BAB II
KAJIAN TIPOLOGI TOWN HOUSE
2.1 Interpretasi Kasus
2.1.1 Pengertian Proyek 2.1.1.1 Makna
Town house adalah rumah yang terkait dengan unit-unit rumah lainnya. Dalam komunitas town house, penghuni difasilitasi dengan area-area komunal, seperti taman, kolam renang, fasilitas olahraga, dan lain-lain (De Chiara, 1995). Untuk mempermudah analisa perbandingan kepemilikan jenis hunian dapat kita lihat pada Gambar 2.1, 2.2 dan 2.3. Pada gambar tersebut dapat kita melihat bagaimana tipologi kepemilikan antara tipologi zona kepemilikan condominiums, kemudian tipologi kepemilikan Town house, dan tipologi kepemilikan rumah tinggal milik pribadi.
.
Gambar 2.1 Zonasi Kepemilikan Condominium
Gambar 2.2 Zonasi Kepemilikan Town house
Sumber : Time Saver Standard for Housing and Residential Development
Gambar 2.3 Zonasi Kepemilikan Rumah Tinggal Pribadi
Sumber : Time Saver Standard for Housing and Residential Development
2.1.2 Karakteristik
Town house merupakan rumah berderet yang memiliki fungsi ruang tamu, ruang main, dapur, kamar mandi, ruang tidur, dan juga memungkinkan ruang kerja. Untuk alasan aksesibilitas, view, sinar matahari, maka tiap unit terbuka ke dua arah, yaitu bagian depan untuk pintu masuk, dan bagian belakang untuk teras. Selain itu perlu disediakan parkir dalam bangunan atau parkir di luar yang dekat dengan unit. Town house tidak memiliki halaman samping, dan biasanya hanya memiliki pintu depan dan pintu belakang.
Pada Gambar 2.4 dan 2.5 dapat dilihat bahwa desain town house terlihat lebih kompak dan padat. Berbeda dengan desain rumah yang terlihat di Gambar 2.6 dan 2.7 yang tidak kompak (adanya rongga antara bangunan satu dengan yang di sebelahnya). Selain itu, pada town house tidak terdapat pagar yang menutupi halaman rumah depan. Sedangkan pada Gambar 2.4, 2.5, 2.6, dan 2.7 terlihat masing-masing rumah memiliki pagar yang menutupi halaman depan.
Gambar 2.5 Contoh Tipe Town house Sumber: Majalah Asri Edisi Town house
Gambar 2.4 Prapanca Town house Sumber: Indonesia Design edisi 13
Gambar 2.6 Contoh Tipe Town house Sumber: Majalah Asri Edisi Town house
Privasi merupakan salah satu faktor yang paling penting di dalam mendesain bangunan Town house. Dimana semua kegiatan seperti pesta pribadi dapat dilakukan pada bagian depan dan belakang bangunan, sehingga pemilik rumah dan para tamu dapat menikmati suasana rumah di teras rumah. Umumnya antara satu rumah dan rumah lainnya dibatasi oleh tembok setinggi 6 meter untuk menjaga privasi secara maksimal.
2.1.3. Tipologi town house
Umumnya tipologi town house sangat menjaga kenyamanan terutama pada bagian depan bangunan yang umumnya merupakan bagian yang cukup padat kegiatan. Umumnya town house merupakan tipe yang ditinggali sebuah keluarga dengan beberapa kamar dan memiliki beberapa area semi publik yang dapat diakses oleh tamu dan pemilik Town house. Pada masa modern ini, tipologi Town house adalah salah satu tipologi yang sedang berkembang dan menjadi pilihan masyarakat.
2.1.3.1 Town house Sebagai Penginapan
Town house berkembang pula menjadi penginapan. Beberapa istilah yang ada, misalnya: town house hotel, town house guesthouse, town house inn, town house bed & breakfast, town house Appartment. Masing-masing dibedakan dari jumlah kamar atau unit yang disewakan dan sistem penyewaannya (pelayanan, lama sewa, dsb). town house dapat diilustrasikan sebagai cottages yang terletak di pusat kota. Ruang-ruang keluarga dapat pula menjadi tempat berkumpul yang dapat digunakan dengan lebih private daripada ruang-ruang bersama di hotel. Pada penerapannya, tipologi ini menerapkan konsep cluster agar hunian menjadi lebih menarik. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.7, 2.8, 2.9, 2.10 dan Gambar 2.11 dibawah ini.
Pada Gambar 2.7 dapat dilihat para pemilik hampir tidak memiliki halaman untuk dapat merawat bagian depan dan belakang. Namun pada teras samping disediakan lahan sebagai green belts sehingga penghuni tidak akan merasa terkurung. Dan pada Gambar 2.8 ditunjukkan bagaimana pola clusters pada town house terbentuk.
