37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Deskripsi Subjek Penelitian
Tabel 4.1
Usia dan Frekuensi Subjek Penlitian di Panti Asuhan Aisyiyah Salatiga
Usia Frekuensi %
15 tahun 2 10
16 tahun 6 30
17 tahun 7 35
18 tahun 5 25
Dari tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa subjek penelitian remaja di panti asuhan Aisyiyah terdapat 2 (10%) remaja berusia 15 tahun, 6 (30%) remaja berusia 16 tahun, 7 (35%) remaja berusia 17 tahun dan 5 (25%) remaja berusia 18 tahun.
Subjek penelitian dari kelompok eksperimen mengenai konsep diri sebelum mendapat layanan bimbingan kelompok dapat dijelaskan pada tabel 4.2.
Tabel 4.2
Perbandingan hasil pre test kelompok eksperimen dan kontrol Kategori Pre Test Eksperimen Pre Test Kontrol
Frekuensi Prosentase (%) Frekuensi Prosentase (%) Sangat Rendah(138-148) 2 20 1 10 Rendah(149-159) 1 10 1 10 Sedang (160-170 ) 7 70 8 80 Tinggi (171-181 ) 0 0 Sangat Tinggi (182-192 ) 0 0 Total 10 100 10 100 Minimum 138 146 Maksimum 169 169 Rata-Rata 157.8 164.2
Dari tabel 4.2 dapat dijelaskan bahwa sebelum kelompok eksperimen diberi layanan bimbingan kelompok konsep diri, terdapat 2 (20%) remaja pada
38
kategori sangat rendah, 1 (10%) remaja pada kategori rendah dan 7 (70%) remaja pada ketegori sedang. Pada kelompok eksperimen skor tertinggi sebesar 169 dan skor terendah 138 dengan rata-rata 157,8. Sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 1 (10%) remaja pada kategori sangat rendah, 1 (10%) remaja pada kategori rendah dan 8 (80%) remaja pada kategori sedang. Pada kelompok kontrol skor tertinggi sebesar 169 dan skor terendah 146 dengan rata-rata 164.2
4.2 Pelaksanaan Penelitian 4.2.1 Perijinan
Langkah awal yang dilakukan oleh penulis sebelum melaksanakan penelitian adalah mengurus surat ijin terlebih dahulu. Sebelumnya penulis telah meminta ijin kepada Pengasuh di Panti Asuhan Aisyiyah Salatiga secara informal untuk mengadakan penelitian di Panti Asuhan Aisyiyah Salatiga. Surat penelitian dikeluarkan dan ditandatangani oleh Wakil Dekan FKIP-UKSW pada tanggal 10 April 2012. Setelah mendapatkan surat ijin penelitian, maka penulis mengantarkan surat ijin penelitian kepada pengurus panti dan membuat jadwal praktik diPanti Asuhan Aisyiyah Salatiga
4.2.2 Pengumpulan Data a. Tes Awal (pre- test)
Pre- test dilakukan pada tanggal 11 April 2012 dengan menyebar skala konsep diri yang terdiri dari 60 item pernyataan. Instrumen ini dibagikan kepada 25 remaja dan selanjutnya di ambil 20 anak pada kategori sedang,
39
rendah dan sangat rendah kemudian dibagi menjadi 2 kelompok yaitu 10 remaja sebagai kelompok eksperimen dan 10 remaja sebagai kelompok kontrol. Kemudian kelompok eksperimen akan diberi layanan bimbingan kelompok dengan teknik kegiatan kelompok.
