• Tidak ada hasil yang ditemukan

9th Meeting Of The COP

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "9th Meeting Of The COP"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN HASIL PERTEMUAN THE 9TH MEETING OF THE CONFERENCE

OF THE CONTRACTING PARTIES TO THE CONVENTION

ON BIOLOGICAL DIVERSITY

BONN, JERMAN 2008

I. PENDAHULUAN

Sidang ke-9 Conf erence of t he Part ies (COP) diselenggarakan di Hot el Marit im, Bonn Jerman pada t anggal 19-30 Mei 2008.

Dihadiri sekit ar 4000 pesert a dari unsur pemerint ah, swast a, para pakar, wakil organisasi int ernasional, prakt isi, wakil masyarakat sert a LSM, dengan t uj uan unt uk mewuj udkan kesepakat an at as t arget biodiverist y 2010: yakni mendorong upaya bersama bagi pengurangan hilangnya keanekaragaman hayat i yang nyat a hingga t ahun 2010, khususnya dalam dukungan pengurangan kemiskinan sesuai dengan t uj uan pembangunan millenium.

Delegasi Indonesia t erdiri dari unsur Pemerint ah (Depart emen Kehut anan, Depart emen Luar Negeri, Depart emen Pert anian, Depart emen Kelaut an dan Perikanan, LIPI) dan LSM (TNC, WWF, Kehat i) dengan Ket ua Delri Deput i Bidang Peningkat an Konservasi SDA dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan, Kement erian Lingkungan Hi dup. Delegasi Depart emen Kehut anan t erdiri dari: Ir. Darori MM (Dirj en PHKA), Dr. Ir. Tonny Soehart ono (Dir KKH), Ir. Noor Hidayat , M. Sc. (Dir KK), Dr. Samedi (Kasubdit KPA&TB) dan Drh. Indra Exploit asia (Kasie Non-CITES Dit . KKH).

COP-9 CBD dibuka secara resmi oleh Ambassador Raymundo Rocha Magno dari Brazil mewakili Presiden COP-8 pada t anggal 19 Mei 2008. Pert emuan t elah memilih Ment eri Lingkungan Hidup Jerman, Sigmar Gabriel sebagai Presiden COP-9 dan Mary Fosi sebagai Rapport eur.

Sidang COP9 membahas t opik priorit as:

Agr i cul t ur al bi odi ver si t y

Gl obal st r at egy f or pl ant conser vat i on

Invasi ve al i en speci es

For est bi odi ver si t y

Incent i ve measur es,

Ecosyst em appr oach

• Prot ect ed Areas

Pr ogr ess i n t he i mpl ement at i on of t he st r at egi c pl an and pr ogr ess t owar ds t he 2010 t ar get and r el evant Mi l l enni um Devel opment Goal s (MDGs)

Fi nanci al Resour ces and t he Fi nanci al Mechani sm.

II. Hasil pertemuan

(2)

Incent ive measures, Invasive alien species dan Prot ect ed areas. Sedangkan WG 2 membahas isu-isu Progress in t he implement at ion of t he St rat egic Plan and t owards t he 2010 t arget and relevant Millennium Development , Goals Art icle 8 (j ) and relat ed provisions, Access and Benef it -Sharing, Financial Resources and Financial Mechanism

2. Pembahasan di kedua working group diisi dengan penyampaian pandangan umum Negara pihak, organisasi int ernasional, NGO yang kemudian disarikan oleh Chair wg menj adi rancangan keput usan COP-9 dan pembent ukan cont act group dan mekanisme f riends of t he chair. Cont act groups dan f riends of t he chair adalah unt uk isu ABS, agricult ure biodiversit y, f orest biodiversit y dan art icle 8 (j ) and relat ed provisions, f inancial mechanism.

3. Hasil sidang secara kesuluruhan mengadopsi dan “ Bonn Roadmap” yait u negosiasi int ernasional rej im t ent ang access and benef it -sharing (ABS); adopsi krit eria ilmiah dan pedoman unt uk kawasan perairan yang membut uhkan perlindungan; 37 keput usan t ermasuk adopsi st rat egi mobilisasi sumber pendanaan, keput usan biodiversit y and climat e change, f orest biodiversit y, prot ect ed areas, dan kesepakat an t ent ang biof uels kecuali adopsi crit eria berkelanj ut an produksi dan konsumsi biof uel.

Global Strategy for Plant Conservation (GSPC).

