III. METODELOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei. Pengambilan sampel petani sertifikasi dilakukan secara sensus karena jumlah petani sertifikasi hanya 30 petani. Jumlah sampel untuk petani nonsertifikasi sebanyak 30 petani, penentuan jumlah sampel petani sertifikasi dan nonsertifikasi mengacu pada teori Gay dan Diehl (1992) yang menyatakan bila suatu penelitian merupakan
penelitian kausal perbandingan maka sampel yang digunakan adalah 30 subjek per kelompok. Pemilihan sampel petani nonsertifikasi dilakukan secara purposive sampling berdasarkan umur tanaman kopi dan luas lahan yang dimiliki petani. Petani nonsertifikasi yang dijadikan sampel adalah petani yang memiliki luas lahan antara 0,25-3 ha dan tanaman kopi berumur 5-53 tahun. Jumlah sampel keseluruhan dalam penelitian ini adalah 60 petani dan sebuah agroindustri pengolahan kopi organik milik Gapoktan Hulu Hilir.
B. Konsep Dasar dan Definisi Operasional
Konsep dasar dan definisi operasional mencakup pengertian yang dipergunakan untuk mendapatkan dan menganalisis data sesuai dengan tujuan penelitian.
Sertifikasi Organik merupakan proses untuk mendapatkan pengakuan bahwa proses produksi dilakukan secara organik (budidaya tanaman dan pemeliharaan) atau proses pengolahan produk organik dilakukan berdasarkan standar dan regulasi yang ada sesuai dengan prinsip dan kaidah pertanian organik.
Pertanian Organik merupakan sistem usahatani pertanian yang mengandalkan bahan-bahan alami tanpa menggunakan bahan kimia sintetis untuk menjaga kelestarian lingkungan. Menurut IFOAM pertanian organik memiliki empat prinsip utama yaitu prinsip kesehatan, prinsip ekologi, prinsip keadilan dan prinsip perlindungan.
INOFICE (Indonesian organic farm certification) merupakan lembaga sertifikasi organik yang berada di bawah naungan Yayasan Peduli Organik Madani.
Pelaksanaan sertifikasi organik INOFICE mengacu pada SNI 01-6729-2013 mengenai sistem pertanian organik.
SNI 01-6729-2013 merupakan standar mengenai sistem pertanian organik yang menjadi acuan pertanian organik di Indonesia. Standar ini mencakup tata cara usahatani, penggunaan input produksi, pengolahan, pengangkutan, penyimpanan dan pengemasan serta tata cara sertifikasi produk organik oleh lembaga sertifikasi organik.
Manfaat Sertifikasi merupakan manfaat yang dirasakan dari adanya sertifikasi yang berupa peningkatan aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial kopi. Manfaat dalam aspek ekonomi diukur dari peningkatan produktivitas, efisiensi biaya, pendapatan, nilai tambah pengolahan kopi serta praktik kopi yang berkelanjutan
secara ekonomi, sedangkan untuk aspek lingkungan dan sosial dilihat dari praktik budidaya kopi secara organik yang berkelanjutan secara lingkungan dan sosial.
Manfaat sertifikasi dari aspek ekonomi adalah manfaat dari adanya sertifikasi yang dirasakan petani ditinjau dari aspek ekonomi. Manfaat ekonomi ini diukur melalui peningkatan produktivitas, efisiensi biaya, pendapatan serta nilai tambah pengolahan kopi. Jika produktivitas, efisiensi biaya dan pendapatan petani sertifikasi lebih tinggi dari petani nonsertifikasi maka sertifikasi INOFICE memberikan manfaat bagi petani.