b. Perlakuan (treatment)
Treatment diberikan dengan memberi layanan secara berkelanjutan
menggunakan bimbingan kelompok dengan teknik kegiatan kelompok. Kegiatan eksperimen dilaksanakan 10 kali pertemuan yaitu mulai tanggal 2 Mei 2012 sampai tanggal 14 mei 2012. Layanan ini dikatakan berhasil apabila remaja di Panti Asuhan Aisyiyah Salatiga menunjukkan antusiasmenya dalam mengikuti kegiatan dan mereka dapat mengembangkan konsep diri positifnya. Adapun sesi eksperimen melalui bimbingan kelompok dengan teknik kegiatan kelompok sebagai berikut :
Tabel 4.3 Tabel Hasil Treatment
Topik Materi Hasil Observasi
Pertemuan 1 (Konsep Diri)
Pengertian konsep diri Dari pendapat remaja bahwa konsep diri adalah sesuatu pedoman yang ada di diri setiap orang. Dan konsep diri positif menurut pendapat mereka adalah pedoman positif yang ada didalam diri setiap orang. Oleh karena itu layanan bimbingan kelompok diberikan penulis kepada remaja Panti Asuhan Aisyiyah Salatiga untuk lebih memahami tentang pengertian dari konsep diri, terutama konsep diri yang positif.
Pertemuan 2 (Konsep Diri)
Ciri- cirri konsep diri positif dan negatif
Penulis mendeskripsikan tentang hasil penilaian kegiatan ini direspon baik oleh remaja diPanti Asuhan Aisyiyah Salatiga, semua anggota aktif dan antusias mengikuti kegiatan layanan ini dari awal sampai akhir. Saat penulis memberikan materi dan meminta remaja untuk
40
berpendapat, mereka sangat aktif, walaupun jawaban mereka masih belum benar. Namun saat penulis menanyakan pada remaja termasuk pada cirri- cirri yang manakah, beberapa dari mereka dengan jujur menjawab konsep diri mereka negative. Maka dari itu perlu adanya pengembangan konsep diri yang positif
Pertemuan 3 (Percaya Diri)
Pengertian Percaya Diri
Dari pendapat remaja bahwa percaya diri adalah percaya pada diri sendiri. Saat diminta untuk menyebutkan cirri- cirri orang yang percaya diri, mereka pun sangat antusias dalam menjawabnya. Apalagi saat remaja diminta untuk menampilkan talent show didepan ke 9 remaja lainnya. Walaupun awalnya mereka merasa grogi namun mereka merasa sangat senang dengan kegiatan layanan tersebut. Dan dapat dikatakan bimbingan kelompok dalam mengatasi rasa kurangg percaya diri ini berhasil. Pertemuan 4
(Bergaul yang baik)
Ciri- cirri bergaul yang baik
Pada pembahasan materi ini remaja juga antusias, terlihat dari cara remaja menjawab pertanyaan yg diberikan oleh penulis yaitu tentang apa saja cirri- cirri bergaul yang baik dan apakah selama ini kalian sudah bergaul dengan baik? Disini remaja sangat menikmati materi yg diberikan dan suasana kehangatan dalam kelompok. Saat penulis memberikan ice breaking pun mereka semakin semangat untuk mengikuti materi. Dan dapat dikatakan bimbingan kelompok dalam mengatasi rasa kurangg percaya diri ini berhasil.
Pertemuan 5 (Memahami Diri)
Permainan Diriku Menurut Dirimu
Kegiatan yang telah dilakukan menurut siswa sangat menarik karena ada banyak hal yang dapat dipahami, sehingga ber- manfaat untuk menambahkan pengetahuan dalam pemahaman diri sendiri maupun orang lain. Di sini remaja belajar juga untuk dapat menerima kritikan dari orang lain.
