• Tidak ada hasil yang ditemukan

File CALK 2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "File CALK 2014"

Copied!
141
0
0

Teks penuh

(1)

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

CATATAN ATAS LAPORAN KEUANGAN

TAHUN ANGGARAN 201 4

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. MAKSUD DAN TUJUAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

Dalam rangka pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah yang akuntabel dan transparan sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, Pemerintah Kota Tangerang menyusun Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) Kota Tangerang Tahun Anggaran 2014 sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Tahun Anggaran 2014.

Laporan keuangan yang disusun ini meliputi: Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Neraca, Laporan Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan. Laporan keuangan dimaksud disusun sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan khususnya Lampiran I SAP basis akrual.

Pada dasarnya LKPD Kota Tangerang Tahun Anggaran 2014 disusun dengan maksud untuk memenuhi kebutuhan informasi daristakeholders (antara lain masyarakat, DPRD, lembaga pengawas, lembaga pemeriksa, dan Pemerintah Pusat) yang relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tangerang selama Tahun anggaran 2014 serta menyajikan informasi yang bermanfaat bagi para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan dengan menyediakan informasi mengenai pendapatan LRA, Pendapatan LO, belanja, beban, transfer, pembiayaan, aset, kewajiban, ekuitas dan arus kas. Informasi ini disajikan agar pengguna memiliki pengetahuan mengenai :

(2)

1. Kecukupan penerimaan periode berjalan untuk membiayai seluruh pengeluaran;

2. Kesesuaian cara memperoleh sumber daya ekonomi dan alokasinya dengan anggaran yang ditetapkan dan peraturan perundang-undangan; 3. Jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan dalam pelaksanaan

kegiatan Pemerintah Kota Tangerang serta hasil-hasil yang dicapai;

4. Usaha yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Tangerang dalam mendanai seluruh kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kas;

5. Posisi keuangan dan kondisi Pemerintah Kota Tangerang berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman; dan

6. Perubahan posisi keuangan Pemerintah Kota Tangerang sebagai akibat pelaksanaan kegiatan selama Tahun Anggaran 2014.

I.2. LANDASAN HUKUM PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

1. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4286);

2. Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4355);

3. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 53, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4389);

4. Undang-undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4400);

5. Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4368);

6. Undang-undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5587);

7. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 149, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4578);

(3)

8. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 25, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4614);

9. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 5165);

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 Tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah;

11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual Pada Pemerintah Daerah; 12. Peraturan Daerah Kota Tangerang Nomor 9 Tahun 2007 tentang

Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah (Lembaran Daerah Kota Tangerang Tahun 2007 Nomor 5);

13. Peraturan Walikota Nomor 10.A Tahun 2007 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Walikota Nomor 8.A tahun 2008 tentang Perubahan atas Peraturan Walikota Tangerang Nomor 10.A Tahun 2007 tentang Sistem dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Daerah (Berita Daerah Kota Tangerang Nomor 8A); 14. Peraturan Walikota Nomor 36 Tahun 2012 tentang Sistem Akuntansi

Pemerintah Daerah (Berita Daerah Kota Tangerang Tahun 2012 Nomor 36); 15. Peraturan Walikota Nomor 37 Tahun 2012 tentang Kebijakan Akuntansi

(Berita Daerah Kota Tangerang Tahun 2012 Nomor 37).

I.3. PENDEKATAN PENYUSUNAN LAPORAN KEUANGAN

I.3.1. Unsur Laporan Keuangan

LKPD Kota Tangerang Tahun Anggaran 2014 merupakan laporan yang mencakup seluruh aspek keuangan yang dikelola oleh seluruh entitas dalam Pemerintah Kota Tangerang, yang terdiri dari PPKD (BUD), SKPD, dan BLUD. LKPD Kota Tangerang Tahun Anggaran 2014 terdiri dari:

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

LRA memuat informasi mengenai Pendapatan, Belanja, Transfer, dan Pembiayaan Daerah. Data/informasi keuangan mengenai Pendapatan Asli Daerah, Belanja Pegawai, Belanja Barang dan Jasa, dan Belanja Modal

(4)

didasarkan pada LRA SKPD dan data/informasi keuangan mengenai Pendapatan Transfer, Lain-lain Pendapatan yang Sah, Belanja Bunga, Belanja Bantuan Sosial, Belanja Tak Terduga, Transfer dan Pembiayaan (penerimaan dan pengeluaran) didasarkan pada LRA PPKD (BUD).

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP SAL)

Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih adalah laporan yang menyajikan informasi kenaikan dan penurunan SAL tahun pelaporan yang terdiri dari SAL awal, SiLPA/SiKPA, koreksi dan SAL akhir.

3. Laporan Operasional (LO)

Laporan Operasional menyajikan informasi mengenai seluruh kegiatan operasional keuangan entitas yang tercermin dalam pendapatan-LO, beban dan surplus/defisit operasional dari suatu entitas yang penyajiannya disandingkan dengan periode sebelumnya.

4. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi mengenai perubahan ekuitas yang terdiri dari ekuitas awal, surplus/defisit-LO, koreksi dan ekuitas akhir.

5. Neraca

Neraca memuat informasi mengenai Aset, Kewajiban, dan Ekuitas. Pada Neraca SKPD disajikan mengenai Aset Lancar, Aset Tetap, Aset Lainnya, Kewajiban, dan Ekuitas. Neraca BLUD menyajikan Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, Kewajiban dan Ekuitas. Neraca PPKD (BUD) menyajikan Aset Lancar, Investasi, Aset Tetap, Kewajiban dan Ekuitas.

6. Laporan Arus Kas (LAK)

Laporan Arus Kas disusun berdasarkan data penerimaan dan pengeluaran kas yang dikelola oleh PPKD sebagai Bendahara Umum Daerah (BUD) selama Tahun Anggaran 2013.

7. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

Catatan atas Laporan Keuangan menyajikan penjelasan dan daftar mengenai nilai suatu akun yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih dalam rangka pengungkapan yang memadai.

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Tangerang Tahun Anggaran 2014 disusun berdasarkan penggabungan antara laporan keuangan SKPD, Laporan BLUD dengan Laporan keuangan BUD. Laporan keuangan SKPD dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Operasional, Laporan

(5)

Perubahan Ekuitas dan Catatan atas Laporan Keuangan, Laporan keuangan BLUD terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca dan Laporan Operasional sedangkan Laporan keuangan BUD terdiri dari Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, dan Catatan atas Laporan Keuangan.

I.3.2 Entitas

Untuk Tahun Anggaran 2014, entitas dalam Pemerintah Kota Tangerang yang dicakup dalam Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tangerang meliputi:

a. Entitas Akuntansi: 1. Dinas Pendidikan 2. Dinas Kesehatan

3. Rumah Sakit Umum Daerah Kota Tangerang 4. Dinas Pekerjaan Umum

5. Dinas Pemadam Kebakaran 6. Dinas Tata Kota

7. Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah 8. Dinas Perhubungan

9. Badan Pengendalian Lingkungan Hidup (BPLH) 10. Dinas Kebersihandan Pertamanan

11. Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil 12. Dinas Sosial

13. Dinas Ketenagakerjaan

14. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

15. Badan Pelayanan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu (BPPMPT) 16. Dinas Pemuda, Olah Raga, Budaya dan Pariwisata

17. Kantor Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat 18. Satuan Polisi Pamong Praja

19. Sekretariat Daerah 20. Sekretariat DPRD

21. Dinas Pengelolaan Keuangan Daerah (DPKD)

22. Badan Kepegawaian, Pelatihan dan Pendidikan (BKPP) 23. Inspektorat

24. Kecamatan Tangerang 25. Kecamatan Jatiuwung 26. Kecamatan Batu Ceper 27. Kecamatan Benda 28. Kecamatan Cipondoh 29. Kecamatan Ciledug 30. Kecamatan Karawaci 31. Kecamatan Periuk

(6)

32. Kecamatan Cibodas 33. Kecamatan Neglasari 34. Kecamatan Pinang

35. Kecamatan Karang Tengah 36. Kecamatan Larangan

37. Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana 38. Kantor Penelitian, Pengembangan dan Statistik

39. Kantor Arsip Daerah

40. Dinas Informasi dan Komunikasi 41. Kantor Perpustakaan Daerah 42. Dinas Pertanian

b. Entitas BLUD: RSUD Kota Tangerang

LKPD ini tidak mencakup entitas: 1. Pemerintah Pusat; dan

2. Badan Usaha Milik Daerah (BUMD).

I.3.3. Kebijakan Konversi

Mengingat penyusunan dan penyajian APBD Kota Tangerang Tahun Anggaran 2014 dan pelaksanaan penatausahaan keuangan daerah mengacu kepada Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011, maka untuk memenuhi amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 33 Tahun 2004, serta Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 bahwa LKPD sebagai laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD disusun dan disajikan sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan, maka penyusunan dan penyajian Laporan Realisasi Anggaran (LRA) Kota Tangerang Tahun Anggaran 2014 dilakukan dengan melakukan konversi kepada Standar Akuntansi Pemerintahan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 dan kebijakan akuntansi Pemerintah Kota Tangerang sebagaimana termuat dalam Peraturan Walikota Tangerang Nomor 37 Tahun 2012 tentang Kebijakan Akuntansi.

