• Tidak ada hasil yang ditemukan

Index of /enm/images/dokumen

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Index of /enm/images/dokumen"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

Strategi Peningkatan Daya Saing Pengusaha Daerah dalam Era Liberalisasi Ekonomi1

Tulus Tambunan Kadin Indonesia

Permasalahan

Belakangan ini banyak pernyataan di media masa dan seminar-seminar mengenai daya saing atau kesiapan

perusahaan-perusahaan Indonesia dalam bertarung di dalam negeri maupun di global dalam era perdagangan

bebas dan ekonomi globalisasi sekarang ini. Satu hal yang jelas adalah bahwa, seperti yang dijelaskan di

Tambunan (2006), kinerja bisnis yang termasuk juga daya saingnya, dari semua skala usaha (mikro, kecil,

menengah dan besar) di semua sektor berada di dalam suatu lingkungan yang dinamis dan sangat kompleks. Oleh

karena itu, kinerja dari suatu perusahaan sangat dipengaruhi oleh linkungannya. Usaha pemerintah dalam

mempromosikan atau membantu suatu jenis kegiatan usaha tertentu tidak akan membuat hasil yang optimal tanpa

mempertimbangkan lingkungan dari jenis usaha tersebut dan konteks dari suatu pembangunan ekonomi yang

lebih luas yang menciptakan ”aturan main” untuk semua kegiatan/jenis usaha dan yang mana mempengaruhi cara

bisnis dan pasar bekerja. Demikian juga, usaha meningkatkan kegiatan di sektor riil dengan memperbesar kucuran

kredit tidak akan bermanfaat tanpa pada waktu yang bersamaan memperhitungkan faktor-faktor determinan

lainnya

Lingkungan di mana bisnis beroperasi dapat dibagi dalam dua macam, yakni lingkungan langsung dan

lingkungan yang lebih luas (Gambar 1). Lingkungan yang lebih luas adalah lingkungan yang berpengaruh secara

tidak langsung terhadap suatu kegiatan bisnis, yang terdiri dari komponen-komponen berikut: ekonomi makro

(seperti kebijakan perdagangan, kebijakan industri, kebijakan sektor keuangan, dan kebijakan moneter dan fiskal),

pemerintah dan politik pada tingkat nasional dan lokal (misalnya legislatif dan proses pembuatan kebijakan,

judisiari, dan keamanan dan stabilitas), jasa-jasa yang diberikan oleh pemerintah (seperti pelayanan kesehatan dan

pendidikan, infrastruktur, utilitas dan jasa keamanan), pengaruh-pengaruh eksternal (seperti perdagangan global,

bantuan luar negeri, tren dan selera masyarakat dunia, teknologi, dan informasi), sosial dan kultur (seperti

demografi, selera konsumer, dan sikap terhadap bisnis), dan iklim serta lingkungan alam (misalnya sumber daya

alam, cuaca, dan siklus pertanian).

Sedangkan, yang dimaksud lingkungan langsung adalah lingkungan berpengaruh secara langsung terhadap

semua kegiatan usaha, yakni pasar (misalnya consumen, tenaga kerja, keterampilan dan teknologi, material dan

alat-alat produksi, lokasi, infrastruktur, modal, dan jaringan-jaringan kerja), regulasi dan birokrasi (seperti

undang-undang, peraturan-peraturan, tarif pajak dan sistem perpajakan, lisensi dan perijinan, standar produk dan

1

(2)

prses, dan perlindungan konsumer dan lingkungan), dan intervensi-intervensi yang didanai oleh uang publik

[image:2.612.97.515.98.376.2]

(seperti jasa keuangan untuk bisnis).2

Gambar 1:Dunia Usaha di Dalam Lingkungan Langsung dan Lebih Luas

Survei WEF juga menanyakan masalah-masalah utama yang dihadapi pengusaha dalam bisnis mereka

sehari-hari. Untuk kasus Indonesia, Gambar 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa

kurangnya infrastruktur (atau kondisinya yang buruk) sebagai kendala utama. Dua masalah berikutnya yang

dinyatakan oleh banyak pengusaha Indonesian yang menjawab pertanyaan tersebut adalah birokrasi pemerintah

yang tidak efisien dan kebijakan yang tidak stabil. Yang menarik dari hasil survei ini untuk kasus Indonesia

adalah bahwa hanya 4,69 persen dari responden yang mengatakan bahwa kurangnya akses ke keuangan

merupakan kendala utama.

