• Tidak ada hasil yang ditemukan

ADAPTASI SOSIAL MAHASISWA PENGHAFAL AL-QURAN DI KAMPUS UIN SUNAN AMPEL SURABAYA : STUDI KASUS BENTUK-BENTUK ADAPTASI ANGGOTA UKM-PENGEMBANGAN TAHFIDHUL QURAN UIN SUNAN AMPEL SURABAYA.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ADAPTASI SOSIAL MAHASISWA PENGHAFAL AL-QURAN DI KAMPUS UIN SUNAN AMPEL SURABAYA : STUDI KASUS BENTUK-BENTUK ADAPTASI ANGGOTA UKM-PENGEMBANGAN TAHFIDHUL QURAN UIN SUNAN AMPEL SURABAYA."

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

ADAPTASI SOSIAL MAHASISWA PENGHAFAL AL-QURAN DI KAMPUS UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

(Studi Kasus Bentuk-Bentuk Adaptasi Anggota UKM-Pengembangan Tahfidhul Quran UIN Sunan Ampel Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Sosial (S.Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

M. HISYAM DIMYATI NIM. B95212076

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

(2)

ADAPTASI SOSIAL MAHASISWA PENGHAFAL AL-QURAN DI KAMPUS UIN SUNAN AMPEL SURABAYA

(Studi Kasus Bentuk-Bentuk Adaptasi Anggota UKM-Pengembangan Tahfidhul Quran UIN Sunan Ampel Surabaya)

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu

Sosial (S.Sos) dalam Bidang Sosiologi

Oleh:

M. HISYAM DIMYATI NIM. B95212076

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK

JURUSAN ILMU SOSIAL

PROGRAM STUDI SOSIOLOGI

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

ABSTRAK

M. Hisyam Dimyati, 2016, ADAPTASI SOSIAL MAHASISWA PENGHAFAL ALQURAN DI

LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS UIN SUNAN AMPEL SURABAYA (Studi Kasus Bentuk-Bentuk Adaptasi Anggota UKM-Pengembangan Tahfidhul Quran UIN Sunan Ampel Surabaya)

Kata Kunci: Adaptasi Sosial, Penghafal Alquran

Menyingkapi dari judul diatas peneliti mengemukakan ada dua rumusan masalah yang akan dibahas pada skripsi yang berjudul adaptasi sosial mahasiswa penghafal alquran di lingkungan kampus universitas uin sunan ampel surabaya (studi kasus bentuk-bentuk adaptasi anggota ukm-pengembangan tahfidhul quran uin sunan ampel surabaya) 1). Bagaimana bentuk adaptasi mahasiswa penghafal Alquran di lingkungan UKM-Pengembangan Tahfidhul Quran kampus UIN Sunan Ampel Surabaya. 2). Bagaimana mempertahankan hafalan di lingkungan kampus UIN Sunan Ampel Surabaya.

Untuk menjawab rumusan masalah diatas, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode ini dipilih agar memperoleh data penelitian yang bersifat mendalam dan menyeluruh mengenai adaptasi social mahasiswa penghafal Alquran studi kasus di UKM-Pengembangan Tahfidhul Quran. Teori yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh adalah teori AGIL Talcot Parson.

(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ... i

HALAMAN JUDUL ... ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv

MOTTO... v

PERSEMBAHAN ... vi

PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 7

C. Tujuan Penelitian... 7

D.Manfaat Penelitian ... 8

(9)

ADAPTASI SOSIAL MAHASISWA PENGHAFAL ALQURAN DALAM MENJAGA HAFALAN ALQURAN A. Profil UPTQ ... 42

B. Adaptasi Sosial Mahasiswa Penghafal Al-Qur’an ... 50

(10)

BAB IV

PENUTUP

A. Kritik ... 68

B. Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA ... 70

DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 72

(11)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menghafal Alquran merupakan rutinitas santri yang biasa

dilakukan dalam pendidikan agama di pesantren belakangan ini sedang

digalakkan dalam berbagai jenjang pendidikan. Dari tingkat SD, SMP,

SMA sampai universitas mencoba menstimulus siswanya untuk

menghafalkan Alquran sebagai acuan atau materi pendidikannya. Salah

satunya dengan memberikan berbagai penghargaan sehingga siswanya

semakin terpacu dalam menghafalkan Alquran.

Mahasiswa penghafal Alquran tentu mengerti konsekuensinya

sebagai penghafal Alquran dengan menjaga prilaku dalam kesehariannya.

Cerminan Alquran akan terlihat dari kesehariannya. Secara tidak langsung

akan membentuk kontrol sosial dalam dirinya seperti adat istiadat. Tidak

terlihat maupun tertulis tetapi akan selalu dipatuhinya.

Banyak ayat yang menerangkan keutamaan menjadi penghafal

Alquran menjadikan mahasiswa ingin menghafalkan Alquran. Salah

satunya terdapat dalam Alquran surat faathir ayat 32 yang artinya

“kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih

diantara hamb-hamba kami”

Ada juga hadis yang menerangkan bahwa penghafal Alquran dapat

menolong 7 saudaranya dari api neraka. Dijelaskan oleh Rauf (2004),

(12)

2

juga akan mendapatkan manfaatnya secaranya nyata langsung didunia,

yaitu berupa:

1. Hafalan Al Qur’an bisa dijadikan mahar pernikahan

2. Akan mendapatkan berkah dan kenikmatan dalam hidup

3. Orang-orang yang diistimewakan oleh Nabi Muhammad SAW

4. Merupakan ciri orang yang diberi ilmu

5. Mendapat keistimewaan sebagai keluarga Allah di bumi

6. Apabila menghormati penghafal Al Qur’an berarti mengagungkan

Allah1

Menghafal al-Qur'an merupakan suatu keutamaan yang besar.

Al-Qur’an dapat mengangkat derajat seseorang dan dapat memperbaiki

keadaannya jika ia mengamalkannya tetapi sebaliknya, jika al-Qur’an

dijadikan bahan tertawaan dan disepelekan maka akan menyebabkan ia

disiksa dengan siksa yang sangat pedih di akhirat kelak2. Tidak diragukan

lagi bahwa seorang penghafal al-Qur'an, mengamalkannya, bersopan

santun dengannya diwaktu malam dan siang, maka ia akan memiliki

kontrol diri yang baik dalam segala aktifitasnya.

Kontrol diri merupakan suatu proses yang didasarkan pada aspek

kognitif yang menjadikan individu sebagai agen utama dalam menyusun,

membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku ke arah yang

1

Ash-Shalih, Subhi. 1993. Membahas Ilmu-Ilmu al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus. Hal 22

2Sa’dullah, 2008

(13)

3

positif3. Rosianti sebagaimana dikutip Zulkarnain4 mengatakan bahwa

dengan kontrol diriyang tinggi maka seseorang akan sangat

memperhatikan cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam situasi yang

bervariasi. Ia cenderung mengubah perilakunya sesuai dengan permintaan

sosial yang kemudian dapat mengatur kesan yang dibuat. Perilakunya yang

lebih resposif terhadap petunjuk situasional, lebih fleksibel, berusaha

untuk memperlancar interaksi sosial, bersikap hangat dan terbuka.

Manusia pada dasarnya tidak bisa sendiri dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya, dia akan membentuk suatu kelompok yang kemudian

disebut organisasi, apapun bentuk kelompok itu. Manusia adalah

pendukung utama setiap organisasi.Prilaku manusia yang berada dalam

suatu kelompok atau organisasi adalah awal dari prilaku organisasi.

Ciri peradaban manusia dalam masyarakat ditandai dengan

keterlibatannya dalam suatu organisasi tertentu. Dalam setiap

membicarakan organisasi perlu pemahaman adanya teori organisasi yang

selalu membahas tiga dimensi pokok, yaitu dimensi teknis, dimensi

konsep, dan dimensi manusia. Dimensi teknis menekankan pada

kecakapan yang dibutuhkan untuk menggerakkan organisasi, berisi

keahlian-keahlian manajer. Dimensi konsep merupakan motor penggerak

dimensi teknis dan sangat erat hubungannya dengan dimensi manusia.

3

Andajani, A. Sari, Efektivitas Teknik Kontrol Diri pada Pengendalian Kemarahan, Jurnal Psikologi, Yogyakarta, (1991): 42

4

(14)

4

Dimensi manusia, mempertaruhkan dalam organisasi adalah suatu unsur

yang kompleks, dan karenanya perlu adanya suatu kebutuhan pemahaman

teori yang didukung oleh riset yang empiris sangat diperlukan sebelum

diterapkan dalam mengelola manusia itu secara efektif.

