• Tidak ada hasil yang ditemukan

Preferensi Masyarakat dalam Menikmati Streetscape Perkotaan yang Ideal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Preferensi Masyarakat dalam Menikmati Streetscape Perkotaan yang Ideal"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

Preferensi Masyarakat dalam Menikmati Streetscape

Perkotaan yang Ideal

Anisa P. Anugrah

Program Studi Magister Rancang Kota, SAPPK, Institut Teknologi Bandung.

Abstrak

Streetscape atau wajah jalan merupakan sebuah elemen penting dalam pembentukan karakter sebuah kota, tetapi untuk negara berkembang, aspek streetscape belum diolah secara maksimal, baru beberapa tahun kebelakang ini beberapa kota mulai melakukan melakukan di sepanjang penghijauan, perbaikan jalur pejalan kaki, preservasi bangunan bersejarah, dan pembangunan area publik yang menarik yang pada akhirnya menjadi elemen visual streetscape yang membentuk secara langsung membentuk image perkotaan. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui preferensi masyarakat mengenai sebuah streetscape perkotaan yang ideal. Pengumpulan data dilakukan dengan metode survei lewat media online yang dibagikan secara bebas (non-random sampling). Data yang dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan motode analisis kualitatif dan kuantitatif. Hasil dari analisis yang dilakukan memunculkan beberapa kategori yang menjadi preferensi dan ketertarikan masyarakat saat menikmati streetscape sebuah kota. Selain itu, analisi ini menghasilkan elemen visual apa saja yang masyarakat harapkan ada dalam sebuah tampilan streetscape

perkotaan. Dari kedua hasil analisis data yang didapat tersebut memunculkan beberapa interprestasi mengenai streetscape perkotaan yang akan dibahas di dalam artikel ini.

Kata-kunci : streetscape, image perkotaan, preferensi masyarakat, elemen visual

Pengantar

Pembangunan infrastruktur perkotaan pada saat ini mulai banyak dilakukan. Kesadaran akan perlunya memperbaiki sistem dan merapikan perkotaan mulai muncul beriringan dengan semakin banyak permasalahan. Selain itu dengan majunya globalisasi dan teknologi membuat demand masyarakat akan kehidupan dan yang baik semakin tinggi dan beragam kriterianya.

Pada saat ini, lebih banyak populasi orang diperkotaan, dan tiap-tiap orang terus meng-harapkan peningkatan kulitas hidup. Infra-struktur perkotaan yang didesain baik dengan kehidupan jalan yang hidup akan membuat orang merasa aman dan tenang Oleh karena itu kita dapat melihat bahwa streetscape perkotaan memainkan peran penting dalam pengembang-an kehiduppengembang-an perkotapengembang-an (Crpengembang-ankshaw, 2015).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana cara masyarakat melihat sebuah streetscape perkotaan yang membentuk karakter sebuah kota dan bagaimana cara memaksimalkan potensi sreetscape lewat pre-ferensi masyarakat mengenai seperti apa

streetscape perkotaan yang ideal. Dharapkan penelitian ini dapat memberikan manfaat agar para perancang dan perencana perkotaan dapat mengembangakan elemen-elemen yang ada pada sebuah streetscape yang nantinya akan menjadi modal utama dalam pembentukan image sebuah kota.

Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam menulis artikel ini adalah dengan melakukan survei online menggunakan kue-sioner. Kuesioner ini kemudian dibagikan secara bebas (non-random-sampling) melalui sosial

(2)

media, dan meminta beberapa orang untuk menyebarkan kembali kuesioner online ini untuk diisi.

Kuesioner dibuka dari tanggal 19 Sepetember 2015 sampai dengan 28 September 2015. Total responden yang didapatkan adalah 62 orang, dengan sosio-demografi yang terdiri dari pria (38) dan wanita (24) dengan rangeusia 19-30 tahun dengan domisili di Bandung (30), Jakarta (19), Tangerang (4), Bekasi, Depok, Yogyakarta, dan Malang.

Kuesioner online ini berisikan beberapa per-tanyaan yang bersifat kualitatif.

Responden diminta untuk mengisi nama jalan dan kota yang menurut mereka memiliki streets-cape yang baik. Lalu mereka diminta untuk menuliskan alasan pemilihan jalan tersebut. Setelah itu responden diberikan pertanyaan tentang bagaimana streetscape yang ingin mereka lihat saat mengitari suatu kota. Kedua pertanyaan yang diberikan ini bersifat terbuka (open-ended) sehingga responden dapat menu-liskan pengalaman dan preferensi mereka secara bebas sesuai dengan yang mereka inginkan.