Selanjutnya, dilihat dari perspektif global untuk masalah infrastruktur, hasil survei WEF menunjukkan bahwa

Indonesia paling buruk diantara negara-negara ASEAN, yang peringkatnya no 96 dari 125 negara yang disurvei

(Tabel 1). Sedangkan paling atas di dalam kelompok ASEAN adalah Singapura yang juga masuk di dalam

kelompok 10 negara dengan kondisi infrastruktur paling baik. Skornya adalah 1= kondisinya buruk atau

underdeveloped dan 7 = paling baik di dunia.

Seperti yang ditunjukkan di Gambar 2, salah satu masalah besar dalam melakukan bisnis di Indonesia adalah

birokrasi pemerintah yang bertele-tele dan tidak efisien. Hal ini dapat diukur dengan sejumlah indikator, tiga

2

(3)

diantaranya yang menjadi topik penelitian WEF adalah: a) banyaknya prosedur yang harus dilakukan; b) jumlah

hari yang harus dilewati untuk memulai suatu bisnis; dan c) banyaknya waktu yang terbuang untuk bernegosiasi

dengan pejabat-pejabat pemerintah (bureaucratic red tape) Dilihat dari perspektif global, memang posisi Indonesia dalam dua indikator birokrasi pertama tersebut adalah yang terburuk di dalam kelompok ASEAN,

walaupun masih lebih baik dibandingkan China. Untuk indikator (a), yang masuk di dalam kelompok 10 negara

dengan birokrasi pemerintah yang tersederhana dan terefisiensi (jumlah prosedur paling sedikit) adalah

negara-negara maju (Tabel 2). Untuk indikator (b) yang masuk di dalam 10 negara-negara dengan jumlah hari paling sedikit

dalam pengurusan ijin dan sebagainya untuk buka suatu usaha juga didominasi oleh negara-negara maju (Tabel

3).3

Gambar 2: Masalah-masalah utama dalam melakukan bisnis di Indonesia dalam The Global Competitiveness Report 2006-2007*

3

(4)
[image:4.612.146.457.51.330.2] [image:4.612.150.458.386.708.2]

Tabel 1: Kondisi Infrastruktur dalam The Global Competitiveness Report 2006-2007*

(5)
[image:5.612.146.476.55.333.2]

Tabel 3: Jumlah Hari dalam Pengurusan Ijin dan lainnya untuk buka suatu usaha dalam The Global Competitiveness Report 2006-2007*

Sedangkan untuk indikator ©, pengukurannya adalah jumlah jam yang digunakan untuk berurusan dengan

pemerintah sebagai suatu persentase dari jam kerja dengan skor sebagai berikut: 1 = 0%, 2 = 1-10%, 3 = 11-20%,

4 =21-30%, 5 = 31-40%, 6 = 41-60%, 7= 61-80%, dan 8 =81-100%. Hasilnya di Tabel 4 menunjukkan bahwa

yang masuk di dalam 10 negara dengan waktu yang terbuang paling sedikit juga didominasi oleh negara-negara

maju. Yang menarik dari table ini adalah bahwa posisi Indonesia jauh lebih baik dibandingkan dengan

indikator-indikator sebelumnya.

[image:5.612.155.469.515.722.2]
(6)

Strategi Peningkatan Daya Saing

Daya saing dari suatu perusahaan dapat didefinisikan sebagai kemampuan perusahaan itu untuk

mempertahankan peningkatan produktivitas. Produktivitas pada tingkat perusahaan (dan pada tingkat industri

dimana perusahaan itu dan perusahaan-perusahaan lainnya berada) punya beberapa ukuran, yakni: rasio

output-tenaga kerja (atau produktivitas output-tenaga kerja), pengembalian/pendapatan pada aset-aset (dan modal yang

digunakan), nilai tambah ekonomi, dan apa yang para ekonom sebut produktivitas faktor total (TFP), yakni

produktivitas rata-rata dari semua faktor produksi yang digunakan.

Ada dua konsep daya saing perusahaan. Pertama konsep daya saing dalam teori Porter (1998a,b) yang bisa

diterapkan untuk lingkup terbatas, yakni suatu kumpulan perusahaan di suatu tempat di dalam suatu negara

(cluster), berdasarkan kebijakan pemerintah yang sifatnya relatif diskriminatif. Contoh, zona ekonomi khusus. Pemikiran Porter ini dikenal dengan “Model Berlian” yang terdiri dari empat faktor yang saling berhubungan,

yakni: (i) kondisi-kondisi permintaan; (ii) ketersediaan industri-industri pendukung; (iii) kondisi-kondisi faktor

(seperti SDM, modal, teknologi dll.); dan (iv) strategi perusahaan, struktur dan pesaing. Keempat faktor ini

dipengaruhi oleh kebijakan-kebijakan pemerintah.