Pertemuan 6 (Menyikapi Kegagalan) Pengertian keberhasilan dan kegagalan
Menurut pendapat remaja dipanti asuhan Aisyiyah bahwa kegagalan adalah kesuksesan yang tertunda. Penulis juga meminta remaja untuk menyebutkan apa saja keberhasilan yang telah mereka raih dan kegagalan apa yang telah mereka
41
alami. Pada kegiatan ini hanya beberapa remaja yang antusias untuk menceritakan pengalaman mereka. Pertemuan 7 (Menghargai Orang Lain) Pengertian Menghargai Orang Lain
Pada kegiatan ini penulis meminta para remaja untuk menjelaskan apa arti menghargai menurut mereka. Dan menyebutkan apa saja cirri- cirri orang yang menghargai orang lain. Para remaja pun antusias untuk menjawab pertanyaan penulis dan semangat untuk mendiskusikannya dengan remaja lainnya. Pertemuan 8
(Optimis)
Pengertian Optimis dan pesimis
Pada kegiatan ini penulis meminta remaja untuk mendiskusikan pengertian optimis dan pesimis. Para remaja antusias untuk berpendapat dan menceritakan pengalaman mereka tentang sikap optimis dan pesimis yang mereka miliki.
Pertemuan 9 Pemutaran Film tentang semua materi
Remaja dipanti asuhan Aisyiyah sangat antusias sekali saat melihat film yang diputarkan oleh penulis. Setelah pemutaran film selesai, penulis meminta mereka untuk menyimpulkan n menyebutkan nilai positif apa yang dapat diambil dari film tersebut. Para remaja di panti asuhan Aisyiyah pun dapat menyebutkan nilai- nilai dalam film tersebut dan mereka menyadari bahwa konsep diri mereka perlu dikembangkan. Dapat dikatakan kegiatan layanan ini berhasil karena para remaja sudah menyadari dan memiliki usaha untuk mengembangkan konsep dirinya.
Dari tabel 4.3 dapat diuraikan bahwa pada pertemuan pertama dengan topik konsep diri, remaja antusias untuk mengikuti kegiatan tersebut dan kegiatan berjalan dengan lancar, namun pada pertemuan pertama tidak dapat menyelesaikan 1 topik materi konsep diri sehingga perlu dilanjutkan pada pertemuan berikutnya.
Pada pertemuan kedua melanjutkan materi dari pertemuan pertama, yaitu tentang cirri- cirri konsep diri positif. Pada pertemuan kedua ini remaja juga semakin antusias dan aktif dalam mengikuti kegiatan layanan bimbingan
42
kelompok ini, mereka saling berebut dalam mengeluarkan pendapat mereka. Materi tentang pengertian konsep diri dan cirri- cirri konsep diri positif telah selesai pada pertemuan kedua.
Pada pertemuan ketiga penulis melanjutkan materi tentang percaya diri, pada pertemuan ini remaja juga antusias dalam mengemukakan pendapatnya. Aspek percaya diri pada pertemuan ini pun semakin muncul. Sehingga pada pertemuan ini dapat dikatakan layanan bimbingan kelompok berhasil. Pada pertemuan keempat dengan materi bergaul yang baik, remaja juga sangat antusias mereka saling mengeluarkan pendapat mereka dan saling bercanda dengan temannya juga mendiskusikan materi bersama remaja lainnya.
Pada pertemuan kelima topik memahami diri, remaja memberikan materi tentang diriku menurut dirimu, penulis memberi sebuah kertas pada masing- masing remaja dan meminta remaja untuk menggambar dirinya dan setelah itu meminta remaja lain untuk mengisikan saran maupun kritikan pada si pemilik gambar, kegiatan ini dikatakan berhasil karena dengan ini remaja dapat memahmi dan mengoreksi diri dari saran dan kritikan dari remaja lain.
Pada pertemuan keenam topik menyikapi kegagalam, penulis meminta remaja untuk mengartikan keberhasilan dan kegagalan menurut mereka, pada pertemuan ini remaja agak kesulitan dan kurang antusias dalam mengikuti layanan ini, hanya beberapa dari mereka yang mau menceritakan pengalaman mereka.
Pada pertemuan ketujuh topik menghargai orang lain remaja cukup antusias dalam mengikuti kegiatan ini, tampak pada kegiatan diskusi yang
43
mereka lakukan. Mereka saling mengeluarkan pendapat dan berebut untuk menjawab pertanyaan terlebih dahulu.
