• Tidak ada hasil yang ditemukan

INTERAKSI SOSIAL MAHASISWA ANTARA ETNIS MADURA DAN JAWA DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "INTERAKSI SOSIAL MAHASISWA ANTARA ETNIS MADURA DAN JAWA DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA."

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

INTERAKSI SOSIAL MAHAHASISWA ANTARA ETNIS

MADURA DAN JAWA

DI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Sosial (S.Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

MOH. IMAM FADAL ARAFAH

NIM. B05210032

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

(2)
(3)
(4)
(5)

ABSTRAK

Moh. Imam Fadal Arafah, 2015, Interaksi Sosial Mahasiswa Antara Etnis

Madura dan Jawa ( Di Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya). Skripsi

program studi sosiologi Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Kata Kunci: Interaksi Sosial, Etnis Madura dan Jawa

Ini merupakan penelitian lapangan guna menjawab pertanyaan sebagai berikut: Faktor-faktor terjadinya interaksi sosial antara etnis Madura dan Jawa serta bagaimana bentuk-bentuk interaksi sosial antara etnis Madura dan Jawa.

Data penelitian ini dihimpun melalui wawancara dan telaah pustaka. Teknik analisis dengan menggunakan metode analisis deskriptif analitis yang bertujuan untuk membuat deskripsi atau gambaran mengenai objek penelitian secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta di lapangan, sifat-sifat serta hubungan antara fenomena yang akan di teliti. Kemudian data tersebut diolah dan di analisis dengan pola pikir deduktif.

(6)
(7)

BAB II : KAJIAN TEORI ...21

A. Kajian Pustaka ...21

B. Kerangka Teoritik ...41

C. Penelitian Terdahulu yang Relevan ...46

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA...49

A.Deskripsi Umum Obyek Penelitian ...49

B.Deskripsi Hasil Penelitian...54

C. Analisis Data...74

BAB IV PENUTUP ...80

A. Kesimpulan...80

B. Saran ...81

DAFTAR PUSTAKA...83 LAMPIRAN-LAMPIRAN

1. Pedoman wawancara

2. Surat keterangan (bukti melakukan penelitian)

(8)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Konsep tentang masyarakat pasti sering kita dengar, seperti:

masyarakat desa, masyarakat kota, masyarakata Jawa, masyarakat Madura

dan lain-lain. Meskipun secara mudah bisa di artikan bahwa masyarakat

itu berarti warga namun pada dasarnya konsep masyarakat itu sendiri

sangatlah abstrak dan sulit untuk di fahami.

Istilah masyarakat berasal dari bahasa arab yaitu musyarak ayang

berarti ikut serta atau berpartisipasi, sedangkan dalam bahasa inggris

disebut society. Sehingga bisa dikatakan bahawa masyarakat adalah

sekumpulan manusia yang berinteraksi dalam hubungan sosial, mereka

mempunyai kesamaan budaya, wilayah, dan identitas.

Masyarakat adalah suatu keseluruhan kompleks hubungan manusia

yang luas sifatnya, keseluruhan yang komplek sendiri berarti bahwa

keseluruhan itu terdiri atas bagian-bagian yang membentuk suatu kesatuan

(peter l. Berger).

sedangkan menurut selo soemardjan masyarakat adalah orang-orang

yang hidup berkelompok dan menghasilkan kebudayaan.

Kelompok sosial adalah himpunan atau kesatuan manusia yang hidup

(9)

2

tersebut menyangkut hubungan timbal-balik yang saling mempengaruhi

dan juga suatu kesadaran saling tolong-menolong1. Jadi kelompok sosial

dapat di artikan sebagai kumpulan manusia yang lebih dari dua orang

untuk melakukan suatu interaksi dalam masyarakat.

Interaksi sosial merupakan kunci dari kehidupan sosial, sehingga

tanpa adanya interaksi sosial, tidak mungkin terjadi kehidupan bersama.

Dalam interaksi sosial tersebut perilaku manusia yang satu akan

mempengaruhi, mengubah atau bahkan memperbaiki perilaku manusia

yang lain secara timbal balik. Jadi dengan adanya interaksi sosial membuat

manusia dapat belajar, meniru, dan mengembangkan kemampuan diri.

Interaksi sosial tidak hanya terjadi antar individu, tetapi dapat juga

terjadi antar individu dengan kelompok ataupun kelompok dengan

kelompok, interaksi antar kelompok dapat selalu ditemui dimanapun

terutama dalam masyarakat yang bercorak majemuk atau heterogen, dalam

masyarakat yang majemuk tersebut berbagai kelompok masyarakat

bertemu dengan berbagai macam latar belakang sosial ekonomi maupun

budaya. Interaksi antar kelompok ini jika di amati akan sangat menarik,

karena di dalamnya terdapat pola tingkah laku, kebiasaan, maupun nilai

dan norma yang berbeda-beda, sehingga jika di antar kelompok tersebut

kurang saling menjaga akan kemungkinan terjadi gesekan ataupun

pertentangan di antara mereka.

(10)

3

Indonesia sebagai bangsa dengan berbagai macam etnis di dalamnya,

dapat di katakan sebagai bangsa yang sangat majemuk, di antaranya ada

etnis Jawa dan Madura yang keduanya mempunyai banyak perbedaan baik

dari segi adat istiadat, perilaku, maupun budayanya. Mahasiswa yang

berasal dari etnis Jawa sebagai bagian dari etnis mayoritas di pulau jawa

dan juga merupakan salah satu kontrol sosial, mau tidak mau mereka harus

lebih terlibat secara aktif dalam mewujudkan persatuan dalam segenap

aspek kehidupan. Sehingga dapat dikatakan juga bahwa mereka

memegang peranan yang penting dalam mewujudkan interaksi yang

harmonis, khususnya dengan etnis Madura.

B. Rumusan Masalah

1. Apa faktor penyebab terjadinya interaksi sosial antara etnis Madura

dan Jawa?

2. Bagaimana bentuk-bentuk interaksi sosial antara etnis Madura dan

Jawa?

C. Tujuan Penelitian

1. Ingin mengetahui apa faktor penyebab terjadinya interaksi sosial

antara etnis Madura dan Jawa!

2. Ingin mengetahui bagaimana bentuk-bentuk interaksi sosial antara

(11)

4

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini di harapkan dapat menjadi masukan yang bersifat

ilmiah dalam bidang sosiologi yang berkaitan dengan sikap terhadap

etnis Madura dan interaksi antar etnis, serta hubungan interaksi antar

keduanya.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini di harapkan dapat bermamfaat bagi mahasiswa etnis

Jawa untuk mewujudkan kondisi interaksi dengan etnis Madura yang

positif di lingkungan kampus pada khususnya dan di lingkungan

masyarakat pada umumnya.

E. Definisi Konseptual

1. Interaksi Sosial

Hubungan antar manusia atau relasi sosial sangat menentukan

struktur masyarakat, hubungan ini di dasarkan dalam praktik

komunikasi, sehingga komunikasi merupakan dasar eksistensi

masyarakat. Hubungan antar manusia, hubungan satu dengan yang

lain, baik dalam bentuk perorangan maupun dengan kelompok atau

antar kelompok manusia sendiri menjadi sumber dinamika perubahan

dan perkembangan masyarakat2.

(12)

5

Sedangkan menurut soerjono soekanto interaksi sosial

merupakandasar proses sosial yang terjadi karena

adanyahubungan-hubungan antar individu, antar kelompok, atau antar individu dan

kelompok3.

2. Etnis Madura

Masyarakat madura dikenal juga memiliki budaya yang khas, unik,

stereotipikal, dan stigmatik. Istilah khas disini menunjukkan bahwa

entitas etnik madura memiliki kehususan kultural yang tidak serupa

dengan etnografi komunitas etnis lain. Kehususan kulturan ini antara

lain tampak pada ketaatan, ketundukan, dan kepasrahan mereka kepada

empat figur utama dalam kehidupan yaitu buppa, bhabu, guruh, ratoh

(bapak, ibu, guru, dan pemimpin pemerintahan)

3. Etnis Jawa

Masyarakat Jawa sebagai suatu etnik di Indonesia, menurut

Koentjaraningrat, dikatakan bahwa hakekat hidup orang Jawa pada

dasarnya menganggap hidup sebagai rangkaian peristiwa yag penuh

dengan kesengsaraan, dimana harus dijalakan dengan tabah dan

pasrah.