Pembahasan didasarkan pada rekomendasi SBSTTA-13 t ent ang kaj ian GSPC. Negara berkembang umumnya menggarisbawahi pent ingnya dukungan pendanaan dan t eknis dalam pengembangan st rat egi t ersebut .

Delri menyampaikan bahwa GSPC memiliki art i pent ing sebagai kerangka kerj a unt uk harmonisasi berbagai inisiat if dan program dalam konservasi t anaman di t ingkat nasional maupun regional. Delri j uga menyampaikan Indonesia t elah melakukan berbagai langkah yang selaras dengan GSPC.

Agriculture biodiversity.

Pembahasan isu ini didasarkan draf t decision mengenai programme kerj a agricult ure biodiversit y, rekomendasi SBSTTA-13 dan laporan Sekret aris Eksekut if mengenai dampak biof uel t erhadap keanekaragaman hayat i. Terkait dengan program kerj a, delegasi umumnya menyambut baik dan mendorong peningkat an kerj asama dengan FAO. Pembahasan t erf okus pada isu biof uel yang diwarnai oleh berbagai int ervensi t erut ama oleh negara-negara berkembang.

EU menekankan pent ingnya produksi biof uel yang dilaksanakan secara berkelanj ut an dan mengusulkan pembent ukan Ad-hoc t echnical expert group (AHTEG) unt uk mengembangkan pedoman (guidelines) bagi produksi biof uel. Sedangkan kelompok negara-negara Arab mengkait kan biof uel dengan f ood securit y. Brazil t elah menyampaikan pent ingnya kont ribusi produksi biof uel bagi pembangunan berkelanj ut an, keamananan energi dan ket ahanan pangan sert a pencapaian t uj uan MDGs. Part ies pada prinsipnya menyadari perlunya upaya unt uk meningkat kan dampak posit if dan mengurangi dampak negat if dari produksi dan konsumsi biof uel.

(3)

Isu lainnnya adalah ruang lingkup program kerj a agricult ural biodiversit y, dimana EU mengusulkan int erlinkages ant ara program kerj a agricult ure biodiversit y dan f orest biodiversit y. EU mengusulkan agar isu biof uel diperluas hingga mencakup isu bioenergy dan biomass product ion. EU j uga mengusulkan unt uk membent uk Ad-hoc Technical Expert Group guna mengkaj i isu biof uel dan memf asilit asi pembent ukan draf t awal dari guidelines f or biof uel. Dalam paket usulan dari EU ini, j uga diusulkan unt uk meneruskan isu biof uel ke SBSTTA dan COP 10. Usulan ini kembali didukung oleh kelompok negara Af rika. Sert a dit ent ang oleh Brazil. Unt uk menyelesaikan perdebat an t ersebut Presiden COP-9 menunj uk Ment eri Lingkungan Swedia dan Dut a Besar Brazil unt uk membant u memimpin j alannya negosiasi. Namun sampai dengan hari ke 11 konf erensi para pihak kedua isu t ersebut belum dapat mencapai kesepakat an. Pada akhirnya disepakat i “ balance pakcage” unt uk mengat asi perbedaan t ersebut . Kompromi t ersebut adalah dengan menghilangkan penyusunan guidelines produksi dan penggunaan biof uel secara berkelanj ut an, membat alkan pembent ukan AHTEG yang semula direncanakan unt uk menyusun guideline dan memisahkan isu biof uel menj adi dokumen t ersendiri namun masih dalam kerangka isu agricult ure biodiversit y.

Forest Biodiversity.

Pembahasan didasarkan pada rekomendasi SBSTTA-13 mengenai Ad-hoc Technical Expert Group (AHTEG) unt uk mengkaj i implement asi program kerj a f orest biodiversit y. Beberapa negara berkembang menekankan pent ingnya dukungan capacit y building dari negara-negara maj u unt uk imlement asi program kerj a f orest biodiversit y. Beberapa isu pent ing dalam pembahasan f orest biodiversit y ant ara lain penyediaan dana-nana baru dan t ambahan (new and addit ional) unt uk pembiayaan program of works mengenai f orest biodiversit y.

