Radionuklida yang dianalisis adalah I-131 , I-133, Kr-85 dan Xe-133 yang merupakan produksi fisi dari reaksi nuklir. Perhitungan penyebaran radionuklida ini menggunakan perangkat lunak SIMPACT yang dirilis oleh IAEA. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa penyebaran I-131memiliki paparan maksimum sebesar 0.0179 Bq/m3 dengan jangkauan 50 km ke arah timur, 80 km ke arah utara dan 45 km ke arah selatan. Penyebaran I-133 memiliki paparan maksimum sebesar 0.0280 Bq/m3 dengan jangkauan 45 km ke arah timur, 70 ke arah utara, dan 35 ke arah selatan. Penyebaran Kr-85 memiliki paparan maksimum sebesar 1,72 x 10-3 Bq/m3 dengan jangkauan 85 km ke arah timur, lebih dari 100 km baik kearah utara maupun ke arah selatan. Penyebaran Xe-133 memiliki paparan maksimum sebesar 3,15 x 10-2 Bq/m3 dengan jangkauan 90 km kearah timur, lebih dari 100 km ke arah utara, dan 95 km ke arah selatan.

Kata Kunci : Radionuklida, PLTN SMR, Kalimantan Barat, I-131, I-133, Kr-85, Xe-133

ABSTRACT

ANALYSIS OF THE RADIONUKLIDA DISPERSION FROM SMR 100 MW FOR NUCLEAR OPTIONS IN WEST KALIMANTAN. Radionuclide distribution analysis has been carried out from a 100 MW nuclear power plant facility. The location of the NPP is assumed to be in the Singkawang region on the west coast. Radionuclides analyzed were I-131, I-133, Kr-85 and Xe-133 which are fission products from nuclear reactions. Radionuclide distribution calculations using SIMPACT software released by the IAEA. The calculation results show that the spread of I-131 has a maximum exposure of 0.0179 Bq / m3 with a range of 50 km to the east, 80 km to the north and 45 km to the south. Spread I-133 has a maximum exposure of 0.0280 Bq / m3 with a range of 45 km to the east, 70 to the north, and 35 to the south. The Kr-85 distribution has a maximum exposure of 1.72 x 10-3 Bq / m3 with a range of 85 km to the east, more than 100 km both north and south. The Xe-133 distribution has a maximum exposure of 3.15 x 10-2 Bq / m3 with a range of 90 km to the east, more than 100 km to the north, and 95 km to the south.

Keywords: Radionuclide, SMR NPP, West Kalimantan, I-131, I-133, Kr-85, Xe-13

PENDAHULUAN

Tujuan dari studi ini adalah untuk memperkirakan radionuklida yang terdispersi (tersebar) dari PLTN SMR yang diperkirakan akan dibangun di Kalimantan Barat. Isu emisi radionuklida yang berpotensi memaparkan radiasi merupakan hal penting yang berkaitan dengan penerimaan masyarakat terhadap program pembangunan PLTN. Informasi yang terbuka terkait potensi dan tingkat konsentrasi penyebaran radionuklida sangat diharapkan oleh masyarakat umum sehingga mereka mampu untuk menilai apakah program pembangunan PLTN akan didukung ataukah tidak.

Pelepasan emisi radionuklida ke atmosfer mirip dengan emisi karbon. Emisi radionuklida dari PLTN berasal dari produk reaksi fisi yang berbentuk gas dalam temperatur reaktor nuklir [1,2]. Produk fisi ini berpotensi terlepas dari kelongsong bahan bakar karena berbentuk gas dan keluar dari bangunan reaktor melalui saluran khusus (chemney) untuk melepas gas tersebut ke lingkungan. Radionuklida yang terlepas ke lingkungan akan tersebar ke berbagai arah bergantung pada angin, temperatur, kelembaban udara dan kontur tanah di area sekitar PLTN[3].

