• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERHITUNGAN PERKIRAAN KONSENTRASI RADIOAKTIVITAS ALPHA DI DALAM SALURAN PERNAPASAN PADA KONDISI OPERASI NORMAL INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PERHITUNGAN PERKIRAAN KONSENTRASI RADIOAKTIVITAS ALPHA DI DALAM SALURAN PERNAPASAN PADA KONDISI OPERASI NORMAL INSTALASI ELEMEN BAKAR EKSPERIMENTAL"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

ISSN 1978-0176

PERHITUNGAN PERKIRAAN KONSENTRASI RADIOAKTIVITAS

ALPHA DI DALAM SALURAN PERNAPASAN PADA KONDISI

OPERASI NORMAL INSTALASI ELEMEN BAKAR

EKSPERIMENTAL

Budi Prayitno

1

, Suliyanto

2

, Eko Pudjadi

3 1,2

Pusat Teknologi Bahan Bakar Nuklir, Gedung 20, BATAN, Serpong 3

Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi, BATAN, Jakarta

ABSTRAK

PERHITUNGAN KONSENTRASI RADIOAKTIVITAS ALPHA DI DALAM SALURAN

PERNAPASAN PADA KONDISI OPERASI NORMAL INSTALASI ELEMEN BAKAR

EKSPERIMENTAL. Perhitungan perkiraan konsentrasi radioaktivitas alpha di dalam saluran pernapasan

pada kondisi operasi normal Instalasi Elemen Bakar Eksperimental, telah dilakukan. Perhitungan ini bertujuan untuk melihat seberapa besar konsentrasi radionuklida gross alpha yang terhirup oleh pekerja, dibandingkan dengan batasan yang direkomendasikan oleh IAEA (International Atomic Energy Agency). Metode yang digunakan menggunakan pendekatan model biokinetika sistem pernapasan manusia sesuai ICRP (International Commission on Radiological Protection) Publikasi 66/1994, yang diekstrapolasi dari pengukuran konsentrasi aktivitas radionuklida pemancar alpha di udara. Pengukuran radionuklida pemancar alpha, jumlah dan diameter partikulat di udara dilakukan di ruang HR-05. Hasil pengukuran radioaktivitas alpha di udara tertinggi sebesar (3,053 ± 0,095) Bq/m3 di ruang HR-05, namun masih di bawah batasan yang diperbolehkan (20 Bq/m3). Hasil perkiraan konsentrasi radioaktivitas alpha untuk organ saluran pernapasan tertinggi terjadi pada bulan Mei 2011 pada Extrathoracic bagian atas, Extrathoracic bagian bawah, Bronchi, Bronchioles dan Alveolar-interstitial, berturut turut sebesar: 0,441 Bq/m3; 0,562 Bq/m3; 0,038 Bq/m3; 0,058 Bq/m3 dan 0,340 Bq/m3. Hasil perhitungan selanjutnya, menunjukkan bahwa, aktivitas radionuklida pemancar alpha di paru-paru untuk pekerja di ruang HR-05 sebesar 0,745 Bq/menit per-gram paru-paru. Mengingat adanya akumulasi partikel alpha dalam saluran pernapasan, maka petugas proteksi radiasi (PPR) dan pekerja radiasi perlu memperhatikan prinsip ALARA (As Low As Reasonably Achievable).

Kata kunci: Diameter partikulat, model biokinetika, proses inhalasi, radioaktivitas alpha

ABSTRACT

ESTIMATE CALCULATION OF ALPHA RADIOACTIVITY CONCENTRATION IN THE RESPIRATORY TRACT IN NORMAL OPERATING CONDITION OF EXPERIMENTAL FUEL ELEMENT INSTALLATION. Estimate calculation of Alpha Radioactivity concentration in the respiratory

tract in normal operating condition of Experimental Fuel Element Installation has been done. This calculation is intended to see how much gross alpha radionuclide concentrations are inhaled by the worker, compared with the limits recommended by the IAEA (International Atomic Energy Agency). The method used is to use the approach biokinetic model of the human respiratory system according ICRP (International Commission on Radiological Protection) Publication 66/1994, which was extrapolated from measurements of alpha emitting radionuclide activity concentration in the air. Measurement of alpha emitting radionuclides, the number and diameter of the particulates in the air performed at room HR-05. Measurement of alpha emitting radionuclides, the number and diameter of the particulates in the air performed at room HR-05.The results of measurements of alpha radioactivity in the air at the highest is (3.053 ± 0.095) Bq/m3 in the room HR-05, but still below the allowed limit (20 Bq/m3).Estimates alpha radioactivity concentration for the highest organ of the respiratory tract occurred in May 2011 at Extrathoracic above, Extrathoracic below, bronchi, bronchioles and Alveolar-interstitial, respectively: 0.441 Bq/m3; 0.562 Bq/m3; 0.038 Bq/m3; 0.058 and 0.340 Bq/m3 Bq/m3.the calculation results further indicate that the activity of alpha emitting radionuclides in the lungs of workers in the HR-05 is 0.745 Bq / min per gram of lung. Given the accumulation of alpha particles in the respiratory tract, the radiation protection