Konversi yang dilakukan mencakup struktur APBD (pendapatan, belanja, dan pembiayaan), klasifikasi anggaran (pendapatan, belanja, dan pembiayaan) dalam LRA. Konversi dilakukan dengan cara mentrasir kembali (trace back) pos-pos dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 dengan akun-akun LRA menurut Peraturan Pemerintah 71 Tahun 2010 dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 serta khusus untuk

(7)

penyajian belanja daerah didasarkan pada Buletin Teknis Nomor 4 Tahun 2006 tentang Penyajian dan Pengungkapan Belanja Pemerintah.

I.3.4. Perubahan Kebijakan Akuntansi

Laporan Keuangan Pemerintah Daerah Kota Tangerang Tahun 2014 disusun dan disajikan berdasarkan basis akrual, dimana pada tahun-tahun sebelumnya disusun dan disajikan berdasarkan basis kas menuju akrual. Perubahan basis akuntansi ini sesuai dengan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013, dan Peraturan Walikota Tangerang Nomor 37 Tahun 2012.

Perubahan penerapan kebijakan akuntansi mengakibatkan adanya penyajian kembali untuk pos-pos pada Laporan Realisasi Anggaran, Neraca, dan Laporan Kas. Perubahan yang sangat mendasar adalah pada Laporan Keuangan Tahun 2014 untuk pertama kali disajikan pos-pos akumulasi penyusutan, penyisihan piutang, dan amortisasi.

Penerapan basis akrual pertama kali juga menghasilkan Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan Laporan Perubahan SAL untuk pertama kali.

I.3.4.1 Kebijakan Penyajian Kembali (Restatement) Transaksi Tahun Anggaran 2013

Pada umumnya penyajian kembali dilakukan dengan (i) melakukan menelusuri kembali transaksi-transaksi selama tahun 2013, (ii) konversi dengan melakukan penyesuaian berdasarkan kode rekening yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013, (iii) melakukan penambahan transaksi akrual yang belum pernah ada seperti penyusutan dan penyisihan piutang.

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Akun-akun LRA yang disajikan kembali adalah akun-akun transaksi untuk tahun anggaran yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2013. Penyajian kembali dilakukan pada akun Pendapatan Bantuan Keuangan yang sebelumnya disajikan pada akun Pendapatan Hibah dan akun Transfer Bantuan Keuangan yang sebelumnya disajikan pada akun Belanja Bantuan Keuangan. Penyajian kembali kedua akun ini, merupakan upaya untuk menyesuaikan dengan akun yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 Lampiran III tentang Bagan Akun Standar.

(8)

2. Neraca

Akun-akun Neraca yang disajikan adalah akun-akun pada posisi 31 Desember 2013. Penyajian kembali dilakukan dalam hal penyesuaian transaksi (penyesuaian akun) dan penambahan akun transaksi yang sebelumnya tidak ada. Penyajian kembali dalam bentuk penyesuaian transaksi atau akun terutama pada Aset Lancar-Piutang, Aset Lancar-Persediaan, Aset Lainnya, Kewajiban Jangka Pendek, dan Ekuitas. Penambahan akun transaksi terutama penambahan akun akumulasi penyisihan piutang, penyusutan, dan amortisasi. Urutan penyajian akun berdasarkan Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 Lampiran III tentang Bagan Akun Standar, dan Peraturan Walikota Tangerang Nomor 37 Tahun 2012.

3. Laporan Arus Kas (LAK)

Laporan Arus Kas yang disajikan kembali adalah transaksi pada Laporan Arus Kas untuk tahun anggaran yang berakhir sampai dengan 31 Desember 2013. Penyajian kembali ini merupakan penyesuaian transaksi (penyesuaian akun). Urutan penyajian akun berdasarkan Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010.

I.3.4.2 Kebijakan Penyusunan Laporan Baru untuk Transaksi Tahun Anggaran 2013

Untuk memenuhi keterbandingan laporan keuangan, disusun pula laporan lainnya yang disyaratkan dalam basis akrual, yaitu Laporan Perubahan SAL, Laporan Operasional, dan Laporan Perubahan Ekuitas untuk transaksi selama tahun 2013.

1. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LP SAL)

LP SAL disajikan berdasarkan transaksi pada Laporan Realisasi Anggaran. LP SAL disajikan pada entitas akuntansi PPKD (BUD) dan entitas pelaporan. Penyajian LP SAL mengacu pada Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013, dan Peraturan Walikota Tangerang Nomor 37 Tahun 2012.

2. Laporan Operasional

Laporan Operasional disusun dan disajikan berdasarkan transaksi selama tahun anggaran 2013 dengan menelusuri baik transaksi kas dan transaksi non kas. Penyajian Laporan Operasional mengacu pada Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013, dan Peraturan Walikota Tangerang Nomor 37 Tahun 2012. Laporan operasional

(9)

yang disajikan tidak melulu terpaku pada struktur APBD Pemerintah Kota Tangerang, sehingga bisa saja terdapat perbedaan penyajian satu transaksi pada LRA dan LO, contohnya adalah penyajian penerimaan hasil lelang dari aset daerah yang sudah dihapuskan, penyajian penerimaan dan pengeluaran hibah, dan sebagainya.

3. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

Perubahan ekuitas disusun dan disajikan berdasarkan transaksi selama tahun anggaran 2013. Penyajian LPE mengacu pada Peraturan Pemerintah No 71 Tahun 2010, Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013, dan Peraturan Walikota Tangerang Nomor 37 Tahun 2012.

4. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK)

Catatan atas Laporan Keuangan disusun untuk menyajikan penjelasan dan daftar mengenai nilai suatu akun yang disajikan dalam Laporan Realisasi Anggaran, Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Neraca, Laporan Arus Kas, Laporan Operasional, Laporan Perubahan Ekuitas, dan dalam rangka pengungkapan yang memadai.

Di tengah keberhasilan Pemerintah Kota Tangerang menyusun dan menyajikan Laporan Keuangan Tahunan Anggaran 2014 berdasarkan basis akrual, perlu diakui bahwa dalam penyusunan dan penyajian LKPD Kota Tangerang Tahun Anggaran 2014 masih ditemui kendala antara lain perbedaan dalam struktur anggaran dengan struktur pelaporan, dan perbedaan penamaan dan format laporan keuangan berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 yang telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan dan Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah serta Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 yang mengakibatkan masih diperlukannya proses konversi dalam penyajian laporan keuangan terutama dalam penyajian akun-akun LRA.

I.4. SISTEMATIKA PENYAJIAN CATATAN ATAS LAPORANKEUANGAN

Catatan atas Laporan Keuangan Pemerintah Kota Tangerang disajikan dengan urutan sebagai berikut:

Bab I Pendahuluan

I.1. Maksud dan Tujuan Penyusunan Laporan Keuangan I.2. Landasan Hukum Penyusunan Laporan Keuangan I.3. Pendekatan Penyusunan Laporan Keuangan

I.4. Sistematika Penyajian Catatan atas Laporan Keuangan

(10)

Bab II Ekonomi Makro

II.1. Ekonomi Makro

II.2. Kebijakan Keuangan Daerah

II.3. Indikator Pencapaian Kinerja Fiskal Pemerintah Kota Tangerang

II.4. Indikator Pencapaian Kinerja Program Pemerintah Kota Tangerang

Bab III Ikhtisar Pencapaian Kinerja Fiskal

III.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Sasaran Kinerja Fiskal III.2. Faktor Pendukung dan Penghambat pencapaian kinerja Bab IV Ikhtisar Pencapaian Kinerja Program Pemerintah Kota Tangerang

IV.1. Ikhtisar Realisasi Pencapaian Sasaran Kinerja Program Pemerintah Kota Tangerang

IV.2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pencapaian Kinerja Bab V Kebijakan Akuntansi

V.1. Entitas Pelaporan

V.2. Basis Akuntansi yang Mendasari Penyusunan Laporan Keuangan

V.3. Kebijakan Akuntansi

Bab VI Penjelasan Pos-pos Laporan Keuangan VI.1. Pendapatan - LRA

VI.2. Belanja VI.3. Transfer VI.4. Surplus/Defisit VI.5. Pembiayaan

VI6. Komponen-komponen Perubahan Saldo Anggaran Lebih VI.7. Pendapatan LO

VI.8. Beban

VI.9. Surplus/Defisit Kegiatan Operasional VI.10. Surplus/Defisit Kegiatan Non Operasional VI.11. Pos Luar Biasa

VI.12. Surplus/Defisit Laporan Operasional VI.13. Komponen Perubahan Ekuitas VI.14 Aset

VI.15. Kewajiban VI.16. Ekuitas

VI.17. Komponen-komponen Arus Kas Bab VII Penjelasan atas Informasi Non Keuangan Bab VIII Penutup

(11)

BAB II

EKONOMI MAKRO

II.1. EKONOMI MAKRO

Ekonomi makro daerah dapat menjadi reflektor kinerja makro perekonomian daerah sebagai bagian dari proses pembangunan secara umum di daerah tersebut, khususnya pembangunan di bidang ekonomi. Kondisi ekonomi makro Kota Tangerang tahun 2012 sampai dengan tahun 2014 dapat digambarkan sebagai berikut:

1. Relatif terjaganya stabilitas ekonomi dengan baik

Salah satu variabel penting dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE). LPE didapat dengan membandingkan PDRB atas dasar harga konstan tiap tahun dengan tahun sebelumnya. Pertumbuhan ekonomi menunjukkan perkembangan atau pertumbuhan riil perekonomian, atau dapat menggambarkan kinerja pembangunan dari suatu periode ke periode sebelumnya.