Mereka biasanya menerima keadaannya sebagai nasib. Selanjutnya

tingkah laku dan adat sopan santun orang Jawa terhadap sesamanya

sangat berorientasi kolateral. Bahwa mereka hidup tidak sendiri di

(13)

6

dunia, maka mereka hidup saling tolong-menolong, saling memberikan

bantuannya. Mereka juga mengembangkan sikap tenggang rasa

(teposeliro), dan berlaku conform dengan sesamanya, selain itu mereka

juga mengintensifkan solidaritas antara para anggota suatu kelompok

kerabat4.

Etnis Jawa memiliki ciri halus, ramah tamah, sopan santun,

sederhana, dan menghormati adat kebiasaan. Orang Jawa sangat

terkenal sebagai suku bangsa yang sopan dan halus, tetapi mereka

juga terkenal sebagai suku bangsa yang tertutup dan tidak mau terus

terang. Sifat ini konon berdasarkan watak orang Jawa yang ingin

menjaga harmoni atau keserasian dan menghindari konflik, karena

itulah mereka cenderung untuk diam dan tidak membantah apabila

terjadi perbedaan pendapat. Sistem kekeluargaan pada masyarakat

Jawa didasarkan pada prinsip keturunan bilateral, sistem istilah

kekerabatan didasarkan pada sistem klasifikasi menurut angkatan yang

menyetarakan antara tingkatan keluarga ayah dan ibu sebagai orang tua

dari generasi di bawahnya.

Di samping itu dalam hubungan sosial dilandasi oleh nilai-nilai

budaya Jawa dan nilai-nilai itu didasari prinsip: “seseorang harus bisa

menempatkan diri sesuai dengan kondisinya”, yang mempunyai makna

sangat dalam. Konsepbudaya yang bernilai tinggi adalah apabila

(14)

7

manusia itu suka bekerjasama dengan sesamanya berdasakan rasa

solidaritas yang besar. Biasanya disebut dengan nilai gotong royong

F. Penelitian terdahulu

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini akan dicantumkan

beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah

penulis baca diantaranya:

1. Lucia Rini Sugiarti yang berjudul “interaksi antar etnis yang di

tinjau dari sikap mahasiswa etnis Jawa terhadap etnis Cina”

fakultas psikologi di universitas katolik soegijapranata.

Dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dimana

peneliti membahas masalah cara menyikapi hubungan antar kedua

etnis tersebut, dan hasil temuan yang di hasilkan oleh peneliti

tersebut positif dalam artian dari kedua etnis tersebut sama-sama

bersikap baik tidak ada perbedaan di antara kedua etnis.

2. Fahroni dari Fakultas Ushuludin Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga yang berjudul “Interaksi Sosial Mahasiswa Asing”

Dalam penelitiannya peneliti menggunakan metode penelitian

kualitatif dengan pendekatan teori interaksionisme simbolik dengan

tujuan peneliti ingin mengetahui pola interaksi sosial yang di

lakukan mahasiswa dengan masyarakat setempat.

Dalam penilitan ini peneliti menjelaskan masalah toleransi sosial

(15)

8

masyarakat sekitar menyangkut toleransi perbedaan agama yang di

anut oleh para mahasiswa patani.

Dan hasil dari penelitian tersebut di jelaskan bahwasanya

toleransi yang di miliki mahasiswa patani sangat tinggi walaupun

bercorak majemuk, ini menunjukan bahwa ada peluang terjadinya

pembauran sosial antara mahasiswa patani dengan masyarakat

setempat.

3. Roudlotul Jannah Sofiyana yang berjudul “pola interaksi

masyarakat dengan waria di pondok pesantren khusus Al-Fatah

Sleman Yogyakarta” dalam skripinya di Universitas Negeri

Semarang.

Dalam penelitian ini peneliti mendieskripsikan pola interaksi

sosial dengan masyarakat di pondok pesantren Al-Fatah.

Metode penelitan yang yang digunakan oleh peneliti adalah

deskripsi kualitatif. Metode deskripsi dapat di artikan sebagai

prosedur pemecahan masalah yang di selidiki dengan

menggambarkan atau melukiskan keadaan penelitian pada saat

sekarang berdasarkan fakta-fakta yang nampak atau sebagaimana

adanya (hadari nawawi, 2005: 63)

Dari hasil penelitian tersebut, peneliti menjelaskan bahwa pola

interaksi sosial yang terjadi antara waria dengan masysrakat yaitu

melalui beberapa bentuk-bentuk yang di golongkan menjadi dua

(16)

9

tidak ada kerja sama, akomodasi, asimilasi. Sedangkan proses

disasosiatif ada persaingan, kontrafersi, dan pertentangan.Dalam

pelaksanaanya di lapangan pola interaksi sosial yang terjadi antara

masyarakat dengan waria sangat baik dan masyarakat sekitar

ponpes sangat mendukung di dirikannya ponpen waria di desanya.

Dari ketiga hasil penelitian yang di kutip dapat di bedakan dengan

penelitian yang saat ini akan di laksanakan, penelitian yang saat ini di

angkat yaitu ingin mengetahui faktor penyebab terjadinya interaksi

mahasiswa antara dua etnis yang berbeda yaitu etnis Madura dan Jawa.

Serta bagaimana bentuk interaksi yang di bangun dari kedua etnis yang akan

di teliti.

G. Metode Penelitian

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, jenis penelitian yang

di gunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif, yaitu

suatu jenis penelitian yang bersifat melukiskan realitas sosial yang

kompleks yang ada di masyarakat5.Metode penelitian kualitatif

sebagaimana yang diungkapkan Bogdan dan Taylor6 sebagai prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis

atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.

5

Bagoesida, Filsafat Penelitiandan MetodePenelitian Sosial,(Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004), 38.

6

(17)

10

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini di kampus Universitas Negeri Sunan

Ampel Surabaya. karena di tempat tersebut banyak mahasiswa yang

berasal dari etnis Madura dan juga dari Jawa itu sendiri yang

bertempat tinggal di sekitar kampus UIN Sunan Ampel surabaya atau

di daerah Jemur wonosari surabaya.

3. Pemilihan subyek penelitian

Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,

tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi social

yang terdiri atas tiga elemen, yaitu tempat (palace), pelaku (actor), dan

aktivitas (activity) yang berinteraksi secara sinergis. Situasi social

tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ibgin

dipahami secara lebih mendalam “apa yang terjadi” di dalamnya7

.

Menurut Nasution dalam penelitian kualitatif yang dijadikan

sampel hanyalah sumber yang dapat memberikan informasi. Sampel

dapat berupa hal peristiwa, manusia, situasi yang diobservasi. Sering

sampel dipilih secara “purposive” bertalian dengan purpose atau tujuan

tertentu. Sering pula responden diminta untuk menunjuk orang lain

yang dapat memberikan informasi kemudian responden ini diminta

pula menunjuk orang lain dan seterusnya. Cara ini lazim disebut

“snowball sampling” yang dilakukan secara serial atau berurutan.

7

(18)

11

Berdasarkan paparan di atas, subjek penelitian ini adalah sumber

yang dapat memberikan informasi dipilih secara purposivebertalian

dengan purpuse atau tujuan tertentu. Subjek yang diteliti akan

ditentukan langsung oleh peneliti berkaitan dengan masalah dan tujuan

peneliti.

4. Tahap-tahap penelitian

Tiga tahap utama penelitian yaitu: tahap perencanaan, tahap

pelaksanaan, dan tahap penulisan laporan.

a. Tahap perencanaan:

1. Pemilihan masalah

2. Latar belakang masalah

3. Perumusan masalah

4. Tujuan dan mamfaat penelitian

5. Telaah pustaka

6. Kerangka teoritis atau konseptual

b. Tahap pelaksanaan:

1. Pengumpulan data

2. Pengolahan data: menyunting, dan mentabulasi data

3. Analisis data

(19)

12

5. Kesimpulan

c. Tahap penulisan laporan:

1. Kalangan pembaca

2. Kerangka isi laporan

3. Format dan tata cara penulisan ilmiah

5. Teknik pengumpulan data

Dalam hal ini data dikumpulkan dengan teknik pengumpulan data

adalah sebagai berikut:

a. Pengamatan (observasi)

Pengamatan adalah alat pengumpul data yang di lakukan

dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematik

gejala-gejala yang di selidiki.8 Pengamatan atau observasi merupakan

suatu unsur penting dalam penelitian kualitatif, observasi dalam

konsep yang sederhana adalah sebuah proses atau kegiatan awal

yang dilakukan oleh peneliti untuk bisa mengetahui kondisi realitas

lapangan penelitian. Menurut Black dan Champion9 observasi

adalah mengamati dan mendengar perilaku seseorang selama

beberapa waktu, tanpa melakukan manipulasi atau pengendalian

8

Cholid Narbuko, Metodologi Penelitian, (Jakarta:Bumi Aksara. 1997), 70.