(2)

ISSN 1978-0176

Budi Prayitno, dkk 107 STTN-BATAN & PTAPB-BATAN

officer (PPR) and radiation workers need to pay attention to the principle of ALARA (As Low As Reasonably Achievable).

Keywords : Particulate diameter, biokinetic model, inhalation process, alpha radioactivity

PENDAHULUAN

Instalasi Elemen Bakar Eksperimental (IEBE) merupakan salah satu fasilitas laboratorium yang dibangun di Kawasan PUSPIPTEK Serpong dan mempunyai dua fungsi pokok yaitu : memproses yellow cake menjadi serbuk UO2

berderajad nuklir (nuclear grade), dan memproduksi elemen bakar reaktor air berat (High

Water Reactor) jenis CIRENE dengan

menggunakan bahan baku utama uranium pengkayaan rendah. Untuk mendukung Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) IEBE akan dikembangkan untuk memproduksi elemen bakar reaktor daya [1]. Proses kerja di IEBE berdasar desain menggunakan uranium pengayakan rendah di bawah 5 %, namun hingga kini masih menggunakan uranium alam. Dalam setiap penanganannya didukung dengan sistem keselamatan radiasi dan keamanan fisik bahan uranium tersebut. Dalam pemantauan radiasi/kontaminasi dioperasikan alat-alat deteksi radiasi dan kontaminasi, baik untuk keperluan keselamatan radiasi personel maupun keselamatan daerah kerja serta lingkungan. Beberapa proses penanganan bahan uranium (dalam bentuk serbuk dan cairan) menggunakan pengungkung seperti

glove-box dan fume-hood yang dilengkapi dengan

sistem ventilasi. Walaupun demikian, namun potensi kontaminasi uranium ke daerah kerja tetap ada, misalkan akibat terjadinya kegagalan sistem ventilasi dan kesalahan penanganan uranium atau bahan yang mengandung uranium. Kontaminasi uranium di daerah kerja yang memancarkan radiasi alpha dan konsentrasinya melampaui batas keselamatan berpotensi terhadap bahaya radiasi interna bagi personel jika kontaminan tersebut masuk ke dalam tubuh (melalui pernapasan, mulut dan luka). Untuk itu perlu dilakukan pemantauan kontaminasi udara di laboratorium IEBE.

Perubahan konsentrasi radioaktivitas udara dalam kondisi VAC normal dan VAC mati telah dikaji melalui pengukuran radioaktifitas udara. Analisis keselamatan radiasi interna bagi pekerja radiasi tidak cukup hanya didasarkan pada besarnya konsentrasi radioaktivitas udara saja, tetapi proses masuknya radionuklida tersebut ke dalam sistem pernapasan perlu juga dipelajari. Hal ini dapat dipahami mengingat kemampuan paru-paru setiap orang dalam menghisap udara berbeda-beda. Akibatnya volume udara yang masuk memenuhi paru-paru pun berlainan antara orang yang satu

dengan yang lain. Pada akhirnya, serangkaian analisis ini dapat digunakan untuk memperkirakan konsentrasi aktivitas radionuklida yang ada di udara, di dalam tubuh, dan yang keluar dari tubuh (ekshalasi dan sekresi). Oleh karena itu dalam dibuat perhitungan besarnya radioaktivitas pemancar alpha di udara yang masuk ke dalam tubuh khususnya ke dalam sistem pernapasan. Perhitungan ini akan menguraikan besarnya konsentrasi aktivitas radonuklida pemancar alpha yang terdeposit di daerah pernapasan bagian atas seperti hidung dan trachea, serta pernapasan bagian bawah seperti bronchioles. Melalui dasar perhitungan ini diharapkan dapat diaplikasikan untuk membuat variasi kemampuan bernapas tiap pekerja dan lamanya bekerja. Dengan demikian perhitungan ini bertujuan untuk memperkirakan beban organ pernapasan pekerja radiasi selama bekerja di daerah tersebut.

