• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH SALINITAS YANG BERBEDA TERHADAP DAYA TETAS TELUR IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH SALINITAS YANG BERBEDA TERHADAP DAYA TETAS TELUR IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SALINITAS YANG BERBEDA TERHADAP DAYA TETAS TELUR IKAN LELE DUMBO (Clarias gariepinus)

(The Effect of Salinity on the Hatching Rate of African Catfish (Clarias gariepinus)) Isriansyah1

ABSTRACT

The objectives of this experiment were to evaluate the influence of salinity and to determine effective salinity to stimulate of egg hatchability of african catfish (Clarias gariepinus). Methods of experiment were by applying various salinity level: 0; 2; 4; 6 and 8 ppt. The experiment was designed completely randomized with three replications. Broodstocks of fish used in this experiment were selected that had matured egg with the average weights of fish 0,2 – 0,3/kg body weight.

The result of experiment shown that salinity was significantly influence and effective to increase of the hatching rate of egg (p<0,05). Based on the respons curve of the egg hatchability (Y = -4,638 X2 + 32,395 X + 47,160; Y = hatching rate; X = salinity), the maximum hatching rate was achieved in salinity of 3,5 - 4 ppt

Keywords: Salinity, hatching rate, Clarias gariepinus

PENDAHULUAN

Ikan lele dumbo (Clarias gariepinus) merupakan salah satu ikan air tawar yang mempunyai nilai ekonomis penting dan mempunyai prospek yang bagus serta potensial untuk dikembangkan sebagai ikan budidaya, karena di samping disukai masyarakat sebagai ikan konsumsi juga nilai jualnya yang relatif tinggi. Hal ini mengakibatkan minat para pembudidaya ikan untuk membudidayakan ikan tersebut semakin meningkat yaitu melalui kegiatan pembesaran ikan lele. Namun masalah yang terkadang sering dihadapi dalam kegiatan budidaya ikan tersebut adalah tidak tersedianya benih secara berkesinambungan serta dengan jumlah yang terbatas yang diperoleh dari panti-panti pembenihan setempat.

Terbatasnya ketersediaan benih ikan tidak terlepas dari permasalahan yang ada pada pembenihan ikan tersebut. Beberapa kegiatan budidaya dalam rangka mengembangkan pembenihan ikan lele telah cukup banyak dilakukan. Namun kendala yang dihadapi meskipun ikan tersebut sudah dapat dipijahkan secara alami

1

(2)

adalah cukup rendahnya jumlah telur yang menetas dari seluruh telur yang telah dibuahi. Hal ini yang mengakibatkan jumlah benih yang dihasilkan menjadi sedikit dan terbatas.

Rendahnya daya tetas telur dapat disebabkan oleh beberapa faktor, satu diantaranya adalah karena faktor lingkungan (faktor eksternal) yang tidak sesuai dengan kebutuhan, seperti: suhu, pH, oksigen terlarut, salinitas dan sebagainya, sehingga proses penetasan telur tidak dapat berlangsung secara normal dan sempurna (Tang dan Affandi, 2000).

Permasalahan ini terjadi diduga karena terhambatnya perkembangan (aktivitas) embrio dan atau terhambatnya sekresi dan kerja enzim penetasan (chorionase) dari embrio yang dibutuhkan dalam proses penetasan telur. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Tang dan Affandi (2001) mekanisme penetasan terjadi karena dua hal, yaitu karena adanya aktivitas gerakan embrio dan adanya kerja enzim chorionase yang mereduksi chorion pada telur, sehingga jika salah satu dari kedua mekanisme tersebut terhambat maka proses penetasan telur tidak dapat berlangsung secara normal dan sempurna. Terhambatnya sekresi dan kerja enzim chorionase tersebut dapat disebabkan oleh lemahnya atau tidak adanya stimulasi dari sinyal-sinyal lingkungan seperti suhu, salinitas, cahaya, oksigen dan lain-lain terhadap kelenjar endodermal embrio yang berperan dalam menyekresikan enzim tersebut.