Dalam int ervensinya, Delri menekankan pent ingnya f orest governance dan penegakan hukum dalam melakukan upaya perlindungan keanekaragaman hayat i hut an. Selain it u Delri j uga menyampaikan pent ingnya penguat an kerj asama ant ara berbagai organisasi int ernasional t ermasuk inisiat if -inisiat if di t ingkat regional t erut ama dalam rangka sist em rant ai perdagangan (chain cust ody syst em) unt uk mencegah t i ndakan-t indakan illegal t ermasuk t erkait perdagangan keanekaragaman hayat i hut an.

(4)

Incentive Measures.

Pembahasan isu ini berdasarkan pada review program kerj a dalam rekomendasi SBSTTA-13.

Delri menyampaikan bahwa Indonesia t elah melaksanakan pemberian insent if baik berupa f inancial (monet ar y) maupun penghargaan (non monet ar y) pada sekt or lingkungan hidup, kehut anan, pert anian dan perikanan. Delri j uga memint a Eksekut if Sekret aris unt uk melakukan kaj ian mengenai upaya-upaya pemberian insent if yang t elah dit erapkan di berbagai negara sert a mendukung adanya Terms of Ref erence (TOR) t ent ang cara monit oring yang dapat mendukung implement asi perangkat valuasi dan i ncent i ve measur es yang posit if yang t elah disediakan oleh Sekret ariat CBD.

Protected Area

Pembahasan isu ini ut amanya t erkait dengan pendanaan (new and addit ional) unt uk membiayai program kerj a prot ect ed areas. Negara-negara berkembang memint a negara-negara maj u unt uk menambah pendanaan (new and addit ional) unt uk pembiayaan program kerj a t ersebut . Unt uk mengat asi masalah t ersebut , negara pihak dimint a unt uk unt uk mencari peluang pendanaan unt uk ef ekt if it as pengelolaan PA dalam upaya mengat asi perubahan iklim t ermasuk mit igasi dan adapt asi.

Isu lainnya t erkait dengan usulan NGO “ Indigenous f orum” yang mengusulkan agar dalam melaksanakan konservasi dan pengembangan kegiat an dari prot ect ed areas, selain harus sesuai dengan hukum nasional dan int ernasional j uga harus sesuai dengan hukum kebiasaan “ cust omary law” . Delri mengaj ukan keberat an dan menyampaikan bahwa Indonesia t idak mempunyai hukum kebiasaan yang t ert ulis. Banyaknya masyarakat adat di Indonesia j uga akan menyulit kan unt uk menent ukan hukum kebiasaan mana yang akan berlaku. Keberat an Delri didukung oleh Brazil, Selandia Baru dan Kanada. Pada pembahasan berikut nya disepakat i kalimat dalam paragraf menj adi “ where applicable t aking int o account indigenous and local communit ies’ own management syst ems and cust omary use” .

Selain it u, t elah disepakat i agar Negara-negara anggot a melakukan analisis gap ket erwakilan ekologis (ecol ogi cal gap anal ysi s) kawasan konservasi sebelum t ahun 2009, dan dihimbau unt uk menet apkan kawasan-kawasan konservasi baru dari hasil analisis gap t ersebut . Mengenai pembiayaan t erhadap penet apan dan pengelolaan kawasan konservasi, beberapa Negara maj u yang t ergabung dalam G8 masih keberat an t erhadap t eks yang mengundang Negara maj u menyiapkan dana t ambahan baru unt uk biaya penet apan kawasan konservasi baru dan pengeloaan ef ekt if kawasan konservasi. Selain it u Negara-negara anggot a didesak unt uk melaksanakan pr ogr am of wor k on pr ot ect ed ar eas (program kerj a) secara konsist en agar sesuai dengan t arget yang t elah dit et apkan.

Invasive Alien Species (IAS)

Dasar pembahasan isu ini adalah rekomendasi SBSTTA-13 mengenai “ In-dept h review of Invasive Alien Species (IAS) yang disiapkan Sekret aris Eksekut if . Negara-negara pihak menyampaikan beberapa hal pent ing t erkait penanggulangan penyebaran IAS, ant ara lain akses inf ormasi dan pert ukaran inf ormasi sert a capacit y building.

(5)

Biodiversity in marine and coastal areas

Pembahasan isu ini didasari pada rekomendasi SBSTTA -13 mengenai Opt i ons f or pr event i ng and mi t i gat i ng t he i mpact s of some act i vi t i es t o sel ect ed seabed habi t at s, and sci ent i f i c and ecol ogi cal cr i t er i a f or mar i ne ar eas i n need of pr ot ect i on and bi ogeogr aphi c cl assi f i cat i on syst ems.