TEORI

Bernapas merupakan proses penghisapan sejumlah volume udara yang ada di udara ambien yang masuk melalui hidung atau mulut. Kemampuan penghirupan udara ini dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti ukuran aerodinamik partikel, laju alir, kecepatan dan arah angin. Fraksi terhirup rata-rata untuk semua arah angin sebagai fungsi ukuran aerodinamik partikel (dae) dinyatakan

dalam hubungan sebagai berikut[2]:

dengan 0 < dae

100 µm

E = Fraksi partikel udara yang terhirup dae = Diameter aerodinamik partikel alpha (µm)

Nilai fraksi yang dihasilkan dari persamaan (1) tidak akan berubah apabila kecepatan angin 0,5 – 9 m/s. Untuk partikel yang lebih besar dari 100 µm, fraksi yang terhirup belum diketahui dengan pasti. Namun beberapa penelitian menunjukkan fraksi yang terhirup sebesar 0,5 untuk partikel berukuran > 100 µm[3].

Diameter geometris partikel yang paling umum ada di alam berukuran 0,001 sampai 100 µm. Ada dua cara yang biasa digunakan untuk menyatakan ukuran partikel yaitu diameter Stokes

(dst) dan diameter aerodinamis (dae)[4,5]. Hampir

seluruh aerosol terdiri dari partikel yang mempunyai jangkauan ukuran yang lebar. Oleh karena itu aerosol biasanya dinyatakan sebagai fungsi dari distribusi ukuran. Untuk aerosol

(3)

ISSN 1978-0176 radioaktif, besarnya radioaktivitas dinyatakan dalam

Activity Median Aerodynamic Diameter (AMAD).

Jika aerosol radioaktif itu homogen maka Mass

Median Aerodynamic Diameter (MMAD) akan

sebanding dengan AMAD[2].

Gambar 1. Sistem Pernapasan Manusia [6] Pada Gambar 1merupakan jalur masuk udara dalam daerah ET dibagi menjadi dua kategori yaitu jalur anterior nasal (ET1, hidung bagian luar),

dimana endapan didalamnya dibuang melalui sistem pembuangan di hidung seperti ekshalasi dan selaput lendir hidung, dan jalur posterior nasal yaitu hidung bagian dalam (ET2). Jalur masuk udara pada thorax

meliputi daerah bronchi (BB), bronchioles (bb) dan

alveolar-interstitial (AI). Partikel yang terdeposit

dalam jalur thoracic akan dibersihkan lewat darah melalui proses absorpsi dan diteruskan ke sistem pencernaan (GI, Gastrointestinal Tract). Debu merupakan salah satu polutan sebagai partikulat di udara (Particulate Matter) dengan ukuran 1 mikron sampai dengan 100 mikron. Partikulat debu akan berada di udara dalam waktu yang relatif lama dalam keadaan melayang di udara, kemudian dapat masuk ke dalam tubuh manusia melalui pernafasan. Partikulat ini bervariasi dalam bentuk, ukuran dan komposisi kimia, dan dapat terdiri dari berbagai bahan seperti logam, jelaga, tanah, dan debu.

Coarse particle merupakan debu dari udara ambient

yang berukuran ≥ 2,5 mikron dan biasanya terbentuk dari proses mekanik dan permukaan debu yang tersuspensi. Partikulat berdiameter 10 mikron atau kurang dari 10 mikron didefinisikan sebagai PM10. Partikulat halus yang berdiameter 2,5 mikron

atau kurang dari 2,5 mikron didefinisikan sebagai PM2,5 (partikulat debu respirable), juga dapat

memberi kontribusi kepada pengurangan jarak penglihatan (Tabel 1).

Tabel 1. Fraksi Dan Ukuran Partikulat Debu Di Udara[5]

Fraksi Ukuran Partikulat PM10 (thoracic) ≤ 10 µm PM2.5 (respirable) ≤ 2.5 µm PM1 ≤ 1 µm Ultrafine

(UFP atau UP) ≤ 0.1 µm PM10-PM2.5

(coarse fraction) 2.5 µm – 10 µm

Ada banyak mekanisme yang menyebabkan partikel terdeposit di dalam jalur pernapasan setelah partikel tersebut masuk melalui pernapasan hidung atau mulut. Mekanisme pertama adalah impaksi inersial karena partikel mempunyai massa, dan mekanisme ini untuk ukuran partikel > 1 µm.

Dari model Biokmod Probabilitas mekanisme ini dinyatakan dalam Persamaan (2) dan (3) [7].