Pada pertemuan kedelapan topik optimis, remaja antusias untuk mengikuti dan menjawab pertanyaan penulis. Mereka juga menceritakan pengalaman- pengalamannya tentang keoptimisan dan pesimisme mereka.
Pada pertemuan kesembilan remaja sangat antusias karena penulis memutarkan film yang memiliki manfaat saat besar dalam mengembangkan konsep diri positif. Di dalam film tersebut terdapat aspek percaya diri dimana adegan dalam film itu mengajarkan para remaja untuk selalu percaya pada diri sendiri, dapat memahami diri sendiri, menerima diri apa adanya, dapat menyikapai kegagalan yang terjadi pada diri, juga dapat saling menghargai orang lain dimanapun kita berada. Dapat menjadikan kekurangan kita sebagai kelebihan kita untuk menjadikan kita lebih baik lagi. Dan yang penting selalu berpikir positif agar selalu dapat mengembangkan konsep diri yang positif.
Tabel 4.4
Perkembangan Konsep Diri Remaja di Panti Asuhan Aisyiyah Salatiga No
Hasil Perkembangan
Nama Indikator Pertemuan
1 2 3 4 5 6 7 8 9
1. As a. Percaya diri. √ √ √ √ √ √ √
b.Merasa setara dengan orang lain. √ √ √ √
c. Menerima apa adanya. √ √ √ √ √ √
d.Dapat menyikapi kegagalan √ √ √
e. Tidak bersikap hiperkritis √ √ √
f. Optimis √ √ √ √ √
2. Ra a. Percaya diri. √ √ √ √ √ √ √
44
c. Menerima apa adanya. √ √ √ √ √
d. Dapat menyikapi kegagalan. √ √ √ √ √ √
e. Tidak bersikap hiperkritis √ √ √
f. Optimis √ √ √ √
3. Ma a. Percaya diri. √ √ √ √ √ √ √ √
b. Merasa setara dengan orang lain. √ √ √ √ √
c. Menerima apa adanya. √ √ √ √ √ √
d. Dapat menyikapi kegagalan. √ √ √ √ √ √
e. Tidak bersikap hiperkritis √ √ √ √
f. Optimis √ √ √ √
4. Im a. Percaya diri. √ √ √ √ √ √ √
b. Merasa setara dengan orang lain. √ √ √ √ √
c. Menerima apa adanya. √ √ √ √ √ √
d. Dapat menyikapi kegagalan. √ √ √
e. Tidak bersikap hiperkritis √ √ √
f. Optimis √ √ √ √
5. Mn a. Percaya diri. √ √ √ √ √ √
b. Merasa setara dengan orang lain. √ √ √ √ √
c. Menerima apa adanya. √ √ √ √
d. Dapat menyikapi kegagalan. √ √ √ √
e. Tidak bersikap hiperkritis √ √ √
f. Optimis √ √ √ √ √
6. Ad a. Percaya diri. √ √ √ √ √ √
b. Merasa setara dengan orang lain. √ √ √ √ √
c. Menerima apa adanya. √ √ √ √
d. Dapat menyikapi kegagalan. √ √ √ √ √
e. Tidak bersikap hiperkritis √ √ √ √
45
7. Li a. Percaya diri. √ √ √ √ √ √
b. Merasa setara dengan orang lain. √ √ √ √ √
c. Menerima apa adanya. √ √ √ √
d. Dapat menyikapi kegagalan. √ √ √ √ √ √ √ e. Tidak bersikap hiperkritis √ √ √
f. Optimis √ √ √ √ √ √
8. Wd a. Percaya diri. √ √ √ √
b. Merasa setara dengan orang lain. √ √ √ √ √
c. Menerima apa adanya. √ √ √ √
d. Dapat menyikapi kegagalan. √ √ √ √ √
e. Tidak bersikap hiperkritis √ √ √
f. Optimis √ √ √ √ √ √
9. Ea a. Percaya diri. √ √ √ √ √
b. Merasa setara dengan orang lain. √ √ √ √ √
c. Menerima apa adanya. √ √ √ √ √
d. Dapat menyikapi kegagalan. √ √ √
e. Tidak bersikap hiperkritis √ √ √ √
f. Optimis √ √ √ √ √ √
10. An a. Percaya diri. √ √ √ √ √ √
b. Merasa setara dengan orang lain. √ √ √ √ √
c. Menerima apa adanya. √ √ √ √
