• Tidak ada hasil yang ditemukan

Skripsi Peningkatan Keterampilan Menulis Kreatif Keterampilan\BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan " Skripsi Peningkatan Keterampilan Menulis Kreatif Keterampilan\BAB I"

Copied!
13
0
0

Teks penuh

(1)

A. Latar Belakang

Pengajaran keterampilan bahasa dan sastra Indonesia mencakupi

keterampilan mendengarkan, keterampilan membaca, keterampilan berbicara,

dan keterampilan menulis. Keempat keterampilan tersebut selalu berkait satu

dengan yang lain. Di antara keterampilan tersebut keterampilan mendengarkan

dan keterampilan membaca merupakan keterampilan reseptif, sedangkan

keterampilan berbicara dan keterampilan menulis merupakan keterampilan

produktif.

Suyatno (2004:6) menyatakan bahwa posisi bahasa Indonesia berada

dalam dua tugas. Tugas pertama adalah bahasa Indonesia sebagai bahasa

nasional. Sebagai bahasa nasional, bahasa Indonesia tidak mengikat

pemakainya untuk sesuai dengan kaidah dasar. Tugas kedua adalah bahasa

Indonesia sebagai bahasa negara. Sebagai bahasa negara berarti bahasa

Indonesia harus digunakan sesuai dengan kaidah, tertib, cermat, dan masuk

akal. Bahasa Indonesia yang dipakai harus lengkap dan baku. Tingkat

kebakuannya diukur oleh aturan kebahasaan dan logika pemakaian. Dengan

demikian pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah tidak hanya mempelajari

bahasa yang resmi, bahasa yang sesuai dengan tata bahasa dan kaidah-kaidah

penggunaannya saja tetapi juga mempelajari bahasa dalam bentuk yang tidak

resmi seperti dalam bahasa sastra.

Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa

yang harus diajarkan pada siswa. Keterampilan menulis mempunyai peranan

(2)

yang sangat penting dalam kehidupan sehari-hari. Keterampilan menulis

merupakan syarat untuk berkecimpung dalam berbagai macam bidang atau

kegiatan. Hal ini mengandung pengertian betapa pentingnya keterampilan dan

kemampuan menulis dalam kehidupan sehari-hari.

Diberlakukannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) oleh

pemerintah menghendaki (1) peserta didik dapat mengembangkan potensinya

sesuai dengan kemampuan, kebutuhan, dan minatnya, serta dapat

menumbuhkan penghargaan terhadap hasil karya kesastraan dan hasil

intelektual bangsa sendiri; (2) guru dapat memusatkan perhatian kepada

pengembangan kompetensi bahasa siswa dengan menyediakan berbagai

kegiatan berbahasa dan sumber belajar; (3) guru lebih mandiri dan leluasa

dalam menentukan bahan ajar kebahasaan dan kesastraan sesuai dengan

kondisi lingkungan sekolah dan siswanya; (4) orang tua dan masyarakat dapat

secara aktif terlibat dalam pelaksanaan program kebahasaan dan kesastraan di

sekolah; (5) sekolah dapat menyusun program pendidikan tentang kebahasaan

dan kesastraan sesuai dengan keadaan siswa dan sumber belajar yang tersedia;

(6) daerah dapat menentukan bahan dan sumber belajar kebahasaan dan

kesastraan sesuai dengan kondisi dan kekhasan daerah dengan tetap

memperhatikan kepentingan nasional (Depdiknas, 2005:1).

Standar kompetensi mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia aspek

bersastra SMA kelas X untuk subaspek menulis menyebutkan bahwa siswa

harus mampu mengungkapkan pengalaman diri sendiri dan orang lain ke

dalam cerpen (Depdiknas, 2005:4). Untuk mencapai standar kompetensi di

(3)

pengajaran mengenai teori-teori sastra. Di samping memperoleh pengetahuan

tentang teori-teorinya siswa pun dituntut untuk dapat mengungkapkan pikiran,

gagasan, pendapat, dan perasaannya melalui sebuah karya sastra yang berupa

cerpen.