Kedua, konsep daya saing perusahaan dari Garelli (2006) dalam buku barunya mengenai pesaing-pesaing

papan atas yang mengatakan bahwa daya saing dari perusahaan-perusahaan dasarnya bukanlah kebijakan

pemerintah, melainkan hubungan antara negara, perusahaan-perusahaan, dan penduduk (masyarakat) yang dengan

kerjasama yang baik antar mereka mampu menciptakan daya saing yang terus meningkat. Jadi, dalam konsep ini,

ekonomi direduksi menjadi manajemen. Tepatnya, manajemen hubungan antara ketiga pihak tersebut dalam

kaitan dengan faktor-faktor yang berpengaruh pada daya saing, termasuk sumber daya atau faktor-faktor produksi

seperti sumber daya manusia (SDM), modal, enerji, dan sumber daya alam (SDA). Menurutnya, dalam

menghadapi persaingan dalam era perdagangan bebas dan ekonomi globalisasi sekarang ini, harus ada penyatuan

(7)

bangsa relatif terhadap daya saing dari bangsa-bangsa lain melalui penyorotan kepada kemampuan bangsa itu

memanajemeni hubungan segita tiga tersebut. Negara atau pemerintah dalam hal ini berperan penting untuk

menyediakan kerangka acuan bagi perusahaan-perusahaan dalam beraktivitas dan menjamin bahwa nilai yang

diciptakan perusahaan akan berkontribusi bagi kemakmuran penduduk. Ringkasnya, diantara ketiganya terjadi

hubungan segitiga, timbal balik, dan seimbang antara perusahaan-perusahaan pada sisi miring kiri, negara pada

alas, dan penduduk pada sisi miring kanan. Dasar dari teori ini adalah hubungan sebab-akibat.

Menurut Porter (1980),4suatu perusahaan memposisikan dirinya di suatu pasar berdasarkan

kekuatan-kekuatannya. Kekuatan-kekuatan tersebut terdapat dalam satu dari dua aspek berikut: keunggulan biaya dan

diferensiasi. Dengan mengaplikasikan kekuatan-kekuatan tersebut baik dalam jangkauan yang luas maupun yang

sempit akan menghasilkan apa yang disebut oleh Porter sebagai tiga strategi generik: keunggulan dalam biaya

(atau cost leadership), diferensiasi, dan fokus. Ketiga strategi generik ini diterapkan di tingkat unit bisnis atau perusahaan. Disebut strategi generik karena mereka tidak tergantung pada perusahaan atau industri. Tabel 5

[image:7.612.88.506.314.429.2]

mengilustrasikan tiga strategi generik tersebut.

Tabel 5: Strategi Generik dari Porter Keunggulan Jangkauan

Target Biaya rendah Keunikan produk

Luas (industry) Strategi Cost leadership Strategi Diferensiasi Sempit (segmen pasar) Strategi Fokus (biaya rendah) Strategi Fokus (diferensiasi)

Sumber: E:\Porter's Generic Strategies.htm

Selanjutnya, Tabel 6 menyajikan keahlian-keahlian dan sumber-sumber daya yang dibutuhkan serta

elemen-elemen organisasi dari masing-masing ketiga strategi generik tersebut. Uraian lebih lanjut diberikan dalam teks

berikut.

Tabel 6: Keahlian, sumber daya dan elemen organisasi dari ketiga strategi generik Strategi Generik Keahlian-keahlian dan sumber-sumber daya yang

diperlukan

Elemen-elemen Organisasi

Cost leadership -Investasi modal dan akses ke modal yang berlangsung

terus

-Keahlian-keahlian dalam enjiniring proses -Pengawasan tenaga kerja yang intensif

-Produk-produk didisain untuk mempermudah manufaktur

-Sistem distribusi dengan biaya murah

- Pengawasan yang ketat terhadap biaya -Membuat laporan-laporan yang rincih dan rutin -Organisasi yang terstruktur baik dan tanggung-jawab-tanggung jawab

-Insentif-insentif berdasarkan pada pemenuhan target-target kuantitatif yang tepat

4

[image:7.612.27.565.524.645.2]
(8)

