• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I MENGENAL SEJARAH ASURANSI, MANFAAT DAN FUNGSINYA. 1. Asuransi Zaman Kuno (Zaman Sebelum Masehi)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I MENGENAL SEJARAH ASURANSI, MANFAAT DAN FUNGSINYA. 1. Asuransi Zaman Kuno (Zaman Sebelum Masehi)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

MENGENAL SEJARAH ASURANSI, MANFAAT DAN FUNGSINYA

A. Sejarah Asuransi di Dunia

1. Asuransi Zaman Kuno (Zaman Sebelum Masehi)

Diharapkan dengan mengawali pengetahuan tentang sejarah asuransi akan lebih mudah dalam menghayati atau menjiwai tentang latar belakang dan asal usul asuransi. Dari penggalian sejarah perekonomian dan kebudayaan manusia, sejak zaman sebelum masehi ditemukan riwayat asal usul sampai perkembangan asuransi seperti sekarang ini. Pada perkembangan awalnya asuransi belum berbentuk seperti sekarang, namun masih dalam bentuk yang masih samar.

Konsep asuransi sebenarnya sudah dikenal sejak jaman sebelum masehi dimana manusia pada masa itu telah mengenal cara untuk menyelamatkan jiwanya dari berbagai ancaman, antara lain kekurangan bahan makanan. Salah satu cerita mengenai kekurangan bahan makanan terjadi pada jaman Mesir Kuno semasa Raja Firaun berkuasa. Suatu hari sang raja bermimpi yang diartikan oleh Nabi Yusuf bahwa selama 7 tahun negeri Mesir akan mengalami panen yang berlimpah dan kemudian diikuti oleh masa paceklik selama 7 tahun berikutnya. Untuk berjaga-jaga terhadap bencana kelaparan tersebut, Raja Firaun mengikuti saran Nabi Yusuf dengan menyisihkan sebagian dari hasil panen pada 7 tahun pertama sebagai cadangan bahan makanan pada masa paceklik. Dengan demikian pada masa 7 tahun masa paceklik rakyat Mesir terhindar dari risiko bencana kelaparan hebat yang melanda seluruh negeri.

Selain itu, sebuah buku kuno dari India yang dinamai “Rig Veda” yang ditulis dalam bahasa Sansekerta menyebutkan riwayat tentang “Yoga Kshema” yang berarti pertanggungan. Riwayat di atas adalah sebagai bukti bahwa manusia senantiasa memikirkan dan mempersiapkan kehidupan masa depannya.

Kemudian sekitar tahun 2250 sebelum Masehi, bangsa Babylonia yang hidup di daerah lembah sungai Euphrat dan Tigris (sekarang menjadi wilayah Irak), pada waktu itu apabila seorang pemilik kapal memerlukan dana untuk mengoperasikan kapalnya atau melakukan suatu usaha dagang, ia dapat meminjam uang dari seorang saudagar (kreditur) dengan menggunakan kapalnya sebagai jaminan dengan perjanjian bahwa si Pemilik kapal dibebaskan dari pembayaran hutangnya apabila kapal tersebut selamat sampai tujuan, di samping sejumlah uang sebagai imbalan atas risiko yang telah dipikul oleh pemberi pinjaman. Tambahan biaya ini dapat dianggap sama dengan “uang premi” yang dikenal pada asuransi sekarang. Di samping kapal yang dijadikan barang jaminan, dapat pula dipakai sebagai jaminan berupa barang-barang muatan (cargo). Transaksi seperti ini disebut “respondenta contract ”.

Dilanjutkan kemudian pada tahun 2000 sebelum Masehi, dimana para saudagar dan aktor di Italia pada waktu itu telah membentuk Collegia Tennirium, yaitu semacam lembaga asuransi yang bertujuan membantu para janda dan anak-anak yatim dari para anggota yang meninggal. Perkumpulan serupa yaitu Collegia

(2)

Nititum, kemudian berdiri dengan beranggotakan para budak belian yang diperbantukan pada ketentaraan kerajaan Roma (Rahman, Afzalur).