Persamaan (2) berlaku untuk  St < 1

dengan:

P1 : Probabilitas deposisi impaksi

: Sudut belokan atau sudut percabangan (dalam radian) St : Bilangan Stokes = R r C 9 2 p p

Mekanisme kedua adalah sedimentasi (pengendapan) yang disebabkan adanya gaya gravitasi yang bekerja pada partikel, dan ini penting untuk ukuran partikel > 0,5 µm. Probabilitas deposisi sedimentasi dihitung dengan Persamaan (4).

dengan:

Ps : Probabilitas deposisi sedimentasi p : Kerapatan partikel

: Sudut inklinasi relatif terhadap gravitasi (dalam radian)

Mekanisme ketiga adalah difusi apabila ukuran partikel sangat kecil < 0,5 µm, gerak acak (gerak Brownian) dan tumbukan dengan molekul udara. Probabilitas deposisi difusi untuk aliran

(4)

ISSN 1978-0176

Budi Prayitno, dkk 109 STTN-BATAN & PTAPB-BATAN

3 / 2 31 , 79 114 61 , 44 315 , 7 D 1 0,819 0,0976 0,0325 0,0509 x x x x e e e e P          (5)

Untuk aliran turbulen, probabilitas deposisi difusi adalah:

) 6 ...)...( 314 , 0 1 ( 828 , 2 .. . 9 2 1 2 1/2 1/2               x x R Dt R Dt PD dengan:

PD : Probabilitas deposisi difusi D : Koefisien difusi partikel, cm2.s-1

R : Jari-jari tabung atau jalur udara, cm

: Kecepatan aliran rata-rata, cm.s-1

L : Panjang tabung atau bagian jalur udara, cm x =

2

2R

LD

t : Waktu yang dibutuhkan ketika melewati jalur udara = L/

Rekomendasi ICRP untuk aerosol yang terhirup didasarkan pada inhalasi dan deposisi aerosol yang berukuran 1 µm. Berdasarkan ukuran aerosol 1 µm ini, model Biokmod[7] yang dikembangkan oleh Eckerman (ORNL, USA) dengan menggunakan Persamaan (1) sampai (6)

menghasilkan besarnya fraksi deposisi aerosol dalam sistem pernapasan, dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Fraksi Deposisi Aerosol Berukuran 1 µm Untuk Orang Dewasa [5]

Daerah Dalam Sistem Pernafasan Fraksi Deposisi (%) ET1 (extrathoracic bagian atas) 14,89 ET2 (extrathoracic bagian bawah) 18,97 BB (bronchi) 1,29 bb (bronchioles) 1,95 AI (alveolar- interstitial) 11,48 Total 48,58

Sedangkan laju deposisi partikel di daerah paru-paru dinyatakan sebagai berikut[8]:

Laju deposisi = laju pernafasan x fraksi deposisi x konsentrasi ……….… (7)

Fraksi laju pembuangan / pengeluaran oleh organ paru-paru per hari di daerah paru-paru mengikuti persamaan berikut:

M(t) = 0,005.e-0,02t + 0,001 (8) dengan :

M(t) : Fraksi laju pembersihan di paru-paru t : Waktu setelah inhalasi dalam hari

METODOLOGI

Perhitungan dosis radiasi dari aerosol udara yang dihirup oleh orang yang berada di ruangan HR-05 dilakukan menggunakan program Microsoft

Excel. Analisis ini didasarkan dari hasil pemodelan

dalam BiokMod (ORNL, USA). Data konsentrasi aktivitas udara yang telah disampling dan dihitung konsentrasinya[7], lalu dianalisis menggunakan model biokinetik ICRP 66 dan diperoleh konsentrasi aktivitas pada 5 (lima) daerah dalam sistem pernapasan yaitu daerah extrathoracic,

thoracic dan respirasi, yaitu : Extrathoracic atas, Extrathoracic bawah, Bronchi, Bronchioles dan

Alveolar-interstitial. Pelaksanaan pengambilan

sampling udara di laboratorium IEBE ruang HR-05pada tahun 2011.

Pencacahan Radioaktivitas Alpha

Pencacahan radioaktivitas alpha cuplikan udara menggunakan PSR 8, adapun langkah langkahnya sebagai berikut : Sebelum pengambilan cuplikan udara, air sampler dipersiapkan dahulu, antara lain dipasang kertas filter yang telah diketahui cacah latarnya pada air sampler. Kemudian dicatat jam pada saat air sampler dihidupkan dan dioperasikan selama 30 menit. Skala bacaan flow meter dicatat. Setelah selesai dimasukkan kertas filter ke dalam cawan patri yang sudah disediakan dan selanjutnya kertas filter tersebut siap untuk dicacah aktivitasnya dengan alat cacah Portable Scaler Ratemeter-8 (PSR-8). Langkah selanjutnya cacah kertas filter tersebut dengan alat cacah yang tersedia dan dicacah selama 1 menit minimal sebanyak tiga kali pencacahan. Kemudian hasil cacahan tersebut dirata-rata dan dikurangi dengan cacah latarnya dan ditampilkan pada ditampilkan pada Tabel 3. Tahapan berikutnya dihitung besarnya radioaktivitas alpha di udara dengan menggunakan Persamaan (2).

