• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP JUAL BELI SERAGAM SEKOLAH DI TOKO PURNAMA JAYA INDAH PASAR BLAURAN SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM TERHADAP JUAL BELI SERAGAM SEKOLAH DI TOKO PURNAMA JAYA INDAH PASAR BLAURAN SURABAYA."

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS HUKUM BISNIS ISLAM

TERHADAP

JUAL BELI

SERAGAM SEKOLAH DI TOKO PURNAMA JAYA INDAH PASAR

BLAURAN SURABAYA

SKRIPSI

Oleh

Dardena Betarania Faroby NIM. C32212082

Universitas Islam Negeri Sunan Ampel

Fakultas Syari’ah dan Hukum

Jurusan Hukum Perdata Islam Prodi Hukum Ekonomi Syari’ah (Muamalah)

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

Skripsi ini adalah hasil penelitian lapangan yang berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap Fatwa DSN No. 47 /DSN-MUI/11/2005 Tentang Pembiayaan Bermasalah di BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang Sidoarjo”. Penelitian ini menjawab pertanyaan bagaimana penyelesaian pembiayaan bermasalah di BMT Sidogiri Cabang Sepanjang dan bagaimana analisis Hukum Islam terhadap fatwa DSN no. 47/DSN-MUI/II/2005 di BMT UGT Sidogiri Cabang sepanjang.

Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualititatif yang bersifat penelitian lapangan yakni penelitian yang dilakukan dalam kehidupan yang sebenarnya, yaitu menggambarkan kondisi, situasi, atau fenomena yang tertuang dalam data yang diperoleh tentang pembiayaan bermasalah di BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang Sidoarjo. Kemudian dianalisis menggunakan pola pikir deduktif, untuk mendapatkan kesimpulan yang dianalisis menggunakan Fatwa DSN No: 47/DSN-MUI/II/2005 tentang penyelesaian piutang murabahah bagi nasabah yang tidak mampu bayar.

Hasil penelitian menyimpulkan bahwa Pertama, mengenai penyelesaian pembiayaan bermasalah di BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang dengan memberikan surat peringatan pertama dan kedua kepada nasabah. Jika nasabah masih menghiraukannya maka pihak BMT akan memberikan surat panggilan kepada nasabah yang mengalami pembiayaan bermasalah untuk datang menemui pihak BMT Sidogiri Cabang Sepanjang. Apabia nasabah tidak merespon atau tidak hadir untuk menemui pihak BMT Sidogiri Cabang sepanjang maka jalan satu-satunya pihak BMT UGT Sidogiri Cabang sepanjang akan mendatangi rumah nasabah untuk melakukan penagihan. Jika penagihan tidak menemukan titik terang maka pihak BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang akan memberitahukan kepada nasabah, bahwa pihak BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang akan melelang barang jaminan tersebut. jika nasabah mengatakan bahwa nasabah tidak mampu membayar sesuai kesepakatan diawal maka BMT melakukan pemutihan data sebagai jalan untuk pelunasan pembayaran yang belum selesai. Sedangkan yang Kedua, proses penyelesaian pembiayaaan di BMT Sidogiri Cabang Sepanjang telah sesuai dengan Hukum Islam dan Fatwa DSN No.47/DSN-MUI/II/2005 tentang penyelesaian piutang murabahah bagi nasabah yang titak mamapu membayar. Karena segala proses dan alur yang digunakan BMT Sidogiri Cabang Sepanjang Sidoarjo adalah sama dan telah mengikuti segala ketetapan yang ada di dalam Fatwa DSN No.47/DSN-MUI/II/2005 tentang penyelesaoan piutang mura>bah}ah bagi nasabah tidak mampu membayar

(7)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM ... i

PERNYATAAN KEASLIAN ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

ABSTRAK ... v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR BAGAN ... xi

DAFTAR TRANSLITERASI ... xii

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Identifikasi dan Batasan Masalah ... 5

C. Rumusan Masalah ... 6

D. Kajian Pustaka ... 6

E. Tujuan Penelitian ... 8

F. Kegunaan Hasil Penelitian ... 9

G. Definisi Operasional ... 10

H. Metodelogi Penelitian ... 11

I. Sistematika Pembahasan ... 17

BAB II : TEORI PEMBIAYAAN MURA>BAH}AH A.Pengertian Mura>bah}ah ... 19

B.Dasar Hukum Mura>bah}ah ... 23

C.Rukun dan Syarat Mura>bah}ah ... 26

D.Tujuan Mura>bah}ah ... 29

(8)

F. Ketentuan Umum Mura>bah}ah ... 31

G.Aplikasi Pembiayaa Mura>bah}ah dalam Bank Syariah ... 35

BAB III : PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG SEPANJANG SIDOARJO

A. Gambaran Umum BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang 40

B. Gambaran Umum Pembiayaan Bermasalah di BMT UGT

Sidogiri Cabang Sepanjang sidoarjo ... 44

C. Praktik Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di BMT

UGT Sidogiri Cabang Sepanjang Sidoarjo ... 45

BAB IV : TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP FATWA DSN

NO. 47/DSN–MUI/II/ 2005 TENTANG PENYELESAIAN

PEMBIAYAAN BERMASALAH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG SEPANJANG SIDOARJO

A. Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pembiayaan Bermasalah

di BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang Sidoarjo ... 53

B. Analisis Fatwa DSN No. 47 / DSN – MUI / II / 2005

Terhadap Pembiayaan Bermasalah di BMT UGT sidogiri Cabang Sepanjang Sidoarjo ... 56

BAB V : PENUTUP

A. Kesimpulan ... 60 B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Contoh Pembiayaan Bermasalah di BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang Sidoarjo

(10)

DAFTAR BAGAN

(11)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Akad mura>bah}ah merupakan akad pembiayaan yang saling menguntungkan oleh sa>h}ib al-ma>l dengan pihak yang membutuhkan melalui transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan jual terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba sa>h}ib al-ma>l dan pengembaliannya di lakukan secara tunai atau angsur.1 Sesuai dengan penjelasan tersebut di ketahui bahwa akad mura>bah}ah merupakan akad dimana pihak sa>h}ib al-ma>l harus memberitahukan harga sesungguhnya kepada pihak yang membutuhkan tersebut sebelum di tambah dengan keuntungan. Karena akad mura>bah}ah merupakan akad jual beli dengan harga awal disertai dengan tambahan keuntungan. Di lembaga keuangan syariah keuntungan lebih dikenal sebagai margin. Proses perhitungan marginpun biasanya diatur oleh BMT sendiri atau sesuai dengan kesepakatan dengan nasabah yang ingin melakukan pembiayaan dengan menggunakan akad

mura>bah}ah.

Tidak hanya hukum Islam saja yang mengatur tentang keuntungan bagi setiap pelaku kegiatan ekonomi di lembaga keuangan syariah. Namun,

1 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (Jakarta:Kencana, 2013), 136

(12)

2

Dewan Syariah nasional (DSN) MUI pun memberikan aturan tentang penyelesai pembiayaan bermasalah. Diketahui pada fatwa DSN no. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang penyelesaian piutang mura>bah}ah bagi nasabah yang tidak mampu membayar. Didalamnya jelas mengatur tentang ketentuan penyelesaiannya pembiayaan bermasalah yang harus digunakan oleh lembaga keuangan syariah. Dewan Syariah Nasional (DSN) memberikan fatwa tersebut atas dasar beberapa hal, antara lain :

1. Bahwa sistem pembayaran dalam akad murabahah pada Lembaga Keuangan Syari’ah (LKS) pada umumnya dilakukan secara cicilan dalam kurun waktu yang telah disepakati antara LKS dengan nasabah; 2. Bahwa dalam hal nasabah tidak mampu membayar, maka diselesaikan

dengan prinsip-prinsip syari’ah Islam;

3. Bahwa untuk kepastian hukum tentang masalah tersebut menurut Syari’ah Islam, DSN memandang perlu menetapkan fatwa untuk dijadikan pedoman.2

Atas dasar pertimbangan beberapa hal di atas Dewan Syariah Nasional –

Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) memandang perlu untuk menetapkan fatwa tentang metode penyelesaian pembiayaan mura>bah}ah di Lembaga Keuangan Syariah untuk dijadikan sebagai pedoman.

(13)

3

Selain itu Firman Allah QS. al-Baqarah : 2803

                          

Artinya :”... Dan jika (orang berutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguhan sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu lebih bik bagimu, jika kamu mengetahui.”( QS. al-Baqarah : 280)

Serta firman Allah QS. An-Nisa>a’: 29

                                          

Artinya :“Hai orang yang beriman! Janganlah kalian salingmemakan (mengambil) harta sesamamu dengan jalanyang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yangberlaku dengan sukarela di antaramu…”.( QS. an-Nisa>a’: 29)4

Berdasarkan firman Allah SWT tersebut sudah jelas bahwa akad

mura>bah}ah merupakan akad jual beli yang di dasarkan atas suka sama suka

anatara kedua belah pihak yang bertransaksi. Dan juga dalam melakukan transaksi muamalah seharusnya saling terbuka dan tidak ada yang memakan harta sesama dengan cara yang batil.