Gambar 2.7 Tipologi Cluster 1 Sumber: Pokorny-Architects and Planners
Gambar 2.8 Tipologi Cluster 2 Sumber: Pokorny-Architects and Planners
Gambar 2.9 Charlotte Area Project, Rochester, N.Y. Northrup Sumber: Kaelber & Kopf-Architect
Sasaran dari pengadaan town house sebagai tempat penginapan adalah:
1. Lokasi sasaran lokasi adalah wilayah perkotaan, dekat dengan fasilitasdengan transportasi publik yang memadai.
2. Konsumen wisatawan yang menginap lama, berupa kelompok atau keluarga.
3. Lifestyle, sasaran dari backpackers sampai eksklusif. 4. Arsitektural, suasana nyaman yang akrab dan informal.
Gambar 2.10 Tipologi Town house sebagai Penginapan Sumber: Alfa Surayya, 2001
Gambar 2.11 Tipologi 2 Lantai Sumber: Alfa Surayya, 2001
2.1.3.2 Tipologi town house sebagai rumah tinggal
Pada tipologi town house sebagai Rumah Tinggal ini dapat dikategorikan berdasarkan sasaran pengguna, yang antara lain:
1. Pasangan muda tanpa anak, untuk pengguna seperti ini tipe yang dinilai sesuai adalah Tipe satu kamar/tipe studio.
2. Pasangan dengan anak usia balita, untuk pengguna seperti ini tipe yang dinilai sesuai adalah tipe dua kamar (1 kamar double dan 1 kamar single).
3. Pasangan dengan anak usia remaja/menuju dewasa, untuk pengguna seperti ini tipe yang dinilai sesuai adalah tipe tiga kamar (1 kamar double, 2 kamar single).
4. Pasangan usia pensiun tanpa anak, untuk pengguna seperti ini tipe yang dinilai sesuai adalah tipe satu kamar/tipe studio.
2.1.3.2.1 Jenis-jenis town house tipe rumah tinggal
Town house sebagai tipe rumah tinggal memiliki beberapa tipologi yang masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan antara satu dengan yang lainnya. Antara lain sebagai berikut:
1. Hunian tunggal (single family housing)
Pada masa sekarang ini, sebaiknya desain dari tipologi tipe town house adalah dengan desain 3 lantai seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.12, dan 2.13. Lantai 1 terdiri dari teras, ruang keluarga, ruang makan, dapur.
Lantai 2 terdiri dari kamar tidur, sementara pada lantai 3 merupakan ruang gudang dan ruang bersama bagi keluarga dan area jemur pada bangunan.
Gambar 2.12 Wycliff Hill, Toronto, Canada
Sumber: Time Saver Standards for Housing and Residential Development
Gambar 2.13 Dua kamar dan area loteng
2.1.3.2.2 Fasilitas
Beberapa fasilitas yang terdapat pada tipologi ini antara lain: 1. Kantor pemasaran & pengelola.
2. Laundry. 3. Restoran. 4. Fasilitas Olahraga. 5. Ruang Serbaguna. 6. Minimarket. 7. Childcare Center. 8. Masjid.
9. Fasilitas pelengkap (satpam, tempat penampungan sampah, gardu listrik).
2.1.3.3 Tipologi condominiums
Tipologi ini menerapkan lima sampai dengan enam denah di dalam baris town house dengan 3 kamar tidur dan ruang keluarga yang besar, serta memiliki zona publik pada lantai 1 bangunan town house ini. Tipologi condominiums seperti pada town house New Jersey Housing Finance Agency pada Gambar 2.14 dan 2.15 yang memiliki tipologi 20m x 10m, tipologi ini sangat baik untuk menciptakan bangunan town house yang nyaman secara thermal, hemat energi dengan pencahayaan alami serta pengudaraa alami, mandiri dan dapat memberikan sumbangsih terhadap
kawasan keseluruhan, dan tidak terlalu sempit secara fungsional ruang bangunan town house.
Gambar 2.14 Town house empat tempat tidur (1657 m2) New Jersey Housing Finance Agency
Sumber: Time Saver Standards for Housing and Residential Development
Gambar 2.15 Town house tiga tempat tidur (1281 m2) New Jersey Housing Finance Agency
2.2 Program Kegiatan
Sasaran pengguna town house adalah masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah atas. Ciri-ciri masyarakat golongan menengah ke atas menurut Dinas Kependudukan (1999):