Dahulu, konsep asuransi sangat berkaitan erat dengan kehidupan masyarakat primitif yang berkelompok. Dalam masyarakat primitif, orang hidup bersama dalam keluarga besar atau suku dimana kebutuhan-kebutuhannya dipenuhi dan dilindungi melalui kerjasama dan saling membantu. Oleh karena itu, mereka merasa tidak memerlukan suatu asuransi karena semua resiko sepenuhnya dilindungi oleh masyarakat. Pada waktu keluarga atau suku berubah menjadi kehidupan yang berpindah-pindah, secara teori keluarga tersebut mulai menghadapi berbagai macam bahaya tanpa adanya perlindungan dari keluarga maupun sukunya. Saat itulah mulai dirasakan perlunya perlindungan terhadap ancaman tersebut sebagai unsur awal munculnya asuransi.

Sampai akhirnya, pada tahun 1000 sebelum Masehi masyarakat kuno telah berhasil mengenal prinsip dasar asuransi, yang dikenal saat itu dengan istilah “hukum laut”. Dalam konsep hukum laut di jaman kuno, perahu-perahu mengalami kesulitan mendarat akibat malam yang gelap gulita. Untuk mengatasi hal itu, disepakati mengupayakan penerangan dengan cara melemparkan sesuatu ke laut, sehingga laut menjadi terang dan hasilnya dapat dinikmati para nelayan. Karena penerangan yang dihasilkan oleh upaya itu dinikmati bersama oleh para nelayan, maka disepakati untuk menanggung bersama upaya itu. Dengan kata lain, “segala yang dikorbankan untuk manfaat bersama harus dipikul (kontribusi) secara bersama-sama”. Hukum kuno tersebut menjadi dasar dari prinsip semua asuransi, “a common contribution for the common good” .1

Di kalangan masyarakat China kuno juga sudah dikenal konsep asuransi, yaitu masyarakat memberikan dana secara rutin kepada sinshe tanpa memperhatikan apakah mereka sakit atau tidak. Ketika salah seorang anggota keluarga masyarakat sakit, mereka membawa si sakit ke shinse tanpa membayar lagi.

Selain itu di Timur Tengah, konsep asuransi juga sudah berkembang sejak jaman kuno yang tumbuh di kalangan pedagang yang berbisnis lintas daerah (kini lintas negara). Berdagang di gurun pasir luas, dari Yaman di Selatan sampai Suriah di utara atau dari Libia di barat sampai Iran di timur, mempunyai risiko kehilangan arah karena luasnya gurun pasir. Untuk menghindari beban ekonomi para keluarga kafilah yang berdagang jauh tersebut, para kafilah bersepakat mengumpulkan dana yang akan digunakan untuk memberikan santunan kepada anggota keluarga kafilah yang hilang atau meninggal dalam perjalanan bisnisnya.

Riwayat-riwayat di atas, adalah sebagai bukti bahwa manusia senantiasa memikirkan dan mempersiapkan kehidupan masa depannya. Manusia pada umumnya mempunyai naluri selalu berusaha menyelamatkan jiwanya dari berbagai ancaman, termasuk ancaman kekurangan makan/pangan, ancaman bahaya dan bentuk ancaman-ancaman lainnya.

2. Asuransi Zaman Modern (Zaman Pertengahan Abad 19)

(3)

Asuransi modern berkembang luas di Eropa pada pertengahan abad ke 19 pasca revolusi industri. Masa itu tumbuh harapan kehidupan baru yang baik, namun disisi lain terjadi peningkatan risiko dalam kehidupan rumah tangga. Kehidupan tradisional berbasis pertanian lebih menjanjikan kestabilan dan kepastian pendapatan jangka panjang dibandingkan dengan kehidupan industri. Ketidakpastian itu memicu tumbuhnya perkumpulan (asosiasi, societies, club, dan sebagainya) yang bertujuan menanggung bersama berbagai risiko yang menimpa anggota suatu kelompok akibat industrialisasi tersebut.

