• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kegiatan : Analisa Regional Perairan Laut dalam Kaitannya dengan Dinamika Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Obyek : Laporan Perjalanan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kegiatan : Analisa Regional Perairan Laut dalam Kaitannya dengan Dinamika Sumberdaya Kelautan dan Perikanan Obyek : Laporan Perjalanan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Hal 1 dari 16

Laporan Perjalanan Dinas

Variasi Umbalan di Perairan Selatan Jawa dan Dampaknya terhadap Migrasi Ikan

(The Java Upwelling Variations and Impacts on Seasonal Fish Migration)

6 – 13 September 2009

Chief BRKP-DKP Ir. Roberto Pasaribu, Chief FIO Mr Jianjun Liu I. PENDAHULUAN

IOD merupakan siklus iklim dengan periode interannual yang meliputi perubahan pada suhu permukaan laut di bagian barat dan timur dari Samudera Hindia Tropis. Nama IOD ini diberikan untuk mewakili struktur dipole (2 kutub) zonal dari parameter-parameter laut-atmosfer seperti, suhu permukaan laut, OLR dan anomali Sea Surface Height (ketinggian muka laut).

Kejadian IOD diawali dengan adanya anomali pergerakan gelombang laut di sepanjang pantai Sumatera-Jawa yang menyebabkan pendinginan temperatur permukaan. Pendinginan ini disertai dengan arus angin ke arah barat yang tidak biasa di sepanjang ekuator yang menghasilkan interaksi atmosfer-laut yang ganjil dan menyebabkan pemanasan pada bagian barat dan menyebabkan munculnya kejadian IOD. Biasanya IOD muncul di antara bulan Juni hingga Agustus. Fenomena yang berlawanan kadang-kadang terlihat jika laut di Indonesia menghangat, yang menyebabkan munculnya IOD negatif.

Karena pentingnya masalah fenomena IOD tersebut maka disepakati untuk melakukan kerjasama riset selama tiga tahun (2007-2009) antara pemerintah Cina (First Institute of Oceanographic, State of Oceanic Administration) dan Indonesia (Badan Riset Kelautan dan Perikanan, DKP) dengan menggunakan wahana Kapal Riset Baruna Jaya III (BPPT) untuk melakukan pemasangan peralatan tambatan (mooring) di Samudera Hindia dan Selat Karimata. Peralatan tersebut untuk mengukur secara in situ kondisi oseanografi mulai dari permukaan sampai kedalaman sekitar 200 meter.

(2)

Gambar Anomali Suhu Permukaan Laut dan Angin rata-rata dari kejadian IOD

Perubahan suhu permukaan laut selama kejadian IOD berhubungan dengan perubahan angin permukaan pada bagian tengah ekuator Samudera Hindia. Bahkan ada angin yang berubah arah dari baratan menjadi timuran selama fase IOD positif (ketika suhu permukaan laut mendingin di timur dan menghangat di barat). Dampak dari perubahan angin ini juga menyebabkan perubahan kedalaman termoklin, termoklin naik di bagian timur dan turun di bagian tengah dan barat. Hal ini disebabkan oleh menguatnya angin musiman timur laut di sepanjang pantai Sumatera (kejadian IOD positif), sehingga terjadi “ upwelling “ di daerah pantai dan pendinginan suhu permukaan laut yang besar di bagian timur.

P

Paaddaa ttaahhuunn 22000077 llaalluu ddii bbuullaann NNoovveemmbbeerr tteellaahh ddiillaakkuukkaann ddeeppllooyymmeenntt mmoooorriinngg ddeennggaann r

raannggkkaaiiaann mmoooorriinngg tteerrddiirrii ddaarrii ::

1. The subsurface buoy, yang berada 200m dibawah permukaan air

2. The T-S chain, pada kedalaman 200m sampai 450m dibawah permukaan air 3. The acoustic releaser

4. The glass balls 5. The anchor. R Raannggkkaaiiaann momooorriinngg ininii mmeemmiilliikkii 5 5 sasatteelliitt yayanngg akakaan n mumunnccuull keke peperrmmuukkaaaan n sesettiiaapp 33 b bululaann sseekkaallii uunnttuukk memennggiirriimmkkaann ddaattaa,, nnaamumun n ssaatteelliitt iinnii ssaammppaaii bbuullaann MaMarreett 2200008 8 kkeemamarriinn b beleluumm jjuuggaa mmeennggiirriimmkkaann ssiinnyyaalnlnyyaa.. Pada bbuulalann AApprriill 22000088,, teteppaattnnyyaa ppaaddaa ppeellaayyaarraann 99 –– 1144 AApprriill 22000088 ddiillaakkuukkaann rereccoovveerryy m