Prilaku manusia yang berada dalam suatu kelompok atau

organisasi adalah awal dari prilaku organisasi. Oleh karena itu, setiap

manusia mempunyai perbedaan persepsi, kepribadian dan pengalaman

hidupnya. pada dasarnya individu secara sendiri akan sulit untuk

mewujudkan tujuannya dibandingkan bila berkelompok, dari kebutuhan

untuk lebih memudahkan pencapaian tujuan ini muncul suatu bentuk

kerjasama sehingga dari individu individu tersebut mengelompok

membentuk organisasi. Dengan organisasi tersebut individu-individu itu

membuat struktur dan tujuan tertentu. Dalam hal tertentu di organisasi

prilaku dan prestasi individu dipengaruhi oleh prilaku atau prestasi

individu lainnya.

Berkaitan dengan pengertian organisasi dalam Alquran

dicontohkan beberapa surat yang berkaitan dengan organisasi diantaranya:

1. Perlunya persatuan dalam surat 2:43, 4:71, 37:1

2. Perlunya berbangsa-bangsa dalam surat 5:48, 22:34,67, 49:13

3. Perlunya bersatu dan mengikuti jalan yang lurus dalam surat 30:31,32,

2:103,105, 6:59, 8:46

(15)

5

Di kampus UIN Sunan Ampel banyak mahasiswa maupun

mahasiswinya menghafalkan Alquran.Baik yang baru memulai

menghafalkan maupun yang sudah hafal dari sebelum memasuki

universitas.

Di universitas yang beragam latar belakang mahasiswa, mahasiswa

penghafal Alquran dituntut untuk menjaga hafalannya dengan selalu

membacanya berulang-ulang juga salah satunya menjaga prilaku.

Satu-satunya unit kegiatan mahasiswa selanjutnya disingkat

menjadi UKM yang mewadahi kegiatan mahasiswa penghafal Alquran di

UINSA adalah UKM Pengembangan Tahfidhul Quran atau yang biasa

dikenal UPTQ. Organisasi yang beranggotakan mahasiswa aktif S1 di

tahun yang ke enam ini sudah mencetak hafidh hafidhoh dengan beberapa

kategori diantaranya hafidh 10 juz, 20 juz dan 30 juz.

Motivasi untuk menghafalkan Alquran tentu beragam dan

terkadang berubah sebab lingkungan organisasi maupun lingkungan

kampus. UPTQ sebagai organisasi intra kampus yang mewadahi

mahasiswa penghafal Alquran tentu memiliki beberapa cara agar dapat

beradaptasi dan bersaing dengan UKM (unit kegiatan mahasiswa) lainnya.

Dengan mengembangkan minat bakat anggotanya sehingga bisa

memberikan kontribusi terhadap universitas.

Fenomena yang jamak terjadi, mahasiswa yang hafidh Al-Qur’an

(16)

6

secara inklusif, karena mereka merasa bahwa tanggung jawab pribadi

untuk menjaga hafalan Alquran adalah sangat berat bahkan ada yang

merasa membebaninya. Hal tersebut tidak bisa dimasukkan kedalam

kategori kesenian atau seni baca Al-Qur’an, karena menghafal dan

menjaga hafalan bukanlah sebuah seni melainkan sebuah skill dan

perjuangan diri yang membutuhkan fokus untuk melakukannya.

UPTQ dalam setiap periodenya selalu memilih ketua umum yang

sudah hafidh 30 juz karenadalam pengembangan nya diharapkan dapat

dijadikan motivasi anggotanya juga untuk menjaga kualitas organisasi

UPTQ. Juga karena Kualitas kader yang diharapkan ,bukan kuantitas.

Dengan berorganisasi mahasiswa belajar menjadi pribadi yang

mampu bekerjasama, tanggap dan lebih peduli terhadap sekitarnya. Dan

diharapkan akan membentuk karakter yang tangguh dalam mensyiarkan

Alquran baik di lingkugan kampus maupun massyarakat sekitarnya

sehingga bisa mempengaruhi lingkungan menjadi lebih islami dan qurani.

Berdasar latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “ADAPTASI SOSIAL MAHASISWA

PENGHAFAL ALQURAN DI LINGKUNGAN KAMPUS

(17)

7

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana bentuk adaptasi mahasiswa penghafal Alquran di

lingkungan UKM-Pengembangan Tahfidhul Quran kampus UIN Sunan

Ampel Surabaya

2. Bagaimana mempertahankan hafalan di lingkungan kampus UIN Sunan

Ampel Surabaya?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas penelitian berusaha untuk

mengungkapkan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bentuk adaptasi mahasiswa penghafal Alquran

UKM-Pengembangan Tahfidhul Quran di lingkungan kampus UIN

Sunan Ampel Surabaya

2. Untuk mengetahui bagaimana mahasiswa penghafal Alquran

UKM-Pengembangan Tahfidhul Quran dalam menjaga hafalannya di

lingkungan kampus UIN Sunan Ampel Surabaya

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi peneliti, penelitian dapat menambah wawasan tentang bagaimana

adaptasi mahasiswa penghafal Alquran di kampus UIN Sunan Ampel

Surabaya.

2. Bagi pembaca yang juga penghafal Alquran, penelitian ini dapat

digunakan sebagai petunjuk beradaptasi dikampus.

3. Bagi masyarakat, dapat menjadi penggugah semangat menghafalkan

(18)

8

E. Definisi Konseptual

Menurut Masri singarimbun konsep adalah generalisasi dari

sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk

menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Dalam kenyataan konsep

dapat mempunyai tingkat generalisasi yang berbeda. Semakin dekat suatu

konsep kepada realita semakin mudah konsep tersebut diukur dan

diartikan. Sebagai upaya untuk mempermudah pembahasan dan terarahnya

penulisan., serta menghindari adanya perbedaan pendapat atau persepsi.

Maka di pandang perlu untuk menjelaskan beberapaistilah dalam judul

skripsi.

1. Adaptasi sosial

Adaptasi sosial adalah kemampuan diri untuk menyesuaikan diri

dengan lingkungan dengan membaur pada masyarakat atau suatu

perkumpulan sehingga tidak merasa terasingkan terhadap sekitarnya.

2. Penghafal alquran

Penghafal Alquran adalah seseorang yang menjaga dan mengamalkan

isi Alquran

Fenomena yang jamak terjadi, mahasiswa yang hafidh Alquran

cenderung menjauhkan diri dari kegiatan keorganisasian maupun interaksi

secara inklusif, karena mereka merasa bahwa tanggung jawab pribadi

untuk menjaga hafalan Alquran adalah sangat berat bahkan ada yang

merasa membebaninya. Hal tersebut tidak bisa dimasukkan kedalam

(19)

9

hafalan bukanlah sebuah seni melainkan sebuah skill dan perjuangan diri

yang membutuhkan fokus untuk melakukannya.

F. Telaah Pustaka

Adaptasi sosial mahasiswa penghafal Alquran di UIN Sunan

Ampel Surabaya terlebih di UKM pengembangan tahfidhul quran adalah

tentang bagaimana mahasiswa penghafal alquran yang menyesuaikan diri

di lingkungan barunya.Lingkungan yang sangat berbeda dari pendidikan

sebelumnya.

Motivasi untuk menghafalkan Alquran tentu beragam dan

terkadang berubah sebab lingkungan organisasi maupun lingkungan

kampus. UPTQ sebagai organisasi intra kampus yang mewadahi

mahasiswa penghafal Alquran tentu memiliki beberapa cara agar dapat

beradaptasi dan bersaing dengan UKM (unit kegiatan mahasiswa) lainnya.

Dengan mengembangkan minat bakat anggotanya sehingga bisa

memberikan kontribusi terhadap universitas.

Fenomena yang jamak terjadi, mahasiswa yang hafidh Alquran

cenderung menjauhkan diri dari kegiatan keorganisasian maupun interaksi

secara inklusif, karena mereka merasa bahwa tanggung jawab pribadi

untuk menjaga hafalan Alquran adalah sangat berat bahkan ada yang

merasa membebaninya.Hal tersebut tidak bisa dimasukkan kedalam

kategori kesenian atau seni baca Alquran, karena menghafal dan menjaga

hafalan bukanlah sebuah seni melainkan sebuah skill dan perjuangan diri

(20)

10

Penelitian yang dilakukan oleh Hassa Nurrohim dan Lina Anatan

efektifitas komunikasi dalam organisasi” fakultas ekonomi Universitas

Pembangunan Nasional dan Universitas Kristen Maranatha tahun 2009

(jurnal).

Dalam jurnal mereka yang menggunakan metode kualitatif

dijelaskan pentingnya komunikasi intrapersonal dan interpersonal

dalam organisasi, peran komunikasi dalam mencapai kepemimpinan

yang berkualitas. Persamaannya membahas tentang bagaimana adaptasi

dalam organisasi sehingga mencapai tujuan yang diinginkan.