Berdasarkan permasalahan di atas, yaitu untuk meningkatkan daya tetas telur ikan lele, maka dapat dilakukan dengan cara memanipulasi salah satu faktor lingkungan tersebut, satu diantaranya adalah dengan mengatur salinitas pada media inkubasi telur, seperti yang telah dikemukakan oleh Tang dan Affandi (2001) bahwa salinitas juga berperan dalam proses penetasan terutama berpengaruh dalam proses osmoregulasi dari telur serta untuk merangsang lebih aktifnya kelenjar enzim pada telur untuk menghasilkan enzim chorionase yang dapat mempengaruhi daya tetas telur secara terkontrol.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap proses penetasan telur, serta besarnya salinitas yang optimal yang dapat merangsang proses penetasan telur ikan lele dumbo. Berikutnya hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi mengenai salinitas yang optimal untuk merangsang proses penetasan ikan lele dumbo, dalam usaha penyediaan benih yang berkesinambungan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Kolam Percobaan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Mulawarman Samarinda. Seluruh kegiatan percobaan dilaksanakan pada bulan September 2005 yang meliputi persiapan dan pelaksanaan percobaan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental, yaitu melakukan percobaan dengan menerapkan berbagai taraf salinitas : 0; 2; 4; 6

(3)

dan 8 ppt. Setiap perlakuan terdiri dari tiga ulangan dan unit-unit percobaan dikondisikan sehomogen mungkin. Sesuai dengan rancangan yang digunakan, maka percobaan digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL).

Persiapan wadah pemeliharaan dan fertilisasi telur ikan lele dumbo

Sebelum percobaan dilaksanakan, terlebih dahulu dilakukan persiapan wadah pemeliharaan (inkubasi) berupa akuarium dengan ukuran 30 x 20 x 20 cm sebanyak 15 buah. Selanjutnya setiap wadah diisi air sebanyak 6 liter dengan salinitas sesuai dengan perlakuan dan diberi aerasi.

Persiapan berikutnya adalah mengumpulkan induk betina dan jantan ikan lele dumbo yang sudah matang gonad dan sudah siap untuk dipijahkan dengan bobot minimal 0,3 kg per ekor. Pemijahan lele dumbo dilakukan secara semi artifisial yaitu dengan bantuan rangsangan berupa penyuntikan hormon. Agar dapat dipijahkan, setiap induk dirangsang dengan penyuntikan ovaprim dengan dosis 0,3 mL/kg. Penyuntikan induk betina dan jantan dilakukan sebanyak satu kali secara intra peritoneal yaitu di bagian pangkal sirip perut. Untuk mengantisipasi terjadinya kegagalan dalam pemijahan, maka jumlah ikan yang disuntik sebanyak 3 pasang. Setelah itu induk lele dimasukkan ke dalam bak pemijahan yang telah disiapkan sebelumnya masing-masing sebanyak satu pasang. Sebagai media pemijahan digunakan juga kakaban untuk tempat peletakkan telur pada saat ikan tersebut memijah.

Waktu ovulasi induk betina terjadi 8 – 10 jam setelah penyuntikan pada kisaran suhu 27 – 30 oC. Pengambilan telur dilakukan dengan cara memilih atau melakukan seleksi hanya pada telur-telur yang telah dibuahi pada kakaban. Telur yang dibuahi terlihat bening tidak berwarna, sedangkan yang tidak dibuahi berwarna putih keruh.

Setelah telur yang telah dibuahi terpilih, selanjutnya telur-telur tersebut dimasukkan ke dalam akuarium yang telah disiapkan sebelumnya sesuai dengan perlakuan minimal 200 butir per akuarium. Waktu inkubasi telur yang dibutuhkan sampai menetas menjadi larva berlangsung selama 20 – 26 jam setelah pembuahan pada kisaran suhu 27 – 30 oC.

Nilai daya tetas telur

Untuk mengetahui nilai daya tetas telur akibat pengaruh salinitas dalam media inkubasi dilakukan pengukuran dengan metode sensus yaitu dengan menghitung seluruh telur yang menetas atau larva yang dihasilkan yang kemudian dinyatakan dalam persen.