(2)

Posisi ketinggian lokasi PLTN dari permukaan laut beserta ketinggian saluran pelepasan gas produk fisi akan mempengaruhi seberapa jauh jangkauan sebaran radionuklida yang terlepas ke lingkungan[4,5]. Kapasitas pembangkit PLTN juga mempengaruhi konsentrasi emisi radionuklida yang terlepas kelingkungan, hal ini dikarenakan semakin besar kapasitas menunjukkan semakin banyak reaksi fisi yang berlangsung sehingga produk fisi lebih banyak [6,7]. Pada umumnya dalam kondisi PLTN beroperasi normal, probabilitas gas produk fisi yang terlepas relatif kecil sehingga konsentrasi radionuklida yang tersebar masih rendah jika dibanding dengan potensi radiasi dari alam.

PLTN yang akan dibahas dalam studi ini adalah berkapasitas 100 MW sehingga masuk kategori PLTN SMR (Small Medium Reactor) [8,9]. PLTN SMR yang diasumsikan dalam studi ini adalah SMR SMART yang didesain oleh KHNP Korea selatan[10]. Perhitungan potensi produk fisi yang terlepas dari reaktor SMART ini dihitung berdasarkan spesifikasi teknis sistem perangkat bahan bakar reaktor tersebut. Beberapa faktor yang berpengaruh adalah nilai Burn-up dari bahan bakar, kapasitas thermal reaktor, dan probabilitas gas produk fisi yang terlepas dari perangkat bahan bakar reaktor.

Kalimantan Barat adalah salah satu provinsi di Indonesia dengan ibu kota di Pontianak yang berada di sekitar sungai Kapuas. Sensus 2010 mencatat populasi pada 4.395.983 dengan komposisi laki-laki sekitar 51% dan perempuan 49%. Perkiraan terbaru jumlah penduduk Kalimantan Barat untuk Desember 2018 adalah 5.001.660 [11]. Wilayah provinsi NTB seluas 146.800 km2 dengan letak geografis bujur dari 108030’ BT hingga 114010’ BT dan lintang dari 2008’ LU hingga 3002’ LS. Tata guna lahan di Kalimantan Barat didominasi oleh hutan, padang belukar dan perkebunan. Lahan pemukiman di Kalimantan Barat masih relatif kecil jika dibandingkan dengan total luas area seluruh provinsi. Tenaga kerja di Kalimantan Barat didominasi oleh sektor pertanian dan perdagangan hal ini dikarenakan perkebungan sawit dan komoditi lainnya didukung adanya lahan yang luas.

Hal yang dibahas dalam studi analisa ini terdiri dari beberapa hal antara lain pembahasan perangkat lunak SIMPACT yang dirilis oleh IAEA untuk membantu mensimulasikan emisi radionuklida dari PLTN SMR. Pembahasan juga terkait dengan persamaan untuk perhitungan penyebaran emisi, domain area Kalimantan Barat yang digunakan dalam model di SIMPACT, kondisi lingkungan sekitar lokasi PLTN SMR, dan hasil penyebaran emisi radionuklida beserta konsentrasinya. Kesimpulan dan rekomendasi mengarah pada informasi seberapa jauh sebaran emisi radionuklida dan konsentrasinya, sehingga menjadi informasi bahwa PLTN SMR selama beroperasi normal akan berstatus layak untuk dibangun di Kalimantan Barat.

TEORI DAN POKOK BAHASAN

Produk fisi nuklir adalah fragmen atom yang tersisa setelah inti atom dengan nomor atom besar mengalami fisi nuklir. Uranium melalui reaksi fisi nuklir akan membelah menjadi dua inti yang lebih kecil dengan beberapa neutron dan disertai pelepasan energi panas (energi kinetik dari inti), dan sinar gamma[12]. Dua inti dengan nomor atom yang lebih kecil inilah yang disebut dengan produk fisi. Produk fisi sendiri biasanya tidak stabil dan bersifat radioaktif; karena relatif memiliki neutron berlebih untuk nomor atomnya, banyak dari produk fisi tersebut dengan cepat mengalami peluruhan beta. Ini melepaskan energi tambahan dalam bentuk partikel beta, antineutrino, dan sinar gamma. Jadi, peristiwa fisi biasanya menghasilkan radiasi beta dan gamma, walaupun radiasi ini tidak diproduksi langsung oleh peristiwa fisi itu sendiri. Gambar 1 menunjukkan distribusi produk fisi untuk berbagai jenis bahan bakar nuklir.

