• Tidak ada hasil yang ditemukan

KECENDERUNGAN TINGKAT STRES AKADEMIK MAHASISWA SEMESTER AKHIR.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KECENDERUNGAN TINGKAT STRES AKADEMIK MAHASISWA SEMESTER AKHIR."

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

KECENDERUNGAN TINGKAT STRES AKADEMIK MAHASISWA SEMESTER AKHIR

SKRIPSI

Diajukan Kepada Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan dalam Menyelesaikan Program Strata

Satu (S1) Psikologi (S.Psi)

Ervina Putri Ardi Kurnia B07212009

PROGRAM STUDY PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI DAN KESEHATAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

 

INTISARI

Skripsi merupakan tugas akhir yang harus dilalui oleh mahasiswa semester akhir sebleum mendapatkan gelar sarjana. Namun, tugas akhir ini kerapkali memberikan tekanan bagi mahasiswa hingga menimbulkan stres akademik. Penelitian ini bertujuan untuk melihat ada atau tidaknya kecenderungan tingkat stres akademik dan seberapa kecenderungan tingkat stres akademik tersebut pada mahasiswa semester akhir yang mengerjakan skripsi. Penelitian ini dilakukan di Fakultas Psikologi dan Kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif. Sampel penelitian berjumlah 43 responden. Instrumen penelitian yang digunakan yaitu skala dengan Chronbach’s Alpha sebesar 0,932 untuk mengukur tingkat stres mahasiswa semester akhir yang tengah mengerjakan skripsi.

Hasil penelitian ini menunjukkan terdapat kecenderungan tingkat stres pada mahasiswa semester akhir dengan kecenderungan tingkat stres akademik tinggi sebesar 51,7%, sedang 32,6%, dan rendah 4,65%. Dari hasil tersebut bisa dijabarkan dengan hasil per dimensi. Dari dimensi kognitif, responden sering merasa lalai akan banyak hal (X=3,7). Dari dimensi perilaku, rata-rata dari responden merasa semua pekerjaannya lebih kacau (X=3,9). Dan dari dimensi psikologis, rata-rata responden merasa down ketika proposal/skripsi responden banyak membutuhkan revisi (X=3,8). Berdasarkan hasil analisis uji t dua sampel saling bebas, maka diperoleh hasil t sebesar 7,35>2, maka tidak terdapat perbedaan tingkat stres antara laki-laki dan perempuan. Sedangkan untuk hasil anova manunjukkan signifikansi >0,05, maka tidak terdapat perbedaan tingkat stres antara semester tujuh, sembilan, dan lebih dari sembilan.

(7)

xii 

 

ABSTRACT

Essay is the last duty that must be done by the final semester students of university before they get the bachelor degree. But, this last duty often gives pressure for the students of university until caused the academic stress. This research aims to see whether there is or not the tendency of academic stress level and how the tendency of academic stress level on the final semester students of university that working on essay. This research conducted in faculty of psychology and health state Islamic university of Surabaya. This research is a descriptive research. The subject of this research is 43 respondents. The research instrument that used is scale with Chronbach’c Alpha by 0,932, to measure the academic stress level on the final semester students of university that working on essay.

The result of this research shows that there is tendency of stress level on the final semester students of university on the tendency of academic stress in high level is 51,7%, average is 32,6%, and low 4,65%. The result can explain by result per dimension. From the cognitive dimension, the respondents often feel negligent for many things (X=3,7). From the behavior dimension, evenly from the respondents feel all of their work is messier (X=3,9), and from the psychology dimension, evenly respondents feel down when their proposal or essay needs many revisions (X=3,8). According by the result of paired sample t-test, result of t is 7,35>2, it means that there’s no difference between man and women respondents. Besides, result of Anova shows signification more than 0,05, it means there’s no difference of level stress between seven, nine, and more than nine semesters.

(8)

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Mahasiswa ... 11

10. Faktor Penyebab Stres Akademik ... 38

D. Kecenderungan Tingkat Stres Mahasiswa Semester Akhir ... 40

E. Kerangka Teoritik ... 45

(9)

vii  

BAB III METODE PENELITIAN

A. Variabel dan Definisi Operasional ... 48

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Subjek ... 56

D. Hasil Tambahan Kecenderungan Tingkat Stres Per-Dimensi .... 62

1. Rata-rata Kecenderungan Tingkat Stres Akademik Dilihat dari Aspek Kognitif ... 62

2. Rata-rata Kecenderungan Tingkat Stres Akademik Dilihat dari Aspek Perilaku ... 64

3. Rata-rata Kecenderungan Tingkat Stres Akademik Dilihat dari Aspek Psikologis ... 65

E. Rata-rata Kecenderungan Tingkat Stres Akademik Berdasarkan Karakteristik (Demografi) Responden ... 67

F. Pembahasan ... 72

1. Gambaran Kecenderungan Tingkat Stres Akademik Mahasiswa Semester Akhir Dilihat dari Dimensi Kognitif . 74 2. Gambaran Kecenderungan Tingkat Stres Akademik Mahasiswa Semester Akhir Dilihat dari Dimensi Perilaku . 75 3. Gambaran Kecenderungan Tingkat Stres Akademik Mahasiswa Semester Akhir Dilihat dari Dimensi Psikologis 76 4. Gambaran Kecenderungan Tingkat Stres Akademik Mahasiswa Semester Akhir Dilihat dari Demografi ... 77

BAB V PENUTUP A. Simpulan ... 79

(10)

viii  

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Bagan Aspek-aspek Stres ... 26 Gambar 2 : Kerangka Teoritik Kecenderungan Tingkat Stres Mahasiswa

(11)

ix  

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Blueprint Skala Stres Akademik ... 52 Tabel 2 : Data Umum Responden Mahasiswa Skripsi Fakultas Psikologi

Dan Kesehatan ... 58 Tabel 3 : Uji Estimasi Reliabilitas ... 59 Tabel 4 : Hasil Persentase Umum Kecenderungan Tingkat Stres ... 60 Tabel 5 : Distribusi Rata-rata Kecenderungan Tingkat Stres Akademik

Dilihat Dari Aspek Kognitif ... 63 Tabel 6 : Distribusi Rata-rata Kecenderungan Tingkat Stres Akademik

Dilihat Dari Aspek Perilaku ... 64 Tabel 7 : Distribusi Rata-rata Kecenderungan Tingkat Stres Akademik

Dilihat Dari Aspek Psikologis ... 66 Tabel 8 : Distribusi Kecenderungan Tingkat Stres Akademik Berdasarkan

Jenis Kelamin ... 67 Tabel 9 : Hasil crosstabs distribusi tingkat stres akademik berdasarkan jenis

kelamin ... 68 Tabel 10 : Hasil Uji T Distribusi Tingkat Stres Berdasarkan Karakteristik

Jenis Kelamin ... 69 Tabel 11 : Hasil Grup Statistik Distribusi Tingkat Stres Berdasarkan

Karakteristik Jenis Kelamin ... 69 Tabel 12 : Distribusi Kecenderungan Tingkat Stres Akademik Berdasarkan

Semester ... 70 Tabel 13 : Hasil Crosstabs Distribusi Tingkat Stres Akademik Berdasarkan

Semester ... 71 Tabel 14 : Hasil Post Hoc Test Anova Distribusi Tingkat Stres Berdasarkan

Karakteristik Semester ... 72 Tabel 15 : Data Persentase Kecenderungan Tingkat Stres Akademik

(12)

x  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Instrumen Penelitian ... 85

Lampiran 2 : Hasil Analisis Try Out ... 87

Lampiran 3 : Hasil Pengolahan Data Mentah ... 91

Lampiran 4 : Hasil Output SPSS... 96

(13)

 

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kehidupan akademis di perguruan tinggi tidak dapat dipisahkan dari

problematika stres yang dialami oleh mahasiswa. Stres yang dialami mahasiswa

tersebut memiliki banyak penyebab. Bisa dikarenakan penyesuaian dengan

lingkungan dan budaya baru, tutuntan akademis, hingga pengerjaan tugas mata

kuliah yang diberikan oleh dosen. Salah satu tugas yang memicu munculnya stres

pada mahasiswa ialah tugas akhir atau skripsi.

Wulandari (2003) dalam Viny, dkk (2014) menyebutkan, bahwa proses

mengarjakan skripsi yang menimbulkan stres adalah ketika mahasiswa

dihadapkan oleh beberapa masalah, seperti kesulitan dalam hal mencari tema,

judul, sampel, alat ukur yang digunakan, kesulitan mendapatkan referensi,

keterbatasan waktu penelitian, proses revisi berulang-ulang, dosen pembimbing

yang sibuk dan sulit ditemui, lamanya umpan balik dari dosen pembimbing ketika

menyelesaikan skripsi, dan lain-lain.

