ADAPTASI SOSIAL MAHASISWA PENGHAFAL AL-QURAN DI KAMPUS UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
(Studi Kasus Bentuk-Bentuk Adaptasi Anggota UKM-Pengembangan Tahfidhul Quran UIN Sunan Ampel Surabaya)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Sosial (S.Sos) dalam Bidang Sosiologi
Oleh:
M. HISYAM DIMYATI NIM. B95212076
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
JURUSAN ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
ADAPTASI SOSIAL MAHASISWA PENGHAFAL AL-QURAN DI KAMPUS UIN SUNAN AMPEL SURABAYA
(Studi Kasus Bentuk-Bentuk Adaptasi Anggota UKM-Pengembangan Tahfidhul Quran UIN Sunan Ampel Surabaya)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu
Sosial (S.Sos) dalam Bidang Sosiologi
Oleh:
M. HISYAM DIMYATI NIM. B95212076
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN POLITIK
JURUSAN ILMU SOSIAL
PROGRAM STUDI SOSIOLOGI
ABSTRAK
M. Hisyam Dimyati, 2016, ADAPTASI SOSIAL MAHASISWA PENGHAFAL ALQURAN DI
LINGKUNGAN KAMPUS UNIVERSITAS UIN SUNAN AMPEL SURABAYA (Studi Kasus Bentuk-Bentuk Adaptasi Anggota UKM-Pengembangan Tahfidhul Quran UIN Sunan Ampel Surabaya)
Kata Kunci: Adaptasi Sosial, Penghafal Alquran
Menyingkapi dari judul diatas peneliti mengemukakan ada dua rumusan masalah yang akan dibahas pada skripsi yang berjudul adaptasi sosial mahasiswa penghafal alquran di lingkungan kampus universitas uin sunan ampel surabaya (studi kasus bentuk-bentuk adaptasi anggota ukm-pengembangan tahfidhul quran uin sunan ampel surabaya) 1). Bagaimana bentuk adaptasi mahasiswa penghafal Alquran di lingkungan UKM-Pengembangan Tahfidhul Quran kampus UIN Sunan Ampel Surabaya. 2). Bagaimana mempertahankan hafalan di lingkungan kampus UIN Sunan Ampel Surabaya.
Untuk menjawab rumusan masalah diatas, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, observasi, wawancara dan dokumentasi. Metode ini dipilih agar memperoleh data penelitian yang bersifat mendalam dan menyeluruh mengenai adaptasi social mahasiswa penghafal Alquran studi kasus di UKM-Pengembangan Tahfidhul Quran. Teori yang digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh adalah teori AGIL Talcot Parson.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN TIM PENGUJI ... iv
MOTTO... v
PERSEMBAHAN ... vi
PERNYATAAN PERTANGGUNG JAWABAN ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL ... xiv
DAFTAR GAMBAR ... xv
BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian... 7
D.Manfaat Penelitian ... 8
ADAPTASI SOSIAL MAHASISWA PENGHAFAL ALQURAN DALAM MENJAGA HAFALAN ALQURAN A. Profil UPTQ ... 42
B. Adaptasi Sosial Mahasiswa Penghafal Al-Qur’an ... 50
BAB IV
PENUTUP
A. Kritik ... 68
B. Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 70
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... 72
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menghafal Alquran merupakan rutinitas santri yang biasa
dilakukan dalam pendidikan agama di pesantren belakangan ini sedang
digalakkan dalam berbagai jenjang pendidikan. Dari tingkat SD, SMP,
SMA sampai universitas mencoba menstimulus siswanya untuk
menghafalkan Alquran sebagai acuan atau materi pendidikannya. Salah
satunya dengan memberikan berbagai penghargaan sehingga siswanya
semakin terpacu dalam menghafalkan Alquran.
Mahasiswa penghafal Alquran tentu mengerti konsekuensinya
sebagai penghafal Alquran dengan menjaga prilaku dalam kesehariannya.
Cerminan Alquran akan terlihat dari kesehariannya. Secara tidak langsung
akan membentuk kontrol sosial dalam dirinya seperti adat istiadat. Tidak
terlihat maupun tertulis tetapi akan selalu dipatuhinya.
Banyak ayat yang menerangkan keutamaan menjadi penghafal
Alquran menjadikan mahasiswa ingin menghafalkan Alquran. Salah
satunya terdapat dalam Alquran surat faathir ayat 32 yang artinya
“kemudian kitab itu kami wariskan kepada orang-orang yang kami pilih
diantara hamb-hamba kami”
Ada juga hadis yang menerangkan bahwa penghafal Alquran dapat
menolong 7 saudaranya dari api neraka. Dijelaskan oleh Rauf (2004),
2
juga akan mendapatkan manfaatnya secaranya nyata langsung didunia,
yaitu berupa:
1. Hafalan Al Qur’an bisa dijadikan mahar pernikahan
2. Akan mendapatkan berkah dan kenikmatan dalam hidup
3. Orang-orang yang diistimewakan oleh Nabi Muhammad SAW
4. Merupakan ciri orang yang diberi ilmu
5. Mendapat keistimewaan sebagai keluarga Allah di bumi
6. Apabila menghormati penghafal Al Qur’an berarti mengagungkan
Allah1
Menghafal al-Qur'an merupakan suatu keutamaan yang besar.
Al-Qur’an dapat mengangkat derajat seseorang dan dapat memperbaiki
keadaannya jika ia mengamalkannya tetapi sebaliknya, jika al-Qur’an
dijadikan bahan tertawaan dan disepelekan maka akan menyebabkan ia
disiksa dengan siksa yang sangat pedih di akhirat kelak2. Tidak diragukan
lagi bahwa seorang penghafal al-Qur'an, mengamalkannya, bersopan
santun dengannya diwaktu malam dan siang, maka ia akan memiliki
kontrol diri yang baik dalam segala aktifitasnya.
Kontrol diri merupakan suatu proses yang didasarkan pada aspek
kognitif yang menjadikan individu sebagai agen utama dalam menyusun,
membimbing, mengatur dan mengarahkan bentuk perilaku ke arah yang
1
Ash-Shalih, Subhi. 1993. Membahas Ilmu-Ilmu al-Qur’an, Jakarta: Pustaka Firdaus. Hal 22
2Sa’dullah, 2008
3
positif3. Rosianti sebagaimana dikutip Zulkarnain4 mengatakan bahwa
dengan kontrol diriyang tinggi maka seseorang akan sangat
memperhatikan cara-cara yang tepat untuk berperilaku dalam situasi yang
bervariasi. Ia cenderung mengubah perilakunya sesuai dengan permintaan
sosial yang kemudian dapat mengatur kesan yang dibuat. Perilakunya yang
lebih resposif terhadap petunjuk situasional, lebih fleksibel, berusaha
untuk memperlancar interaksi sosial, bersikap hangat dan terbuka.
Manusia pada dasarnya tidak bisa sendiri dalam memenuhi
kebutuhan hidupnya, dia akan membentuk suatu kelompok yang kemudian
disebut organisasi, apapun bentuk kelompok itu. Manusia adalah
pendukung utama setiap organisasi.Prilaku manusia yang berada dalam
suatu kelompok atau organisasi adalah awal dari prilaku organisasi.
Ciri peradaban manusia dalam masyarakat ditandai dengan
keterlibatannya dalam suatu organisasi tertentu. Dalam setiap
membicarakan organisasi perlu pemahaman adanya teori organisasi yang
selalu membahas tiga dimensi pokok, yaitu dimensi teknis, dimensi
konsep, dan dimensi manusia. Dimensi teknis menekankan pada
kecakapan yang dibutuhkan untuk menggerakkan organisasi, berisi
keahlian-keahlian manajer. Dimensi konsep merupakan motor penggerak
dimensi teknis dan sangat erat hubungannya dengan dimensi manusia.
3
Andajani, A. Sari, Efektivitas Teknik Kontrol Diri pada Pengendalian Kemarahan, Jurnal Psikologi, Yogyakarta, (1991): 42
4
4
Dimensi manusia, mempertaruhkan dalam organisasi adalah suatu unsur
yang kompleks, dan karenanya perlu adanya suatu kebutuhan pemahaman
teori yang didukung oleh riset yang empiris sangat diperlukan sebelum
diterapkan dalam mengelola manusia itu secara efektif.