Daya Tetas Telur =

Jumlah telur yang diamati Banyaknya telur yang menetas

x 100% Analisis Data

Untuk mengetahui pengaruh salinitas terhadap daya tetas telur dilakukan analisis menggunakan ANOVA dengan uji respon kontras polinomial ortogonal pada tingkat kepercayaan 99% dan 95%. Selanjutnya untuk melihat perbedaan antar

(4)

perlakuan dilanjutkan dengan uji jarak ganda Duncan pada taraf 1% dan 5%. Data yang diperoleh sebelumnya diuji homogenitas dan normalitasnya (Gomez KA dan Gomez AA 1995).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pengamatan terhadap nilai daya tetas telur ikan lele dumbo setelah perlakuan selama percobaan dapat dilihat pada Tabel 1. Secara umum nilai daya tetas telur menunjukkan adanya peningkatan hingga salinitas 4 ppt, namun setelah itu cenderung mengalami penurunan jika salinitas dalam media inkubasi ditingkatkan hingga 8 ppt seperti terlihat pada Gambar 1. Nilai daya tetas telur tertinggi diperoleh pada perlakuan 4 ppt sebesar 100%, kemudian diikuti secara berturut-turut oleh perlakuan 2 ppt (99,8%), 6 ppt (99,6%) dan 8 ppt (95,1%), sedangkan yang terendah terdapat pada perlakuan 0 ppt dengan nilai daya tetas telur sebesar 72,1%.

Tabel 1. Daya tetas telur ikan lele dumbo

Perlakuan Ulangan Total Rata-rata (ppt) 1 2 3 0 63.2 87.2 66.0 216.4 72.1a 2 99.7 100.0 99.8 299.5 99.8b 4 100.0 100.0 100.0 300.0 100.0b 6 99.4 99.8 99.5 298.7 99.6b 8 91.9 98.0 95.4 285.3 95.1b

Keterangan: Nilai dengan huruf yang sama tidak berbeda nyata (p>0,05)

Berdasarkan hasil analisis sidik ragam terlihat bahwa perlakuan salinitas dalam media inkubasi mempunyai pengaruh sangat nyata terhadap nilai daya tetas telur ikan lele dumbo (p<0,01). Kemudian dari hasil uji Duncan memperlihatkan meskipun perlakuan salinitas 4 ppt menghasilkan tingkat penetasan telur yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan 2, 6 dan 8 ppt, namun tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata antar perlakuan tersebut (p>0,05), tetapi berbeda nyata dengan perlakuan salinitas 0 ppt (p<0,05).

Selanjutnya jika dilihat dari pola respon yang dihasilkan, perlakuan salinitas dalam media penetasan menunjukkan pola yang kuadratik terhadap daya tetas telur ikan lele dumbo, di mana daya tetas telur mengalami peningkatan hingga salinitas 4 dan kemudian cenderung mengalami penurunan jika salinitas dalam media tersebut ditingkatkan lebih tinggi. Dari hasil analisis tersebut diperoleh model persamaan regresi hubungan antara daya tetas telur (y) dengan perlakuan salinitas dalam media inkubasi penetasan (x), yaitu: Y = -4,638 X2 + 32,395 X + 47,160; R2 = 0,854, seperti terlihat pada gambar 1. Kemudian berdasarkan perhitungan dari persamaan kurva respon tersebut di atas diperoleh nilai daya tetas telur maksimum dapat dicapai pada salinitas 3,5 ppt.

(5)

y = -4.638x2 + 32.395x + 47.160 R2 = 0.854 0.0 20.0 40.0 60.0 80.0 100.0 120.0 0 2 4 6 8 Salinitas (ppt) D aya T et as T el u r ( % )

Gambar 1. Daya tetas telur ikan lele dumbo pada salinitas yang berbeda

Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan menunjukkan bahwa salinitas dalam media penetasan lebih efektif dan berpengaruh dalam meningkatkan daya tetas telur ikan lele dumbo. Hal ini dapat dibuktikan dari nilai daya tetas telur yang cenderung lebih tinggi yang diinkubasi dalam media bersalinitas 2, 4, 6 dan 8 ppt dibandingkan dengan daya tetas telur yang diinkubasi dalam media air tawar (salinitas 0 ppt). Dari keseluruhan perlakuan yang ada, tingkat daya tetas telur yang tertinggi diperoleh pada perlakuan dengan salinitas 4 ppt. Namun berdasarkan hasil perhitungan dari kurva respon diperoleh tingkat daya tetas telur maksimum dapat dicapai pada salinitas 3,5 ppt.