9

(20)

13

serta mencatat penemuan yang memungkinkan atau memenuhi

syarat untuk digunakan ke dalam tindakan analisis.

Dalam penelitian ini peneliti akan melakukan pengamatan

kepada beberapa mahasiswa yang berasal dari etnis Madura dan

Jawa yang ada di kelurahan jemur wonosari sebagai obyek

penelitian yang akan menyumbangkan data dalam penelitian saat

ini.

b. Wawancara (interview)

Wawancara merupakan bagian penting dalam penelitian

kualitatif sehingga peneliti dapat memperoleh data dari berbagai

informan secara langsung. Penelitian kualitatif sangat

memungkinkan untuk penyatuan teknik observasi dengan

wawancara. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Nasution10

bahwa dalam sebuah penelitian kualitatif observasi saja, belum

memadai itu sebabnya observasi harus dilengkapi dengan

wawancara.

Dalam penelitian ini peneliti tidak hanya melakukan

pengamatan akan tetapi juga melakukan wawancara kepada setiap

informan yang terpilih. karena wawancara bisa membantu

memperoleh data secara langsung dari informan secara jelas.

Peneliti akan mewawancarai mahasiswa etnis Madura dan Jawa

yang bermukim di kelurahan Jemursari.

10

(21)

14

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variabel

yang berupa catatan, transkip, nuku-buku, surat kabar, majalah,

prasasti, agenda, dan sebagainya.11 Dokumentasi dalam penelitian

ini, merupakan hal yang sangat penting sebagai pelengkap metode

observasi dan wawancara catatan lapangan. Selain untuk

mendapatkan data tentang pola interksi antar etnis.

6. Teknik analisis data

Definisi analisis data, dikemukakan oleh para ahli metodologi

penelitian. Berikut ini adalah definisi analisis data yang dikemukakan

oleh para ahli metodologi penelitian tersebut, yang terdiri dari :

Menurut Lexy J. Moleong (2002), analisis data adalah proses

mengorganisasikan dari mengurutkan data ke dalam pola, kategori dan

satuan uraian dasar, sehingga dapat ditemukan tema dan dapat

dirumuskan hipotesis kerja seperti yang disarankan oleh data.

Dari pengertian di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa, analisis data

adalah rangkaian kegiatan penelaahan, pengelompokan, sistematisasi,

penafsiran, dan verifikasi data agar sebuah fenomena memiliki nilai

sosial, akademik dan ilmiah.

11

(22)

15

Teknik analisis data dalam penelitian ini, dilakukan setelah

data-data diperoleh melalui teknik wawancara mendalam dan observasi.

Kemudian data-data tersebut, di analisis secara saling berhubungan

untuk mendapatkan dugaan sementara, yang dipakai dasar untuk

mengumpulkan data berikutnya, lalu dikonfirmasikan dengan informan

secara terus menerus secara triangulasi.

7. Teknik pemeriksaan keabsahan data

Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini, seperti

yang dirumuskan ada tiga macam yaitu, antara lain :

a. Perpanjangan Keikutsertaan

Keikutsertaan peneliti sangat menentukan dalam pengumpulan

data. Keikutsertaan tersebut tidak hanya dilakukan dalam waktu

singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan peneliti

pada latar penelitian. Dalam konteks ini, dalam upaya menggali

data atau informasi yang berkaitan dengan permasalahan penelitian,

peneliti selalu ikut serta dengan informan utama dalam upaya

menggali informasi yang berkaitan dengan fokus penelitian.

Misalnya peneliti selalu bersama informan utama dalam melihat

lokasi penelitian.

(23)

16

Ketekunan pengamatan dilakukan dengan maksud menemukan

ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang relevan atau isu yang

sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut

secara rinci.

Dalam konteks ini, sebelum mengambil pembahasan penelitian,

peneliti telah melakukan pengamatan terlebih dahulu secara tekun

dalam upaya menggali data atau informasi untuk di jadikan obyek

penelitian yang pada akhirnya peneliti menemukan permasalahan

yang menarik untuk dibedah, yaitu masalah interaksi mahasiswa

etnis Madura khususnya yang tinggal di sekitar kampus UIN sunan

ampel surabaya.

c. Triangulasi

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Denzin

(1978), membedakan empat macam triangulasi sebagai teknik

pemeriksaan yang memanfaatkan penggunaan sumber, metode,

penyedik dan teori.

Validitas dan objektivitas merupakan persoalan fundamental

dalam kegiatan ilmiah. Agar data yang diperoleh peneliti memiliki

validitas dan objektivitas yang tinggi, diperlukan beberapa

persyaratan yang diperlukan. Berikut ini akan peneliti kemukakan

(24)

17

objektivitas suatu penelitian, terutama dalam penelitian kualitatif.

Robert K. Yin (1996), mensyaratkan adanya validitas design

penelitian. Untuk itu, Paton (1984), menyarankan diterapkan teknik

triangulasi sebagai validitas design penelitian. Adapun teknik

triangulasi yang peneliti pakai dalam penelitian ini adalah

triangulasi data atau triangulasi sumber. Sebagaimana

dikemukakan Yin, triangulasi data dimaksudkan agar dalam

pengumpulan data, peneliti menggunakan multi sumber data.

Dalam konteks ini, upaya yang dilakukan oleh peneliti dalam

pengecekan data yaitu dengan menggunakan sumber data dalam

pengecekan data yaitu dengan menggunakan sumber data dalam

penggaliannya, baik itu sumber data primer yang berupa hasil

wawancara maupun sumber data sekunder yang berupa buku,

majalah dan dokumen lainnya. Sedangkan metode atau cara yang

digunakan dalam analisis data adalah metode analisis kualitatif.

Artinya analisis kualitatif dilakukan dengan memanfaatkan data

(kualitatif) dari hasil observasi dan wawancara mendalam, dengan

tujuan memberikan eksplanasi dan pemahaman yang lebih luas atas

hasil data yang dikumpulkan. Dan kemudian peneliti melakukan

langkah membandingkan atau mengkorelasikan hasil penelitian

dengan teori yang telah ada. Hal itu dilakukan untuk mencari

perbandingan atau hubungan antara hasil penelitian dengan teori

(25)

18

H. Sistematika Pembahasan

Dalam membahasa suatu penelitian diperlukan sistematika

pembahasan yang bertujuan untuk memudahkan penelitian, langkah

-langkah pembahasan sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan, pada bab ini terdiri atas tujuh sub bab antar

lain latar belakang masalah, rumusan masalah, maksud

dan tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi konsep,

metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

BAB II : Kajian teori, pada bab ini terdiri dari tiga sub bab, sub bab

pertama yaitu kajian pustaka dan sub bab kedua yakni

kerangka teoritik serta yang ketiga sub bab hasil penelitian

yang relevan.

BAB III : Penyajian dan analisis data pada bab ini terdiri dari tiga sub

bab yaitu pertama deskripsi umum obyek penelitian dan

sub bab kedua deskripsi hasil penelitian, yang ketiga

analisis data.

.

BAB IV : Penutup, yang terdiri dari dua sub bab yakni yang pertama

kesimpulan dan yang kedua saran. .

(26)

19

Penelitian ini di perkirakan berjalan selama lima bulan di mulai dari

bulan Maret s/d Agustus 2014. Pengajuan proposal penelitian merupakan

tahapan kedua setelah sebelumnya ada tahapan pengajuan judul terlebih

dahulu. Seminar proposal merupakan tahapan ketiga sebelum peneliti

turun lapangan untuk proses pengumpulan data, dan tahapan terakhir ujian

pertanggungjawaban hasil penelitian. Untuk lebih jelasnya berikut adalah

tabel jadwal rencana penelitian ini.

Tabel. 1

Jadwal Penelitian

No Uraian Kegiatan

Maret April Mei Agustus Februari

I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV I II III IV

1 PengajuanJudul .

2 Penyusunan Proposal .

3 Seminar Proposal .

4 TurunLapangan . . . . . . . . .

5 Pengumpulan Data . . . . . . . . . .

6 Analisis Data . . . . . . . . .

(27)

20

(28)

24

BAB II

KAJIAN TEORI

1. Kajian Pustaka A.Interaksi Sosial

1. Pengertian Interaksi Sosial

Manusia sebagai makhluk sosial, dituntut untuk melakukan

hubungan sosial antara sesamanya dalam hidupnya, disamping tuntutan

untuk berhubungan antara inidvidu dengan individu, serta hidup

berkelompok .