(3)

Radionuklida yang dihasilkan memiliki waktu paruh yang bervariasi, dan karenanya bervariasi dalam radioaktivitas. Sebagai contoh, strontium-89 dan strontium-90 diproduksi dalam jumlah yang sama dalam fisi, dan setiap nukleus meluruh dengan emisi beta. Tapi 90Sr memiliki paruh 30 tahun, dan 89Sr paruh 50 hari. Jadi dalam 50,5 hari dibutuhkan setengah dari atom 89Sr untuk meluruh, memancarkan jumlah partikel beta yang sama seperti ada peluruhan, kurang dari 0,4% dari atom 90Sr telah meluruh, memancarkan hanya 0,4% dari beta[13]. Tingkat emisi radioaktif adalah yang tertinggi untuk radionuklida yang berumur paling pendek, meskipun mereka juga meluruh paling cepat. Produk fisi yang berumur pendek inilah yang merupakan bahaya langsung dari bahan bakar bekas karena keluaran energi radiasi yang lebih signifikan.

Produk fisi yang berbentuk gas dalam temperatur dan tekanan reaktor nuklir, akan berpotensi terlepas sebagai emisi radionuklida. Beberapa radionuklida yang berbentuk gas antara lain I-131; I-133; Kr-85 dan Xe-133, sehingga radionuklida ini yang berpotensi tersebar ke lingkungan. Tabel 1 menunjukkan properti fisi dari Iodine, Kripton dan Xenon. Berdasarkan properti fisik tersebut kita dapat melihat bahwa radionuklida tersebut berbentuk gas dalam temperatur dan tekanan reaktor nuklir.

Tabel 1. Jenis Radionuklida berbentuk gas dan properti fisiknya [14] Iodine Kripton Xenon Titik leleh (0C) 113,7 -157,37 -111,75 Titik didih (0C) 184,3 -153,42 -108,1 Kerapatan Masa

(gr/cm3)

4,933 2,413 2,942

Radiasi yang diemisi Beta, Gamma Beta Beta

Model Simplified Approach for Estimating Impacts of Electricity Generation (SIMPACTS), perangkat lunak yang dikembangkan oleh International Atomic Energy Agency (IAEA), mengadaptasi metode EcoSense ke dalam bentuk yang lebih sederhana. Dalam model SIMPACTS, terdapat salah satu jenis modul yang dapat digunakan untuk memperkirakan penyebaran emisi karbon dari pembangkit berbahan bakar fosil. Metode yang digunakan dalam model ini yaitu pendekatan Impact Pathways Analysis (IPA) [15]. Tahapan dari metode IPA diilustrasikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Tahapan Metode IPA

Tahap awal dari metode IPA adalah identifikasi karakteristik dari emisi yang dihasilkan suatu sumber pencemar. Beberapa karakteristik tersebut antara lain lokasi dimana sumber emisi tersebut dihasilkan, teknologi yang digunakan sumber emisi, serta jenis dan jumlah emisi yang dihasilkan. Tahap kedua yaitu identifikasi karakteristik lingkungan, mekanisme dispersi dan transportasi pencemar. Pada tahap ini dilakukan perhitungan dispersi dan transportasi pencemar untuk menghasilkan nilai konsentrasi pencemar (dosis), dengan mempertimbangkan kondisi cuaca di wilayah yang dianalisis. Persamaan dasar yang digunakan dalam perhitungan penyebaran radionuklida adalah sebagai berikut:

(1) (2)

(4)

dimana,

C: konsentrasi dasar (g/m3),

Q: massa pencemar dalam kepulan (g),

σx: standar deviasi distribusi Gaussian searah arah angin (m),

σy: standar deviasi distribusi Gaussian tegak lurus arah angin (m),

σz: standar deviasi distribusi Gaussian arah vertikal (m),

da: jarak dari pusat kepulan ke reseptor yang searah arah angin (m),

dc: jarak dari pusat kepulan ke reseptor yang tegak lurus arah angin (m),

g: batas vertical persamaan Gaussian (m),

H: tinggi efektif di atas tanah dari pusat kepulan, dan h: tinggi pencampuran (m).