E

1

x

V

1

x

N

Ak 

...(2)

(5)

ISSN 1978-0176 dengan :

Ak = aktivitas radioaktif alpha dalam satuan Bq/m3

N = cacah netto cuplikan dalam satuan cacah per menit

V = volume udara yang dihisap dalam satuan m3

E = efisiensi alat cacah detektor α sebesar 19 %.

Langkah-Langkah Pemantauan Jumlah Partikulat

Bateray alat GT-521 di isi ((charge) sekitar 15 jam dan hidupkan alat tersebut dengan memasang terlebih dahulu filter HEPA yang tersedia diperangkat alat. Filter HEPA tersebut

berfungsi untuk membersihkan udara / partikulat yang berada di dalam alat GT-521. Selanjutnya diatur alat GT-521 untuk menghitung jumlah partikulat yang berdiameter partikulat 1 µm, 2,5 µm, 4 µm dan 5 µm dengan lama pencuplikan selama 1 menit serta besarnya satuan dalam jumlah partikulat/liter. Alat GT-521 tersebut dilengkapi dengan perangkat ujung pengambilan partikulat. Selanjutnya operasikan alat ditempat pencuplikan udara dititik-titik pengambilan masing-masing sebanyak 5 kali setinggi ± 150 Cm. Pada alat GT-521 akan terekam jumlah partikulat yang dipantau. Selanjutnya data yang didapat dirata rata dan ditampilkan pada Tabel 4 untuk masing masing diameter dan jumlah partikulat.

Gambar 2. Posisi Pengukuran Radioaktivitas Alpha Dan Kualitas Udara Di Ruang HR-05 IEBE[1]

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil pemantauan radioaktivitas alpha di laboratorium IEBE untuk ruang HR-05 di tabelkan pada Tabel 3. Fungsi ruang HR-05 merupakan tempat kegiatan pembuatan pelet/penanganan uranium dalam keadaan terbuka dan paling memungkinkan terjadinya kontaminasi radioaktif di udara. Pada Tabel 3 radioaktivitas alpha di udara HR-05 IEBE tertinggi terjadi pada bulan Mei tahun

2011, sebesar (3,053 ± 0,095) Bq/m3 dan berada di bawah batasan yang diijinkan (20 Bq/m3) [1]. Walaupun keberadaan radioaktivitas alpha di HR-05 ini berada di bawah batasan yang diperbolehkan perlu dilakukan prinsip ALARA (As Low As

Reasonably Achievable), yaitu diusahakan

seminimal mungkin bahaya radiasi yang diterima pekerja radiasi. Hasil pemantauan jumlah partikulat untuk diameter 1 µm, 2,5 µm, 4 µm dan 5 µm di ruangan HR- 05 IEBE terdapat pada Tabel 4.

(6)
(7)

ISSN 1978-0176

Tabel 3. Radioaktivitas Alpha Di Udara Tertinggi Ruang HR05 Pada Tahun 2011

Bulan Radioaktivitas alpa di udara tertinggi pada tahun 2011, Bq/m 3

HR05/U1 HR05/U2 HR05/U3 HR05/U4 Rerata Januari. 2,870 3,398 2,920 2,940 3,032 ± 0,246 Februari. 1,620 1,700 1,470 1,780 1,643 ± 0,132 Maret 2,430 2,340 2,150 2,540 2,365 ± 0,165 April 2,410 2,830 2,520 2,760 2,603 ± 0,198 Mei 2,970 2,970 3,140 3,130 3,053 ± 0,095 Juni 2,460 2,686 2,420 2,560 2,532 ± 0,119 Juli 1,962 1,976 2,094 2,044 2,019 ± 0,062 Agustus. 2,423 2,528 2,357 2,186 2,374 ± 0,143 September. 1,883 1,923 1,949 1,672 1,857 ± 0,126 Oktober. 1,756 1,711 1,500 1,653 1,655 ± 0,112 November. 2,192 2,496 2,464 2,306 2,365 ± 0,142 Desember. 2,186 2,338 2,357 2,376 2,140 ± 0,087