Hubungan antar manusia atau relasi sosial sangat menetukan struktur

masyarakat. Hubungan ini didasarkan dalam praktik komunikasi, sehingga

komunikasi merupakan dasar eksistensi masyarakat. Hubungan antar

manusia, hubungan satu dengan yang lainnya, baik dalam bentuk

perorangan maupun dengan bentuk kelompok atau anta kelompok manusia

itu sendiri menjadi sumber dinamika perubahan dan perkembangan

masyarakat.

Hubungan sosial merupakan salah satu hubungan yang harus di

laksanakan, dan mengandung pengertian bahwa dalam hubungan itu setiap

individu menyadari tentang kehadirannya disamping kehadiran individu

(29)

25

Hal ini di sebabkan bahwa dengan kata sosial berarti hubungan yang

berdasarkan adanya kesadaran yang satu dengan yang lain, ketika mereka

saling berbuat, saling mengakui dan saling mengenal.

Dari pengertian di atas, maka interaksi sosial ialah pengaruh

hubungan timbal balik antara individu satu dangan individu lainnya di

berbagai bidang kehidupan bersama, misalnya segi kehidupan ekonomi ,

politik, dan hukum.

Sementara itu, H. Bonner memberi rumusan yakni:

Interaksi sosial ialah suatu hubungan antara dua atau lebih individu

manusia ketika kelakuan individu yang satu memengaruhi, mengubah, atau

memperbaiki kelakuan individu yang lain, atau sebaliknya.1

Dengan demkian, dari beberapa definisi diatas peneliti

menyimpulkan bahwa interaksi sosial ialah hubungan antara individu satu

dengan individu ynag lain, yang mana individu satu dapat memengaruhi

individu yang lain atau sebaliknya, yang mana terjadi adanya hubungan

yang saling timbal balik, dan hubungan tersebut dapat berlangsung antara

individu dengan individu, individu dengan kelompok, atau kelompok

dengan kelompok.

(30)

26

2. Ciri-Ciri dan Syarat Terjadinya Interraksi Sosial

1. Ciri Interaksi Sosial

Dengan di ketahui pengertian dari interaksi sosial diatas, kita bisa

mengetahui ciri ciri penting yang bisa menimbulkan terjadinya proses

interaksi sosial, yang mana proses interaksi sosial tersebut harus

mempunyai hubungan antara individu dengan individu, maupun antara

individu dengan kelompok.

Pelaku dalam interaksi juga harus lebih dari dua, dan memiliki

tujuan tertentu, seperti memengaruhi individu lain, dan interaksi ini juga

ada hubungan dengan struktur dan fungsi kelompok, karena individu

dalam hidupnya tidak bisa terpisah dari kelompok. Disamping itu, tiap-tiap

individu memiliki fungsi di dalam kelompoknya.

Charles P. Lommis mengungkapkan ciri dari interaksi sosial, yakni:

a. Jumlah pelaku lebih dari seorang, bisa dua atau lebih

b. Adanya komunikasi antara para pelaku dengan menggunakan

simbol-simbol

c. Adanya suatu dimensi waktu yang meliputi masa lampau,

kini dan akan datang, yang menentukan sifat dari aksi yang

(31)

27

d. Adanya tujuan-tujuan tertentu, terlepas dari sama atau tidak

sama dengan yang diperkirakan oleh para pengamat.2

2. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial

Hubungan interaksi sosisal merupakan hubungan interaksi sosial

yang dinamis, menyangkut antara individu, antara kelompok maupun ant

komunikasi tersebut, sikapn adanyara individu dangan kelomok.

Suatu interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi apabila tidak

memenuhi dua syarat, yaitu:

1. Adanya kontak sosial (Sosial Contact)

Kata kontak berasal dari bahasa latin con atau cum (artinya

bersama-sama) dan tango (artinya menyentuh).

Dengan demikian, kontak sosial merupakan tahap pertama

terjadinya interaksi sosial. Dapat di katakan bahwa untuk

terjadinya suatu kontak sosial, tidak perlu harus secara badaniyah

seperti arti harfiah kata kontak yang berarti “”bersama-sama

menyentuh”. Manusia sebagai individu dapat mengadakan kontak

tanpa menyentuh tetapi sebagai makhluk, ia dapat melakukannya

dengan jalan berkkomunikasi yaitu: komunikasi sosial (face to face

communication) dan interpersonal communication melalui media.3

2

(32)

28

2. Adanya komunikasi.

Yaitu orang memberi arti pada prilaku orang lain

perasaan-perasaan apa yang ingin di sampaikan orang tersebut.

Adanya komunikasi, yaitu seseorang memberi arti pada

perilaku orang lain, perasaan-perasaan apa yang inngin di

sampaikan orang tersebut. Orang yang bersangkutan kemudian

memberi reaksi terhadap perasaan yang ingin di sampaikan oleh

orang tersebut.

Arti terpenting komunikasi adalah bahwa seseorang

memberikan tafsiran pada perilaku orang lain (yang berbentuk

pembicaraan, gerak gerik badan atau sikap), perasaan apa yang

ingin di sampaikan oleh orang tersebut. Orang yang bersangkutan

kemudian memberikan reaksi terhadap perasaan yang ingin di

sampaikan oarang lain tersebut.

Dengan adanya komunikasi tersebut, sikap-sikap dan

perasaaan suatu kelompok manusia atau perseorangan dapat di

ketahui oleh kelompok lain. Hal itu kemudian merupakan bahan

(33)

29

3. Faktor Terjadinya Interaksi Sosial

Faktor-faktor yang menyebabkan berlangsungnya interaksi sosil

antara lain:

a. Faktor Imitasi

Imitasi adalah tindakan sosial meniru sikap, tindakan,

tingkah laku atau penampilan fisik seseorang yang

berlebihan. Salah satu positifnya adalah bahwa imitasi dapat

mendorong seseorang untuk mematuhi kaidah-kaidah dan

nilai yang berlaku.4

b. Faktor Sugesti

Sugesti adalah pengaruh psikis baik yang datang dari

dirinya sendiri maupun dari orang lain yang pada umumnya

diterima tanpa adanya daya kritik.5 Faktor sugesti

berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan

atau suatu sikap yang berasal dari dirinya yang kemudian

diterima oleh pihak lain.

c. Faktor Identifikasi

Identifikasi adalah kecenderungan dalam diri

seseorang untuk menjadi sama dengan orang lain. Identifikasi

sebenarnya merupakan kecenderunngan-kecenderungan atau

keinginan-keinginan dalam diri seseorang untuk menjadi

sama dengan pihak lain.

4

(34)

30

d. Faktor Simpati

Simpati adalah suatu proses dimana merasa tertarik

dengan orang lain.6

4. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Bentuk-bentuk interaksi sosial dapat berupa kerja sama

(cooperation), persaingan (competition), dan bahkan dapat juga berbentuk

pertentangan atau pertikaian (conflict). Pertikaian mungkin akan

mendapatkan sesuatu penyelesaian, namun penyelesaian tersebut hanya

akan dapat di terima untuk sementara waktu, yang dinamakan akomodasi.

Keempat bentuk pokok dari interaksi sosial tersebut tidak perlu merupakan

suatu komunitas, di dalam arti bahwa interaksi itu dimulai dengan

kerjasama yang kemudian menjadi persaingan serta memuncak menjadi

pertikaian untuk akhirnya sampai pada akomodasi.

Soerjono soekanto mengadakan penggolongan yang lebih luas lagi,

menurut mereka, ada dua macam proses sosial atau bentuk-bentuk

interaksi sosial yang timbul sebagai akibat adanya interaksi sosial yakni

assosistif dan dissosiatif.7

Secara ringkas menjelaskan interaksi sosial yang merupakan

terjadinya tahapan-tahapan proses interaksi ini menjadi pokok bahasan di

antaranya:

6

Idianto M., Sosiologi , (Jakarta: Erlangga, 2004), 60-62.

(35)

31

a. Kerjasama (Cooperation)

Kerjasama disini dapat di definisikan sebagai bentuk

utama dari proses interaksi sosial, karena pada dasarnya

individu atau kelompok melaksanakan interaksi sosial untuk

memenuhi kebutuhan bersaman. Kerja sama akan

berkembang apabila menghadapi situasi tertentu, seperti

tantangan alam yang ganas, pekerjaan yang membutuhkan

tenaga massal, musuh dari luar, upacara keagamaan sakral.