Mura>bah}ah merupakan salah satu akad pembiayaan yang juga

menerapkan system saling percaya. Dimana penjual menyebutkan harga pembelian barang kepada pembeli kemudian menjual kepada pihak pembeli

3Menteri Agama Republik Indonesia, Al- Quran dan Terjemahannya 30 Juz (Jakarta: Yayasan

(14)

4

dengan mensyaratkan keuntungan yang diharapkan sesuai jumlah tertentu. Dalam akad mura>bah}ah, penjual menjual barangnya dengan meminta kelebihan atas harga beli dengan harga jual.5

BMT UGT Sidogiri merupakan penjual dari barang yang akan di beli oleh nasabah. Pihak BMT UGT Sidogiri akan menyediakan barang yang dibutuhkan oleh nasabah dengan membeli barang dari supplier, kemudian menjualnya kepada nasabah dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan harga beli yang dilakukan oleh pihak BMT UGT Sidogiri ke supplier. Pembayaran atas transaksi mura>bah}ah dapat dilakukan dengan cara membayar sekaligus pada saat jatuh tempo atau melakukan pembayaran angsuran selama jangka waktu yang disepakati oleh kedua belah pihak yaitu BMT dan nasabah. Tapi dalam prakteknya dalam perjalanan pembiayaan tersebut banyak nasabah yang melakukan penyimpangan. Sehinggah terjadi pembiayaaan bermasalah dalam peraktiknya pihak BMT tidak melakukan sanksi tegas pada nasabah.

Pihak BMT hanya melakukan pemberitahuan pada nasabah atas keterlambatan tersebut. Kemudian jika nasabah tersebut tetap tidak menghubris atau tetap tidak mau membayar maka pihak BMT akan melakukan perubahaan akad yang sesuai dengan akad dengan tujuan pihak nasabah meneruskan pembayaran. Namun jika hal tersebut tetap tidak bisa

(15)

5

membuat nasabah jera dan tetap tidak bisa meneruskan pembayaran maka pihak nasabah melakukan wanprestasi.6

Jadi berdasarkan hukum Islam terhadap ketentuan fatwa DSN MUI No.

47/DSN-MUI/II/2005 tersebut serta berdasarkan permasalahan penyelesaian

pembiayaan mura>bah{ah tersebut. Peneliti mencoba mengkaji cara

penyelesaian pembiayaan bermasalah khususnya pembiayaan murabahah di

BMT Sidogiri cabang Sepanjang dengan melakukan penelitian yang berjudul

“Analisis Hukum Islam terhadap Fatwa DSN MUI NO. 47 / DSN – MUI / II /

2005 tentang Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di BMT Sidogiri Cabang Sepanjang Sidoarjo”.

B. Identifikasi dan Batasan Masalah

Dari latar belakang diatas, maka masalah yang dapat diidentifikasi pada penelitian ini adalah:

1. Praktik pembiayaan mura>bah}ah.

2. Penyelesaian pembiayaan bermasalah di BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang

3. Penyelesaian pembiayaan bermasalah berdasarkan Hukum Islam

4. Penerapan fatwa DSN no. 47/DSN-MUI/II/2005 terhadap penyelesaian pembiayaan bermasalah di BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang.

(16)

6

Berdasarkan identifikasi masalah dan kemampuan penulis dalam mengidentifikasi masalah, maka dalam penelitian ini akan dilakukan pembatasan masalah sebagai berikut:

1. Praktik pembiayaan murabahah di BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang.

2. Analisis hukum Islam terhadap fatwa DSN no. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang penerapan penyelesaian pembiayaan bermasalah di BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang.

C. Rumusan Masalah

1. Bagaimana penyelesaian pembiayaan bermasalah di BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap fatwa DSN no. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang penyelesaian pembiayaan bermasalah di BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang?

D. Kajian Pustaka

(17)

7

duplikasi dari kajian atau penelitian yang ada.7 Penelitian terdahulu yang membahas kajian yang berkaitan dengan mura>bah}ah yakni :

Penelitian yang dilakuan oleh Afina Truly Rasidahadi8, dengan judul “Strategi Pencegahan Pembiayaan Murabahah Multiguna Bermasalah (Studi Kasus Pada BNI Syariah Cabang Surabaya)”. Penelitian ini untuk menjawab pertanyaan bagaimana strategi pencegahan pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah dan bagaimana implikasi dari strategi pencegahan pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah di Bank BNI Syariah Cabang Surabaya. Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa dalam melakukan pencegahan terjadinya pembiayaan mura>bah}ah multiguna bermasalah, Bank BNI Syariah Cabang Surabaya melakukan tindakan atau prosedur pokok, yaitu dengan menggunakan analisis penerapan prinsip kehati-hatian yang dilihat dari aspek 5C (character, capital, capacity, collateral, dan condition).

Penelitian yang dilakukan oleh Zakiyah Darojah9, dengan judul “Analisis Pengaruh Pembiayaan Bermasalah Terhadap Rasio Likuiditas, Rasio Rentabilitas dan Rasio Solvabilitas di Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Amanah Ummah Surabaya”. Penelitian ini untuk menjawab pertanyaan bagaimana pembiayaan bermasalah, dan 6 variabel dependen yakni, rasio

7Surat Keputusan Dekan Fak.Syari’ah dan Hukum UIN Sunan Ampel, Petunjuk Teknis Penulisan

Fakultas Syari’ah, 9.

8 Afina Tuly Rasidahadi,Strategi Pencegahan Pembiayaan Murabahah Multiguna Bermasalah (Studi

Kasus Pada BNI Syariah Cabang Surabaya) (Skripsi—UIN Sunan Ampel, Surabaya, 2015)

9 Zakiyah Darojah, Analisis Pengaruh Pembiayaan Bermasalah Terhadap Rasio Likuiditas, Rasio

Rentabilitas dan Rasio Solvabilitas di Koperasi Jasa Keuangan Syariah BMT Amanah Ummah

(18)

8

likuiditas yang meliputi: current ratio dan loan to deposit ratio, rasio rentabilitas yang meliputi: return on asset dan return on equity, dan rasio solvabilitas yang meliputi: current asset to debt ratio dan capital adequacy ratio.Hasil penelitian ini menyimpulkan agar lebih berhati-hati dalam pemberian pembiayaan dan tetap melakukan pengawasan pembiayaan sejak pembiayaan tersebut dicairkan untuk memperkecil kemungkinan meningkatnya rasio pembiayaan bermasalah. Dan mempertahankan manajemen dalam penyelesaian pembiayaan bermasalah yang sudah cukup baik.

Disini jelas terdapat perbedaan pada skripsi yang dikaji oleh penulis dalam skripsi ini penulis lebih memfokuskan padacara penyelesaian pembiayaan bermasalah yang sesuai dengan Hukum Islam terhadap Fatwa DSN No. 47/DSN-MUI/II/2005 tentang penyelesaian piutang murabahah bagi nasabah yang tidak mampu bayar.

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui penyelesaian pembiayaan bermasalah di BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang.

2. Untuk mengetahui hasil tinjauan hukum islam terhadap fatwa DSN no.47/DSN-MUI/II/2005 tentang penyelesaian pembiayaan bermasalah di

(19)

9

F. Kegunaan Hasil Teoritis

Dalam melakukan penelitian ini, ada beberapa kegunaan yang dapat diambil secara teoritis maupun praktis, yakin sebagai berikut:

1. Teoritis

a. Sebagai sarana untuk memahami kesesuaian antara teori dengan praktik di lapangan yang berkenaan dengan pembiayaan mura>bah}ah di lembaga keuangan syariah.

b. Sebagai alat dalam mengimplementasikan teori-teori yang diperoleh selama kuliah.

c. Bahan referensi dalam menganalilis Hukum Islam terhadap fatwa DSN MUI yang diterapkan pada pembiayaan murabahah di Lembaga Keuangan Syariah.

2. Praktis

a. Memberikan pandangan kepada peneliti selanjutnya unuk melakukan penelitian yang lebih komperhensif tentang penerapan pembiayaan murabahah berdasarkan Hukum Islam dan fatwa DSN MUI.

(20)

10

c. Dengan penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang berguna bagi Lembaga Keuangan Syariah dalam menerapkan pembiayaan mura>bah}ah yang sesuai dengan kebijakan fatwa DSN MUI.

G. Definisi Operasional

Penelitian ini berjudul “Tinjauan Hukum Islam terhadap Fatwa DSN no.47/DSN-MUI/II/2005 tentang Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang Kabupaten Sidoarjo”. Beberapa istilah yang perlu mendapatkan penjelasan dari judul tersebut adalah:

1. Hukum Islam: seperangkat aturan yang berlandaskan hadits dan ijima’ serta pendapat para ulama yang dijadikan dasar, acuan atau pedoman syariat Islam tentang mura>bah}ah.

2. Fatwa DSN no.47/DSN-MUI/II/2005: Fatwa Dewan Syariah Nasional yang berisi tentang penyelesaian piutang mura>bah}ahbagi nasabah yang tidak mampu membayar.