1. Cara hidup kota sudah urbanized. 2. Individual.
3. Kedudukan sosial dan jenis peketjaan beragam. 4. Sangat dinamis.
5. Banyak variasi dalam kegiatannya.
6. Cenderung mencari/mencapai tingkat kehidupan yang lebih tinggi. 7. Kepala keluarga lulusan SMA sampai dengan S2.
8. Penghasilan antara Rp 25.000.000,00-65.000.000,00 per tahun. 9. Jumlah anggota keluarga 2-5 orang.
2.2.1 Aktivitas
2.2.1.1 Kegiatan penghuni
Secara umum, kegiatan yang dilakukan oleh penghuni town house dapat terlihat pada Tabel 2.1, dimana terdapat kegiatan primer atau kegiatan utama yang dilakukan oleh penghuni, kegiatan sekunder atau kegiatan yang dapat menunjang kegiatan biologis, kegiatan pelengkap atau kegiatan yang berhubungan dengan kegiatan luar unit dan kegiatan rekreasi atau kegiatan yeng berhubungan dengan hiburan yang menjadi kebutuhan kegiatan penghuni.
Tabel 2.1 Tabel Kegiatan Penghuni Town House
Nama
Kegiatan Penjelasan
Contoh Di dalam unit
hunian Di luar unit hunian Biologis
(primer)
Kegiatan utama yang dilakukan oleh penghuni
Makan, tidur Makan di kafe
Sumber : Indonesia Design edisi 13
Aktivitas penghuni sehari-hari terlihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2.2 Tabel Aktifitas Penghuni
Anggota Keluarga
Waktu Ayah Ibu
bekerja Ibu tidak bekerja Anak Anak remaja Td Td Td Td Td 06.00 Mk Mk Mk Td Mk 07.00 Bekerja di luar negeri Bekerja di luar negeri Ms Td Belajar di sekolah 08.00 Ms Mk 09.00 Ms St 10.00 Ms St 11.00 St St 12.00 St St 13.00 Mk Mk 14.00 Td Td 15.00 Ms Td Td
16.00 Ms Td Bin 17.00 St St 19.00 Mk Mk Mk Mk Mk 20.00 St St St St St 21.00 St St St Td B1 22.00 B1 B1 St Td B1
Sumber: Indonesia Design edisi 13 Keterangan:
Id : Tidur
St : Santai bersama keluarga B1 : Belajar
Mk : Makan
Ms : Memasak di dapur Bin : Bermain di luar
2.3 Persyaratan Teknis
Persyaratan teknis yang digunakan pada perancangan town house ini adalah: 1. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 20/KPTS/1986 Tentang
Pedoman Teknik Pembangunan Perumahan Sederhana Tidak Bersusun. 2. Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 468/KFTS/1998 Tentang
Persyaratan Teknis Aksesibilitas Pada Bangunan Umum dan Lingkungan. 3. Standard Arsitektur di Bidang Perumahan, Lembaga Penyelidikan
Masalah Bangunan.
2.3.1 Rumah sederhana berlantai dua
Rumah Gandeng Banyak adalah beberapa tempat kediaman yang bergandengan yang salah satu atau dua dinding bangunan induknya menyatu dengan dinding bangunan induk lainnya, sehingga secara bersama-sama merupakan satu
kesatuan tetapi masing-masing mempunyai persil sendiri (Surayya, 2001).
2.3.1.1 Besaran bangunan
Pada tipologi ini terdapat beberapa besaran bangunan antara lain:
a. Panjang maksimum bangunan 60 m, diukur dan titik luar yang terjauh (sisi luar bangunan).
b. Bangunan terdiri dari unit-unit kediaman yang diatur secara bergandengan.
c. Dalam hal bangunan bergandengan dengan panjang lebih dari 60 m, perlu diberikan jarak antara deretan bangunan tersebut pada setiap jarak maksimum 60 m.
2.3.1.2 Jarak bangunan (minimum)
Jangkauan bangunan minimum yang masuk dalam tipologi ini antara lain: a. Dalam hal kedua-duanya mempunyai jendela bidang terbuka =12 m. b. Dalam hal salah satu merupakan dinding tembok tertutup dan yang lain
terbuka = 6m.
c. Dalam hal kedua-duanya merupakan dinding tembok tertutup = 3 m.
2.3.1.3 Penggunaan ruang dalam bangunan
Penggunaan ruang yang terdapat pad tipologi ini antara lain:
lengkap dari di dalamnya terdapat ruang tangga individual.
b. Ukuran tangga pada bangunan yang harus memiliki desain yang nyaman dan mampu melayani bangunan dengan baik, yakni memiliki Lebar tangga minimum 80 cm, Tinggi anak tangga maksimum 20 cm, Lebar injakan anak tangga minimum 20 cm, Sudut tangga maksimum 60, dan ruang tangga minimum 2,6 m2.
c. Unit kediaman minimum harus terdiri dari satu ruang hunian, satu kamar mandi dan kakus, dan satu dapur.