Perkumpulan itu kemudian berkembang pesat di beberapa negara, seperti Jerman, Denmark, Swedia, Norwegia, Swiss, dan Belanda, ditandai dengan pembentukan berbagai klub yang melakukan upaya bersama untuk menghadapi anggota perkumpulan yang menderita sakit, sehingga perkumpulan itu disebut sick clubs, mutual benefit funds, cooperatives, atau societies. Di Inggris dikenal Friendly Societies dan Saturday Funds yaitu asosiasi para pedagang untuk mengatasi berbagai risiko dalam menjalankan usahanya.

Dilihat dari keanggotaan dan bentuk perkumpulannya, dikenal beberapa variasi kelompok atau perkumpulan seperti serikat pekerja usaha dagang, industri kecil, pekerja di berbagai sektor, pengrajin, pengusaha (waktu itu masih kecil atau menengah), dokter secara perorangan, asosiasi dokter, kelompok keagamaan, dan perusahaan asuransi. Jenis asuransi yang umum di abad ke-19 adalah mutual aid societies yaitu bentuk gotong royong informal yang mengumpulkan iuran dari para anggota perkumpulan dan menjanjikan memberikan uang tunai (cash benefit) ketika anggota yang mengalami cacat (hilang kemampuan/disable) yang disebabkan oleh kecelakaan atau penyakit, sehingga anggota itu tidak mampu berdagang atau bekerja lagi.

Konsep asuransi, mulai berkembang di Eropa pada tahun 1883 ketika Kanselir Otto von Bismarck mewajibkan seluruh pekerja untuk bergabung dalam Dana Sakit (sicknes fund, zieken fond). Bismarck berpendapat penduduk harus mendapatkan haknya pada masa-masa sulit seperti ketika jatuh sakit. Hak tersebut diatur melalui suatu mekanisme khusus yang berasal dari kontribusinya sendiri, bukan sumbangan orang.

Negara harus menjamin agar hak tersebut terpenuhi dengan cara mewajibkan pekerja membayar iuran untuk dirinya sendiri. Sebagai konsekuensinya, ketika orang mengalami kegagalan mendapatkan upah akibat sakit, orang tersebut berhak mendapatkan penggantian kehilangan upah tersebut. Jadi manfaat yang diberikan bukan biaya pengobatan atau perawatan, akan tetapi pengganti upah yang hilang karena tidak mampu bekerja (tuna karya sementara) akibat suatu penyakit. Pada awalnya, kewajiban ini hanya dikenakan kepada pekerja kelas atas (white collar), kemudian diperluas hingga pekerja, kasar, pelajar, mahasiswa, dan petani. B. Sejarah Asuransi di Indonesia

1. Asuransi Zaman Penjajahan

Bisnis asuransi masuk ke Indonesia pada waktu penjajahan Belanda, dan negara kita pada waktu itu disebut Nederlands Indie. Keberadaan asuransi di negeri

(4)

kita ini sebagai akibat berhasilnya bangsa Belanda dalam sektor perkebunan dan perdagangan di negeri jajahannya.

Untuk menjamin kelangsungan usahanya, maka adanya asuransi mutlak diperlukan. Dengan demikian usaha perasuransian di Indonesia dapat dibagi dalam dua kurun waktu, yakni zaman penjajahan sampai tahun 1942 dan zaman sesudah perang dunia II atau zaman kemerdekaan. Pada waktu pendudukan bala tentara Jepang selama kurang lebih tiga setengah tahun, hampir tidak mencatat sejarah perkembangan. Perusahaan-perusahaan asuransi yang ada di Hindia Belanda pada zaman penjajahan itu adalah:

a. Perusahaan-perusahaan yang didirikan oleh orang Belanda.

b. Perusahaan-perusahaan yang merupakan Kantor Cabang dari Perusahaan Asuransi yang berkantor pusat di Belanda, Inggris dan di negeri lainnya.