Penelitian yang dilakukan oleh Arini Dwi Alfiana “regulasi diri

mahasiswa ditinjau dari keikut sertaan dalam organisasi mahasiswa”

fakultas psikologi Universitas Negeri Malang tahun 2013 (jurnal).

Dalam skripsinya dijelaskan bagaimana mahasiswa bisa meregulasi

diri dengan cara merefleksikan proses berfikir, perasaan dan tindakan lalu

merencanakan dan mengadaptasikannnya secara terus-menerus untuk

mencapai tujuan. Sedangkan persamaannya adalah tentang bagaimana cara

beradaptasi dengan lingkungan organisasi

G. Metode Penelitian

Metode (Yunani: methodos) adalah cara atau jalan. Metode

merupakan cara yang teratur untuk mencapai suatu maksud yang

diinginkan.5 Sedangkan arti dari penelitian adalah satu proses

5

(21)

11

penyelidikan, sistematis dan metodis, penelitian sebagai solusi atas suatu

masalah dan meningkatkan pengetahuan.6

1. Pendekatan dan Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah

metode kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif karena, peneliti

ingin menggambarkan realita dibalik fenomena secara mendalam dan

terperinci. Metode kualitatif merupakan metode penelitian yang

digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai

lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrument

kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi

(gabungan), analisis data berupa induktif, dan hasil penelitian kualitatif

lebih menekankan makna dari pada generalisasi.7

Menurut Jane Richie penelitian kualitatif adalah upaya untuk untuk

menyajikan dunia sosial, dan prespektifnya didalam dunia, dari segi

konsep, prilaku, presepsi,dan persoalan tentang manusia yang diteliti.

Kembali pada definisi disini dikemukakan tentang peranan penting apa

yang seharusnya diteliti yaitu konsep, prilaku, presepsi dan persoalan

tentang manusia yang diteliti.8

2. Lokasi dan Waktu Penelitian

Lokasi penelitian di kampus UIN Sunan Ampel dengan

narasumber mahasiswa UKM Pengembangan Tahfidhul Quran

mengingat organisasi intra tersebut yang mewadahi mahasiswa

6

Ibid. Hal. 2

7

Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), 15

8

(22)

12

penghafal alquran sehingga untuk efesiensi waktu dapat maksimal

dalam memperoleh data yang dibutuhkan.

3. Pemilihan Subyek Penelitian

Proses memperoleh data atau informasi pada setiap tahapan

(deskripsi, reduksi dan seleksi) tersebut dilakukan secara sirkuler,

berulang-ulang debgan berbagai cara dan berbagai sumber.9

Dengan demikian maka pemilihan subjek penelitian di sini peneliti

berusaha mengambil informan dari mahasiswa dan mahasiswi UIN

Sunan Ampel seperti ketua organisasi Alquran dan berikut mahasiswa

yang mengikuti organisasi Alquran.

INFORMAN JABATAN SEMESTER

Sabiq izzudin S.Hi MPO (majelis pertimbangan organisasi) -

Husni mubarraq Ketua umum 7

Fatimatuzzahroh Bendahara umum 8

Silfi Divisi kajian 5

Aminah Divisi humas 5

Ahmad Rifai Anggota 3

Alfiyah Divisi alumni dan jaringan 8

Ahmad Sahri Divisi tahsin 7

Ahmad Shoberi Divisi kaderisasi 5

Sumber : informan UPTQ

9

(23)

13

Dalam penelitian ini sumber data dibagi menjadi dua, yaitu:

a. Data Primer

Data primer diperoleh dari informasi yang diberikan oleh

informan yang bersangkutan. Seperti dari hasil wawancara kepada

masyarakat, dan masyarakat yang dianggap mampu memberikan

jawaban yang tepat kepada peniliti. Adapun peneliti nantinya akan

menggali informasi secara mendalam dari setiap mahasiswa

mengenai bagaimana adaptasi di kampus UIN Sunan Ampel .

Adapun beberapa informan dalam penelitian ini antara lain:

1) Pendiri organisasi Alquran

2) Pengurus inti organisasi

3) Anggota organisasi yang minimal sudah hafal 2 juz/aktif masa

anggota 1 tahun

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data penunjang yang berasal dari

hasil dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti, misalnya saat

berlangsungnya kegiatan organisasi yang berupa gambar

4. Tahap-tahap Penelitian

a.Tahap Pra Lapangan

Pada tahap pra-lapangan peneliti sudah membaca fenomena

sosial yang menarik untuk diteliti. lalu Penenliti mulai

(24)

14

yang ada di UIN Sunan Ampel Surabaya suatu masalah sosial

yang layak untuk diteliti. Selain itu peneliti juga bisa memulai

untuk melakukan prapengamatan terkaitan dengan masalah yang

akan diteliti.

b. Tahap Pekerjaan Lapangan

Pada tahap pekerjaan lapangan, merupakan proses

berkelanjutan. Pada tahap ini, peneliti masuk pada proses

penelitian penting untuk dilakukan sebelum penelitian berlangsung

adalah proses perizinan. Karena prosedur seorang penelitian adalah

dengan adanya izin dari obyek yang akan diteliti. Setelah peneliti

mulai melakukan penggalian data yang diinginkan dan sesuai

dengan masalah yang akan diteliti. Dan langkah selanjutnya

adalah terjun ke lapangan untuk menggali data yang akan dijadikan

sebagai bahan laporan dalam hasil penelitian.

5. Teknik Pengumpulan Data

Moh. Nazir, dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian

memberikan definisi mengenai pengumpulan data sebagai: “Suatu proses

pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data

merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, karena pada

umumnya data yang dikumpulkan digunakan untuk menguji hipotesis

yang telah dirumuskan”.10

10

(25)

15

Ada berbagai macam teknik pengumpulan data dalam proses

penelitian, tetapi teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

penelitian adalah sebagai berikut:

a. Metode Pengamatan (observasi)

Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik yang akan

dilakukan penelitian dalam pencarian data pada penelitian kualitatif.

Observasi adalah proses pengumpulan data dengan melakukan

pengamatan hanya sekilas saja.

b. Metode Wawancara (interview)

Wawancara atau interview adalah salah satu cara untuk melakukan

data dalam penelitian kualitatif. Wawancara dilakukan dengan subjek

penelitian. Bertujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil

bertatap muka dengan si responden. Dengan menggunakan panduan

wawancara. Dalam proses wawancara ini, peneliti mengambil suasana

terbuka atau tidak dalam forum resmi, dengan tujuan diharapkan

subjek penelitian atau informan lebih nyaman dan mampu

memberikan infromasi dengan jelas dan benar.

c. Metode Dokumentasi

Dokumentasi merupakan cara pencarian data di lapangan yang

berbentuk gambar, arsip dan data-data tertulis lainnya. Dengan tujuan

untuk memperkuat data yang diperoleh dari hasil penelitian yang

(26)

16

6. Teknis Analisis Data

Pada teknis analisis data kualitatif pengolaan data tidak

menggunakan teknik statistika sehingga hasil analisis jawaban responden

terdapat pertanyaan yang diajukan tidak terkait dengan skor, akan tetapi

dideskripsikan dalam suatu penjelasan dalam bentuk kalimat. peneliti

sudah memperoleh dan mengumpulkan data yang diperoleh di lapangan.

Setelah memperoleh data, maka langkah selanjutnya adalah menggola

data-data tersebut. Peneliti menggunakan teknik untuk menganalisis

dengan cara berfikir induktif. Cara berfikir induktif adalah pada prosedur

induktif proses berawal dari proposisi-proposisi khusus (sebagai hasil

pengamatan) dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru ).

7. Teknis Penulisan Laporan

Penulisan laporan adalah tahap akhir dari proses pelaksanaan

penelitian. Setelah komponen-komponen yang terkait data dan hasil

analisis mencapai kesimpulan, peneliti akan memulai penulisan laporan

penelitian kualitatif. Penulisan laporan disesuaikan dengan metode dalam

penelitian kualitatif dengan tidak mengabaikan kebutuhan penelitian

terkait dengan kelengkapan data.

8. Teknik Analisis Data

Menurut Sofian Effendi dan Chris Manning, analisis data adalah

(27)

17

dan diinterpretasikan.11Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang

diberikan miles dan huberman. Teknik –teknik data sebagai berikut:12

a. Data Reduction.

Data reduction adalah merangkum dari hasil-hasil data yang

didapatkan dalam penelitian.Langkah-langkah yang harus dilakukan

yakni memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang

penting, dan mencari tema.Dalam hal ini, peneliti harus segera

melakukan analisa data melalui reduksi data, ketika penelit i

memeproleh data dari lapangan dengan jumlah yang cukup banyak.