Selama ini reaksi stres yang seringkali terlihat di kalangan mahasiswa saat

mengerjakan skripsi berupa hilangnya motivasi atau konsentrasi yang berdampak

pada penundaan penyelesaian skripsi ataupun lamanya mahasiswa dalam proses

(14)

 

 

Fenomena stres saat mengerjakan skripsi dapat ditemukan di kalangan

mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, khususnya Fakultas Psikologi dan

Kesehatan (FPK). Di UIN Sunan Ampel, dalam satu semester, khususnya

semester genap, mahasiswa yang mengerjakan skripsi dan wisuda bisa sampai

sekitar 1500-2000 mahasiswa. Jika pada semester ganjil, jumlahnya bisa lebih

sedikit, yaitu hanya sekitar 700-1000 mahasiswa saja. Total tersebut berdasarkan

kalkulasi dari semua fakultas yang terdapat di UIN Sunan Ampel Surabaya. Hal

tersebut didapat dari penuturan Subbag bagian kemahasiswaan Fakultas Psikologi

dan Kesehatan, pada senin, 9 Mei 2016 lalu.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada salah satu mahasiswa Psikologi,

LL, menyebutkan kebingungan yang dialami ketika harus mencari judul baru

yang dikarenakan judul yang diajukan sebelumnya ditolak.Mahsiswa tersebut

mengaku kesulitan mencari judul yang sekiranya mudah mendapatkan

persetujuan. Di samping itu, LL juga pernah mengalami kehilangan berkas-berkas

referensi dan proposal yang berkaitan dengan judul miliknya. Hal tersebut diakui

sebagai hal yang memicu timbulnya stres (Wawancara 23 April 2016).

Salah satu mahasiswa Fakultas Psikologi dan Kesehatan yang bernama MF

merasa kesulitan dalam mencari referensi yang berkaitan dengan judul. Referensi

yang dimaksud seperti buku, penelitian terdahulu yang terkait baik dari dalam

negeri maupun dari luar negeri. Penelitian luar negeri diakui memiliki kendala

(15)

 

 

masalah yang cukup membuat mahasiswa tersebut stres (Wawancara 23 April

2016).

Ketika refresh metodologi sebelum pengajuan judul, salah satu alumni, NS

membagikan informasi bahwa penelitian psikologi benar-benar menuntut

pertanggung jawaban khususnya dari segi teori jika penelitian tersebut

menggunakan metode kuantitatif. Hal tersebut sedikit banyak memberikan stres

bagi mahasiswanya.

Tentunya, hasil baik dari yang terdahulu akan membawa standar yang tinggi

pula dan bagi mahasiswa khususnya psikologi, hal tersebut sedikit banyak

memberatkan dan menjadi pemicu stres yang mereka alami.

Mendukung wawancara yang telah dilakukan, berdasarkan observasi yang

dilakukan sepanjang pertengahan februari hingga akhir april 2016 menunjukkan

bahwa kebanyakan mahasiswa yang mengerjakan skripsi mengeluhkan stres yang

dialami. Mahasiswa tersebut mengalami penurunan mood ketika membahas

tentang tugas akhir mereka. Ketika mendapatkan pertanyaan tentang sejauh mana

skripsi yang telah dikerjakan, beberapa dari mahasiswa tersebut meminta

rekannya agar tidak menyinggung hal-hal yang berkaitan dengan skripsi.

Menurut Misra (2000), mahasiswa cenderung mengalami stres berkaitan

dengan perkuliahan, manajemen watu, kesehatan, dan self-imposed. Faktor penyebab stres akademik, diantaranya persiapan belajar untuk ujian, tingkat

(16)

 

 

dengan baik mampu mengendalikan kecemasan, dan tidak mudah mengalami

frustrasi. Hal lain yang juga dapat diketahui bahwa mahasiswa yang memiliki

kebiasaan belajar yang baik tidak mengalami stres etika mereka belajar.

Cara yang ditempuh oleh mahasiswa yang mengalami stres tersebut pun

berbeda-beda. Beberapa dari mereka memilih untuk hang out dan refreshing untuk menghilangkan kepenatannya. Ada juga yang mencoba menyemangati diri

sendiri dengan mendengarkan musik atau menonton video yang berhubungan

dengan semangat mengerjakan skripsi. Bagaimana seorang mahasiswa dan

mahasiswa lain mengatasi stres sangat berkaitan dengan koping stresnya.

Menurut Selye dalam Asiyah (2014), stres adalah respon non spesifik dari

badan terhadap setiap tuntutan yang dibuat atasnya. Reaksi pertama terhadap

setiap jenis stres adalah kecemasan. Selanjutnya, kecemasan itu akan diikuti oleh

tahap perlawanan dan pengerahan kimiawi dari sistem pertahanan tubuh. Bila

ancaman terjadi secara berkepanjangan, maka tubuh akan kehabisan energi untuk

melawan ancaman itu dan system pertahanan tubuh akan berkurang.

Baum (1990) mendeskripsikan stres sebagai pengalaman emosional negatif

disertai perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif, dan perilaku yang

bertujuan untuk mengubah atau menyesuaikan diri terhadap situasi yang

(17)

 

 

Marks (2002) menjelaskan bahwa stres merupakan kondisi dimana individu

berada dalam situasi yang penuh tekanan sedangkan individu tersebut merasa

tidak sanggup mengatasi tekanan-tekanan yang dialami.

Serafino (1994) menjelaskan bahwa stres merupakan suatu kondisi yang

dihasilkan ketika transaksi antara individu dengan lingkungan yang menyebabkan

individu tersebut merasakan adanya ketidaksesuaian baik nyata maupun tidak

antara tuntutan situasi dan sumber-sumber dari system biologis, psikologis dan

sosial yang terdapat dalam dirinya. Selanjutnya, Schafer (2000) mengartikan stres

sebagai gangguan dari pikiran dan tubuh dalam merespon tuntutan-tuntutan

(Dewi, 2009)

Stres dan emosi memiliki keterikatan, dimana keduanya saling

mempengaruhi. Emosi sendiri merupakan hal yang sangat penting dan kompleks

dalam diri individu (Asiyah, 2014).

Stres memiliki banyak jenis, salah satunya adalah stres akademik. Stres

akademik biasanya terjadi di lingkungan akademisi. Stres akademik ialah respon

yang muncul karena terlalu banyak tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan

siswa.

Jika dilihat dari fenomena yang terjadi di lapangan, hal tersebut sesuai dengan

pengertian dari stres akademik itu sendiri. Tekanan yang tersebut daalam

(18)

 

 

Ketika hal tersebut terjadi, maka overload tersebut akan mngakibatkan terjadinya distress dalam bentuk kelelahan fisik atau mental, daya tahan tubuh menurun, da

emosi yang mudah meledak-ledak. Stres yang berkepanjangan yang dialami oleh

individu dapat mengakibatkan penurunan kemampuan untuk beradaptasi terhadap

stres (Potter, 2005).

Peningkatan jumlah stres akademik akan menurunkan kemampuan akademik

yang berpengaruh terhadap indeks prestasi. Beban stres yang dirasa berat dapat

memicu seseorang untuk berperilaku negative seperti merokok, mengkonsumsi

alcohol, tawuran, seks bebas bahkan penyalahgunaan NAPZA (Widianti, 2007)

Menurut MacGeorge (2005) dalam Rakhmawati (2014), penyebab stres

akademik merupakan hal yang normal terjadi karena merupakan bagian

perkembangan diri serprti menyesuaikan diri dengan tatanan sosial baru,

mendapatkan peran dan tanggung jawab baru sebagai mahasiswa, mempunyai

beban belajar dan konsep-konsep pendidikan yang berbeda dengan masa sekolah

sebelumnya. Selain itu, kegiatanatau beban akademik, masalah keuangan,

kurangnya kemampuan mengelola waktu, harapan terhadap pencapaian akademik,

perubahan gaya hidup, dan perkembangan konsep diri juga menjadi penyumbang

bagi penyebab terjadina stres akademik (Misra, 2000).

Dari beberapa pemaparan diatas, yang berkaitan dengan fenomena stres

(19)

 

 

psikologi karena standar penelitiannya, serta bagaimana musik bisa memberi

pengaruh, peneliti mencoba melakukan penelitian tentang “Kecenderungan

Tingkat Stres Akademik pada Mahasiswa Semester Akhir” dimana dalam penelitian ini, peneliti akan melakukan penelitian dan survei untuk melihat

seberapa kecenderungan tingkat stres akademik ang terjadi pada mahasiswa

semester akhir fakultas psikologi dan kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalahnya adalah:

1. Apakah terdapat kecenderungan tingkat stres akademik pada mahasiswa

semester akhir?

2. Seberapakah kecenderungan tingkat stres akademik pada mahasiswa semester

akhir?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan atas rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian yang ingin

didapat adalah:

1. Untuk mengetahui ada atau tidaknya kecenderungan tingkat stres akademik

pada mahasiswa semester akhir.