Manfaat sertifikasi dari aspek ekonomi juga dihitung dari penilaian praktik kopi yang berkelanjutan secara ekonomi. Indikator yang digunakan mengacu pada SNI 01 6729 2013 dan Jaker PO indonesia yaitu keadilan transaksi yang mencakup (1) pihak yang menentukan harga kopi, (2) lembaga pemasaran yang bekerja sama dengan petani (3) penentuan harga kopi berdasarkan mutu/grade dan
(4) keterbukaan untuk negosiasi harga/tawar-menawar. Pengukuran indikator menggunakan skor 1-3 yaitu skor (1) jika tidak sesuai prinsip, (2) kurang sesuai prinsip dan (3) sesuai prinsip. Nilai indikator yang diperoleh diuji dengan uji Mann Whitney.
Manfaat sertifikasi dari aspek lingkungan ditinjau dari perbandingan praktik usahatani kopi organik dan anorganik. Pengukuran praktik usahatani kopi mengacu pada prinsip-prinsip pertanian organik yang ada dalam SNI 01-6729-2013 yang diklasifikasikan dalam skor 1-3, yaitu tidak sesuai, kurang sesuai dan sesuai dengan prinsip. Indikator-indikator yang digunakan dalam penilaian aspek
lingkungan adalah (1) manajemen ekosistem, (2) konservasi tanah dan air, (3) tata cara produksi, (5) penggunaan dan pembuatan input pertanian organik,
(6) pemanenan dan penyimpanan. Nilai indikator yang diperoleh diuji menggunakan uji beda Mann Whitney-U Test.
Manfaat Sosial adalah manfaat dari segi kehidupan sosial masyarakat (dimensi sosial). Pengukuran manfaat dalam aspek sosial mengacu pada prinsip-prinsip pertanian organik yang ada dalam SNI 01-6729-2013, Jaringan Kerja Pertanian Organik Indonesia (Jaker PO Indonesia) dan IFOAM basic standard 2005. Indikator pengukuran dalam aspek sosial antaralain (1) kesehatan petani,
(2) kearifan lokal, (3) keadilan sosial, (4) kebebasan berkumpul dan berorganisasi, (5) kesetaraan gender dan tidak bertindak diskriminasi. Pengukuran indikator menggunakan skor 1-3, yaitu tidak sesuai, kurang sesuai dan sesuai dengan prinsip. Nilai indikator yang diperoleh diuji dengan uji beda Mann Whitney-U Test.
Produktivitas usahatani kopi adalah perbandingan antara hasil produksi kopi terhadap luas lahan usahatani kopi. Satuan yang digunakan untuk mengukur produktivitas usahatani kopi adalah kilogram per hektar (kg/ha).
Produktivitas Lahan merupakan perbandingan penerimaan lahan terhadap harga kopi dan disetarakan dengan luas lahan. Produktivitas lahan diukur dalam satuan kilogram per hektar (kg/ha).
Efisiensi biaya kopi diukur dengan menghitung besarnya biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu kilogram kopi. Satuan yang digunakan untuk mengukur efisiensi biaya adalah rupiah per kilogram (Rp/kg).
Efisiensi biaya lahan merupakan perbandingan total biaya pada lahan dengan produktivitas lahan. Efisiensi biaya lahan dihitung dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/Kg).
Pendapatan usahatani kopi merupakan selisih antara total penerimaan kopi dengan total biaya yang dikeluarkan dalam kopi selama satu tahun. Pendapatan usahatani kopi diukur dalam satuan rupiah per tahun (Rp/tahun).
Pendapatan lahan merupakan selisih antara total penerimaan lahan dengan total biaya yang dikeluarkan untuk lahan selama satu tahun. Satuan yang digunakan untuk mengukur pendapatan lahan adalah rupiah per tahun (Rp/tahun).
Nilai Tambah merupakan selisih antara komoditas yang mendapat perlakuan pada tahap tertentu dan nilai korbanan yang digunakan selama proses berlangsung. Nilai tambah diukur dalam satuan rupiah per kilogram (Rp/kg).