Prilaku manusia yang berada dalam suatu kelompok atau
organisasi adalah awal dari prilaku organisasi. Oleh karena itu, setiap
manusia mempunyai perbedaan persepsi, kepribadian dan pengalaman
hidupnya. pada dasarnya individu secara sendiri akan sulit untuk
mewujudkan tujuannya dibandingkan bila berkelompok, dari kebutuhan
untuk lebih memudahkan pencapaian tujuan ini muncul suatu bentuk
kerjasama sehingga dari individu individu tersebut mengelompok
membentuk organisasi. Dengan organisasi tersebut individu-individu itu
membuat struktur dan tujuan tertentu. Dalam hal tertentu di organisasi
prilaku dan prestasi individu dipengaruhi oleh prilaku atau prestasi
individu lainnya.
Berkaitan dengan pengertian organisasi dalam Alquran
dicontohkan beberapa surat yang berkaitan dengan organisasi diantaranya:
1. Perlunya persatuan dalam surat 2:43, 4:71, 37:1
2. Perlunya berbangsa-bangsa dalam surat 5:48, 22:34,67, 49:13
3. Perlunya bersatu dan mengikuti jalan yang lurus dalam surat 30:31,32,
2:103,105, 6:59, 8:46
5
Di kampus UIN Sunan Ampel banyak mahasiswa maupun
mahasiswinya menghafalkan Alquran.Baik yang baru memulai
menghafalkan maupun yang sudah hafal dari sebelum memasuki
universitas.
Di universitas yang beragam latar belakang mahasiswa, mahasiswa
penghafal Alquran dituntut untuk menjaga hafalannya dengan selalu
membacanya berulang-ulang juga salah satunya menjaga prilaku.
Satu-satunya unit kegiatan mahasiswa selanjutnya disingkat
menjadi UKM yang mewadahi kegiatan mahasiswa penghafal Alquran di
UINSA adalah UKM Pengembangan Tahfidhul Quran atau yang biasa
dikenal UPTQ. Organisasi yang beranggotakan mahasiswa aktif S1 di
tahun yang ke enam ini sudah mencetak hafidh hafidhoh dengan beberapa
kategori diantaranya hafidh 10 juz, 20 juz dan 30 juz.
Motivasi untuk menghafalkan Alquran tentu beragam dan
terkadang berubah sebab lingkungan organisasi maupun lingkungan
kampus. UPTQ sebagai organisasi intra kampus yang mewadahi
mahasiswa penghafal Alquran tentu memiliki beberapa cara agar dapat
beradaptasi dan bersaing dengan UKM (unit kegiatan mahasiswa) lainnya.
Dengan mengembangkan minat bakat anggotanya sehingga bisa
memberikan kontribusi terhadap universitas.
Fenomena yang jamak terjadi, mahasiswa yang hafidh Al-Qur’an
6
secara inklusif, karena mereka merasa bahwa tanggung jawab pribadi
untuk menjaga hafalan Alquran adalah sangat berat bahkan ada yang
merasa membebaninya. Hal tersebut tidak bisa dimasukkan kedalam
kategori kesenian atau seni baca Al-Qur’an, karena menghafal dan
menjaga hafalan bukanlah sebuah seni melainkan sebuah skill dan
perjuangan diri yang membutuhkan fokus untuk melakukannya.
UPTQ dalam setiap periodenya selalu memilih ketua umum yang
sudah hafidh 30 juz karenadalam pengembangan nya diharapkan dapat
dijadikan motivasi anggotanya juga untuk menjaga kualitas organisasi
UPTQ. Juga karena Kualitas kader yang diharapkan ,bukan kuantitas.
Dengan berorganisasi mahasiswa belajar menjadi pribadi yang
mampu bekerjasama, tanggap dan lebih peduli terhadap sekitarnya. Dan
diharapkan akan membentuk karakter yang tangguh dalam mensyiarkan
Alquran baik di lingkugan kampus maupun massyarakat sekitarnya
sehingga bisa mempengaruhi lingkungan menjadi lebih islami dan qurani.
Berdasar latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “ADAPTASI SOSIAL MAHASISWA
PENGHAFAL ALQURAN DI LINGKUNGAN KAMPUS
7
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana bentuk adaptasi mahasiswa penghafal Alquran di
lingkungan UKM-Pengembangan Tahfidhul Quran kampus UIN Sunan
Ampel Surabaya
2. Bagaimana mempertahankan hafalan di lingkungan kampus UIN Sunan
Ampel Surabaya?
C. Tujuan Penelitian
Dari rumusan masalah diatas penelitian berusaha untuk
mengungkapkan sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui bentuk adaptasi mahasiswa penghafal Alquran
UKM-Pengembangan Tahfidhul Quran di lingkungan kampus UIN
Sunan Ampel Surabaya
2. Untuk mengetahui bagaimana mahasiswa penghafal Alquran
UKM-Pengembangan Tahfidhul Quran dalam menjaga hafalannya di
lingkungan kampus UIN Sunan Ampel Surabaya
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti, penelitian dapat menambah wawasan tentang bagaimana
adaptasi mahasiswa penghafal Alquran di kampus UIN Sunan Ampel
Surabaya.
2. Bagi pembaca yang juga penghafal Alquran, penelitian ini dapat
digunakan sebagai petunjuk beradaptasi dikampus.
3. Bagi masyarakat, dapat menjadi penggugah semangat menghafalkan
8
E. Definisi Konseptual
Menurut Masri singarimbun konsep adalah generalisasi dari
sekelompok fenomena tertentu, sehingga dapat dipakai untuk
menggambarkan berbagai fenomena yang sama. Dalam kenyataan konsep
dapat mempunyai tingkat generalisasi yang berbeda. Semakin dekat suatu
konsep kepada realita semakin mudah konsep tersebut diukur dan
diartikan. Sebagai upaya untuk mempermudah pembahasan dan terarahnya
penulisan., serta menghindari adanya perbedaan pendapat atau persepsi.
Maka di pandang perlu untuk menjelaskan beberapaistilah dalam judul
skripsi.
1. Adaptasi sosial
Adaptasi sosial adalah kemampuan diri untuk menyesuaikan diri
dengan lingkungan dengan membaur pada masyarakat atau suatu
perkumpulan sehingga tidak merasa terasingkan terhadap sekitarnya.
2. Penghafal alquran
Penghafal Alquran adalah seseorang yang menjaga dan mengamalkan
isi Alquran
Fenomena yang jamak terjadi, mahasiswa yang hafidh Alquran
cenderung menjauhkan diri dari kegiatan keorganisasian maupun interaksi
secara inklusif, karena mereka merasa bahwa tanggung jawab pribadi
untuk menjaga hafalan Alquran adalah sangat berat bahkan ada yang
merasa membebaninya. Hal tersebut tidak bisa dimasukkan kedalam
9
hafalan bukanlah sebuah seni melainkan sebuah skill dan perjuangan diri
yang membutuhkan fokus untuk melakukannya.
F. Telaah Pustaka
Adaptasi sosial mahasiswa penghafal Alquran di UIN Sunan
Ampel Surabaya terlebih di UKM pengembangan tahfidhul quran adalah
tentang bagaimana mahasiswa penghafal alquran yang menyesuaikan diri
di lingkungan barunya.Lingkungan yang sangat berbeda dari pendidikan
sebelumnya.
Motivasi untuk menghafalkan Alquran tentu beragam dan
terkadang berubah sebab lingkungan organisasi maupun lingkungan
kampus. UPTQ sebagai organisasi intra kampus yang mewadahi
mahasiswa penghafal Alquran tentu memiliki beberapa cara agar dapat
beradaptasi dan bersaing dengan UKM (unit kegiatan mahasiswa) lainnya.
Dengan mengembangkan minat bakat anggotanya sehingga bisa
memberikan kontribusi terhadap universitas.
Fenomena yang jamak terjadi, mahasiswa yang hafidh Alquran
cenderung menjauhkan diri dari kegiatan keorganisasian maupun interaksi
secara inklusif, karena mereka merasa bahwa tanggung jawab pribadi
untuk menjaga hafalan Alquran adalah sangat berat bahkan ada yang
merasa membebaninya.Hal tersebut tidak bisa dimasukkan kedalam
kategori kesenian atau seni baca Alquran, karena menghafal dan menjaga
hafalan bukanlah sebuah seni melainkan sebuah skill dan perjuangan diri
10
Penelitian yang dilakukan oleh Hassa Nurrohim dan Lina Anatan
”efektifitas komunikasi dalam organisasi” fakultas ekonomi Universitas
Pembangunan Nasional dan Universitas Kristen Maranatha tahun 2009
(jurnal).
Dalam jurnal mereka yang menggunakan metode kualitatif
dijelaskan pentingnya komunikasi intrapersonal dan interpersonal
dalam organisasi, peran komunikasi dalam mencapai kepemimpinan
yang berkualitas. Persamaannya membahas tentang bagaimana adaptasi
dalam organisasi sehingga mencapai tujuan yang diinginkan.