Dengan sistem monopoli yang dijalankan di Hindia Belanda, perkembangan asuransi kerugian di Hindia Belanda terbatas pada kegiatan dagang dan kepentingan bangsa Belanda, Inggris, dan bangsa Eropa lainnya. Manfaat dan peranan asuransi belum dikenal oleh masyarakat, lebih-lebih oleh masyarakat pribumi.

Jenis asuransi yang telah diperkenalkan di Hindia Belanda pada waktu itu masih sangat terbatas dan sebagian besar terdiri dari asuransi kebakaran dan pengangkutan. Asuransi kendaraan bermotor masih belum memegang peran, karena jumlah kendaraan bermotor masih sangat sedikit dan hanya dimiliki oleh bangsa Belanda dan bangsa asing lainnya. Pada zaman penjajahan tidak tercatat adanya perusahaan asuransi kerugian satupun. Selama terjadinya perang dunia II kegiatan perasuransian di Indonesia praktis terhenti, terutama karena ditutupnya perusahaan-perusahaan asuransi milik Belanda dan Inggris.

2.

Asuransi Zaman Kemerdekaan

Setelah perang dunia usai, perusahaan-perusahaan Belanda dan Inggris kembali beroperasi di negara yang sudah merdeka ini. Sampai tahun 1964 pasar industri asuransi di Indonesia masih dikuasai oleh perusahaan asing, terutama Belanda dan Inggris.

Pada awal mulanya beroperasi di Indonesia mereka mendirikan sebuah badan yang disebut “Bataviasche Verzekerings Unie” (BVU) pada tahun 1946, yang melakukan kegiatan asuransi secara kolektif. Dengan demikian dari setiap penutupan, masing-masing anggota BVU memperoleh share tertentu. Cara ini dilakukan mengingat keadaan pada waktu itu belum teratur dan tenaga asuransi masih kurang sekali.

Pada tahun 1950 berdiri sebuah perusahaan asuransi kerugian yang pertama, yakni Maskapai Asuransi Indonesia yang kemudian pada awal tahun 2004 sudah menjadi PT. MAI PARK. Pada saat itu, sebagai perintis perusahaan asuransi kerugian nasional yang pertama, maka perusahaan ini harus bersaing dengan perusahaan asuransi asing yang unggul baik dalam faktor permodalan maupun pengetahuan teknis.

(5)

Dengan berdirinya perusahaan asuransi kerugian nasional tersebut, keberanian pengusaha nasional dipacu untuk mendirikan perusahaan-perusahaan asuransi kerugian. Keberanian ini didukung pula oleh Peraturan Pemerintah bahwa semua barang impor harus diasuransikan di Indonesia. Pengaturan ini dimaksudkan untuk menanggulangi pemakaian devisa untuk membayar premi asuransi di luar negeri.

Selanjutnya pada tahun 1953, berdiri pula perusahaan swasta nasional yang bergerak dalam bidang reasuransi Belanda dan Inggris di Indonesia, pemakaian devisa untuk membayar premi reasuransi ke luar negeri juga masih tetap besar. Untuk menanggulangi hal ini, didirikanlah pada tahun 1954 sebuah perusahaan reasuransi profesional, yakni “PT. Reasuransi Umum Indonesia” yang mendapat dukungan dari bank-bank pemerintah.

Lembaga yang tersebut terakhir ini mengeluarkan peraturan-peraturan yang mengikat untuk perusahaan-perusahaan asuransi asing untuk menggunakan jasa perusahaan reasuransi nasional. Langkah-langkah yang diambil pemerintah dalam hal ini memberikan hasil yang diharapkan. Kegiatan PT. Reasuransi Umum Indonesia pada tahun 1963 diperluas dengan kegiatan reasuransi jiwa.