(21)

11

memenuhi persyaratan yang dijanjikan, serta pembiayaan tersebut tidak menepati jadwal angsuran.

4. BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang: Baitul Mal wa Tanwil (BMT) merupakan lembaga keuangan jasa syariah yang kegiatan usahanya adalah menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat yang bersifat laba dan nirlaba (sosial). Penghimpunan dana diperoleh melalui simpanan pihak ketiga dan penyalurannya dilakukan dalam bentuk pembiayaan atau investasi yang dijalankan berdasarkan prinsip syariah.

H. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian

Penelitian tentang “Tinjauan Hukum Islam terhadap Fatwa DSN no.47/DSN-MUI/II/2005 tentang Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang Kabupaten Sidoarjo”. Merupakan penelitian yang bersifat field research (penelitian lapangan) yakni penelitian yang dilakukan dalam kehidupan sebenarnya.10 Objek penelitian ini adalah mengenai penyelesaian pembiayaan bermasalah khususnya pada akad mura>bah}ah, sedangkan subjek penelitian sebenarnya adalah semua pihak yang terkait dalam pembiayaan mura>bah}ah yang bermasalah.

10 Lexy J Molenong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009),

(22)

12

2. Data yang Dihimpun

Data yang dihimpun untuk penelitian ini adalah data yang terkait dengan pembiayaan mura>bah}ah khususnya yang bermasalah di BMT Sidogiri Cabang Sepanjang seperti:

a. Data primer:

1) Cara atau persyaratan pengajuan pembiayaan

2) Sistim pembayaran serta pelunasan pembiayaan mura>bah}ah. 3) Penyelesaian pembiayaan bermasalah di BMT UGT Sidogiri

Cabang Sepanjang. b. Data sekunder:

1) Presentase keuntungan pembiayaan mura>bah}ah. 2) Proses pencairan dana pembiayaan mura>bah}ah.

3) Resiko dan sanksi keterlambatan pembayaran mura>bah}ah. 3. Sumber Data

Untuk menggali kelengkapan data tersebut, maka diperlukan sumber-sumber data sebagai berikut:

a. Sumber primer: data yang diperoleh atau dikumpulkan langsung di lapangan oleh orang yang melakukan penelitian atau yang memerlukannya11. Data ini diperoleh penulis secara langsung dari: 1) Kepala Cabang Farid Nur Cahyo

(23)

13

2) Karyawan Ahmad Jalaludin

3) Serta nasabah yang ada di BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang.

b. Sumber sekunder: data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang telah melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada baik dari perpustakaan atau dari laporan-laporan penelitian terdahulu.12 Adapun literatur yang berhubungan dengan pembahasan seputar masalah ini:

1. Himpunan Fatwa DSN MUI.

2. Pembukuan BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang. 3. Fiqh Ekonomi Syariah, karya Mardani.

4. Fiqh Muamalah, karya Hendi suhendi. 4. Teknik Pengumpulan Data

Secara lebih detail teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Observasi

Penelitian ini menggunakan teknik observasi secara langsung dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala subyek yang diselidiki baik pengamatan itu dilakukan dalam situasi sebenarnya maupun dilakukan di dalam

(24)

14

situasi buatan yang khusus diadakan.13 Dalam penelitian ini, observasi dilakukan dengan cara terjun langsung ke BMT Sidogiri Cabang Pembantu Sepanjang.

b. Wawancara

Wawancara atau interview yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan wawancara kepada responden yang didasarkan atas tujuan penelitian yang ada. Di samping memerlukan waktu yang cukup lama untuk mengumpulkan data, peneliti harus memikirkan tentang pelaksanaannya14. Dalam penelitian ini, wawancara dilakukan dengan cara wawancara langsung baik secara struktual maupun bebas dengan pihak BMT Sidogiri Cabang Sepanjang yaitu Kepala Cabang, teller, serta Nasabah dari BMT Sidogiri Cabang Sepanjang.

c. Dokumentasi

Dokumentasi yaitu teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditunjukan pada subyek penelitian, namun melalui dokumen.15 Penggalian data ini dengan cara menelaah dokumen-dokumen atau arsip-arsip data yang berhubungan dengan

13 Burhan Ashshofa, Metode Penelitian Hukum, (Jakarta: Rineka Cipta, 2010), 26.

14 Suharsimi Aritmoko, prosedur Penelitian; Suatu Pendekatan Praktek (Jakarta: PT. Rineka Cipta,

1998), 117.

(25)

15

5. Teknik Pengelolaan Data

Setelah semua data, baik itu dari segi penelitian lapangan maupun hasil pustaka terkumpul, maka dilakukan analisa data secara kualitatifdengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Editing, yaitu sebelum data diolah (mentah), data tersebut perlu

diedit lebih dahulu dengan perkataan lain, data atau keterangan yang telah dikumpulkan dalam record book, daftar pertanyaan ataupun interview quide perlu dibaca sekali lagi, jika disana sini masih terdapat hal-hal yang salah atau masih meragukan. Kerja memperbaiki kualitas data serta menghilangkan keraguan-keraguan data dinamakan mengedit data.16

2. Organizing, yaitu pengaturan dan penyusunan data yang diperoleh

sedemikian rupa sehingga menghasilkan bahan untuk menyusun laporan skripsi dengan baik.17

3. Penemuan hasil, pada tahap ini penulis menganalisis data-data yang telah diperoleh dari penelitian untuk memperoleh kesimpulan mengenai kebenaran fakta yang ditemukan, yang akhirnya merupakan sebuah jawaban dari rumusan masalah.18

16 Muhammad Nazir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1998), 406.

17 Sonny Sumarsono, Metode Riset Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2004), 66.

(26)

16

6. Teknik Analisis Data

Menurut Patton sebagaimana dikutip oleh Lexi J. Moleong mengartikan analisis data sebagai proses mengatur urutan data, mengorganisasikannya kedalam suatu pola, kategori, dan satuan uraian dasar.19

Karena jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif maka teknik menganalisisnya deskriptif analisis. Penelitian ini berorientasi memecahkan masalah dengan melakukan pengukuran variable independen dan dependen, kemudian menganalisa data yang terkumpul untuk mencari hubungan antara variable. Data yang terkumpul diproses dengan rinci menjadi uraian dasar. Pola piker yang digunakan adalah metode deduktif, yaitu metode berfikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus. Data yang terkumpul diproses secara rinci menjadi suatu uraian dasar, kemudian dianalisis berdasarkan Hukum Islam dan Fatwa DSN MUI No. 47/DSN-MUI/II/2005.

Dari pemaparan diatas penelitian diarahkan untuk mencoba mengungkapkan bagaimana analisis Hukum Islam dan Fatwa DSN MUI No. 47/DSN-MUI/II/2005 terhadap penyelesaian pembiayaan

(27)

17

bermasalah di lembaga keuangan syariah khususnya di BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang yang akan dipaparkan secara sederhana namun mendalam dan langsung pada aspek yang diteliti.

I. Sistematika Pembahasan

Penulisan skripsi nantinya akan dibagi dalam beberapa bab yang terdiri dari lima bab, yaitu:

Bab pertama pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, identifikasi dan batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan hasil penelitian, kajian pustaka, definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.

Bab kedua mengemukakan landasan teori tentang mura>bah}ah dan konsep penyelesaian pembiayaan bermasalah berdasarkan sumber-sumber pustaka yang mencakup tentang pengertian, dasar hukum, dan ketentuan hukum.

(28)

18

mura>bah}ah, proses pencairan dana pembiayaan mura>bah}ah, serta sistim

pembayaran dan pelunasan pembiayaan mura>bah}ah.

Bab keempat, membahas dan menganalisis hasil-hasil yang didapat dari data. Bab ini berisi tentang analisis hukum islam dan fatwa DSN no.47/DSN-MUI/II/2005 terhadap penyelesaian pembiayaan bermasalah di BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang Sidoarjo. Meliputi analisis terhadap praktik penentuan margin sebelum akad mura>bah}ah dilakukan, dan analisis pengakuan serta pengukuran keuntungan oleh pihak BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang Sidoarjo

(29)

19

BAB II

TEORI PEMBIAYAAN MURA>BAH{AH

A. Pengertian Mura>bah{ah

Mura>bah{ah atau disebut juga ba’ bithsamanil a>jil. Kata mura>bah{ah

berasal dari kata ribh{u (keuntungan). Sehingga mura>bah{ah berarti saling menguntungkan. Secara sederhana mura>bah{ah berarti jual beli barang ditambah keuntungan yang disepakati.1

Berdasarkan Fatwa Dewan Syariah Nasional No: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Mura>bah}ah, di dalam Fatwa Dewan Syariah Nasional tersebut dijelaskan bahwa Bank membiayai sebagian atau seluruh harga dari pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya dengan cara Bank membelikan barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian tersebut harus sah dan bebas riba. Kemudian pihak Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara utang. Selanjutnya pihak Bank menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli ditambaha dengan keuntungannya. Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.2

1 Mardani, Fiqh Ekonomi Syariah (Jakarta: Kencana, 2013), 136.

2Adrian Sutedi, Perbankan Syariah; Tinjauan dan Beberapa Segi Hukum, Cet. I. (Bogor, Ghalia

Indonesia, 2009 ), 96-98.