Diferensiasi -Kemampuan yang kuat dalam pemasaran

-Enjiniring produk dengan kemampuan yang kreatif -Kapabilitas yang kuat dalam penelitian dasar

-Reputasi perusahaan untuk kualitas atau kepemimpinan dalam teknologi

-Tradisi yang sudah lama dalam industri atau kombinasi yang unik dari keahlian-keahlian yang didapat dari bisnis-bisnis lain -Kerjasama yang kuat dari jalur-jalur/networks

-Koordinasi yang kuat antara fungsi-fungsi dari R&D, pengembangan produk, dan pemasaran

-Pengukuran-pengukuran dan insentif-insentif yang subyektif daripada pengukuran-pengukuran yang kuantitatif -Menyediakan fasilitas-fasilitas yang bagus/menyenangkan untuk menarik pekerja-pekerja dengan keahlian-keahlian tinggi, saintis-saintis, atau orang-orang yang kreatif

Fokus -Kombinasi dari kebijakan-kebijakan di atas yang ditujukan pada target strategis tertentu

-Kombinasi dari kebijakan-kebijakan di atas yang ditujukan pada target strategis tertentu

Sumber: Nickols (2003)

Strategi Cost Leadership

Dalam strategis ini, sebuah perusahaan di suatu industri membuat produk dengan biaya dan menjualnya dengan

harga lebih murah untuk suatu tingkat kualitas tertentu. Dia bisa menjualnya pada tingkat harga industri rata-rata

untuk mendapatkan suatu profit yang lebih tinggi daripada yang dinikmati oleh pesaingnya, atau dibawah harga

rata-rata pada tingkat industri untuk mendapatkan keuntungan dalam pangsa pasar. Dalam suatu perang harga,

pengusaha itu dapat mempertahankan sejumlah keuntungan sementara pesaing-pesaingnya mengalami kerugian.

Bahkan tanpa suatu perang harga, pada saat suatu industri mencapai kedewasaan dan harga-harga turun,

perusahaan-perusahaan di dalam industri itu yang dapat berproduksi lebih murah akan tetap menikmati profit

untuk suatu jangka waktu yang lebih panjang. Strategi ini biasanya mentargetkan suatu pasar yang luas.

Beberapa dari cara-cara perusahaan-perusahaan mendapatkan keunggulan-keunggulan dalam biaya produksi

adalah dengan memperbaiki efisiensi-efisiensi di segala bidang di dalam proses produksi, mendapatkan akses

yang unik ke suatu sumber yang besar dari bahan-bahan dengan biaya lebih murah, membuat

keputusan-keputusan outsourcing dan integrasi vertikal yang optimal, atau menghindari beberapa biaya secara bersama. Jika perusahaan-perusahaan pesaing tidak mampu menurunkan biaya-biaya produksi mereka dengan suatu jumlah

yang sama, perusahaan-perusahaan tersebut mungkin tetap bisa mempertahankan suatu keunggulan kompetitif

berdasarkan cost leadership.

Menurut Porter, perusahaan-perusahaan yang bisa berhasil menjadi cost leadership biasanya mempunyai

beberapa kekuatan internal, terutama berikut ini:

1. Akses ke modal yang diperlukan untuk membuat suatu investasi yang signifikan dalam aset-aset produksi;

investasi ini mencipakan suatu hambatan bagi perusahaan-perusahaan lain yang mau masuk karena

perusahaan-perusahaan tersebut tidak sanggup melakukan investasi dengan jumlah yang sama.

2. Keterampilan dalam mendisain produk-produk untuk proses manufaktur yang efisien, misalnya, mempunyai

suatu jumlah komponen yang kecil yang memperpendek proses perakitan.

3. Tingkat keahlian yang tinggi dalam enjiniring proses manufaktur.

(9)

Setiap strategi generik punya resiko, termasuk strategi biaya-rendah. Sebagai contoh, perusahaan-perusahaan

lain mungkin bisa berproduksi dengan biaya-biaya lebih rendah. Pada saat teknologi lebih baik, pesaing-pesaing

mungkin bisa meningkatkan kemampuan-kemampuan produksi mereka dengan kecepatan seperti suatu lompatan

kodok, jadi mengeliminasi keunggulan kompetitif. Sebagai tambahan, beberapa perusahaan mengikuti suatu

strategis fokus dan mentargetkan berbagai pasar yang sempit untuk mencapai suatu biaya yang lebih rendah

diantara segmen-segmen mereka dan sebagai suatu kelompok mendapat pangsa pasar yang signifikan.