d. Dapat menyikapi kegagalan. √ √ √ √ √ √
e. Tidak bersikap hiperkritis √ √ √ √
f. Optimis √ √ √
Dari tabel 4.4 di atas dapat dijelaskan bahwa pada pertemuan pertama kelompok eksperimen ada empat remaja yang belum muncul percaya dirinya, dan ke sepuluh remaja belum terlihat adanya aspek merasa setara dengan orang lain, menerima apa adanya, menyikapi kegagalan juga tidak bersikap
46
hiperkritis. Namun pada aspek optimis, enam remaja sudah nampak optimisnya aspek tersebut terlihat saat kegiatan diskusi kelompok berlangsung.
Pada pertemuan kedua, sepuluh remaja sudah mulai muncul percaya dirinya, itu terlihat dari remaja yang sangat antusias dalam menjawab pertanyaan dan berani untuk mengeluarkan pendapat mereka. Pada aspek merasa setara dengan orang lain ke sepuluh remaja juga sudah muncul, terlihat dari mereka yang saling berebut untuk menjawab lebih dahulu pertanyaan dari penulis. Kesepuluh remaja juga sudah nampak aspek menerima apa adanya terlihat saat mereka dapat menerima kekurangan yang ada di diri mereka. Tujuh remaja juga sudah dapat menyikapi kegagalannya, dan empat remaja sudah dapat bersikap optimis.
Pada pertemuan ketiga sepuluh remaja percaya dirinya sudah ada peningkatan, itu terlihat dari remaja yang sangat antusias dalam menjawab pertanyaan dan berani untuk mengeluarkan pendapat mereka. Pada aspek merasa setara dengan orang lain ke sepuluh remaja juga sudah muncul, terlihat dari mereka yang saling berebut untuk menjawab lebih dahulu pertanyaan dari penulis. Kesepuluh remaja juga sudah nampak aspek menerima apa adanya terlihat saat mereka dapat menerima kekurangan yang ada di diri mereka. Tujuh remaja juga sudah dapat menyikapi kegagalannya, dan tiga remaja sudah dapat bersikap optimis.
Pada pertemuan keempat sepuluh remaja sudah mulai muncul percaya dirinya, itu terlihat dari remaja yang sangat antusias dalam menjawab
47
pertanyaan dan berani untuk mengeluarkan pendapat mereka. Pada aspek merasa setara dengan orang lain ke sepuluh remaja juga sudah muncul, terlihat dari mereka yang saling berebut untuk menjawab lebih dahulu pertanyaan dari penulis. Kesepuluh remaja juga sudah nampak aspek menerima apa adanya terlihat saat mereka dapat menerima kekurangan yang ada di diri mereka. Enam remaja juga sudah dapat menyikapi kegagalannya, dan tiga remaja sudah dapat bersikap optimis.
Pada pertemuan kelima ada lima remaja yang tidak muncul percaya dirinya, itu terlihat dari remaja yang tidak antusias dalam menjawab pertanyaan dan tidak berani untuk mengeluarkan pendapat mereka. Pada aspek merasa setara dengan orang lain ke sepuluh remaja juga sudah muncul, terlihat dari mereka yang saling berebut untuk menjawab lebih dahulu pertanyaan dari penulis. Kesepuluh remaja juga sudah nampak aspek menerima apa adanya terlihat saat mereka dapat menerima kekurangan yang ada di diri mereka. Enam remaja juga sudah dapat menyikapi kegagalannya, dan tiga remaja sudah dapat bersikap optimis.