Tabel 4. Jumlah Partikulat Di Ruangan HR- 05 IEBE Ruang/

posisi cuplik

Jumlah partikulat dalam 1 liter per menit diameter 1 µm diameter 2,5 µm diameter 4 µm diameter 5 µm HR-05/U1 461 ± 21 127 ± 31 42 ± 6 22 ± 3 HR-05/U2 584 ± 19 141 ± 13 34 ± 5 18 ± 3 HR-05/U3 597 ± 16 144 ± 16 43 ± 3 21 ± 2 HR-05/U4 544 ± 26 120 ± 12 32 ± 4 20 ± 4 Rerata HR-05 547 ± 21 133 ± 18 38 ± 5 20 ± 3

Adapun fraksi terhirup rata-rata sebagai fungsi ukuran aerodinamik partikulat (dae) dihitung

dengan menggunakan persamaan

)

1

(

5

,

0

0,06dae

e

E

dengan nilai 0 < dae

100 µm, atau

besarnya fraksi partikulat udara yang terhirup berdasarkan persamaan (1) dapat dilihat pada

(8)

ISSN 1978-0176

Budi Prayitno, dkk 111 STTN-BATAN & PTAPB-BATAN

Gambar 1. Fraksi Aerosol Yang Terhirup Fungsi Diameter Aerodinamik Partikel[8]

Fraksi partikel yang terhirup akan semakin kecil secara eksponensial untuk diameter aerodinamik partikel yang membesar. Fraksi yang terhirup relatif stabil sebesar 50 % untuk partikel yang memiliki diameter lebih dari 50 µm. Fraksi terhirup 50% berarti apabila konsentrasi udara sebesar 100 Bq/m3 maka 50 Bq/m3 partikel berukuran lebih dari 50 µm akan terhirup masuk ke dalam sistem pernapasan. Hal ini dapat dipahami mengingat partikel yang berukuran besar akan

dibersihkan/ditahan terlebih dahulu oleh bulu-bulu dan selaput lendir yang ada di daerah hidung (ET1).

Rekomendasi ICRP untuk aerosol yang terhirup didasarkan pada inhalasi dan deposisi aerosol yang berukuran 1 µm. Berdasarkan rekomendasi ini maka untuk partikulat yang berukuran 1 µm ini yang diperhitungkan dalam pembahasan selanjutnya. Fraksi partikulat udara untuk diameter berukuran 1 µm yang terhirup dihitung berdasarkan Persamaan (1), didapat :

)

1

(

5

,

0

0,06dae

e

E

=

0

,

5

(

1

e

0,06x1

)

= 0,97 Pengertian dari nilai E= 0,97 ialah jumlah

partikulat yang berdiameter 1 µm ini 97 % akan terhirup masuk ke dalam paru-paru. Hasil perhitungan fraksi partikulat yang terhirup (E) untuk masing masing partikulat berdiameter 1 µm, 2,5 µm, 4 µm dan 5 µm, ditampilkan pada Tabel 5. Perkiraan radioaktivitas alpha yang terhirup paru paru untuk diameter partikulat 1 µm ditampilkan pada Tabel 6. Tabel 6 kolom 2 berasal dari Tabel 3 kolom 6 dan Tabel 6 kolom 3 dihitung dari kolom 2 Tabel 6 dikalikan nilai E= 0,97. Perkiraan fraksi deposisi alpha yang masuk ke bagian organ pernapasan, ditamplikan pada Tabel 7. ET1, ET2, BB, bb dan AI didapat dari perkalian kolom 2 pada Tabel 7 dengan fraksi deposisi pada Tabel 2.

Perkiraan laju deposisi partikel di daerah paru-paru dinyatakan dengan persamaan (7) , yaitu : Laju deposisi = laju pernapasan x fraksi deposisi x konsentrasi. Dari persamaan (7) ini dapat diperkirakan besarnya radioaktivitas alpha yang terhirup sewaktu bekerja didaerah HR-05 tersebut. Beban paru-paru akibat deposisi partikel dapat dihitung dari laju deposisi partikel yang terhirup per gram paru-paru. Apabila kita menggunakan asumsi laju pernapasan manusia standar sebesar 20 liter per menit ( = 0,020 m3/menit) dan berat paru-paru adalah 1,4 % dari berat tubuh maka laju deposisi partikel alpha di daerah paru-paru untuk orang yang melakukan aktivitas ringan di daerah tersebut dapat dihitung menggunakan persamaan (7). Untuk mendapatkan perkiraan laju deposisi partikel alpha di daerah paru-paru untuk orang tersebut diasumsikan bekerja pada bulan Mei 2011 (Tabel 7 kolom 5) di HR-05 dalam sehari, maka diperkirakan akan menerima sebesar : 20 liter/menit x BB(bronchi) pada Tabel 7 kolom 5 x 1,4 % berat tubuh standar pekerja. Hasilnya didapat : 20 liter/menit x 0,038 Bq/m3 x 1,4% (70 kg) atau = 0,020 m3/menit x 0,038 Bq/m3 x 1,4 % (70 x 1000 gram) = 0,745 Bq/menit gram paru-paru.