(30)

20

Melihat pengertian yang dijelaskan dalam Fatwa dewan Syariah Nasional tersebut, Hasbi Ash Shiddiqieqy menganggap mura>bah{ah adalah menjual barang dengan mengambil keuntungan (laba) tertentu.3 Sedangkan menurut Sayyid Sabiq mengartikan mura>bah{ah sebagai penjualan dengan harga pembelian barang berikut untung yang diketahui.4

Berbeda dengan Ascara yang mengartikan bahwa mura>bah{ah merupakan penjualan barang oleh seseorang kepada pihak lain dengan pengaturan bahwa penjual berkewajiban untuk mengungkapkan kepada pembeli harga pokok dari barang dan marjin keuntungan yang dimaksudkan kedalam harga jual barang tersebut, dan kemudian pembayaran dapat dilakukan secara tunai ataupun tangguh.5 Untuk pembiayaan mura>bah{ah sendiri merupakan pembiayaan dalam bentuk jual beli yang saling menguntungkan oleh s}a>h}ib al

ma>l dengan pihak yang membutuhkan melalui transaksi jual beli dengan

penjelasan bahwa harga pengadaan barang dan jual terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau laba bagi s}a>h}ib al ma>l dan pengembaliannya dilakukan secara tunai atau angsur.6

Agar lebih memahami makna dari mura>bah}ah, para ulama juga memberikan pengertian yang berbeda. Yang pertama adalah ulama Malikiyah yang memberi gambaran transaksi jual beli mura>bah}ah sebagai berikut, yaitu jual beli dimana pemilik barang menyebutkan harga beli barang tersebut,

3Teungku Muhammad Hasbi Ash shiddieqy, Hukum- Hukum Fiqh Islam: Tinjauan Antar Mazhab

(Semarang: Pustaka Rizky Putra, 1997), 353.

4Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah, terj. Kamaludin A. Marzuki (Bandung: Pustaka, 1988), 83.

5Ascarya, Akad & Produk Bank Syariah (Jakarta: Rajawali Pers, 2013), 163-164.

(31)

21

kemudian ia mengambil keuntungan dari pembeli baik secara sekaligus dengan mengatakan, saya membelinya dengan harga sepuluh dinar dan anda berikan keuntungan kepadaku sebesar satu dinar atau dua dinar", atau merincinya dengan mengatakan, anda berikan keuntungan sebesar satu dirham per satu dinarnya. Atau bisa juga ditentukan dengan ukuran tertentu maupun dengan menggunakan porsentase.7

Kemudian lain halnya dengan ulama Hanafiyah yang mendefinisikannya dengan mengatakan, pemindahan sesuatu yang dimiliki dengan akad awal dan harga awal disertai tambahan keuntungan.8

Berbeda dengan Ulama Syafi'iyyah yang mendefinisikan mura>bah}ah

adalah dengan cara menyebutkan harga pokok barang kepada pembeli dengan harapan agar pembeli memberikan keuntungan kepada penjual.9

Lalu berikutnya menurut ulama Hanabilah yang mendefinisikan

mura>bah}ah adalah jual beli dengan harga pokok atau harga perolehan penjual

ditambah keuntungan satu dirham pada setiap sepuluh dinar atau semisalnya, dengan syarat kedua belah pihak yang bertransaksi mengetahui harga pokok.10

Pada dasarnya keempat ulama mengartikan bahwa mura>bah}ah merupakan akad jual beli dimana pihak penjual mengambil keuntungan dari barang yang

7Muhammad Farid, “Mura>bah}ah Dalam Perspektif Fikih Empat Mazhab”, (Juni, 2013), 6. 8Ibid, 6-7.

9Ibnu Mas’ud dan Zainal Abidin, Edisi Lengkap Fiqh Madzhab Syafi’I Buku 2: Muamalat, Munakahat, Jinayat (Bandung: Pustaka Setia, 2000), 60.

(32)

22

dijualnya, namun pihak penjual harus menunjukkan kepada pihak pembeli harga pokok barang kemudian disertakan dengan keuntungannya.

Sedangkan menurut Para ahli hukum Islam mendefinisikan bai’ al -mura>bah{ah sebagai berikut:

a. ‘Abd ar-Rahman al-Jaziri mendefinisikan bai’ al-mura>bah{ah sebagai menjual barang dengan harga pokok beserta keuntungan dengan syarat-syarat tertentu.

b. Menurut Wahbah al-Zuhaili adalah jual-beli dengan harga pertama (pokok) beserta tambahan keuntungan.

c. Ibn Rusyd - filosof dan ahli hukum Maliki - mendefinisikannya sebagai jual-beli di mana penjual menjelaskan kepada pembeli harga pokok barang yang dibelinya dan meminta suatu margin keuntungan kepada pembeli.

d. Ibn Qudamah - ahli hukum Hambali - mengatakan bahwa arti jual-beli

mura>bah{ah adalah jual-beli dengan harga pokok ditambah margin

keuntungan.11

Dengan kata lain, jual-beli mura>bah{ah adalah suatu bentuk jual-beli di mana penjual memberi tahu kepada pembeli tentang harga pokok (modal) barang dan pembeli membelinya berdasarkan harga pokok tersebut kemudian memberikan margin keuntungan kepada penjual sesuai dengan kesepakatan. Tentang “keuntungan yang disepakati”, penjual harus memberi tahu pembeli

11 A.Mas’adiGhufron,Fiqh Muamalah Kontekstual. Cet.1(Jakarta, PT Raja Grasindo Persada,

(33)

23

tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut.

B. Dasar hukum Mura>bah{ah

Landasan hukum akad mura>bah{ah ini adalah: 1. Al-Quran

Ayat-ayat Al-Quran yang secara umum membolehkan jual beli, diantaranya adalah firman Allah:

لَحَأَو

ل

َع يَ ب لا

َم رَحَو

اَبِّرلا

Artinya: "..dan Allah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba" (QS. Al-Baqarah:275).12

Ayat ini menunjukkan bolehnya melakukan transaksi jual beli dan

mura>bah{ah merupakan salah satu bentuk dari jual beli.

Dan firman Allah:

اَهّ يَأاَي

َنيِذ لا

او َماَء

او ل ك أَتَا

م كَلاَو مَأ

م كَ يَ ب

ِلِطاَب لاِب

اِإ

نَأ

َت

َنو ك

ةَراَِِ

نَع

ضاَرَ ت

م ك ِّم

.

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu” (QS. An-Nisaa:29).13

12Menteri Agama Republik Indonesia, Al- Quran dan Terjemahannya 30 Juz (Jakarta: Yayasan Penyelenggara Penerjeman/ Penafsir Al-quran, 1987), 69.

(34)

24

Ayat ini menjelaskan mura>bah}ah adalah jual beli berdasarkan suka sama suka antara kedua belah pihak yang bertransaksi.

Dan firman Allah:

َس يَل

م ك يَلَع

حاَ ج

نَأ

او غَ ت بَ ت

ل ضَف

نِّم

م كِّب ر

Artinya: “Tidak ada dosa bagimu mencari karunia (rezki hasil perniagaan) dari Rabbmu” (QS. Al-Baqarah:198)14

Berdasarkan ayat diatas, maka mura>bah{ah merupakan upaya mencari rezki melalui jual beli. Mura>bah{ah adalah jual beli berdasarkan suka sama suka antara kedua belah pihak yang bertransaksi.

2. Hadis Nabi s.aw

Hadis Riwayat Tirmidzi No. 1178.

اََ ث دَح

و بَأ

ب يَر ك

اََ ث دَح

و بَأ

ِر كَب

ن ب

شا يَع

نَع

ِبَأ

يَص ح

نَع

ِبيِبَح

ِن ب

ِبَأ

تِباَث

َع

ن

ِميِكَح

ِن ب

ماَزِح

نَأ

َلو سَر

ِ لا

ى لَص

لا

ِه يَلَع

َم لَسَو

َثَعَ ب

َميِكَح

َن ب

َزِح

ما

يََِ شَي

هَل

ض أ

ً يِِ

راَيِدِب

ىَرَ ت شاَف

ً يِِ ض أ

َحِب ر أَف

اَهيِف

ا راَيِد

ىَرَ ت شاَف

َر خ أ

ى

اَهَ ناَكَم

َءاَجَف

ًِ يِِ ض ْاِب

يِّدلاَو

ِراَ

َلِإ

ِلو سَر

ِ لا

ى لَص

لا

ِه يَلَع

َم لَسَو

َلاَقَ ف

ِّحَض

ِةا شلاِب

َو

ْ دَصَت

ِب

راَيِّدلا

َلاَق

و بَأ

ىَسيِع

ي ِد ِع عَم سَي َل تِباَث ِبَأ ن ب بيِبَحَو ِه جَو لا اَذَ نِم اِإ ه فِر عَ ن َا ماَزِح ِن ب ِميِكَح ثيِدَح