Pada pertemuan keenam ada sepuluh remaja sudah muncul percaya dirinya lagi, itu terlihat dari remaja yang sangat antusias dalam menjawab pertanyaan dan berani untuk mengeluarkan pendapat mereka. Pada aspek merasa setara dengan orang lain ke sepuluh remaja juga sudah muncul, terlihat dari mereka yang saling berebut untuk menjawab lebih dahulu pertanyaan dari penulis. Kesepuluh remaja juga sudah nampak aspek menerima apa adanya terlihat saat mereka dapat menerima kekurangan yang ada di diri mereka.
48
Enam remaja juga sudah dapat menyikapi kegagalannya, dan tiga remaja sudah dapat bersikap optimis.
Pada pertemuan ketujuh ada sepuluh remaja sudah muncul percaya dirinya lagi, itu terlihat dari remaja yang sangat antusias dalam menjawab pertanyaan dan berani untuk mengeluarkan pendapat mereka. Pada aspek merasa setara dengan orang lain ke sepuluh remaja juga sudah muncul, terlihat dari mereka yang saling berebut untuk menjawab lebih dahulu pertanyaan dari penulis. Kesepuluh remaja juga sudah nampak aspek menerima apa adanya terlihat saat mereka dapat menerima kekurangan yang ada di diri mereka. Enam remaja juga sudah dapat menyikapi kegagalannya, dan tiga remaja sudah dapat bersikap optimis.
Pada pertemuan kedelapan ada sepuluh remaja sudah muncul percaya dirinya lagi, itu terlihat dari remaja yang sangat antusias dalam menjawab pertanyaan dan berani untuk mengeluarkan pendapat mereka. Pada aspek merasa setara dengan orang lain ke sepuluh remaja juga sudah muncul, terlihat dari mereka yang saling berebut untuk menjawab lebih dahulu pertanyaan dari penulis. Kesepuluh remaja juga sudah nampak aspek menerima apa adanya terlihat saat mereka dapat menerima kekurangan yang ada di diri mereka. Enam remaja juga sudah dapat menyikapi kegagalannya, dan tiga remaja sudah dapat bersikap optimis.
Pada pertemuan kesembilan ada sepuluh remaja sudah muncul percaya dirinya lagi, itu terlihat dari remaja yang sangat antusias dalam menjawab pertanyaan dan berani untuk mengeluarkan pendapat mereka. Pada aspek
49
merasa setara dengan orang lain ke sepuluh remaja juga sudah muncul, terlihat dari mereka yang saling berebut untuk menjawab lebih dahulu pertanyaan dari penulis. Kesepuluh remaja juga sudah nampak aspek menerima apa adanya terlihat saat mereka dapat menerima kekurangan yang ada di diri mereka. Enam remaja juga sudah dapat menyikapi kegagalannya, dan 3 remaja sudah dapat bersikap optimis.
c.