2.3.1.4 Besaran ruang minimum
Besaran ruang minimum dapat kita lihat seperti pada Tabel 2.3. Tabel 2.3 Tabel Besaran Ruang Minimum
No. Ruang Lebar bersih minimum (cm) Tinggi bersih minimum (cm) Luas minimum (m2) 1 R. Tidur besar 240 240 9 2 R. Tidur kecil 190 240 6 3 R. Keluarga 480 240 21,6 4 Dapur 140 225 4
5 1Camar mandi + kakus 75 190 n
6 Kamar mandi 90 190 1,5
7 Kakus/ gudang 75 190 1 8 Balkan/ teras belakang,
tempat jemuran 80 190 1,S
9 R. Tangga 80 250 2,6
2.4 Sasaran Pengguna
2.4.1 Profil pengguna town house 2.4.1.1 Pasangan muda tanpa anak
Tahapan ini merupakan tahapan awal dalam pembentukan sebuah keluarga. Karaktersitik pasangan muda tanpa anak secara garis besar adalah:
a. Interaksi sosial yang tinggi dengan teman-teman mereka, tetapi perlu banyak waktu bagi mereka sendiri.
b. Privasi mayoritas didapatkan di dalam unit, tetapi juga membutuhkan interaksi sosial dengan lingkungan sekitar.
c. Mulai memperhatikan tentang kenyamanan dalam unit hunian, berkaitan dengan pencahayaan di siang hari, sinar matahari, view, dan lain-lain.
d. Membutuhkan tingkat keamanan yang tinggi.
2.4.1.2 Pasangan muda dengan anak balita
Tahapan berikutnya adalah memiliki anak dengan usia balita (0-5 tahun). Karakteristik tahapan ini adalah:
a. Perhatian difokuskan pada perkembangan dan kebutuhan anak.
b. Secara insting, anak-anak memiliki orientasi yang baik, mereka juga mempuyai tingkat privasi yang kecil.
c. Sedangkan bagi orang tua, privasi mereka berkurang dengan tidak adanya ruang khusus dewasa terutama pada sore hari.
d. Sebaiknya difasilitasi dngan orientasi terhadap tanah dan ruang bermain privat.
2.4.1.3 Pasangan separuh baya dengan anak remaja
Tahapan berikutnya adalah ketika anak telah beranjak remaja, karakteristiknya adalah:
a. Jumlah kamar tidur yang diperlukan bertambah. b. Privasi untuk semua keluarga di dalam unit hunian.
c. Ruang-ruang yang dibutuhkan semakin banyak.
2.4.1.4 Pasangan separuh baya dengan anak yang dewasa
Tahapan selanjutnya adalah ketika anak-anak sudah mulai beranjak dewasa, yaitu sudah menginjak bangku kuliah atau bekerja. Karakteristik yang dimiliki antara lain:
a. Anak-anak sudah mulai meninggalkan rumah meskipun sering
berkunjung.
b. Bagi orang tua semakin banyak waktu luang.
c. Menginginkan kenyamanan sehingga dapat menikmati waktu
senggang.
2.4.1.5 Pasangan tua tanpa anak
Pada tahapan ini, anak-anak sudah membentuk keluarga sendiri dan memiliki rumah sendiri dan sesekali berkunjung.
a. Privasi menjadi sangat periling.
b. Kenyamanan sangat diperlukan bagi pasangan ini.
c. Sebaiknya unit hurtiart tidak memerlukart perawatan yang sulit. d. Memerlukan tingkat keamanan yang tinggi.
e. Sebaiknya berorientasi terhadap tanah.
2.4.2 Perilaku masyarakat urban
Perilaku masyarakat urban umumnya terpengaruh oleh: 1. Tuntutan akan pilihan gaya hidup:
Masyarakat urban cenderung mengutamakan kebebasan dalam kehidupannya. Penghargaan terhadap kebebasan tersebut memunculkan adanya sifat/karakter dan kebutuhan yang berbeda-beda. Oleh sebab itu, untuk mengakomodasi kebutuhan tersebut, penyediaan akan berbagai pilihan akan selalu menjadi tuntutan. Hal tersebut, juga tidak terlepas dan kepentingan akan gaya hidup, berkaitan dengan hal kebanggan dan selera.
2. Tingkat Stress dan Kesehatan:
Secara umum, masyarakat urban cenderung memiliki tingkat stress yang cukup tinggi. Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan perkotaan yang memiliki tingkat kepadatan, kebisingan, dan polusi yang tinggi.
3. Tingkat Kriminalitas di Perkotaan:
tingkat kriminalitas yang tinggi. Hal ini antara lain dipengaruhi oleh munculnya tingkat kesenjangan sosial yang cukup signifikan.
. Perilaku Positif Secara Umum:
a. Individu perkotaan memiliki kegiatan yang lebih variatif daripada individu pedesaan.
b. Lebih mampu beradaptasi pada berbagai situasi. 5. Prilaku Negatif Secara Umum
a. Cenderung individualis. b. Kurang gotong-royong. c. Tidak bisa dipercaya. d. Selalu terburu-buru.