Selain PDRB dapat menunjukkan LPE, juga menginformasikan struktur perekonomian daerah. Struktur perekonomian tersebut menggambarkan kontribusi sektor-sektor ekonomi terhadap perekonomian secara makro. Namun demikian, dengan mengamati pertumbuhan PDRB per kapita dapat dipakai untuk menunjukkan perkembangan kemakmuran dan kesejahteraan suatu daerah. Meningkatnya PDRB per kapita yang diterima penduduk, maka daya beli (purchasing power) masyarakat akan bertambah, sehingga kebutuhan rumah tangganya (demand) terhadap barang dan jasa akan terpenuhi.Demandyang diikuti purchasing power, akan mengakibatkan kesejahteraan masyarakat meningkat.

Perekonomian akan mengalami pertumbuhan apabila total output produksi barang dan jasa tahun tertentu lebih besar daripada tahun sebelumnya. Oleh karena demikian, pertumbuhan ekonomi ini menggambarkan perkembangan aktivitas ekonomi dalam kurun waktu tertentu. Adapun peningkatan output produksi barang dan jasa tersebut terjadi apabila terdapat peningkatan permintaan baik oleh masyarakat daerah tersebut atau luar daerah.

(12)

Grafik II.1. Laju Pertumbuhan LPE

Sumber: LAKIP Kota Tangerang 2014 (data diolah)

Berdasarkan grafik perkembangan ekonomi Kota Tangerang pada Tahun 2014 diperkirakan melambat dibanding tahun 2013, hal tersebut dapat dilihat dari Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Tangerang sebesar 5,03% yang lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Dan LPE Kota Tangerang diperkirakan masih lebih tinggi dibanding nasional, namun lebih rendah dari LPE Provinsi Banten.

2. Kemampuan ekonomi untuk memperluas lapangan kerja

Sebagai kota yang memiliki karakteristik industri perdagangan dan kegiatan jasa, maka penanganan permasalahan ketenagakerjaan menjadi sangat penting. Pada Tahun 2014 banyaknya pencari kerja terdaftar di Kota Tangerang adalah sebanyak 18.812, pada tahun 2013 sebanyak 25.942 orang, dan pada tahun 2012 sebesar 21.464 orang. Sedangkan penyerapan tenaga kerja pada tahun 2014 adalah sebesar 10.903 orang, tahun 2013 tenaga kerja yang diserap adalah sebesar 14.203 orang, dan tahun 2012 sebesar 11.333 orang.

0.00%

Grafik II.1. Laju Pertumbuhan LPE

Sumber: LAKIP Kota Tangerang 2014 (data diolah)

Berdasarkan grafik perkembangan ekonomi Kota Tangerang pada Tahun 2014 diperkirakan melambat dibanding tahun 2013, hal tersebut dapat dilihat dari Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Tangerang sebesar 5,03% yang lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Dan LPE Kota Tangerang diperkirakan masih lebih tinggi dibanding nasional, namun lebih rendah dari LPE Provinsi Banten.

2. Kemampuan ekonomi untuk memperluas lapangan kerja

Sebagai kota yang memiliki karakteristik industri perdagangan dan kegiatan jasa, maka penanganan permasalahan ketenagakerjaan menjadi sangat penting. Pada Tahun 2014 banyaknya pencari kerja terdaftar di Kota Tangerang adalah sebanyak 18.812, pada tahun 2013 sebanyak 25.942 orang, dan pada tahun 2012 sebesar 21.464 orang. Sedangkan penyerapan tenaga kerja pada tahun 2014 adalah sebesar 10.903 orang, tahun 2013 tenaga kerja yang diserap adalah sebesar 14.203 orang, dan tahun 2012 sebesar 11.333 orang.

LPE Kota Tangerang

Grafik II.1. Laju Pertumbuhan LPE

Sumber: LAKIP Kota Tangerang 2014 (data diolah)

Berdasarkan grafik perkembangan ekonomi Kota Tangerang pada Tahun 2014 diperkirakan melambat dibanding tahun 2013, hal tersebut dapat dilihat dari Laju Pertumbuhan Ekonomi (LPE) Kota Tangerang sebesar 5,03% yang lebih rendah dibanding tahun sebelumnya. Dan LPE Kota Tangerang diperkirakan masih lebih tinggi dibanding nasional, namun lebih rendah dari LPE Provinsi Banten.

2. Kemampuan ekonomi untuk memperluas lapangan kerja

Sebagai kota yang memiliki karakteristik industri perdagangan dan kegiatan jasa, maka penanganan permasalahan ketenagakerjaan menjadi sangat penting. Pada Tahun 2014 banyaknya pencari kerja terdaftar di Kota Tangerang adalah sebanyak 18.812, pada tahun 2013 sebanyak 25.942 orang, dan pada tahun 2012 sebesar 21.464 orang. Sedangkan penyerapan tenaga kerja pada tahun 2014 adalah sebesar 10.903 orang, tahun 2013 tenaga kerja yang diserap adalah sebesar 14.203 orang, dan tahun 2012 sebesar 11.333 orang.

LPE Kota Tangerang LPE Propinsi Banten LPE Nasional

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

(13)

-Grafik II.2. Jumlah Pencari Kerja Terdaftar dan Penyerapannya

Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang Tahun 2014

Dengan melihat perkembangan yang ada, secara umum dapat dikatakan

bahwa kemampuan ekonomi dalam kurun waktu 2012 2014

diperkirakan telah mampu meningkatkan banyaknya lowongan kerja yang dapat diisi oleh tenaga kerja, namun pada tahun 2014 terjadi penurunan pencari kerja dan lowongan kerja yang tersedia. Dengan semakin tingginya angka pencari kerja maka pertambahan lowongan kerja harus lebih ditingkatkan.

3. Tingkat perubahan harga (inflasi)

Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang terkait dengan agregat makro ekonomi, pertumbuhan ekonomi, keseimbangan eksternal, daya saing, tingkat bunga, dan distribusi pendapatan.

Inflasi dapat tercermin dari fluktuasi pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang dalam konteks regional dipengaruhi kenaikan harga bahan pangan akibat gagal panen dari daerah pemasok pangan, tidak lancarnya distribusi pangan sehingga meningkatkan biaya perjalanan serta biaya resiko spekulasi pasar.

Grafik II.2. Jumlah Pencari Kerja Terdaftar dan Penyerapannya

Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang Tahun 2014

Dengan melihat perkembangan yang ada, secara umum dapat dikatakan

bahwa kemampuan ekonomi dalam kurun waktu 2012 2014

diperkirakan telah mampu meningkatkan banyaknya lowongan kerja yang dapat diisi oleh tenaga kerja, namun pada tahun 2014 terjadi penurunan pencari kerja dan lowongan kerja yang tersedia. Dengan semakin tingginya angka pencari kerja maka pertambahan lowongan kerja harus lebih ditingkatkan.

3. Tingkat perubahan harga (inflasi)

Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang terkait dengan agregat makro ekonomi, pertumbuhan ekonomi, keseimbangan eksternal, daya saing, tingkat bunga, dan distribusi pendapatan.

Inflasi dapat tercermin dari fluktuasi pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang dalam konteks regional dipengaruhi kenaikan harga bahan pangan akibat gagal panen dari daerah pemasok pangan, tidak lancarnya distribusi pangan sehingga meningkatkan biaya perjalanan serta biaya resiko spekulasi pasar.

Pencari Kerja

Penyerapan

Pencari Kerja

Grafik II.2. Jumlah Pencari Kerja Terdaftar dan Penyerapannya

Sumber: Dinas Ketenagakerjaan Kota Tangerang Tahun 2014

Dengan melihat perkembangan yang ada, secara umum dapat dikatakan

bahwa kemampuan ekonomi dalam kurun waktu 2012 2014

diperkirakan telah mampu meningkatkan banyaknya lowongan kerja yang dapat diisi oleh tenaga kerja, namun pada tahun 2014 terjadi penurunan pencari kerja dan lowongan kerja yang tersedia. Dengan semakin tingginya angka pencari kerja maka pertambahan lowongan kerja harus lebih ditingkatkan.

3. Tingkat perubahan harga (inflasi)

Inflasi merupakan fenomena ekonomi yang terkait dengan agregat makro ekonomi, pertumbuhan ekonomi, keseimbangan eksternal, daya saing, tingkat bunga, dan distribusi pendapatan.

Inflasi dapat tercermin dari fluktuasi pergerakan Indeks Harga Konsumen (IHK) yang dalam konteks regional dipengaruhi kenaikan harga bahan pangan akibat gagal panen dari daerah pemasok pangan, tidak lancarnya distribusi pangan sehingga meningkatkan biaya perjalanan serta biaya resiko spekulasi pasar.