Pada saat PT. Reasuransi Umum Indonesia didirikan, banyak perusahaan-perusahaan asuransi kerugian nasional bermunculan, tetapi perkembangannya masih terhambat oleh persaingan yang berat dari perusahaan-perusahaan asuransi swasta asing.

C.

Manfaat Asuransi

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) pada saat ini memberi maanfaat dan kemudahan bagi kehidupan manusia, dampak positif yang ditimbulkan sangat mendukung kegiatan manusia modern, akan tetapi disamping dampak positif yang ditimbulkan juga terdapat dampak negatifnya bagi kehidupan manusia itu sendiri.

Pada dasarnya sepanjang hidup, kapan saja dimana saja, manusia selalu menghadapi kemungkinan terjadinya peristiwa yang tidak diharapkan. Peristiwa tersebut tidak menyenangkan bahkan mungkin merugikan diri sendiri atau orang lain. Peristiwa ini tentunya akan berdampak negatif pada kehidupan manusia yaitu adanya kerugian materiil maupun imateriil. Dengan kata lain hidup manusia selalu dihadapkan dengan risiko.

Peristiwa yang tidak pasti atau peristiwa yang dapat menimbulkan risiko sudah tentu tidak dapat dihilangkan, namun manusia yang diberi akal dan pikiran oleh-NYA dapat menghindari atau meminimalisir peristiwa atau risiko yang akan terjadi padanya. Salah satu cara yang dapat ditempuh adalah dengan mengalihkan atau mendistribusikan risiko-risiko tersebut pada pihak atau lembaga yang mau menerimanya.

Usaha yang dilakukan manusia pada hakekatnya adalah merupakan upaya untuk mengganti ketidakpastian menjadi suatu kepastian. Pihak-pihak yang dapat mewujudkan upaya ini adalah perusahaan asuransi atau lembaga pertanggungan. Dengan menggunakan asuransi orang dapat memperoleh perlindungan atau

(6)

proteksi terhadap peristiwa yang tidak pasti yang akan menimpanya sehingga kerugian yang mungkin timbul dapat diperkecil. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa perusahaan asuransi dapat memberikan jaminan perlindungan atas kelangsungan kehidupan manusia atau individu-individu, masyarakat maupun perusahaan. Sehingga perusahaan asuransi mempunyai peranaan yang penting pada bidang perekonomian dan sosial.

Pada hakekatnya asuransi adalah suatu perjanjian antara nasabah asuransi (tertanggung) dengan perusahaan asuransi (penanggung) mengenai pengalihan resiko dari nasabah kepada perusahaan asuransi. Resiko yang dialihkan meliputi: kemungkinan kerugian material yang dapat dinilai dengan uang yang dialami nasabah, sebagai akibat terjadinya suatu peristiwa yang mungkin/belum pasti akan terjadi (uncertainty of occurrence and uncertainty of loss). Misalnya:

1. Resiko terbakarnya bangunan dan/atau harta benda di dalamnya sebagai akibat sambaran petir, kelalaian manusia, arus pendek.

2. Resiko kerusakan mobil karena kecelakaan lalu lintas, kehilangan karena pencurian.

3. Meninggal atau cedera akibat kecelakaan, sakit. 4. Banjir, angin topan, badai, gempa bumi, tsunami.

Setiap asuransi pasti bermanfaat, di samping sebagai bentuk pengendalian risiko (secara finansial), asuransi juga memiliki berbagai manfaat, yang secara umum manfaatnya adalah:

1. Memberikan jaminan perlindungan dari risiko-risiko kerugian yang diderita satu pihak.

2. Meningkatkan efisiensi, karena tidak perlu secara khusus mengadakan pengamanan dan pengawasan untuk memberikan perlindungan yang memakan banyak tenaga, waktu dan biaya.

3. Transfer resiko, yaitu dengan membayar premi yang relatif kecil, seseorang atau perusahaan dapat memindahkan ketidakpastian atas hidup dan harta bendanya (resiko) ke perusahaan asuransi.