Adapun hasil dari mereduksi data, peneliti telah memfokuskan pada

penelitian perubahan prilaku sosial mahasiswa penghafal Alquran

UIN Sunan Ampel Surabaya

b. Data Display.

Langkah berikutnya yakni peneliti mendisplaikan data-data

yang diperoleh dari lapangan. Data display yakni mengorganisir

data, menyusun data dalam suatu pola hubungan sehingga semakin

mudah difahami.

c. Conclusions Drawing/verification.

Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif yakni penarikan

kesimpulan.Dalam hal ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian

yang sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan,

11

Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta, hal. 263

12

(28)

18

yakni berkaitan dengan perubahan prilaku sosial mahasiswa

penghafal Alquran UIN Sunan Ampel Surabaya.

9. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Ada beberapa teknik keabsahan data, namun peneliti

menggunakan teknik keabsahan data melalui triangulasi.

Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding data tersebut.13

Peneliti menggunakan langkah-langkah yang ditempuh dalam

tahap tiangulasi sebagai berikut:

1) Ketekunan pengamatan dilakukan untuk mencari dan

menemukan ciri-ciri serta unsur lainya yang sangat relevan

dengan persoalan penelitian dan kemudian memusatkan diri

pada hal-hal tersebut secara rinci.

Dalam hal ini, sebelum mengambil pembahasan penelitian,

peneliti telah melakukan pengamatan terlebih dahulu dalam

upaya menggali data atau informasi untuk dijadikan obyek

penelitian, yang pada akhirnya peneliti menemukan

permasalahan yang menarik untuk di teliti, yaitu perubahan

prilaku sosial mahasiswa penghafal Alquran UIN Sunan

Ampel Surabaya.

13

(29)

19

2) Triangulasi yang dilakukan oleh peneliti dalam pengecekan

data yaitu dengan menggunakan sumber data dalam

penggaliannya, baik itu sumber data primer yang berupa hasil

wawancara maupun sumber data sekunder yang berupa

dokumen dan peneliti peroleh dari perubahan prilaku sosial

mahasiswa penghafal Alquran UIN Sunan Ampel Surabaya.

Sedangkan metode atau cara yang peneliti gunakan dalam

pemeriksaan keabsahan data yaitu dengan menggunakan metode analisis

domain. Artinya setelah data berhasil dikumpulkan, kemudian peneliti

menyajikannya secara utuh tanpa melakukan penyimpangan dalam

penyajiannya.

H. Sistematika Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pendahuluan peneliti memberikan gambaran tentang

latar belakang masalah yang hendak diteliti. Setelah itu menentukan

rumusan masalah dalam penelitian tersebut. Serta menyertakan tujuan dan

manfaat penelitian. Peneliti juga menjelaskan definisi konsep, metode

penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian yang antara lain tentang

pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian,

sumber dan jenis data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data,

analisis data, serta teknik pemeriksaan keabsahan data. Dalam bab 1 ini

(30)

20

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Dalam bab kajian pustaka, peneliti memberikan gambaran tentang

definisi konsep yang berkaitan dengan judul penelitian, serta teori yang

akan digunakan dalam penganalisahan masalah. Definisi konsep harus

digambarkan dengan jelas. Selain itu harus memperhatikan relevansi teori

yang akan digunakan dalam menganalisis masalah.

BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA

Dalam bab penyajian data, peneliti memberikan gambaran tentang

data-data yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder.

Penyajian data dibuat secara tertulis dan dapat juga disertakan gambar,

tabel atau bagian yang mendukung data. Dalam bab ini peneliti juga

memberikan gambaran tentang data-data yang dikemas dalam bentuk

analisis deskripsi. Setelah itu akan dilakukan penganalisahan data dengan

menggunakan teori yang relevan.

BAB IV PENUTUP

Dalam bab penutup, penulis menuliskan kesimpulan dari

permasalahan dalam penelitian selain itu juga memberikan saran kepada

(31)

21

BAB II

TEORI AGIL TALCOT PARSON

A. Teori Fungsionalisme Struktural

Teori Fungsionalisme Struktural menekankan kepada keteraturan

(order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam

masyarakat. Konsep utamanya adalah fungsi, disfungsi, fungsi laten,

fungsi manifest dan keseimbangan. Menurut teori ini masyarakat

merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen

yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan

yang terjadi pada suatu bagian akan membawa perubahan pula terhadap

bagian yang lain. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam

sistem sosial, adalah fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya kalu tidak

fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau akan hilang dengan

sendirinya.

Secara ekstrim penganut teori ini beranggapan bahwa semua

peristiwa dan semua struktur adalah fungsional bagi sutu masyarakat.

Perubahan dapat terjadi secara perlahan-lahan dalam masyarakat. Kalau

terjadi konflik, penganut teori Fungsionalisme Struktural memusatkan

perhatiannya kepada masalah bagaimana cara menyelesaikannya sehingga

masyarakat tetap dalam keseimbangan Robert K. Merton sebagai penganut

teori ini berpendapat bahwa objek analisa sosiologi adalah fakta sosial

seperti peranan sosial, pola-pola institusional, proses sosial, organisasi

(32)

22

Penganut teori fungsional menganggap segala pranata sosial yang

ada dalam suatu masyarakat tertentu serba fungsional dalam artian positif

dan negative. Merton mengistilahkan „fungsional dan disfungsional’.

Contohnya; perbudakan dalam sistem sosial Amerika Serikat lama

khususnya bagian selatan. Perbudakan jelas fungsional bagi masyarakat

Amerika Serikat kulit putih. Karena sistem tersebut dapat menyediakan

tenaga buruh yang murah, memajukan ekonomi pertanian kapas serta

menjadi sumber status sosial terhadap kulit putih.Tetapi sebaliknya,

perbudakan bersifat disfungsi.Sistem perbudakan membuat orang sangat

tergantung kepada sistem ekonomi agraris sehingga tidak siap untuk

memasuki industrialisasi.

Dari pendapat Merton tentang fungsi, maka ada konsep barunya

yaitu mengenai sifat dari fungsi. Merton membedakan atas fungsi manifest

dan fungsi latent. Fungsi manifest adalah fingsi yang diharapkan

(intended) atau fungsional. Fungsi manifest dari institusi perbudakan di

atas adalah untuk meningkatkan produktifitas di Amerika Selatan.

Sedangkan fungsi latent adalah sebaliknya yaitu fungsi yang tidak

diharapkan, sepanjang menyangkut contoh di atas fungsai latentnya

adalah menyediakan kelas rendah yang luas.

Penganut Teori Fungsionalisme Struktural sering dituduh

mengabaikan variabel konflik dan perubahan sosial dalam teori-teori

mereka. Karena terlalu memberikan tekanan pada keteraturan (order)

(33)

23

mengakibatkan golongan fungsional ini dinilai sebagai secara ideologis

sebagai konservatif. Bahkan ada yang menilai golongan fungsional ini

sebagai agen teoritis dari status quo.

Hal penting yang dapat disimpulkan bahwa masyarakat menurut

kacamata teori fungsional senantiasa berada dalam keadaaan berubah

secara berangsur-angsur dengan tetap memelihara keseimbangan. Setiap

peristiwa dan setiap struktur yang ada, fungsional bagi sistem sosial

itu.Demikian pula dengan institusi yang ada, diperlukan oleh sistem sosial

itu, bahkan kemiskinan serta kepincangan sosial sekalipun. Masyarakat

dilihat dalam kondisi dinamika dalam keseimbangan.

Sebagai contoh, sistem transportasi di suatu kota. Pada tahun 1960

an di kota Yogyakarta, belum adanya angkutan kota. Oleh karenanya,

untuk keperluan-keperluan bepergian baik ke kantor, ke sekolah atau pun

ke tempat lain, masyarakat kalau ingin menggunakan kendaraan umum

bisa menggunakan becak atau andong. Lembaga ekonomi mengetahui

bahwa masyarakat akan lebih tercukupi kebutuhannya kalau ada angkutan

kota berupa colt.

Usaha menyediakan colt sebagai angkutan kota tersebut akan

sangat menguntugkan baik bagi masyarakat maupun bagi pengusaha.

Apalagi, kalau bentuk angkutan kota adalah colt pick-up. Oleh karenanya,

lembaga ekonomi menyediakan angkutan kota dalam wujud colt pick-up.

Hasilnya, masyarakat senang, karena tujuan yang dapat ditempuh

(34)

24

Pengusaha (sebagai wujud lembaga ekonomi) senang karena mendapatkan

keuntungan.Tetapi, beberapa waktu kemudian dampak negatif muncul,

yaitu ketegangan-ketegangan di masyarakat, karena pengendara becak dan

andong mulai unjuk rasa.