2. Untuk mengetahui seberapa kecenderungan tingkat stres akademik yang

(20)

 

 

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang akan diperoleh dari penelitian ini adalah:

1. Secara teoritis, penelitian ini memberikan sumbangan pada ilmu psikologi

terutama psikologi klinis dalam ranah penanganan stres akademik pada

mahasiswa tingkat akhir. Kemudian dapat menjadi masukan untuk penelitian

lanjutan di bidang keilmuan psikiatri khususnya dalam bidang stres akademik.

2. Secara praktis, penelitian ini berguna untuk membantu mahasiswa tingkat

akhir dalam mengantisipasi, memanajemen dan menangani stres akademik

yang datang ketika mengerjakan tugas akhir (skripsi).

E. Keaslian Penelitian

Sebelumnya, telah terdapat catatan-catatan penelitian terdahulu yang

berhubungan dengan stres akademik yang dialami mahasiswa semester akhir.

Beberapa penelitian tersebut secara tidak langsung menunjukkan bahwa

kecenderungan tingkat stres akademik merupakan topik yang cukup bagus untuk

diteliti.

Beberapa penelitian yang terpublikasi dan bisa dijadikan acuan referensi

diantaranya; Shofiyanti Nur Zuama (2014) yang berjudul “kemampuan mengelola

stres akademik pada mahasiswa yang sedang skripsi angkatan 2009 prograam

(21)

 

 

mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi dalam mengelola stres akademik

yang dialaminya.

Selain itu, Dika christyanti, Dkk (2010) dengan penelitiannya yang berjudul

“hubungan antara penyesuaian diri terhadap tuntutan akademik dengan

kecenderungan stres pada mahasiswa fakultas kedokteran universitas hang tuah

surabaya” menyebutkan bahwa apabila mahasiswa memiliki penyesuaian diri

terhadap tuntutan akademik yang baik, maka kecenderungan stresnya rendah .

Dalam penelitian “Effect of Perceived Academic Stress on Students’

Performance” yang dilakukan oleh Mussarat Jabeen khan dan Seema Altaf serta Hafsa Kausar (2013) disebutkan bagaimana subjek penelitian secara umum

merasakan perasaan efek negative ketinga mengalami stres akademik. Efek

negative yang biasa terlihat adalah adanya penundaan atau prokrastinasi,

kebiasaan untuk belajar secara efisien, dan manajemen waktu.

Indriana Rakhmawati, dkk (2014) dalam jurnal “Sumber stres akademi dan

pengaruhnya terhadap tingkat stres mahasiswa keperawatan DKI Jakarta”

menyebutkan bahwa sumber strs akademi yang dialami diantaranya adalah beban

akademik berupa kegiatan pembelajaran seperti menyelesaikan tugas yang banyak

dan membutuhkan waktu lama, perkuliahan di kelas, ujian, kompetensi prestasi

dengan teman sekelas, kegagalan dalam proses belajar, dan lainnya. Konflik

kepentingan juga menjadi sumber stres karena saat pendidikan berbagai hal dapat

(22)

 

 

keinginan pribadi, harus memilih antara mengikuti kegiatan ekstrakulikuler yang

disukai dengan tuntutan akademik, dan konflik lainnya.

Dalam penelitian “pengaruh diskusi kelompok untuk menurunkan stres pada

mahasiswa yang sedang skripsi” yang ditulis oleh Faridah Ainur Rohmah pada

tahun 2006 disebutkan bahwa diskusi kelompok tidak efektif unuk menurunkan

stres pada mahasiswa yang sedang melakukan skripsi.

Dilihat dari beberapa hasil penelitian tersebut diatas, ditemukan persamaan

yaitu bagaimana mahasiswa mengalami stres akademik karena tugas yang

didapatkannya. Meskipun demikian, penelitian ini berbeda dengan sebelumnya

dimana perbedaan tersebut terdapat pada setting tempat, latar belakang subjek,

budaya tempat subjek berada.

Penelitian kali ini dilakukan pada mahasiswa Fakultas Psikologi dan

Kesehatan yang sedang menyelesaikan tugas akhir (skripsi). Jenis stres yang

dijadikan penelitian kali ini merupakan jenis stres akademik. Tingkat stres yang

diambil mulai dari tingkat stres rendah hingga tunggi.

Selain itu, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji lebih lanjut

mengenai kecenderungan tingkat stres akademik mahasiswa Fakultas Psikologi

(23)

 

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Mahasiswa

1. Definisi mahasiswa

Menurut Hartaji (2005), mahasiswa adalah seorang yang sedang dalam proses menimba ilmu ataupuun belajar dan terdaftar sedang menjalani pendidikan pada salah satu bentuk perguruan tinggi yang terdiri dari akademik, politeknik, sekolah tinggi, institute, dan universitas.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI), mahasiswa didefinisikan sebagai orang yang belajar di perguruan tinggi.

Mahasiswa juga dapat didefinisikan sebagai individu yang sedang menuntut ilmu di tingkat perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta atau lembaga lain yang setingkat dengan perguruan tinggi. Mahasiswa dinilai memiliki tingkat intelektualitas yang tinggi, kecerdasan dalam berpikir dan kerencanaan dalam bertindak. Berpikir kritis dan bertindak dengan cepat dan tepat merupakan sifat yang cenderung melekat pada diri setiap mahasiswa, yang merupakan prinsip saling melengkapi (Siswoyo, 2007).

(24)

 

 

menduduki tingkat yang lebih tinggi disbanding subjek-subjek pada sekolah biasa.

Mahasiswa adalah peserta didik yang terdaftar dan belajar pada perguruan tinggi (Buku Pedoman Universitas Diponegoro Tahun 2004/2005, h. 94). Mahasiswa dalam tahap perkembangannya digolongkan sebagai remaja akhir dan dewasa awal, yaitu usia 18-21 tahun dan 22-24 tahun (Monk

et. al., 2001). Pada usia tersebut mahasiswa mengalami masa peralihan dari remaja akhir ke dewasa awal.

Masa peralihan yang dialami oleh mahasiswa, mendorong mahasiswa untuk menghadapi berbagai tuntutan dan tugas perkembangan yang baru. Tuntutan dan tugas perkembangan mahasiswa tersebut muncul dikarenakan adanya perubahan yang terjadi pada beberapa aspek fungsional individu, yaitu fisik, psikologis dan sosial. Perubahan tersebut menuntut mahasiswa untuk melakukan penyesuaian diri.

(25)

 

 

diri dalam bidang pendidikan, yang salah satunya adalah penyesuaian diri pada tugas skripsi.

B. Skripsi

1. Pengertian Skripsi

Skripsi adalah sebuah karya ilmiah yang disusun oleh seorang mahasiswa program sarjana (program strata satu) dari hasil penelitiannya atas dasar analisis data primer dan atau data sekunder (Djarwanto, 2005).

(26)

 

 

Masalah-masalah yang umum dihadapi oleh mahasiswa dalam menyusun skripsi adalah, banyaknya mahasiswa yang tidak mempunyai kemampuan dalam tulis menulis, adanya kemampuan akademis yang kurang memadai, serta kurang adanya ketertarikan mahasiswa pada penelitian (Slamet, 2003). Kegagalan dalam penyusunan skripsi juga disebabkan oleh adanya kesulitan mahasiswa dalam mencari judul skripsi, kesulitan mencari literatur dan bahan bacaan, dana yang terbatas, serta adanya kecemasan dalam menghadapi dosen pembimbing (Riewanto, 2003). Apabila masalah-masalah tersebut menyebabkan adanya tekanan dalam diri mahasiswa maka dapat menyebabkan adanya stres dalam menyusun skripsi pada mahasiswa.

2. Tujuan Skripsi

Tujuan penulisan skripsi adalah untuk mengevaluasi kemampuan mahasiswa dalam memecahkan problema melalui metode ilmiah (panduan penyelenggaraan pendidikan program strata satu UIN Sunan Ampel Surabaya, 2012).

3. Syarat Penulisan Skripsi

Penulisan skripsi menurut panduan penyelenggaraan pendidikan program strata satu UIN Sunan Ampel Surabaya 2012 dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

(27)

 

 

2. Judul dan permasalahan skripsi harus sesuai dengan disiplin ilmu pada jurusan/program studi.

3. Skripsi harus disusun berdasarkan hasil penelitian individu dan dibimbing oleh sedikitnya seorang dosen pembimbing yang memenuhi persyaratan akademik.

4. Skripsi dibuat sedikitnya empat eksemplar dan setelah disahkan oleh tim penguji skripsi, dijilid dengan baik kmudian disrahkan satu eksemplar kepada perpus dan satu eksemplar untuk pembimbing. 5. Warna kulit/sampul disesuaikan dengan warna dasar fakultas

masing-masing.

6. Diwajibkan untuk seminar proposal bagi mahasiswa yang akan mengurus skripsi.

4. Bimbingan skripsi

Bimbingan Skripsi menurut Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Program Strata satu UIN Sunan Ampel Surabaya 2012 dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Pembimbing Skripsi yang ditetapkan dekan sekurang-kurangnya memiliki jabatan fungsional lektor atau Asisten Ahli yang berijazah S2.