Tulisan imajinatif yang merupakan tulisan kreatif, dalam hal ini dapat

berupa cerpen, cerpen, novelet, dan novel. Dalam kajian ini dipilih cerpen

sebagai objek penelitian. Pemilihan cerpen karena cerpen tidak memerlukan

waktu yang lama untuk membuatnya karena bentuknya yang lebih pendek

daripada novel, begitu pun untuk membacanya, sehingga cerpen sering disebut

bacaan yang dapat dibaca sekali duduk. Bahasa yang digunakan dalam cerpen

pun menggunakan bahasa yang sederhana, lebih sederhana jika dibandingkan

dengan bahasa dalam cerpen yang mempunyai arti lebih kompleks, serta

berupa pemadatan kata yang di dalamnya menceritakan gagasan, perasaan

ataupun pengalaman penulisnya.

Keterampilan menulis cerpen bukanlah sesuatu yang dapat diajarkan

melalui uraian atau penjelasan semata-mata. Siswa tidak akan memperoleh

keterampilan menulis hanya dengan duduk, mendengarkan penjelasan guru,

dan mencatat penjelasan guru. Keterampilan menulis cerpen dapat

ditingkatkan dengan melakukan kegiatan menulis cerpen secara

terus-menerus sehingga akan mempengaruhi hasil dan prestasi siswa dalam menulis

cerpen. Hasil dan prestasi dapat meningkat apabila ada perubahan sikap dan

tingkah laku siswa baik pada aspek pengetahuan, keterampilan maupun

(4)

Tidak sedikit siswa yang mengalami hambatan dalam mengembangkan

keterampilan menulis cerpen. Hal ini juga dialami siswa kelas X MA Al Falah Branta Tinggi Tlanakan Pamekasan, hambatan-hambatan tersebut yaitu daya imajinasi siswa masih kurang, diksi yang digunakan dalam menulis cerpen

kurang bervariasi, kesulitan menentukan tema, dan kurang dapat mengembangkan ide. Proses belajar mengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di sekolah-sekolah umumnya berorientasi pada teori dan pengetahuan

semata-mata sehingga keterampilan berbahasa khususnya keterampilan menulis kurang dapat perhatian. Ide, gagasan, pikiran, dan perasaan mereka berlalu begitu saja, tidak diungkapkan khususnya dalam bentuk karya sastra.

Keterampilan menulis cerpen yang diajarkan di sekolah-sekolah

selama ini menggunakan metode konvensional. Peran guru amat dominan dalam proses pembelajaran. Siswa kurang aktif dan sering kali metode ini menimbulkan kebosanan bagi siswa dalam pembelajaran menulis cerpen

sehingga karya yang dihasilkan siswa kurang maksimal. Cerpen yang dibuatnya kurang menarik karena bahasa yang digunakan monoton, dan pengembangan ide atau gagasan kurang bervariasi. Hal ini dapat dilihat dari

kesesuaian isi cerpen dengan tema, pengembangan topik, dan diksi yang belum mendapat perhatian dari siswa.

Guru sebagai penyampai materi kepada siswa harus dapat menyampaikan materi yang akan dibahas dengan metode dan media yang

tepat dan menarik. Hal tersebut akan berdampak pada keberhasilan siswa dalam mengikuti pembelajaran dan mengerjakan tugas yang diberikan guru.

(5)

pembelajaran, dan (3) evaluasi pembelajaran. Dalam penguasaan keterampilan pembelajaran guru dituntut untuk menggunakan berbagai strategi pembelajaran. Strategi pembelajaran yang tepat dan dapat menarik perhatian siswa sehingga menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dan dapat mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan.

Keterampilan menulis merupakan proses belajar yang memerlukan ketekunan berlatih, semakin rajin berlatih, keterampilan menulis akan meningkat. Begitu juga dengan keterampilan menulis cerpen, untuk dapat menulisnya diperlukan usaha yang keras dan latihan terbimbing secara terus-menerus untuk menghasilkan cerpen yang baik. Peran guru sebagai motivator, fasilitator, sekaligus inspirator bagi siswa sangat diperlukan dalam hal ini yaitu memberikan latihan terbimbing kepada siswa dalam menulis kreatif cerpen.