Karena pengendara becak dan andong merasa rugi atau rezekinya

mereka di ambil oleh angkutan kota. Melihat ketegangan masyarakat,

lembaga politik mulai mengambil langkah penyesuaian. Pemerintah atau

pun DPR membuat aturan jalan mana saja yang boleh dilalui oleh

kendaraan umum angkutan kota. Kendaraan angkutan kota tidak boleh

seenaknya sendiri dalam mengambil penumpang.

Dengan aturan ini pengusaha angkutan kota untung, masyarakat

untung, demikian pula pengendara becak dan andong tetap mendapatkan

rezeki. Dan masyarakat berada dalam keseimbangan kembali, dengan

kondisi uang lebih maju dan baik dari pada kondisi sebelumnya dimana

masyarakat bisa pergi dengan lebih bebas dan murah. Salah satu pakar

teori struktural fungsional, Talcott Parson, mengembangkan teori yang

disebut “The Structure Of Sosial Action”.

Dalam teori ini Parson mengemukakan tentang konsep perilaku

sukarela yang mencakup beberapa elemen pokok.

1. Aktor sebagai individu.

2. Aktor memiliki tujuan yang ingin dicapai.

3. Aktor memiliki berbagai cara-cara yang mungkin dapat

(35)

25

4. Aktor dihadapkan pada berbagai kondisi dan situasi yang dapat

mempengaruhi pemilihan cara-cara yang akan digunakan untuk

mencapai tujuan tersebut.

5. Aktor dikomando oleh nilai-nilai, norma-norma dan ide-ide dalam

menentukan tujuan yang diinginkan dan cara-cara untuk mencapai

tujuan tersebut.

6. Perilaku, termasuk bagaimana aktor mengambil keputusan tentang

cara- cara yang akan digunakan untuk mencapai tujuan,

dipengaruhi ole ide-ide dan situasi-kondisi yang ada.

B. Asumsi Dasar

Teori fungsionalisme struktural adalah suatu bangunan teori yang

paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang.

Tokoh-tokoh yang pertama kali mencetuskan fungsional yaitu August Comte,

Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Asumsi-asumsi dasarnya adalah

bahwa seluruh struktur sosial atau setidaknya diprioritaskan, menyumbang

terhadap suatu integrasi dan adaptasi sistem yang berlaku, artinya

pemikiran structural fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran

biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu

terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan

tersebut merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap

dapat bertahan hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan

(36)

26

C. Sejarah Kehidupan Talcot Parson

Talcott parson dilahirkan tahun 1902 di colorado springs, Colorado.

Parson berasal dari keluarga berlatar belakang agama dan intelektual yang

mapan. Ayahnya adalah seorabg guru besar dan pemimpin perguruan

tinggi, serta menteri kongregasi. Parson memperoleh pendidikan

undergraduate dari amhers college dan kemudian melengkapi graduate

nya di London school of economic. Parson kemudian pindah ke

Heidelberg, jerman pada saat weber berada dalam masa akhir posisinya di

heidelberg sebelum meninggal lima tahun kemudian, setelah parson

berada di heildelberg oleh karenannya weber banyak mempengaruhi

pemikiran parson karena keterlibatannya dalam diskusi-diskusi dirumah

weber tersebut. Bahkan ketika parson menyusun tesis doktoralnya juga

meniru cara kerja weber ketika masih hidup.

Parson menjadi istruktur di Harvard tahun 1927 dan meskipun

pernah bekerja di tempat lain tetapi ia menghabiskan waktunya di Harvard

sampai meninggal tahun 1979. Karier nya di dunia akademik tidak

berjalan cepat dan lancar, bahkan sampai kira-kira tahun 1939. Dua tahun

berikutnya dia menerbitkan karyanya the structure of sosial action sebuah

buku yang tidak hanya memperkenalkan teori sosiologi-sosiologi umum

akan tetapi juga mendasari kerja besar parson dalam mengembangkan

teorinya. Setelah itu, karier parson berjalan sangat cepat sehingga ia

menjadi pimpinan departemen sosiologi di Harvard tahun 1944, dan dua

(37)

27

tidak hanya memasukkan disiplin sosiologi tetapi juga variasi-variasi ilmu

lainnya. Pada tahun 1949 ia terpilih menjadi presiden asosiasi sosiologi

amerika. Dan pada tahun 1950an sampai tahun 1960an berkat tulisannya

tentang the sosial system telah mengangkat namanya dan menjadikannya

sebagai figure dominan dalam masyarakat sosiologi amerika.

Parson tersingkir dari posisi itu karena munculnya kritikan dari

sayap radikal sosiologi pada waktu itu. Parson telah menjadi politisi

konservativ, dan teorinya juga kelihatan sangat konservativ dan hanya

sedikit dalam mengelaborasi skema kategorisasinya. Pada tahun 1980an

yang terjadi ialah kemunduran kecenderungan untuk mengembangkan

teori parson, tidak hanya di amerika tetapi juga di hamper seluruh dunia.

Akan tetapi, kemunduran itu tidak sekedar dipengaruhi karena posisi

teorinya yang konservativ tetapi juga karena munculnya teori-teori baru

neo-marxian1.

D. Fungsionalisme Struktural Talcott Parson

Teori adalah seperangkat pernyataan-pernyataan yang secara

sistematis berhubungan atau sering dikatakan bahwa teori adalah

sekumpulan konsep, definisi, dan proposisi yang saling kait-mengait yang

menghadirkan suatu tinjauan sistematis atau fenomena yang ada dengan

menunjukkan hubungan yang khas diantara variabel-variabel dengan

maksud memberikan eksilorasi dan prediksi. Disamping itu, ada yang

menyatakan bahwa teori adalah sekumpulan pernyataan yang mempunyai

1

(38)

28

kaitan logis, yang merupakan cermin dari kenyataan yang ada mengenai

sifat-sifat suatu kelas, peristiwa atau suatu benda. Teori harus mengandung

konsep, pernyataan, definisi, baik itu definisi teoritis maupun operasional

dan hubungan logis yang bersifat teoritis dan logis antara konsep tersebut.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam teori didalamnya harus

terdapat konsep, defenisi dan proposisi, hubungan logis diantara

konsep-konsep, definisi-definisi dan proposisi-proposisi yang dapat digunakan

untuk eksplorasi dan prediksi.Talcott Parson melahirkan teori fungsional

tentang perubahan.

Dalam teorinya Parson menganalogikan perubahan sosial dalam

masyarakat seperti halnya pertumbuhan pada makhluk hidup. Komponen

utama pemikiran Parson adalah adanya proses diferensiasi. Parson

berpendapat bahwa setiap masyarakat tersusun dari sekumpulan subsistem

yang berbeda berdasarkan strukturnya maupun berdasarkan makna

fungsionalnya bagi masyarakat yang lebih luas. Ketika masyarakat

berubah, umumnya masyarakat tersebut akan tumbuh dengan kemampuan

yang lebih baik untuk menanggulangi permasalahan hidupnya. Dapat

dikatakan, Parson termasuk dalam golongan yang memandang optimis

sebuah proses perubahan.

E. Teori Agil (AdaptationGoal AttainmentIntegrationLatent Maintenance)

Menurut parson (Laurer, 1982) studi mengenai perubahan sosial

(39)

29

Struktur sosial dapat didefinisikan sebagai tatanan atau susunan sosial

yang secara vertical maupun horizontal atau dapat juga didefinisikan

sebagai cara bagaimana suatu masyarakat terorganisir dalam hubungan.

Hubungan yang dapat diprediksi melalui pola prilaku berulang antar

individu dan antar kelompok dalam masyarakat tersebut.2

Agar seluruh sistem dapat hidup dan berlangsung, maka terdapat

fungsi atau kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi.Dua hal pokok dari

kebutuhan itu ialah yang berhubungan dengan sistem internal atau

kebutuhan ketika berhubungan dengan lingkungannya dan yang

berhubungan dengan pencapaian sasaran atau tujuan, serta sarana yang

perlu untuk mencapai tujuan. Dari premis ini, secara deduktif parson

menciptakan empat kebutuhan fungsional, yakni :latent maintenance,

integration, goal attainment, dan adaptation yang kita kenal dengan teori

AGIL Latent maintenance menunjuk pada masalah bagaimana menjamin

kesinambungan tindakan dalam sistem yang sesuai dengan beberapa aturan

atau norma dalam masyarakat. Integration adalah kordinasi atau

kesesuaian bagian-bagian dari sistem sehingga seluruhnya menjadi

fungsional. Goal attainment adalah masalah pemenuhan tujuan itu

tergantung pada prasyarat yang dimiliki. Adaptation menunjuk pada

kemampuan sistem dalam menjamin apa yang dibutuhkannya dari

lingkungan, serta mendistribusikan sumber-sumber tersebut kedalam

sistem. Dengan pernyataan lain, prasyarat fungsional itu antara lain :

2

(40)

30

1. Adaptation suatu sistem harus mampu menanggulangi situasi

eksternal yang gawat juga harus menyesuaikan dengan

lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan kebutuhan

atau keperluan baik yang sederhana maupun rumit harus

mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baik fisik

maupun non fisik dan sosial3.