Fungsi kerjasama di gambarkan oleh charles H. Cooley

yakni “kerjasama timbul apabila orang menyadari bahwa

mereka mempuyai kepentingan-kepentingan yang sama dan

pada saat yang bersamaan mempunyai cukup pengetahuan

dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi

kepentingan-kepentingan tersebut; kesadaran akan adanya

organisasi merupakan fakta-fakta penting dalam kerjasama

yang berguna.”8

b. Akomodasi (Akomodation)

Menurut gillin dan gillin akomodasi adalah suatu

pengertian yang di gunakan oleh para sosiolog untuk

menggambarkan suatu proses dalam hubunngan-hubungan

sosial yang sama artinya dengan pengertian adaptasi.9

8

(36)

32

Istilah akomodasi dipergunakan dalam dua arti. Yang

pertama untuk menunjuk pada suatu keadaan dan kedua

menunjuk pada suatu proses. Akomodasi yang menunjuk

pada suatu keadaan berarti adanya suatu keseimbangan dala

interaksi antara individu dan kelompok sehubungan dengan

norma dan nilai sosial yang berlaku di dalam masyarakat.

Sebagai suatau proses, akomodasi menunjuk pada

usaha-usaha untuk meredakan pertentangan agar mencapai

kesetabilan.

c. Asimilasi

Asimilasi merupakan proses sosial pada tahap lanjut,

artinya asimilasi terjadi setelah melalui tahap kerjasama dan

akomodasi. Suatu asimilasi di tandai oleh usaha-usaha

mengurangi perbedaan-perbedaan anta individu atau

kelompok. Dan juga meliputi usaha-usaha mempertinggi

kesatuan, sikap dan proses-proses mental dengan

memperhatikan kepentingan dan tujuan bersama.

Asimilasi memiliki syarat sebagai berikut:

1. interaksi sosial tersebut bersifat satu pendekatan pihak

yang lain, dimana pihak yang lain tadi juga berlaku sama.

2. Interaksi sosial tersebut tidak mengalami

halangan-halangan atau hambatan.

(37)

33

4. Interaksi sosial tinggi dan tetap serta ada keseimbangan

antara pola-pola asimilasi tersebut.10

B. Etnis Jawa

Suatu kelompok manusia yang mempunyai kebudayan, nilai, adat

istiadat, ataupun cara hidup tertentu. Adapun etnis jawa meliputi seluruh

bagian tengah dan timur pualau jawa.11 Dalam pergaulan dan sosialisasi

hidup sehari-hari, kelompok etnis ini menggunakan bahasa jawa. Bahasa

jawa sendiri pada perinsipnya di golongkan kedalam dua tingkatan yaitu

bahasa jawa ngoko dan bahasa jawa kromo. Bahasa jawa ngoko di

gunakan oleh mereka yang sudah mengenal secara akrab, orang yang lebih

tua lebih muda usianya, atau di tujuka kepada orangbyang lebih rendah

status sosialnya. Sedangkan bahasa jawa kromo di gunakan untuk orang

yang belum di kenal secara akrab, orang yang setingkat apapun yang lebih

tinggi dalam hal usia maupun status sosialnya.

Dalam hal sosialisasi, koentjaningrat menguraikan bahwa etnis

jawa memiliki sistem orientasi sebagai berikut:

1. Orang jawa pada dasarnya menganggap hidupnya sebagai

rangkaian peristiwa yang penuh dengan kesengsaraan, yang

harus di jalankan dangan tabah dan pasrah, sehingga harus

di terima sebagai nasib.

10

(38)

34

2. Rakyat kecil biasanya akan mengatakan bahwa mereka

bekerja hanya sekedar agar dapat makan (ngupaya upa),

sehingga muncul ungkapan ajangaya, ajangangsa dalam

menjalani hidupnya. Dalam kalangan pelajar dan priyai

memandang masalah tujuan akhir serta terpengaruhi daya

upaya manusia sehubungan dengan pahala, merupakan

sesuatu yang baru akan mereka peroleh di dunia akhirat

kelak.

3. Mereka berusaha untuk hidup selaras dengan alam beserta

kekuatan-kekuatannya.

4. Orang jawa pada umumnya masih memandang masa lalu,

terutama yang berkaitan dengan nostalgia akan benda-benda

pusaka dan silsilah keturunan.

5. Tingkah laku dan adat sopan santun orang jawa dengan

sesama sangat berorientasi kolateral. Mereka

mengembangkan sikap yang tenggang rasa dan

mengintensifkan solidaritas. Mereka juga bisa hidup rukun

dengan tujuan mempertahankan tujuan masyarakat yang

hamonis, sehingga sering kali berusaha menghilangkan

tanda-tanda ketegangan dalam masyarakat. Konfil akan

dihindari dengan cara membiarkan permasalahan berlaku

(39)

35

mengungkapkan diri dan mengambil posisi tertentu dalam

masyarakat dianggap tidak etis.

6. Setiap orang dalam berbicara dan membawakan diri harus

menunjukkan sikap hormat terhadap orang lain, sesuai

dengan derajat dan kedudukannya dalam masyarakat.

Semua hubungan dalam masyarakat teratur secara herarkis,

sehingga setiap orang wajib mempertahankan dan

membawakan diri sesuai dengan susunan herarkisnya.

7. Orang hidup harus sesuai dengan peraturan moral,

meskipun tidak berarti harus melawan nafsu dan menunda

terpenuhinya suatu kebutuhan.

8. Orang jawa lebih suka mengambil jalan tengah, karena

memungkinkan untuk bisa merangkul banyak pihak.

9. Perkawinan merupakan suatu peristiwa yang harus terjadi

pada kehidupan setiap orang, meskipun secara ekonomi

belum memadai.12

ElastisitasSebagaiCiridariBudayaMasyarakatJawa

Elastisitas mempunyai makna kefleksibelan dan kemampuan sesuatu

atas adanya gangguan atau input dari luar. Untuk lebih jelas kita bisa lihat

pada contoh orang jawa yang mengikuti program transmigrasi ke luar

jawa, dengan segala keterbatasan dan lingkungan yang masih asing,

(40)

36

mereka telah menunjukan suatu prestasi kemampuan yang luar biasa.

Mereka berhasil membaur dan beradaptasi dengan lingkungan serta

penduduk sekitar.Apa yang dapat kita tarik sebagai kesimpulan dari cerita

di atas adalah suatu fenomena yang realitasnya adalah bahwa orang Jawa

dengan kebudayaannya dapat terus hidup (survival) meskipun jauh di

perantauan dan dapat berdampingan serta melebur dengan masyarakat dan

kebudayaan lain yang sama sekali berlainan karakternya. Hal ini

membuktikan bahwa orang Jawa dan kebudayaan Jawa memiliki

kemampuan untuk terus menerus hidup menyesuaikan diri dengan

tantangan dan perubahan jaman.

Dengan kata lain mungkin sifat kebudayaan Jawa memang cukup

elastis, sehingga dapat selalu lentur dan cair dalam menghadapi situasi dan

tantangan apa pun. Bukankah hal seperti itu pun telah dibuktikan sejak

lama melalui kehidupan komunitas transmigran asal Jawa di seluruh

pelosok tanah air Indonesia bahkan Nusantara; yang selalu dapat bertahan

untuk hidup mulai dengan keterbatasan sarana dan fasilitas, akan tetapi

pada akhirnya dapat sukses dan kaya. Tapi yang selalu harus menjadi

catatan dan patut dibanggakan, bahwa mereka selalu dapat hidup

menyesuaikan diri dengan lingkungan alam dan lingkungan sosial-budaya

tempatan.

Dalam konteks pengembaraan budaya Jawa ke seluruh Indonesia

(41)

37

terjadi antara budaya tempatan dengan budaya Jawa sebagai pendatang.

Akan tetapi selalu saja dapat kita amati, bahwa nilai-nilai kejawaan

tampaknya masih cukup jelas terlihat bahkan mendominasi.

Dengan demikian sekali lagi dapat disimpulkan, fakta-fakta di atas

adalah sebuah fenomena yang membuktikan bahwa nilai-nilai kebudayaan

Jawa selalu saja dapat beradaptasi di mana pun, kapan pun dan dengan

siapa pun. Dan nilai-nilai itu adalah nilai-nilai yang mungkin saja seperti

yang disebut oleh Frans Magnis Suseno sebagai prinsip rukun dan hormat.

Mungkin karena sikap-sikap inilah orang jawa selalu dapat elastis, cair dan

melebur dengan budaya tempatan di mana pun. Jadi dengan kata lain

kebudayaan Jawa sudah cukup teruji menghadapi tantangan dan perubahan

jaman dalam skala nasional, regional maupun global.

C. Etnis Madura

Madura adalah nama pulau yang terletak di sebelah utara Jawa

Timur. Pulau Madura ini besarnya kurang lebih 5.250 km2 (lebih kecil

dari pulau Bali), dengan penduduk sebanyak 4 juta jiwa. Madura dibagi

menjadi 4 kabupaten, Bangkalan, Sampang, Pamekasan, dan Sumenep.

Bangkalan berada di ujung paling barat pulau Madura dan saat ini telah

dibangun jembatan terpanjang di Indonesia, jembatan Suramadu

(Surabaya-Madura), merupakan salah satu kawasan perkembangan

Surabaya, serta tercakup dalam Gerbang kertosusila. Dan uniknya

(42)

38

dari wilayah daratan, terdiri pula dari kepulauan yang berjumlah 126

pulau.13

Masyarakat Madura dikenal juga memiliki budaya yang khas, unik,

stereotipikal, dan stigmatik. Istilah khas disini menunjukkan bahwa entitas

etnik Madura memiliki kekhususan-kultural yang tidak serupa dengan

etnografi komunitas etnik lain. Kekhususan- kultural ini antara lain tampak

pada ketaatan, ketundukan, dan kepasrahan mereka kepada empat figur

utama dalam kehidupan yaitu Buppa, Babu, Guruh, ban Ratoh (Bapak,

Ibu, Guru dan Pemimpin Pemerintahan). Persepsi prof. Dr. kuntowijoyo

memberikan beberapa penilaian tentang Madura dan masyarakatnya, yaitu:

1. rakyat Madura dinilai mempunyai watak keras, tidak mau

mengalah. Tidak diketahui secara pasti apa yang

mempengaruhi sampai mereka berstatement seperti itu, apa

mungkin ada pihak- pihak yang tidak senang terhadap rakyat

Madura sehingga ia membesar-besarkan berita yang

sebenarnya berita tersebut tidaklah seperti yang ia pahami, dan

ia sampaikan, atau berasal dari orang luar Madura yang

kebetulan pada saat berkunjung ke Madura menemukan

kejadian yang mereka anggap keras, seperti Clurit, dan Carok,

atau malah berasal dari rakyat Madura yang tidak paham akan

makna budaya Madura terutama Clurit sehingga ia

(43)

39

menceritakan, dan menjelaskannya dengan penjelasan yang

kurang tepat bahkan salah yang pada akhirnya Clurit identik

dengan Carok sehingga Carok secara tidak langsung dianggap

menjadi bagian dari budaya Madura. Pandangan ini – Clurit,

dan Carok adalah kultur Madura – merupakan pandangan yang

sudah tidak asing lagi didengar dari ungkapan-ungkapan

mereka ketika mendengar kata Madura, dan sudah tertanam

dengan kuat dalam memori mereka bahwasanya Madura adalah

wilayah berdarah yang penuh kekerasan, semua masalah hanya

diselesaikan dengan kekerasan, dan pertumpahan darah.

2. Sumber daya manusia (SDM) rendah, pandangan mereka

terhadap permasalahan ini tidak separah anggapan- anggapan

terhadap tindakan-tindakan kekerasan yang pernah dilakukan

rakyat Madura, ketika perspektif mereka terhadap clurit, dan

carok sangat mendominasi mereka – bahkan hampir semua –

memori mereka, namun dalam masalah ini masih bisa dibagi

menjadi dua bagian, pertama yang menganggap rakyat Madura

rendah, dan yang menganggap SDM Madura unggul. Yang

menganggap SDM rakyat Madura rendah biasanya dari

kalangan yang kurang memperhatikan secara langsung kualitas

rakyat Madura, hal ini biasanya banyak terjadi diluar dunia

lembaga pendidikan yang tidak berinteraksi langsung dengan

(44)

40

dikatakan orang-orang yang terpengaruhi oleh data-data jumlah

lembaga yang dianggap menjadi ukuran kualitas SDM suatu

wilayah tertentu, dalam hal ini biasa dilakukan oleh

pemerintah, dan instansi formal lainnya, dan orang yang

memandang Madura dari kejauhan, seperti masyarat biasa.

Sedikitnya lembaga pendidikan yang ada di Madura, dan

terbatasnya universitas berkualits menjadi alasan terkuat untuk

mengatakan rakyat Madura adalah rakyat yang awam, tidak

mengenal pendidikan, tidak berkompetensi dalam bidang

keilmuan, buta teknologi, dan tidak ada yang bisa dibanggakan

dari Madura, sehingga muncullah sifat meremehkan terhadap

rakyat Madura. Mereka beranggapan bahwa lembaga

pendidikan baik sekolah maupun kampus merupakan pusat

pembentukan SDM yang berkualitas, jadi bagaimana mungkin

SDM bisa berkualitas jika tempat pemproduksinya terbatas

(tidak memadai).

3. kemiskinan yang tidak tertangani. Berdasarkan hasil penelitian,

yang tertera dalam buku- buku dan dipeta dunia sekalipun,

bahkan realita yang ada, juga menyatakan bahwa pendapatan

Madura bisa dikatakan hanyalah pertanian, karena mayoritas

dan bahkan hampir keseluruhan rakyat Madura bercocok

tanam, diantara yang sangat dibanggakan adalah tembakau,

(45)

41

Nah dari kondisi ini bisa ditebak, dan bisa digambarkan

suasana perekonomian dimadura. Dan berdasar penelitian

pemerintah tentang kondisi perekonomian disana, mereka

menyebutkan bahwa pengangguran dimadura sedang

merajalela. Sedikitnya lapangan pekerjaan, minimnyanya

kreatifitas rakyat Madura menjadikan pengangguran berserakan

diberbagai tempat, yang berakibatkan angka kemiskinan yang

terus bertambah dari waktu kewaktu. Sempitnya pemikiran

rakyat Madura yang menganggap bahwa PNS merupakan

profesi yang sangat dan paling menjanjikan juga merupakan

faktor yang sangat berpengaruh/berperan dalam kemerosotan

perekonomian dimadura. Padahal jika dicermati masih banyak

pekerjaan yang jauh lebih menjanjikan terhadap makmurnya

perekonomian disana, misalkan kreativitas diri kerajinan khas

Madura, batik Madura, dan kerajinan lainnya, dan perdagangan

(bisnis) juga jauh lebih menguntungkan dari pada PNS. Dari

beberapa analisis tadi, hasil musyawarah pemerintah

menyebutkan bahwa permasalahan ini hanya bisa ditangani

dengan mengadakan perindustrialisasi dikawasan Madura.

Ketika perindustrian dibuka para investor akan

berbondong-bondong menanamkan modal dimadura, namun masih ada

beberapa kecemasan yang ada, dikuatirkan adalah adanya

(46)

42

demikian meskipun perindustrian di Madura berkembang

dengan pesat, tapi bisa saja rakyat Madura tidak mempunyai

peran sedikitpuan, dan bahkan bisa saja mereka dijadikan

budak para investor asing diwilayah sendiri, sehingga yang

terjadi bukan ada perbaikan perbaikan perekonomian disana,

malah yang ada hanyalah perbudakan, dan pemerasan terhadap

rakyat Madura.

4. Berwajah paspasan, berpenampilan kolot, dan jadul. Entah

darimana dan apa yang membuat beberapa orang di luar

madura beranggapan demikian, tapi bisa jadi akibat dari rakyat

Madura yang mereka kenal langsung mungkin rata-rata

bercirikan seperti itu, sehingga muncullah perspektif yang

sesuai dengan realita yang mereka dapatkan. Hal ini bisa

dikatakan subyektifitas yang popular di masyarakat di luar

Madura. Terlepas dari pandangan persepsi yang terkesan

subyektif di atas adalah wajar-wajar saja, karena memang,

kadang orang luar Madura kurang arif memberikan penilaian

obyektif tentang streotif orang Madura yang sesungguhnya.

Khasanah keunikan Madura juga merambah pada nilai – nilai

budaya, yang mana hal tersebut perlu untuk dilestarikan dan

dikembangkan. Diantaranya adalah ungkapan-ungkapan

seperti: “Manossa coma dharma”, ungkapan ini menunjukkan

(47)

43

ombha‟ asapo‟ angen, abhantal syahadad asapo‟ iman”,

menunjukkan akan berjalin kelindannya budaya Madura

dengan nilai-nilai Islam.” Bango‟ jhuba‟a e ada‟ etembang

jhuba‟ a e budi”, lebih baik jelek di depan daripada jelek di

belakang. “Asel ta‟ adhina asal”, mengingatkan kita untuk tidak

lupa diri ketika menjadi orang yang sukses dan selalu ingat

akan asal mula keberadaan diri. “Lakonna lakone,

kennengngana kennengnge” sama halnya dengan ungkapan

“The right man in the right place”. “Pae” jha‟ dhuli palowa,

manes jha‟ dhuli kalodu”, nasehat agar kita tidak terburu-buru

mengambil keputusan hanya berdasarkan fenomena. Kita harus

permasalahan, baru diadakan analisis untuk kemudian

menetapkan kebijakan. “Karkar colpe‟”, bisa dikembangkan

untuk menumbuhkan sikap bekerja keras dan cerdas, apabila

kita ingin menuai hasil yang ingin dinikmati.14

Keunikan yang lain dari budaya Madura adalah pada dasarnya

dibentukdan dipengaruhi oleh kondisi geografis dan topografis masyarakat

Madura yang kebanyakan hidup di daerah pesisir, sehingga mayoritas

penduduk Madura memiliki mata pencaharian sebagai nelayan. Bahasan

mengenai masyarakat Madura tidak akan lepas pada perkembangan

sejarah masa lalu Madura di saat mendalami akar jaman sebelum dan

sesudah masa kolonial Belanda.

14

(48)

44

2. kerangka Teoritik

Dalam menganalisis Interaksi Sosial mahasiswa etnis Madura dan

Jawa di kelurahan Jemur Wonosari, kecamatan Wonocolo, kota Surabaya

maka peneliti mengunakan teori interaksionisme simbolik. Istilah

interaksionisme simbolik menjadi sebuah metode untuk pendekatan yang

relatif khusus pada ilmu yang membahas tingkah laku manusia.

Teori interaksionisme simbolik dimunculkan oleh George Herbert

Mead, teori ini memiliki substansi yaitu kehidupan bermasyarakat

terbentuk melalui proses interaksi dan komunikasi antar individu dan

antar kelompok dengan menggunakan simbol-simbol yang dipahami

maknanya melalui proses belajar dan memberikan tanggapan terhadap

stimulus yang datang dari lingkungannya dan dari luar dirinya.15

Masyarakat merupakan bentukan dari interaksi antar individu.

Interaksi sosial adalah sebuah interaksi antar pelaku, dan bukan antar

faktor-faktor yang menghubungkan mereka, atau yang membuat mereka

berinteraksi. Teori interaksionisme simbolik melihat pentingnya interaksi

sosial sebagai sebuah sarana ataupun sebagai sebuah penyebab ekspresi

tingkah laku manusia. Mead memandang interaksi sosial dalam

masyarakat terjadi dalam dua bentuk utama, yaitu “Percakapan Isyarat”

(Interaksi non simbolik) dan “Penggunaan Simbol-simbol penting”

(interaksi simbolik).

15

(49)

45

Istilah interaksi simbolik diciptakan oleh Herbert Meadpada tahun

1863-1931 dan dipopulerkan oleh Blumer pada tahun 1937, meskipun

sebenarnya Mead-lah yang paling popular sebagai peletak dasar teori

tersebut.

Esensi dari teori Interaksi simbolik adalah suatu aktivitas yang

merupakan ciri khas manusia, yakni komunikasi atau pertukaran simbol

yang diberi makna Meadmengkonseptualisasikan manusia sebagai

pencipta atau pembentuk kembali lingkungannya, sebagai perancang dunia

obyeknya dalam aliran tindakannya, alih–alih sekedar merespons

pengharapan kelompok.

Perspektif interaksionisme simbolik berusaha memahami perilaku

manusia dari sudut pandang subyek, perspektif ini menyarankan bahwa

perilaku manusia harus dilihat sebagai proses yang memungkinkan

manusia membentuk dan mengatur perilaku mereka dengan

mempertimbangkan keberadaan orang lain yang menjadi mitra interaksi

mereka.

Definisi yang mereka berikan kepada orang lain, situasi, obyek dan

bahkan pada diri mereka sendiri yang menentukan perilaku mereka.

Perilaku mereka tidak dapat digolongkan sebagai kebutuhan, dorongan

impuls, tuntutan budaya atau tuntutan peran, manusia bertindak hanya

berdasarkan pada definisi atau penafsiran mereka atas obyek-obyek di

(50)

46

Dalam pandangan interaksi simbolik, sebagaimana ditegaskan

Mead proses sosial dalam kehidupan kelompoklah yang menciptakan dan

menegakkan kehidupan kelompok, dalam konteks ini, maka makna

dikontruksikan dalam proses interaksi dan proses tersebut bukanlah suatu

medium netral yang memungkinkan kekuatan-kekuatan sosial memainkan

peranannya, melainkan justru merupakan substansi sebenarnya dari

organisasi sosial dan kekuatan sosial.

Bagi penganut interaksi simbolik memungkinkan mereka

menghindari problem-problem struktulisme dan idealisme dan

mengemudikan jalan tengah dari problem tersebut.

Menurut teori Interaksi simbolik, kehidupan sosial pada dasarnya

adalah interaksi manusia yang menggunakan simbol-simbol, mereka

tertarik pada cara manusia menggunakan simbol-simbol yang

merepresentasikan apa yang mereka maksudkan untuk berkomunikasi

dengan sesamanya. Dan juga pengaruh yang ditimbulkan dari penafsiran

simbol-simbol tersebut terhadap perilaku pihak-pihak yang terlihat dalam

interaksi sosial.

Penganut interaksi simbolik berpandangan, perilaku manusia pada

dasarnya adalah produk dari interpretasi mereka atas dunia dari sekeliling

mereka jadi tidak mengakui bahwa perilaku itu dipelajari atau ditentukan

sebagaimana dianut teori Behavioristik atau teori struktural.

Secara ringkas Teori Interaksionisme simbolik didasarkan pada

(51)

47

pertamaindividu merespons suatu situasi simbolik, mereka

merespon lingkungan termasuk obyek fisik (benda) dan Obyek sosial

(perilakumanusia) berdasarkan media yang dikandung

komponen-komponen lingkungan tersebut bagi mereka.

Kedua, makna adalah produk interaksi sosial, karena itu makna

tidak melihat pada obyek, melainkan dinegosiasikan melalui penggunaan

bahasa, negosiasi itu dimungkinkan karena manusia mampu mewarnai

segala sesuatu bukan hanya obyek fisik, tindakan atau peristiwa (bahkan

tanpa kehadiran obyek fisik, tindakan atau peristiwa itu) namun juga

gagasan yang abstrak.

Ketiga, makna yang interpretasikan individu dapat berubah dari

waktu ke waktu, sejalan dengan perubahan situasi yang ditemukan dalam

interaksi sosial, perubahan interpretasi dimungkinkan karena individu

dapat melakukan proses mental, yakni berkomunikasi dengan dirinya

sendiri.

Dalam penelitian ini peneliti ingin memahami obyek penelitian

menggunakan teori interaksionisme simbolik yang mana dari teori ini kita

bisa memahami masyarakat berdasarkan simbol dari kedua etnis yaitu

Madura dan Jawa, dari teori ini bisa kita fahami bahwasanya komunikasi

itu sangatlah penting sebagai awal dari memulainya aktifitas manusia

(52)

48

Dan simbol-simbol juga bisa mewakili cara kita berkomunikas,

karena terkadang lawan bicara kita sudah bisa memahami dari simbol yang

melekat pada diri kita.

Teori interaksionisme simbolik memandang manusia sebagai

makhluk sosial dalam suatu pengertian yang mendalam, yakni suatu

makhluk yang ikut serta dalam berinteraksi sosial dengan dirinya sendiri,

dengan membuat indikasinya sendiri, dan memberikan respon pada

sejumlah indikasi.

Asumsi-asumsi interaksionis simbolik berdasarkan karya Herbert

Blumer sebagai berikut :

1. Manusia bertindak terhadap sesuatu atas dasar asumsi internilai

simbolik yang dimiliki sesuatu itu (kata benda atau isyarat) dan

bermakna bagi mereka.

2. Makna-makna itu merupakan hasil interaksi sosial dalam

masyarakat manusia.

3. Makna-makna yang muncul dari simbol-simbol yang

dimodifikasi dan ditangani melalui proses penafsiran yang

digunakan oleh setiap individu dalam keterlibatannya dengan

benda-benda dan tanda-tanda yang dipergunakan.16

(53)

49

3. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Sebagai bahan pertimbangan dalam penelitian ini maka dicantumkan

beberapa hasil penelitian terdahulu oleh beberapa peneliti yang pernah

penulis baca diantaranya:

a. Fahroni dari Fakultas Ushuludin Universitas Islam Negeri Sunan

Kalijaga yang berjudul “Interaksi Sosial Mahasiswa Asing” di

yogyakarta pada tahun 2001.

Dalam penelitiannya peneliti menggunakan metode

penelitian kualitatif dengan pendekatan teori interaksionisme

simbolik dengan tujuan peneliti ingin mengetahui pola interaksi

sosial yang di lakukan mahasiswa dengan masyarakat setempat.

Dalam penilitan ini peneliti menjelaskan masalah toleransi

sosial yang kaitannya dengan interaksi sosial mahasiswa patani

dengan masyarakat sekitar menyangkut toleransi perbedaan

agama yang di anut oleh para mahasiswa patani.

Dan hasil dari penelitian tersebut di jelaskan bahwasanya

toleransi yang di miliki mahasiswa patani sangat tinggi

walaupun bercorak majemuk, ini menunjukan bahwa ada

peluang terjadinya pembauran sosial antara mahasiswa patani

dengan masyarakat setempat.

b. Lucia Rini Sugiarti yang berjudul “Interaksi Antar Etnis yang di

(54)

50

Fakultas Psikologi di Universitas Katolik Soegijapranata di

sumatra utara pada tahun 2005.

Dalam penelitian ini menggunakan metode kuantitatif

dimana peneliti membahas masalah cara menyikapi hubungan

antar kedua etnis tersebut, dan hasil temuan yang di hasilkan

oleh peneliti tersebut positif dalam artian dari kedua etnis

tersebut sama-sama bersikap baik tidak ada perbedaan di antara

kedua etnis.

c. Roudlotul Jannah Sofiyana yang berjudul “Pola Interaksi

Masyarakat dengan Waria di Pondok Pesantren Khusus al-Fatah

Sleman Yogyakarta” dalam skripinya di Universitas Negeri

Semarang pada tahun 2005.

Dalam penelitian ini peneliti mendieskripsikan pola

interaksi sosial dengan masyarakat di ponpes al-fatah.

Metode penelitan yang yang digunakan oleh peneliti

adalah deskripsi kualitatif. Metode deskripsi dapat di artikan

sebagai prosedur pemecahan masalah yang di selidiki dengan

menggambarkan atau melukiskan keadaan penelitian pada saat

sekarang berdasarkan fakta-fakta yang nampak atau

sebagaimana adanya (hadari nawawi, 2005: 63)

Dari hasil penelitian tersebut, peneliti menjelaskan bahwa

pola interaksi sosial yang terjadi antara waria dengan

(55)

51

golongkan menjadi dua yaitu proses asosiatif dan proses

disaosiatif. Dalam proses asosiatif tidak ada kerja sama,

akomodasi, asimilasi. Sedangkan proses disasosiatif ada

persaingan, kontrafersi, dan pertentangan. Dalam pelaksanaanya

di lapangan pola interaksi sosial yang terjadi antara masyarakat

dengan waria sangat baik dan masyarakat sekitar ponpes sangat

mendukung di dirikannya ponpen waria di desanya.

Dari ketiga hasil penelitian yang di kutip dapat di bedakan

dengan penelitian yang saat ini akan di laksanakan, penelitian

yang saat ini di angkat yaitu ingin mengetahui faktor penyebab

terjadinya interaksi mahasiswa antara dua etnis yang berbeda

yaitu etnis Madura dan Jawa. Serta bagaimana bentuk interaksi

(56)

49

BAB III

PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

A. Deskripsi Umum Objek Penelitian

1. Deskrisi Umum UIN Sunan Ampel Surabaya

Menurut letak geografis Wilayah kampus UIN Sunan Ampel Surabaya

berdiri diatas tanah seluas 8 hektar, di Sisi barat kampus UIN Sunan

Ampel Surabaya berbatasan dengan Jl. A. Yani tepatnya di depan Polda

Jatim, Sisi utara berbatasan dengan Pabrik Kulit dan perumahan Penduduk

Jemur Wonosari, Sisi timur berbatasan dengan pemukiman penduduk

Jemur Wonosari dan di bagian Sisi selatan berbatasan dengan PT.

PERURI.

Kampus UIN Sunan Ampel Surabaya yang letaknya sangat strategis

karena merupakan pintu gerbang Kota Surabaya dari sisi Selatan.

2. Sejarah berdirinya Institut Agama Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya

Berdirinya IAIN sunan Ampel Surabaya Yang sekarang menjadi UIN

Sunan Ampel Surabaya dimulai tahun 1961 yang timbul atas gagasan para

tokoh masyarakat Jawa timur untuk memiliki perguruan tinggi agama

Islam Negeri yang bernaung dibawah lingkungan Departemen agama

Republik Indonesia.untuk mewujudkan cita cita tersebut maka para ulama„

dan tokoh masyarakat Jawa Timur pada tahun itu juga mengadakan

pertemuan pertama di Jombang, Jawa Timur, dalam pertemuan tersebut

(57)

50

Yogyakarta. Dalam pertemuan tersebut menghasilkan beberapa keputusan,

antara lain :

a. Membentuk panitia pendirian IAIN.

b. Mendirikan Fakultas Syari„ah di Surabaya

c. Mendirikan Fakultas Tarbiyah di malang

Selanjutnya pada 9 oktober 1961,dengan SK Menteri Agama Republik

Indonesia No 17 tahun 1961 dibentuklah sebuah yayasan yang diberi nama

Yayasan badan waqaf kesejahteraan fakultas Syari„ah dan Fakultas

Tarbiyah cabang surabaya yang bertugas antara lain :

a. Mengadakan persiapan pendirian IAIN Sunan Ampel dan

fakultas-fakultas, antara lain Fakultas Syari„ah di Surabaya dan Fakultas

Tarbiyah di Malang.

b. Menyediakan lokasi tanah untuk membangun kampus IAIN yang

terletak di Jl.Jend.A.Yani No 117 Surabaya.

c. Menyediakan perlengkapan perkuliahan, sarana dan prasarana

administrasi ,sarana transportasi khususnya kendaraan mobil untuk

dua orang pemimpin fakultas Syari„ah Surabaya dan Fakultas

Tarbiyah Malang. Pada periode tahun 1966-1970,Institut Agama

Islam Negeri Sunan Ampel tumbuh dengan pesatnya sehingga

berhasil membuka delapan belas fakultas yang tersebar ditiga

provinsi, yaitu: Jawa timur, Kalimantan timur, Nusa Tenggara

Gambar

tabel jadwal rencana penelitian ini.

Referensi

Dokumen terkait

Banyak orang yang datang untuk membuat perjanjian perikatan jual beli namun dalam hal ini perjanjian perikatan jual beli (PPJB) diganti dengan Surat Keterangan

Unsur-unsur dari pengambilan keputusan tersebut adalah sebagai berikut: (1) Tujuan dari pengambilan keputusan, adalah mengetahui lebih dahulu apa tujuan dari

Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui apakah kinerja operasional Bus Trans Bandar Lampung atau BRT sudah sesuai dengan standar yang ada.. Penelitian ini

Penguasaan kemahiran profesional adalah penting untuk membolehkan graduan menggunakan maklumat dan mengoptimakan pengetahuan ( IFAC 1996). Perbincangan dapatan kajian

Faktor-faktor yang berhubungan dengan perilaku pencegahan infeksi nosokomial pada keluaga pasien di RSU Hidayah Purwokerto. Faktor-faktor yang

Melalui berbagai siaran yang mengedepankan muatan-muatan lokal, Cakra Semarang TV menjadi sumber inspirasi dan semangat untuk mendorong masyarakat Jawa Tengah terus menerus

Jenis penelitian adalah eksperimen dengan desain faktorial ganda 3x3, variabel bebas adalah subtitusi tepung sorgum 10%, 20%, dan 30% dari berat total tapioka

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi pemustaka pada layanan internet di Perpustakaan Politeknik Negeri Semarang. Desain penelitian ini adalah penelitian