Pembelajaran dengan pendekatan konstruktivisme dapat dijadikan sebagai strategi untuk meningkatkan keterampilan menulis siswa. Pendekatan konstruktivisme merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut (Margaretha dan Dede, 2008:27) "Model belajar konstruktivisme adalah model pembelajaran yang menekankan pada pengetahuan awal sebagai tolak ukur dalam belajar. Prinsip yang paling umum dan paling esensial dari konstruktivis adalah siswa memperoleh banyak pengetahuan dari luar sekolah bukan dari bangku sekolah".

Model konstruktivis ini lebih menekankan pada penerapan konsep

(6)

manual. Dengan demikian model konstruktivisme ini lebih menekankan pada

bagaimana siswa belajar melalui interaksi sosial, dan pada model ini anak

menemukan konsep melalui penyelidikan, pengumpulan data,

penginterprestasian data melalui suatu kegiatan yang dirancang oleh guru. Dan

dalam model pembelajaran konstruktivisme ini siswa dapat mencari

pengetahuan sendiri melalui suatu kegiatan pembelajaran seperti pengamatan,

percobaan, diskusi, tanya jawab, membaca buku, bahkan surfing di internet.

Guru harus dapat mengembangkannya dengan menguasai pendekatan,

metode dan model pembelajaran yang sesuai. Agar dapat mendukung siswa

dalam mengemukakan ide-ide, menumbuhkan rasa percaya diri Pendidikan

Kecakapan Hidup (life skills) lebih luas dari sekedar keterampilan manual.

Dari permasalahan tersebut, peneliti mencoba menggunakan metode pembelajaran pendekatan Konstruktivisme di MA Al Falah Branta Tinggi Tlanakan Pamekasan dalam pembelajaran menulis cerpen ini dalam penelitian yang berjudul “Peningkatan Keterampilan Menulis Kreatif dengan Pendekatan Konstruktivisme Siswa Kelas X MA. Al-Falah Branta Tinggi Tlanakan Pamekasan”.

B. Permasalahan

1. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

(7)

2. Bagaimanakah respon siswa dalam belajar menulis cerpen dengan menggunakan pendekatan Konstruktivisme siswa kelas X MA. Al Falah Branta Tinggi Tlanakan Pamekasan?

3. Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa dalam belajar menulis cerpen dengan menggunakan pendekatan Konstruktivisme siswa kelas X MA. Al Falah Branta Tinggi Tlanakan Pamekasan?

2. Penegasan Konsep Variabel

Untuk menghindari kesalahan persepsi, perbedaan konsep , dan untuk memperjelas konsep variabel sebagai batasan oprasional

penelitian ini. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif yang terdiri dari 2 variabel, yaitu variabel X (Peningkatan keterampilan menulis cerpen), dan variabel Y (Pendekatan konstruktivime).

Yang dimaksud hal kreativitas menulis cerpen, Tamsir (dalam Endraswara 2003:239) memberikan petunjuk bahwa penulis ibarat kamerawan yang membidik perjalanan panjang kehidupan manusia atau sesuatu yang dimanusiakan. Sedangkan, pendekatan Konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan kita adalah konstruksi kita sendiri” (Paul Suparno, 2007 : 18).

3. Deskripsi Masalah

Dalam upaya peningkatkan keterampilan menulis cerpen, guru diharapkan menggunakan pendekatan konstruktivisme dalam pendekatan ini siswa dilatih untuk menulis cerpen dari pengalaman-pengalamannya sendiri.

(8)

beberapa faktor yang harus diperhatikan oleh penulis menulis cerpen yaitu:

1. Tema dan amanat 2. Tokoh dan penokohan 3. Alur

4. Latar

5. Diksi dan gaya bahasa 6. Sudut pandang

7. Kepaduan unsur-unsur pembangun cerpen

Pendekatan konstruktivisme merupakan salah satu pendekatan

yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat dipahami bahwa

pengetahuan merupakan hasil dari pengalaman pribadi.