Tes Akhir(
post-test)
Post test dilaksanakan pada tanggal 14 Mei 2012 kepada 20 remaja di
Panti Asuhan Aisyiyah Salatiga. Pada kegiatan ini, penulis membagikan skala konsep diri yang berjumlah 60 item. Penulis kemudian mengolah hasil instrumen yang telah diisi remaja di Panti Asuhan Aisyiyah Salatiga kemudian diolah menggunakan teknik analisis Mann Whitney. Dalam analisis ini, penulis dibantu dengan program SPSS 17.0 for windows
d. Analisis Data
Setelah memberikan post test, penulis kemudian mengolah instrument tersebut dan memperoleh hasil sebagai berikut :
Tabel 4.5
Perbandingan hasil pre test dan post test kelompok eksperimen Kategori
Pre Test Eksperimen Post Test Eksperimen Frekuensi Prosentase(%) Frekuensi Prosentase
(%) Sangat Rendah(138-148) 2 20 Rendah (149-159) 1 10 Sedang (160-170) 7 70 1 10 Tinggi (171-181) 0 5 50 Sangat Tinggi(182-192) 0 4 40 Total 10 100 10 100 Minimum 138 166 Maksimum 169 214 Rata-Rata 157.8 183.3
50
Setelah dilakukan layanan bimbingan kelompok, kemudian diadakan post test yang hasilnya menunjukkan bahwa pada kelompok eksperimen terdapat 1 (10%) remaja pada kategori sedang, 5 (50%) remaja pada kategori tinggi, dan 4 (40%) remaja pada kategori sangat tinggi. Skor terendah post test kelompok eksperimen sebesar 166 dan skor tertinggi sebesar 214 dengan rata-rata post test sebesar 183,3. Setelah seluruh data terkumpul, maka penulis melakukan pengolahan data dengan menggunakan tehnik analisis
Mann-Whitney (U-Test) dengan bantuan program SPSS for windows release 17.0.
Dari hasil pengolahan data tersebut diperoleh hasil sebagai berikut Tabel 4.6
Uji Mann Whitney (U-Test)
post test Kelompok kontrol dan kelompok eksperimen Ranks
KELOMPOK N Mean Rank Sum of Ranks
KONSEPDIRI EKSPERIMEN 10 13.65 136.50 KONTROL 10 7.35 73.50 Total 20 Test Statisticsb KONSEPDIRI Mann-Whitney U 18.500 Wilcoxon W 73.500 Z -2.387
Asymp. Sig. (2-tailed) .017 Exact Sig. [2*(1-tailed
Sig.)]
.015a
a. Not corrected for ties.
51
Pada pengolahan uji statistik perbedaan hasil post test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dengan teknik Mann whitney nampak bahwa p=0,017 ≤ 0,050 dengan mean rank kelompok eksperimen 13,65 dan kelompok kontrol 7,35. Selisih mean rank post test antara kelompok eksperimen dan kelompok control sebesar 6,3 sehingga ada pebedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dalam hal peningkatan konsep diri remaja setelah diberi layanan bimbingan kelompok dengan teknik kegiatan kelompok.
4.3 Uji Hipotesis
Dalam penelitian ini hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut: “Teknik kegiatan kelompok efektif dalam meningkatkan konsep diri positif pada remaja di Panti Asuhan Aisyiyah Salatiga.”. Dengan ditunjukkan hasil perhitungan post test pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol yaitu dengan nilai p = 0.017 ≤ 0.050, ini berarti ada perbedaan yang signifikan. Berdasarkan hasil post test kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dapat dilihat perbandingan kelompok yang diberikan layanan dengan yang tidak diberikan, sebagai berikut: dalam kelompok eksperimen yang memiliki kategori konsep diri sangat tinggi sebesar 40%, 50% tinggi dan sedang 10%. Sedangkan kelompok kontrol yang memiliki konsep diri sedang sebesar 70% ,rendah 10%, dan sangat rendah 20%. Maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini diterima yaitu “teknik kegiatan kelompok efektif dalam meningkatkan konsep diri positif pada remaja di Panti Asuhan Aisyiyah Salatiga”.
52 4.4 Pembahasan
Berdasarkan uji hipotesis diketahui bahwa teknik kegiatan kelompok efektif untuk meningkatkan konsep diri positif remaja di Panti Asuhan Aisyiyah Salatiga secara signifikan ditunjukkan dengan p = 0,017 ≤ 0,050. Selisih mean rank post test antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol sebesar 6,3 sehingga ada pebedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen dalam hal meningkatkan konsep diri remaja setelah diberi layanan bimbingan kelompok dengan teknik kegiatan kelompok.