Area pembahasan dalam studi analisis ini adalah propinsi kalimantan barat dengan titik pusatnya adalah area mempawah. Luas area yang dianalisis seluas 200 km x 200 km seperti yang ditunjukkan pada gambar 3.

Gambar 3. Domain area studi dengan luas 200 km x 200 km METODOLOGI

Perhitungan penyebaran emisi karbon yang dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan perangkat lunak SIMPACTS yang merupakan perangkat lunak yang dirilis secara resmi oleh IAEA khususnya bagian energi nuklir (department of nuclear energi) dan dapat digunakan oleh negara anggota untuk kepentingan penelitian dan pengembangan. Terdapat beberapa tahapan dalam perhitungan dengan SIMPACTS, diantaranya pembuatan kasus, pengisian data input, diantaranya domain data, emission & dispersion, dan pathway

analysis, dan running program.

Tahap pertama yaitu pembuatan kasus dan domain. Pada tahap ini ditentukan bahwa sumber emisi (PLTU) berada di pantai timur pulau Lombok yang berada di posisi 80 48’ 32” Lintang Selatan dan 160 30’ 05” Bujur Timur. Wilayah dampak yang dikaji adalah skala lokal dengan luas area 5 km x 5km pada selnya seperti ditunjukkan pada gambar 4.

Gambar 4. Input data domain

Kelebihan dari software SIMPACTS versi terbaru adalah sudah mengintegrasikan data topografi yang bersumber dari GTOPO 30 Project. GTOPO 30 merupakan suatu model elevasi digital yang berasal dari beberapa vektor sumber informasi topografi. Model ini telah dikembangkan sejak tahun 1993 di U.S.Geological Survey’s Center for Earth Resources

(5)

Observation and Science (EROS). Selain itu, beberapa organisasi dunia pun turut berpartisipasi dalam kontribusi sumber data, beberapa diantaranya National Aeronautics and Space Administration (NASA), United Nations Environment Programme/Global Resource Information Database (UNEP/GRID), dan U.S.Agency for International Development (USAID). Tampilan area domain ditunjukkan pada gambar 5.

Gambar 5. Tampilan area domain

Peta arah angin dalam domain area studi ditunjukkan dalam gambar 6. Arah angin disekitar lokasi PLTN (bagian tengah domain area) didominasi ke arah barat laut. Pergerakan angin mengalami perubahan orientasi ketika melewati area yang memiliki ketinggian diatas 1000 m di atas laut. Arah angin di area tengah laut didominasi ke arah barat. Semua arah angin dalam domain area akan mempengaruhi penyebaran emisi karbon.

Gambar 6. Arah angin di domain area studi

Distribusi temperatur di dalam domain area studi ditunjukkan pada gambar 7. Temperatur disekitar PLTN memiliki orientasi naik dari arah timur menuju barat. Perubahan temperatur di lokasi tersebut dikarenakan perubahan ketinggian dari kondisi pegunungan mengarah kepada perairan laut terbuka disebelah barat pulau Kalimantan. Distribusi temperatur ini juga mempengaruhi penyebaran emisi karbon karena pada umumnya temperatur akan mempengaruhi tekanan udara di suatu lokasi. Perbedaan tekanan udara akan mempengaruhi arah angin yang nantinya mempengaruhi penyebaran emisi karbon.