moooorriinngg dedenngagann hahasisill pelayaran yang dilakukan selama kurang lebih 6 hari ini berhasil p mengangkat floater dan benthos release dari rangkaian mooring, sedangkan alat utamanya dinyatakan hilang. Floater dan benthos release yang ditemukan berhasil dinaikkan ke kapal pada hari Jumat malam, tanggal 11 April 2008 pukul 21.15 – 22.15 WIB. Selain recovery mooring, dilakukan pula pengambilan data CTD di sebanyak 6 stasiun.

Pelayaran bulan Desember 2008, tepatnya pada pelayaran tanggal 24 – 30 Desember 2008 dilakukan peletakkan (deploy) kembali peralatan yang baru sebagai ganti yang hilang bulan April lalu dengan posisi yang sama dari yang lalu yaitu 8˚32’0.38“ S 106˚45’43,8“ E. Rangkaian mooring yang di deploy pada pelayaran ini kurang lebih sama dengan tahun 2007 hanya subsurface buoy yang digunakan bentuknya berbeda.

(3)

Hal 3 dari 16

Pelayaran bulan September 2009, tepatnya pada pelayaran tanggal 6 – 13 September 2009 dilakukan recovery mooring yang berhasil mengangkat Floater dan benthos release dan seluruh rangkaian mooring dan meletakannya kembali di posisi semula

I

III.. MMAAKKSSUUDD DDAANN TTUUJJUUAANN

Recovery mooring yang telah diletakan pada cruise sebelumnya dan meletakkan kembali di posisi yang sama (8˚32’0.38“ S 106˚45’43,8“ E), agar dapat mengupload data melalui satelit untuk 3 – 4 bulan ke depan dengan posisi yang sama.

I

IIIII.. LLUUAARRAANN YYANANGG DDIIHHAARRAAPPKKAANN

 Terlaksananya recovery mooring dan deployment mooring di posisi yang sama.

 Perolehan informasi dan data yang didapat dari deployment mooring. I

IVV.. LLIINNGGKKUUPP KKEEGGIIAATTAANN

RReeccoovveeryry mmoooorriinngg ddaann ddeeppllooyy mmoooorriinngg ppaaddaa kkoooordrdiinnaatt ((8˚32,038’ S 106˚45,438 E) V. METODE PENELITIAN

Recovery Mooring dan deploy mooring pada koordinat ((8˚32,038’ S 106˚45,438 E) dengan kedalaman perairan sekitar 1800 m. Rangkaian mooring terdiri dari :

1. The subsurface buoy, yang berada 190m dibawah permukaan air

2. The T-S chain, pada kedalaman 250m sampai 450m dibawah permukaan air 3. The glass balls

4. The acoustic releaser 5. The anchor.

(4)

Dengan gambar detailnya adalah sebagai berikut :

(5)

Hal 5 dari 16

Recovery mooring dilakukan dengan tahapan sebagai berikut :

1. Release mooring (transponder) 2. Surface Buoy muncul ke permukaan

3. Pengangkatan mooring 4. Glass Sphere

(6)

Mooring akan dideploy dengan tahapan pekerjaan sebagai berikut :

1. Persiapan Mooring 2. Surface Buoy

3. Glass Sphere 4. ADCP

(7)