4. Pembatasan Masalah

Agar pembahasan dalam penelitian ini tidak menyimpang dari pokok permasalahan, maka diperlukan pembatasan masalah yang meliputi:

a. Pendekatan pembelajaran yang dipakai untuk meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia adalah metode pendekatan konstruktivisme.

b. Materi yang disampaikan adalah menulis cerpen yang dibatasi pada tema dan amanat, tokoh dan penokohan serta latar.

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mendeskripsikan bagaimanakah aktivitas belajar siswa dalam

belajar menulis cerpen dengan menggunakan pendekatan Konstruktivisme

(9)

2. Untuk mendeskripsikan bagaimanakah respon siswa dalam belajar menulis

cerpen dengan menggunakan pendekatan Konstruktivisme siswa kelas X

MA. Al Falah Branta Tinggi Tlanakan Pamekasan?

3. Untuk mendeskripsikan bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa

dalam belajar menulis cerpen dengan menggunakan pendekatan

Konstruktivisme siswa kelas X MA. Al Falah Branta Tinggi Tlanakan

Pamekasan?

D. Postulat/Asumsi

Postulat merupakan keyakinan yang mengarah kepada kepastian atau

yang sudah diyakini kebenarannya.

Asumsi menurut Arikunto (1987:59) adalah suatu proses yang

diyakini kebenarannya oleh peneliti yang harus dirumuskan secara jelas.

Sedangkan faedah dari asumsi adalah : 1) untuk memperkuat permasalahan,

2) membantu peneliti dalam memperjelas menetapkan objek penelitian,

wilayah pengambilan data, instrumen pengumpulan data.

Adapun asumsi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Siswa dalam mengerjakan soal-soal sesuai dengan kemampuan sendiri 2. Hasil tes yang di peroleh adalah hasil yang sebenarnya

3. Tes yang di berikan sesuai dengan kurikulum yang berlaku 4. Siswa mengisi angket sesuai dengan keadaan yang sebenarnya 5. Kurikulum yang di pakai adalah KTSP.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai

(10)

1. Bagi Kepala Sekolah

Sebagai bahan pertimbangan dalam upaya meningkatkan kualitas belajar

mengajar khususnya dalam bidang studi bahasa Indonesia

2. Bagi Guru Bidang Studi Bahasa Indonesia

Memberikan masukan yang dapat membantu proses belajar mengajar

dengan beberapa teknik atau tips dan mengajak siswa untuk gemar

menulis dengan pendekatan kontruktivisme.

3. Bagi Peliti Sebagai Calon Guru

Dapat dijadikan sebagai salah satu media untuk memperluas wawasan

tentang disiplin ilmu yang ditekuni serta sebagai bekal untuk terjun ke

dunia pendidikan.

4. Bagi Universitas

Menambah koleksi referensi di lingkungan Universitas Madura pada

umumnya dan FKIP pada khususnya. Diharapkan hasil penelitian ini dapat

dijadikan dasar pemikiran untuk melakukan penelitian berikutnya.

F. Alasan Memilih Judul 1. Alasan Subjektif

a. Lokasi penelitian letaknya terjangkau oleh peneliti

b. Permasalahan yang diteliti sesuai dengan disiplin ilmu dan dalam jangkauan peneliti.

2. Alasan Objektif

(11)

b. Pendekatan kontruktivisme belum pernah diteliti oleh mahasiswa sebelumnya

c. Pendekatan kontruktivisme merupakan suatu pendekatan yang membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar siswa.

