195 BAB IV
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dalam penulisan ini maka
peneliti berkesimpulan sebagai berikut:
1. Pengaturan Perlindungan Hukum terhadap
perempuan dan anak korban perdagangan telah
diatur dalam UU No.21 Tahun 2007 tentang PTPPO
dan UU No. 13 Tahun 2006 Tentang Perlindungan
Saksi dan Korban. Ide perlindungan hukum yang
berorientasi pada korban sudah terimplementasi
dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2007,
namun dalam implementasinya masih belum
sepenuhnya sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang tersebut apalagi bila dikaitkan dengan
pemenuhan terhadap hak korban.
2. Unsur Perdagangan orang meliputi adanya
tindakan/proses, adanya cara dan tujuan. Jika
salah satu unsur diatas terpenuhi, maka terjadilah
perbuatan perdagangan orang. Persetujuan dari
196
berarti lagi, bilamana cara-cara yang digunakan
mengandung unsur seperti pada Pasal 1 angka 1 UU
PTPPO.
3. Dasar pertimbangan hakim dalam 3 putusan yang
sudah dibahas masih belum menempatkan korban
sebagai individu yang perlu mendapat perlindungan.
Dimana hakim tidak memasukan restitusi dalam
amar putusan sesuai dengan Pasal 48 ayat (1) UU
PTPPO, bahwa setiap korban tindak pidana
perdagangan orang berhak atas restitusi. Dalam hal
ini perlunya pengaturan khusus tentang mekanisme
pemberian restitusi dan pemahaman antara
penyidik, penuntut umum dan hakim
B. Saran
1. Dalam memutus kasus perdagangan perempuan
dan anak, sebaiknya hakim lebih memperhatikan
Undang-Undang No 21 Tahun 2007 dan
menempatkan korban sebagai individu yang harus
dilindungi.
2. Perlunya penanganan khusus jika korban adalah
anak, dimana ada perbedaan standart
penghormatan, perlindungan, dan pemenuhan hak
197
korban perdagangan berdasarkan statusnya,
apakah dia seorang anak atau seorang dewasa.
3. Pengaturan pemberian restitusi harus dilampirkan
dalam amar Putusan, hal ini bersesuaian dengn
Pasal 48 ayat (5) UU No 21 Tahun 2007 yang
menyatakan bahwa penitipan restitusi dalam
bentuk uang di pengadilan dilaksanakan sejak