Hal 7 dari 16

VI. PENELITI DAN AWAK KAPAL

No Nama Institusi Keterangan

1 Ir. Roberto Pasaribu, DESS BRKP Chief Scientist

2 Bagus Hendrajana BRKP Engineer

3 August Daulat BRKP Engineer

4 Riswan Hasan BRKP Technician

5 Wahyu Hidayat BRKP Technician

6 Liu Jianjun First Institute of Oceanography, China Co-Chief Scientist

7 Wang Guanlin First Institute of Oceanography, China Scientist

8 Li Kuiping First Institute of Oceanography, China Scientist

9 Wang Haiyuan First Institute of Oceanography, China Scientist

10 Wang Huiwu First Institute of Oceanography, China Scientist

11 Liu Yanliang First Institute of Oceanography, China Scientist

12 Wu Wei First Institute of Oceanography, China Scientist

13 Li Zhi First Institute of Oceanography, China Scientist

14 Capt. Sudarisman PPPGL Master Geomarine 3

15 Landung Murjiyanto PPPGL Chief Officer

16 Afrizal PPPGL 2nd Officer

17 Mas’ud Sanudin PPPGL 3rd Officer

18 Suryanto PPPGL Chief Engineer

19 Danu Mursito PPPGL 1st Engineer

20 Ristiawan PPPGL 2nd Engineer

21 Sonny Ariyanto PPPGL 3rd Engineer

22 Suci Yudi U PPPGL Bosun

23 Asep Utang PPPGL Foreman

24 Martin Siregar PPPGL Technician

25 Jojo Suparjo PPPGL 1st Oiler

26 Ade Irawan PPPGL 2nd Oiler

27 Ateng Marzuki PPPGL 3rd Oiler

28 Johnson PPPGL Mess Boy

29 Dedi Hermawan PPPGL Master Chef

(8)

No Nama Institusi Keterangan

31 Tato Winarto PPPGL Q Master

32 Epri Hamsah PPPGL Q Master

33 Wilman Darmawan, Amd PPPGL Technician

34 Sri Gozali Abiyoso, Amd PPPGL Technician

35 Arif Ali, ST PPPGL Technician

36 Ichwan Ansori PPPGL Technician

37 Nazar Nurdin, ST PPPGL Scientist

38 Andrian W. Jaya, S.Si PPPGL Scientist

39 Alex Harmoko PPPGL Pusdiklat Geologi

40 Kapten (laut) Poerwoko Djalu Djatmiko Dishidros Security Officer

(9)

Hal 9 dari 16

VII. CATATAN PERJALANAN

No Hari /Tanggal Kegiatan Keterangan

1 2 3 4 5 Minggu, 06092009 Senin, 07092009 Selasa, 08092009 Rabu, 09092009 Kamis, 10092009

-. Jam 09.00 Berangkat dari stasiun jatinegara ke Cirebon dengan kereta api

-. Jam 12.00 Tiba di Cirebon

-. Jam 13.00 On Board di Kapal Riset Geomarin III

-. Jam 09.00 Persiapan kapal berlayar

-. Jam 13.00 Kapal Riset Geomarin III berangkat berlayar menuju lokasi survei dengan posisi 8˚32,038’ S 106˚45,438 E

-. On board di Kapal Riset.Geomarin III menuju area survey

-. Jam 05.45 Tiba di lokasi survei pada posisi

8˚32,038’ S 106˚45,438 E di perairan Selatan Jawa.

-. Jam 06.00 Tranduser “Bentos” dimasukkan ke

laut.

-. Jam 07.00 Buoy ditemukan.

-. Jam 09.30 Buoy berhasil diangkat di dek Kapal Riset Geomarin III. ADCP berada di dek.

-. Jam 10.25 Pelampung 1 berhasil di angkat. -. Jam 10.45 CTD 1 berhasil diangkat -. Jam 10.50 CTD 2 berhasil diangkat -. Jam 10.56 Pelampung 2 berhasil diangkat -. Jam 11.25 Pelampung 3 berhasil diangkat -. Jam 12.15 Pelampung 4 berhasil diangkat -. Jam 12.30 Seluruh rangkaian alat pengamatan

berhasil diangkat.

-. Pengolahan data CTD dan ADCP -. Kapal Riset Geomarin III stand by

mengapung di lokasi survei

-. Jam 06.00 Persiapan penurunan buoy mooring -. Jam 07.00 Buoy mooring diturunkan ke laut. -. Jam 07.00 Buoy mooring mengalami masalah

terlilit baling-baling kapal.

-. Jam 07.10 Buoy mooring dilepas dari ikatan dan hanyut.

-. Jam 07.20 Kapal Riset Geomarin III berusaha mengambil dan mengangkat buoy mooring. -. Jam 09.00 Kapal Riset Geomarin III

menurunkan Perahu Karet untuk mengambil buoy mooring.

-. Jam 10.30 Buoy mooring berhasil diangkat

Team BRKP, Scientist China dan SO.

Team survei (BRKP dan P3GL), Scientist china dan seluruh ABK Geomarine III. Peran muka belakang lancar dan aman. Team survei, Scientist china dan seluruh ABK Geomarine III

Team survei, Scientist china dan Seluruh ABK Kapal Riset Geomarin III Team survei dan scientist china.