(28)

 

 

dengan judul yang telah disetujui ketua jurusan/prodi berdasarkan buku panduan penulisan Skripsi di Fakultas.

3. Dalam kondisi tertentu dekan dapat menunjuk dosen yang memiliki jabatan fungsional asisten ahli walaupun belum lulus S2 sebagai pembimbing Skripsi.

5. Syarat pendaftaran ujian skripsi

Syarat pendaftaran ujian Skripsi menurut Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Program Strata satu UIN Sunan Ampel Surabaya 2012 dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Mahasiswa harus memprogram Skripsi dalam Semester pelaksanaan ujian Skripsi.

2. Lulus semua mata kuliah berdasarkan kurikulum yang berlaku pada masing-masing Jurusan/Prodi kecuali KKN.

3. Telah melaksanakan herregistrasi pada saat semester ujian Skripsi dilaksanakan.

4. Skripsi telah disetujui oleh Dosen Pembimbing untuk mengikuti ujian. 5. Telah memperoleh minimal 60 SKEK (Sistem kredit Ekstra Kulikuler. 6. Skor nilai 400 untuk TOEFL bagi mahasiswa tahun akademik

(29)

 

 

6. Pengujian skripsi

Pengujian Skripsi menurut Panduan Penyelenggaraan Pendidikan Program Strata satu UIN Sunan Ampel Surabaya 2012 dilaksanakan dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut:

1. Ujian Skripsi dilaksanakan oleh Tim yang terdiri dari ketua, sekertaris, penguji I dan penguji II. Sistem penilaian ujian menggunakan nilai rata-rata dari penguji I dan penguji II serta pembimbing yang dilaksanakan secara mandiri selama proses pengerjaan skripsi.

2. Ketua Sidang adalah pembimbing atau dosen yang ditunjuk oleh Dekan.

3. Dosen yang berhak menjadi penguji sekurang-kurangnya memiliki jabatan sungsional Lektor atau Asisten Ahli yang berijazah S3.

4. Sekretaris ujian skripsi sesuai dengan keputusan pimpinan fakultas dan tidak berhak memberi nilai.

5. Dalam kondisi tertentu dekan dapat menunjuk dosen yang memiliki jabatan fungsional asisten ahli walaupun belum lulus S3 sebagai penguji skripsi.

C. Stres

1. Definisi Stres

(30)

 

 

itu akan diikuti oleh tahap perlawanan dan pengerahan kimiawi dari system pertahanan tubuh. Bila ancaman terjadi secara berkepanjangan, maka tubuh akan kehabisan energi untuk melawan ancaman itu dan system pertahanan tubuh akan berkurang. Selye dalam Waluyo (2013), mengemukakan bahwa stres merupakan suatu tuntutan yang mendorong organisme beradaptasi/menyesuaikan diri, atau dikenal general adaption syndrome.

Menurut Lazarus (1976), stres adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan karena individu dihadapkan pada situasi internal atau eksternal.

Sedangkan Baum (1990) mendeskripsikan stres sebagai pengalaman emosional negatif disertai perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif, dan perilaku yang bertujuan untuk mengubah atau menyesuaikan diri terhadap situasi yang menyebabkan stres (Taylor, 2006).

Serafino (1994) menjelaskan bahwa stres merupakan suatu kondisi yang dihasilkan ketika transaksi antara individu dengan lingkungan yang menyebabkan individu tersebut merasakan adanya ketidaksesuaian baik nyata maupun tidak antara tuntutan situasi dan sumber-sumber dari system biologis, psikologis dan sosial yang terdapat dalam dirinya. Selanjutnya, Schafer (2000) mengartikan stres sebagai gangguan dari pikiran dan tubuh dalam merespon tuntutan-tuntutan (Dewi, 2009)

(31)

 

 

teknologi, perubahan tatanan hidup, serta kompetesi antar individu yang semakin berat (Asiyah, 2014).

Dari beberapa pengertian diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa stres merupakan pengalaman emosional negatif yang menghasilkan respon perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif, dan perilaku badan dimana individu tersebut merasakan ketidak sesuaian antara tuntutan situasi dan sumber dari sistem biologis, psikologis, dan sosial sebagai akibat dari suatu keadaan dimana proses modernisasi yang biasanya diikuti oleh perkembangan teknologi, perubahan tatanan hidup, serta kompetisi antar individu.

2. Faktor penyebab Stres

Asiyah (2014) menyebutkan bahwa keadaan yang menyebabkan stres disebut stressor. Dalam bukunya, Asiyah menyebutkan bahwa stressor dibagi menjadi tiga, yaitu;

a) Stressor fisik yang merupakan stressor atau sumber stres yang berasal dari fisik seseorang. Seperti dalam contoh keadaan tubuh yang panas, dingin, infeksi, ataupun rasa nyeri yang dirasakan tubuh.

(32)

 

 

c) Stressor sosial budaya, berarti stressor bersumber dari kultur atau budaya yang menjadi latar belakang kehidupan seseorang. Misalnya perceraian, perselisihan, pengangguran dan lain-lain.

Dalam bukunya, Santrock (2003) menyebutkan bahwa stres disebabkan oleh benerapa faktor, seperti;

a) Beban yang terlalu berat

Beban yang terlalu berat menyebabkan perasaan tidak berdaya, tidak memiliki harapan yang disebabkan oleh stres akibat pekerjaan yang sangat berat dan akan membuat penderitanya merasa kelelahan secara fisik dan emosional.

b) Faktor Kepribadian

Tipe kepribadian A merupakan tipe kepribadian yang cenderung untuk mengalami stres, dengan karakteristik kepribadian yang memiliki perasaan kompetetif, yang sangat berlebihan, kemauan yang keras, tidak sabar, mudah marah, dan sifat yang bermusuhan.

c) Faktor Kognitif

(33)

 

 

menantang dan keyakinan mereka dalam menghadapi kejadian tersebut dengan efektif.

Lazarus dan Cohen (dalam Evans, 1982) mengemukakan bahwa terdapat tiga kelompok sumber stres, yaitu:

a. Fenomena catalismic, yaitu hal-hal atau kejadian-kejadian yang tiba-tiba, khas, dan kejadian yang menyangkut banyak orang seperti bencana alam, perang, banjir, dan sebagainya.

b. Kejadian-kejadian yang memerlukan penyesuaian atau coping seperti pada fenomena catalismic meskipun berhubungan dengan orang yang lebih sedikit seperti respon seseorang terhadap penyakit atau kematian. c. Dialy hassles, yaitu masalah yang sering dijumpai di dalam kehidupan sehari-hari yang menyangkut ketidakpuasan kerja atau masalah-masalah lingkungan seperti kesesakan atau kebisingan karena polusi.

3. Tahapan Stres

Amberg dalam Hawari (2001) membagi tahapan-tahapan stres sebagai berikut:

a. Stres tahap I

(34)

 

 

pekerjaan tersebut dan semakin bertambah semangat, tanpa menyadari cadangan energi dihabiskan.

b. Stres tahap II

Pada tahap ini dampak stres yang semula “menyenangkan” mulai menghilang dan timbul keluhan-keluhan yang disebabkan karena kurang istirahat. Keluhan-keluhan ynag sering dikemukakan adalah merasa letih ketika bangun pagi, merasa mudah lelah sesudah makan siang, lekas merasa capai menjelang sore hari, sering mengeluh lambung atau perut tidak nyaman (bowel discomfort), detakan jantung lebih keras dari biasanya (berdebar-debar), otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang dan tidak bisa santai.

c. Stres tahap III

(35)

 

 

4. Gejala Stres

Robbins (2001) dalam Mahargyantari (2012), membagi gejala yang biasanya timbul dibagi menjadi tiga, yaitu;

a) Gejala fisiologis

Stres dapat menciptakan perubahan dalam metabolism, meningkatkan laju detak jantung dan pernapasan, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan sakit kepala, serta menyebabkan serangan jantung.

b) Gejala psikologis

Stres dapat menyebabkan ketidakpuasan. Stres muncul dalam keadaan psikologis lain, misalnya: ketegangan, kecemasan, mudah marah, kebosanan, dan suka menunda-nunda.

c) Gejala perilaku

Gejala stres yang dikaitkan dengan perilaku mencakup perubahan dalam produktivitas, absensi, dan tingkat keluarnya karyawan, perubahan dalam kebiasaan makan, meningkatnya merokok, bicara cepat, gelisah, dan gangguan tidur.