4. Pemerataan biaya, yaitu cukup hanya dengan mengeluarkan biaya yang jumlahnya tertentu dan tidak perlu mengganti/membayar sendiri kerugian yang timbul yang jumlahnya tidak tentu dan tidak pasti.

5. Dasar bagi pihak bank untuk memberikan kredit karena bank memerlukan jaminan perlindungan atas agunan yang diberikan oleh peminjam uang.

6.

Sebagai tabungan, karena jumlah yang dibayar kepada pihak asuransi akan dikembalikan dalam jumlah yang lebih besar. Hal ini khusus berlaku untuk asuransi jiwa.

7.

Menutup Loss of Earning Power seseorang atau badan usaha. Selain itu, beberapa manfaat lain dari dari asuransi, yaitu:

1. Asuransi memberikan rasa terjamin atau rasa terlindung dalam menjalankan usaha, ini berarti bahwa penggantian kerugian terhadap sejumlah uang atas kerugian yang diderita sangat membantu kelangsungan jalannya suatu usaha. Sedangkan pembayaran premi yang dilakukan secara bertahap dalam jumlah yang relatif kecil masih dapat dilaksanakan.

2. Asuransi menaikkan efisiensi dan kegiatan perusahaan. Dalam hal ini yang dimaksud adalah jika suatu risiko besar atau ketidakpastian dapat diatasi maka akibatnya akan terasa pada kegiatan selanjutnya dari suatu usaha, artinya bahwa kegiatan itu akan lebih meningkat. Dengan memperalihkan risiko yang

(7)

besar kepada tertanggung, maka pengusaha dapat mencurahkan perhatiannya pada perbaikan-perbaikan pada usahanya sehingga dapat memberikan kemajuan pada perusahaanya.

3. Asuransi merupakan dasar pertimbangan atau persyaratan pemberian suatu kredit. Benda tetap yang dipakai jaminan atau agunan kredit oleh Bank dapat diharuskan untuk dipertanggungkan. Dengan demikian kalau terjadi sesutu pada tertanggung, bank tidak akan dirugikan karena masih dapat mengharapkan ganti rugi dari penanggung.

D. Fungsi Asuransi

Fungsi utama dari asuransi adalah sebagai mekanisme untuk mengalihkan resiko (risk transfer mechanism), yaitu mengalihkan resiko dari satu pihak (tertanggung) kepada pihak lain (penanggung). Pengalihan resiko ini tidak berarti menghilangkan kemungkinan misfortune, melainkan pihak penanggung menyediakan pengamanan finansial (financial security) serta ketenangan (peace of mind) bagi tertanggung. Sebagai imbalannya, tertanggung membayarkan premi dalam jumlah yang sangat kecil bila dibandingkan dengan potensi kerugian yang mungkin dideritanya.2

Fungsi asuransi secara umum terbagi atas 3, yaitu:

1.

Fungsi Primer/ Utama (Primary Function)

Fungsi Primer dari asuransi adalah penyediaan risk transfer mechanism (mekanisme pengalihan resiko) melalui alat atau cara common pool yang mana setiap pemegang polis membayar premi yang adil dan seimbang (Equitable Premiums), sesuai dengan tingkat resiko kerugian atas pertanggungan yang dibawanya ke dalam pool tersebut.

Perorangan atau badan usaha dapt mengalihkan/ memindahkan sebagian dari ketidakpastian terjadinya suatu resiko kepada pihak lain dengan cara membayar sejumlah premi yang relatif sangat kecil jika dibandingkan dengan kerugian yang kemungkinan dihadapi.

Risk transfer mechanism (mekanisme pengalihan resiko) dilakukan karena faktor ketidaktahuan atau ketidakpastian terhadap: "Terjadi atau tidak terjadi kerugian" dan "Seberapa besar kerugian apabila terjadi".

