• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelapa Sawit

2.1.1 Botani

Tanaman kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq) termasuk tanaman monokotil yang secara taksonomi dapat diklasifikasikan sebagai berikut (Setyamidjaja, 2006). Kingdom : Plantae Divisi : Spermatophyta Subdivisi : Angiospermae Kelas : Monocotyledonae Ordo : Palmales Famili : Palmae Subfamili : Cocoideae Genus : Elaeis

Spesies : 1.Elaeis guineensis Jacq (kelapa sawit Afrika) 2.Elaeis oleifera Cortes (kelapa sawit Amerika Latin)

2.1.2 Morfologi

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu komoditi perkebunan yang memiliki nilai jual yang cukup tinggi dan penyumbang devisa terbesar bagi negara Indonesia dibandingkan dengan komoditi perkebunan lainnya. Setiap tanaman memiliki morfologi yang berbeda-beda cirinya dan fungsinya yang dijual. Sehingga pada budidaya tanaman kelapa sawit memerlukan pengetahuan awal terlebih dahulu mulai dari morfologinya sebelum melakukan budidaya. Tanaman kelapa sawit secara morfologi terdiri atas bagian vegetatif (akar, batang, dan daun) dan bagian generatif (bunga dan buah). Morfologi tanaman sawit adalah sabagai berikut:

(2)

a. Akar

sebagai tanaman jenis palma, kelapa sawit tidak memiliki akar tunggang dan akar cabang. Akar yang keluar dari pangkal batang sanagt besar jumlahnya dan terus bertambah banyak dengan bertambahnya umur tanaman (Setyamidjaja, 2006).

b. Batang

Batang pada kelapa sawit memiliki ciri yaitu tidak memiliki kambium dan umumnya tidak bercabang. Pada pertumbuhan awal setelah pafe muda terjadi pembentukan batang yang melebar tanpa terjadi pemanjangan internodia. Titik tumbuh batang kelapa sawit hanya satu, terletak di pucuk batang, terbenam di dalam tajuk daun, berbentuk seperti kubis, dan enak dimakan. Pada batang terdapat pangkal pelepah-pelepah daun yang melekat kukuh dan sukar terlepas, walaupun daun telah kering dan mati (Sunarko, 2014).

c. Daun

Daun kelapa sawit bersirip genap dan bertulang sejajar. Pada pangkal pelepah daun terdapat duri-duri atau bulu-bulu halus sampai kasar. Panjang pelepah daun dapat mencapai 9 m, tergantung pada umur tanaman. Helai anak daun yang terletak di tengah pelepah daun adalah yang terpanjang dan panjangnya dapat mencapai 1,20 m, jumlah anak daun dalam satu pelepah berkisar antara 120-160 pasang (Setyamidjaja, 2006).

d. Bunga

tanaman kelapa sawit merupakan tumbuhan berumah satu (monocious). Artinya, karangan bunga (inflorescence) jantan dan betina berada pada satu pohon, tetapi tempatnya berbeda. Sebenarnya, semua bakal karangan bunga berisiskan bakal bunga jantan dan betina, tetapi pada pertumbuhannya salah satu jenis kelamin menjadi rudimenter dan berhenti tumbuh, sehingga yang berkembang hanya satu jenis kelamin (Sunarko, 2014).

(3)

e. Biji

Setiap jenis kelapa sawit biasanya memiliki ukuran dan bobot biji yang berbeda. Jenis biji dura panjangnya sekitar 2-3 cm dan bobot rata-rata mencapai 4 gram, sehingga dalam 1 kg terdapat 250 biji. Biji dura deli memiliki bobot 13 gram per biji, dan biji tenera afrika rata-rata memiliki bobot 2 gram per biji. Biji kelapa sawit umumnya memiliki periode dorman (masa non-aktif). Perkecambahannya dapat berlangsung lebih dari 6 bulan dengan keberhasilan sekitar 50%. Agar perkecambahan dapat berlangsung lebih cepat dan tingkat keberhasilannya lebih tinggi, biji kelapa sawit memerlukan pre-treatment (Sunarko, 2014).

f. Buah

Bunga betina setelah dibuahi akan berkembang menjadi buah. Buah yang terletak di sebelah dalam tandan berukuran lebih kecil dan bentuknya kurang sempurna dibandingkan dengan yang berada diluar tandan. Pada satu buah terdapat susunan Kulit buah, Daging buah, Cangkang, Inti. Cangkang dan inti merupakan biji dari kelapa sawit (Setyamidjaja, 2006).