Team survei, scientist china dan ABK Geomarine III

Team survey dan scientist cina mengecek

(10)

6 Jumat, 11092009

dan ditaruh pada dek kapal Geomarine III. -. Jam 11.00 Buoy mooring berhasil diturunkan

dengan posisi 08º32.0000’S - 108º42.0000’E

-. Jam 11.00 Pelampung 1 berhasil turun -. Jam 11.00 CTD berhasil turun.

-. Jam 11.00 CTD berhasil turun. -. Jam 11.00 Pelampung 2 berhasil turun -. Jam 11.00 Pelampung 3 berhasil turun -. Jam 11. 00 Pelampung 4 berhasil turun

-. Jam 11.00 Release “bentos” berhasil turun.

-. Jam 11.40 Jangkar dan pemberat berhasil

turun dengan posisi : 08º31.0000’S-

108º41.000’E

-. Jam 11.42 Tranduser “Bentos” diturunkan

untuk mengetahui posisi buoy mooring. -. Jam 11.44 Tranduser diangkat dan

pembersihan di dek.

-. Jam 11.45 Kapal Riset Geomarin III bergerak menuju Pelabuhan Merak.

-. Jam 17.00 stop mesin kapal

-. Jam 17.15 Release “bentos” diturunkan

dengan posisi : 07º52.481’S - 106º08.425’E

-. Jam 18.30 Kapal Riset Geomarin III melanjutkan perjalanan menuju Merak -. Jam 11.00 Kapal Riset Geomarin III tiba di

Merak, labuh jangkar dan mempersiapkan penjemputan

Team survei dan scientist cina.

Team survey dan scientist cina

(11)

Hal 11 dari 16

VIII. HASIL AWAL PENELITIAN

Tujuan utama dari cruise yang dilakukan pada bulan September 2009 ini adalah melakukan recovery mooring dari mooring yang telah diletakan pada cruise sebelumnya (Desember 2008), pengambilan data dan peletakan kembali mooring tersebut pada posisi yang sama untuk pengambilan data selanjutnya.

IX. EVALUASI KEGIATAN

Kegiatan yang dilakukan dalam pelayaran kali ini berupa recovery mooring. Sebelum melakukan kegiatan tersebut, terlebih dahulu diadakan technical meeting untuk membahas kegiatan recovery mooring.

Dalam pelaksanaan recovery mooring yang dilaksanakan pada 9 September 2009, terdapat beberapa kegiatan dan metoda pelaksanaan kegiatan yang memerlukan evaluasi lebih lanjut sehingga pelaksanaan kegiatan dapat berlangsung dengan baik, benar dan memenuhi persyaratan keamanan dan keselamatan kerja. Beberapa kegiatan yang dimaksud adalah :

1. Kurang maksimalnya penggunaan peralatan dan perlengkapan yang dapat menunjang keamanan dan keselamatan kerja, seperti Side Winch dan Center Winch yang dapat dipakai untuk menggulung kevlar rope dalam perangkaian mooring sehingga pelaksanaan kegiatan dapat terlaksana dengan maksimal. 2. Kurangnya perencanaan yang lebih matang dalam recovery mooring yang

dilakukan dengan sederhana dan manual sehingga terkesan serabutan dan asal-asalan.

3. Kurangnya kewaspadaan dalam penggunaan peralatan sehingga terdapat beberapa hambatan dalam pelaksanaan, seperti macetnya ”release takal“ pada saat melepaskan pemberat (anchor) yang dapat membahayakan dan mengancam keamanan dan keselamatan kerja.

4. Kurangnya perhitungan akan kelengkapan pengaman pada rangkaian mooring, seperti tidak adanya parasut dalam mooring yang berfungsi memperlambat laju pemberat sewaktu dilepaskan sehingga memperkecil kemungkinan kegagalan.

Setelah pelaksanaan recovery mooring berhasil dilakukan kemudian dilanjutkan dengan pengambilan data dan peletakan kembali mooring di keseokan harinya. Metoda pelaksanaan deploy mooring yang dilakukan pada 10 September 2009 hampir sama dengan metoda yang dipakai sebelumnya, terdapat beberapa permasalahan yang terjadi pada saat deploy mooring tersebut yaitu :

1. Masuknya buoy kedalam baling-baling kapal akibat kurangnya koordinasi antara pihak anjungan dengan operator, teknisi dan peneliti mengenai masalah olah gerak kapal.