15

ماَزِح ِن ب ِميِكَح نِم

(TIRMIDZI - 1178) : Telah menceritakan kepada kami Abu Kuraib telah menceritakan kepada kami Abu Bakr bin 'Ayyasy dari Abu Hushain dari Habib bin Abu Tsabit dari Hakim bin Hizam bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam pernah mengutus Hakim bin Hizam untuk membelikannya seekor kambing kurban seharga satu dinar, lalu ia membeli seekor kambing kurban kemudian ia memutar keuntungan di dalamnya (dengan menjual kambing kurban yang telah dibelinya) hingga ia beruntung satu dinar. Kemudian ia membeli seekor kambing kurban yang lain (sebagai ganti

14Ibid. 48

15Tirmidzi, Kitab Ibnu Majjah, Hadist No. 1178, Lidwah Pustaka i-Software-Kitab

(35)

25

yang dijual), lalu ia menemui Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dengan membawa satu ekor kambing dan satu dinar. Beliau pun bersabda: "berkurbanlah dengan kambing tersebut dan sedekahkan satu dinarnya." Abu Isa mengatakan; Hadits Hakim bin Hizam tidak kami ketahui kecuali melalui jalur ini dan Habib bin Abi tsabit menurutku belum pernah mendengar dari Hakim bin Hizam.16

Berdasarkan hadis tersebut dijelaskan bahwa dalam melakukan kegiatan jual beli dilarang menjual sesuatu (objek) yang bukan miliknya atau belum dimiliki. Karena pada akad mura>bah}ah juga dijelaskan bahwa salah satu syaratnya adalah barang yang menjadi objek haruslah milik sendiri atau sudah dimilikinya.

Hadis yang diriwayatkan oleh Rifa’ah ibn Rafi’

َلِئ س

لا

ِّب

ىّلَص

ّلا

ِه يَلَع

َم لَسَو

:

ّيأ

ِب سَك لا

؟ بَي طأ

َلَق

:

لمع

ِل جّرلا

،ِِدَيِب

ّل كَو

ع يَ ب

رو ر بَم

( .

اور

رازبلا

و

مكاحا

)

Yang artinya: “Rasulullah SAW. ditanya salah seorang sahabat mengenai pekerjaan (profesi apa yang paling baik. Rasulullah ketika itu menjawab: Usaha tangan manusia sendiri dan setiap jual beli yang baik”. (HR. Bazzar dan Hakim).17

Hadis tersebut menjelaskan bahwa pekerjaan yang paling baik adalah jual beli, jika jual beli dilakukan dengan cara yang baik, tanpa diiringi kecurangan-kecurangan, maka akan mendapat berkah dari Allah SWT.

16Ibid.

(36)

26

3. Kaidah Fiqh

ا

ل صَْ

ِف

ما

ِتَلَماَع

ًَحاَبِإا

ّاِإ

نَأ

دَي

ل

ل يِلَد

َىلَع

اَهِ ِْر ََ

Artinya: Pada dasarnya, semua bentuk muamalah boleh dilakukan kecuali ada dalil yang mengharamkannya.18

Berdasarkan kaidah fiqh tersebut diatas menjelaskan bahwa segala macam bentuk kegiatan bermuamalah dapat dilakukan selagi tidak ada dalil- dalil yang menerangkan bahwa kegiatan muamalah tersebut tidak diperbolehkan (diharamkan).

C. Rukun Mura>bah{ah dan Syarat 1. Rukun Mura>bah{ah

Adapun Rukun dari mura>bah}ahada lima yaitu sebagai berikut:19 b. Penjual (Bai)

Penjual sendiri dalam kegiatan jual beli disini adalah pihak yang memiliki objek barang yang akan diperjual belikan. Dalam transaksi perbankan syariah, maka pihak penjual (bai) adalah bank syariah. c. Pembeli (mushtari)

Pembeli sendiri dalam kegiatan jual beli disini Merupakan pihak yang ingin memperoleh barang yang diharapkan, dengan membeyar sejumlah uang tertentu yang diharapkan, dengan membeyar sejumlah

18Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia, Himpunan Fawa Keuangan Syariah (Jakarta:

Erlangga, 2014), 62.

(37)

27

uang tertentu kepada penjual (bai). Pembeli dalam alikasi bank syariah adalah nasabah.

d. Objek/ barang (ma>bi)

Merupakan barang yang akan digunakan sebagai objek transaksi jual beli. Objek ini harus ada fisiknya.

e. Harga (tsaman)

Setiap transaksi jual beli harus disebutkan dengan jelas harga jual yang disepakati antara penjual dan pembeli.

f. Ijab qabul (shi>ghat)

Merupakan kesepakatan penyerahan barang dan penerimaan barang yang diperjual belikan. Ijab qabul harus disampaikan secara jelas atau dituliskan untuk ditanda tangani oleh penjual dan pembeli.

Dalam ija>b dan qa>bul terdapat beberapa syarat yang harus dipenuhi, berikut:20

1. Adanya kejelasan maksud dari kedua pihak, dalam arti, ijab dan qabul yang dilakukan harus bisa mengekspresikan tujuan dan juga maksud dalam bertransaksi.

2. Adanya kesesuaian antara ija>b dan qa>bul. Terdapat kesesuian antara ija>b dan qa>bul dalam hal objek transaksi ataupun harga, artinya terdapat kesamaan pada keduannya tentang kesepatan,

maksud, dan objek transaksi. Dan jika masih tidak terdapat kesesuaian, maka akad dinyatakan batal.

20Ismail Nawawi, Fiqh Mu’amala Hukum Ekonomi, Bisnis, dan Sosial(Jakarta, Dwiputra Pustaka

(38)

28

3. Adanya pertemuan antara ija>b dan qa>bul (berurutan dan nyambung), yakni ija>b dan qa>bul dilakukan dalam satu majlis.

2. SyaratMura>bah{ah21 a. Pihak yang berakad

pihak yang melakukan akad harus ikhlas dan memiliki kemampuan untuk melakukan transaksi jual beli, misalnya sudah cakap hukum, berakal, dan baligh. Serta suka rela, tidak dalam keadaan terpaksa atau berada dibawah tekanan atau ancaman.

b. Objek jual beli

1. Barangnya ada atau ada kesanggupan dari penjual untuk mengadakan barang yang akan dijual. Bila barang belum ada dan masih akan diadakan, maka barang tersebut harus sesuai dengan pernyataan penjial (jenis, spesifikasi, kualitas, dan kuantitasnya).

2. Barang yang akan dijual adalah milik sah penjual, yang dibuktikan dengan bukti kepemilikan.

3. Barang yang diperjual belikan merupakan barang berwujud. 4. Barang yang diperjual belikan adalah barang halal.

c. Harga

a. Harga yang ditawarkan oleh bank merupakan harga beli ditambah dengan margin keuntungan.

(39)

29

b. Harga jual tidak boleh berubah selama masa perjanjian.

c. Sistem pembayaran dan jangka waktu pembayaran disepakati bersama antara penjual dan pembeli.

D. Tujuan Mura>bah}ah

Pertama, mencari pengalaman. Satu pihak yang berkontrak (pemesan pembelian) meminta kepada pihak lain (pembeli) untuk membeli sebuah aset. Pemesan berjanji untuk ganti membeli aset tersebut dan memberinya keuntungan. Pemesan memilih sistem pembelian ini, yang biasanyadilakukan secara kredit, lebih karena ingin mencari informasi dibanding alasan kebutuhan yang mendesak terhadap aset tersebut.

Kedua, mencari pembiayaan. Dalam operasi perbankan syariah, motif pemenuhan pengadaan aset atau modal kerja merupakan alasan utama yang mendorong datang ke bank. Pada gilirannya, pembiayaan yang diberikan akan membantu memperlancar arus kas (cash flow) yang bersangkutan.

Cara menjual secara kredit sebenarnya bukan bagian dari syarat sistem mura>bah}ahatau mura>bah}ah KPP (Kepada Pemesan Pembelian). Meskipun demikian, transaksi secara angsuran ini mendominasi praktik pelaksanaan kedua jenis mura>bah}ah. Hal ini karena memang seseorang tidak akan datang ke bank kecuali untuk mendapat kredit dan membayar secara angsuran.22

22Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani, 2001),

(40)

30

E. Jenis Mura>bah{ah

Mura>bah}ah pada prinsipnya adalah jual beli dengan keuntungan, hal ini bersifat dan berlaku umum pada jual beli barang-barang yang memenuhi syarat jual beli mura>bah}ah. Ada dua jenis mura>bah}ah menurut Nurhayati dan Wasilah yaitu :23

1. Mura>bah}ah dengan pesanan

Dalam mura>bah}ah jenis ini, penjual melakukan pembelian barang setelah ada pemesanan dari pembeli. Mura>bah}ah dengan pesanan bersifat mengikat atau tidak mengikat pembeli untuk membeli barang yang dipesannya. Kalau bersifat mengikat, berarti pembeli harus membeli barang yang dipesannya dan tidak dapat membatalkan pesanannya.