Meskipun terdapat sedikit perbedaan antara salinitas yang digunakan pada percobaan dengan hasil perhitungan dari kurva respon, tetapi secara umum dapat dikatakan bahwa salinitas dalam media penetasan terbukti efektif dalam meningkatkan daya tetas telur lele dumbo. Kemampuan salinitas media penetasan dalam menstimulasi daya tetas telur telah diuji juga oleh Fashina-Bombatta dan Busari (2003), yaitu telur ikan African catfish (Heterobranchus longifilis) yang diinkubasi pada salinitas 1,5 – 3,1 ppt dapat secara efektif meningkatkan daya tetas telur ikan tersebut dan hasil yang diperoleh lebih tinggi dibandingkan dengan telur yang diinkubasi hanya dalam air tawar (salinitas 0 ppt), dan daya tetas telur ikan tersebut cenderung menurun jika salinitas dalam media inkubasi ditingkatkan di atas 4,5 ppt. Hal tersebut juga serupa dengan hasil percobaan terhadap lele dumbo, yang mana daya tetas telur ikan tersebut cenderung mengalami penurunan jika salinitas dalam media penetasan ditingkatkan dari 6 ppt hingga 8 ppt.

Meskipun terjadi penurunan tingkat daya tetas telur ikan lele dumbo sebagai akibat dari peningkatan salinitas dalam media inkubasi, namun hasil yang diperoleh tidak menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dari salinitas 2 ppt hingga 8 ppt. Hal ini diduga karena salinitas dalam media tersebut masih dalam batas yang dapat

(6)

ditoleransi oleh telur lele dumbo, sehingga masih dapat menstimulasi penetasan telur tersebut. Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Britz dan Hecht (1998) dalam Fashina-Bombatta dan Busari (2003) bahwa cairan tubuh ikan Clarias gariepinus bersifat hiperosmotik dengan lingkungannya atau air tawar, sehingga akibatnya konsentrasi osmosis dalam cairan tubuh maupun plasma darah menjadi 9,5 ppt.

Peranan salinitas dalam menstimulasi penetasan telur sebagaimana yang dikemukakan oleh Tang dan Affandi (2000) bahwa salinitas berperan dalam proses penetasan terutama berpengaruh dalam proses osmoregulasi dari telur. Telur ikan air tawar yang disimpan dalam larutan bersalinitas tinggi yang tidak dapat ditolerir, maka telur akan mengembung karena cairan di luar telur yang hiperosmotik dan akhirnya akan pecah. Sebaliknya telur ikan laut yang disimpan dalam air tawar akan mengkerut karena cairan di dalam telur akan bergerak ke luar.

Selain dapat merangsang daya tetas telur, larutan garam dengan salinitas yang rendah juga dapat berperan dalam mencegah infeksi ektoparasit patogen pada air tawar (Fashina-Bombatta dan Busari, 2003). Hal ini terbukti dari hasil percobaan yang telah dilakukan, di mana telur-telur yang diinkubasi dalam air yang bersalinitas tidak menunjukkan adanya serangan jamur, sedangkan telur yang diinkubasi dalam air tawar (salinitas 0 ppt) terlihat adanya serangan jamur, yaitu terutama pada telur- telur yang tidak menetas.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Salinitas dalam media inkubasi dapat memberikan pengaruh yang nyata terhadap daya tetas telur ikan lele dumbo.

2. Berdasarkan hasil perhitungan dari kurva respon, salinitas 3,5 - 4 ppt merupakan salinitas terbaik yang efektif dapat meningkatkan daya tetas telur ikan lele dumbo. 3. Salinitas dalam media inkubasi selain dapat merangsang daya tetas telur, juga

dapat berperan dalam mencegah infeksi jamur pada telur.

Saran

1. Untuk meningkatkan daya tetas telur ikan lele dumbo dan mencegah serangan jamur dapat dilakukan dengan menginkubasi telur tersebut dalam media yang bersalinitas 3,5 – 4 ppt.

2. Untuk mengetahui kualitas larva yang dihasilkan perlu dilakukan penelitian lebih lanjut berupa pengamatan terhadap perkembangan embrio dan kelangsungan hidup larva yang diinkubasi dalam media bersalinitas 2 – 8 ppt.