(14)

0.00%

Grafik II.3. Laju Pertumbuhan Inflasi

Sumber: Data BPS (diolah)

Berdasarkan grafik 3 di atas terlihat bahwa inflasi di Kota Tangerang dalam kurun waktu 2012 2014 relatif tinggi dari inflasi nasional maupun Propinsi Banten.

4. Kemandirian ekonomi daerah

Kemandirian ekonomi daerah Kota Tangerang menunjukkan peningkatan kemampuan fiskal daerah dari tahun ke tahun. Kemampuan fiskal daerah ini dapat dilihat dari kurun waktu dari tahun 2010 - 2014 (1) rasio kemandirian daerah yang merupakan rasio antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Total Pendapatan Daerah dan (2) tingkat ketergantungan keuangan daerah yang merupakan rasio antara Pendapatan Transfer dengan Total Pendapatan Daerah. Berdasarkan grafik 4 terlihat bahwa tingkat ketergantungan keuangan Kota Tangerang terhadap Pemerintah Pusat diantara tahun 2010 2014 secara rata-rata masih di atas 70% dan tingkat kemandirian daerah sejak tahun 2010 2014 masih di bawah 100% yaitu rata-rata masih dibawah 50%.

Grafik II.4. Tingkat Ketergantungan dan Kemandirian Fiskal

Sumber: DPKD Kota Tangerang Tahun 2014, diolah.

4,44% 4,70% 5,20%

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

Nasional

61.48% 44.54% 48.87% 45.87% 36.26%

Tingkat Ketergantungan Kemandirian Daerah

Grafik II.3. Laju Pertumbuhan Inflasi

Sumber: Data BPS (diolah)

Berdasarkan grafik 3 di atas terlihat bahwa inflasi di Kota Tangerang dalam kurun waktu 2012 2014 relatif tinggi dari inflasi nasional maupun Propinsi Banten.

4. Kemandirian ekonomi daerah

Kemandirian ekonomi daerah Kota Tangerang menunjukkan peningkatan kemampuan fiskal daerah dari tahun ke tahun. Kemampuan fiskal daerah ini dapat dilihat dari kurun waktu dari tahun 2010 - 2014 (1) rasio kemandirian daerah yang merupakan rasio antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Total Pendapatan Daerah dan (2) tingkat ketergantungan keuangan daerah yang merupakan rasio antara Pendapatan Transfer dengan Total Pendapatan Daerah. Berdasarkan grafik 4 terlihat bahwa tingkat ketergantungan keuangan Kota Tangerang terhadap Pemerintah Pusat diantara tahun 2010 2014 secara rata-rata masih di atas 70% dan tingkat kemandirian daerah sejak tahun 2010 2014 masih di bawah 100% yaitu rata-rata masih dibawah 50%.

Grafik II.4. Tingkat Ketergantungan dan Kemandirian Fiskal

Sumber: DPKD Kota Tangerang Tahun 2014, diolah.

4,44% 4,70% 5,20%

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

Nasional Propinsi Banten Kota Tangerang

Tingkat Ketergantungan Kemandirian Daerah

Grafik II.3. Laju Pertumbuhan Inflasi

Sumber: Data BPS (diolah)

Berdasarkan grafik 3 di atas terlihat bahwa inflasi di Kota Tangerang dalam kurun waktu 2012 2014 relatif tinggi dari inflasi nasional maupun Propinsi Banten.

4. Kemandirian ekonomi daerah

Kemandirian ekonomi daerah Kota Tangerang menunjukkan peningkatan kemampuan fiskal daerah dari tahun ke tahun. Kemampuan fiskal daerah ini dapat dilihat dari kurun waktu dari tahun 2010 - 2014 (1) rasio kemandirian daerah yang merupakan rasio antara Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan Total Pendapatan Daerah dan (2) tingkat ketergantungan keuangan daerah yang merupakan rasio antara Pendapatan Transfer dengan Total Pendapatan Daerah. Berdasarkan grafik 4 terlihat bahwa tingkat ketergantungan keuangan Kota Tangerang terhadap Pemerintah Pusat diantara tahun 2010 2014 secara rata-rata masih di atas 70% dan tingkat kemandirian daerah sejak tahun 2010 2014 masih di bawah 100% yaitu rata-rata masih dibawah 50%.

Grafik II.4. Tingkat Ketergantungan dan Kemandirian Fiskal

Sumber: DPKD Kota Tangerang Tahun 2014, diolah.

4,44% 4,70% 5,20%

Tahun 2012 Tahun 2013 Tahun 2014

Nasional Propinsi Banten Kota Tangerang

(15)

II.2. KEBIJAKAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Kebijakan pengelolaan keuangan daerah yang baik menghasilkan keseimbangan antara optimalisasi pendapatan daerah, efisiensi dan efektivitas belanja daerah, serta ketepatan dalam memanfaatkan potensi pembiayaan daerah.

II.2.1. Kebijakan Pengelolaan Pendapatan Daerah

Pengelolaan pendapatan daerah dilakukan dengan menggali potensi sumber pendapatan daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan. Upaya peningkatan, perluasan basis PAD dan mengupayakan optimalisasi Dana Perimbangan agar bagian daerah dapat diperoleh secara proporsional, oleh karena dilakukan peningkatan dalam hal pengawasan, koordinasi dan upaya penyederhanaan proses administrasi pemungutan. Upaya-upaya yang dilakukan dalam meningkatkan Pendapatan Daerah antara lain:

a. Mengoptimalkan peningkatan pendapatan daerah yang berasal dari sumber-sumber PAD dan Dana Perimbangan;

b. Meningkatkan peran serta masyarakat dan sektor swasta baik dalam pembiayaan maupun kegiatan pembangunan;

c. Meningkatkan efisiensi pengelolaan APBD;

d. Mengutamakan secara optimal perolehan Dana Perimbangan yang lebih proporsional.

Upaya-upaya yang dilakukan dalam meningkatkan Pendapatan Daerah antara lain:

1. Intensifikasi Pajak Daerah

a. Melakukan pendataan ulang Objek Pajak yang telah terdaftar, langsung ke lapangan (tempat usaha);

b. Melakukan pendataan dengan cara menelusuri jalan untuk diperoleh data subjek/objek pajak yang belum terdaftar;

c. Melakukan pemanggilan secara terus menerus tehadap Subjek Pajak agar yang bersangkutan mendaftarkan diri sebagai Wajib Pajak;

d. Melakukan pembinaan dan penyuluhan terhadap Wajib Pajak maupun Wajib retribusi agar yang bersangkutan dapat memenuhi kewajibannya untuk menyampaikan laporan dan pembayaran tepat pada waktunya; e. Melakukan pemanggilan terhadap Wajib Pajak dan Wajib Retribusi yang

menunggak laporan maupun pembayarannya;

f. Pengenaan sanksi terhadap Wajib Pajak dan Wajib Retribusi yang terlambat maupun menunggak pembayaran;

(16)

g. Rapat koordinasi dan evaluasi dengan Organisasi Perangkat Daerah (OPD) pemungut setiap bulannya, yang dipimpin langsung oleh Walikota/Wakil Walikota/Sekretaris Daerah;

h. Pemberian motivasi yang lebih tinggi kepada petugas pemungut pajak dan retribusi dengan cara peningkatan pengendalian dan pengawasan;

i. Peningkatan pelayanan melalui peningkatan sarana dan prasarana;

j. Meningkatkan koordinasi dengan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) yang mengelola pajak pusat sebagai upaya mencegah terjadinya pengenaan pajak ganda;

k. Sosialisasi kepada Wajib Pajak dan Wajib Retribusi untuk melakukan pembayaran langsung ke Rekening Kas Umum Daerah sebagai bagaian dari upaya tindakan pencegahan pengawasan hasil pungutan; dan

l. Melakukan pendekatan terhadap Wajib Pajak dan Wajib Retribusi yang potensial untuk membayar kewajibannya tepat waktu.

2. Ekstensifikasi Pajak Daerah

Ekstensifikasi dilakukan dengan cara menggali sumber-sumber PAD yang baru sesuai dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2008yaitu: 1) Bersifat pajak dan bukan retribusi; 2) Obyek pajak terletak di wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan dan mempunyai mobilitas yang cukup rendah serta hanya melayani masyarakat di wilayah kabupaten/kota yang bersangkutan; 3) Obyek dasar pengenaan pajak tidak bertentangan dengan kepentingan umum; 4) Obyek pajak bukan merupakan obyek pajak provinsi atau obyek pajak pusat; 5) Potensinya memadai; 6) Tidak memberikan dampak ekonomi negatif; 7) Memperhatikan aspek keadilan dan kemampuan masyarakat; dan 8) Menjaga kelestarian lingkungan.

II.2.2. Kebijakan Belanja Daerah

Belanja daerah digunakan untuk pelaksanaan urusan pemerintahan daerah yang menjadi kewenangan Pemerintah Kota Tangerang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Belanja penyelenggaraan urusan wajib diprioritaskan untuk melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas sosial dan fasilitas umum serta mengembangkan sistem jaminan sosial sesuai Standar Pelayanan Minimal (SPM) yang telah ditetapkan.

Kebijakan pengelolaan belanja daerah ditekankan pada peningkatan kualitas pelayanan masyarakat dan upaya memenuhi kebutuhan dasar sarana dan prasarana pelayanan, yaitu :

1. Prioritas kepada upaya melindungi dan meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dalam upaya memenuhi kewajiban daerah yang diwujudkan ke dalam bentuk peningkatan pelayanan dasar, pendidikan, kesehatan, fasilitas

(17)

sosial dan fasilitas umum yang layak, serta pengembangan sistem jaminan sosial;

2. Menyelaraskan alokasi belanja seiring dengan pendelegasian wewenang; 3. Meningkatkan alokasi anggaran pada bidang-bidang yang menjadi pusat

perhatian masyarakat (public interest); dan

4. Pemberian bantuan kepada organisasi kemasyarakatan didasarkan pada tingkat kebutuhan dan kemendesakan (urgensitas) tanpa melupakan aspek pemerataan dan keadilan dalam mendukung upaya-upaya penanggulangan dan penanganan permasalahan sosial, antara lain: kemiskinan, pengangguran, ketenagakerjaan, dan peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM).

II.2.3. Kebijakan Pembiayaan

Pembiayaan adalah transaksi keuangan daerah yang dimaksudkan untuk menutup selisih antara pendapatan daerah dan belanja daerah, ketika terjadi defisit anggaran. Sumber pembiayaan dapat berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran (SiLPA) tahun lalu, penerimaan pinjaman obligasi, transfer dari dana cadangan maupun hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan. Sedangkan pengeluaran dalam pembiayaan itu sendiri dapat berupa anggaran hutang, bantuan modal dan transfer ke dana cadangan.

Pengeluaran pembiayaan dialokasikan guna menganggarkan pengeluaran daerah yang tidak bersifat belanja. Komponen pengeluaran pembiayaan adalah pembentukan dana cadangan, penyertaan modal (investasi) daerah, pembayaran pokok utang, pemberian pinjaman daerah.

Struktur pembiayaan daerah untuk sumber penerimaan tidak hanya berasal dari sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu namun diupayakan untuk mendapatkan sumber-sumber lain, sedangkan pengeluaran pembiayaan direncanakan dari pembayaran pokok utang.

II.3. INDIKATOR PENCAPAIAN KINERJA FISKAL PEMERINTAH KOTA

TANGERANG

Kebijakan Keuangan Daerah sebagaimana telah diuraikan sebelumnya, dijabarkan lebih lanjut dalam indikator pencapaian kinerja fiskal daerah, sehingga Pemerintah Kota Tangerang memiliki sasaran dan tujuan yang pasti mengenai apa yang ingin dicapai dalam Tahun Anggaran 2014. Penetapan capaian kinerja fiskal untuk Tahun Anggaran 2014 dilaksanakan sebanyak 2 (dua) kali, yang pertama adalah melalui penetapan Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Tahun Anggaran 2014 dan yang kedua adalah melalui penetapan Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2014 tentang APBD Perubahan Tahun Anggaran 2014.

(18)

Tabel berikut ini menyajikan Indikator Kinerja Fiskal Daerah Tahun Anggaran 2014:

Tabel II.1. Indikator Kinerja Fiskal Daerah Tahun Anggaran 2014 (dalam milyar rupiah)

Uraian APBD APBD Perubahan

Perubahan Rp %

I. Pendapatan 2.837,381 2.977,599 140,218 4,94

I.1.Pendapatan Asli Daerah 1.084,022 1.156,097 72,075 6,64

I.2.Dana Perimbangan 1.141,393 1.142,431 1,038 0,09

I.3.Lain-lainPendapatanyang Sah

611,965 679,070 67,105 10,96

II. Belanja 3.370,438 3.510,664 140,226 4,16

II.1 Belanja Tidak Langsung 1.091,624 1.121,661 30,037 2,75

II.2 Belanja Langsung 2.278,813 2.389,003 110,190 4,83

Surplus/Defisit (533,056) (533,065) (0,009) 0,00

III. Pembiayaan 533,056 533,065 0,009 0,00

III.1 Penerimaan 533,056 533,065 0,009 0,00

III.2 Pengeluaran 0,00 0,00 0,00 0,00

SiLPA Tahun Berjalan 0,00 0,00 0,00 0,00

II.4. INDIKATOR PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM PEMERINTAH KOTA TANGERANG

Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) Tahun Anggaran 2014 mengangkat isu strategis pembangunan di Kota Tangerang yang terdiri dari: 1. Strategi mendorong pertumbuhan (pro-growth) pada pengembangan

pembangunan dengan mendorong pertumbuhan sektor usaha kecil dan menengah sebagai pilar ketahanan ekonomi nasional melalui transformasi pelaku ekonomi UKM, dari pelaku ekonomi subsisten menjadi pelaku usaha modern, melalui berbagai dukungan pengembangan infrastruktur, industrialisasi dan modernisasi;

2. Strategi pro jobsebagai program keberpihakan kepada peningkatan tenaga kerja dengan prioritas pada peningkatan daya hidup masyarakat dengan membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya. Upaya optimalisasi potensi sumber daya alam yang belum tergarap untuk menurunkan tingkat pengangguran nasional;

3. Strategipro poorsebagai program pembangunan pada warga miskin dengan keberpihakan pada upaya pengentasan kemiskinan. Pro poor mencakup

(19)

strategi pemberdayaan usaha mikro seperti koperasi dan UMKM, usaha kecil dan usaha menengah.

4. Strategi pembangunan pro-environment sebagai program dengan upaya mitigasi, adaptasi terhadap perubahan iklim dan ramah lingkungan diantaranya program pengendalian pencemaran dan perusakan lingkungan hidup, program peningkatan pengendalian polusi, program pengelolaan Ruang Terbuka Hijau (RTH), program peningkatan kesehatan masyarakat, dan program pengembangan lingkungan sehat.

Berdasarkan isu-isu pembangunan di atas, maka ditetapkanlah prioritas pembangunan pada Tahun Anggaran 2014 yang terdiri dari:

1. Meningkatkan kualitas pembangunan yang menjamin keberlanjutan daya dukung lingkungan;

2. Mendorong pertumbuhan sektor unggulan yang berbasis sumberdaya lokal; 3. Meningkatkan penyediaan dan pelayanan infrastruktur untuk meningkatkan

kualitas permukiman dan perkotaan;

4. Mewujudkan sumber daya manusia Kota Tangerang yang unggul, berkualitas dan sejahtera;

5. Menciptakan tata kelola pemerintahan yang transparan, akuntabel, partisipatif dan inovatif;

6. Menciptakan pemerintahan yang efektif dan efisien.

(20)

BAB III

IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA FISKAL

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

III.1. IKHTISAR REALISASI PENCAPAIAN SASARAN KINERJA FISKAL

Anggaran Daerah pada hakekatnya merupakan salah satu alat untuk meningkatkan pelayanan publik dan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan tujuan otonomi daerah yang luas, nyata dan bertanggungjawab. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pemenuhan sumber-sumber keuangan daerah. Pada Tahun Anggaran 2014 anggaran Belanja Daerah Kota Tangerang ditetapkan sebesar Rp3.510.664.614.205,00 dan direncanakan didanai melalui penerimaan pendapatan yang bersumber pada Pendapatan Asli Daerah (PAD) sebesar Rp1.156.097.821.081,00, Pendapatan Dana Perimbangan yang berasal dari Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi sebesar Rp1.142.431.199.128,00 dan Lain-lain Pendapatan yang Sah sebesar Rp679.070.295.948,00, sehingga akan menghasilkan defisit anggaran yang sebesar Rp533.065.298.048,00 yang ditutup melalui SiLPA tahun anggaran sebelumnya.

Realisasi sasaran kinerja fiskal Pemerintah Kota Tangerang selama Tahun Anggaran 2014 dapat dilihat secara ringkas pada tabel 2 berikut ini:

Tabel III.1. Ikhtisar Target dan Realisasi Kinerja Fiskal Pemerintah Kota Tangerang Tahun Anggaran 2014

(dalam milyar rupiah)

Uraian (Anggaran)Target Realisasi Selisih Rp % I. Pendapatan 2.977,599 3.016,402 38,803 1,30

I.1. Pendapatan Asli Daerah 1.156,097 1.258,738 102,641 8,88

I.2. Dana Perimbangan 1.142,431 1.093,831 (48,600) (4,25)

I.3. Lain-lain Pendapatan yang Sah 679,070 663,832 (15,237) (2,24)

II. Belanja 3.510,664 2.657,440 853,224 24,30

II.1 Belanja Tidak Langsung 1.121,661 966,063 155,597 13,87

II.2 Belanja Langsung 2.389,003 1.691,376 697,627 29,20

Surplus/Defisit (533,065) 358,961 (892,027) (167,34) III. Pembiayaan 533,065 (533,065) 0,000 100,00

III.1 Penerimaan 533,065 533,065 0,000 100,00

III.2 Pengeluaran 0,000 0,000 0,000 (0,00)

SiLPA Tahun Berjalan 0,000 892,027 892,027

(21)

Tabel 2 di atas memperlihatkan bahwa realisasi Pendapatan Daerah sebesar Rp3.016.402.369.860,00 melebihi target yang telah ditetapkan, yaitu sebesar Rp2.977.599.316.157,00 atau 101,30%. Pelampauan tertinggi realisasi terhadap target terdapat pada pos penerimaan Pendapatan Asli Daerah (PAD) dengan realisasi sebesar Rp1.258.738.853.834,00 atau 108,87% dari target yang telah ditetapkan.