Gambar 7. Distribusi Temperatur di domain area studi

Peta penggunaan lahan (land-use) ditunjukkan pada gambar 8. Area disekitar PLTN didominasi oleh pertanian dan perkebunan termasuk juga pemukiman. Sebagian lahan di bagian timur area domain masih berupa hutan. Pemukiman dan bangunan cukup banyak untuk daerah kota Pontianak, sedangkan wilayah lainnya masih relatif rendah. Sebagian dari pantai berupa hutan basah yang dimungkinkan berupa Mangrove.

(6)

Gambar 8. Peta penggunaan lahan di domain area studi HASIL DAN PEMBAHASAN

Distribusi penyebaran I-131 ditunjukkan pada gambar 9 untuk domain area studi. Hasil perhitungan dengan menggunakan SIMPACTS menunjukkan bahwa penyebaran emisi I-131 didominasi ke arah timur, selatan dan utara . Nilai maksimal konsentrasi terjadi di area sekitar PLTN yaitu sebesar 1,79 x 10-2 bq/m3. Area penyebaran konsentrasi I-131 ke arah timur dari PLTN mencapai hingga 50 km, ke arah utara mencapai hingga 80 km dan ke arah selatan hingga 45 km.

Gambar 9. Distribusi penyebaran Radionuklida I-131

Distribusi penyebaran I-133 ditunjukkan pada gambar 10 untuk domain area studi. Hasil perhitungan dengan menggunakan SIMPACTS menunjukkan bahwa penyebaran emisi berupa I-133 didominasi ke arah timur, arah utara dan arah selatan. Nilai maksimal konsentrasi I-133 terjadi di area sekitar PLTN yaitu sebesar 2,8 x 10-2 bq/m3. Area penyebaran konsentrasi I-133 ke arah timur dari PLTN mencapai hingga 45 km, arah utara mencapai hingga 70 km dan arah selatan mencapai hingga 35 km.

Gambar 10. Distribusi penyebaran Radionuklida I-133

Distribusi penyebaran Kr-85 ditunjukkan pada gambar 11 untuk domain area studi. Hasil perhitungan dengan menggunakan SIMPACTS menunjukkan bahwa penyebaran emisi 85 didominasi ke arah timur, arah utara dan arah selatan. Nilai maksimal konsentrasi Kr-85 terjadi di area sekitar PLTN yaitu sebesar 1,72x10-3 bq/m3. Area penyebaran konsentrasi Kr-85 ke arah timur dari PLTN mencapai hingga dari 85 km, arah utara hingga 100 km, dan arah selatan 100 km

(7)

Distribusi penyebaran Xe-133 ditunjukkan pada gambar 12 untuk domain area studi. Hasil perhitungan dengan menggunakan SIMPACTS menunjukkan bahwa penyebaran emisi Xe-133 didominasi ke arah timur dengan penyebaran hampir merata antara arah utara dengan arah selatan. Nilai maksimal konsentrasi Xe-133 terjadi di area sekitar PLTN yaitu sebesar 3,15 x 10-2 bq/m3. Area penyebaran konsentrasi Xe-133 ke arah timur dari PLTN mencapai hingga 90 km, arah utara mencapai hingga 100 km dan arah selatan mencapai hingga 95 km.

Gambar 12. Distribusi penyebaran Radionuklida Xe-133

Seluruh data penyebaran radionuklida ditunjukkan pada tabel 2 beserta dengan konsentrasi maksimum dari radionuklida tersebut. Dampak negatif karena adanya penyebaran radionuklida hasil reaksi fisi, nilai konsentrasi radionuklida tersebut harus dikonversi ke dalam satuan mSv/tahun untuk mengetahui apakah nilai tersebut masih di bawah nilai radiasi alam. Hal ini menjadi penting untuk menunjukkan bahwa PLTN yang akan dibangun tidak berpotensi mengganggu kesehatan manusia dan binatang karena potensi radiasinya.