(36)

 

 

a) Fisik yang ditandai dengan lelah atau kehilangan energi, sakit kepala, pusing, pening, tidur tidak teratur, insomnia, bangun terlalu awal, urat tegang, terutama bagian leher dan bahu, pencernaan terganggu dan bisulan, berkeringat secara berlebihan, selera makan berubah.

b) Emosional yang dapat dilihat dari perasaan gelisah atau cemas, sedih, depresi, mudah menangis, jiwa merana, dan suasana hati berubah, mudah panas dan marah, gugup, terlalu peka, dan mudah tersinggung. Emosi mongering atau kehabisan sumberdaya mental.

c) Intelektual yang ditandai dengan susah berkonsentrasi atau memusatkan perhatian, pikiran kacau, melamun secara berlebihan, pikiran dipenuhi satu pikiran saja, kehilangan rasa humor, mutu kerja yang rendah, dan seringkali dalam pekerjaan, jumlah kekeliruan bertambah banyak.

d) Interpersonal yang ditandai dengan hilangnya rasa percaya pada orang lain, mudah menyalahkan orang lain, mudah membatalkan janji, suka mencari-cari kesalahan orang lain atau menyerang orang lain dengan kata-kata, mengambil sikap terlalu membentengi atau mempertahankan diri, mendiamkan orang lain.

(37)

 

 

a. Kerontokan rambut b. Menurunnya berat badan c. Menurunnya daya penglihatan d. Seringnya sakit gigi

e. Mudah sariawan f. Sering buang hajat

Gejala psikis ditandai dengan perasaan gelisah dan munclnya kecemasan, sulit berkonsentrasi, apatis, pesimis, hilannya rasa humor, sering melamun, kehilangan gairah terhadap belajar atau pekerjaan, cenderung bersikap agresif baik secara verbal maupun non verbal.

Asiyah (2014) menyebutkan bahwa gejala-gejala yang menandai adaya stres dapat dilihat dari indikasi berikut:

a. Gejala fisik berupa rasa lelah, susah tidur, nyeri kepala, otot kaku dan tegang terutama pada leher/tengkuk, bahu, dan punggung bawah, berdebar-debar, nyeri dada, napas pendek, gangguan lambung dan pencernaan, mual, gemetar, tangan dan kaki terasa dingin, wajah terasa panas, berkeringat, sering flu dan menstruasi terganggu.

(38)

 

 

c. Gejala emosi dapat berupa cemas, depresi, putus asa, mudah marah, ketakutan, frustrasi, tiba-tiba menangis, fobia, rendah diri, merasa tak berdaya, menarik diri dari pergaulan dan menghindari kegiatan yang sebelumnya disenangi.

d. Gejala perilaku dapat berupa mondar-mandir, gelisah, menggigit kuku, menggerak-gerakkan anggota badan atau jari, perubahan pola makan, merokok, minum-minuman keras, menangis, berteriak, mengumpat, bahkan melempar barang atau memukul.

Gejala-gejala yang ditimbulkan oleh stressor menurut beberapa ahli di atas, dan ditambahkan pula oleh Selye dalam Waluyo (2013) dapat diketahui dimensi dan indikator stres, yakni:

 

 

Gambar 1. Bagan Aspek-aspek Stres

STRESS

 

Gangguan Kognitif

 

 

(39)

 

 

5. Tingkat Stres

Susi (2012), menyebutkan bahwa bahwa stres memiliki lima tingkatan, yaitu;

a) Stres normal

Stres normal yang dihadapi secara teratur dan merupakan bagian alamiah. Seperti dalam situasi: kelelahan setelah mengerjakan tugas, takut tidak lulus ujian, merasakan detak jantung berdetak lebih keras setelah aktivitas (Crowford & henry, 2003).

b) Stres ringan

Stres ringan adalah stressor yang dihadapi secara teratur yang dapat berlangsung beberapa menit atau jam. Stressor ini dapat menimbulkan gejala, antara lain bibir sering kering, kesulitan bernafas (sering terengah-engah), kesulitan menelan, merasa goyah, merasa lemas, berkeringat berlebihan ketika temperatur tidak panas dan tidak setelah beraktivitas, takut tanpa alasan jelas, menyadari denyut jantung meskipun tidak setelah melakukan aktivitas fisik, tremor pada tangan, dan merasa sangat lega jika situasi berakhir.

c) Stres sedang

(40)

 

 

stimulus, sulit untuk isturahat, merasa lelah karena cemas, tidak sabar ketika mengalami penundaan dan menghadapi gangguan terhadap hal yang sedang dilakukan, mudah tersinggung, gelisah, dan tidak dapat memaklumi hal-hal yang menghalangi ketika mengerjakan suatu pekerjaan.

d) Stres berat

Stres berat merupakan situasi kronis yang terjadi dalam beberapa minggu hingga menahun. Gejala yang biasa dialami adalah tidak dapat merasakan perasaan positif, mersa tidak kuat lagi untuk melakukan suatu kegiatan, merasa tidak ada hal yang dapat diharapkan di masa depan, sedih dan tertekan, putus asa, kehilangan minat akan segala hal, merasa tidak berharga sebagai seorang manusia, berpikir bahwa hidup tidak bermanfaat. e) Sangat berat

Stres sangat berat memiliki tingkatan yang lebih tinggi dari stres berat.Waktu terjadinya dari beberapa bulan hingga batas waktu yang tidak dapat ditentukan.Seseorang dengan stres sangat berat tidak memiliki motivasi hidup dan cenderung pasrah.Biasanya, seseorang dengan tingkat stres ini teridentifikasi mengalami depresi berat.

6. Respon terhadap stres

(41)

 

 

dan nonepinerfin. Pelepasan hormon katekolamin dapat menyebabkan beberapa efek, diantaranya;

a. Peningkatan aliran darah ke otak, jantung dan otot rangka yamg meningkatkan resiko stroke, dan gangguan jantung.

b. Relaksasi otot polos usus yang menyebabkan kostipasi

c. Glukeogenesis yang meningktkan pemecahan cadangan energy sehingga membuat lebih kurus.

d. Peningkatan denyut dan kontraktilitas jantung yang memberikan keluhan dada berdebar-debar.

Hartono (2002) (dalam Asiyah, 2014) menyebutkan, epinerfin mempengaruhi metabolisme glukosa, menyebabkan cadangan makanan di otot diubah menjadi energy untuk aktivitas yang cepat. Aktivitas hormone juga menyebabkan alran darah ke otot menjadi lebih cepat, dan tekanan darah menjadi lebih tinggi yang bila terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan penyakit kardiovaskuler.

(42)

 

 

reaksi waspada. Reaksi ini menggerakkan tubuh untuk mempertahankan diri. Apabila stressor bersifat persisten, individu akan mencapai tahap resistensi atau tahap adaptasi pada GAS. Respon-respon endokrin dan system simpatis tetap pada tingkat tinggi, tetapi tidak setinggi saat berada pada tingkat waspada. Pada tahap ini, tubuh akan mementk tenaga baru dan memperbaiki kerusakan.

Apabila stressor tetap berlanjut atau terjadi stressor baru yang memperburuk keadaan, individu dapat sampai pada tahap kelelahan (exhaustion stage) dari GAS. Meskipun daya tahan terhadap stress antar individu berbeda, semua individu pada akhirnya mengalami kelelahan atau kehabisan tenaga. Tahap kelelahan ditandai oleh dominasi cabang parasimpatis dari ANS. Sebagai akibatnya, detak jantung dan kecepatan napas menurun. Apabila sumber stress menetap, kita akan mengalami “penyakit adaptasi” (disease of adaptation). Penyakit adaptasi ini rentangnya panjang, mulai dari reaksi alergi sampai penyakit jantung, bahkan sampai pada kematian. Stress kronis dapat merusak kesehatan, membuat tubuh individu yang mengalaminya lebih rentan terhadap berbagai macam penyakit dan masalah kesehatan fisik lainnya.

7. Aspek-aspek Stres

(43)

 

 

a. Aspek Biologis

Aspek biologis dari stres berupa gejala fisik. Gejala fisik dari stres yang dialami individu antara lain: sakit kepala, gangguan tidur, gangguan pencernaan, gangguan makan, gangguan kulit dan produksi keringat yang berlebihan.

b. Aspek Psikologis

Aspek psikologis stres berupa gejala psikis. Gejala psikis dari stres antara lain:

1. Gejala kognisi

Kondisi stres dapat menganggu proses pikir individu. Individu yang mengalami stres cenderung mengalami gangguan daya ingat, perhatian dan konsentrasi.

2. Gejala emosi

Kondisi stres dapat menganggu kestabilan emosi individu. Individu yang mengalami stres akan menunjukkan gejala mudah marah, kecemasan yang berlebihan terhadap segala sesuatu, merasa sedih dan depresi.

3. Gejala tingkah laku

(44)

 

 

8. Koping Stres

Menurut Rasmun (2009), koping stres adalah proses yang dilalui oleh individu dalam menyelesaikan situasi stresfull. Koping tersebut merupakan respon individu terhadap situasi yang mengancam dirinya baik fisik maupun psikologik.

Secara alamiah, baik disadari ataupun tidak, individu sesungguhnya telah menggunakan strategi koping dalam menghadapi stress. Strategi koping adalah cara yang dilakukan untuk merubah lingkungan atau situasi atau menyelesaikan masalah yang sedang dirasakan/dihadapi. Koping diartikan sebagai usaha perubahan kognitif dan perilaku secara konstan untuk menyelesaikan stress yang dihadapi.