Untuk melihat perkembangan target dan realisasi penerimaan PAD dari tahun 2010 sampai dengan 2014 secara jelas dapat dilihat pada Tabel 3 dan Grafik 5 berikut ini:

Tabel III.2. Perkembangan PAD Tahun Anggaran 2010 2014

(dalam milyar rupiah) Tahun

Anggaran

Target Realisasi %tase Perkembangan Target Realisasi

2010 188,406 230,634

2011 380,071 499,080 101,73 116,39

2012 461,383 631,519 21,39 26,54

2013 653,182 815,733 41,57 29,17

2014 1.156,097 1.258,738 76,99 54,31

Secara Keseluruhan dari tahun anggaran 2010 sampai dengan tahun anggaran 2014 baik target maupun realisasi PAD Kota Tangerang terus menerus mengalami kenaikan.

Dilihat dari sisi target anggaran, dari tahun anggaran 2010 sampai dengan tahun anggaran 2011 mengalami kenaikan sebesar Rp191,665 milyar atau 101,73%, dari tahun anggaran 2011 sampai dengan tahun anggaran 2012 mengalami kenaikan sebesar Rp81,312 milyar atau 21,39%, dari tahun anggaran 2012 sampai dengan tahun anggaran 2013 mengalami kenaikan Rp191,799 milyar atau 41,57%, dan tahun anggaran 2013 sampai dengan tahun anggaran 2014 mengalami kenaikan Rp502,915 milyar atau 76,99%.

Kemudian apabila dilihat dari sisi realisasi penerimaan PAD, pada tahun anggaran 2010 sampai dengan tahun anggaran 2011 mengalami kenaikan sebesar Rp268,446 milyar atau 116,39%, kenaikan sebesar Rp132,439 milyar atau 26,54% terjadi dari tahun anggaran 2011 sampai tahun anggaran 2012, kemudian tahun anggaran 2012 sampai tahun anggaran 2013 sebesar Rp184,214 milyar atau 29,17% dan terakhir tahun anggaran 2013 sampai dengan tahun anggaran 2014 mengalami kenaikan sebesar Rp443,055 milyar atau 54,31%.

(22)

Untuk Dana Perimbangan, realisasi penerimaan adalah sebesar Rp1.093.831.122.465,00 (95,74%) dari target yang ditetapkan sebesar Rp1.142.431.199.128,00. Perkembangan target dan realisasi penerimaan yang berasal dari Dana Perimbangan dari tahun 2010 sampai dengan 2014 secara jelas dapat dilihat pada Tabel 4 dan grafik 6 berikut ini:

Tabel III.3. Perkembangan Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2010 2014

2011 856,197 823,213 3,56 3,76

2012 800,275 819,401 (6,53) (0,46)

2013 1.038,314 1.069,716 29,74 30,55

2014 1.142,431 1.093,831 10,03 2,25

Grafik III.1. Perkembangan Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2010 2014 (dalam milyar rupiah)

Apabila dibandingkan dengan tahun anggaran 2013, terjadi peningkatan realisasi sebesar Rp24,12 milyar atau 2,25%.

Untuk pos Lain-lain Pendapatan yang Sah dari target penerimaan

sebesar Rp679.070.295.948,00 dapat direalisasikan

0

Untuk Dana Perimbangan, realisasi penerimaan adalah sebesar Rp1.093.831.122.465,00 (95,74%) dari target yang ditetapkan sebesar Rp1.142.431.199.128,00. Perkembangan target dan realisasi penerimaan yang berasal dari Dana Perimbangan dari tahun 2010 sampai dengan 2014 secara jelas dapat dilihat pada Tabel 4 dan grafik 6 berikut ini:

Tabel III.3. Perkembangan Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2010 2014

2011 856,197 823,213 3,56 3,76

2012 800,275 819,401 (6,53) (0,46)

2013 1.038,314 1.069,716 29,74 30,55

2014 1.142,431 1.093,831 10,03 2,25

Grafik III.1. Perkembangan Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2010 2014 (dalam milyar rupiah)

Apabila dibandingkan dengan tahun anggaran 2013, terjadi peningkatan realisasi sebesar Rp24,12 milyar atau 2,25%.

Untuk pos Lain-lain Pendapatan yang Sah dari target penerimaan

sebesar Rp679.070.295.948,00 dapat direalisasikan

2011 2012 2013 2014

Untuk Dana Perimbangan, realisasi penerimaan adalah sebesar Rp1.093.831.122.465,00 (95,74%) dari target yang ditetapkan sebesar Rp1.142.431.199.128,00. Perkembangan target dan realisasi penerimaan yang berasal dari Dana Perimbangan dari tahun 2010 sampai dengan 2014 secara jelas dapat dilihat pada Tabel 4 dan grafik 6 berikut ini:

Tabel III.3. Perkembangan Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2010 2014

2011 856,197 823,213 3,56 3,76

2012 800,275 819,401 (6,53) (0,46)

2013 1.038,314 1.069,716 29,74 30,55

2014 1.142,431 1.093,831 10,03 2,25

Grafik III.1. Perkembangan Dana Perimbangan Tahun Anggaran 2010 2014 (dalam milyar rupiah)

Apabila dibandingkan dengan tahun anggaran 2013, terjadi peningkatan realisasi sebesar Rp24,12 milyar atau 2,25%.

Untuk pos Lain-lain Pendapatan yang Sah dari target penerimaan

sebesar Rp679.070.295.948,00 dapat direalisasikan

1,093.83

Target

Realisasi

(23)

sebesarRp663.832.393.561,00 atau 97,75%. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 lain-lain pendapatan yang sah dibagi menurut jenis pendapatan yang mencakup:

1. Hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya,

badan/lembaga/organisasi swasta dalam negeri, kelompok

masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat; 2. Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan

korban/kerusakan akibat bencana alam;

3. Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota;

4. Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah; dan

5. Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.

Dalam kaitannya dengan anggaran dan realisasi belanja daerah,pada

Tahun Anggaran 2014 belanja daerah dialokasikan sebesar

Rp3.510.664.614.205,00 dan direalisasikan sebesar Rp2.657.440.391.653,00 atau 75,69% sehingga masih terdapat sisa anggaran belanja daerah sebesar Rp853.224.222.552,00 atau 24,30%. Berdasarkan tabel III.1 di atas tampak bahwa belanja langsung mendapatkan alokasi dana yang terbesar dibandingkan dengan belanja tidak langsung, yaitu sebesar 68,05% dari total APBD tahun anggaran 2014.

Grafik III.2. Persentase Alokasi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung Terhadap APBD Tahun Anggaran 2014

68.05%

sebesarRp663.832.393.561,00 atau 97,75%. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 lain-lain pendapatan yang sah dibagi menurut jenis pendapatan yang mencakup:

1. Hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya,

badan/lembaga/organisasi swasta dalam negeri, kelompok

masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat; 2. Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan

korban/kerusakan akibat bencana alam;

3. Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota;

4. Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah; dan

5. Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.

Dalam kaitannya dengan anggaran dan realisasi belanja daerah,pada

Tahun Anggaran 2014 belanja daerah dialokasikan sebesar

Rp3.510.664.614.205,00 dan direalisasikan sebesar Rp2.657.440.391.653,00 atau 75,69% sehingga masih terdapat sisa anggaran belanja daerah sebesar Rp853.224.222.552,00 atau 24,30%. Berdasarkan tabel III.1 di atas tampak bahwa belanja langsung mendapatkan alokasi dana yang terbesar dibandingkan dengan belanja tidak langsung, yaitu sebesar 68,05% dari total APBD tahun anggaran 2014.

Grafik III.2. Persentase Alokasi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung Terhadap APBD Tahun Anggaran 2014

sebesarRp663.832.393.561,00 atau 97,75%. Berdasarkan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, sebagaimana telah diubah terakhir kali dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 lain-lain pendapatan yang sah dibagi menurut jenis pendapatan yang mencakup:

1. Hibah berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya,

badan/lembaga/organisasi swasta dalam negeri, kelompok

masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat; 2. Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan

korban/kerusakan akibat bencana alam;

3. Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kabupaten/kota;

4. Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus yang ditetapkan oleh pemerintah; dan

5. Bantuan keuangan dari provinsi atau dari pemerintah daerah lainnya.

Dalam kaitannya dengan anggaran dan realisasi belanja daerah,pada

Tahun Anggaran 2014 belanja daerah dialokasikan sebesar

Rp3.510.664.614.205,00 dan direalisasikan sebesar Rp2.657.440.391.653,00 atau 75,69% sehingga masih terdapat sisa anggaran belanja daerah sebesar Rp853.224.222.552,00 atau 24,30%. Berdasarkan tabel III.1 di atas tampak bahwa belanja langsung mendapatkan alokasi dana yang terbesar dibandingkan dengan belanja tidak langsung, yaitu sebesar 68,05% dari total APBD tahun anggaran 2014.