Strategi Diferensiasi

Suatu strategi diferensiasi adalah mengembangkan suatu produk atau jasa yang memberikan atribut-atribut yang

unik yang dihargai oleh pembeli-pembeli karena lebih diuntungkan daripada produk-produk dari pesaing-pesaing.

Nilai tambah dari keunikan tersebut bisa memungkinkan perusahaan bersangkutan mengenakan suatu harga

premium untuk itu. Perusahaan itu mengharapkan bahwa harga yang lebih tinggi yang dikenakan pada produknya

yang unik itu akan lebih dari menutupi ekstra biaya untuk memproduksinya. Karena keunikan tersebut, jika

pemasok-pemasok bahan baku dll. menaikkan harga-harga mereka, perusahaan tersebut bisa membebani kenaikan

biaya produksi ke pembeli-pembelinya yang tidak bisa dengan mudah mendapatkan produk serupa buatan

perusahaan-perusahaan lain.

Menurut Porter, perusahaan-perusahaan yang berhasil dalam suatu strategi diferensiasi adalah yang memiliki

sejumlah kekuatan internal, terutama berikut ini::

1. Akses ke penelitian sains terkemuka.

2. Tim pengembangan produk dengan keterampilan dan kreativitas yang tinggi.

3. Tim pemasaran yang kuat dengan kemampuan tinggi dalam komunikasi mengenai kekuatan-kekuatan dari

produk yang ditawarkan.

4. Reputasi perusahaan untuk kualitas dan inovasi.

Resiko-resiko yang terkait dengan strategi ini termasuk imitasi oleh pesaing-pesaing dan perubahan selera dari

masyarakat/pembeli. Sebagai tambahan, beberapa perusahaan yang melakukan strategi-strategi fokus bahkan bisa

mencapai diferensiasi yang lebih besar di segmen-segmen pasar mereka.

Strategi Fokus

Strategi fokus mengkonsentrasi pada suatu segmen pasar yang sempit dan didalam segmen itu berusaha untuk

(10)

dari kelompok dapat dilayani dengan lebih baik dengan memfokuskan sepenuhnya pada itu. Sebuah perusahaan

yang menggunakan suatu strategi fokus sering kali menikmati suatu derajat yang tinggi dari kesetiaan

pembeli-pembeli, dan kesetiaan ini mengurangi niat perusahaan-perusahaan lain untuk bersaing langsung.

Karena fokus mereka pada segmen pasar yang sempit, perusahaan-perusahaan yang menerapkan strategi

seperti ini mempunyai volume-volume produksi yang lebih kecil dan oleh karena itu memiliki kekuatan tawar

yang lebih lemah dengan pemasok-pemasok mereka. Namun demikian, perusahaan-perusahaan yang mengikuti

suatu strategi fokus pada diferensiasi bisa membebani biaya-biaya produksi yang lebih tinggi pada

pembeli-pembeli setia mereka karena produk-produk yang langsung substitusi tidak ada.

Perusahaan-perusahaan yang berhasil dalam melakukan strategi seperti ini sanggup menyesuaikan suatu

jajaran yang luas dari kekuatan-kekuatan pengembangan produk terhadap suatu segmen pasar yang relatif sempit

yang mereka sangat kenal.

Beberapa resiko dari strategi-strategi fokus termasuk imitasi dan perubahan-perubahan dalam segmen-segmen

yang menjadi target. Lagi pula, itu akan cukup gampang bagi suatu perusahaan yang unggul dalam biaya di suatu

pasar yang luas untuk menyesuaikan produknya untuk bersaing langsung. Terakhir, perusahaan-perusahaan lain

yang juga menerapkan strategi ini bisa memotong-motong segmen mereka dalam sub-sub yang mereka bisa

layani lebih baik.

Strategi-strategi Generik dan Kekuatan-kekuatan Industri

Selanjutnya strategi-strategi generik yang dibahas diatas tersebut, masing-masing memiliki atribut-atribut yang

dapat berperan sebagai pertahanan terhadap kekuatan-kekuatan kompetitif. Menurut Porter, ada lima kekuatan

persaingan di tingkat industri, yakni hambatan-hambatan untuk masuk, kekuatan pembeli, kekuatan pemasok,

ancaman dari substitusi, dan pesaing. Tabel 7 berikut ini membandingkan karakteristik-karakteristik dari

[image:10.612.44.543.550.716.2]

strategi-strategi generik di dalam konteks dari lima kekuatan tersebut.