Koping yang efektif menghasilkan adaptasi yang menetap yang merupakan kebiasaan baru dan perbaikan dari situasi yang lama, sedangkan koping yang tidak efektif berakhir dengan maladaptif yaitu perilaku yang menyimpang dari keinginan normative dan dapat merugikan diri sendiri dan orang lain. Setiap individu akan melakukan koping tidak sendiri dan tidak hanya menggunakan satu strategi tetapi dapat melakukannya bervariasi, hal ini tergantung dari kemampuan dan kondisi individu.

(45)

 

 

Lazarus & Folkman (1986) mendefinisikan koping sebagai segala usaha untuk emngurangi stress, yang merupakan proses pengaturan atau tuntutan (eksternal maupun internal) yang dinilai sebagai beban yang melampaui kemampuan seseorang. Lazarus dan folkman mengidentifikasikan berbagai jenis strategi koping, baik secara problem focused maupun secara emotional focused, antara lain:

a. Painful problem solving, usaha untuk mengubah stimuli, dan menggunakan usaha untuk memecahkan masalah.

b. Confrontive coping, menggunakan usaha agresif untuk mengubah situasi, mencari penyebabnya dan mengalami resiko.

c. Seeking social support, menggunakan suatu usaha untuk mencari sumber dukungan informasi, dukungan sosial, dan dukungan emosional.

d. Accepting responsibility, mengakui adanya peran diri sendiri dalam suatu masalah.

e. Distancing, menggunakan usaha untuk melepaskan dirinya, perhatian lebih pada hal yang dapat menciptakan suatu pandangan positif.

f. Escape-avoidance, melakukan sesuatu untuk lepas atau meghindari. g. Self-control, menggunakan usaha untuk mengatur tindakan dan

(46)

 

 

h. Positive reappraisal, menggunakan usaha untuk menciptakan hal-hal positif dengan memusatkan pada diri sendiri dan juga menangkut religiulitas.

Koping stres menurut Nevid dkk (2005) dibagi menjadi dua, yaitu koping yang berfokus pada masalah (emotion focused coping) dan koping yang berfokus pada masalah (problem focused coping).

Pada koping yang berfokus pada emosi, orang berusaha mengatasi dampak stresor, dengan menyangkal adanya stressor atau menarik diri dari situasi. Nemun, koping yang berfokus pada emosi tidak menghilangkan stresor atau tidak juga membantu individu mengembangkan cara yang lebih baik untuk mengatur stresor. Bentuk lain dari koping yang berfokus pada emosi adalah melamun, atau berkhayal yang juga merupakan bentuk penyesuaian terhadap penyakit (atau kejadian lain) yang kurang baik.

(47)

 

 

Lukaningsih dan Bandiyah (2011) menyebutkan 10 cara stres mengatasi stres adalah dengan;

a. Acupressure

Acupressure merupakan teknik pijatan-pijatan pada titik tertentu untuk menstimulasi titik-titik penyembuhan. Prosedur ini sangat bagus untuk membantu diri agar merasa relaks dan meringankan kepenatan. Selain itu, acupressure terbukti efektif membantu orang-orang untuk tidur lebih nyenyak di malam hari.

b. Olahraga

Olahraga akan memantu memperlancar peredaran darah dan membuka jantung untuk menerima lebih banyak oksigen. Energi yang dilepaskan pada saat kita berolahraga juga akan menstimulasi tubuh untuk memproduksi lebih banyak endorfin yang merupakan hormon penyebab rasa bahagia.

c. Hobby

Hobby yang melibatkan banyak orang dalam grup sangat dianjurkan karena dianggap kondusif terhadap kehidupan sosial seseorang.

d. Minum air putih

(48)

 

 

e. Pijat

Pijatan tidak hanya ampuh untuk menenangkan pikiran dan jiwa, pijatan juga mampu meregangkan otot-otot yang yang penat dan menstimulasi peredarn darah.

f. Meditasi

Para pakar mengatakan bahwa cara paling ampuh untuk menghilangkan penat adalah dengan meditasi. Meditasi dapat membantu seseorang untuk menjernihkan pikiran dan berkonsentrasi pada alam di sekitarnya. Meditasi selama 15 menit memberikan istirahat dan ketenangan yang lebih dibandingkan tidur nyenyak selama satu jam. Meditasi dapat membantu melupakan pikiran-pikiran dan kekhawatiran yang menyebabkan stres.

g. Makan makanan bergizi

Pada saat stres, makan makanan dengan kadar karbohidrat yang rendah akan sangat membantu karena dapat menjaga keseimbangan gula darah. Karena, jika kandungan karbohidrat pada makanan yang dikonsumsi terlalu tinggi, dapat meningkatkan insulin dalam darah dan menyebabkan raasa lelah pada tubuh.

h. Seks

(49)

 

 

i. Tidur

Kondisi kurang tidur dapat membuat individu melihat sesuatu secara berlebihan dan memperburuk situasi.

j. Terapi

Bisa dilakukan dengan mengunjungi ahli terapi untk mengatasi stres.

9. Definisi Stres Akademik

Menurut Carveth dalam Misra (2000), stres akademik adalah persepsi individu terhadap banyaknya pengetahuan yang harus dikuasai dan persepsi terhadap ketidakcukupan waktu untuk mengembangkan pengetahuan yang harus dikuasai tersebut.

Olejnik dan Holschuh (2007) menguraikan stres akademik sebagai respon yang muncul karena terlalu banyaknya tuntutan dan tugas yang harus dikerjakan individu. Stres akademik sebagai suatu ketegangan akibat terlalu banyaknya tugas yang harus dikerjakan individu.

Stres akademik merupakan stres yang berhubungan dengan kegiatan pendidikan yang terjadi dalam masa pendidikan yang disebabkan oleh tuntutan yang timbul saat seseorang dalam masa tersebut (Weidner, 1996).

(50)

 

 

Gadzella (2005) memandang stress akademik sebagai persepsi seseorang terhadap stressor akademik dan bagaimana reaksi mereka yang terdiri dari reaksi fisik, emosi, perilaku, dan kognitif terhadap stressor tersebut.

Stres akademik juga bisa berarti hasil kombinasi dari tuntutan akademik yang melebihi sumber daya individu yang tersedia untuk menghadapi tuntutan tersebut (Wilks, 2008).

Berdasarkan beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa stres akademik merupakan persepsi tentang ketidakmampuan seseorang individu dalam menghadapi tekanan dan tuntutan dalam bidang pendidikan atau akademis.

10.Faktor Penyebab Stres Akademik

Calagus (2011) dalam penelitiannya di Filipina menyebutkan bahwa faktor penyebab stres yang dialami mahasiswa disana antara lain:

a. Stressor yang berhubungan dengan pendaftaran dan penerimaan perkuliahan dimana mahasiswa harus mengikuti prosedur pendaftaran, mengambil atau menambahkan mata pelajaran dan validasi mata pelajaran.

(51)

 

 

penelitian, menyelesaikan karya tulis, mencari bahan referensi, menyelesaikan tugas, dan berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan. c. Stressor yang berhubungan dengan dosen, yaitu menghadapi dosen

pengajar ang perfectsionist, metode pengajaran dosen, penyesuaian dengan dosen yang memperlakukan mahasiswanya dengan tidak adil, permasalahan dengan dosen.

d. Stressor yang berasal dari teman sekelas, diantaranya adalah berdebat dengan teman sekelas, teman sekelas yang suka mengganggu, serta tingkah laku teman sekelas.

e. Stressor yang berhubungan dengan jadwal kuliah, yaitu kehadiran mengikuti perkuliahan, waktu kosong yang terlalu banyak, waktu kosong yang terlalu sedikit, partisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler, menghadiri pertemuan organisasi, dan menghadiri kegiatan kampus. f. Stressor yang berhubungan dengan ruang kelas, yaitu kelas yang

sangat penuh, vertilasi kelas yang buruk, pencahayaan kelas yang buruk, kelas yang kotor, kelas yang bising, kelas dengan tempat terbatas, dan gangguan dari dalam dan luar kelas.

g. Stressor yang berhubungan dengan keuangan, yaitu penganggaran keuangan, pengeluaran yang tidak terduga, dan penghematan uang untuk rencana-rencana.

(52)

 

 

orang tua, harapan kerabat, harapan dosen, dan menangani harapan diri.