Penelitian yang dilakukan oleh Arini Dwi Alfiana “regulasi diri
mahasiswa ditinjau dari keikut sertaan dalam organisasi mahasiswa”
fakultas psikologi Universitas Negeri Malang tahun 2013 (jurnal).
Dalam skripsinya dijelaskan bagaimana mahasiswa bisa meregulasi
diri dengan cara merefleksikan proses berfikir, perasaan dan tindakan lalu
merencanakan dan mengadaptasikannnya secara terus-menerus untuk
mencapai tujuan. Sedangkan persamaannya adalah tentang bagaimana cara
beradaptasi dengan lingkungan organisasi
G. Metode Penelitian
Metode (Yunani: methodos) adalah cara atau jalan. Metode
merupakan cara yang teratur untuk mencapai suatu maksud yang
diinginkan.5 Sedangkan arti dari penelitian adalah satu proses
5
11
penyelidikan, sistematis dan metodis, penelitian sebagai solusi atas suatu
masalah dan meningkatkan pengetahuan.6
1. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini, metode penelitian yang digunakan adalah
metode kualitatif dengan tipe penelitian deskriptif karena, peneliti
ingin menggambarkan realita dibalik fenomena secara mendalam dan
terperinci. Metode kualitatif merupakan metode penelitian yang
digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah (sebagai
lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti sebagai instrument
kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara trianggulasi
(gabungan), analisis data berupa induktif, dan hasil penelitian kualitatif
lebih menekankan makna dari pada generalisasi.7
Menurut Jane Richie penelitian kualitatif adalah upaya untuk untuk
menyajikan dunia sosial, dan prespektifnya didalam dunia, dari segi
konsep, prilaku, presepsi,dan persoalan tentang manusia yang diteliti.
Kembali pada definisi disini dikemukakan tentang peranan penting apa
yang seharusnya diteliti yaitu konsep, prilaku, presepsi dan persoalan
tentang manusia yang diteliti.8
2. Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di kampus UIN Sunan Ampel dengan
narasumber mahasiswa UKM Pengembangan Tahfidhul Quran
mengingat organisasi intra tersebut yang mewadahi mahasiswa
6
Ibid. Hal. 2
7
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2009), 15
8
12
penghafal alquran sehingga untuk efesiensi waktu dapat maksimal
dalam memperoleh data yang dibutuhkan.
3. Pemilihan Subyek Penelitian
Proses memperoleh data atau informasi pada setiap tahapan
(deskripsi, reduksi dan seleksi) tersebut dilakukan secara sirkuler,
berulang-ulang debgan berbagai cara dan berbagai sumber.9
Dengan demikian maka pemilihan subjek penelitian di sini peneliti
berusaha mengambil informan dari mahasiswa dan mahasiswi UIN
Sunan Ampel seperti ketua organisasi Alquran dan berikut mahasiswa
yang mengikuti organisasi Alquran.
INFORMAN JABATAN SEMESTER
Sabiq izzudin S.Hi MPO (majelis pertimbangan organisasi) -
Husni mubarraq Ketua umum 7
Fatimatuzzahroh Bendahara umum 8
Silfi Divisi kajian 5
Aminah Divisi humas 5
Ahmad Rifai Anggota 3
Alfiyah Divisi alumni dan jaringan 8
Ahmad Sahri Divisi tahsin 7
Ahmad Shoberi Divisi kaderisasi 5
Sumber : informan UPTQ
9
13
Dalam penelitian ini sumber data dibagi menjadi dua, yaitu:
a. Data Primer
Data primer diperoleh dari informasi yang diberikan oleh
informan yang bersangkutan. Seperti dari hasil wawancara kepada
masyarakat, dan masyarakat yang dianggap mampu memberikan
jawaban yang tepat kepada peniliti. Adapun peneliti nantinya akan
menggali informasi secara mendalam dari setiap mahasiswa
mengenai bagaimana adaptasi di kampus UIN Sunan Ampel .
Adapun beberapa informan dalam penelitian ini antara lain:
1) Pendiri organisasi Alquran
2) Pengurus inti organisasi
3) Anggota organisasi yang minimal sudah hafal 2 juz/aktif masa
anggota 1 tahun
b. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data penunjang yang berasal dari
hasil dokumentasi yang dilakukan oleh peneliti, misalnya saat
berlangsungnya kegiatan organisasi yang berupa gambar
4. Tahap-tahap Penelitian
a.Tahap Pra Lapangan
Pada tahap pra-lapangan peneliti sudah membaca fenomena
sosial yang menarik untuk diteliti. lalu Penenliti mulai
14
yang ada di UIN Sunan Ampel Surabaya suatu masalah sosial
yang layak untuk diteliti. Selain itu peneliti juga bisa memulai
untuk melakukan prapengamatan terkaitan dengan masalah yang
akan diteliti.
b. Tahap Pekerjaan Lapangan
Pada tahap pekerjaan lapangan, merupakan proses
berkelanjutan. Pada tahap ini, peneliti masuk pada proses
penelitian penting untuk dilakukan sebelum penelitian berlangsung
adalah proses perizinan. Karena prosedur seorang penelitian adalah
dengan adanya izin dari obyek yang akan diteliti. Setelah peneliti
mulai melakukan penggalian data yang diinginkan dan sesuai
dengan masalah yang akan diteliti. Dan langkah selanjutnya
adalah terjun ke lapangan untuk menggali data yang akan dijadikan
sebagai bahan laporan dalam hasil penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Moh. Nazir, dalam bukunya yang berjudul “Metode Penelitian”
memberikan definisi mengenai pengumpulan data sebagai: “Suatu proses
pengadaan data primer untuk keperluan penelitian. Pengumpulan data
merupakan langkah yang amat penting dalam metode ilmiah, karena pada
umumnya data yang dikumpulkan digunakan untuk menguji hipotesis
yang telah dirumuskan”.10
10
15
Ada berbagai macam teknik pengumpulan data dalam proses
penelitian, tetapi teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian adalah sebagai berikut:
a. Metode Pengamatan (observasi)
Observasi atau pengamatan merupakan salah satu teknik yang akan
dilakukan penelitian dalam pencarian data pada penelitian kualitatif.
Observasi adalah proses pengumpulan data dengan melakukan
pengamatan hanya sekilas saja.
b. Metode Wawancara (interview)
Wawancara atau interview adalah salah satu cara untuk melakukan
data dalam penelitian kualitatif. Wawancara dilakukan dengan subjek
penelitian. Bertujuan penelitian dengan cara tanya jawab, sambil
bertatap muka dengan si responden. Dengan menggunakan panduan
wawancara. Dalam proses wawancara ini, peneliti mengambil suasana
terbuka atau tidak dalam forum resmi, dengan tujuan diharapkan
subjek penelitian atau informan lebih nyaman dan mampu
memberikan infromasi dengan jelas dan benar.
c. Metode Dokumentasi
Dokumentasi merupakan cara pencarian data di lapangan yang
berbentuk gambar, arsip dan data-data tertulis lainnya. Dengan tujuan
untuk memperkuat data yang diperoleh dari hasil penelitian yang
16
6. Teknis Analisis Data
Pada teknis analisis data kualitatif pengolaan data tidak
menggunakan teknik statistika sehingga hasil analisis jawaban responden
terdapat pertanyaan yang diajukan tidak terkait dengan skor, akan tetapi
dideskripsikan dalam suatu penjelasan dalam bentuk kalimat. peneliti
sudah memperoleh dan mengumpulkan data yang diperoleh di lapangan.
Setelah memperoleh data, maka langkah selanjutnya adalah menggola
data-data tersebut. Peneliti menggunakan teknik untuk menganalisis
dengan cara berfikir induktif. Cara berfikir induktif adalah pada prosedur
induktif proses berawal dari proposisi-proposisi khusus (sebagai hasil
pengamatan) dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru ).
7. Teknis Penulisan Laporan
Penulisan laporan adalah tahap akhir dari proses pelaksanaan
penelitian. Setelah komponen-komponen yang terkait data dan hasil
analisis mencapai kesimpulan, peneliti akan memulai penulisan laporan
penelitian kualitatif. Penulisan laporan disesuaikan dengan metode dalam
penelitian kualitatif dengan tidak mengabaikan kebutuhan penelitian
terkait dengan kelengkapan data.
8. Teknik Analisis Data
Menurut Sofian Effendi dan Chris Manning, analisis data adalah
17
dan diinterpretasikan.11Adapun teknik analisis data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah analisis data kualitatif, mengikuti konsep yang
diberikan miles dan huberman. Teknik –teknik data sebagai berikut:12
a. Data Reduction.