(24)

Berdasarkan kebijakan belanja daerah serta proporsi masing-masing belanja dapat dilihat bahwa komitmen Pemerintah Kota Tangerang terhadap pelayanan publik sangat besar. Hal ini terlihat dari persentase belanja langsung yang cukup besar dibandingkan dengan belanja tidak langsung. Hal ini juga membuktikan bahwa penyusunan anggaran berbasis kinerja guna pencapaian

standar pelayanan minimum kepada masyarakat cukup dapat

dipertanggungjawabkan.

Belanja Tidak Langsung dianggarkan sebesar

Rp1.121.661.012.158,93dan dana yang direalisasikan sebesar

Rp966.063.810.603,00 atau sebesar 86,12%. Anggaran dan realisasi Belanja Tidak Langsung ini terdiri atas:

Tabel III.4. Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Tidak Langsung TA 2014 (dalam rupiah)

NO JENIS BELANJA ANGGARAN REALISASI %

1. Belanja Pegawai 1.093.763.341.058,93 944.866.098.316,00 86,38

2. Belanja Hibah 22.219.000.000,00 19.295.000.000,00 86,84

3. Belanja Bantuan Sosial 616.250.000,00 616.250.000,00 100,00

4. Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kab/Kota dan Pemerintah Desa

1.062.421.100,00 1.062.421.005,00 100,00

5. Belanja Tidak Terduga 4.000.000.000,00 224.041.282,00 5,60

J u m l a h 1.121.661.012.158,93 966.063.810.603,00 86,12

Belanja langsung diperuntukkan membiayai pelaksanaan kegiatan-kegiatan dan program. Pada tahun anggaran 2014, Belanja Langsung mendapat alokasi anggaran sebesar Rp2.389.003.602.046,07 dan terealisasi sebesar Rp1.691.376.581.050,00 atau 70,79%, dengan perincian sebagai berikut:

Tabel III.5.Rincian Anggaran dan Realisasi Belanja Langsung TA 2014 (dalam rupiah)

NO JENIS BELANJA ANGGARAN REALISASI %

1. Belanja Pegawai

256.097.288.636,00 229.956.910.622,00 89,79

2. Belanja Barang dan Jasa 1.503.116.704.218,07 1.013.071.433.854,00 67,39

3. Belanja Modal 629.789.609.192,00 448.348.236.574,00 71,19

J u m l a h 2.389.003.602.046,07 1.691.376.581.050,00 70,79

(25)

Dalam hal Pembiayaan Daerah sebagai pos untuk menutup defisit anggaran dan memanfaatkan surplus anggaran, dari target Penerimaan Pembiayaan sebesar Rp533.065.298.048,00 dapat direalisasikan seluruhnya atau 100,00%, realisasi penerimaan ini seluruhnya berasal dari SILPA tahun anggaran sebelumnya. Untuk tahun anggaran 2014, Pemerintah Kota Tangerang tidak menganggarkan pengeluaran pembiayaan.

III.2. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENCAPAIAN KINERJA

Secara umum faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam pencapaian kinerja keuangan Tahun Anggaran 2014, yaitu:

1. Belum optimalnya kinerja pelaksanaan sistem pengawasan internal dan pengendalian pelaksanaan kebijakan KDH dalam menyusun Analisis Beban Kerja dan target SKPD;

2. Belum optimalnya kinerja Kerjasama Informasi dan Media Massa dalam jumlah kerjasama bidang informasi dan komunikasi yang dilaksanakan oleh Pemda dengan media cetak dengan kecenderungan masyarakat lebih menyukai informasi yang berasal dari media elektronik dibandingkan dengan media cetak;

3. Kualitas dan profesionalisme SDM aparatur belum memadai;

4. Kelembagaan perangkat daerah yang belum ramping struktur dan kaya fungsi;

5. Kapasitas keuangan daerah yang belum optimal; 6. Belum optimalnya pengelolan aset;

7. Belum optimalnya penyusunan produk hukum daerah; 8. Belum optimalnya tindak lanjut hasil pemeriksaan.

Sedangkan faktor-faktor penunjang pencapaian kinerja adalah:

1. Adanya perbaikan sistem kerja dan sarana prasarana yang mendukung pencapaian target kinerja;

2. Adanya peningkatan kapasitas sumber daya aparatur baik melalui pembinaan dan pelatihan internal, ataupun melalui peningkatan jenjang pendidikan;

3. Semakin meningkatnya koordinasi antara dinas/kantor/badan dalam pelaksanaan tugas dan fungsi;

(26)

4. Semakin meningkatnya koordinasi dengan Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, dan instansi vertikal lainnya; dan

5. Dengan meningkatnya penyebarluasan informasi pentingnya membayar pajak dan retribusi daerah meningkatkan kesadaran masyarakat untuk membayar pajak dan retribusi daerah.

(27)

BAB IV

IKHTISAR PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

IV.1. IKHTISAR REALISASI PENCAPAIAN KINERJA PROGRAM

Pencapaian kinerja program merupakan gambaran tentang ketercapaian serangkaian aktivitas dalam bentuk pelaksanaan kegiatan, sebagai implikasi dari kebijakan yang telah ditetapkan sebelumnya. Sedangkan kegiatan merupakan representasi dari peran SKPD terhadap pencapaian sasaran pembangunan melalui kontribusi terhadap indikasi kegiatan yang didefinisikan dalam dokumen rencana sebagai wujud sinergitas peran.

Pelaksanaan program dan kegiatan ini disesuaikan dengan urusan yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kota Tangerang pada Tahun Anggaran 2014, alokasi Belanja Daerah yang terbesar adalah untuk menunjang pelaksanaan urusan pendidikan dengan alokasi anggaran sebesar Rp1.121.321.250.509,14 atau 31,94% dari total anggaran Belanja Daerah yang digunakan untuk mendanai pelaksanaan 9 program dengan 82 kegiatan. Tabel 7 di bawah ini menggambarkan secara rinci alokasi Belanja Daerah untuk setiap urusan.

Tabel IV.1. Alokasi Belanja Daerah per Urusan Tahun Anggaran 2014

NO URUSAN JUMLAH

PROGRAM ANGGARAN REALISASI

I WAJIB 218 3.493.483.524.712,01 2.642.401.756.712,00

1 Pendidikan 9 1.121.321.250.509,14 945.391.897.709,00

2 Kesehatan 22 578.540.344.279,00 468.284.689.181,00

3 Pekerjaan Umum 17 290.755.508.006,00 259.166.788.734,00

4 Perumahan 9 46.134.981.191,00 38.978.698.002,00

5 Penataan Ruang 9 23.405.282.626,00 16.601.797.139,00

6 PerencanaanPembangunan 12 27.375.218.997,00 23.450.240.094,00

7 Perhubungan 10 60.037.759.077,57 52.497.369.639,00

8 Lingkungan Hidup 11 201.276.478.977,92 179.799.296.763,00

9 Pertanahan 1 398.932.329.792,15 56.150.233.205,00

10 Kependudukan dan Catatan

Sipil 4 20.223.967.222,00 15.457.707.260,00

11 Pemberdayaan Perempuan 3 2.812.721.050,00 2.524.856.200,00

12 Keluarga Berencana 6 9.791.150.568,00 9.564.247.910,00

13 Sosial 10 27.752.556.816,00 24.594.346.078,00

14 Tenaga Kerja 7 18.462.710.525,00 16.239.820.097,00

15 Koperasi dan Usaha Kecil

Menengah 7 10.518.927.663,00 8.657.716.347,00

(28)

NO URUSAN JUMLAH

PROGRAM ANGGARAN REALISASI

16 Penanaman Modal 1 1.655.930.000,00 1.342.459.846,00

17 Kebudayaan 7 10.096.571.546,00 8.652.903.762,00

18 Pemuda dan Olahraga 7 28.611.671.500,00 23.588.539.500,00

19 Kesatuan Bangsa dan Politik

Dalam Negeri 13 43.918.725.114,61 38.237.893.881,00

20 Pemerintahan Umum 19 519.458.533.025,62 408.612.836.901,00

21 Ketahanan Pangan 1 1.023.362.500,00 869.602.408,00

22 Pemberdayaan Masyarakat

Desa 6 10.597.312.045,00 9.181.946.726,00

23 Statistik 6 6.130.467.534,00 5.280.722.513,00

24 Kearsipan 8 5.199.312.256,00 4.501.917.369,00

25 Komunikasi dan Informatika 8 25.394.908.946,00 21.283.626.179,00

26 Perpustakaan 5 4.055.542.945,00 3.489.603.269,00

II PILIHAN 25 17.181.089.492,99 15.038.634.941,00

1 Pertanian 9 10.781.398.892,99 9.532.277.504,00

2 Kelautan dan Perikanan 3 392.302.000,00 381.607.428,00

3 Pariwisata 3 1.424.200.000,00 1.397.061.800,00

4 Perdagangan 4 2.530.908.000,00 2.107.663.424,00

5 Perindustrian 5 2.002.280.600,00 1.574.174.785,00

6 Transmigrasi 1 50.000.000,00 45.850.000,00

JUMLAH 243 3.510.664.614.205,00 2.657.440.391.653,00

Secara umum hasil yang dicapai dari pelaksanaan berbagai program dan kegiatan diantaranya adalah terlaksananya pembangunan dan rehabilitasi gedung (kantor, gedung sekolah, puskesmas, posyandu), pengadaan buku dan alat tulis sekolah, tersedianya meubelair dan alat kantor (termasuk sekolah), terlaksananya penyediaan alat angkutan (kendaraan dinas dan alat berat), terlaksananya pembangunan dan rehabilitasi jalan dan jembatan, pembangunan dan rehabilitasi saluran drainase, terlaksananya penyediaan alat-alat kedokteran untuk kebutuhan puskesmas, terlaksananya pembangunan dan rehabilitasi PJU, dan rehabilitasi taman.