Dalam kesempat an ini, Delri menekankan pent ingnya unt uk mengacu pada UNCLOS 1982 dalam pembahasan isu konservasi dan pemanf aat an secara berkelanj ut an keanekaragaman hayat i dalam kont eks marine and coast al areas. Delri j uga mendukung adanya kerj asama int ernasional dan regional dalam rangka konservasi dan pemanf aat an berkelanj ut an at as wilayah-wilayah laut yang berada di luar wilayah yurisdiksi nasional sert a menekankan pent ingnya kerj asama dalam rangka peningkat an kapasit as dan bant uan t eknik.

Dalam pembahasan mengenai implement asi dari annex I, II dan III dari draf t decision mengenai krit eria-krit eria unt uk menent ukan wilayah laut yang membut uhkan perlindungan di open ocean wat er and deep-sea habit at , Brazil menyampaikan keberat annya unt uk membuat j aringan marine prot ect ed areas (MPAs) di luar wilayah yurisdiksi negara. Sebagai kompromi disepakat i bahwa hasil kerj asama pembent ukan j aringan MPAs di luar wilayah yurisdiksi negara akan dikonsult asikan kepada Maj elis Umum PBB unt uk membant u membuat keput usan t erkait hal t ersebut .

Isu lainnya adalah mengenai pembent ukan expert workshop dalam lingkup regional, sekt oral, dan organisasi int ernasional t erkait yang akan membahas mengenai hasil-hasil “ best pract ices” . Expert workshop ini akan menghasilkan suat u rekomendasi kepada SBSTTA. Keberat an mengenai hal t ersebut dat ang dari Iceland yang menginginkan pembent ukan expert workshop hanya pada lingkup regional. Kesepakat an yang dapat dicapai adalah menambahkan kalimat pada akhir paragraf yang pada int inya bahwa expert workshop ini t idak akan membahas mengenai pengelolaan dari MPAs.

Terkait permasalahan def inisi “ open ocean wat ers and deep-sea habit at ” Delri t elah mengaj ukan usulan unt uk membuat f oot not e yang dapat dij adikan ref erensi. Usulan Delri t ersebut dapat dit erima langsung oleh chairperson working group dan semua negara pihak.

Biodiversity and Climate Change

Pembahasan berdasarkan pada rekomendasi SBSTTA- 13 t erkait sinergi ket iga konvensi Rio, yait u CBD, UNFCCC dan UNCCD. Pada umumnya negara pihak mendukung adanya sinergi ant ara ket iga Konvensi Rio. Isu lainnya yang mengemuka adalah isu ocean f ert ilizat ion. Beberapa negara pihak menyampaikan pent ingnya menerapkan prinsip kehat i-hat ian (pr ecaut i onar y pr i nci pl e) t erhadap ocean f er t i l i zat i on. Sedangkan beberapa negara berkembang memint a morat orium ocean f er t i l i zat i on.

Access and Benefit Sharing

(6)

Articel 8 (j ) and related provisions

Sebagian Negara pihak menekankan perlunya kerj asama ant ara Ad Hoc Open Ended Working Group on Art ikel 8 (j ) dan Ad Hoc Open Ended Working Group on ABS dan kedua pert emuan t ersebut dapat dilakukan secara back t o back. Selain it u, pert emuan t ersebut j uga membahas beberapa isu pent ing, yait u Composit e report on st at us dan t rends regarding t radit ional knowledge t erkait dengan konservasi dan pemanf aat an keanekaragaman hayat i secara berkelanj ut an, pedoman unt uk dokument asi penget ahuan t radisional sert a mekanisme part isipasi indigenous dan local communit ies dalam proses konvensi.

Dalam int ervensinya, Delri menekankan bahwa Sekret ariat CBD perlu memf asilit asi Working group on Tradiot ional Knowledge (TK) unt uk melakukan ident if ikasi ancaman t erhadap hak pemilik penget ahuan t radisional dari dokument asi TK dan mengusulkan perlu adanya kerj asama dengan organisasi int ernasional t erkait lainnya, sepert i WIPO. Selain it u, delri j uga menyampaikan bahwa dalam pengembangan sui generis syst em di t ingkat lokal, nasional at au regional perlu memperhat ikan hak masyarakat lokal at as pemanf aat an penget ahuan t radisional yang mereka miliki, khususnya yang t erkait dengan kepemilikan Hak at as Kekayaan Int elekt ual.