Data reduction adalah merangkum dari hasil-hasil data yang
didapatkan dalam penelitian.Langkah-langkah yang harus dilakukan
yakni memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang
penting, dan mencari tema.Dalam hal ini, peneliti harus segera
melakukan analisa data melalui reduksi data, ketika penelit i
memeproleh data dari lapangan dengan jumlah yang cukup banyak.
Adapun hasil dari mereduksi data, peneliti telah memfokuskan pada
penelitian perubahan prilaku sosial mahasiswa penghafal Alquran
UIN Sunan Ampel Surabaya
b. Data Display.
Langkah berikutnya yakni peneliti mendisplaikan data-data
yang diperoleh dari lapangan. Data display yakni mengorganisir
data, menyusun data dalam suatu pola hubungan sehingga semakin
mudah difahami.
c. Conclusions Drawing/verification.
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif yakni penarikan
kesimpulan.Dalam hal ini, peneliti menyimpulkan hasil penelitian
yang sesuai dengan rumusan masalah yang telah dirumuskan,
11
Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1989, Metode Penelitian Survei, LP3ES, Jakarta, hal. 263
12
18
yakni berkaitan dengan perubahan prilaku sosial mahasiswa
penghafal Alquran UIN Sunan Ampel Surabaya.
9. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Ada beberapa teknik keabsahan data, namun peneliti
menggunakan teknik keabsahan data melalui triangulasi.
Triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding data tersebut.13
Peneliti menggunakan langkah-langkah yang ditempuh dalam
tahap tiangulasi sebagai berikut:
1) Ketekunan pengamatan dilakukan untuk mencari dan
menemukan ciri-ciri serta unsur lainya yang sangat relevan
dengan persoalan penelitian dan kemudian memusatkan diri
pada hal-hal tersebut secara rinci.
Dalam hal ini, sebelum mengambil pembahasan penelitian,
peneliti telah melakukan pengamatan terlebih dahulu dalam
upaya menggali data atau informasi untuk dijadikan obyek
penelitian, yang pada akhirnya peneliti menemukan
permasalahan yang menarik untuk di teliti, yaitu perubahan
prilaku sosial mahasiswa penghafal Alquran UIN Sunan
Ampel Surabaya.
13
19
2) Triangulasi yang dilakukan oleh peneliti dalam pengecekan
data yaitu dengan menggunakan sumber data dalam
penggaliannya, baik itu sumber data primer yang berupa hasil
wawancara maupun sumber data sekunder yang berupa
dokumen dan peneliti peroleh dari perubahan prilaku sosial
mahasiswa penghafal Alquran UIN Sunan Ampel Surabaya.
Sedangkan metode atau cara yang peneliti gunakan dalam
pemeriksaan keabsahan data yaitu dengan menggunakan metode analisis
domain. Artinya setelah data berhasil dikumpulkan, kemudian peneliti
menyajikannya secara utuh tanpa melakukan penyimpangan dalam
penyajiannya.
H. Sistematika Pembahasan
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab pendahuluan peneliti memberikan gambaran tentang
latar belakang masalah yang hendak diteliti. Setelah itu menentukan
rumusan masalah dalam penelitian tersebut. Serta menyertakan tujuan dan
manfaat penelitian. Peneliti juga menjelaskan definisi konsep, metode
penelitian yang peneliti gunakan dalam penelitian yang antara lain tentang
pendekatan dan jenis penelitian, lokasi penelitian, subjek penelitian,
sumber dan jenis data, tahap-tahap penelitian, teknik pengumpulan data,
analisis data, serta teknik pemeriksaan keabsahan data. Dalam bab 1 ini
20
BAB II KAJIAN PUSTAKA
Dalam bab kajian pustaka, peneliti memberikan gambaran tentang
definisi konsep yang berkaitan dengan judul penelitian, serta teori yang
akan digunakan dalam penganalisahan masalah. Definisi konsep harus
digambarkan dengan jelas. Selain itu harus memperhatikan relevansi teori
yang akan digunakan dalam menganalisis masalah.
BAB III PENYAJIAN DAN ANALISIS DATA
Dalam bab penyajian data, peneliti memberikan gambaran tentang
data-data yang diperoleh, baik data primer maupun data sekunder.
Penyajian data dibuat secara tertulis dan dapat juga disertakan gambar,
tabel atau bagian yang mendukung data. Dalam bab ini peneliti juga
memberikan gambaran tentang data-data yang dikemas dalam bentuk
analisis deskripsi. Setelah itu akan dilakukan penganalisahan data dengan
menggunakan teori yang relevan.
BAB IV PENUTUP
Dalam bab penutup, penulis menuliskan kesimpulan dari
permasalahan dalam penelitian selain itu juga memberikan saran kepada
21
BAB II
TEORI AGIL TALCOT PARSON
A. Teori Fungsionalisme Struktural
Teori Fungsionalisme Struktural menekankan kepada keteraturan
(order) dan mengabaikan konflik dan perubahan-perubahan dalam
masyarakat. Konsep utamanya adalah fungsi, disfungsi, fungsi laten,
fungsi manifest dan keseimbangan. Menurut teori ini masyarakat
merupakan suatu sistem sosial yang terdiri atas bagian-bagian atau elemen
yang saling berkaitan dan saling menyatu dalam keseimbangan. Perubahan
yang terjadi pada suatu bagian akan membawa perubahan pula terhadap
bagian yang lain. Asumsi dasarnya adalah bahwa setiap struktur dalam
sistem sosial, adalah fungsional terhadap yang lain. Sebaliknya kalu tidak
fungsional maka struktur itu tidak akan ada atau akan hilang dengan
sendirinya.
Secara ekstrim penganut teori ini beranggapan bahwa semua
peristiwa dan semua struktur adalah fungsional bagi sutu masyarakat.
Perubahan dapat terjadi secara perlahan-lahan dalam masyarakat. Kalau
terjadi konflik, penganut teori Fungsionalisme Struktural memusatkan
perhatiannya kepada masalah bagaimana cara menyelesaikannya sehingga
masyarakat tetap dalam keseimbangan Robert K. Merton sebagai penganut
teori ini berpendapat bahwa objek analisa sosiologi adalah fakta sosial
seperti peranan sosial, pola-pola institusional, proses sosial, organisasi
22
Penganut teori fungsional menganggap segala pranata sosial yang
ada dalam suatu masyarakat tertentu serba fungsional dalam artian positif
dan negative. Merton mengistilahkan „fungsional dan disfungsional’.
Contohnya; perbudakan dalam sistem sosial Amerika Serikat lama
khususnya bagian selatan. Perbudakan jelas fungsional bagi masyarakat
Amerika Serikat kulit putih. Karena sistem tersebut dapat menyediakan
tenaga buruh yang murah, memajukan ekonomi pertanian kapas serta
menjadi sumber status sosial terhadap kulit putih.Tetapi sebaliknya,
perbudakan bersifat disfungsi.Sistem perbudakan membuat orang sangat
tergantung kepada sistem ekonomi agraris sehingga tidak siap untuk
memasuki industrialisasi.
Dari pendapat Merton tentang fungsi, maka ada konsep barunya
yaitu mengenai sifat dari fungsi. Merton membedakan atas fungsi manifest
dan fungsi latent. Fungsi manifest adalah fingsi yang diharapkan
(intended) atau fungsional. Fungsi manifest dari institusi perbudakan di
atas adalah untuk meningkatkan produktifitas di Amerika Selatan.
Sedangkan fungsi latent adalah sebaliknya yaitu fungsi yang tidak
diharapkan, sepanjang menyangkut contoh di atas fungsai latentnya
adalah menyediakan kelas rendah yang luas.
Penganut Teori Fungsionalisme Struktural sering dituduh
mengabaikan variabel konflik dan perubahan sosial dalam teori-teori
mereka. Karena terlalu memberikan tekanan pada keteraturan (order)
23
mengakibatkan golongan fungsional ini dinilai sebagai secara ideologis
sebagai konservatif. Bahkan ada yang menilai golongan fungsional ini
sebagai agen teoritis dari status quo.
Hal penting yang dapat disimpulkan bahwa masyarakat menurut
kacamata teori fungsional senantiasa berada dalam keadaaan berubah
secara berangsur-angsur dengan tetap memelihara keseimbangan. Setiap
peristiwa dan setiap struktur yang ada, fungsional bagi sistem sosial
itu.Demikian pula dengan institusi yang ada, diperlukan oleh sistem sosial
itu, bahkan kemiskinan serta kepincangan sosial sekalipun. Masyarakat
dilihat dalam kondisi dinamika dalam keseimbangan.
