BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Pembangunan ekonomi pada umumnya didefinisikan sebagai suatu proses yang menyebabkan kenaikan pendapatan riil per kapita penduduk suatu negara dalam jangka panjang yang disertai oleh perbaikan sisterm kelembagaan. Sedangkan pertumbuhan ekonomi diartikan sebagai kenaikan Produk Domestik Bruto/Produk Nasional Bruto tanpa memandang apakah kenaikan tersebut lebih besar atau lebih kecil dari tingkat pertumbuhan penduduk.Dalam penggunaan yang lebih umum, istilah pertumbuhan ekonomi biasanya digunakan untuk menyatakan perkembangan ekonomi di negara maju, sedangkan pembangunan ekonomi untuk menyatakan perkembangan ekonomi di negara berkembang.
Pembangunan nasional diawali dari pembangunan daerah. Di situlah letak pentingnya otonomi daerah. Menjadi daerah yang mandiri dan terlepas dari ketergantungan terhadap pusat, khususnya ketergantungan fiskal adalah tujuan utama otonomi daerah.
Kebijakan otonomi daerah yang diambil dalam rangka mereformasi hubungan antara pemerintah pusat dan daerah menuntut pemerintah daerah untuk mandiri dalam membiayai keperluannya. Sehingga masing-masing daerah harus kreatif dalam memanfaatkan potensinya. Pemerintah daerah juga harus cermat dalam menentukan strategi dan peraturan berdasarkan potensi daerah setempat. Hal ini menjadi kesempatan serta tantangan bagi daerah untuk mandiri dan mengembangkan daerahnya sesuai dengan karakter serta potensi yang dimiliki masing-masing daerah.
Seperti yang tertera pada Undang-Undang nomor 32 Tahun 2004,Otonomi Daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban Daerah untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.Selanjutnya yang dimaksud dengan Daerah Otonom, selanjutnya disebut Daerah, adalah kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai batas wilayah tertentu yang berhak, berwenang dan berkewajiban mengatur dan mengurus rumah tangganya sendiri dalam ikatan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.Hal ini menyatakan bahwa pemerintah daerah haruslah mandiri dalam mengatur keperluannya. Untuk itu diperlukanlah pengelolaan yang cermat dalam rangka mengelola sektor-sektor perekonomian daerah, tentang sektor mana yang lebih unggul sehingga perlu dikembangkan lebih lanjut.
Undang-Undang Dasar Tahun 1945 pasal 18 ayat 2 pun menyatakan(2) Pemerintahan daerah provinsi, daerah kabupaten, dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan tugas pembantuan.
Jelaslah disini bahwa pemerintah daerah harus mandiri dan proaktif dalam menjalankan perekonomian dan membangun daerahnya.
Analisis perekonomian daerah diperlukan sebagai instrumen dalam perencanaan pembangunan perekonomian daerah. Perencanaan terseebut penting karena merupakan keseriusan pemerintah daerah untuk membangun daerahnya. Indikator pembangunan daerah adalah PDRB (Produk Domestik Regional Bruto).
Kota Surakarta sebagai daerah otonom perlu merencanakan pembangunan perekonomian daerahnya dengan matang, demi terus meningkatnya PDRB sebagai indikator pembangunan daerah.
Di bawah ini tertera PDRB Kota Surakarta per sektor Tahun 2009-2010 sebagai berikut:
Tabel 1.1
PDRB Kota Surakarta Tahun 2009-2010
Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha
No Lapangan Usaha Tahun 2009 2010 Nilai (juta rupiah) Sumbangan terhadap PDRB (%) Nilai (juta rupiah) Sumbangan terhadap PDRB (%) 1 Pertanian 2.900,41 0,0602 2.908,82 0,0570
1. Tanaman Bahan Makanan 1.720,52 0,0357 1.677,25 0,0329
2. Tanaman Perkebunan 272,86 0,0057 262,95 0,0052
3. Peternakan dan
Hasil-hasilnya 900,66 0,0187 961,78 0,0188
4. Kehutanan 0,00 0,0000 0,00 0,0000
5. Perikanan 6,37 0,0001 6,84 0,0001
2 Pertambangan dan Penggalian 1.862,50 0,0387 1.832,36 0,0359 3 Industri Pengolahan 1.235.952,77 25,6535 1.277.210,09 25,0243 4 Listrik, Gas, dan Air Bersih 111.391,58 2,3120 111.194,83 2,1786
5 Bangunan 625.624,26 12,9855 671.926,81 13,1650
6
Perdagangan, Hotel, dan
Restoran 1.288.066,95 26,7352 1.367.808,36 26,7994
7
Pengangkutan dan
Komunikasi 484.872,89 10,0640 514.407,73 10,0787
8 Keuangan, Persewaan, dan
Jasa Perusahaan 481.987,12 10,0041 518.980,77 10,1683
9 Jasa-Jasa 585.264,16 12,1478 629.616,47 12,3360
Produk DomestiK Regional
Bruto 4.817.877,63 5.103.886,24
Sumber: BPS Kota Surakarta
Dari tabel PDRB diatas dapat dilihat bahwa Kota Surakarta mengalami pertumbuhan PDRB dari tahun 2009 ke tahun 2010. Pada tahun 2009, sumbangan PDRB terbesar berasal dari sektor perdagangan, hotel, dan restoran, begitu pula pada
tahun kedua, sumbangan terbesar masih pada sektor yang sama dengan kenaikan sebesar 6,19 persen. Sumbangan terbesar kedua tahun 2009berasal dari sektor industri pengolahan, dan ini tetap berlangsung hingga tahun 2010 dengan kenaikan sebesar 3,33 persen.