Metode Analisis Data

Secara garis besar metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini dilakukan secara kualitatif (Cresswell, 2008), dan kategor isifat penelitian adalah eksploratif (Groat& Wang, 2002).

Analisis kulitatif yang dilakukan menggunakan beberapa metode, yaitu metode content analysis; metode pendahuluan yang dilakukan untuk mendapatkan berbagai macam kata kunci dalam cerita yang disampaikan oleh responden mengenai pengalam dan preferensi mengenai sebuah streetscape perkotaan. Kemudian kata kunci tersebut dikelompokan sesuai kategori yang kemudian dilanjutkan dengan metode analisis distribusi; analisis ini dilakukan untuk mengetahui frekuensi dari jawaban responden dan kategori apa sajakah yang menjadi kategori dominan dalam pengalaman dan preferensi masyarakat. Setelah itu, dilakukanan analisis

secara koresponden; koresponden ini dilakuakan untuk melihat elemen-elemen apa yang saling berdekatan dalam preferensi masyarakat ter-hadap sebuah streetscape yang ideal.

Hasil analisis dan Interprestasi Data

Langkah pertama dalam melakukan analisis terhadapat data yang didapatkan dari hasil kuesioner online adalah dengan melakukan

content analisys. Pada metode content analisys

yang pertama dilakukan adalah tahap open coding. Tahap open coding adalah sebuah tahapan untuk mencari kata kunci dari paragraf yang dituliskan oleh responden. Berikut adalah beberapa contoh paragraf yang dituliskan oleh responden mengenai pengalaman mereka mengenai streetscape perkotaan.

“Jalur pejalan kakinya rapih sekali, rindang karena dekat taman, dan pepohonan membuat kota tampak asri dan menenangkan diantara kesibukan”(Pria, Wirausaha)

“Berjalan di jalan thamrin sangat menarik karena banyak bangunan tinggi, pertokoan, dan jalur pejalan kaki yang cukup lebar.”(Wanita, Pegawai Swasta)

Dari paragraf tersebut bisa didapatkanbeberapa kata kunci seperti “Jalur pejalan kaki yang rapih”, “banyak bangunan tinggi”, “asri”, “pepohonan”, dan “Jalur pejalan kaki lebar”.

Lalu ada beberapa contoh paragraf untuk preferensi masyarakat mengenai streetscape

yang ideal.

“Heritage kota tersebut bisa dinikmati dengan maksimal (nyaman, aman, dan kalau bisa banyak sarana informasi supaya selain melihat kota kita juga sambil mempelajari sesuatu)”(Pria, Desainer) “bersih, sign systemnya jelas, ada jalur pejalan kaki, bisa santai di tmpt fasilitas publik yg well maintenance, gampang akses dgn transportasi umum,.”(Wanita, Mahasiswa)

Sedangkan dari contoh jawaban mengenai preferensi, didapatkan beberapa kata kunci seperti “Heritage”, “bersih”, “fasilitas publik yang well maintenance”, dan “akses transportasi umum”.

(3)

Setelah itu dilakukan prosesp pengkategorian kata kunci yang bisa disebut sebagai tahap axial coding. Kata kunci yang sudah didaptkan kemudian dikategorikan secara lebih umum sehingga dapat diketahui frekuensi munculnya kata kunci tersebut. Pengkategorian kata kunci dilakukan dengan melalui diskusi kelompok, karena cara tersebut merupakan cara yang baik dalam menyusun kategori agar mengurangi resiko mendapatkan sebuah kategori yang kurang representatif.

Tabel1. Contoh axial coding pengalaman mengenai streetscape perkotaan.

Kategori yang didapatkan dari pengelaman menengai streetscape perkotaan yang ditulis oleh responden berjumlah 14 kategori yang berasal dari 59 kata kunci.

Tabel2. Contoh axial codinguntuk preferensi streetscape kota ideal

Sedangkan untuk preferensi streetscape kota yang ideal juga didaptkan 14 kategori yang berasal dari 48 kata kunci.

Setelah didapatkan kategori untuk masing-masing pertanyaan, dilakukan analisis distribusi. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kategori mana saja yang paling dominan dipilih oleh responden untuk mendapatkan interpretasi yang lebih mendalam dan rinci untuk penelitian ini. Hasil analisis untuk pengalaman masyarakat mengenai streetscape perkotaan, jawaban masyarakat yang paling dominan berada di kategori “Lingkungan Hijau” yang dipilih oleh 38 responden yaitu 17% jawaban responden, lalu disusul dengan “Jalur Pedestrian” yang dipilih oleh 28 responden (13%), dan “Keberagaman Lingkungan” oleh 27 responden (12%). Sedangkan jawaban yang paling rendah adalah “Pelengkap” dan “Presepsi Bentuk” yang masing-masing hanya mendapatkan jawaban dari 4 responden dengan presentasi 1% saja.