2.5 Program Ruang
2.5.1 Unit hunian
Pada Tabel 2.4 dapat dilihat bagaimana program ruang yang ada pada unit hunian. Program ruang pada desain bangunan memiliki peran yang sangat signifikan bagi kenyamanan penghuni bangunan, untuk mengantisipasi masalah ketidaknyamanan pada bangunan, maka diperlukan program ruang yang baik dan terencana. Zonasi pada unit hunian dibagi dalam beberapa zona seperti antara lain Zona carport, zona garasi mobil, zona kamar pelayan, zona kamar mandi pelayan, zona voyer bangunan, zona ruang keluarga, zona ruang makan, zona dapur, zona kamar tidur utama,zona kamar tidur anak, zona kamar mandi utama, dan WC anak.
Tabel 2.4 Tabel Program Unit Hunian
Tipe Hunian Jumlah Tipe A (m2) Tipe B (m2)
Carpot 1 mobil 1 15 22
Garasi mobil 1 15 22
Kamar pelayan 1 9 9
Kamar mandi pelayang 1 2,25 3
Voyer 1 4,5 4,5
Ruang keluarga 1 18 24,75
Ruang makan 1 9 11,25
Dapur 1 5 12
Kamar tidur utama 1 18 22
Kamar tidur anak 2 18 31
Kamar mandi utama 1 4 5
Kamar mandi anak 1 3 4
Sirkulasi 20 % 24,6 34,7
Jumlah 147,6 208,2
Sumber: Indonesia Design edisi 13
2.6 Program Ruang yang Direkomendasikan
Desain town house dengan tipologi Single family housing (hunian tunggal) dinilai kurang nyaman dan tidak memiliki pencahayaan alami dan pengudaraan yang baik, hal ini dikarenakan desain town house Single family housing (hunian tunggal) ini memiliki grid bangunan Rumah Toko, yakni 4m x 16m yang dapat kita lihat pada Gambar 2.16. Dimana tipologi ini memiliki banyak kekurangan secara thermal dan kenyamanan fungsi ruang, tipologi 8m x 16m merupakan tipologi yang jauh lebih nyaman secara thermal dan fungsi ruang.
Tipologi 8m x 16m ini merupakan penggabungan dua unit town house. Dua unit Town house ini memungkinkan pergerakan udara menjadi lebih maksimal, sehingga memungkinkan kenyamanan thermal bagi penghuni town house. Dengan ukuran yang lebih lebar memungkinkan pencahayaan alami pada unit town house, dimana setiap bukaan akan mampu secara maksimal menerangi unit hunian sehingga unit town house ini menjadi hemat energi. Dari kenyamanan ruang juga sangat mempengaruhi, dimana dengan ukuran eksisting (4m x 16m) ruang yang tercipta sangat sempit dan kurang nyaman, namun dengan tipologi 8m x 16m fungsi ruang akan nyaman bagi penghuni.
Gambar 2.16 Denah Town House Tipologi Single Family Housing (hunian tunggal)
Untuk menciptakan bangunan Town house yang nyaman secara thermal, hemat energi dengan pencahayaan alami serta pengudaraa alami, mandiri dan dapat memberikan sumbangsih terhadap kawasan keseluruhan, maka penulis memilih menerapkan tipologi Condominiums seperti pada town house New Jersey Housing Finance Agency yang memiliki tipologi 20m x 10m. Penulis mengaplikasikan tipologi ini dengan maksud menciptakan desain bangunan Town house yang nyaman dengan tipologi yang lebar dan mendukung konsep ekologis ini. Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.17, dan 2.18.
Gambar 2.17 Denah Desain Perencanaan Town House, Lantai 1 (gambar kiri) dan Lantai 2 (gambar kanan)
Gambar 2.18 Denah Lantai 3 (Roof Top) Desain Perencanaan Town House Sumber: Time Saver Standards for Housing and Residential Development
2.7 Studi Banding
2.7.1 Studi banding kasus sejenis
Dalam penelitian ini, Penulis mengambil beberapa studi bangding, antara lain: 1. Town house Puri Setiabudhi, Bandung Lokasi: J1. Dr. Setiabudhi No.378
Bandung. Dapat kita lihat pada Gambar 2.19.