Seperti halnya organ tubuh lainnya, paru-paru juga memiliki sistem pertahanan tubuh terhadap serangan racun dari luar tubuh. Partikel yang terdeposit di paru-paru akan dibuang oleh sistem yang ada di jaringan paru-paru. Pembuangan ini nantinya bisa melalui proses ekshalasi (pengeluaran udara melalui hidung atau mulut), keringat, urine ataupun darah yang keluar ketika mengalami luka. Perlu diwaspadai kemungkinan terjadinya akumulasi zat radioaktif yang masuk ke dalam sistem organ pernapasan. Mengingat efek somatik Stokastik dimana dimungkinkan terjadinya efek tersebut merupakan fungsi dari dosis radiasi yang diterima oleh seseorang tanpa suatu nilai ambang sehingga bagaimanapun kecilnya dosis radiasi yang diterima oleh seseorang, resiko akibat dari radiasi selalu ada. Semua penyinaran harus diusahakan serendah-rendahnya yang dapat dicapai

(ALARA), dengan mempertimbangkan faktor

ekonomi dan sosial, yaitu: kerugian dari suatu penanganan zat radioaktif harus diperkecil dengan menggunakan peraturan proteksi radiasi sampai diperoleh suatu nilai dimana pengurangan selanjutnya menjadi kurang penting jika dibandingkan dengan upaya tambahan yang dibutuhkan.

Tabel 5. Fraksi Partikulat Yang Terhirup (E) Diameter aerodinamik

partikulat dae (µm)

Fraksi partikulat yang terhirup (E)

1 0,97

2,5 0,93

4 0,89

(9)

ISSN 1978-0176 Tabel 6. Perkiraan Radioaktivitas Alpha Yang Terhirup Paru Paru Untuk Diameter Partikulat 1 µm

Bulan Radioaktivitas alpa di udara HR-05 (Bq/m3)

Radioaktivitas alpha yang terhirup (Bq/m3) Januari 3,032 ± 0,246 2,941 Februari 1,643 ± 0,132 1,593 Maret 2,365 ± 0,165 2,294 April 2,603 ± 0,198 2,525 Mei 3,053 ± 0,095 2,961 Juni 2,532 ± 0,119 2,456 Juli 2,019 ± 0,062 1,956 Agustus 2,374 ± 0,143 2,302 September 1,857 ± 0,126 1,801 Oktober 1,655 ± 0,112 1,605 Nopember 2,365 ± 0,142 2,294 Desember 2,140 ± 0,087 2,076

Tabel 7. Perkiraan Fraksi Deposisi Alpha Yang Masuk Ke Bagian Organ Pernapasan Radioaktivitas alpha yang

terhirup (Bq/m3) Perkiraan fraksi deposisi alpha yang masuk ke organ pernapasan (Bq/m 3 ) Bulan Diameter (1 µm) Extrathoracic atas (ET1) Extrathoracic bawah (ET2) Bronchi (BB) Bronchioles (bb) Alveolar-interstitial (AI) Januari 2,941 0,438 0,558 0,038 0,057 0,338 Februari 1,593 0,237 0,302 0,021 0,031 0,183 Maret 2,294 0,342 0,435 0,029 0,045 0,263 April 2,525 0,376 0,479 0.033 0,049 0,290 Mei 2,961 0,441 0,562 0,038 0,058 0,340 Juni 2,456 0,366 0,466 0,032 0,048 0,282 Juli 1,956 0,291 0,371 0,025 0,038 0,225 Agustus 2,302 0,343 0,437 0,030 0,045 0,264 September 1,801 0,268 0,342 0,023 0,035 0,207 Oktober 1,605 0,239 0,304 0,021 0,031 0,184 Nopember 2,294 0,342 0,435 0,029 0,045 0,263 Desember 2,076 0,309 0,394 0,027 0,040 0,238 KESIMPULAN

Pada tahun 2011 hasil pantauan radioaktivitas alpha di HR-05 tertinggi terjadi pada bulan Mei, yaitu sebesar (3,053 ± 0,095) Bq/m3 dan nilainya berada di bawah batasan yang diperbolehkan ( 20 Bq/m3). Perkiraan konsentrasi

radioaktivitas alpha yang masuk kedalam saluran pernapasan dalam kondisi operasi normal masing masing untuk organ pernapasan extrathoracic atas,

extrathoracic bawah, bronchi, bronchioles dan alveolar-interstitial sebesar : 0,441 Bq/m3, 0,562 Bq/m3, 0,038 Bq/m3, 0,058 Bq/m3 dan 0,340 Bq/m3. Untuk hasil perhitungan beban aktivitas radionuklida pemancar alpha di paru-paru untuk