Gambar 1. Analisis distribusi pengalaman masyarakat

mengenai streetscape perkotaan

Hasil analisis distribusi ini kemudian di crosscheck dengan pemilihan nama jalan yang

streetscapenya paling disukai oleh responden. Dalam kuesioner diambil beberapa nama jalan yang paling banyak disebutkan oleh responden, yaitu streetscape Kota Bandung yang terdapat Jalan Braga, Jalan Asia Afrika, dan Jalan sekitar Balai Kota. Lalu dari Kota Jakarta terdapat Jalan sekitar Kota tua, Senayan, Epicentrum Kuningan, thamrin, SCBD, Menteng, dan Sudirman. Sedangkan yang terakhir adalah Jalan Malioboro, di Kota Yogyakarta

No Kategori Kata Kunci

1. Lingkungan

Hijau Banyak Taman Banyak penghijauan Banyak pohon peneduh Landscape dan kontur Sejuk

Ada ruang terbuka hijau 2. Heritage Banyak bangunan

bersejarah

Banyak bangunan kuno Wilayahnya memiliki nilai historis

No Kategori Kata Kunci

1. Fasilitas publik yang baik

Ketersediaan fasilitas publik Fasilitas publiknya teratur Fasilitas pbliknya terawat Fasilitas publiknya menarik Fasilitas informasinya lengkap 2. Aktifitas kota dapat dinikmati Banyak aktifitas Kesibukan di wilayahnya dinasmis

Banyak interaksi sosial Dapat meningkatkan produktifitas

(4)

Tabel 3. Daftar nama jalan yang streetscapenya paling disukai oleh responden.

NamaJalan Kota Jumlahresponden

Braga Bandung 11

Kota tua Jakarta 2

Asia Afrika Bandung 5

Senayan Jakarta 2 Epicentrum Jakarta 3 Thamrin Jakarta 2 SCBD Jakarta 2 Malioboro Yogyakarta 2 Sudirman Jakarta 5 Menteng Jakarta 3

Balai Kota Bandung 2

Dari crosscheck kedua hasil analisisini menun-jukkan bahwa lingkungan streetscape yang terlihat banyak tanaman dan pepohonan menjadi jawaban yang dominan oleh responden. Lingkungan perkotaan yang hijau tentu saja menimbulkan banyak manfaat positif tidak hanya untuk mempercantik visual tetapi juga dari aspek kesehatan lingkungan dan dampak ekologis yang baik bagi lingkungan. Jalan Epicentrum Kuningan merupakan salah satu contoh streetscape yang memiliki jalur hijau yang sangat baik dan banyak dilalui ruang terbuka hijau yang membuat suasana menjadi lebih sejuk dan teduh meskipun berada ditengah hiruk pikuk perkotaan Jakarta.

Gambar 2. Streetscape Epicentrum Kuningan Jakarta. Banyak jalur tanaman dan dilalui ruang terbuka hijau yang asri.foto@ronijayasaputra.

Selain itu jalur pedestrian juga merupakan salah satu hal yang saring dijawab oleh responden mengenai pengalaman mereka melihat sebuat

streetscape. Jalur pedestrian yang teratur dan lebar membuat visualisasi lingkungan menjadi lebih terlihat dan mudah dinikmati. Keterjagaan jalur pedestrian membuat masyarakat menjadi memiliki hasrat untuk berjalan dan menikmati

visual perkotaan yang ditawarkan sepanjang koridor jalan. Streetscape Jalan Thamrim, SCBD, dan Asia Afrika merupakan jalan dengan jalur pedestrian yang lebar dan besar. Jalurnya pun teratur dan tidak kumuh. Sehingga jarak pan-dang masyarakat luas dan bisa menikmati

streetscape, koridor jalan serta bangunan-bangunan yang berjajar di sekitar jalan.

Selain lebar, jalur pedestrian yang mendorong masyarakat untuk berjalan kaki memiliki daya tarik sendiri, seperti di Jalan Asia Afrika, Braga, dan Malioboro. Banyaknya masyarakat yang dengan nyaman berjalan kaki dan beraktifitas di jalur pedestrian menjadi sebuah pelengkap

streetscape perkotaan yang disukai oleh responden.