Tabel 7: Strategi-strategi Generik dan Kekuatan-kekuatan Persaingan pada tingkat Industri

Kekuatan-kekuatan kompetitif pada tingkat

industri

Cost leadership Diferensiasi Fokus

Hambatan-hambatan untuk masuk

Kemampuan untuk memotong harga untuk mencegah pemain-pemain baru masuk ke industri

Kesetiaan pembeli-pembeli bisa mencegah masuknya pemain-pemain baru

Pemfokusan yang mengembangkan kompetensi

inti bisa menghambat masuknya pemain-pemain baru

Kekuatan pembeli Kemampuan untuk menawarkan harga lebih murah ke pembeli-pembeli kuat.

Pembeli-pembeli besar memiliki kekuatan lebih kecil untuk bernegosiasi karena lebih sedikit alternatif

Pembeli-pembeli besar memiliki kekuatan lebih kecil untuk bernegosiasi karena lebih sedikit alternatif

Kekuatan pemasok Lebih baik dalam menutup diri terhadap

Lebih mampu membebani kenaikan harga dari pemasok

(11)

pemasok-pemasok kuat kepada pembeli produksi yang kecil, tetapi suatu perusahaan yang memfokuskan pada suatu diferensiasi lebih mampu membebani kenaikan harga dari pemasok ke konsumen

Ancaman dari substitusi Bisa menggunakan harga murah dalam mencegah substitusi

Pembeli yang setia yang sudah sangat menyukai atribut-atribut yang berbeda akan menghalau ancaman dari substitusi

Produk-produk yang spesifik dan kompetensi inti bisa mencegah ancaman dari substitusi

Pesaing Bisa lebih baik dalam bersaing harga dengan pesaing

Kesetian pada merek mencegah pesaing

Pesaing-pesaing tidak bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan pembeli terhadap produk-produk diferensiasi yang terfokus

(12)

Daftar Pustaka

Basri, Faisal (2006), “Indonesia Economic Outlook”, power point, 13 November, Jakarta.

Garelli, Stephen (2006), Top Class Competitiors: How Nations, Firms and Individuals Succeed in the New World of

Competitors, West Sussex: John Wiley & Sons Ltd.

Nickols, Fred (2003), “Competitive Strategy & Industry Analysis The Basics a la Michael Porter”, www.nickols.us nickols@att.net.

Porter, M.E. (1980), Competitive Strategy, New York: Free Press.

Porter, M.E. (1998a), The Competitive Advantage of Nations: With a New Introduction, New York: The Free Press.

Porter, M.E. (1998b), On Competition, Boston: Harvard Business School Press.WEF (2004), The Global Competitiveness

Report 2004-2005, Oxford University Press.

WEF (2006), The Global Competitiveness Report 2006-2007, Geneva: World Economic Forum

Gambar

Gambar 1:Dunia Usaha di Dalam Lingkungan Langsung dan Lebih Luas
Tabel 2: Jumlah prosedur yang diperlukan untuk memulai suatu bisnis
Tabel 3: Jumlah Hari dalam Pengurusan Ijin dan lainnya untuk buka suatu usaha
Tabel 5: Strategi Generik dari Porter
+2

Referensi

Dokumen terkait

2) Tes provokasi dilakukan bila tidak dilakukan lewat tes s pirometri. Pemeriksaan kadar Ig E total dengan Ig E spesifik dalam serum. Pemeriksaan radiologi umumnya rontgen foto

Untuk uji hipotesis ketiga dalam penelitian di dasarkan pada data peningkatan kemampuan pemahaman konsep peserta didik terhadap konsep akuntansi, yaitu N-Gain nilai

Pendekatan komunikatif yang digunakan peneliti untuk meningkatkan kemampuan berbicara dalam 3 siklus pembelajaran mengalami peningkatan hal ini disebabkan karena

Cara yang ketiga ini dilakukan dengan cara merubah binary file executable menjadi nilai binary dari identitas pengguna, Posisi binary yang akan dirubah akan

Akan tetapi selama penelusuran penulis di perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, penelitian yang secara khusus membahas Persis ketika berada di bawah kepemimpinan K.H..

7 Berikut ini termasuk sumber-sumber pendapatan aseli daerah ( PAD ) yang merupakan hak Daerah dalam Akuntansi Keuangan Daerah, kecuali :.. a Bantuan Luar Negeri

Mustofa Bisri mengenai pendidikan Islam, yaitu pembelajaran haruslah membebaskan pikiran manusia dari belenggubelenggu tradisionalis maupun pengaruh kolonialis Belanda, yang