(10)

ISSN 1978-0176

Budi Prayitno, dkk 113 STTN-BATAN & PTAPB-BATAN

orang yang bekerja didaerah HR-05 sebesar 0,745 Bq/menit gram paru-paru. Adanya akumulasi partikel alpha dalam saluran pernapasan ini perlu diwarpadai karena konsep bekerja di daerah kontaminasi perlu memperhatikan prinsip ALARA.

DAFTAR PUSTAKA

1. PUSAT ELEMEN BAKAR NUKLIR, Laporan Analisis Keselamatan Instalasi Elemen Bakar Eksperimental, Revisi 6, Pusat Elemen Bakar Nuklir, Serpong 2007. 2. NATIONAL COUNCIL ON RADIATION

PROTECTION AND

MEASUMEREMENTS (NCRP), Deposition, Retention and Dosimetry of Inhaled Radioactive Substances, NCRP Report No. 125, USA, 1997.

3. USACHPPM. Inhalability and Respirability of Airborne Particles and Adjusting the ALI and CEDE for Various Particle Sizes. Appendix D, HRA Consultation No.26-MF-7555D, September 15, 2000.

4. RUZER, L.S and HARLEY, N.H. (Ed.). Aerosols Handbook: Measurement, Dosimetry and Health Effects. CRC Press, 2005.

5. HINDS, W.C. Aerosol Technology: Properties, Behavior and Measurement of Airborne Particles. John Wiley and Sons, USA 1982.

6. INTERNATIONAL COMMISSION ON RADIOLOGICAL PROTECTION (ICRP). Committee 2: Supporting Guidance Document Interpretation of Bioassay Data. Tables And Figures, Vienna, 26 January 2006.

7. ECKERMAN, K.F. Biokinetic Model of Respiratory Tract. Oak Ridge National Laboratory, Tennessee, 2000.

8. EKO PUDJADI, BUDI PRAYITNO, SRI WAHYUNINGSIH, Analisis Deposisi Radionuklida Pemancar Alfa Pada Saluran Pernapasan Melalui Proses Inhalasi Dalam Kondisi Sistem Tataudara Yang Berbeda Di Instalasi Radiometalurgi, Jurnal Ilmiah Daur Bahan Bakar- Urania volume 15 nomor 2 April 2009 ISSN 0852-4777, BATAN- PTBN, Serpong 2009.

Gambar

Gambar 1. Sistem Pernapasan Manusia  [6]
Tabel 2. Fraksi Deposisi Aerosol Berukuran 1 µm  Untuk Orang Dewasa  [5]
Gambar 2. Posisi Pengukuran Radioaktivitas Alpha Dan Kualitas Udara Di Ruang HR-05 IEBE [1]
Tabel 3. Radioaktivitas Alpha  Di Udara Tertinggi Ruang HR05 Pada Tahun 2011
+3

Referensi

Dokumen terkait

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan kasih sayang yang dilimpahkan-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan

Sebagian besar siswa SMA dan santri ponpes yang termasuk ke dalam sampel penelitian ini menunjukan adanya sikap dan konsep diri yang cukup baik, melalui

Masalah yang lain terjadi adalah hasil pekerjaan IPAL adalah peta saluran IPAL dalam bentuk Peta KML Offline sehingga dibutuhkan semua metode berbasis webgis

PENGGUNAAN STRATEGI MULTIPEL REPRESENTASI DALAM UPAYA MENGENDALIKAN BEBAN KOGNITIF PESERTA DIDIK SMA PADA PEMBELAJARAN FILUM PLATYHELMINTHES.. Universitas Pendidikan Indonesia

PENGEMBANGAN KOGNITIF SISWA (Penelitian Tindakan di Kelas VII-A SMPN 1

Langkah-langkah identifikasi masalah yang diurakan di atas adalah agar identifikasi dilakukan tidak hanya menyangkut identifikasi masalah baik hasil, sebab

Untuk menampilkan waktu preset, tekan tombol TIMER sekali. Bila proses memasak dimulai, lampu cook/reheat mulai menyala terus-menerus dan lampu timer padam. Jika waktu preset

Persepsi tentang menjelang mati dan kematian di bertagai kebudayaan, mjadi landasan bagi reryons individu dan masyarakat dalam menghadapi keadaan menjelang nr,ati