Penjelasan secara rinci mengenai hasil pencapaian dari kinerja pelaksanaan program dan kegiatan dapat ditemui pada Laporan Keterangan Pertanggungjawaban Walikota Tahun Anggaran 2014.

IV.2. FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PENCAPAIAN KINERJA

Dalam pelaksanaan program dan kegiatan untuk mencapai sasaran pembangunan yang telah ditetapkan terdapat beberapa faktor penghambat yang mempengaruhi kinerja, antara lain adalah sebagai berikut:

(29)

1. Pencapaian tujuan dan sasaran program seringkali menjadi tidak maksimal, hal tersebut disebabkan proporsi anggaran terhadap kegiatan utama dan kegiatan penunjang yang kurang didefinisikan secara memadai;

2. Efektivitas program dan kegiatan seringkali kurang terarah, hal tersebut disebabkan masih kurang tersedianya petunjuk teknis pelaksanaan sebagai instrumen kendali;

3. Dalam menyusun skenario pencapaian tujuan dan sasaran program dan kegiatan, seringkali kurang mempertimbangkan faktor eksternalitas yang dapat mempengaruhi kinerja.

Disamping penghambat juga tentunya terdapat faktor-faktor pendukung pencapaian kinerja program, antara lain:

1. Tersedianya pendanaan yang memadai yang sesuai dengan alokasi anggaran yang telah ditetapkan;

2. Meningkatnya pemahaman dari para Panitia Pengelola Kegiatan dalam melaksanakan kegiatan yang diembannya;

3. Tersedia media baik bagi masyarakat dan SKPD dalam menyalurkan aspirasi baik saran maupun kebutuhan akan pelaksanaan program dalam bentuk Forum Musrenbang mulai dari tingkat Kelurahan hingga tingkat SKPD; dan 4. Tersedianya media dalam rangka pemantauan pelaksanaan kegiatan dan

program melalui laporan dan rapat evaluasi bulanan.

(30)

BAB V

KEBIJAKAN AKUNTANSI

V.1. ENTITAS PELAPORAN

Entitas Pelaporan dalam LKPD Kota Tangerang Tahun Anggaran 2014 adalah Pemerintah Kota Tangerang. Selain itu Pemerintah Kota Tangerang memiliki entitas akuntansi yang terdiri dari SKPD dan PPKD (BUD) yang menyampaikan laporan keuangan sehubungan dengan anggaran/barang yang dikelolanya.

V.2. BASIS AKUNTANSI

Basis akuntansi yang digunakan dalam penyusunan dan penyajian LKPD Kota Tangerang tahun Anggaran 2014 adalah basis akrual untuk pengakuan pendapatan-LO dan beban, maupun pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas. Basis kas untuk pengakuan Pendapatan-LRA, Belanja, Transfer, dan Pembiayaan

V.3. KEBIJAKAN AKUNTANSI

Penyusunan dan penyajian LKPD Kota Tangerang Tahun Anggaran 2014 telah mengacu kepada Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) yang telah ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahandan Peraturan Walikota Tangerang Nomor 37 Tahun 2012 tentang Kebijakan Akuntansi. Dengan demikian, dalam penyusunan LKPD Kota Tangerang Tahun Anggaran 2014 telah diterapkan kaidah-kaidah pengelolaan keuangan yang sehat di lingkungan Pemerintah Kota Tangerang.

Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam penyusunan LKPD Kota Tangerang Tahun Anggaran 2014 sesuai dengan Peraturan Walikota Tangerang Nomor 37 Tahun 2012 tentang Kebijakan Akuntansi adalah:

1. Pendapatan

a. Pendapatan-LO adalah hak Pemerintah Kota Tangerang yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali. Laporan Operasional melaporkan pendapatan yang menjadi tanggung jawab dan wewenang entitas pelaporan dan entitas akuntansi, baik yang dihasilkan oleh transaksi operasional, nonoperasional dan pos luar biasa yang

(31)

meningkatkan ekuitas entitas pelaporan dan entitas akuntansi. Pendapatan operasional dikelompokkan dari dua sumber, yaitu transaksi pertukaran (exchange transactions) dan transaksi non-pertukaran (non-exchange transactions). Pendapatan operasional yang berasal dari transaksi non pertukaran pada umumnya timbul dari pelaksanaan kewenangan Pemerintah Kota Tangerang untuk meminta pembayaran kepada masyarakat, seperti pajak, bea, denda, dan penalti, serta penerimaan hibah. Sebaliknya, masyarakat tidak menerima manfaat secara langsung dari pembayaran tersebut. Di samping itu ada kalanya Pemerintah Kota Tangerang menyediakan barang dan jasa ke masyarakat atau entitas pemerintah lainnya dengan harga tertentu, misalnya menyediakan layanan kesehatan dengan imbalan sebagai pendapatan. Dalam kebijakan ini, pendapatan dimaksud dikelompokkan sebagai pendapatan pertukaran. Pendapatan Pemerintah Kota Tangerang dapat dikelola oleh berbagai entitas pengelola seperti unit pengelola pajak, dan unit pengumpul pendapatan lainnya. Akan tetapi, secara akuntansi pendapatan tersebut adalah pendapatan entitas perbendaraan umum (Bendahara Umum Daerah), kecuali pendapatan yang ditetapkan lain. Pada umumnya pendapatan operasional dikelola oleh Bendahara Umum Daerah selaku pengelola pendapatan secara terpusat. Pendapatan yang dikelola oleh entitas akuntansi SKPD adalah berupa pendapatan yang berasal dari dana limpahan yang ditetapkan dalam anggaran. Dikecualikan dari ketentuan umum sentralisasi pendapatan ini adalah pendapatan dari dana yang disisihkan untuk dikelola oleh entitas akuntansi secara mandiri, seperti misalnya badan layanan umum daerah. Pendapatan Operasional yang diperoleh dari transaksi non-pertukaran timbul dari:

i. pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah untuk memaksakan pembayaran oleh publik (seperti pajak daerah, denda, dan sanksi); ii. perimbangan keuangan, berbentuk kas atau non kas, dari entitas pelaporan yang lebih tinggi (Pemerintah dan Pemerintah Provinsi) untuk Pemerintah Daerah;

iii. hibah yang diterima dari pemerintah asing, dan atau lembaga internasional;

iv. penghapusan utang;

v. sumbangan dari masyarakat dan/atau lembaga masyarakat; vi. dana limpahan yang ditetapkan dalam anggaran untuk entitas

akuntansi.

pendapatan-LO dari jenis transaksi pertukaran tertentu harus diakui sebagai berikut:

i. Bila barang ataupun jasa tertentu yang dibuat atau dihasilkan untuk memenuhi kontrak (jangka pendek ataupun jangka

Gambar

Grafik II.1. Laju Pertumbuhan LPEGrafik II.1. Laju Pertumbuhan LPEGrafik II.1. Laju Pertumbuhan LPE
Grafik II.2. Jumlah Pencari Kerja Terdaftar dan PenyerapannyaGrafik II.2. Jumlah Pencari Kerja Terdaftar dan PenyerapannyaGrafik II.2
Grafik II.3. Laju Pertumbuhan InflasiGrafik II.3. Laju Pertumbuhan InflasiGrafik II.3
Tabel II.1. Indikator Kinerja Fiskal Daerah Tahun Anggaran 2014
+7

Referensi

Dokumen terkait

Seperti halnya yang telah dijelaskan dalam PSAK No.19 (revisi 2009) aktiva atau aset tidak berwujud adalah aset non- moneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud

Akun ini digunakan untuk mencatat Aset Lainnya yang tidak dapat dikelompokkan ke dalam Aset Tak Berwujud, Tagihan Penjualan Angsuran, Tuntutan Perbendaharaan/Ganti

Jika terdapat indikasi tersebut atau pada saat pengujian penurunan nilai aset (seperti aset tak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas. aset tak berwujud

Jika terdapat indikasi tersebut atau pada saat pengujian penurunan nilai aset (seperti aset tak berwujud dengan umur manfaat tidak terbatas. aset tak berwujud

Harta lain adalah perkiraan atau akun yang tidak dapat dikategorikan pada harta atau aset di atas baik dalam bentuk aset tetap, aset investasi, aset tak berwujud dan aset

Seperti halnya yang telah dijelaskan dalam PSAK No.19 (revisi 2009) aktiva atau aset tidak berwujud adalah aset non- moneter yang dapat diidentifikasi tanpa wujud

Pertama, resources yaitu aset berwujud maupun tak berwujud yang digunakan oleh organisasi untuk menghasilkan produk.Kedua, activity yaitu semua kegiatan yang

Adalah aset yang dapat diidentifikasi namun tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki oleh Perusahaan Penjaminan Kredit untuk digunakan dalam kegiatan