2.2 Syarat Tumbuh Kelapa Sawit

Produktivitas tanaman menjadi lebih baik jika unsur hara dan air tersedia dalam jumlah yang cukup dan seimbang. Selain itu, tanaman kelapa sawit membutuhkan intensitas cahaya matahari yang cukup tinggi untuk melakukan proses fotosintesis.

a. Curah hujan

Idealnya, curah hujan sekitar 2.000 mm/tahun, terbagi merata sepanjamg tahun, dan tidak terdapat periode kering yang tegas. Curah hujan tinggi akan menyebabkan produksi bunga tinggi, persentase buah menjadi rendah, penyerbukan terhambat, sebagian besar pollen terhanyut oleh air hujan. Sebaliknya, bila curah hujan rendah menyebabkan pembentukan bunga dan buah terhambat (Lubis dan Widanarko, 2016).

(4)

b. Sinar Matahari

Sinar matahari diperlukan untuk memproduksi karbohidrat dan memacu pembentukan bunga dan buah. Untuk itu, intensitas, kualitas, dan lama penyinaran amat berpengaruh. Lama penyinaran optimum yang diperlukan tanaman kelapa sawit antara 5-7 jam/hari. Beberapa daerah seperti Riau, Jambi, dan Sumatera Selatan sering terjadi penyinaran matahari kurang dari 5 jam pada bulan-bulan tertentu. Penyinaran yang kurang dapat menyebabkan berkurangnya asimilasi dan gangguan penyakit (Fauzi dkk, 2008).

c. Suhu udara

Selain curah hujan dan sinar matahari yang cukup, tanaman kelapa sawit memerlukan suhu yang optimum sekitar 24-28°C untuk tumbuh dengan baik. Meskipun demikian, tanaman masih bias tumbuh pada suhu terendah 18°C dan tertinggi 32°C. Beberapa faktor yang mempengaruhi tinggi rendah suhu adalah lama penyinaran dan ketinggian tempat. Makin lama penyinaran atau makin rendah suatu tempat, makin tinggi suhunya. Suhu berpengaruh terhadap masa pembungaan dan kematangan buah. Tanaman kelapa sawit yang ditanam lebih dari ketinggian 500 mdpl akan terlambat berbunga satu tahun jika dibandingkan dengan yang ditanam di dataran rendah (Fauzi dkk, 2008).

d. Faktor iklim

Musim kemarau panjang di beberapa daerah di Indonesia yang terjadi secara periodik berkisar 3-4 tahun sekali antara lain Sumatera Selatan, Lampung, Kalimantan Timur, Banten, Jawa Barat, pantai timur Aceh, Dan beberapa daerah di Sumatera Utara. Cuaca dan iklim merupakan salah satu komponen alam. Cuaca adalah kelakuan atau keadaan atmosfer pada waktu tertentu yang sifatnya nerubah-ubah setiap saat dari waktu ke waktu. Iklim adalah rata-rata keadaan cuaca dalam jangka waktu yang cukup lama minimal 30 tahun dan sifatnya tetap (Risza, 2010).

(5)

2.3. Cahaya

Cahaya merupakan sumber energy yang akan di ubah menjadi energy-energi lain yang diperlukan untuk kehidupan tanaman. Daun-daun bagian atas mendapat sinar matahari yang cukup, sedangkan daun-daun bawah agak kurang, namun hasil fotosintesis cukup maksimal bagi tiap pohon sawit. Fotosintesis hanya terjadi jika tersedia air, karbondioksida, dan unsur-unsur hara lainnya (Risza, 2010).