Gambar3. Jalur Pedestrian di Jalan Asia Afrika.

foto@skyscrapercity

Aspek lainnya yang banyak dipilih adalah keberagaman bangunan dan arsitekturnya. Fasad bangunan yang well design dan memiiliki nilai historis tersendiri menjadi sebuah ke-tertarikan yang cukup populer untuk masyarakat. Jalan disekitar Kota tua, Asia Afrika, dan Braga menjadi salah satu contoh streetscape per-kotaan yang memiliki nilai historis yang menarik.

Gambar4. Streetscape Kota Tua Jakarta. foto@travel- front end

Lalu dilanjutkan dengan menganalisis data mengenai preferensi masyarakat mengenai

streetscape perotaan seperti apa yang diharap-kan ketika berjalan-jalan mengintari sebuah kota. Hasil analisis distribusi yang didapat, kategori yang paling banyak dipiih sebagai preferensi adalah “Lingkungan hijau” yang dipilih oleh 31

(5)

responden (13%), disusul dengan “Terhubung dengan perasaan” dipilih oleh 29 responden (12%), dan disusul dengan “Image kota tercermin dengan jelas” dan “Menciptakan pengalaman visual” yang sama-sama dipilih oleh 26 responden (11%). Sedangkan untuk kategori terendah adalah “Tata Massa Bangunan” yang hanya dipilih oleh 2 responden saja (1%).

Gambar5. Analisis distribusi streetscape perkotaan yang ideal

Hasil dari Analisis distribusi mengenai streets-cape perkotaan yang ideal yang paling dominan adalah Lingkungan yang hijau. Masyarakat mengharapkan sebuah streetscape perkotaan yang mempunyai unsur hijau, banyak pepo-honan, tanaman, dan streetscape yang tidak hanya terbentuk dari bangunan tetapi ruang terbuka hijau seperti taman.Kategori kedua yang paling banyak dipilih adalah sebuah visualisasi perkotaan yang terhubung dengan masyarakatnya.

Setiap sudutnya memiliki cerita dan timbul perasaan memiliki, sehingga masyarakat terikat untuk terus di dalamnya dan menikmati streets-cape perkotaan yang ada. Saat berjalan-jalan disuatu kota. Masyarakat pun mengharapkan sebuah pengalaman visual yang tidak bisa didapatkan di tempat lainnya, sehingga mereka bisa langsung memeiliki cerita tentang kota yang mereka kunjungi dari melihat salah satu

streetscape yang disajikan di kota tersebut.

Preferensi elemen streetscape yang dinikmati pada pemilihan waktu tertentu

Pada kuesioner untuk artikel ini juga melakukan survey untuk pemilihan waktu yang disukai untuk menikmati sebuah streetscape perkotaan. Dari hasil analisis yang didapatkan, dari 62 responden, sebanyak 18 responden menjawab menyukai waktu melihat di pagi hari (30%), 11 responden menjawab siang hari (18%), dan 31 responden menjawab lebih menyukai menikmati

streetscape di malam hari (52%).

Gambar6. Analisis preferensi waktu melihat streetscape perkotaan

Dari hasil tersebut ingin dilihat apa saja elemen streetscape yang mempengaruhi responden da-lam pemilihan preferensi waktu menikmati streetcape. Analisis yang digunakan adalah analisis koresponden untuk mengetahui tingkat frekuensi kategori elemen streetscape yang diminati responden dengan preferensi pemilihan waktu tiap responden untuk menikmati streets-cape tersebut.

Gambar7.Analisis koresponden antara preferensi

pemilihan waktu melihat streetscape dan kategori elemen streetscape

(6)

Dari hasil analisis koresponden yang dilakukan, didapatkan pembagian elemen-elemen yang dinikmati pada waktu-waktu tertentu. Pada pagi hari, frekuensi responden lebih banyak berfokus pada kategori jalur pedestrian. Pada pagi hari, udara perkotaan masih sejuk, sehingga banyak digunakan untuk aktifitas berjalan kaki, se-hingga keteratur jalan raya juga mengambil pengaruh penting dalam menikmati streetscape

di pagi hari.

Sedangkan untuk siang hari, responden cen-derung menjawab lingkungan yang hijau dan terjaga.Pada siang hari umumny amasyarakat sedang pada waktu produktif, bekerja, ber-aktifitas dan sering kali berpindah tempat menggunakan kendaraan. Berkendara dengan kendaraan bermotor adalah pengalaman yang sering membawa strees di kehidupan perkotaan. Ketika melihat pemandangan di hijau alami di sepanjang streetscape dapat mengurangi ting-kat stres dan frustrasi dibandingkan dengan mereka yang hanya melihat lingkungan ter-bangun saja (Parson, 1998). Pemandangan yang hijau dan teratur menjadi sebuah peman-dangan visual yang menyenangkan diantara kesibukan kota di siang hari. Begitupun desain bangunan, mulai dari fasa daya hingga pemilihan style tertentu yang bisa dinikmati sebagai salah satu elemen visual yang penting dalam pembentukkan sebuah streetscape

perkotaan.