Gambar 2.19 Entrance Town house Puri Setiabudhi Sumber: Agnes Vitra, Bandung (Surayya, 2001)
Bangunan yang ada di Puri Setiabudhi merupakan tipologi deret, tetapi unit hunian tidak untuk dijual, hanya disewakan.
a. Kompleks Town house ini berdiri di atas lahan seluas ± 20.000 m2 dan terdiri dan 43 unit hunian, lobby & front office, back office, ruang pertemuan, café dan restoran Maximo, ruang house keeping, ruang utilitas, ruang makan karyawan, tempat pembuangan sampah sementara, tempat pembakaran dan penimbunan daun-daun kering, play ground, jogging track, taman, dan 2 pos satpam.
b. Diantara cluster-cluster Town house terdapat taman bersama dan playground.
c. Gaya arsitektur yang diterapkan pada bangunan terlihat simpel dan modern, warna interior bangunan dan furniture yang disediakan didominasi warna hijau dan merah pastel.
d. Harga sewa cukup mahal karena target pasar untuk golongan menengah ke atas. Furniture, perlengkapan rumah tangga dan barang elektronik sudah disediakan dan memiliki kualitas yang baik.
e. Terdiri dari 3 tipe: 1. Tipe Junior.
Terdiri dari 2 lantai. Lantai dasar: living room, dapur, ruang makan, kamar sopir beserta kamar mandinya. Lantai atas: kamar tidur utama beserta kamar mandinya. Tempat parkir di halaman depan.
2. Tipe Executive.
Terdiri dari 3 lantai. Lantai bawah tanah: garasi untuk dua mobil, kamar sopir beserta kamar mandinya, ruang cuci dan setrika, tempat jemuran. Lantai dasar: ruang makan, dapur, living room, kamar tidur. Lantai atas: Kamar tidur utama beserta kamar mandi dan walking closet, ruang kerja.
3. Tipe Family.
Terdiri dari 3 lantai. Lantai bawah tanah: garasi untuk dua mobil, kamar sopir beserta kamar mandinya, ruang cuci dan setrika, tempat jemuran. Lantai dasar: ruang makan, dapur, living room, kamar tidur beserta kamar mandi. Lantai atas: kamar tidur utama beserta kamar mandi dan walking closet di dalamnya dan satu kamar tidur lainnya. Hal ini dapat dilihat pada suasana yang terlihat pada Gambar 2.20, 2.21, 2.22, 2.23, 2.24, dan 2.25.
Gambar 2.20 Ruang Terbuka
Gambar 2.22 Pantry
Sumber: Agnes Vitra, Bandung (Surayya, 2001) Gambar 2.21Tampak Depan Unit Town house Sumber: Agnes Vitra, Bandung (Surayya, 2001)
Gambar 2.23 Interior Unit Town house
Sumber: Agnes Vitra, Bandung (Surayya, 2001)
Ruang dalam unit hunian dengan ukuran yang kecil namun masih berkesan lapang.
Gambar 2.24 Denah
Gambar 2.25 Tampak dan Potongan Sumber: Agnes Vitra, Bandung (Surayya, 2001) 2. Setra Duta Town House
a. Kompleks Town house ini berada di pusat kompleks perumahan mewah Setraduta, Bandung.
b. Merupakan kawasan permukiman town house yang memiliki tata lansekap yang menarik.
c. Kompleks perumahan secara umum dilengkapi dengan fasilitas-fasilitas seperti kolam renang, lapangan tenis, dll.
d. Kebanyakan penggunanya adalah masyarakat dengan tingkat ekonomi menengah atas.
e. Pada kompleks hunian ini tidak terlihat adanya penambahan ruang dalam kavling hunian. Meskipun begitu, tetap ditemukan adanya variasi pada beberapa unit hunian.
f. Akses menuju masing-masing unit hunian adalah dari jalan lingkungan (jalan kendaraan) dan dari belakang unit hunian (jalan setapak).
g. Peletakkan massa mengelilingi sebuah taman yang luas. h. Terdapat ruang terbuka publik yang nyaman.
i. Memiliki hubungan antara bangunan rumah dengan lingkungan alami. j. Masing-masing unit dilengkapi dengan kamar tidur supir dan
pembantu di lantai semi basement.
k. Masing-masing unit mempunyai luas bangunan 250 m2 dan luas tanah
152 m2. Hal ini dapat kita perhatikan pada Gambar 2.26, 2.27, dan
2.28.
Gambar 2.26 Tampak Unit Town House Sumber: Agnes Vitra, Bandung (Surayya, 2001)
Gambar 2.27 Tampak Unit Town house Sumber: Agnes Vitra, Bandung (Surayya, 2001)
Sumber: Agnes Vitra, Bandung (Surayya, 2001)
4. Prapanca Town Houses Data Proyek:
Nama Proyek : Prapanca Town houses
Lokasi : Jl. Prapanca Raya, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan
Pemilik : Keluarga Iwan Tjahjadikarta
Arsitek : Budiman Hendropurnomo
Konsultan : PT. Duta Cermat Mandiri
Desain : Tahun 2000
Konstruksi : Tahun 2002-2003
Luas lahan : 18.637 m2.