Contohnya: Dalam setahun tercatat rata-rata ada 100 buah rumah yang terbakar. Seorang pemilik rumah akan menyadari bahwa dia menghadapi ketidakpastian apakah ditahun yang akan datang rumahnya termasuk salah satu dari yang 100. Jika dia termasuk yang rnenderita kebakaran, akan seberapa besar kerugian yang dialaminya. Walaupun berdasarkan statistik rumah-rumah yang mereka miliki tergolong kecil probabilitas terjadinya kebakaran, para pemilik rumah cenderung memilih untuk membayar premi dibandingkan menghadapi ketidakpastian yang kerugiannya jauh lebih besar. Dalam hal badan usaha atau perusahaan nilai kerugian yang dihadapi biasanya jauh lebih besar dibandingkan dengan pemilik rumah. Disamping itu resiko yang dapat terjadi dari sifat operasi usahanya jauh lebih

(8)

tinggi. Sehingga mereka kebanyakan memilih untuk membayar prerni sebagai baya yang sudah pasti untuk pengalihan resiko daripada menghadapi ketidakpastian menanggung resiko kerugian.

2.

Fungsi Subsidi/Tambahan (Subsidiary Function)

Fungsi Subsidi/ Tambahan (Subsidiary Function) dari asuransi adalah sebagai stimulus to business enterprise (mendorong pertumbuhan dunia usaha), yaitu merubah fungsi dana (fund) yang tidak produktif dan menyalurkannya ke dalam bentuk investasi pengembangan usahal bisnis yang produktif.

Tanpa ada asuransi, perusahaan/ pabrik ukuran menengah keatas mungkin perlu membentuk cadangan (reserve) untuk keperluan emergencies (darurat) yang menempatkan masa depan usaha pada kemungkinan untuk berjalan terus dalam bahaya. Cadangan dimaksud nilainya tentu besar dan apabila diinvestasikan keluar (secara eksternal) dengan kondisi yang bisa cepat liquid, rate of returnya akan relatif kecil.

Dengan asuransi, biaya (fixed cost) untuk premi relatif kecil. Cadangan tadi dapat di release dan disalurkan untuk investasi internal melalui pengembangan usaha, misalnya untuk mesin-mesin, bangunan atau stock material untuk peningkatan produksi.

Di perusahaan kecil, asuransi merupakan alternatif utama dalam menjaga kelangsungan usaha dari kemungkinan terjadinya kejadian kerugian. Karena dapat dimengerti keterbatasan dana yang dimiliki. Sedangkan bagi perusahaan yang lebih besar akan memberikan confidence bagi para eksekutif dalam menghadapi kemungkinan kerugian. Mereka akan dapat lebih berkonsentrasi pada fungsi yang sebenarnya untuk menjalankan usaha secara professional. Disamping itu juga, mereka dapat berkonsentrasi pada sektor produksi dan resiko-resiko dagang tanpa dibebani kekuatiran akan tidak tercapainya sasaran usaha oleh sebab kebakaran atau resiko-resiko yang diasuransikan.

Penulis berpendapat bahwa asuransi membantu mengantar suatu pendekatan yang lebih baik kepada suatu alokasi optium atas faktor-faktor produksi yang dapat membantu level harga pada tingkat optium. Seringkali pihak-pihak yang berniat menempatkan investasi pada proyek-proyek yang baru hanya akan dilakukan apabila di dalam kontrak pembangunannya dicantum cover asuransi yang memadai.

Demikian untuk perdagangan internasional juga dirangsang/ didorong oleh asuransi, sebagaimana polis marine cargo adalah salah satu dokumen yang esensial bagi exportir/penjual dalam meminta bill of exchange, dengan demikian akan dapat mencairkan LC segera, daripada uangnya (funds) tersimpan (terikat di bank) sehubungan dengan cargonya masih di laut lepas.

Di samping sebagai stimulus to business enterprise (mendorong pertumbuhan dunia usaha), Fungsi Subsidi/ Tambahan (Subsidiary Function) dari asuransi yang lain adalah:

a.

dapat mencegah kerugian (loss prevention),

(9)

c.

manfaat sosial kepada masyarakat (social benefits),

d.

tabungan (savings) dalam asuransi jiwa (life assurance).