Sebagai contoh, sistem transportasi di suatu kota. Pada tahun 1960
an di kota Yogyakarta, belum adanya angkutan kota. Oleh karenanya,
untuk keperluan-keperluan bepergian baik ke kantor, ke sekolah atau pun
ke tempat lain, masyarakat kalau ingin menggunakan kendaraan umum
bisa menggunakan becak atau andong. Lembaga ekonomi mengetahui
bahwa masyarakat akan lebih tercukupi kebutuhannya kalau ada angkutan
kota berupa colt.
Usaha menyediakan colt sebagai angkutan kota tersebut akan
sangat menguntugkan baik bagi masyarakat maupun bagi pengusaha.
Apalagi, kalau bentuk angkutan kota adalah colt pick-up. Oleh karenanya,
lembaga ekonomi menyediakan angkutan kota dalam wujud colt pick-up.
Hasilnya, masyarakat senang, karena tujuan yang dapat ditempuh
24
Pengusaha (sebagai wujud lembaga ekonomi) senang karena mendapatkan
keuntungan.Tetapi, beberapa waktu kemudian dampak negatif muncul,
yaitu ketegangan-ketegangan di masyarakat, karena pengendara becak dan
andong mulai unjuk rasa.
Karena pengendara becak dan andong merasa rugi atau rezekinya
mereka di ambil oleh angkutan kota. Melihat ketegangan masyarakat,
lembaga politik mulai mengambil langkah penyesuaian. Pemerintah atau
pun DPR membuat aturan jalan mana saja yang boleh dilalui oleh
kendaraan umum angkutan kota. Kendaraan angkutan kota tidak boleh
seenaknya sendiri dalam mengambil penumpang.
Dengan aturan ini pengusaha angkutan kota untung, masyarakat
untung, demikian pula pengendara becak dan andong tetap mendapatkan
rezeki. Dan masyarakat berada dalam keseimbangan kembali, dengan
kondisi uang lebih maju dan baik dari pada kondisi sebelumnya dimana
masyarakat bisa pergi dengan lebih bebas dan murah. Salah satu pakar
teori struktural fungsional, Talcott Parson, mengembangkan teori yang
disebut “The Structure Of Sosial Action”.
Dalam teori ini Parson mengemukakan tentang konsep perilaku
sukarela yang mencakup beberapa elemen pokok.
1. Aktor sebagai individu.
2. Aktor memiliki tujuan yang ingin dicapai.
3. Aktor memiliki berbagai cara-cara yang mungkin dapat
25
4. Aktor dihadapkan pada berbagai kondisi dan situasi yang dapat
mempengaruhi pemilihan cara-cara yang akan digunakan untuk
mencapai tujuan tersebut.
5. Aktor dikomando oleh nilai-nilai, norma-norma dan ide-ide dalam
menentukan tujuan yang diinginkan dan cara-cara untuk mencapai
tujuan tersebut.
6. Perilaku, termasuk bagaimana aktor mengambil keputusan tentang
cara- cara yang akan digunakan untuk mencapai tujuan,
dipengaruhi ole ide-ide dan situasi-kondisi yang ada.
B. Asumsi Dasar
Teori fungsionalisme struktural adalah suatu bangunan teori yang
paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang.
Tokoh-tokoh yang pertama kali mencetuskan fungsional yaitu August Comte,
Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Asumsi-asumsi dasarnya adalah
bahwa seluruh struktur sosial atau setidaknya diprioritaskan, menyumbang
terhadap suatu integrasi dan adaptasi sistem yang berlaku, artinya
pemikiran structural fungsional sangat dipengaruhi oleh pemikiran
biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu
terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan
tersebut merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap
dapat bertahan hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan
26
C. Sejarah Kehidupan Talcot Parson
Talcott parson dilahirkan tahun 1902 di colorado springs, Colorado.
Parson berasal dari keluarga berlatar belakang agama dan intelektual yang
mapan. Ayahnya adalah seorabg guru besar dan pemimpin perguruan
tinggi, serta menteri kongregasi. Parson memperoleh pendidikan
undergraduate dari amhers college dan kemudian melengkapi graduate
nya di London school of economic. Parson kemudian pindah ke
Heidelberg, jerman pada saat weber berada dalam masa akhir posisinya di
heidelberg sebelum meninggal lima tahun kemudian, setelah parson
berada di heildelberg oleh karenannya weber banyak mempengaruhi
pemikiran parson karena keterlibatannya dalam diskusi-diskusi dirumah
weber tersebut. Bahkan ketika parson menyusun tesis doktoralnya juga
meniru cara kerja weber ketika masih hidup.
Parson menjadi istruktur di Harvard tahun 1927 dan meskipun
pernah bekerja di tempat lain tetapi ia menghabiskan waktunya di Harvard
sampai meninggal tahun 1979. Karier nya di dunia akademik tidak
berjalan cepat dan lancar, bahkan sampai kira-kira tahun 1939. Dua tahun
berikutnya dia menerbitkan karyanya the structure of sosial action sebuah
buku yang tidak hanya memperkenalkan teori sosiologi-sosiologi umum
akan tetapi juga mendasari kerja besar parson dalam mengembangkan
teorinya. Setelah itu, karier parson berjalan sangat cepat sehingga ia
menjadi pimpinan departemen sosiologi di Harvard tahun 1944, dan dua
27
tidak hanya memasukkan disiplin sosiologi tetapi juga variasi-variasi ilmu
lainnya. Pada tahun 1949 ia terpilih menjadi presiden asosiasi sosiologi
amerika. Dan pada tahun 1950an sampai tahun 1960an berkat tulisannya
tentang the sosial system telah mengangkat namanya dan menjadikannya
sebagai figure dominan dalam masyarakat sosiologi amerika.
Parson tersingkir dari posisi itu karena munculnya kritikan dari
sayap radikal sosiologi pada waktu itu. Parson telah menjadi politisi
konservativ, dan teorinya juga kelihatan sangat konservativ dan hanya
sedikit dalam mengelaborasi skema kategorisasinya. Pada tahun 1980an
yang terjadi ialah kemunduran kecenderungan untuk mengembangkan
teori parson, tidak hanya di amerika tetapi juga di hamper seluruh dunia.
Akan tetapi, kemunduran itu tidak sekedar dipengaruhi karena posisi
teorinya yang konservativ tetapi juga karena munculnya teori-teori baru
neo-marxian1.
D. Fungsionalisme Struktural Talcott Parson
Teori adalah seperangkat pernyataan-pernyataan yang secara
sistematis berhubungan atau sering dikatakan bahwa teori adalah
sekumpulan konsep, definisi, dan proposisi yang saling kait-mengait yang
menghadirkan suatu tinjauan sistematis atau fenomena yang ada dengan
menunjukkan hubungan yang khas diantara variabel-variabel dengan
maksud memberikan eksilorasi dan prediksi. Disamping itu, ada yang
menyatakan bahwa teori adalah sekumpulan pernyataan yang mempunyai
1
28
kaitan logis, yang merupakan cermin dari kenyataan yang ada mengenai
sifat-sifat suatu kelas, peristiwa atau suatu benda. Teori harus mengandung
konsep, pernyataan, definisi, baik itu definisi teoritis maupun operasional
dan hubungan logis yang bersifat teoritis dan logis antara konsep tersebut.
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam teori didalamnya harus
terdapat konsep, defenisi dan proposisi, hubungan logis diantara
konsep-konsep, definisi-definisi dan proposisi-proposisi yang dapat digunakan
untuk eksplorasi dan prediksi.Talcott Parson melahirkan teori fungsional
tentang perubahan.
Dalam teorinya Parson menganalogikan perubahan sosial dalam
masyarakat seperti halnya pertumbuhan pada makhluk hidup. Komponen
utama pemikiran Parson adalah adanya proses diferensiasi. Parson
berpendapat bahwa setiap masyarakat tersusun dari sekumpulan subsistem
yang berbeda berdasarkan strukturnya maupun berdasarkan makna
fungsionalnya bagi masyarakat yang lebih luas. Ketika masyarakat
berubah, umumnya masyarakat tersebut akan tumbuh dengan kemampuan
yang lebih baik untuk menanggulangi permasalahan hidupnya. Dapat
dikatakan, Parson termasuk dalam golongan yang memandang optimis
sebuah proses perubahan.