Proyek bermula dari keinginan pemilik yakni keluarga Iwan Tjahjadikarta, untuk merenovasi enam rumah berlantai dua yang bergaya jengki di jalan Prapanca Raya dengan level kontur tanah yang memisahkan akses menuju latai dasar dengan lantai di atasnya. Lantai atas seluruh rumah tersebut berhubungan langsung dengan jalan Prapanca Raya, sedang lantai bawahnya berada di tepi kali Krukut di bagian belakang. Tiga town house baru disisipkan di antara keenam rumah tersebut yang ternyata pada
saat banjir bandang lantai bawahnya terendam air kali Krukut, sehingga
keenam rumah tersebut harus dinaikkan di atas level banjir. Living area diletakkan di lantai bawah yang menghadap ke kolam renang di sisi kali dan mendapat sinar matahari pagi. Perletakan kolam renang di bagian
belakang rumah diharapkan bisa mencapai nuansa yang harmonis antara hunian dengan sungai di dekatnya, tampak bangunan pada Gambar 2.29, 2.31 dan 2.32 mencerminkan hal tersebut. Di beberapa unit sisi Utara, taman yang lebih sempit disisi kolam ikan dan pohon kamboja.
Gambar 2.29 Tampak Depan Prapanca Town house Sumber: Agnes Vitra, Bandung (Surayya, 2001)
Gambar 2.31 Potongan Prapanca Town house Sumber: Majalah Indonesia Design Edisi 13, 2005
Gambar 2.32 Tampak dari Jalan Prapanca Raya Sumber: Majalah Indonesia Design Edisi 13, 2005
Pada Gambar 2.30, dapat dilihat Arsitektur town house Prapanca terbentuk dari permainan bidang-bidang tipis yang disusun secar paralel dan tegak lurus terhadap jalan Prapanca Raya yang melengkung.
Bidang-bidang tersebut diberi sentuhan warna-warni yang memecah gugusan kesembilan unit town house menjadi bagian-bagian yang lebih dinamis dan berskala manusia. Ciri-ciri dari rumah jengki dimunculkan kembali sebagai bagian dari semangat konservasi dan unsur nostalgia. Di seberang sungai terletak rumah utama, sehingga ada dialog menarik antara arsitektur town house yang warna-warni dengan rumah utama yang lebih monochromatic. Demikian pula terdapat perbedaan yang drastis antara
hiruk pikuk kendaraan di sepanjang jalan Prapanca Raya dengan ruang-ruang tenang di tepi kali Krukut yang merupakan bagian belakang town house Prapanca.
Gambar 2.30 Denah Lantai 1,2,3 Prapanca Town house Sumber: Majalah Indonesia Design Edisi 13, 2005 5. De Oaze Tomang Residence
Data Proyek
Nama Proyek : De Oaze Tomang Residence
Lokasi : Jl. Gelong Baru Utara 2, Tomang, Jakarta Barat Developer : PT. Dwimitra Mugi Sentosa
Konsultan Arisitektur : PT. Archindo Cipta Kreatif Arsitek : Cozmas D. Gozali
Luas Area fase I : + 4000 m2.
Sebuah hunian dengan acuan town house yang ramah lingkungan, de Oaze Tomang Residence mencoba memadukan unsur alam yaitu air, udara dan tumbuhan
yang diharapkan mampu memberi dampak positif terhadap peningkatan kualitas hidup penghuni dan lingkungan sekitarnya. Sedangkan ruang luar diolah maksimal untuk mengakomodasi kegiatan outdoor penghuninya. Ibarat kota kecil dalam sebuah oase menyediakan taman, kolam renang, kolam refleksi, jogging track sebagai tempat berinteraksi antar sesama penghuni. Sebagai pengendali banjir, dibuat sumur resapan yang mampu mengurangi luapan air tanpa mengganggu aliran air di permukaan tanah. Komposisi ruang terbuka dan area terbangun yang sama besar berkonsekuensi pada pengembangan bangunan ke arah vertikal untuk mengoptimalkan lahan terbuka. Kelompok ruang diletakkan di bagian dasar unit, sedangkan kegiatan utama hunian diletakkan di atasnya. Lantai dasar dibuat sebagai semi basement dengan menurunkan lantai di bawah permukaan jalan, sedengakan taman-taman di sekitar unit diangkat lebih tinggi dari permukaan jalan. Suasana ini dapat kita lihat pada Gambar 2.33 dan 2.34.
Sumber: Majalah Indonesia Design Edisi 13, 2005
Gambar 2.34 Inner Court
Sumber: Majalah Indonesia Design Edisi 13, 2005
Rancangan unit hunian mengambil tema modem minimalis sebagai abstraksi dari arsitektur global. Ini tampak pada fasade bangunan yang didominasi permainan garis-garis vertikal dan horizontal yang biasanya menjadi dari gaya moderminimalis. Tidak lupa pula penggunaan atap beton datar yang diperlakukan secara khusus agar mampu menahan panas matahari.