2. Goal attainment suatu sistem harus bisa menjelaskan dan

mencapai tujuan utamanya. Setiap tindakan manusia selalu

mempunyai tujuan tertentu. Akan tetapi tujuan individual

seringkali bertentangan dengan tujuan-tujuan lingkungan sosial

yang lebih besar dari sekedar kepentingan individu.

Hal ini dapat berlaku tidak hanya pada lingkungan

masyarakat kelompok saja akan tetapi juga berlaku di

masyarakat individual. Karena seseorang harus hidup dalam

satu sistem sosial maka untuk mencapai tujuan kepentingan

individu harus menyesuaikan diri dengan kepentingan yang

lebih bessar yaitu kelompok. Dengan demikian tujuan pribadi

bukan berarti tidak penting lagi, akan tetapi untuk mencapainya

harus menesuaikan dengan tujuan sistem sosial dimana

tindakan individu itu dilakukan4.

3

Georgi Ritzer dan Doughlas J Goodman. Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Prenada Media. 2004) 121

4

(41)

31

3. Integration Setiap sistem harus mempertahankan kordinasi

internal dari bagian-bagian dan membangun komunikasi

dengan setiap devisi atau harus mempertahankan kesatuannya.

Konsep integrasi menunjukkan adanya bagian dari

solidaritas sosial yang membentuk serta berperannya

masing-masing unsure tesebut sesuai dengan posisi dan statusnya.

Ikatan solidaritas akan menjadi berantakan apabila

masing-masing unsur yang membentuk suatu sistem itu

memperlihatkan atau mengedepankan kepentingan

masing-masing. Karena itu dalam pengertian integrasi ini konsep

keseluruhan merupakan dari fenomena ini.

4. Latent maintenance Setiap sistem harus dapat menyeimbangkan

keadaan sebisa mungkin. Saling menjaga memelihara dan

memperbaiki baik motivasi individual maupun pola-pola

cultural yang menciptakan dan menopang motivasi Dengan

menciptakan actor sebagai penyeimbang.

Dalam pandangannya, masyarakat merupakan bagian dari

keseluruhan sistem kehidupan. Menurutnya, teori fungsional organisasi

masyarakat berdasarkan pada manusia sebagai aktor yang membuat

keputusan dan dibatasi oleh normatif dan situasional.

1. Aktor dari Sistem Sosial

Proses internalisasi dan sosialisasi merupakan hal terpenting dalam

(42)

32

sosialisasi. Sosialisasi harus terus menerus dilengkapi dalam siklus

kehidupan dengan serangkaian pengalaman sosialisasi yang lebih

spesifik. Sosialisasi dan Kontrol sosial adalah mekanisme utama yang

memungkinkan sistem sosial mempertahankan ekuilibriumnya.

2. Masyarakat

Masyarakat merupakan sistem sosial yang paling spesifik dan

penting, yaitu sebuah kolektivitas yang relatif mandiri, anggotanya

mampu memenuhi kebutuhan individual dan kolektif, dan sepenuhnya

hidup dalam kerangka kerja kolektif. Contoh Sub sistem masyarakat:

ekonomi, politik.

3. Sistem Kultural (kebudayaan)

Kebudayaan adalah kekuatan utama yang mengikat berbagai

elemen dunia sosial atau sistem simbol yang terpola, tertata, yang

merupakan sasaran orientasi aktor, aspek sistem kepribadian yang

diinternalisasikan dan pola-pola yang terlembagakan dalam sistem

sosial. Dalam sistem sosial, kebudayaan menubuh dalam norma dan

nilai, sedangkan dalam sistem kepribadian, kebudayaan ditanamkan

kepada individu oleh aktor kedalam dirinya.

Sistem kebudayaan juga dapat dikatakan sebagai aspek tindakan

yang mengorganisasikan karakteristik dan urgensi yang membentuk

sistem yang stabil. Contoh dari sistem kultural diantaranya adalah: klan

(marga).

(43)

33

Kepribadian adalah organisasi sistem orientasi dan motivasi

tindakan aktor individual. Komponen dasar kepribadian:

kebutuhan-disposisi, yaitu sebagai unit paling signifikan dari motivasi tindakan.

Cara Parson mengaitkan kepribadian dengan sistem sosial: pertama,

aktor harus belajar melihat dirinya dengan cara yang sesuai dengan

status mereka dalam masyarakat. Kedua, harapan-harapan peran

melekat pada setiap peran yang dimainkan oleh aktor individu.Lalu

terjadi pembelajaran disiplin diri, internalisasi orientasi nilai,

identifikasi, dsb.

5. Organisme Behavioral

Meskipun memasukan organisme behavioral dalam salah satu

sistem tindakan, Parson tidak begitu detil membahasnya. Organisme

behavioral dalam karya Parson merupakan sistem bekas dan

merupakan sumber energi bagi seluruh sistem. Sistem ini kemudia

berubah nama menjadi “sistem perilaku” (George Ritzer & Douglas J.

Goodman, 2008:265).

Berdasarkan skematis fungsional parson tersebut diatas, maka

ditemukan inti pemikirannya dalam empat sistem tindakan yang digunakan

pada semua tingkat dalam sistem teoritisnya. Pertama, organism prilaku

yaitu sistem tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi dengan

menyesuaikan diri dan mengubah lingkungan eksternal. Kedua, sistem

kepribadian melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan menetapkan

(44)

34

Ketiga, sistem sosial menanggulangi fungsi integrasi dengan

mengendalikan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Keempat,

sistem kultur melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan

menyediakan aktor seperangkat norma dan nilai yang menjadi motivasi

dalam bertindak5.

Berdasarkan fokus kajian parson tentang tindakan dan sistem sosial

menunjukkan bahwa arah berfikirnya lebih bernuansa struktural fungsional

dari pada revolusioner. Dengan kata lain, stabilitas lebih menjadi priortas

utama dalam analisisnya ketimbang perubahan sosial ia mengemukakan

asumsi dasar tentang funsionalisme struktural.

1. Sistem memiliki properti keteraturan dan baian-bagian yang saling

tergantung.

2. Sistem cenderung bergerak ke arah mempertahankan keteraturan diri

dan keseimbangan.

3. Sistem mungkin statis atau bergerak dalam proses perubahan yang

teratur.

4. Sifat dasar bagian suatu sistem berpengaruh terhadap bentuk

bagian-bagian lain.

5. Sistem memelihara batas-batas dengan lingkungan.

6. Alokasi dan integrasi merupakan dua proses fundamental yang

diperlukan untuk memelihara keseimbangan sistem.

5

(45)

35

7. Sistem cenderung menuju ke arah pemeliharaan keseimbangan diri

yang meliputi pemeliharaan batas dan pemeliharaan hubungan antara

bagian-bagian dengan keseluruhan sistem, mengendalikan lingkungan

yang berbeda-beda dan mengendalikan kecenderungan untuk

mengubah sistem dari dalam.

F. Sistem Tindakan

Konsep tentang sistem merupakan inti dari setiap diskusi mengenai

Tacot Parson. Sistem mengandaikan adanya kesatuan antara baian-bagian

yang berhubungan satu sama lain. Kesatuan antara bagian itu pada

umumnya mempunyai tujuan tertentu. Dengan kata lain, bagian-bagian itu

membentuk satu kesatuan (sistem) demi tercapainya tujuan atau maksud

tertentu. Sebagaimana telah disebutkan di atas, teori Parson mengenai

tindakan, meliputi empat sistem, yakni : sistem budaya, sistem sosial,

sistem kepribadian, dan sistem organisme (aspek biologis manusia

sebangai satu sistem).

1. Sistem budaya.

Dalam sistem ini, unit analisis yang paling dasar ialah

tentang”arti”atau”sistem simbolik”. Beberapa contoh dari sistem

-sistem simbolik”. Beberapa contoh dari -sistem-sistem simbolik

adalah kepercayaan religius, bahasa, dan niai-nilai. Dalam

tingkatan ini, Parson memusatkan perhatiannya pada nilai-nilai yang

dihayati bersama. Konsep tentang sosialisasi, misalnya, mempunyai

(46)

36

terjadi ketika nilai-nilai yang dihayati bersama dalam masyarakat

diinternalisir oleh anggota-anggota masyarakat itu. Dalam hal ini,

anggota-anggota suatu masyarakat membuat nilai-nilai masyarakat

menjadi nilai-nilainya sendiri. Sosialisasi mempunyai kekuatan

integratif yang sangat tinggi dalam mempertahankan kontrol sosial

dan keutuhan masyarakat.