E. Teori Agil (Adaptation–Goal Attainment–Integration–Latent Maintenance)
Menurut parson (Laurer, 1982) studi mengenai perubahan sosial
29
Struktur sosial dapat didefinisikan sebagai tatanan atau susunan sosial
yang secara vertical maupun horizontal atau dapat juga didefinisikan
sebagai cara bagaimana suatu masyarakat terorganisir dalam hubungan.
Hubungan yang dapat diprediksi melalui pola prilaku berulang antar
individu dan antar kelompok dalam masyarakat tersebut.2
Agar seluruh sistem dapat hidup dan berlangsung, maka terdapat
fungsi atau kebutuhan tertentu yang harus dipenuhi.Dua hal pokok dari
kebutuhan itu ialah yang berhubungan dengan sistem internal atau
kebutuhan ketika berhubungan dengan lingkungannya dan yang
berhubungan dengan pencapaian sasaran atau tujuan, serta sarana yang
perlu untuk mencapai tujuan. Dari premis ini, secara deduktif parson
menciptakan empat kebutuhan fungsional, yakni :latent maintenance,
integration, goal attainment, dan adaptation yang kita kenal dengan teori
AGIL Latent maintenance menunjuk pada masalah bagaimana menjamin
kesinambungan tindakan dalam sistem yang sesuai dengan beberapa aturan
atau norma dalam masyarakat. Integration adalah kordinasi atau
kesesuaian bagian-bagian dari sistem sehingga seluruhnya menjadi
fungsional. Goal attainment adalah masalah pemenuhan tujuan itu
tergantung pada prasyarat yang dimiliki. Adaptation menunjuk pada
kemampuan sistem dalam menjamin apa yang dibutuhkannya dari
lingkungan, serta mendistribusikan sumber-sumber tersebut kedalam
sistem. Dengan pernyataan lain, prasyarat fungsional itu antara lain :
2
30
1. Adaptation suatu sistem harus mampu menanggulangi situasi
eksternal yang gawat juga harus menyesuaikan dengan
lingkungan dan menyesuaikan lingkungan dengan kebutuhan
atau keperluan baik yang sederhana maupun rumit harus
mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baik fisik
maupun non fisik dan sosial3.
2. Goal attainment suatu sistem harus bisa menjelaskan dan
mencapai tujuan utamanya. Setiap tindakan manusia selalu
mempunyai tujuan tertentu. Akan tetapi tujuan individual
seringkali bertentangan dengan tujuan-tujuan lingkungan sosial
yang lebih besar dari sekedar kepentingan individu.
Hal ini dapat berlaku tidak hanya pada lingkungan
masyarakat kelompok saja akan tetapi juga berlaku di
masyarakat individual. Karena seseorang harus hidup dalam
satu sistem sosial maka untuk mencapai tujuan kepentingan
individu harus menyesuaikan diri dengan kepentingan yang
lebih bessar yaitu kelompok. Dengan demikian tujuan pribadi
bukan berarti tidak penting lagi, akan tetapi untuk mencapainya
harus menesuaikan dengan tujuan sistem sosial dimana
tindakan individu itu dilakukan4.
3
Georgi Ritzer dan Doughlas J Goodman. Teori Sosiologi Modern (Jakarta: Prenada Media. 2004) 121
4
31
3. Integration Setiap sistem harus mempertahankan kordinasi
internal dari bagian-bagian dan membangun komunikasi
dengan setiap devisi atau harus mempertahankan kesatuannya.
Konsep integrasi menunjukkan adanya bagian dari
solidaritas sosial yang membentuk serta berperannya
masing-masing unsure tesebut sesuai dengan posisi dan statusnya.
Ikatan solidaritas akan menjadi berantakan apabila
masing-masing unsur yang membentuk suatu sistem itu
memperlihatkan atau mengedepankan kepentingan
masing-masing. Karena itu dalam pengertian integrasi ini konsep
keseluruhan merupakan dari fenomena ini.
4. Latent maintenance Setiap sistem harus dapat menyeimbangkan
keadaan sebisa mungkin. Saling menjaga memelihara dan
memperbaiki baik motivasi individual maupun pola-pola
cultural yang menciptakan dan menopang motivasi Dengan
menciptakan actor sebagai penyeimbang.
Dalam pandangannya, masyarakat merupakan bagian dari
keseluruhan sistem kehidupan. Menurutnya, teori fungsional organisasi
masyarakat berdasarkan pada manusia sebagai aktor yang membuat
keputusan dan dibatasi oleh normatif dan situasional.
1. Aktor dari Sistem Sosial
Proses internalisasi dan sosialisasi merupakan hal terpenting dalam
32
sosialisasi. Sosialisasi harus terus menerus dilengkapi dalam siklus
kehidupan dengan serangkaian pengalaman sosialisasi yang lebih
spesifik. Sosialisasi dan Kontrol sosial adalah mekanisme utama yang
memungkinkan sistem sosial mempertahankan ekuilibriumnya.
2. Masyarakat
Masyarakat merupakan sistem sosial yang paling spesifik dan
penting, yaitu sebuah kolektivitas yang relatif mandiri, anggotanya
mampu memenuhi kebutuhan individual dan kolektif, dan sepenuhnya
hidup dalam kerangka kerja kolektif. Contoh Sub sistem masyarakat:
ekonomi, politik.
3. Sistem Kultural (kebudayaan)
Kebudayaan adalah kekuatan utama yang mengikat berbagai
elemen dunia sosial atau sistem simbol yang terpola, tertata, yang
merupakan sasaran orientasi aktor, aspek sistem kepribadian yang
diinternalisasikan dan pola-pola yang terlembagakan dalam sistem
sosial. Dalam sistem sosial, kebudayaan menubuh dalam norma dan
nilai, sedangkan dalam sistem kepribadian, kebudayaan ditanamkan
kepada individu oleh aktor kedalam dirinya.
Sistem kebudayaan juga dapat dikatakan sebagai aspek tindakan
yang mengorganisasikan karakteristik dan urgensi yang membentuk
sistem yang stabil. Contoh dari sistem kultural diantaranya adalah: klan
(marga).
33
Kepribadian adalah organisasi sistem orientasi dan motivasi
tindakan aktor individual. Komponen dasar kepribadian:
kebutuhan-disposisi, yaitu sebagai unit paling signifikan dari motivasi tindakan.
Cara Parson mengaitkan kepribadian dengan sistem sosial: pertama,
aktor harus belajar melihat dirinya dengan cara yang sesuai dengan
status mereka dalam masyarakat. Kedua, harapan-harapan peran
melekat pada setiap peran yang dimainkan oleh aktor individu.Lalu
terjadi pembelajaran disiplin diri, internalisasi orientasi nilai,
identifikasi, dsb.
5. Organisme Behavioral
Meskipun memasukan organisme behavioral dalam salah satu
sistem tindakan, Parson tidak begitu detil membahasnya. Organisme
behavioral dalam karya Parson merupakan sistem bekas dan
merupakan sumber energi bagi seluruh sistem. Sistem ini kemudia
berubah nama menjadi “sistem perilaku” (George Ritzer & Douglas J.
Goodman, 2008:265).
Berdasarkan skematis fungsional parson tersebut diatas, maka
ditemukan inti pemikirannya dalam empat sistem tindakan yang digunakan
pada semua tingkat dalam sistem teoritisnya. Pertama, organism prilaku
yaitu sistem tindakan yang melaksanakan fungsi adaptasi dengan
menyesuaikan diri dan mengubah lingkungan eksternal. Kedua, sistem
kepribadian melaksanakan fungsi pencapaian tujuan dengan menetapkan
34
Ketiga, sistem sosial menanggulangi fungsi integrasi dengan
mengendalikan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Keempat,
sistem kultur melaksanakan fungsi pemeliharaan pola dengan
menyediakan aktor seperangkat norma dan nilai yang menjadi motivasi
dalam bertindak5.
Berdasarkan fokus kajian parson tentang tindakan dan sistem sosial
menunjukkan bahwa arah berfikirnya lebih bernuansa struktural fungsional
dari pada revolusioner. Dengan kata lain, stabilitas lebih menjadi priortas
utama dalam analisisnya ketimbang perubahan sosial ia mengemukakan
asumsi dasar tentang funsionalisme struktural.
1. Sistem memiliki properti keteraturan dan baian-bagian yang saling
tergantung.
2. Sistem cenderung bergerak ke arah mempertahankan keteraturan diri
dan keseimbangan.
3. Sistem mungkin statis atau bergerak dalam proses perubahan yang
teratur.
4. Sifat dasar bagian suatu sistem berpengaruh terhadap bentuk
bagian-bagian lain.
5. Sistem memelihara batas-batas dengan lingkungan.
6. Alokasi dan integrasi merupakan dua proses fundamental yang
diperlukan untuk memelihara keseimbangan sistem.