G. Pengertian Istilah Dalam judul

Agar tidak menimbulkan perbedaan penafsiran dari apa yang dimaksudkan dalam judul makalah seminar ini, maka penulis perlu uraikan mengenai arti dari istilah dalam judul sebagai berikut :

1. Peningkatan adalah sebuah proses atau usaha untuk meningkatkan (KBBI,2005:1198).

2. Keterampilan adalah kecakapan, kesanggupan, kekuatan, kemampuan melakukan suatu kegiatan.

3. Menulis adalah kegiatan untuk menuangkan ide/gagasan dengan menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai (Henry Guntur Tarigan, 1993: 15).

4. Kreatif adalah kemampuan menciptakan sesuatu yang baru.

5. Pendekatan konstruktivisme adalah salah satu filsafat pengetahuan yang menekankan bahwa pengetahuan adalah bentukan kita sendiri (Paul Suparno,2007: 18).

H. Ruang Lingkup Penelitian 1. Ruang Lingkup Area/ Wilayah

Penelitian ini dilaksanakan di MA. Al Falah Branta Tinggi Tlanakan Pamekasan.

(12)

Penelitian ini hanya difokuskan pada siswa kelas X MA. Al Falah Branta

Tinggi Tlanakan Pamekasan Tahun Pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 39 siswa.

3. Ruang Lingkup Materi

Penelitian ini terbatas pada pendekatan konstruktivisme dalam upaya meningkatkan kemampuan menulis cerpen.

I. Sistematika Penulisan

Agar dalam penulisan skripsi lebih terperinci secara sistematika

maka diperlukan suatu sistematika penulisan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan, pada bab ini terdiri atas : Latar belakang

masalah, permasalahan yang terdiri dari rumusan masalah, penegasan konsep

variabel, deskripsi masalah dan batasan masalah, tujuan penelitian, postulat

dan hipotesis, manfaat penelitian, alasan pemilihan judul, pengertian istilah

dalam judul, ruang lingkup penelitian, dan sistematika penulisan.

Bab II Kajian Pustaka, terdiri atas Kajian Teoritis pendekatan

konstruktivisme, Kajian tentang menulis, dan Kajian tentang Cerpen.

Bab III Metode Penelitian, terdiri dari Pengertian Metode

Penelitian, Desain Penelitian, Subjek Peneliitian, Proses Tindakan Siklus I,

Proses Tindakan Siklus II, Instrumen Penelitian, Instrumen Non Tes, Uji

Instrumen, Teknik Pengumpulan Data, Teknik Analisis Data.

Bab IV. Laporan Empiris, terdiri dari Tahap Persiapan, Tahap

Pelaksanaan, Tahap Penyajian Data.

Bab V. Analisis Data

(13)

Referensi

Dokumen terkait

Kebijakan pidana terkait dengan korupsi sesungguhnya sudah ada dan diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidanan (KUHP) namun yang diatur mengenai penyalahgunaan

Tingkat pengembalian internal (inernal rate of return-IRR) definisikan sebagai tingkat diskonto yang memaksa NPV proyek menjadi sama

Pokja Pekerjaan Konstruksi SKPD07/PK-29 ULP pada Kabupaten Banjar akan melaksanakan Pemilihan Langsung dengan pascakualifikasi (Ulang) untuk paket pekerjaan konstruksi secara

Memperhatikan ketentuan-ketentuan dalam Peraturan Presiden Republik I ndonesia Nomor 4 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang

Hal ini merupakan perwujudan pelaksanaan azas desentralisasi dalam pelaksanaan pemerintahan di daerah.Partisipasi masyarakat ( public participation ) pada tatanan

Ketika mahasiswa pribumi yang memiliki latar belakang budaya asli Indonesia dihadapkan pada realitas bahwa ia menjadi kelompok minoritas bagi Tionghoa yang juga memiliki

Saudara sebagai calon pemenang WAJIB untuk menghadiri tahapan Klarifikasi dan Negosiasi Teknis dan Biaya seperti yang diamanatkan Perpres 54 Tahun 2010 sebagaimana

Evaluasi dokumen penawaran dilakukan dari tanggal 31 Agustus – 7 September 2016, yang dituangkan dalam Berita Acara Evaluasi Penawaran Nomor 07-Jawas/Pokja.PA-Pry/IX/2016, tanggal