3.

Fungsi Terkait (Associate Function)

Fungsi terkait (associate function) dari asuransi adalah: (a) sebagai investasi dana, dan (b) invisible earnings. Disamping kedua fungsi terkait tersebut, fungsi terkait asuransi yang lain diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Asuransi sebagai lembaga proteksi

Dalam menjalankan kegiatan sehari-hari seringkali manusia dihadapkan dengan berbagai risiko yang ada. Demikian juga pada dunia usaha atau bisnis, risiko yang dihadapi semakin bervariasi. Risiko-risiko yang ada ini dapat ditransfer atau didistribusikan kepada pihak lain yang mau menerima pendistribusian risiko tersebut. Pihak yang sanggup menerima pendistribusian risiko ini adalah lembaga asuransi atau lembaga pertanggungan, karena lembaga ini yang dapat memberikan proteksi berupa jaminan yang ditanggung oleh tertanggung sesuai dengan perjanjian yang tertuang dalam polis.

Dengan demikian dapat dikatakan bahwa peranan utama dari lembaga asuransi yaitu adalah pemberian proteksi.

b. Asuransi sebagai lembaga keuangan

Perusahaan asuransi dapat memobilisasi dana dari masyarakat dengan cara mengumpulkan premi dari masyarakat, melalui penjualan polis, maka perusahaan asuransi dapat melakukan pengumpulan dana dari masyarakat (pool of common fund).

Kemudian dana yang sudah terkumpul ini dapat dibagi menjadi dua yaitu dalam bentuk cadangan premi dan cadangan klaim, pada dana yang dialokasikan untuk cadangan klaim maka akan digunakan untuk pembayaran klaim-klaim yang ada, sedangkan dana cadangan premi dapat dikembangkan dengan cara diinvestasikan dengan jangka pendek maupun panjang untuk memelihara kasehatan keuangan.

Memahami kondisi serta hal-hal tersebut di atas, maka peranan asuransi dalam kehidupan masyarakat sudah demikian pentingnya terutama di dalam dunia usaha yang meliputi hampir semua aspek kehidupan dan kegiatan manusia dalam usaha untuk memberikan proteksi serta penghimpun dan yang dibutuhkan dalam pembangunan ekonomi dan terlebih dari itu membuka peluang kesempatan kerja yang luas sekali karana membutuhkan sumber daya manusia dengan beragam disiplin ilmu terutama disiplin ilmu asuransi.

Referensi

Dokumen terkait

Variabel yang diteliti yaitu jumlah kematian bayi yang berusia di bawah satu tahun per seribu kelahiran hidup pada tahun 2010 sebagai variabel respon dan

Konteks yang terjadi pada data konversasi di atas melibatkan setting tempat dan waktu di mana ujaran tersebut diujarkan, kegiatan berupa interaksi berbahasa

Ekspor Produk COVID-19 Medical Supplies asal Indonesia juga tidak terlepas dari interdependensi dengan negara lain pada level yang beragam. Dari 17 kelompok produk yang merupakan

Hasil penelitian disimpulkan bahwa minat mahasiswa untuk belajar Bahasa Inggris di Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Jambi berada pada tingkatan Tinggi

Matriks SWOT Asuransi Jiwa Perorangan AJB Bumiputera 1912 KPR Pekanbaru Faktor Internal Faktor Eksternal Strength (S) x Brand name x Kualitas pelayanan x

Secara umum, penentuan mekanisme sumber gempa dengan metode bentuk gelombang dapat menghasilkan bidang patahan yang sebenarnya dan relatif lebih teliti bila dibandingkan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dengan menggunakan MFT untuk mengetahui tingkat VO 2 max wasit hockey puteri lisensi tingkat dasar, dapat diketahui

Pembuatan usaha produk paving block dengan menggunakan limbah fly ash batubara ini mempunyai target untuk memenuhi kebutuhan atau keinginan konsumen dalam