Sektor penyumbang PDRB terbesar ketiga tahun 2009 adalah sektor bangunan, dan ini tetap berlangsung hingga tahun 2010 dengan kenaikan sebesar 7,40 persen. Sektor yang paling minim menyumbang PDRB yaitu sektor pertambangan dan penggalian, dan ini berlangsung terus menerus dari tahun 2009 dan 2010.
1.2 Rumusan Masalah
Kota Surakarta sebagai daerah otonom perlu merencanakan pembangunannya dengan cermat sesuai sumber daya yang dimiliki. Penelitian ini akan menelusuri sektor unggulan Kota Surakarta.
1.3 Pertanyaan Penelitian
Dari rumusan masalah di atas dapat diperoleh pertanyaan penelitian yaitu: 1. Sektor-sektor apa sajakah yang merupakan sektor unggulan di Kota Surakarta
tahun 2009-2010?
2. Bagaimana kontribusi sektor-sektor perekonomian Kota Surakarta tahun 2009-2010?
3. Bagaimana laju pertumbuhan sektor-sektor perekonomian Kota Surakarta tahun 2009-2010?
1.4Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk:
1. Mengetahui sektor-sektor unggulan yang ada di Kota Surakarta agar dapat lebih dikembangkan
2. Mengidentifikasi sektor-sektor berdasarkan Tipologi Klassen
1.5 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Sebagai pelengkap dari studi-studi sebelumnya
2. Sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah Kota Surakarta untuk memajukan daerahnya.
3. Sebagai syarat untuk menyelesaikan jenjang studi strata satu (S1) penulis di Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Gadjah Mada.
1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1. Batasan Penelitian
Dalam penelitian ini akan dilihat laju pertumbuhan PDRB Kota Surakarta serta melihat keadaan ekonomi dari segi sektoral dan menganalisa sektor-sektor yang dapat dikembangkan berdasarkan kriteria-kriteria yang ditentukan.
1.6.2. Data dan Sumber Data
Data yang digunakan adalah data sekunder runtut waktu (time series) dengan periode pengamatan tahun 2009-2010. Data sekunder ini bersumber dari BPS yang terdiri atas:
1. Data PDRB Provinsi Jawa Tengah tahun 2009-2010, yang diperoleh dari BPS Provinsi Jawa Tengah.
2. Data PDRB Kota Surakarta tahun 2009-2010, yang diperoleh dari BPS Kota Surakarta.
1.6.3. Alat Analisis
Penelitian ini menggunakan Location Quotient, Tipologi Klassen, Shift-Share Klasik, Esteban-Marquillas Shift-Share, Arcellus Shift-Sharedan Metode Overlaysebagai alat analisis.
1.6.3.1. Analisis Location Quotient
Menurut Arsyad (1999), Location Quotient ini merupakan suatu teknik yang digunakan untuk memperluas analisis Shift-Share. Teknik ini membantu kita untuk menentukan kapasitas ekspor perekonomian daerah dan derajat self-sufficiency suatu sektor.
Dalam teknik ini kegiatan ekonomi suatu daerah dibagi menjadi dua golongan yaitu:
1. Kegiatan industri yang melayani pasar di daerah itu sendiri maupun di luar daerah yang bersangkutan. Industri seperti ini dinamakan industry basic.
2. Kegiatan ekonomi atau industri yang melayani pasar di daerah tersebut, jenis ini dinamakan industry non basic atau industri lokal. 1.6.3.2. Tipologi Klassen
Teknik Tipologi Klassen dapat digunakan untuk mengetahui gambaran tentang pola dan struktur pertumbuhan sektoral daerah. Menurut tipologi Klassen, masing-masing sektor ekonomi di daerah dapat diklasifikasikan
sebagai sektor yang prima, berkembang, potensial, dan terbelakang. Analisis ini berdasarkan pengelompokan suatu sektor dengan melihat pertumbuhan dan kontribusi sektor tertentu terhadap total PDRB suatu daerah.
1.6.3.3. Analisis Shift-Share
Digunakan untuk mengetahui perubahan struktur / kinerja ekonomi daerah terhadapstruktur ekonomi yg lebih tinggi (provinsi ataunasional) sebagai referensi. Analisis ini terdiri atas tiga jenis, yaitu Shift-Share Klasik, Esteban-Marquillas Shift-Share, dan Arcellus Shift-Share.
1.6.3.4. Analisis Overlay
Tujuan dari analisis overlay adalah untuk melihat deskripsi kegiatan ekonomi unggulan berdasarkan kriteria kontribusi (analisis Location Quotient) dan kriteria pertumbuhan (analisis Shift-Share).
1.7 Sistematika Penulisan BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, dan sistematika penulisan.
BAB II Landasan Teori
Bab ini berisi dasar teori yang digunakan dalam penelitian BAB III Deskripsi Daerah Penelitian
Bab ini berisi gambaran wilayah tempat penelitian ini dilakukan yaitu Kota Surakarta, Jawa Tengah
Bab ini menguraikan hasil dari analisis penelitian yang dilakukan BAB V Kesimpulan dan Saran
Bab ini berisi kesimpulan penelitian dan saran atau implikasi kebijakan yang bisa diterapkan untuk daerah yang diteliti yaitu Kota Surakarta.