Bimbingan kelompok dengan teknik kegiatan kelompok diadakan selama 9 kali pertemuan. Bimbingan dengan teknik kegiatan kelompok merupakan teknik bimbingan yang dapat membuat suasana di Panti Asuhan Aisyiyah Salatiga menjadi nyaman dan remaja di Panti Asuhan Aisyiyah Salatiga juga dapat merasakan manfaat dari mengikuti layanan bimbingan kelompok ini. Bimbingan kelompok ini dapat membantu remaja di Panti Asuhan Aisyiyah Salatiga untuk membantu mengatasi masalah pribadi dan sosialnya.
Konsep diri remaja di Panti Asuhan Aisyiyah Salatiga mengalami peningkatan yang positif sebelum mendapatkan layanan bimbingan kelompok dengan teknik kegiatan kelompok dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan kelompok teknik sesuai pendapat William D.Brooks 1976 (dalam
53
Suprapto 2007) bahwa dalam penelitian ini sudah terjadi peningkatan konsep diri positif remaja melalui lima indicator positif adalah :
a. Rasa percaya diri
Individu mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya.
b. Merasa setara dengan orang lain
Individu selalu rendah hati, tidak sombong, mencela atau meremehkan siapapun, dan selalu menghargai orang lain.
c. Menerima pujian tanpa rasa malu
Individu tetap rendah hati menerima pujian dan tidak membanggakan dirinya didepan orang lain apalagi meremehkan orang lain walaupun kadang ada orang disekelilingnya yang tidak menyukainya.
d. Menerima apa adanya
Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai perasaan orang lain meskipun kadang tidak di setujui oleh masyarakat.
e. Dapat menyikapi kegagalan
Individu mampu memperbaiki diri karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya sendiri
54
sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi lebih baik agar diterima di lingkungannya.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan oleh Suprapto (2007) yang mengadakan penelitian dengan judul Efektifitas Pelaksanaan Layanan Bimbingan Kelompok Dalam Mengembangkan Konsep Diri Positif Siswa Kelas Xi Sma Teuku Umar Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Suprapto (2007) menemukan bahwa konsep diri dapat ditingkat-kan melalui layanan bimbingan kelompok. Hasil uji Wilcoxon diperoleh Zhitung = -15,860 kurang dari Ztabel = (-0,48). Hal ini menunjukkan ada peningkatan yang signifikan konsep diri setelah mengikuti layanan bimbingan kelompok. Dengan kata lain layanan bimbingan kelompok efektif sebagai upaya dalam mengembangkan konsep diri positif siswa.
Hal ini juga sesuai dengan penelitian layanan bimbingan kelompok dengan teknik peer group efektif dalam meningkatkan konsep diri siswa kelas III A di SMP Mardisiswa 1 Semarang Tahun Pelajaran 2006/2007. Dari hasil penelitian tersebut mengarahkan rekomendasi agar guru pembimbing di SMP Mardisiswa 1 Semarang hendaknya bisa memberikan pelayanan yang efektif terhadap siswa terutama yang berkaitan dengan konsep diri siswa. Hal itu bisa dilakukan melalui layanan bimbingan dan konseling dan salah satunya adalah dengan layanan bimbingan kelompok dengan teknik peer group. Metode analisis data yang digunakan adalah dengan uji Wilcoxon. Dari perhitungan diperoleh deskripsi konsep diri siswa sebelum mendapat layanan bimbingan kelompok dengan teknik peer group memiliki skor rata-rata 165,9. Sedangkan
55
sesudah mendapatkan layanan bimbingan kelompok melalui peer group, deskripsi konsep diri siswa memiliki skor rata-rata 253,9. Untuk mengetahui efektivitas layanan bimbingan kelompok dengan teknik peer group dalam meningkatkan konsep diri siswa, dilakukan uji Wilcoxon. Dari hasil perhitungan, diperoleh Z hitung sebesar 3,18 dan nilai Z tabel pada taraf signifikansi 5% dan N=13 diperoleh Z tabel sebesar 1,96. Jadi disini nilai Z hitung = 3,18 > Z table = 1,96.