Tabel 2. Data Konsentrasi Radionuklida dan sebarannya. No Jenis Emisi Konsentrasi maksimum Bq/m3 Arah utara (km) Arah Timur (km) Arah Selatan (km) Arah Barat (km) 1 I-131 0,0179 80 50 45 < 5 2 I-133 0,0280 70 45 35 <5 3 Kr-85 0,00172 100 85 100 <5 4 Xe-133 0,0315 100 90 95 <5 KESIMPULAN

Potensi penyebaran Radionuklida dari PLTN yang diasumsikan dibangun di Kalimantan Barat tepatnya di wilayah bengkayang telah dihitung dengan perangkat lunak SIMPACT. Hasil simulasi menunjukkan bahwa penyebaran didominasi ke arah timur, arah utara dan arah selatan. Radionuklida yang terdiri I-131; I-133; Kr-85 dan Xe-133 secara umumnya tersebar ke arah timur hingga mencapai maksimal 90 km, ke arah utara maksimum 100 km atau lebih dan ke arah selatan maksimum 100 km atau lebih. Penyebaran ke arah barat sangat minim karena dipengaruhi oleh arah angin, temperatur dan tekanan udara yang mengakibatkan penyebaran radionuklida lebih kearah timur.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih disampaikan kepada Dr. Suparman yang telah mendukung peningkatan kompetensi SDM melalui pelatihan E-learning SIMPACTS IAEA. Penulisan makalah ini dibiaya dari kegiatan penyusunan buku INEO PKSEN.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Che Doering, Scott A. McMaster, Mathew P. Johansen,"Modelling the Dispersion of Radionuclides in Dust from a Landform Covered by Low Uranium Grade Waste Rock", Journal of Environmental Radioactivity, no. 202, pp 51-58, (2019).

[2] Maryam Hassanvand, Zahra Mirnejad," Hydrodynamic model of Radionuclide Dispersion During Normal Operation and Accident of Bushehr Nuclear Power Plant", Progress in Nuclear energy, no 116, pp 115-123, (2019).

(8)

[3] Marcelo C. Santos, Andre Pinheiro, Robert Schirru, Claudio Pereira,"GPU base Implementation of a Real Time Model for Atmospheric Dispersion of Radionuclides", Progress in Nuclear Energy, no. 110, pp 245-259, (2019).

[4] Kyung Suk Suh, Kihyun Park, Byung Il Min, Sora Kim, Byung Mo Yang,"Estimation of the Radionuclides Emission Region Using Trajectory and Atmospheric Dispersion Models", Annals of Nuclear Energy, no. 94, pp 626-632, (2016).

[5] Soon Ung Park, In Hye Lee, Jae Won Ju, Seung Jin Ju,"Estimation of Radionuclide Cs-137 Emission Rates from e Nuclear Power Plant Accident using the Lagrangian Particle Dispersion Model (LPDM) ", Journal of Environmental Radioactivity, no 162 &163, pp 258-262, (2016).

[6] Junjie Cai, Kwai Fun Ip, Chika Eze, Jiyun Zhao, Jiejin Cai, han Zhang,"Dispersion of Radionuclides released by Nuclear Accident and Dose Assessment in The Greater Bay Area of China ", Annals of Nuclear Energy, no. 132, pp 593-602, (2019).

[7] Adam Leelossy, Istvan Lagzi, Attila Kovacs, Robert Meszaros ",A Review of Numerical Models to Predict the Atmospheric Dispersion of Radionuclides,” Journal of Environmental Radioactivity, no. 182, pp 20-33, (2018).

[8] M.A.N. Gimenez, E.M. Lopasso,"Tungsten Carbide Compact Primary Shielding for Small Medium Reactor ", Annals of Nuclear Energy, no. 116, pp 210-223, (2018). [9] Krishna Kumar, Toshikazu Takeda,"Burnup Management Simulator for Small and

Medium Sized Reactors ", Annals of Nuclear Energy, no. 38, pp 2840-2842, (2015). [10] Manseok Lee, Seung Min Woo,"A New Security Strategy for Small medium Sized

Reactor (SMR) plants", Progress in Nuclear Energy, no. 108, pp 66-70, (2018).