5
35
7. Sistem cenderung menuju ke arah pemeliharaan keseimbangan diri
yang meliputi pemeliharaan batas dan pemeliharaan hubungan antara
bagian-bagian dengan keseluruhan sistem, mengendalikan lingkungan
yang berbeda-beda dan mengendalikan kecenderungan untuk
mengubah sistem dari dalam.
F. Sistem Tindakan
Konsep tentang sistem merupakan inti dari setiap diskusi mengenai
Tacot Parson. Sistem mengandaikan adanya kesatuan antara baian-bagian
yang berhubungan satu sama lain. Kesatuan antara bagian itu pada
umumnya mempunyai tujuan tertentu. Dengan kata lain, bagian-bagian itu
membentuk satu kesatuan (sistem) demi tercapainya tujuan atau maksud
tertentu. Sebagaimana telah disebutkan di atas, teori Parson mengenai
tindakan, meliputi empat sistem, yakni : sistem budaya, sistem sosial,
sistem kepribadian, dan sistem organisme (aspek biologis manusia
sebangai satu sistem).
1. Sistem budaya.
Dalam sistem ini, unit analisis yang paling dasar ialah
tentang”arti”atau”sistem simbolik”. Beberapa contoh dari sistem
-sistem simbolik”. Beberapa contoh dari -sistem-sistem simbolik
adalah kepercayaan religius, bahasa, dan niai-nilai. Dalam
tingkatan ini, Parson memusatkan perhatiannya pada nilai-nilai yang
dihayati bersama. Konsep tentang sosialisasi, misalnya, mempunyai
36
terjadi ketika nilai-nilai yang dihayati bersama dalam masyarakat
diinternalisir oleh anggota-anggota masyarakat itu. Dalam hal ini,
anggota-anggota suatu masyarakat membuat nilai-nilai masyarakat
menjadi nilai-nilainya sendiri. Sosialisasi mempunyai kekuatan
integratif yang sangat tinggi dalam mempertahankan kontrol sosial
dan keutuhan masyarakat.
2. Sistem sosial.
Sistem ini mendapat perhatian yang cukup besar dalam
uraianya kesatuan yang paling dasar dalam analisa ini adalah
interaksi berdasarkan peran. menurut Talcot Parson sistem sosial
adalah interaksi antara dua atau lebih individu di dalam suatu
lingkungan tertentu. Tetapi interaksi itu tidak terbatas antara
kelompok-kelompok, institusi-institusi, masyarakat-masyarakat dan
organisasi-organisasi internasional. Salah satu contoh dan sistem
sosial adalah universitas yang memiliki sruktur dan bagian-baian
yang berhubungan satu sama lain. sistem sosial selalu terarah kepada
equilibrium (keseimbangan).
3. Sistem kepribadian
Kesatuan yang paling dasar dari unit ini adalah individu yang
merupakan aktor atau pelaku. pusat perhatiannya dalam analisa ini
adalah kebutuhan-kebutuhan, motif-motif, dan sikap, sikap,
seperti motivasi untuk mendapat kepuasan atau keuntungan.
37
mendapat kepuasan atau keuntungan ini berlaku juga dalam teori
konflik dan teori pertukaran. Asumsi dasar dari kedua teori itu ialah
bahwa manusia ingat diri dan cenderung memperbesar keuntungan
bagi dirinya sendiri.
4. Sistem organisme atau aspek biologis dari manusia
Kesatuan yang paling dasar dalam sistem ini adalah manusia
dalam arti biologis, yakni aspek fisik dari manusia itu. Hal lain yang
termasuk ke dalam aspek fisik ini ialah lingkungan fisik di mana
manusia itu hidup. Dalam hubungan dengan sistem ini parson
menyebutkan secara khusus sistem syaraf dan kegiatan motorik.
Salah satu minat Parson pada saat-saat terakhir hidupnya ialah
mengembangkan sebuah cabang baru sosiologi yang disebut
sosiobiologi. Dalam studi itu ia mempelajari perilaku sosial
berdasarkan hukum-hukum biologis.
G. Skema Tindakan
Skema tindakan Parson memiliki empat komponen, yakni:
1. Pelaku atau aktor: aktor atau pelaku ini dapat terdiri dari seorang
individu atau suatu kolektivitas. Parson melihat aktor ini sebagai
termotivasi untuk mencapai tujuan.
2. Tujuan (goal): tujuan yang ingin dicapai biasanya selaras dengan
nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat. Misalnya, aktor ingin
38
3. Situasi: tindakan untuk mencapai tujuan ini biasanya terjadi dalam
situasi ialah prasarana dan kondisi. prasarana berarti fasilitas,
alat-alat dan biaya yang diperlukan untuk mencapai tujuan. Sedangkan
kondisi adalah halangan yang menghambat tercapainya tujuan.
Misalnya aktor mempunyai biaya dan kemampuan intelektual untuk
kuliah guna mendapat gelar sarjana, tetapi sayang ia bekerja purna
waktu pada suatu perusahan sehingga sulit untuk kuliah.
4. Standar-standar normatif: ini adalah skema tindakan yang paling
penting menurut Parson. Guna mencapai tujuan, aktor harus
memenuhi sejumlah standar atau aturan yang berlaku guna
memperoleh sarjana itu. Norma-norma adalah sangat penting dalam
skema tindakan Parson. Oleh karena itu Parson menganggap sistem
budaya sebagai hal yang paling penting dalamempat sistem tindakan
39
BAB III
ADAPTASI SOSIAL MAHASISWA PENGHAFAL ALQURAN DALAM MENJAGA HAFALAN ALQURAN
A. Unit Kegiatan Mahasiswa-Pengembangan Tahfidhul Quran (UPTQ)
1. Profil UPTQ
UKM Pengembangan Tahfidhul Quran atau yang biasa disebut
UPTQ merupakan unit kegiatan mahasiswa (UKM) intra UIN Sunan
Ampel Surabaya. Satu-satunya UKM yang memfokuskan kegiatannya
untuk pengembangan keilmuan untuk membaca Alquran dan
menghafal Alquran dengan metode yang benar.
UPTQ sampai sekarang memiliki kurang lebih memiliki anggota
aktif 120 mahasiswa dari berbagai jurusan. Dalam setiap tahunnya
UPTQ membuka pendaftaran keanggotaannya setahun sekali dan
syarat untuk menjadi anggota diantaranya harus memiliki hafalan
minimal juz 30 (juz amma) dan maksimal semester tiga ketika
mendaftar.
Disamping itu UPTQ juga banyak anggotanya yang mengukir
prestasi dan mengharumkan kampus UIN Sunan Ampel Surabaya
mulai tingkat daerah, provinsi, nasional bahkan internasional.
2. Sejarah kelahiran dan tujuan UPTQ
Organisasi intra kampus yang bernama Unit Kegiatan Mahasiswa –
Pengembangan Tahfidhul Quran selanjutnya disingkat menjadi UPTQ
40
Sunan Ampel (22 Desember 2009). Kelahiran UPTQ adalah sebuah
perjuangan suci demi mewadahi Huffadhul Qur’an yang berproses
secara akademis di kampus islam. karena amanat dan tanggungjawab
para hafidh Alquran tentu berbeda denganyang hanya memahaminya
saja, perlu perjuangan dan tanggungjawab yang besar untuk senantiasa
menjaga hafalan di mana pun berada termasuk di tengah-tengah
kesibukan akademis maupun keorganisasian di ranah kampus.
Menjawab keresahan itu, kami ber-empat mencoba menghidupkan
kegiatan khusus ke Alquran-an secara khusus yakni menjaga hafalan
dan menghafal di kampus namun melalui wadah yang awalnya
independen. para pendiri awal tersebut saya sendiri Ahmad Fakhruddin
FI (saat itu semester 9 TH), Muthi’ah Hijriyati (semester 7 TH),
Saifuddin Nur (semester 7 PAI), Zainuddin Bahri (semester 7 PAI),
kami yang pada saat itu sedang aktif menjabat di berbagai organisasi
baik intra maupun ekstra mendapat amanat langsung dari Rektor IAIN
Sunan Ampel saat itu Prof. DR. H. Nur Syam, M.Si karena beliau
ingin kegiatan Alquran (yang bukan merupakan seni) dihidupkan
kembali setelah “kematian LTQ – Lembaga Tahfidhul Quran” pada
tahun 2008. Akhirnya tanggal 05 Februari 2010 resmi menjadi Dies
Natalis UPTQ dengan Surat keputusan Rektor nomor:
In.02/1/PP.00.9/35b/P/2010, UPTQ pun resmi lahir menjadi keluarga
baru Unit Kegiatan Mahasiswa Intra Kampus IAIN Sunan Ampel
41
Bukan sebuah perjuangan yang mudah untuk menghidupkan
kembali kegiatan Alquran yang terfokus pada skill murni dan spiritual
murni dalam hal ini menghafal Alquran. Fenomena yang jamak terjadi,
mahasiswa yang hafidh al-qur’an cenderung menjauhkan diri dari
kegiatan keorganisasian maupun interaksi secara inklusif, karena
mereka merasa bahwa tanggung jawab pribadi untuk menjaga hafalan
al-qur’an adalah sangat berat bahkan ada yang merasa
membebaninya.Hal tersebut tidak bisa dimasukkan kedalam kategori
kesenian atau seni baca al-qur’an, karena menghafal dan menjaga
hafalan bukanlah sebuah seni melainkan sebuah skill dan perjuangan
diri yang membutuhkan fokus untuk melakukannya.