2. Sistem sosial.

Sistem ini mendapat perhatian yang cukup besar dalam

uraianya kesatuan yang paling dasar dalam analisa ini adalah

interaksi berdasarkan peran. menurut Talcot Parson sistem sosial

adalah interaksi antara dua atau lebih individu di dalam suatu

lingkungan tertentu. Tetapi interaksi itu tidak terbatas antara

kelompok-kelompok, institusi-institusi, masyarakat-masyarakat dan

organisasi-organisasi internasional. Salah satu contoh dan sistem

sosial adalah universitas yang memiliki sruktur dan bagian-baian

yang berhubungan satu sama lain. sistem sosial selalu terarah kepada

equilibrium (keseimbangan).

3. Sistem kepribadian

Kesatuan yang paling dasar dari unit ini adalah individu yang

merupakan aktor atau pelaku. pusat perhatiannya dalam analisa ini

adalah kebutuhan-kebutuhan, motif-motif, dan sikap, sikap,

seperti motivasi untuk mendapat kepuasan atau keuntungan.

(47)

37

mendapat kepuasan atau keuntungan ini berlaku juga dalam teori

konflik dan teori pertukaran. Asumsi dasar dari kedua teori itu ialah

bahwa manusia ingat diri dan cenderung memperbesar keuntungan

bagi dirinya sendiri.

4. Sistem organisme atau aspek biologis dari manusia

Kesatuan yang paling dasar dalam sistem ini adalah manusia

dalam arti biologis, yakni aspek fisik dari manusia itu. Hal lain yang

termasuk ke dalam aspek fisik ini ialah lingkungan fisik di mana

manusia itu hidup. Dalam hubungan dengan sistem ini parson

menyebutkan secara khusus sistem syaraf dan kegiatan motorik.

Salah satu minat Parson pada saat-saat terakhir hidupnya ialah

mengembangkan sebuah cabang baru sosiologi yang disebut

sosiobiologi. Dalam studi itu ia mempelajari perilaku sosial

berdasarkan hukum-hukum biologis.

G. Skema Tindakan

Skema tindakan Parson memiliki empat komponen, yakni:

1. Pelaku atau aktor: aktor atau pelaku ini dapat terdiri dari seorang

individu atau suatu kolektivitas. Parson melihat aktor ini sebagai

termotivasi untuk mencapai tujuan.

2. Tujuan (goal): tujuan yang ingin dicapai biasanya selaras dengan

nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat. Misalnya, aktor ingin

(48)

38

3. Situasi: tindakan untuk mencapai tujuan ini biasanya terjadi dalam

situasi ialah prasarana dan kondisi. prasarana berarti fasilitas,

alat-alat dan biaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Sedangkan

kondisi adalah halangan yang menghambat tercapainya tujuan.

Misalnya aktor mempunyai biaya dan kemampuan intelektual untuk

kuliah guna mendapat gelar sarjana, tetapi sayang ia bekerja purna

waktu pada suatu perusahan sehingga sulit untuk kuliah.

4. Standar-standar normatif: ini adalah skema tindakan yang paling

penting menurut Parson. Guna mencapai tujuan, aktor harus

memenuhi sejumlah standar atau aturan yang berlaku guna

memperoleh sarjana itu. Norma-norma adalah sangat penting dalam

skema tindakan Parson. Oleh karena itu Parson menganggap sistem

budaya sebagai hal yang paling penting dalamempat sistem tindakan

(49)

39

BAB III

ADAPTASI SOSIAL MAHASISWA PENGHAFAL ALQURAN DALAM MENJAGA HAFALAN ALQURAN

A. Unit Kegiatan Mahasiswa-Pengembangan Tahfidhul Quran (UPTQ)

1. Profil UPTQ

UKM Pengembangan Tahfidhul Quran atau yang biasa disebut

UPTQ merupakan unit kegiatan mahasiswa (UKM) intra UIN Sunan

Ampel Surabaya. Satu-satunya UKM yang memfokuskan kegiatannya

untuk pengembangan keilmuan untuk membaca Alquran dan

menghafal Alquran dengan metode yang benar.

UPTQ sampai sekarang memiliki kurang lebih memiliki anggota

aktif 120 mahasiswa dari berbagai jurusan. Dalam setiap tahunnya

UPTQ membuka pendaftaran keanggotaannya setahun sekali dan

syarat untuk menjadi anggota diantaranya harus memiliki hafalan

minimal juz 30 (juz amma) dan maksimal semester tiga ketika

mendaftar.

Disamping itu UPTQ juga banyak anggotanya yang mengukir

prestasi dan mengharumkan kampus UIN Sunan Ampel Surabaya

mulai tingkat daerah, provinsi, nasional bahkan internasional.

2. Sejarah kelahiran dan tujuan UPTQ

Organisasi intra kampus yang bernama Unit Kegiatan Mahasiswa –

Pengembangan Tahfidhul Quran selanjutnya disingkat menjadi UPTQ

(50)

40

Sunan Ampel (22 Desember 2009). Kelahiran UPTQ adalah sebuah

perjuangan suci demi mewadahi Huffadhul Qur’an yang berproses

secara akademis di kampus islam. karena amanat dan tanggungjawab

para hafidh Alquran tentu berbeda denganyang hanya memahaminya

saja, perlu perjuangan dan tanggungjawab yang besar untuk senantiasa

menjaga hafalan di mana pun berada termasuk di tengah-tengah

kesibukan akademis maupun keorganisasian di ranah kampus.

Menjawab keresahan itu, kami ber-empat mencoba menghidupkan

kegiatan khusus ke Alquran-an secara khusus yakni menjaga hafalan

dan menghafal di kampus namun melalui wadah yang awalnya

independen. para pendiri awal tersebut saya sendiri Ahmad Fakhruddin

FI (saat itu semester 9 TH), Muthi’ah Hijriyati (semester 7 TH),

Saifuddin Nur (semester 7 PAI), Zainuddin Bahri (semester 7 PAI),

kami yang pada saat itu sedang aktif menjabat di berbagai organisasi

baik intra maupun ekstra mendapat amanat langsung dari Rektor IAIN

Sunan Ampel saat itu Prof. DR. H. Nur Syam, M.Si karena beliau

ingin kegiatan Alquran (yang bukan merupakan seni) dihidupkan

kembali setelah “kematian LTQ – Lembaga Tahfidhul Quran” pada

tahun 2008. Akhirnya tanggal 05 Februari 2010 resmi menjadi Dies

Natalis UPTQ dengan Surat keputusan Rektor nomor:

In.02/1/PP.00.9/35b/P/2010, UPTQ pun resmi lahir menjadi keluarga

baru Unit Kegiatan Mahasiswa Intra Kampus IAIN Sunan Ampel

(51)

41

Bukan sebuah perjuangan yang mudah untuk menghidupkan

kembali kegiatan Alquran yang terfokus pada skill murni dan spiritual

murni dalam hal ini menghafal Alquran. Fenomena yang jamak terjadi,

mahasiswa yang hafidh al-qur’an cenderung menjauhkan diri dari

kegiatan keorganisasian maupun interaksi secara inklusif, karena

mereka merasa bahwa tanggung jawab pribadi untuk menjaga hafalan

al-qur’an adalah sangat berat bahkan ada yang merasa

membebaninya.Hal tersebut tidak bisa dimasukkan kedalam kategori

kesenian atau seni baca al-qur’an, karena menghafal dan menjaga

hafalan bukanlah sebuah seni melainkan sebuah skill dan perjuangan

diri yang membutuhkan fokus untuk melakukannya.

UPTQ sendiri tidak memfokuskan kedalam seni baca Alquran

karena UPTQ murni pada pengembangan keilmuan untuk membaca

Alquran dan menghafal Alquran sesuai dengan metode yang benar.1

3. Perkembangan UPTQ dari masa kemasa

Tahun ini UPTQ memasuki periode kepengurusan ke enam setelah

pada periode pertama akhmad fakhruddin FI sebagai ketua umum

perdana pada 2010, periode kedua 2011 Ustdh. Muthi’ahHijriyati,

M.Th.I, periode ketiga 2012 Ust. Sabiq Izzuddin, S.HI, periode

keempat Ustdh. Ma’rifatun Ni’mah, S.Hum dengan dibantu Plt

(pelaksana tugas) Ketua Umum sdr. Syukron Ali yang mengakhiri

periode kepengurusan karena status organisasi yang mengharuskan

1

(52)

42

Ketua Umum definitive non-aktif karena lulus kuliah pada oktober

2013, dilanjutkan periode 2014 yang akan meneruskan estafet

tanggung jawab yang dipimpin Sdr.Alfiyan. S.pd dengan dibantu Plt

ketua umum sdr.ibrahim al hakim yang mengakhiri periode 2014.