[11] BPS Kalimantan Barat, “Kalimantan Barat dalam Angka 2019", Badan Pusat Statistik Kalimantan Barat, Pontianak, (2019).

[12] Mahender Singh, Deb Mukhopadhyay, D. Datta,"A Numerical Methodology for estimation of volatile fission products release from nuclear fuel ", Nuclear Engineering and Design, no. 323, pp 338-344, (2017).

[13] Jason A. Hearne, Pavel V. Tsvetkov,” Analysis of the transmutation of long lived fission products using a charged particle beam”, Annals of Nuclear Energy, no. 133, pp 501-510, (2019).

[14] S.Y. Park, K.I. Ahn," A Comparison of fission product behavior for typical PLWR and PHWR with FCVS operation ", Annals of Nuclear Energy, no. 101, pp 99-108, (2017). [15] Peng Wua, Ying Jin, Yongjiang Shi, Hawfeng Shyu,"The impact of carbon emission

costs on manufacturers' production and location decision", International Journal of Production Economics, no. 193, pp 193–206, (2017).

DISKUSI/TANYA JAWAB : 1. PERTANYAAN :

SMR apa yang dipilih untuk simulasi penyebaran radionuklida? JAWABAN :

SMR yang digunakan adalah SMR Smart 100 MW Korea Selatan 2. PERTANYAAN :

Bagaimana pengaruh burn-up terhadap hasil penyebaran zat radioaktif pada SMR berdaya sama 100MW?

JAWABAN :

Burn-up berpengaruh pada jumlah reaksi fisi maka akan berpengaruh pada produk fisi 3. PERTANYAAN :

Dalam melakukan perhitungan penyebaran radionuklida apaakah dibedakan antara operasi normal atau waktu kecelakaan? Software apa yang digunakan?

JAWABAN :

Yang dianalisis adalah untuk kondisi operasi normal. Software yang digunakan adalah SIMPACT. Untuk kondisi abnormal atau kecelakaan akan mengakibatakan paparan radionuklida yang lebih besar dan tidak hanya gas yang berpotensi ke lingkungan

Gambar

Gambar 1. distribusi produk fisi untuk berbagai jenis bahan bakar nuklir
Gambar 3. Domain area studi dengan luas 200 km x 200 km   METODOLOGI
Gambar 6. Arah angin di domain area studi
Gambar 9. Distribusi penyebaran Radionuklida I-131
+2

Referensi

Dokumen terkait

Kanigoro Rp 40,000,000.00 Belanja Hibah kepada Badan/Lembaga/Organisasi/Kelompok Masyarakat Bidang Perikanan... NO NAMA PENERIMA ALAMAT PENERIMA

gudang (aktivitas no. Aktivitas ini tidak memberikan nilai tambah karena hanya memindahkan kartu yang sudah selesai dicetak dari tempat produksi ke gudang untuk

Nilai signifikan pengaruh variabel Peran Pabrik terhadap Perilaku Petani adalah sebesar *** (*** diasumsikan nilainya sangat kecil dan mendekati 0, sehingga

 Koordinator MK membuat teaching plan (silabus) dan diserahkan pada SPS atau melalui email: diannugr2407@gmail.com CC: yayanarifianto@gmail.com..  Koordinator MK bertanggung

475 Kelurahan Aek Parombunan Kecamatan Sibolga Selatan Kota Sibolga telah terjadi tindak pidana Narkotika yang dilakukan oleh Terdakwa JEKSON PARULIAN SIMANULLANG,

Dalam upaya untuk membuat daftar faktor yang menyebabkan rendahnya produktivitas sapi Bali di NTT, mungkin pada akhirnya hanya sampai pada keyakinan bahwa faktor

Sejalan dengan fungsi BPKP melakukan pengkoordinasian penyelenggaraan pengawasan intern terhadap perencanaan dan pelaksanaan kegiatan yang dapat menghambat kelancaran