2.3.1. Kaitan Cahaya Terhadap Kelapa Sawit

Tanaman kelapa sawit termasuk tanaman heliofil atau menyukai cahaya

matahari. Penyinaran matahari sangat berpengaruh terhadap

perkembangan buah kelapa sawit. Tanaman yang ternaungi karena jarak tanam yang sempit, pertumbuhannya akan terhambat karena hasil asimilasinya akan berkurang. Tanaman dewasa yang ternaungi, produksi bunga betinanya sedikit sehingga perbandingan bunga betina dan bunga jantan (sex ratio ) kecil. Penelitian menunjukkan pada bulan-bulan yang penyinaran mataharinya lebih panjang mempunyai korelasi positif dengan produksi buah kelapa sawit (Sastrosayono, 2008).

2.4. Kelembaban Udara

Kelembaban udara dan angina adalah factor yang penting untuk menunjnag pertumbuhan kelapa sawit. Kelembaban optimum bagi pertumbuhan kelapa sawit adalah 80%. Kecepatan angin 5-6 km/jam sangat baik untuk membantu proses penyerbukan. Angin yang kering menyebabkan penguapan lebih besar, mengurangi kelembaban, dan dalam waktu lama menyebabkan tanaman layu. Faktor yang mempengaruhi kelembaban adalah suhu, sinar matahari, lama penyinaran, curah hujam, dan evapotranspirasi (Fauzi dkk, 2008).

2.5. Penyebaran Penyinaran Matahari Dan Suhu

Menurut Basta (2019) penyinaran matahari lebih besar dibandingkan pelepah yang berada di sisi Barat. Pada saat jam 13.00, 15.00, dan 17.00 kurva terlihat lebih mencondong ke kanan. Hal ini disebabkan karena arah penyinaran matahri lebih cenderung dominan di sisi Barat sehingga pelepah-pelepah tersebut

(6)

mendapatkan penyinaran matahari lebih besar dibandingkan pelepah yang berada di sisi Timur. Urutan suhu pada setiap jam dari yang tertinggi hingga yang terendah adalah jam 13.00, 11.00, 15.00, 17.00, 09.00, 07.00. Intensitas cahaya matahari yang berbeda pada setiap jam akan mempengaruhi suhu pada pelepah kelapa sawit. Semakin tinggi intensitas cahaya matahari maka semakin tinggi suhu pada pelepah kelapa sawit dan begitu sebaliknya.

Menurut Dani (2019) intensitas cahaya matahari paling tinggi berada pada pelepah 5 di semua jam. Pada jam 07.00, 09.00, 11.00 akan lebih tinggi pada pelepah sisi Timur dibandingkan pelepah sisi Barat dan pada pukul 13.00, 15.00, 17.00 akan lebih tinggi pada pelepah sisi Barat dibandingkan pelepah sisi Timur.

Referensi

Dokumen terkait

Jika Carry Flag = 0, maka program akan melompat ke alamat yang disebutkan dalam perintah; jika tidak, maka program akan melanjutkan ke baris berikutnya (tidak terjadi

Motif afiliasi yang kuat pada komunitas pria metroseksual yang menjadi subjek penelitian ini terlihat mereka cenderung bergabung dalam kelompok, berhubungan dengan anggota

Meskipun demikian, karena penelitian penilaian peningkatan kualitas layanan pengadaan barang di Disfaslanal ini baru dilakukan secara kualitatif dan terbatas

Rata-rata pendapatan rumah tangga pada peternak non-anggota kelompok tani lebih tinggi dibandingkan dengan peternak anggota kelompok tani, hal ini dapat dikarenakan

Terdapat perbedaan yang nyata antar strata, yaitu pada strata 1 tingkat keberdaanyaan peternaknya relatif lebih tinggi dibandingkan dengan pada strata 2,

Ali Zainuddin, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta,2010.Hlm.105.. serta data yang terdiri dari. 22 Data Primer adalah data yang diperoleh secara langsung

PENGARUH PERBANDINGAN TEPUNG KACANG KORO PEDANG DENGAN TEPUNG JAGUNG DAN KONSENTRASI SUKROSA TERHADAP KARAKTERISTIK FLAKES KACANG KORO PEDANG (Cannvalia ensiformis).