Agar selaras dengan tema ramah lingkungan yang menjadi moto town house de Oaze, rancangan per unit difokuskan pada pengudaraan dan pencahayaan alami. Penggunaan bukaan-bukaan lebar pada kulit luar bangunan diharapkan mampu mengalirkan udara segar ke dalam ruangan, sekaligus mendapat cahaya yang maksimal. Kaca khusus digunakan sebagai penutup pada setiap bukaan sehingga
mampu mereduksi panas matahari. Di setiap unit diletakkan dua area terbuka di bagian tengah dan belakang hunian, sebagai pendukung sirkulasi udara.
2.7.2 Perbandingan studi banding
Pada Tabel 2.5 dapat dilihat bagaimana perbandingan dari studi banding. Tabel 2.5 Tabel Perbandingan Studi Banding
Townhouse Setraduta, Bandung Prapanca Town houses Baverly Hills Town house Puri Setiabudhi, Bandung
Unit hunian Jumlah unit 18 9 29 53
Jumlah lantai 2,5 3 3 2,5
Tipe hunian Town house • • • •
Rowhouse Maisonette Besaran unit 1 Kmr tdr 2 Kmr tdr • • 3 Kmr tdr • • • Parkir Pribadi • • • Komunal •
Sumber: Hasil Pengkajian Puslitbang Permukiman Dep. Kimpraswil tahun 2000
Townhouse Setraduta, Bandung Prapanca Town houses Baverly Hills Town house Puri Setiabudhi, Bandung Konfigurasi massa Cluster • • Linier • • Fasilitas Taman bersama • • • • Taman pribadi • • • Rekreasi • Olahraga • • • Gol ekonomi Rendah Menengah bawah Menengah atas • • • • Perubahan pada unit Struktur • Fasade • • • Fungsi ruang • • • Interior • • • •
Sumber: Hasil Pengkajian Puslitbang Permukiman Dep. Kimpraswil tahun 2000 2.8 Kesimpulan Studi Banding
Kesimpulan dari studi banding yang dilakukan adalah:
1. Selain unit-unit town house, diperlukan juga fasilitas bersama, seperti taman atau fasilitas olahraga.
2. Untuk kompleks town house dengan jumlah unit yang banyak, sebaiknya
disedikan ruang-ruang bersama.
3. Hirarki ruang dibedakan oleh peletakan ruang tersebut dalam unit rumah.
4. Ruang yang sifatnya publik atau semi publik biasanya fleksibel, tanpa sekat permanen.
5. Parkir mobil pribadi dapat diletakkan di garasi basemen atau di bagian
belakang rumah agar tidak terlalu mendominasi tampak.
6. Perletakkan unit-unit dapat dibuat dinamis, untuk menghindari
kemonotonan ruang.
7. Sebaiknya ada dua akses untuk masuk ke dalam unit town house, jalur
utama dari jalur servis. Jalur utama langsung menuju ruang utama (ruang tamu atau ruang keluarga), sedangkan jalur servis dapat melewati jalan belakang atau garasi.
8. Harus diperhatikan juga, parkir untuk tamu.
9. Fasilitas bersama seperti club house, harus mudah dijangkau dari semua
unit town house.
11. Fungsi kepemerintahan untuk sebuah komplek town house (sistem RT) pada umumnya belum.
12. Untuk fasilitas cuci dan jemur, dapat diletakkan di bagian belakang dan tidak terlihat dari luar.
13. Umumnya fasilitas keamanan diperlukan dan diletakkan di gerbang masuk
komplek town house.
14. Dalam sebuah komplek town house bisa terdapat beberapa macam tipe
bangunan, yang diklasifikasikan berdasarkan luas lahan dan letaknya. 15. Dan studi banding yang telah dilakukan, desain town house pada umumnya
bergaya modern dan berkonteks urban. Hal ini berkaitan dengan citra gaya hidup yang dijalani oleh masyarakat kota pada umumnya, yakni modern dan eksklusif.
16. Karena town house adalah jenis hunian dengan dua sisi yang menjadi satu dengan sisi hunian sebelahnya, maka otomatis hanya ada dua sisi (depan dan belakang) yang menghadap langsung ke arah ruang terbuka. Dari studi banding yang telah dilakukan, pada umumnya town house memiliki bukaan yang cukup lebar untuk memenuhi kebutuhan cahaya dan udara masuk ke dalam bangunan. Biasanya di satu unit, terdapat taman belakang yang merupakan ruang pribadi. Hal tersebut juga merupakan salah satu penanganan terhadap masalah pertukaran udara tadi.