Selanjutnya pada periode kelima 2015 kembali terpilih dan

melanjutkan kepemimpinan oleh Ibrahim al hakim.S.HI sebagai ketua

umum. Ketua umum yang sekarang tahun 2016 oleh husni mubaraq

mahasiswa ushuluddin jurusan tafsir hadis.

Alhamdulillah kewajiban dan syarat ketua umum yang harus sudah

selesai hafalan al-qur’an 30 juz sangat terpenuhi dari setiap periode,

karena hal tersebut menjadi utama selain amanat dari Pak Nur Syam

saat itu menjadi rektor mewajibkan ketua umum uptq 30 juz bilghoib

juga demi menjaga kualitas organisasi. Karena uptq lebih

mengutamakan kualitas kader dibanding kuantitas kader, hanya

mereka yang mau berjuang dan berkorban di jalan Alquran adalah

yang disebut sebagai Keluarga Besar UPTQ UIN Sunan Ampel

Surabaya2.

4. Struktur kepengurusan organisasi

Setiap organisasi memiliki struktur yang berbeda-beda. meskipun

demikian ada yang menjadi ciri-ciri umum kesamaan dalam struktur

organisasi. Sebagaimana layaknya sebuah organisasi, maka UPTQ

memiliki struktur organisasi untuk pembagian tugas dan wewenang

2

(53)

43

demi kelancaran kegiatan organisasi yang sesuai visi misi seperti yang

di programkan dan juga untuk menyiapkan rencana-rencana secara

matang sehingga hasil yang diinginkan sesuai dengan yang telah

direncanakan.

Berikut struktur organisasi UKM-Pengembangan Tahfidhul Quran

UIN Sunan Ampel Surabaya :

STRUKTUR PENGURUS UKM-PENGEMBANGAN TAHFIDHUL

QUR’AN (UPTQ) UIN SUNAN AMPEL SURABAYA PERIODE 2016

(54)

44

(struktur pengurus UPTQ tahun 2016 bisa dilihat di halaman tabel)

Kegiatan UKM-Pengembangan Tahfidhul Quran dari yang bersifat harian,

mingguan bulanan dan tahunan semua berjalan sebagaimana semestinya sehingga

peran anggota sebagai sistem biologis dapat beradaptasi dengan menyesuaikan

jadwal kuliah dengan kegiatan yang berada dalam UPTQ.

Mingguan Bulanan Tahunan

Sumber : arsip UKM-Pengembangan Tahfidhul quran

1. Kegiatan mingguan

Setoran hafalan adalah membacakan hafalannya kepada

ustadz/ah sebagai penyimak dengan mengingatkan dan

membetulkan bacaan bila ada salah. Setoran pun ada dua macam,

pertama bilghoib kedua binnadhor.

a. Bilghoib, membaca dengan tidak melihat redaksi.

(55)

45

Kajian adalah mempelajari suatu hal dengan cara berdiskusi

dan di UPTQ biasanya ada narasumber dan peserta sebagai

pelengkap diskusi.

Khataman adalah membaca bergiliran bersama-sama dalam

satu tempat dengan target khatam (selesai membaca juz 1-30)

sekali waktu dan kegiatan di UPTQ dilaksanakan pada setiap hari

jumat pagi di masjid ulul albab.

Tahsinul qira’ah adalah membetulkan kembali bacaan di

hadapan ustadz/ah sesuai dengan tata cara membaca alquran

yang baik.

2. Kegiatan bulanan

DARLING adalah tadarus keliling yang diadakan di rumah

anggota secara bergilir tetapi terkadang dari anggota ada yang

meminta tadarusan tersebut untuk dilaksanakan dirumahnya.

Futsal, dengan melakukan olahraga ringan seperti futsal

agar anggota UPTQ tak hanya secara rohani namun juga

(56)

46

3. Kegiatan tahunan

1.1 Ujian tahfidh terbuka (tahta)

Tahta (ujian tahfidh terbuka) biasanya diadakan ketika akan

dilaksanakan wisuda hafidh dan ujiannya berupa membaca

bilghoib dengan disimak seluruh anggota UPTQ.

Festival qurani merupakan agenda besar dari UPTQ setiap

tahunnnya dengan penyelenggaraan selama tiga hari dengan

banyak rangkaian acara lomba dan seminar nasional. Berikut

diantaranya lomba yang ada dalam festival qurani:

a. MFQ musabaqoh fahmil quran.

b. LTHQ lomba tartil hafalan alquran.

c. LKTIQ lomba karya tulis ilmiah alquran.

d. MHQ musabaqoh hifdzhil quran dengan kategori 5, 10, 20

dan 30 juz.

e. MTQ musabaqoh tafsir alquran.

RTQ rapat tahunan alquran. Merupakan rapat besar dalam

agenda UPTQ yang di ikuti oleh seluruh anggota maupun

pengurus.

Pelatihan karya tulis ilmiah di adakan di UPTQ untuk

meningkatkan skill menulis anggotanya dalam menghadapi era

(57)

47

Wisuda tahfidh untuk apresiasi UPTQ untuk anggotanya

yang sudah mencapai target yang di tentukan oleh UPTQ.

Diklat leaderdhip diadakan setiap kali selesai pelantikan

atau sebelum pelantikan dengan mengkader anggota yang akan

menjadi pengurus agar memiliki jiwa organisasi dan

kepemimpinan.

MOTTA (masa orientasi anggota) kegiatan ini di berikan

pada anggota baru yang akan bergabung dengan UPTQ dengan

melakukan pengenalan dan pengkaderan

B. ADAPTASI SOSIAL MAHASISWA PENGHAFAL ALQURAN

Ketika beradaptasi kita selalu mencari persamaan dengan

lingkungan yang akan kita tempati. Begitupun dengan mahasiswa

penghafal alquran di UIN Sunan Ampel Surabaya mereka memilih

bergabung karena beranggotakan mahasiswa penghafal Alquran.

Dalam beradaptasi kemampuan seseorang berbeda-beda dalam

pendekatannya. Ada yang langsung lancar bergaul dengan mudahnya

bicara seperti sudah kenal lama ada pula yang tertutup. Tertutup dalam arti

ketika bergaul dia tidak dengan mudah berbicara atau sekedar ngobrol.

Dari sini peneliti mencoba meneliti bagaimana adaptasi penghafal alquran

di UPTQ atau Unit kegiatan mahasiswa-Pengembangan Tahfidhul Quran.

Dalam keseharian kita tidak pernah lepas dari suatu komunitas baik

Gambar

tabel atau bagian yang mendukung data. Dalam bab ini peneliti juga

Referensi

Dokumen terkait

Perekaman Suara Secara Langsung Penderita Polip Pita Suara Berdasarkan analisa pemilihan operator terbaik yaitu XL, maka dilakukan analisa pada setiap kelainan pita

Rancangan Pembelajaran P’LEARN Kompetensi Dasar Indikator Penilaian Strategi Pembelajaran Penanggungjawab Media Pembelajaran Keterangan Memiliki perilaku yang mencermin

Penulis memilih judul pembahasan ”Pusat Budidaya dan Rekreasi Ikan Hias Air Tawar” dalam penulisan ini untuk menambah lokasi penjualan ikan hias air tawar yang lebih

Pembinaan dilakukan agar UKM bisa menentukan harga jual yang kompetitif, bisa diketahui kemajuan usahanya dan jangkauan pemasaran yang bisa diperluas sehingga

konformitas. Akan tetapi, kedua proses mental tersebut belum terbuk-ti benar peranannya terhadap perilaku ber-kendara berisiko khususnya pada remaja. Oleh sebab itulah

Hasil penelitian analisis uji Chi-Square menunjukkan Pendidikan P=0,000, pendapatan P=0,000, asupan zat besi P=0,000 dan asupan protein P=0,000 yang menunjukkan terdapat

Jenis penelitian adalah eksperimen dengan desain faktorial ganda 3x3, variabel bebas adalah subtitusi tepung sorgum 10%, 20%, dan 30% dari berat total tapioka

Agar sinkronisasi penyidikan dan penuntutan dalam proses penegakan hukum tindak pidana psikotropika dapat berjalan dengan baik berdasarkan sistim peradilan di