• Tidak ada hasil yang ditemukan

Siaran Pers KKB Lap Tahun Kedua UU Ormas 12Nov15

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Siaran Pers KKB Lap Tahun Kedua UU Ormas 12Nov15"

Copied!
1
0
0

Teks penuh

(1)

Siaran Pers

Koalisi Kebebasan Berserikat [KKB]

Laporan Tahun Kedua

Pelaksanaan UU Ormas

(2 Juli 2014

2 Juli 2015):

PRAKTEK REPRESIF UU ORMAS

SEMAKIN NAMPAK DI BERBAGAI DAERAH

Pengantar

Seperti halnya tahun pertama sejak disahkan menjadi undang-undang pada 2 Juli 2013, Koalisi Kebebasan Berserikat [KKB] kembali melakukan pemantauan terhadap pelaksanaan Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2013 tentang Organisasi Kemasyarakatan (UU Ormas). Obyek pemantauan adalah seluruh praktek UU Ormas dan dinamikanya pada rentang waktu dari 2 Juli 2014 hingga 2 Juli 2015 di seluruh wilayah Indonesia. Pemantauan yang dijalani KKB merupakan bagian dari monitoring dan evaluasi legislasi. Tujuannya untuk mendapatkan perkembangan terbaru implementasi UU Ormas terkait tingkat efektifitas maupun kemungkinan memunculkan permasalahan baru.

Metode

Dalam memantau pelaksanaan UU Ormas, KKB melakukan pengumpulan, seleksi, dan verifikasi terhadap sejumlah data dan temuan. Sumbernya antara lain media, laporan lapangan hingga dokumen kebijakan (dalam bentuk qanun (perda), instruksi gubernur, dan surat edaran). Demi memperoleh konfirmasi dan konteks yang lebih utuh, KKB menempuh tahap wawancara dan Focused Group Discussion (FGD) di beberapa daerah. Hasilnya kemudian dianalisis dan menjadi kesimpulan tahun kedua pelaksanaan UU Ormas.

Konteks dan Temuan

Salah satu yang membedakan pemantauan UU Ormas tahun pertama (2 Juli 2013 – 2 Juli 2014) dengan tahun kedua adalah adanya putusan Mahkamah Konstitusi (MK) atas permohonan judicial review UU Ormas. Putusan MK 23 Desember 2014 memberikan pengaruh terhadap pelaksanaan UU Ormas, utamanya terhadap 2 (dua) hal. PERTAMA, pendaftaran ormas bersifat sukarela dan ormas yang tidak mendaftar tetap harus diakui dan dilindungi eksistensinya. KEDUA, tidak dikenal ormas berdasarkan ruang lingkup kewilayahan.

Sebelum ada putusan MK, setiap ormas wajib mendaftarkan diri. KKB menemukan praktek keharusan pendaftaran ormas, salah satunya melalui surat edaran pejabat Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Banyuwangi (November 2014). Dari temuan di beberapa daerah, sempat muncul pernyataan dari pejabat setempat, yang menyatakan jika suatu ormas tidak diregistrasi, maka ormas tersebut dianggap ilegal, tidak akan diberi akses, dan tidak akan dilayani.

Sekalipun sudah ada putusan MK, praktek di lapangan semakin memperlihatkan watak represif UU Ormas. Sepanjang April 2015 misalkan, muncul kebijakan lokal seperti Qanun Kabupaten Aceh Utara tentang Kemaslahatan dan Ketertiban Umat yang masih mewajibkan setiap ormas mendaftarkan diri dan mengurus ijin jika ingin melakukan kegiatan di Kabupaten Aceh Utara. Contoh lainnya adalah perintah penghentian kegiatan suatu ormas dari pejabat Kantor Kesatuan Bangsa dan Politik Kabupaten Tanah Datar, karena ormas tersebut tidak memperpanjang kepemilikan Surat Keterangan Terdaftar (SKT).

CP dan narasumber: Koordinator KKB (Fransisca Fitri 0818202815)

Refleksi KKB

Sulit mengamati wujud efektifitas UU Ormas. Dalih penyusunan UU Ormas adalah untuk menindak ormas yang melakukan kekerasan patut dipertanyakan karena kita masih menemukan perilaku ormas demikian. Di sisi lain, tidak sedikit organisasi yang mampu dikelola secara transparan dan akuntabel bukan disebabkan UU Ormas.

Keberadaan putusan MK sendiri masih menyisakan bahkan menimbulkan persoalan baru.

Putusan MK terkait frase tidak mendapatkan pelayanan

ditafsirkan secara serampangan. Temuan KKB di Kabupaten Gorontalo adalah salah satu buktinya. Ormas yang tidak mendaftarkan diri bahkan tidak akan diladeni permintaan wawancara hingga menghadiri kegiatannya. Pengaturan yang kurang lebih sama ditemukan pula di Kabupaten Kapuas dan Kota Bandar Lampung.

Temuan tahun pertama dan kedua dari pemantauan UU Ormas mengkonfirmasi watak represif UU Ormas, yang semakin nampak di berbagai daerah. Artinya, watak asli UU Ormas bukan tercermin dari pasal-pasal pengaturan, tapi implementasinya di lapangan.

KKB berpandangan,

mempertahankan keberadaan UU Ormas, yang sudah cacat sejak kelahirannya, hanya akan menambah deretan persoalan. Pengakuan dan perlindungan terhadap kebebasan berserikat seharusnya berbasiskan

pendekatan hukum, bukan politik.

Referensi

Dokumen terkait

Pajak penghasilan terkait pos-pos yang akan direklasifikasi ke laba rugi 0 PENGHASILAN KOMPREHENSIF LAIN TAHUN BERJALAN SETELAH

para mahasiswa pasca melalui pusat pelatihan doktoral; 4) Menenggarai akses umum untuk data penelitian lembaga, pusat data dan penyimpanan nasional atau keilmuan; dan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat Signifikansi pengaruh Variabel bebas Motivasi Pimpinan yang terdiri dari Prestise, Pengakuan, Jenis Pekerjaan,

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk menguji apakah terdapat perbedaan antara manajemen laba yang dilakukan sebelum dan sesudah perubahan tarif pajak penghasilan Badan dalam

Terkait dengan permukiman di atas perairan laut ini, terdapat kebijakan pemerintah Kota Makassar yang tercantum dalam RPJMD Kota Makassar yang tidak lain terdapat dalam

Penelitian bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model perkawinan endogami lokal yang dipraktikkan dari generasi–ke generasi dengan tingginya populasi

Konsep Pemasaran adalah konsep yang menekankan bahwa konsumen merupakan jangkar dari susunan organisasi, sehingga perlu diketahui apa kebutuhan dan keinginan

Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terjadi perubahan situs metilasi antara ortet normal dan ES kotiledon abnormal.. Hasil analisis RP-HPLC menunjukkan bahwa