D. Kecenderungan Tingkat Stres Mahasiswa Semester Akhir

Menurut Lazarus (1976), stres adalah suatu keadaan psikologis individu yang disebabkan karena individu dihadapkan pada situasi internal atau eksternal. Sedangkan Baum (1990) mendeskripsikan stres sebagai pengalaman emosional negatif disertai perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif, dan perilaku yang bertujuan untuk mengubah atau menyesuaikan diri terhadap situasi yang menyebabkan stres (Taylor, 2006). Serafino (1994) menjelaskan bahwa stres merupakan suatu kondisi yang dihasilkan ketika transaksi antara individu dengan lingkungan yang menyebabkan individu tersebut merasakan adanya ketidaksesuaian baik nyata maupun tidak antara tuntutan situasi dan sumber-sumber dari system biologis, psikologis dan sosial yang terdapat dalam dirinya. Selanjutnya, Schafer (2000) mengartikan stres sebagai gangguan dari pikiran dan tubuh dalam merespon tuntutan-tuntutan (Dewi, 2009).

(53)

 

 

tubuh akan berkurang. Selye dalam Waluyo (2013), mengemukakan bahwa stres merupakan suatu tuntutan yang mendorong organisme beradaptasi/menyesuaikan diri, atau dikenal general adaption syndrome.

Skripsi adalah sebuah karya ilmiah yang disusun oleh seorang mahasiswa program sarjana (program strata satu) dari hasil penelitiannya atas dasar analisis data primer dan atau data sekunder (Djarwanto, 2005). Sedangkan menurut Westra (1991), skripsi adalah bagian dari suatu karangan faktawi, jenis karangan khususnya mengenai suatu topic keilmiahan dan pada umumnya ditujukan padang sidng pembaca yang berkecimpung dalam bidang pengetahuan ilmiah yang bersangkutan.

Dalam bukunya, Santrock (2003) menyebutkan bahwa stres disebabkan oleh benerapa faktor, seperti;

d) Beban yang terlalu berat

Beban yang terlalu berat menyebabkan perasaan tidak berdaya, tidak memiliki harapan yang disebabkan oleh stres akibat pekerjaan yang sangat berat dan akan membuat penderitanya merasa kelelahan secara fisik dan emosional.

e) Faktor Kepribadian

(54)

 

 

kompetetif, yang sangat berlebihan, kemauan yang keras, tidak sabar, mudah marah, dan sifat yang bermusuhan.

f) Faktor Kognitif

Sesuatu yang menimbulkan stres tergantung bagaimana individu menilai dan menginterpretasikan suatu kejadian secara kognitif. Penilaian secara kognitif adalah istilah yang digunakan oleh Lazarus untuk menggambarkan interpretasi individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup merekasebagai sesuatu yang berbahaya, mengancam atau menantang dan keyakinan mereka dalam menghadapi kejadian tersebut dengan efektif.

Lazarus dan Cohen (dalam Evans, 1982) mengemukakan bahwa terdapat tiga kelompok sumber stres, yaitu:

a) Fenomena catalismic, yaitu hal-hal atau kejadian-kejadian yang tiba-tiba, khas, dan kejadian yang menyangkut banyak orang seperti bencana alam, perang, banjir, dan sebagainya.

(55)

 

 

Dalam keadaan skripsi, kerapkali mahasiswa memandang bahwa tuntuntan dari pengerjaan skripsi melebihi sumberdaya yang dimilikinya, maka mahasiswa akan rentan sekali mengalami stres. Dalam hal ini, jenis stres yang dialami oleh mahasiswa adalah stres akademik karena sumber stres yang dimaksudkan berhubungan dengan kegiatan menuntut ilmu di dalam kapasitas akademik.

Calagus (2011) dalam penelitiannya di Filipina menyebutkan bahwa faktor penyebab stres yang dialami mahasiswa disana antara lain:

a. Stressor yang berhubungan dengan pendaftaran dan penerimaan perkuliahan dimana mahasiswa harus mengikuti prosedur pendaftaran, mengambil atau menambahkan mata pelajaran dan validasi mata pelajaran.

b. Stressor yang berkaitan dengan mata pelajaran, diantaranya mempersiapkan ujian, melewati ujian tertulis, melewatu ujian lisan, lulus dalam ujian praktek, partisipasi dalam diskusi kelas, melakukan penelitian, menyelesaikan karya tulis, mencari bahan referensi, menyelesaikan tugas, dan berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan. c. Stressor yang berhubungan dengan dosen, yaitu menghadapi dosen

(56)

 

 

d. Stressor yang berasal dari teman sekelas, diantaranya adalah berdebat dengan teman sekelas, teman sekelas yang suka mengganggu, serta tingkah laku teman sekelas.

e. Stressor yang berhubungan dengan jadwal kuliah, yaitu kehadiran mengikuti perkuliahan, waktu kosong yang terlalu banyak, waktu kosong yang terlalu sedikit, partisipasi dalam kegiatan ekstrakulikuler, menghadiri pertemuan organisasi, dan menghadiri kegiatan kampus. f. Stressor yang berhubungan dengan ruang kelas, yaitu kelas yang sangat

penuh, vertilasi kelas yang buruk, pencahayaan kelas yang buruk, kelas yang kotor, kelas yang bising, kelas dengan tempat terbatas, dan gangguan dari dalam dan luar kelas.

g. Stressor yang berhubungan dengan keuangan, yaitu penganggaran keuangan, pengeluaran yang tidak terduga, dan penghematan uang untuk rencana-rencana.

h. Stressor yang berkaitan dengan harapan, yaitu khawatir terhadap masa depan dan mendapatkan pekerjaan setelah lulus kuliah, harapan dari orang tua, harapan kerabat, harapan dosen, dan menangani harapan diri.

(57)

 

 

berlebihan, kemauan yang keras, tidak sabar, mudah marah, dan sifat yang bermusuhan. Selain itu, factor kognitif juga bisa mempengaruhi tingkat stres antar individu. Sesuatu yang menimbulkan stres tergantung bagaimana individu menilai dan menginterpretasikan suatu kejadian secara kognitif. Penilaian secara kognitif adalah istilah yang digunakan oleh Lazarus untuk menggambarkan interpretasi individu terhadap kejadian-kejadian dalam hidup merekasebagai sesuatu yang berbahaya, mengancam atau menantang dan keyakinan mereka dalam menghadapi kejadian tersebut dengan efektif.

E. Kerangka Teoritik

Menurut Selye (1981) dalam Asiyah (2014), stres adalah respon non spesifik dari badan terhadap setiap tuntutan yang dibuat atasnya. Reaksi pertama terhadap setiap jenis stres adalah kecemasan. Selanjutnya, kecemasan itu akan diikuti oleh tahap perlawanan dan pengerahan kimiawi dari system pertahanan tubuh. Bila ancaman terjadi secara berkepanjangan, maka tubuh akan kehabisan energi untuk melawan ancaman itu dan system pertahanan tubuh akan berkurang.

Sedangkan Baum (1990) mendeskripsikan stres sebagai pengalaman emosional negatif disertai perubahan reaksi biokimiawi, fisiologis, kognitif, dan perilaku yang bertujuan untuk mengubah atau menyesuaikan diri terhadap situasi yang menyebabkan stres (Taylor, 2006).

(58)

 

 

menyebabkan individu tersebut merasakan adanya ketidaksesuaian baik nyata maupun tidak antara tuntutan situasi dan sumber-sumber dari system biologis, psikologis dan sosial yang terdapat dalam dirinya. Selanjutnya, Schafer (2000) mengartikan stres sebagai gangguan dari pikiran dan tubuh dalam merespon tuntutan-tuntutan (Dewi, 2009).

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil 3 aspek utama dalam stres, diantaranya:

1. Aspek kognitif, mencakup sulit berkonsentrasi, mudah lupa, susah mengambil keputusan

2. Aspek perilaku, mencakup perasaan malas dan menunda pekerjaan, penurunan prestasi dan produktivitas, dan kecenderungan berperilaku ceroboh.

3. Aspek psikologis, mencakup perasaan cemas dan bingung, mudah tersinggung, perasaan frustrasi dan rasa marah, perasaan terasingkan, kebosanan dan ketidakpuasan kerja, hilangnya spontanitas dan kreativitas, dan penurunan rasa percaya diri.

Gambar 2. Kerangka Teoritik Kecenderungan Tingkat Stres

Mahasiswa Semester Akhir

PERILAKU

PSIKOLOGIS

Skripsi

Kecenderungan tingkat stres

akademik

(59)

 

 

Berdasarkan gambar 2 tersebut dapat dijelaskan bahwa dalam penelitian ini kecenderungan tingkatt stres akademik mahasiswa semester akhir dapat dilihat dari aspek-aspek yang ada pada stres, diantaranya aspek kognitif, perilaku, dan psikologis.

F. Hipotesis

(60)

 

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Dan Definisi Operasional

1. Variabel Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif yang

merupakan suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama

untuk membuat gambaran atau mendeskripsikan tentang suatu keadaan

secara objektif (Notoatmodjo, 2005).

Variabel dalam penelitian ini adalah kecenderungan tingkat stres

mahasiswa semester akhir Fakultas Psikologi dan Kesehatan.