2. Mura>bah}ah tanpa pesanan

Dalam mura>bah}ah jenis ini bersifat tidak mengikat. Mura>bah}ah tanpa pesanan maksudnya, ada yang pesan atau tidak ada yang memesan, bank syariah menyediakan barang dagangannya. Penyediaan barang tidak terpengaruh atau terkait langung dengan ada tidaknya pembeli.

Dalam prakteknya, pembiayaan mura>bah}ah terbagi kepada 3 jenis, sesuai dengan peruntukannya, yaitu:

Yang pertama adalah Mura>bah}ah Modal Kerja (MMK), yang diperuntukkan untuk pembelian barang-barang yang akan digunakan

sebagai modal kerja. Modal kerja adalah jenis pembiayaan yang diperlukan oleh perusahaan untuk operasi sehari-hari. Penerapan

(41)

31

mura>bah}ah untuk modal kerja membutuhkan kehati-hatian, terutama bila objek yang akan diperjualbelikan terdiri dari banyak jenis, sehingga dikhawatirkan akan mengalami kesulitan terutama dalam menentukan harga pokok masing-masing barang.24

Yang kedua adalah Mura>bah{ah Investasi (MI), adalah pembiayaan jangka menengah atau panjang yang tujuannya untuk pembelian barang modal yang diperlukan untuk rehabilitasi, perluasan, atau pembuatan proyek baru.25

Dan yang terakhir adalah Mura>bah}ah Konsumsi (MK), adalah pembiayaan perorangan untuk tujuan nonbisnis, termasuk pembiayaan pemilikan rumah, mobil. Pembiayaan konsumsi biasanya digunakan untuk membiayai pembelian barang konsumsi dan barang tahan lama lainnya. Jaminan yang digunakan biasanya berujud objek yang dibiayai, tanah dan bangunan tempat tinggal.26

F. Ketentuan Umum Mura>bah{ah

Menurut Syafi’i Antonio, mura>bah}ah memiliki ketentuan umum, antara lain yaitu:27

Yang pertama adalah Jaminan, karena pada dasarnya jaminan bukanlah suatu rukun atau syarat yang mutlak dipenuhi dalam jual beli mura>bah}ah,

24 Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqih dan Keuangan, Cet. I. (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), 223.

25Ibid. 224. 26Ibid. 232.

27Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek (Jakarta: Gema Insani, 2001),

(42)

32

demikian juga dalam mura>bah}ah KKP. Jaminan dimaksudkan untuk menjaga agar si pemesan tidak main-main dengan pesanan. Si pembeli (penyedia pembiayaan atau bank) dapat meminta si pemesan (pemohon atau nasabah) suatu jaminan untuk dipegangnya. Dalam teknis opersionalnya, barang-barang yang dipesan dapat menjadi salah satu jaminan yang bisa diterima untuk pembayaran uang.

Untuk ketentuan yang lainnya yaitu uang dalam Mura>bah}ah, secara prinsip penyelesaian utang pemesan dalam traksaksi mura>bah}ah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan oleh si pemesan kepada pihak ketiga atas barang pesanan tersebut yang telah dipesan. Apakah si pemesan menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban menyelesaikan utangnya kepada si pembeli. Jika kemudian si pemesan menjual barang tersebut sebelum masa angsurannya berakhir, ia tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya. Seandainya penjualan aset tersebut merugi, misalkan saja kalau nasabah adalah pedagang juga, maka pemesan tetap harus menyelesaikan pinjamannya sesuai kesepakatan awal. Hal tersebut terjadi karena transaksi penjualan kepada pihak ketiga yang dilakukan nasabah merupakan akad yang benar-benar terpisah dari akad mura>bah}ah pertama dengan bank.

Kemudian ada juga penundaan pembayaran oleh debitor mampu. Yang

maksudnya adalah seorang nasabah yang mempunyai kemampuan ekonomis dilarang menunda penyelesaian utangnya dalam akad mura>bah}ah ini. Bila

(43)

33

dapat mengambil tindakan yaitu mengambil prosedur hukum untuk mendapatkan kembali uang tersebut dan mengklaim kerugian finansial yang terjadi akibat penundaan.

Dan ketentuan yang terakhir adalah bangkrut. Yang dimaksud dengan bangkrut adalah jika pemesan yang berutang dianggap pailit dan gagal menyelesaikan utangnya karena benar-benar tidak mampu secara ekonomi dan bukan karena lalai, sedangkan ia mampu, kreditor harus menunda tagihan utang sampai ia menjadi sanggup mengembalikan.

Tidak hanya itu perihal mura>bah}ah juga diatur dalam Fatwa DSN No: 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang mura>bah}ah, yang mengatur hal-hal berikut:28 1. Ketentuan umum mura>bah}ah dalam bank syari'ah:

Bank dan nasabah harus melakukan akad mura>bah}ah yang bebas riba dan barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syari'ah Islam. Selanjutnya bank akan membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati. Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai harga beli plus keuntungannya.

Dalam kaitan ini Bank harus memberitahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan. Nasabah

membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati oleh kedua belah pihak. Untuk mencegah

(44)

34

terjadinya penyalahgunaan atau kerusakan akad tersebut, pihak ank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah. Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli mura>bah{ah harus dilakukan setelah barang, secara prinsip, menjadi milik bank.

2. Ketentuan mura>bah}ah kepada nasabah:

Nasabah mengajukan permohonan dan perjanjian pembelian suatu barang atau aset kepada bank. Jika bank menerima permohonan tersebut, bank kemudian menawarkan aset tersebut kepada nasabah dan nasabah harus menerima (membeli)nya sesuai dengan perjanjian yang telah disepakatinya, karena secara hukum perjanjian tersebut mengikat. Dalam jual beli ini bank dibolehkan meminta nasabah untuk membayar uang muka saat menandatangani kesepakatan awal pemesanan.

Jaminan dalam mura>bah}ah dibolehkan, agar nasabah serius dengan pesanannya. Bank dapat meminta nasabah untuk menyediakan jaminan yang dapat dipegang. Penyelesaian hutang nasabah dalam transaksi

mura>bah{ah tidak ada kaitannya dengan transaksi lain yang dilakukan

nasabah dengan pihak ketiga atas barang tersebut. Jika nasabah menjual kembali barang tersebut dengan keuntungan atau kerugian, ia tetap berkewajiban untuk menyelesaikan hutangnya kepada bank. Apabila

nasabah menjual barang tersebut sebelum masa angsuran berakhir, nasabah tidak wajib segera melunasi seluruh angsurannya. Tetapi

(45)

35

Nasabah yang memiliki kemampuan tidak dibenarkan menunda penyelesaian hutangnya. Apabila nasabah menunda-nunda pembayaran dengan sengaja tidak menunaikan kewajibannya maka penyelesaiannya dilakukan melalui Badan Arbitrasi Syari'ah setelah tidak tercapai kesepakatan melalui musyawarah. Apabila nasabah telah dinyatakan pailit dan gagal menyelesaikan hutangnya, bank harus menunda tagihan hutang sampai ia menjadi sanggup kembali, atau berdasarkan kesepakatan.

G. Aplikasi Pembiayaan Mura>bah{ah dalam Bank Syariah

Dalam praktik pembiayaan mura>bah}ah pada bank syariah harus mempertimbangkan beberapa hal berikut seperti:

Penggunaan akad mura>bah{ah, pada pembiayaan mura>bah}ah merupakan jenis pembiayaan yang sering diaplikasikan dalam bank syariah, yang pada umumnya digunakan dalam transaksi jual beli barang investasi dan barang- barang yang diperlukan individu. Tidak hanya itu saja namun jenis penggunaan pembiayaan mura>bah}ah juga sesuai atau bahkan lebih sesuai untuk pembiayaan investasi dan konsumsi. Dalam pembiayaan investasi, akad mura>bah}ah sangat sesuai karena ada barang yang diinvestasikan oleh nasabah atau akan ada barang yang menjadi objek investasi. Dalam

(46)

36

jelas dan terukur. Namun pembiayaan mura>bah}ah kurang cocok untuk pembiayaan modal kerja yang diberikan langsung dalam bentuk uang.29

Barang yang boleh digunakan sebagai objek jual beli yaitu antara lain rumah, kendaraan bermotor dan/ atau alat transportasi, pembelian alat- alat industry, pembelian pabrik, gudang, dan asset tetap lainnya, dan juga pembelian asset yang tidak bertentangan dengan syariah Islam.

Selanjutnya adalah bank, bank berhak menentukan dan memilih supplier

dalam pembelian barang. Bila nasabah menunjuk supplier lain, maka bank syariah berhak melakukan penilaian terhadap supplier untuk menentukan kelayakan sesuai dengan criteria yang ditetapkan oleh bank syariah. Kemudian bank menerbitkan purchase order (PO) sesuai dengan kesepakatan antara bank syariah dan nasabah agar barang dikirimkan ke nasabah. Untuk cara pembayaran yang dilakukan oleh bank syariah yaitu dengan mentransfer langsung pada rekening supplier/ penjual, bukan kepada rekening nasabah.30

Selanjutnya yang perlu dipertimbangkan pula adalah nasabah, dalam praktik pembiayaan mura>bah}ah, nasabah harus sudah harus cakap menurut hukum, sehingga dapat melaksanakan transaksi. Kemudian nasabah memiliki kemauan dan kemampuan dalam melakukan pembayaran.31

Supplier, adalah orang atau badan hukum yang menyediakan barang

sesuai dengan permintaan nasabah. Supplier menjual barangnya kepada bank

syariah, kemudian bank syariah akan menjual barang tersebut kepada

29Ismail, Perbankan Syariah, 140-141. 30Ibid, 141.