III. Side Events

A. Pelaksanaan side event Heart of Borneo (HoB), 27 Mei 2008

• Tiga negara yait u Indonesia, Brunei Darussalam dan Malaysia didukung oleh Pemerint ah Jerman sebagai negara penyelenggara COP t elah berhasil menyelenggarakan si de event berj udul “Hear t of Bor neo: Br i dgi ng Conser vat i on and Sust ai nabl e Devel opment ” .

• Pada Side Event HoB dalam COP-9 CBD t ersebut , panel dipimpin oleh Mr. Rudolf Specht dari Kement erian Lingkungan Hidup, Konservasi dan Keamanan Nuklir/ BMU, Jerman. Side event diawali dengan kat a pengant ar dari Execut ive Secret ary CBD, Mr. Ahmed Dj oghlaf . Dalam kat a pengant arnya, Ahmed Dj oghlaf menyambut baik inist iat if HoB dan mengharapkan agar inisiat if ini menj adi cont oh bagi negara-negara lain dalam membangun kerj asama lint as bat as unt uk t uj uan konservasi dan pemanf aat an lest ari keanekaragaman hayat i. Ahmed Dj oghlaf j uga menyampaikan selamat kepada Brunei Darussalam sebagai Negara t ermuda anggot a CBD, sert a mengingat kan bahwa Indonesia merupakan t uan rumah COP-2 CBD dan Malaysia t uan rumah COP-7 CBD. Oleh sebab it u ket iga Negara merupakan Negara yang sangat pent ing dalam pelaksanaan konvensi CBD. Sambut an dari Jochen Flasbart h, Direkt ur Jenderal Nat ure Conservat ion and Sust ainable Use of Nat ure, BMU, sangat mendukung inisiat if 3 negara dengan program HoB yang t elah disepakat i. Saat ini Pemerint ah Jerman mempunyai program bant uan unt uk mendukung kegiat an HoB yang sangat t erkait dan mendukung dengan program kerj a CBD.

(7)

sedangkan dari Indonesia oleh Noor Hidayat , Direkt ur Konservasi Kawasan, Minist ry of Forest ry dan Malaysia oleh Let chumanan Ramat ha, Under Secret ary, Minist ry of Nat ural Resources and Environment .

• Acara diakhiri dengan koment ar dari undangan, anat ara lain delegasi Perancis, Belanda, EU, perwakilan World Bank, ASEAN Cent re Biodiversit y, GRASP UNEP, WWF Int ernat ional, yang menyambut baik t erhadap inisiat if HoB dan memberikan apresiasi kepada 3 negara unt uk keberhasilannya mencapai kesepakat an t erhadap program HoB 3 negara.

B. Pertemuan Tingkat Tinggi Menteri (High Level Segment): 28 Mei 2008

• Topik yang dibahas meliput i: keanekaragaman hayat i pangan dan pert anian; pembangunan dan pengent asan kemiskinan; Access and Benef i t Shar i ng pemanf aat an keanekaragaman genet ik (ABS); keanekaramagan hayat i dan perubahan iklim sert a bahan bakar bilogis (biof uel).

• Dalam kesempat an diat as, Ket ua Delri menyampaikan pandangan Indonesia mengenai perlunya dibent uk i nf or mal consul t at i ve gr oup on ABS, unt uk mencapai kesepakat an diadopsinya rej im int ernasional t ent ang ABS, yait u apakah ABS akan membent uk rej im yang secara hukum mengikat sepert i dibent uknya prot okol at au rej im yang t idak mengikat , pada COP-10 mendat ang. Selain hal t ersebut , Indonesia j uga menyampaikan t ent ang pent ingnya menekan dampak negat if dari produksi biof uel dan konsumsi keanekaragaman hayat i yang t idak lest ari, sehingga Indonesia set uj u apabila pengembangan biof uel harus melalui sist em sert if ikasi.

• Terkait dengan isu Marine Prot ect ed Areas (MPA), Indonesia menyampaikan t ent ang Inisiat if Segit iga Koral (Cor al Tr i angl e Ini t i at i ve/ CTI). Cor al Tr i angl e Ini t i at i ve yang melibat kan 6 negara (Malaysia, Filipina, PNG, Solomon Island, Timor Lest e dan Indonesia), saat ini sedang mengembangkan St rat egi Rencana Aksi 6 negara unt uk konservasi dan pemanf aat an lest ari keanekaragaman hayat i di wilayah coral t riangle yang kaya akan keanekaragaman hayat i laut .

IV. Saran Tindak Lanj ut

1. Terkait dengan isu biof uel, perlu dilakukan penegasan kembali t erhadap Surat Keput usan Bersama Ment eri Kehut anan, Ment eri Pert anian dan Kepala Badan Pert anahan Nasional No. 364/ Kpt s-II/ 1990 t ent ang Ket ent uan Pelepasan Kawasan Hut an dan Pemberian Hak Guna Usaha unt uk Pengembangan Usaha Pert anian; sert a surat Ment eri Kehut anan dan Perkebunan No. 603/ Menhut bun-VIII/ 2000 t anggal 22 Mei 2000 kepada Gubernur/ Kepala Daerah perihal penghent ian/ penangguhan pelepasan kawasan hut an unt uk t uj uan perkebunan. Penegasan dalam bent uk memberikan inst ruksi kembali kepada Gubernur/ Kepala Daerah t erut ama unt uk pembat asan pembukaan lahan unt uk perkebuna t ermasuk unt uk t uj uan produksi biof uel. Hal ini diperlukan selain sebagai bent uk komit men Indonesia dalam upaya menekan laj u kehilangan keanekaragaman hayat i j uga sebagai bent uk sinergit as keput usan CBD dengan kebij akan sekt or kehut anan.

(8)

3. Unt uk isu Prot ect ed Areas, hal-hal yang perlu dit indaklanj ut i selain melakukan gap analysis ket erwakilan ekosist em sebelum 2009, perlu meningkat kan ef ekt if it as pelaksanaan pr ogr am of wor k on pr ot ect ed ar eas melalui pelaksanaan Nat i onal Act i on Pl an on Pr ot ect ed Ar eas (NAPPA) yang sedang dalam proses penyusunan, sert a mensinergikan keput usan sidang dengan rencana st rat egis Dit j en PHKA. Selain it u agar Pusat Rencana dan St at ist ik Kehut anan (Baplan) dapat mengkonsolidasikan Pr ogr am of Wor ks For est Bi ol ogi cal Di ver si t y dan Pr ot ect ed Ar eas kedalam Rencana St rat egis dan Program Depart emen (sekt or kehut anan) sehingga program dapat dilaksanakan di lapangan dan pelaksanaan komit men int ernasional dapat berj alan di lapangan.

4. Selain hal di at as, j uga perlu dipert imbangkan unt uk mengembangkan kebij akan baru mengenai i nnovat i ve f i nanci ng sepert i envi r onment t ax, payment envi r onment al ser vi ces, dan lain-lain yang dapat dipakai sebagai dana t ambahan baru pembiayaan pengelolaan ef ekt if kawasan konservasi dan implement asi sust ai nabl e f or est management.

5. Mengusulkan agar semua kegiat an diat as dapat menj adi rencana kerj a proses NFP (Nat i onal For est Pr ogr am) sehingga kebij akan sekt or kehut anan unt uk mendukung implement asi CBD t erint egrasi dengan baik sert a dilaksanakan oleh para pihak yang t erkait .

Jakart a, 3 Juni 2008

Tim Delegasi Indonesia

(Tim Depart emen Kehut anan)

Sumber:

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan peninjauan itu antara lain untuk (1) Upaya sosialisasi HFA dan kebijakan turunannya baik dalam sistem maupun dalam Renas PB dan RAN PRB; (2) Untuk

[r]

Obligasi (utang) – Pembayaran bunga kepada pemegang saham merupakan beban yang dapat mengurangi besarnya pajak penghasilan.. Saham (modal) – Pembayaran deviden berasal

[r]

Emergency dental treatment can be claimed up to £1,000 per year but cover for accidental dental injury is limited to £250 per treatment.. £6 per month gets you basic dental

Catatan: Jumlah rupiah yang dipindah dari barang dalam proses ke barang jadi merupakan kos barang manufakturan untuk perioda bersangkuntan. Contoh Jurnal Penutupan Kos

Figure 1 show percentage of students who possess sufficient self-confidence (score of 6 and above) to success as an entrepreneur, financing aspect, managerial skill aspect,

mendukung. Ada beberapa definisi mengenai penelitian kulaitatif ini. 3) mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai “Prosedur yang menhasilkan data deskriptif berupa