2. Definisi Operasional

Definisi operasional variabel adalah suatu definisi mengenai

variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel

tersebut yang dapat diamati (Azwar, 2004). Definisi operasional merujuk

pada penelitian atas caranya dalam mengukur suatu variabel. Pada

penelitian ini, peneliti mengoperasikan tingkat stres sebagai alat ukur.

Variabel tersebut ini diukur menggunakan 1 skala dengan pemberian skor

bergerak dari yang terendah 0 hinggga tertinggi 5 disetiap pilihan jawaban

per aitem. Skor tersebut digunakan untuk mengetahui respon dari subjek

penelitian terhadap suatu pertanyaan.

Tingkat stres pada responden dilihat dari respon individu terhadap

keadaan sekarang yang sedang mengerjakan skripsi. Adapun, yang peneliti

(61)

   

diantaranya: a). gangguan kognitif dengan indikator sulit berkonsentrasi,

mudah lupa, dan susah mengambil keputusan. b). gangguan perilaku yang

meliputi rasa malas dan penundaan pekerjaan, menurunnya produktivitas,

kecenderungan berperilaku ceroboh. c). gangguan psikologis dengan

indikator kecemasan dan kebingungan, mudah tersinggung, perasaan

frustrasi dan rasa marah, perasaan terasingkan, kebosanan dan

ketidakpuasan dalam mengerjakan skripsi, hilangnya spontanitas dan

kreativitas, serta menurunnya rasa percaya diri.

B. Subjek Penelitian

1. Populasi

Populasi adalah semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung

maupun pengukuran, kualitatif maupun kuantitatif, dari karakteristik

tertentu mengenai sekumpulan objek yang lengkap dan jelas (menurut

Sujana dalam Kurniawana, 2008). Dalam penelitian ini, populasi yang

digunakan adalah mahasiswa semester akhir yang sedang mengambil dan

mengerjakan skripsi.

Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di fakultas

Psikologi dan Kesehatan UIN Sunan Ampel Surabaya berdasarkan data

observasi dan wawancara. Selain itu, di fakultas tersebut banyak

ditemukan fenomena kecenderungan stres yang dialami mahasiswa.

2. Sampel

(62)

   

menggunakan teknik purposive sampling karena populasi pengambilan

sampel berdasarkan seleksi khusus, peneliti membuat kriteria tertentu

siapa yang akan dijadikan sebagai responden. Hal tersebut sesuai dengan

peryantaan Sugiono (2001) bahwa sampling purposive adalah teknik

penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. Menurut Margono

(2004), pemilihan sekelompok subjek dalam purposive sampling

didasarkan atas ciri-ciri populasi yang sudah diketahui sebelumnya,

dengan kata lain unit sampel yang dihubungi disesuaikan dengan

kriteria-kriteria tertentu yang diterapkan berdasarkan tujuan penelitian.

Kriteria-kriteria dalam penelitian tersebut, diantaranya:

1. Mahasiswa semester akhir

2. Mengambil program dan aktif dalam mengerjakan skripsi

3. Berusia antara 20-25 tahun.

3. Teknik Sampling

Pada penelitian ini digunakan teknik non probability sampling.

Teknik pengambilan sampel ini tidak memberikan peluang/kesempatan

sama bagi setiap unsur atau anggota populasi untuk dipilih menjadi

sampel. Didalam teknik pengambilan sampel yang tepat yaitu

menggunakan teknik Purposive Sampling. Dimana teknik ini menentukan

sampel dari populasi yang mempunyai ciri- ciri tertentu sampai jumlah

(63)

   

C. Instrumen Penelitian

Peneliti menggunakan instumen yang dibuat berdasarkan

aspek-aspek yang ada sehingga instrumen untuk penelitian kali ini harus melalui

proses uji coba (tryout) terlebih dahulu, dikarenakan instrumen yang

digunakan belum memiliki standart uji reliabilitas suatu koefisien alpha.

Instrument ini menggunakan skala likert dengan 6 (enam) pilihan jawaban

yaitu 0-1-2-3-4-5 yang dikelompokkan menjadi aitem favorable dan aitem

unfavorable. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui gambaran kecenderungan tingkat stres akademik pada mahasiswa psikologi dan

kesehatan yang sedang mengambil dan mengerjakan program skripsi.

Selanjutnya, skor yang dicapai dari masing-masing unsur dan aitem

dijumlahkan sebagai indikasi penilaian derajat stres, dengan ketentuan:

a. Skor <51 = tingkat stres rendah

b. Skor 52-103= tingkat stres sedang

c. Skor 104-153 = tingkat stres tinggi

Pengumpulan data dibuat berupa angket dengan menggunakan

skala stres yang dibuat oleh peneliti berdasarkan aspek yang ada. Adapun

instrumen penelitian yang akan digunakan terdiri dari 2 bagian, yaitu:

1. Skala data demografi dan informasi kesehatan (nama, jenis kelamin,

serta semester)

2. Skala stres dengan aitem yang sudah valid.

(64)

   

pernyataan. Semua pernyataan berdasarkan pada skala Likert enam

poin (0-5) yang fokus pada intensitas, kapasitas, frekuensi dan

evaluasi. Skala respon intensitas mengacu kepada tingkatan dimana

status atau situasi yang dialami individu. Skala respon kapasitas

mengacu pada kapasitas perasaan, situasi atau tingkah laku. Skala

respon frekuensi mengacu pada angka, frekuensi, atau kecepatan dari

situasi atau tingkah laku. Skala respon evaluasi mengacu pada taksiran

situasi dari situasi, kapasitas atau tingkah laku.

Tabel 1.

Blue Print Skala Stres Akademik

No. Variabel Aspek Indikator

1 Stres

Kognitif Sulit Berkonsentrasi Mudah Lupa

Susah Mengambil Keputusan

Perasaan Frustrasi dan Rasa Marah Perasaan Terasingkan Blue print diatas disusun berdasarkan aspek-aspek yang telah

(65)

   

kognitif, psikologis, perilaku. Blue print ini dijadikan patokan oleh peneliti

untuk mengukur kecenderungan tingkat stres akademik mahasiswa.

D. Validitas dan Reliabilitas

1. Validitas

Validitas penelitian mempersoalkan derajat kesesuaian hasil

penelitian dengan keadaan yang sebenarnya, sejauh mana hasil penelitian

mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Validitas penelitian

mengandung dua sisi, yaitu: validitas internal dan validitas eksternal.

Validitas internal mempersoalkan kesesuaian antara data hasil penelitian

dengan keadaan yang sebenarnya. Untuk mendapatkan validitas internal

penelitian yang memadai peneliti menggarapnya lewat penggunaan

instrumen pengambil data yang memenuhi persyaratan ilmiah tertentu.

Validitas eksternal penelitian mempersoalkan derajat kesesuaian antara

generalisasi hasil penelitian dengan keadaan yang sebenarnya, sejauh

mana generalisasi hasil penelitian sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Untuk menjamin validitas eksternal hasil penelitian peneliti menggarapnya

lewat penyusunan rancangan sampling yang cermat (Suryabrata, 2005).

Menurut Azwar (2004), juga menyatakan bahwa uji validitas

dikatakan mempunyai validitas tinggi apabila tes tersebut menjalankan

fungsi ukurnya atau memberikan hasil ukur yang tepat dan akurat. Syarat

bahwa item-item tersebut valid adalah nilai korelasi r hitung harus positif

Gambar

Gambar 3 : Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ...................... 56
Gambar 1. Bagan Aspek-aspek Stres
Gambar 2. Kerangka Teoritik Kecenderungan Tingkat Stres
  Tabel 1.  Blue Print Skala Stres Akademik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian lain menunjukan tingkat stres akademik pada mahasiswa bidikmisi yaitu tinggi 15 %, sedang 65% dan rendah 19%.. Kata kunci : tingkat stres

Penelitian ini menggambarkan bahwa sebagian besar mahasiswa studi akhir Fakultas Keperawatan Universitas Katolik Widya Mandala Surabaya mengalami stres sedang dalam

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang hubungan tingkat stres dengan kejadian sindrom dispepsia fungsional pada mahasiswa semester akhir Prodi S1

Tingkatan stres dan kualitas tidur merupakan masalah yang muncul pada remaja dan dewasa muda khususnya dialami oleh mahasiswa tingkat akhir yang dapat mempengaruhi tekanan darah

tidak terjadi kesalahan ketika menganalisis tingkat stres pada mahasiswa tingkat akhir dan untuk mempermudah mahasiswa mengetahui stres apa yang sedang mereka

KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan tingkat stres akademik pada mahasiswa STIKes Graha Medika, dapat diambil kesimpulan bahwa ada

Tingkat Stres Mahasiwa Tingkat stres mahasiswaBerdasarkan penelitian yang telah dilakukan tingkat stress mahasiswa tingkat akhir yang sedang menulis skripsi dapat dilihat pada gambar

Hubungan antara stres akademik dengan kecenderungan gejala somatisasi pada mahasiswa program studi kedokteran tingkat akhir fakultas kedokteran Universitas Andalas Angkatan 2015.. Alat