UPTQ sendiri tidak memfokuskan kedalam seni baca Alquran
karena UPTQ murni pada pengembangan keilmuan untuk membaca
Alquran dan menghafal Alquran sesuai dengan metode yang benar.1
3. Perkembangan UPTQ dari masa kemasa
Tahun ini UPTQ memasuki periode kepengurusan ke enam setelah
pada periode pertama akhmad fakhruddin FI sebagai ketua umum
perdana pada 2010, periode kedua 2011 Ustdh. Muthi’ahHijriyati,
M.Th.I, periode ketiga 2012 Ust. Sabiq Izzuddin, S.HI, periode
keempat Ustdh. Ma’rifatun Ni’mah, S.Hum dengan dibantu Plt
(pelaksana tugas) Ketua Umum sdr. Syukron Ali yang mengakhiri
periode kepengurusan karena status organisasi yang mengharuskan
1
42
Ketua Umum definitive non-aktif karena lulus kuliah pada oktober
2013, dilanjutkan periode 2014 yang akan meneruskan estafet
tanggung jawab yang dipimpin Sdr.Alfiyan. S.pd dengan dibantu Plt
ketua umum sdr.ibrahim al hakim yang mengakhiri periode 2014.
Selanjutnya pada periode kelima 2015 kembali terpilih dan
melanjutkan kepemimpinan oleh Ibrahim al hakim.S.HI sebagai ketua
umum. Ketua umum yang sekarang tahun 2016 oleh husni mubaraq
mahasiswa ushuluddin jurusan tafsir hadis.
Alhamdulillah kewajiban dan syarat ketua umum yang harus sudah
selesai hafalan al-qur’an 30 juz sangat terpenuhi dari setiap periode,
karena hal tersebut menjadi utama selain amanat dari Pak Nur Syam
saat itu menjadi rektor mewajibkan ketua umum uptq 30 juz bilghoib
juga demi menjaga kualitas organisasi. Karena uptq lebih
mengutamakan kualitas kader dibanding kuantitas kader, hanya
mereka yang mau berjuang dan berkorban di jalan Alquran adalah
yang disebut sebagai Keluarga Besar UPTQ UIN Sunan Ampel
Surabaya2.
4. Struktur kepengurusan organisasi
Setiap organisasi memiliki struktur yang berbeda-beda. meskipun
demikian ada yang menjadi ciri-ciri umum kesamaan dalam struktur
organisasi. Sebagaimana layaknya sebuah organisasi, maka UPTQ
memiliki struktur organisasi untuk pembagian tugas dan wewenang
2
43
demi kelancaran kegiatan organisasi yang sesuai visi misi seperti yang
di programkan dan juga untuk menyiapkan rencana-rencana secara
matang sehingga hasil yang diinginkan sesuai dengan yang telah
direncanakan.
Berikut struktur organisasi UKM-Pengembangan Tahfidhul Quran
UIN Sunan Ampel Surabaya :
STRUKTUR PENGURUS UKM-PENGEMBANGAN TAHFIDHUL
QUR’AN (UPTQ) UIN SUNAN AMPEL SURABAYA PERIODE 2016
44
(struktur pengurus UPTQ tahun 2016 bisa dilihat di halaman tabel)
Kegiatan UKM-Pengembangan Tahfidhul Quran dari yang bersifat harian,
mingguan bulanan dan tahunan semua berjalan sebagaimana semestinya sehingga
peran anggota sebagai sistem biologis dapat beradaptasi dengan menyesuaikan
jadwal kuliah dengan kegiatan yang berada dalam UPTQ.
Mingguan Bulanan Tahunan
Sumber : arsip UKM-Pengembangan Tahfidhul quran
1. Kegiatan mingguan
Setoran hafalan adalah membacakan hafalannya kepada
ustadz/ah sebagai penyimak dengan mengingatkan dan
membetulkan bacaan bila ada salah. Setoran pun ada dua macam,
pertama bilghoib kedua binnadhor.
a. Bilghoib, membaca dengan tidak melihat redaksi.
45
Kajian adalah mempelajari suatu hal dengan cara berdiskusi
dan di UPTQ biasanya ada narasumber dan peserta sebagai
pelengkap diskusi.
Khataman adalah membaca bergiliran bersama-sama dalam
satu tempat dengan target khatam (selesai membaca juz 1-30)
sekali waktu dan kegiatan di UPTQ dilaksanakan pada setiap hari
jumat pagi di masjid ulul albab.
Tahsinul qira’ah adalah membetulkan kembali bacaan di
hadapan ustadz/ah sesuai dengan tata cara membaca alquran
yang baik.
2. Kegiatan bulanan
DARLING adalah tadarus keliling yang diadakan di rumah
anggota secara bergilir tetapi terkadang dari anggota ada yang
meminta tadarusan tersebut untuk dilaksanakan dirumahnya.
Futsal, dengan melakukan olahraga ringan seperti futsal
agar anggota UPTQ tak hanya secara rohani namun juga
46
3. Kegiatan tahunan
1.1 Ujian tahfidh terbuka (tahta)
Tahta (ujian tahfidh terbuka) biasanya diadakan ketika akan
dilaksanakan wisuda hafidh dan ujiannya berupa membaca
bilghoib dengan disimak seluruh anggota UPTQ.
Festival qurani merupakan agenda besar dari UPTQ setiap
tahunnnya dengan penyelenggaraan selama tiga hari dengan
banyak rangkaian acara lomba dan seminar nasional. Berikut
diantaranya lomba yang ada dalam festival qurani:
a. MFQ musabaqoh fahmil quran.
b. LTHQ lomba tartil hafalan alquran.
c. LKTIQ lomba karya tulis ilmiah alquran.
d. MHQ musabaqoh hifdzhil quran dengan kategori 5, 10, 20
dan 30 juz.
e. MTQ musabaqoh tafsir alquran.
RTQ rapat tahunan alquran. Merupakan rapat besar dalam
agenda UPTQ yang di ikuti oleh seluruh anggota maupun
pengurus.
Pelatihan karya tulis ilmiah di adakan di UPTQ untuk
meningkatkan skill menulis anggotanya dalam menghadapi era
47
Wisuda tahfidh untuk apresiasi UPTQ untuk anggotanya
yang sudah mencapai target yang di tentukan oleh UPTQ.
Diklat leaderdhip diadakan setiap kali selesai pelantikan
atau sebelum pelantikan dengan mengkader anggota yang akan
menjadi pengurus agar memiliki jiwa organisasi dan
kepemimpinan.
MOTTA (masa orientasi anggota) kegiatan ini di berikan
pada anggota baru yang akan bergabung dengan UPTQ dengan
melakukan pengenalan dan pengkaderan
B. ADAPTASI SOSIAL MAHASISWA PENGHAFAL ALQURAN
Ketika beradaptasi kita selalu mencari persamaan dengan
lingkungan yang akan kita tempati. Begitupun dengan mahasiswa
penghafal alquran di UIN Sunan Ampel Surabaya mereka memilih
bergabung karena beranggotakan mahasiswa penghafal Alquran.
Dalam beradaptasi kemampuan seseorang berbeda-beda dalam
pendekatannya. Ada yang langsung lancar bergaul dengan mudahnya
bicara seperti sudah kenal lama ada pula yang tertutup. Tertutup dalam arti
ketika bergaul dia tidak dengan mudah berbicara atau sekedar ngobrol.
Dari sini peneliti mencoba meneliti bagaimana adaptasi penghafal alquran
di UPTQ atau Unit kegiatan mahasiswa-Pengembangan Tahfidhul Quran.
Dalam keseharian kita tidak pernah lepas dari suatu komunitas baik