(47)

37

nasabah. Namun dalam kondisi tertentu, bank syariah memberikan kuasa kepada nasabah untuk membeli barang sesuai dengan spesifikasi yang telah ditetapkan dalam akad. Purchase order (PO) atas pembelian barang tetap diterbitkan oleh bank syariah, dan pembeyarannya tetap dilakukan oleh bank kepada supplier. Namun penyerahan barang dapat dilakukan langsung oleh

supplier kepada nasabah atas kuasa dari bank syariah.32

Harga jual barang telah ditetapkan sesuai dengan akad jual beli antara bank syariah dan nasabah dan tidak dapat berubah selama masa perjanjian. Harga jual bank syariah juga merupakan harga jual yang disepakati antara bank syariah dan nasabah. Sedangkan untuk uang muka (urbun) atas pembelian akan dilakukan oleh nasabah (bila ada), akan mengurangi piutang

mura>bah}ah yang akan diangsur oleh nasabah. Jika transaksi mura>bah}ah

dilaksanakan, maka urbun diakui sebagai bagian dari pelunasan piutang

mura>bah}ah sehingga akan mengurangi jumlah piutang mura>bah}ah. Jika

transaksi mura>bah}ah tidak jadi dilaksanakan (batal), maka urbun (uang muka) harus dikembalikan kepada nasabah setelah dikurangi dengan biaya yang telah dikeluarkan oleh bank syariah.33

Kemudian jangka waktu pembiayaan mura>bah}ah, dapat diberikan dalam jangka pendek, menengah, dan panjang, sesuai dengan kemampuan pembayaran oleh nasabah dan jumlah pembiayaan yang diberikan oleh bank

syariah.Jangka waktu pembiayaan tidak dapat diubah oleh salah satu pihak.

32Ibid, 142.

(48)

38

Bila terdapat perubahan jangka waktu, maka perubahan ini harus disetujui oleh bank syariah maupun nasabah.34

Secara umum, aplikasi perbankan syariah dari bai al-mura>bah}ah dapat digambarkan seperti pada skema berikut ini.35

Seperti pada gambar skema tersebut diatas, diketahui bahwa alurnya adalah yang pertama pihak nasabah datang ke bank untuk melakukan pembiayaan mura>bah}ah, kemudian pihak bank dan nasabah melakukan negoisasi serta melengkapi persyaratannya. Pihak nasabah juga menerangkan klasifikasi barang yang hendak dibeli secara detail atau pihak bank dan nasabah melakukan akad jual beli mura>bah}ah.

34Ibid, 143.

35Syafi’I Antonio, Bank Syariah Dari Tepri ke Praktik (Jakarta: Gema Insani, 2001), 107.

Nasabah Bank

3a.Akad Murabahah

3b.Serah terima Barang

4.Bayar kewajiban

Suplier penjual

2.Beli barang tunai 3c.kirim barang

(49)

39

Selanjutnya pihak bank membelikan barang tersebut kepada suplier (penjual). Setelah barang dimiliki oleh pihak bank, maka selanjutnya pihak bank menyerahkan barang tersebut kepada pihak nasabah.

Setelah pihak nasabah menerima barang yang dipesan sesuai klasifikasi yang telah disampaikan kepada pihak bank, maka pihak nasabah harus melengkapi dokumen kemudian menyetujui cara pembayarannya. Lalu untuk selanjutnya pihak nasabah sudah mulai bisa membayar kepada pihak bank sesuai dengan kesepakatan diawal.36

(50)

40

BAB III

PENYELESAIAN PEMBIAYAAN BERMASALAH DI BMT UGT SIDOGIRI CABANG SEPANJANG SIDOARJO

A. Gambaran Umum BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang

Sejarah berdirinya BMT Sidogiri di latar belakangi oleh rasa keprihatinan para ustadz alumni Sidogiri yang masuk dalam pengurus Urusan Guru Tugas (UGT) akan merebaknya prakter riba yang terjadi disekitar pondok Sidogiri.

Praktek riba ini terjadi karena tidak adanya lembaga keuangan yang berlandaskan sistem syariah yang dapat meminjamkan modal usaha kepada mereka (masyarakat sekitar pondok Sidogiri). Sehingga mudah bagi para rentenir untuk masuk dalam kehidupan mereka, dan menyebabkan praktek riba.

Berbekal dari rasa prihatin itu setelah mendapat izin dari pengasuh pondok, dan berbekal dari pengalaman mengikuti seminar tentang BMT dalam acara perkoperasian yang diselenggarakan di pondok pesantren yang diasuh oleh Kyai Zainul Hasan Genggong Probolinggo. Maka pada tanggal 12 Robi’ul Awal 1418 H atau 17 Juli 1997 M berdirilah BMT Sidogiri pertama yang bernama BMT Maslahah Mursalah Lil Ummah (MMU). Seiring

(51)

41

Pasuruan sebagai Koperasi Serba Usaha dengan Badan Hukum Koperasi Nomor 608/BH/KWK.13/IX/97 (Dokumentasi BMT Sidogiri).1

Kehadiran BMT ini mendapatkan respon positif dari masyarakat sekitar pondok. Karena dengan adanya BMT ini, masyarakat tidak lagi khawatir akan adanya prakter riba yang terjadi di masyarakat dan tidak terjerat hutang dari para rentenir.

Koperasi UGT Sidogiri (Baitul Mal wat Tamwil-Usaha Gabungan Terpadu) didirikan oleh beberapa pengurus BMT-MMU dan orang-orang yang berada dalam satu kegiatan UGT-PPS (Urusan Guru Tugas Pondok Pesantren Sidogiri) yang didalamnya terdapat PJGT, Pimpinan Madrasah, Guru, Alumni dan Partisipan PPS yang tersebar di Jawa Timur.

Kemudian pada tahun 2000 para pengurus BMT Sidogiri ingin mengembangkan misinya ke seluruh Indonesia, yang mana daerah tersebut ada alumni dari pondok Sidogiri. Pembukaan cabang pertama bertempat di Surabaya. Pembukaan BMT Sidogiri Cabang Surabaya diberi nama BMT Usaha Gabungan Terpadu (UGT) Sidogiri. Kemudian tempat ke dua bertempat di Jember, dan hal itu berlanjut hingga sekarang. Sehingga BMT-UGT Sidogiri telah membuka cabang sebanyak 176 unit layanan BMT dan 1 unit layanan transfer.2

Koperasi usaha gabungan terpadu disingkat UGT Sidogiri

mulaiberoprasi pada tanggal 9 rabiul awal 1421 H atau 6 juni 2000 M

1http://www.bmtugtsidogiri.co.id/tentang-kami-6.html, diakses pada 10April 2016.

(52)

42

diSurabaya dan kemudian mendapatkan badan hukum koperasi dari kanwildinas koperasi PK dan M Propinsi Jawa Timur dengan surat keputusan Nomor: 09/BH/KWK. 13/VII/2000 tertanggal 22 juli 2000.

Koperasi ini anggotanya tersebar di wilayah propinsi Jawa Timur dan telah berbadan hukum sejak bulan Juli 2000 dengan nomor badanhukum: 09/BH/KWK.13/VII/2000 dan telah memulai operasinya sejak 5 Rabi’ul Awal 1420 H atau 8 Juni 2000 di Surabaya. Kemudian pada bulanSeptember 2000 dibuka cabang BMT kedua yang ditempatkan di kota Jember. Koperasi ini menetapkan simpanan pokok anggota sebesar Rp.1.000.000,- koperasi ini akan membuka UPK (Cabang Pelayanan Koperasi)dibeberapa kabupaten di Jawa Timur yang berdekatan dengan domisili anggota koperasi.

Koperasi BMT MMU bermitra dengan koperasi UGT ini karena memiliki kesamaan dalam mengelolah usaha BMT atau simpanpinjam dan saling mengisi aktiva dan pasiva BMT.Salah satunya di BMTUGT Jl.Ngelom Rolak No.358 RT.04 RW.04 Taman Sidoarjo.BMT UGT Cabang Sepanjang yang berkantor di jln.Ngelom RolakNo.358 RT.04 RW.04 Taman Sidoarjo, yang berdiri sejak tanggal 4februari tahun 2013 dengan karyawan yang berjumlah 4 orang, didirikannya BMT di sepanjang di karenakan banyaknya rentenir di pasarsepanjang sehingga BMT pusat mempunyai inisiatif untuk membukacabang BMT di pasar sepanjang yang bertujuan untuk

menyelamatkan parapedagang dari rentenir yang menggunakan riba.3

(53)

43

Selain karena hal tersebut, dibentuknya koperasi tersebut adalah bermaksud menggalang kerja sama untuk membantu kepentingan ekonomi anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya dalam rangka pemenuhan kebutuhan. Koperasi ini bertujuan memajukan kesejahteraan anggota dan masyarakatserta ikut membangun perekonomian nasional dalam rangka mewujudkan masyarakat madani yang berlandaskan pancasila dan UUD 1945 serta di ridhoi oleh Allah SWT.

BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang Sidoarjo mempunyai visi dan misi sebagai berikut:4

1. Visi

1. Membangun dan mengembangkan ekonomi umat dengan konsep dasar atau landasan yang sesuai syariah Islam.

2. Menanamkan pemahaman bahwa konsep syariah adalah konsep yang mudah, murah dan maslahah.

2. Misi

1. Menciptakan Wata’awu ‘Alal Birri Wat Taqwa yaitu tolong menolong lewat ekonomi umat.

2. Memberantas riba yang telah menjerat serta mengakar dimasyarakat.

(54)

44

B. Gambaran Umum Pembiayaan Bermasalah di BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang Sidoarjo

Pembiayaan mura>hah}ahdi BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang dikatakan bermasalah antara lain dikarenakan oleh beberapa faktor yaitu:5

1. Faktor internal BMT:

a) Kelemahan dalam analisis pembiayaan tidak berdasarkan data akurat atau kualitas data rendah.

b) Kelemahan BMT terhadap kurangnya pengawasan dan pemantauan

atasperformance nasabah secara teratur dan Jumlah nasabah terlalu

banyak

c) Kelemahan bidang agunan sehingga jaminan tidak dipantau dan diawasi secara baik.

d) Kelemahan sumber daya manusia 2. Faktor internal nasabah:

a) Nasabah tidak mau atau memang beritikad tidak baik atau Nasabah menghilang.

b) Kecerobohan nasabah

c) Kelemahan nasabah tidak mampu mengembalikan pembiayaan karena

terganggunya kelancaran usaha atau Musibah yang dialami nasabah. Dari beberapa faktor diatas, hal tersebutlah yang berdampak pada

pembiayaan bermasalah di BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang Sidoarjo.

(55)

45

Di BMT UGT Sepanjang Sidoarjo, pembiayaan bermasalah di BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang Sidoarjo dikatagorikan menjadi 3 sesuai klasifikasinya, yaitu:

1. Nasabah yang melakukan pembiayaan mura>bah}ah di BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang dan mengalami keterlambatan pembayaran angsuran selama 3 kali maka dikatagorikan “kurang lancar”.

2. Nasabah yang melakukan pembiayaan mura>bah}ah di BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang dan mengalami keterlambatan pembayaran angsuran selama 6 kali pembayaran maka dikatagorikan “diragukan”.

3. Nasabah yang melakukan pembiayaan mura>bah}ah di BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang dan mengalami keterlambatan pembayaran angsuran selama 9 kali sampai dengan jatuh tempo pembayaran maka dikatagorikan “macet”.

C. Praktek Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang Sidoarjo

1. Beberapa pembiayaan bermasalah di BMT UGT Sidogiri Cabang sepanjang dan proses penyelesaiannya.

Nama

Nasabah Kasus Nasabah Cara Penyelesaian

Marjuki Telat 18 bulan

Yang pertama sudah di berikan surat

(56)

46

tunggakan angsuran pokok yang harus dibayar sampai bulan yang sudah disepakati di awal. Setelah di kenakan SP1 bapak Marjuki datang ke BMT dan melakukan kesepakatan dengan pihak

BMT akhirnya bapak marjuki

memberikan kepastian akan

melanjutkan pembayarannya bulan depan yaitu bulan agustus 2016.

Maisaroh Telat 12 bulan

Untuk ibu Maisaroh penyelesaiaannya hampir sama dengan bapak Marjuki yaitu dengan cara yang pertama sudah di berikan surat peringatan tersebut berisikan tentang surat pemberitahuan mengenai nominal tunggakan angsuran pokok yang harus dibayar sampai bulan yang sudah disepakati di awal. Namun yang membedakan Setelah di kenakan SP1 adalah ibu maisaroh tidak

memberikan kepastian akan

(57)

47

Sidoarjo.

H. Abdul

Halim

Telat 8 bulan

Untuk bapak H. Abdul Halim penyelesaiaannya hampir sama dengan ibu Maisaroh yaitu dengan cara yang pertama sudah di berikan surat

peringatan tersebut berisikan tentang surat pemberitahuan mengenai nominal

tunggakan angsuran pokok yang harus dibayar sampai bulan yang sudah disepakati di awal. Tetapi bapak H. Abdul Halim tidak memberikan kepastian melanjutkan pembayarannya kepada BMT.

Zhainab Telat 30 bulan

Untuk ibu Zhainab penyelesaiaannya yaitu dengan cara yang pertama sudah

di berikan surat peringatan tersebut berisikan tentang surat pemberitahuan mengenai nominal tunggakan angsuran pokok yang harus dibayar sampai bulan yang sudah disepakati di awal. Sudah

dikenakan SP2 Kemudin BMT

(58)

48

melakukan penagihan tetapi ibu

zhainab tidak ada dirumahnya

dikarekan ibu zhainab pergi ke Malaysia dan beberapa kali BMT menghubungi ibu zhainab tetapi tidak bisa. Setelah itu BMT Sidogori Cabang sepanjang melakukan upayah terakhir yaitu melakukan pemutihan data. Sampai ibu zhainab kembali membayar hutang tersebut.

Rudi Machmud

Telat 28 bulan

Untuk bapak Rudi Machmud

(59)

49

Dwi

Triyaningsih

Telat 27bulan

Untuk ibu Dwi hampir sama dengan penyelesaiaannya bapak Rudi Machmud yaitu pihak BMT sudah melakukan pemutihan data dan pihak BMT akan mendatangi nasabah selama 1 bulan sekali untuk menagih hutangnya

Dari tabel diatas dapat disimpulkan bahwa terdapat beberapa penyelesaian untuk permasalahan pembiayaan bermasalah, yaiutu:

a. Nasabah telah memberikan kepastian untuk melanjutkan pembayaran b. Nasabah tidak memberikan kepastian dan menghilang

c. Nasabah sudah dikenai pemutihan data dimana semua data pembiayaan di hapus akan tetapi nasabah masih terikat hutang dan pemutian data ini dilakukan tanpa sepengatuhuan nasabah

2. Proses Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di BMT UGT Sidogiri Cabang Sepanjang6

Berdasarkan kasus-kasus pembiayaan mura>bah}ah bermasalah yang pernah terjadi di BMT Sidogiri Cabang Sepanjang Sidoarjo maka berikut ini adalah secara detail proses yang dilakukan oleh pihak BMT Sidogiri Cabang Sepanjag Sidoarjo untuk menyelesaikan pembiayaan bermasalah tersebut.

(60)

50

a. Memberikan suratperingatan kepada nasabah.

Surat peringatan tersebut berisikan tentang surat pemberitahuan mengenai nominal tunggakan angsuran pokok yang harus dibayar sampai bulan yang sudah disepakati di awal. Semua nasabah yang mengalami pembiayaan bermasalah semuanya sudah diberi surat penagihan karena memang karakter dari nasabah adalah berbeda-beda. Oleh sebab itu kebanyakan nasabah menganggap sepele surat peringatan yang diberikan oleh pihak BMT Sidogiri Cabang Sepanjang tersebut. Apabila nasabah tidak merespon surat peringatan yang pertama maka selanjutnya nasabah akan diberikan surat peringatan kembali yaitu surat peringatan yang kedua dan selanjutnya.

b. Memberikan surat panggilan.

Yang dimaksud adalah, pihak BMT Sidogiri Cabang Sepanjang memberikan surat panggilan kepada nasabah yang mengalami pembiayaan bermasalah untuk datang menemui pihak BMT Sidogiri Cabang Sepanjangagar permasalahannya dapat cepat terselesaikan. Namun jika

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulan bahwa penelitian ini terdapat hubungan signfikan antara konsep diri dan dukungan sosial terhadap

Kegiatan-kegiatan metakognitif berpotensi menghasilkan peserta didik yang memiliki kompetensi berpikir tingkat tinggi, sehingga penerapan strategi metakognitif dapat

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui respon biologis pertumbuhan ayam Sentul-G3 jantan dan betina umur 0-10 minggu ketika diberi ransum mengandung dedak

Apabila wajib pajak merasa bahwa keadilan wajib pajak telah diterapkan kepada semua wajib pajak dengan tidak membedakan perlakuan antara wajib pajak badan

[r]

Dalam langkah ini, campuran bahan bakar dan bensin di hisap ke dalam silinder.Katup hisap membuka sedangkan katup buang tertutup. Waktu torak bergerak dari TMA

Adik – adik stambuk 2007-2008, Departemen Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara, khususnya kepada Husin (2008), Nurtia Rahmat (2007), Terima kasih atas

Di daerah yang sudah lama dlhuni yang dominan di sekitar rumah adalah tikus rumah (Rattus rattus diardi dan R. Tungau vektor scrub typhus, L. ) deliensis,