Untuk malam hari, responden banyak menjawab keberagaman bangunan dan fasilitas publik. Fasilitas publik berup pencahayaan, sarana duduk disekitar pedestrian, merupakan elemen yang dapat dinikmati pada malam hari. Kebera-gaman bangunan dan pencahayaannya dimalam hari menciptakan sebuah pengalaman visual tersendiri, apalagi disaat malam hari pada saat orang-orang mulai berhenti beraktifitas, ingin berjalan-jalan menikmati hiruk pikuk kota, dan akan segera beristirahat. Selain itu keterjagaan lingkungan menjadi hal penting untuk menik-mati streetscape di malam hari. Rasa aman membuat orang lebih leluasa untuk menikmati

streetcape perkotaan tanpa merasa risih, sehi-ngga pengalaman yang didapatkan akan lebih maksimal.

Kesimpulan

Lingkungan yang hijau dan seimbang merupakan preferensi utama dari masyarakat dalam menikmati sebuah streetscape, begitu pun dengan harapan mereka akan sebuah

streetscape perkotaan yang ideal. Selain itu, pembentukan visual streetscape perkotaan diha-rapkan dapat menceritakan karakter dan image

dari kota tersebut, mulai dari cerita historisnya, hingga gaya hidup perkotaan yang tercermin dari fasilitas dan aktifitas yang terlihat pada

streetscape.

Penelitian ini diharapkan bisa menjadi bantuan rujukan untuk perancang kota untuk meningkat-kan dan mengembangmeningkat-kan kualitas streetscape

perkotaan untuk memperkuat image suatu kota dan juga meningkatkan kualitas hidup masya-rakatnya sehari-hari.

DaftarPustaka

Creswell, J.W. (2008). Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches. California: Sage Publications, Inc.

Groat, L. & Wang, D. (2002).Architectural Research Methods. New York: John Wiley & Sons. Inc. Crankshaw, Ned. (2009). Creating Vibrant Public

Spaces: Streetscape Design in Commercial and Historic Districts. Island Press.

Funk, Pertra. (2015). Urban Streetscape Design. Design Media Publishing limited.

Parsons, R., L.G. Tassinary, R.S. Ulrich, M.R. Hebl, and M. Grossman-Alexander. (1998). The View From the Road: Implications for Stress Recovery and Immunization.Journal of Environmental Psychology.

Gambar

Gambar 1. Analisis distribusi pengalaman masyarakat  mengenai  streetscape  perkotaan
Tabel  3.  Daftar  nama  jalan  yang  streetscape nya  paling disukai oleh responden.

Referensi

Dokumen terkait

Nama paket pekerjaan : Jasa Konsultansi Manajemen Konstruksi Pembangunan Gedung Kuliah Bersama II, Laboratorium Fakultas Pertanian,Prodi Perikanan dan Prodi Kehutanan

Pokja Pengadaan Barang/Jasa ULP Universitas Mataram akan melaksanakan Seleksi Sederhana dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan jasa konsultansi secara

Pada hari ini Senin tanggal delapan bulan Oktober tahun dua ribu dua belas, kami Kelompok Kerja (Pokja) Pengadaan Barang Tim 6 Unit Layanan Pengadaan

secara berkelompok untuk menjawab pertanyaan tentang pengertian, jenis, karakteristik, lingkup usaha jasa wisata; serta hubungan antara berbagai usaha jasa wisata guna

langsung karakteristik pemimpin terhadap kinerja melalui motivasi kerja menunjukkan bahwa karakte- ristik pemimpin tidak berpengaruh secara langsung terhadap kinerja

1) Jika perseroan itu tidak berlawanan dengan kesusilaan yang baik atau dengan ketertiban umum, dan untuk selainnyapun tiada keberatan yang penting terhadap pendiriannya,

Analisa risiko gempa dengan model sumber 3D dengan program dari USGS untuk batuan dasar kota Jakarta memberikan hasil yang lebih besar, yaitu 0.239 g, dibanding dengan

Pentingnya loyalitas pelanggan bagi perusahaan sudah tidak diragukan lagi, banyak perusahaan sangat berharap dapat mempertahankan pelanggannya dalam jangka panjang, bahkan