(7)

DAFTAR PUSTAKA

Blaxters, H. S. 1969. Development of Egg and Larvae. In: Hoar WS, Randall DJ, Donaldson EM, editor. Fish Physiology. Volume 3. New York: Academic Press. p 184−190.

Fashina-Bombatta, H.A. dan A.N. Busari. 2003. Influence of Salinity on The Developmental Stages of African Catfish Heterobranchus longifilis (Valenciennes, 1840). Aquaculture 224: 213 – 222

Gomez, K.A dan Gomez AA. 1995. Prosedur Statistik Untuk Penelitian Pertanian. Ed-2. Sjamsuddin E, Baharsjah JS, penerjemah. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: Statistical Procedures for Agricultural Research.

Tang, U.M dan R. Affandi. 2000. Biologi Reproduksi Ikan. Pusat Penelitian Kawasan Pantai dan Perairan Universitas Riau, Pekanbaru. 166 hlm.

(8)

Lampiran Tabel 1. Hasil analisis sidik ragam daya tetas telur ikan lele dumbo Sumber db JK KT F Sig. Perlakuan 4 1734.329 433.582 11.935 0.001 Linear 1 625.633 625.633 17.221 0.002 Kuadratik 1 903.501 903.501 24.869 0.001 Kubik 1 165.675 165.675 4.560 0.058 Kuartik 1 39.520 39.520 1.088 0.322 Galat 10 363.300 36.330 Total 14 2097.629

Lampiran Tabel 2. Hasil uji Duncan dari setiap perlakuan

Perlakuan

N Subset for alpha = .05

(ppt) 1 2 0 3 72.133 8 3 95.100 6 3 99.567 2 3 99.833 4 3 100.000 Sig. 1.000 0.374

Lampiran Tabel 3. Hasil uji regresi hubungan salinitas dengan daya tetas telur ikan lele dumbo

(9)

Dependent variable.. RESPON Method.. QUADRATIK Listwise Deletion of Missing Data

Multiple R .85380 R Square .72898 Adjusted R Square .68381 Standard Error 6.88292

Analysis of Variance:

DF Sum of Squares Mean Square Regression 2 1529.1343 764.56714 Residuals 12 568.4950 47.37459 F = 16.13876 Signif F = .0004

--- Variables in the Equation --- Variable B SE B Beta T Sig T TREAT 32.395238 6.495071 3.874159 4.988 .0003 TREAT**2 -4.638095 1.062058 -3.392124 -4.367 .0009 (Constant) 47.160000 8.522971 5.533 .0001

Gambar

Tabel 1. Daya tetas telur ikan lele dumbo
Gambar 1. Daya tetas telur ikan lele dumbo pada salinitas yang berbeda

Referensi

Dokumen terkait

Rata-rata persentase penetasan telur ikan lele sangkuriang tertinggi diperoleh pada perlakuan persentase teh 6 gr/L yaitu 76.67%, Pada perlakuan lainnya menunjukkan hasil

Penggunaan larutan nenas dengan beberapa tingkat konsentrasi tidak dapat menghilangkan daya rekat pada telur ikan lele dumbo (Clarias gariepinus), namun dari hasil

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa salinitas berpengaruh terhadap daya tetas telur cumi- cumi dengan nilai optimal untuk daya tetas

EMBRIOGENESIS DAN DAYA TETAS TELUR IKAN KOMET ( Carassius auratus auratus ) PADA SUHU YANG

Tingginya daya tetas telur dari induk yang menerima perlakuan 1200 mg/kg pakan (83 %) selain disebabkan tingginya akumulasi lemak dalam telur yang berfungsi sebagai sumber

Induk ikan lele dumbo yang disuntik dengan hormon ovaprim dosis 0,3 ml/kg berat badan ikan menunjukkan hasil yang baik dalam merangsang hormon gonadotropin dalam mempercepat

Satuan percobaan dalam penelitian ini sebanyak 12 satuan percobaan dengan parameter yang diukur adalah daya tetas telur dan sintasan larva ikan lele... 15

ii OPTIMASI SALINITAS YANG BERBEDA TERHADAP DAYA TETAS TELUR KEPITING BAKAU Scylla serrata SKRIPSI DARWIS 10594 00659 11 Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh