16 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di Salatiga. Pertimbangan pemilihan
lokasi penelitian tersebut adalah:
1.Sekolah Kepandaian Putri (SKP) di Salatiga menjadi salah satu
sekolah bagi kaum wanita.
2.Salatiga menjadi salah satu kota yang mempunyai peran dalam
bidang pendidikan bagi anak-anak dari berbagai daerah.
Cakupan waktu penelitian dari Tahun 1953-1962. Cakupan waktu
tersebut dipilih atas pertimbangan:
1. Pada tahun 1953 Sekolah Kepandaian Putri (SKP) mulai
berdiri.
2. Pada tahun 1962 Sekolah Kepandaian Putri (SKP) berakhir dan
kemudian diganti menjadi Sekolah Kesejahteraan Keluarga
Pertama (SKKP), sehingga penelitian ini bertujuan untuk
mendapat cerita tentang Sekolah Kepandaian Putri (SKP) di
Salatiga tahun 1953-1962.
B. Bentuk dan Strategi Penelitian
Mengacu pada permasalahan yang dirumuskan, maka bentuk
penelitian ini adalah deskriptif naratif dengan jenis penelitian sejarah
pendidikan. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengkaji kebijakan
17
menggambarkan tentang Sekolah Kepandaian Putri (SKP) di Salatiga
tahun 1953-1962. Strategi yang digunakan dalam penelitian ini
berdasarkan hasil wawancara, dokumen atau arsip, dan sumber pustaka
yang berhubungan dengan bahasan penelitian.
C. Sumber Data
1. Sumber Primer
Sumber primer dari penelitian ini adalah informan dari para guru
dan para lulusan Sekolah Kepandaian Putri (SKP) Salatiga. Dalam
sumber primer ini juga didukung dengan arsip dan dokumen yang
disimpan di perpustakaan Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 9
Salatiga (bekas Sekolah Kepandaian Putri) yang menunjang penelitian.
2. Sumber Sekunder
Sumber sekunder dalam penelitian ini berupa buku-buku pustaka
yang relevan dengan penelitian yang dilakukan. Buku-buku pustaka
diperoleh di perpustakaan pusat UKSW dan perpustakaan daerah
Salatiga.
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode penelitian, yaitu metode
sejarah (historical method). Langkah-langkah yang penulis lakukan ialah:
1. Heuristik
Langkah ini merupakan langkah awal yang harus dilakukan oleh
peneliti. Tahap ini peneliti mencari sumber yang berhubungan dengan
18
wawancara secara mendalam kepada informan, yaitu para guru
maupun lulusan Sekolah Kepandaian Putri (SKP) Salatiga. Sumber
primer adalah sumber yang direkam dan dilaporkan oleh para saksi
mata (eyewitness) (A. Daliman, 2012:55). Sumber primer yang kedua
berupa arsip dari perpustakaan pribadi yang dimiliki oleh pelaku
peristiwa. Sedangkan, sumber dari studi pustaka dan arsip pendukung
bermanfaat untuk peneliti dalam melakukan pencatatan isi yang
memuat permasalahan yang diteliti.
2. Kritik Sumber
Peneliti menilai sumber-sumber yang dibutuhkan dalam penelitian
dengan 2 cara, yaitu:
a. Kritik Intern
Yaitu menguji lebih jauh mengenai isi dokumen, apakah isi
informasi yang terkandung dalam suatu dokumen benar dan dapat
dipercaya. Dalam hal ini penulis menguji kebenaran informasi dengan
melakukan perbandingan antara hasil wawancara dengan sumber buku
atau pustaka untuk mendapatkan suatu kebenaran yang dapat
dipertanggungjawabkan.
b. Kritik Ekstern
Yaitu menguji otentisitas (keaslian) suatu sumber agar diperoleh
sumber yang sungguh-sungguh asli dan bukan tiruan atau palsu (A.
Daliman 2012:67). Penulis mencermati sumber-sumber buku atau arsip
19
sejarawan atau bukan), tahun pembuatan, judul buku, serta
sumber-sumber dokumen atau sumber-sumber lisan dengan cara membandingkan hasil
wawancara informan satu dengan informan yang lainnya sehingga
diharapkan penulis akan mendapatkan fakta yang dibutuhkan.
3. Interpretasi
Interpretasi berarti menafsirkan atau memberi makna kepada
fakta-fakta (facts) atau bukti-bukti sejarah (evidences) (A. Daliman,
2012:81). Dalam penelitian ini dilakukan dengan menafsirkan
sumber-sumber yang telah penulis dapatkan dan menetapkan makna serta
hubungan dari fakta-fakta yang ada. Fakta-fakta yang telah diseleksi
tersebut dihubungkan satu sama lain menjadi satu kesatuan sehingga
muncul fakta-fakta sejarah yang relevan.
4. Historiografi
Langkah terakhir ini merupakan langkah menulis jejak-jejak
sejarah berdasarkan data yang telah dikumpulkan, dianalisa, dan
ditafsirkan sehingga tersusun menjadi sebuah cerita sejarah yang dapat
dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam hal ini penulis
20 E. Analisis Data
Penelitian ini menggunakan Teknik Trianggulasi Sumber. Siklus
Trianggulasi Sumber yang digunakan adalah sebagai berikut:
Penelitian ini menggunakan pendekatan ilmu pendidikan dan ilmu
sosial. Pendekatan ilmu pendidikan untuk menjelaskan sistem pendidikan
dalam lembaga pendidikan formal. Pendekatan ilmu sosial untuk
menjelaskan hubungan antara Sekolah Kepandaian Putri (SKP) terhadap
perubahan sosial yang terjadi di masyarakat.
Pustaka Nara sumber
21 F. Kerangka Pikir
Penelitian dengan judul Sekolah Kepandaian Putri (SKP) di
Salatiga tahun 1953-1962 dapat dilihat dalam skema kerangka berpikir
sebagai berikut:
Pendidikan bagi wanita
Sekolah Kepandaian Putri (SKP)
1. Kebijakan pemerintah menyelenggarakan Sekolah Kepandaian Putri (SKP) 2. Sistem Pendidikan 3. Kurikulum
4. Peserta didik 5. Pengajar
Indonesia Merdeka
Kesempatan bagi wanita untuk masuk ke dalam “fair competition”
22 Keterangan:
a. Terwujudnya kemerdekaan Indonesia mendorong pemerintah
untuk memberikan hak bagi semua warga negaranya di setiap
bidang kehidupan, salah satunya adalah bidang pendidikan.
b. Semua warga negara mempunyai kesempatan untuk mendapatkan
pendidikan. Dengan demikian, setiap anak baik laki-laki maupun
perempuan berhak untuk sekolah.
c. Pemerintah berusaha menampung kaum wanita yang tidak
mempunyai biaya untuk melanjutkan pendidikan kejenjang yang
lebih tinggi, salah satunya ialah dengan mendirikan Sekolah
Kepandaian Putri (SKP) dengan masa pendidikan selama 4 tahun.
d. Sekolah Kepandaian Putri (SKP) didirikan oleh pemerintah di
berbagai daerah di Indonesia, salah satunya di Salatiga. Pada tahun
1962 Sekolah Kepandaian Putri (SKP) ini kemudian diganti
dengan Sekolah Kesejahteraan Keluarga Pertama (SKKP), karena
mengingat tugas wanita dalam keluarga.
e. Usaha yang dilakukan pemerintah mendorong keterlibatan
masyarakat dalam mendukung pendidikan Sekolah Kepandaian
Putri (SKP), karena jika suatu pendidikan tidak didukung oleh
masyarakat maka hasil-hasil dari pendidikan tidak dapat