2. Kurang lengkapnya peralatan yang diperlukan untuk kegiatan di kapal.

3. Kurangnya penerapan K3 dikapal pada saat penurunan perahu karet untuk menjemput buoy yang mengapung dilaut sehingga terdapat beberapa kesalahan yang dapat mengakibatkan kecelakaan di kapal.

Dalam kegiatan deploy mooring terdapat beberapa tahapan yang dilakukan, antara lain sebagai berikut :

1. Memposisikan kapal sesuai dengan lokasi deploy mooring yang telah ditentukan sebelumnya.

(12)

2. Persiapan peralatan-peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan dalam kegiatan deploy mooring, berupa peralatan dan perlengkapan pendukung seperti peralatan permesinan, perlengkapan keamanan dan keselamatan kerja dan lain-lain.

3. Perangkaian mooring yang dilakukan menyesuaikan dengan rangkaian yang telah direncanakan.

4. Penurunan mooring secara perlahan dan bertahap. 5. Evaluasi deploy mooring.

X. LAMPIRAN

LAMPIRAN 1

GAMBAR LOKASI RECOVERY RANGKAIAN MOORING Posisi Recovery Mooring

FIO’s planned Java Mooring (8,5°S; 106,75°E)

FIO’s planned Karimata Mooring

(13)

Hal 13 dari 16

LAMPIRAN 2

DOKUMENTASI KEGIATAN

Brifieng Safety Dril Presentasi desain survey

Pengambilan surface buoy Deploy mooring, subsurface buoy

(14)

Komponen Mooring

No Foto Keterangan

1 Glass Spere

berfungsi sebagai pelampung

2 Kevlar Rope

3 Surface Buoy

ADCP (Acoustic Doppler Current Profiler) untuk mengukur arah dan kecepatan arus dilengkapi dengan sensor tekanan, suhu

(15)

Hal 15 dari 16

4 RBR-XR-420CT

untuk mengukur konduktivitas, suhu dan tekanan RBR-TDR -420CT untuk mengukur suhu dan

tekanan.

5 RBR-TDR 2050

untuk mengukur temperatur

(16)

7 AR (Acoustic Release) untuk melepas mooring dari

anchor.

8 Anchor

Disusun oleh:

Tim Riset Java Upwelling Variation And Impacts on Seasonal Fish Migration 6 – 13 September 2009

1. Ir Roberto Pasaribu, DESS 2. Bagus Hendrajana, M.Sc 3. August Daulat

4. Riswan Hasan 5. Wahyu Hidayat

Gambar

Gambar Pola Kejadian IOD Positif
Gambar Anomali Suhu Permukaan Laut dan Angin rata-rata dari kejadian IOD
Gambar Rangkaian Mooring
GAMBAR LOKASI RECOVERY RANGKAIAN MOORING  Posisi Recovery Mooring

Referensi

Dokumen terkait

Rekan-rekan petugas tera dan staf UPTD Balai Metrologi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung yang telah membantu penulis dalam melakukan penelitian dan penyebaran kuisioner

Hasil penelitian menunjukan bahwa penderita diabetes mellitus di RS “X” Purwodadi paling banyak menggunakan insulin pen jenis Novomix paling banyak digunakan oleh 22 responden

Prinsip kerja rem hidrolik adalah menggunakan hukum pascal yaitu gaya penampang dari fluida akan menghasilkan tekanan yang akan diteruskan ke segala arah dengan sama besar.

Angket penelitian aspek bakat memiliki dua indikator, indikator pertama adalah pemahaman siswa terhadap pembelajaran fisika, berdasarkan data yang telah didapatkan

Delici ekipmanın aynadan çekilmesi, delici kolların manevra için aynadan çekilip sabitenmesi, Jumbo denge ayar kollarının kaldırılması ve su, elektrik vs. gibi

Tugas seorang pengajar tidak hanya sebatas menyampaikan materi pelajaran kepada para anak didik saja,akan tetapi bagaimana metode pengajaran dalam pendidikan islam.Agar

Menurut Tessmer (dalam Silva, Evy Y, 2011) penelitian ini terdiri dari dua tahap yaitu preliminary dan tahap formatif evaluation yang meliputi self evaluation, expert review,

CAGAR ALAM LEUWEUNG SANCANG (2.157 HA) GARUT: PADA MASA SILAM SEBAGAI HABITAT BURUNG