Faktor konversi yang menunjukkan banyaknya output yang dihasilkan dari satu satuan input. Faktor koefesien tenaga kerja yang menunjukkan banyaknnya tenaga kerja langsung yang diperlukan untuk mengolah satu satuan input.
C. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Lampung Barat. Pemilihan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive) dengan pertimbangan bahwa Kabupaten
Lampung Barat merupakan daerah yang telah mendapat sertifikasi kopi organik dari INOFICE yaitu di Kecamatan Air Hitam dan merupakan sentra utama penghasil kopi di Provinsi Lampung. Luas areal, volume produksi dan
produktivitas kopi per kecamatan di Kabupaten Lampung Barat dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Luas areal, produksi dan produktivitas kopi per kecamatan Kabupaten Lampung Barat Tahun 2013
No Kecamatan Luas Areal (ha) Produksi (ton) Produktivitas (ton/ha)
1 Sumberjaya 1.605 1.383 0,862 2 Kebun Tebu 3.185 2.828 0,888 3 Gedung Surian 2.936 2.669 0,909 4 Air Hitam 4.932 4.612 0,935 5 Way Tenong 4.810 4.265 0,887 6 Sekincau 5.714 5.417 0,948 7 Pagar Dewa 8.334 7.573 0,909 8 Batu Ketulis 4.643 4.185 0,901 9 Suoh 1.728 1.573 0,910
10 Bandar Negeri Suoh 1.700 1.512 0,889
11 Belalau 4.643 4.206 0,906 12 Batu Brak 2.620 2.335 0,891 13 Balik Bukit 1.410 1.195 0,848 14 Sukau 2.635 2.581 0,980 15 Lumbok Seminung 2.664 1.763 0,662 Total 53.559 48.097
Sumber: BPS Kabupaten Lampung Barat 2014a
Produktivitas kopi di Kecamatan Air Hitam pada tahun 2013 adalah sebesar 0,935 ton/ha. Kecamatan Air Hitam merupakan daerah dengan produktivitas kopi tertinggi ketiga di Lampung Barat setelah Kecamatan Sukau dan Sekincau. Gapoktan di Kecamatan Air Hitam yang telah telah mendapat sertifikasi organik dari INOFICE adalah Gapoktan Hulu Hilir yang berada di Pekon Gunung Terang. Gapoktan Hulu Hilir mendapat sertifikasi organik dari INOFICE sejak tahun 2012, dengan jumlah petani yang tersertifikasi sebesar 30 petani.
D. Jenis Dan Metode Pengambilan Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer merupakan data yang berkaitan dengan penelitian yang diperoleh langsung dari petani. Teknik pengumpulan data primer yang digunakan adalah wawancara dengan bantuan kuisioner untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan tujuan penelitian serta pengamatan langsung daerah penelitian.
Data sekunder merupakan data pendukung yang diperoleh dari instansi atau lembaga yang mendukung penelitian ini seperti Dinas Perkebunan, Dinas Pertanian, Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, Badan Pusat Statistik Kabupaten Lampung Barat, BPD AEKI Lampung dan lembaga serta instansi lainnya.
E. Metode Analisis Data
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Metode kuantitatif digunakan untuk menjawab keempat tujuan dalam penelitian dengan uji statistik, sedangkan penjabaran hasil penelitian dari manfaat sertifikasi dalam aspek ekonomi, sosial dan lingkungan
menggunakan metode deskriptif kualitatif.
1. Metode Analisis Manfaat Ekonomi
Manfaat sertifikasi kopi organik dalam aspek ekonomi ditinjau dari peningkatan produktivitas, efisiensi biaya, pendapatan usahatani dan nilai tambah pengolahan kopi organik. Penghitungan produktivitas, efisiensi biaya dan pendapatan
dilakukan dengan analisis usahatani yang diuji dengan uji beda t. Uji beda t dilakukan untuk menguji Hipotesis 1a.
a. Produktivitas Usahatani
Produktivitas kopi menggambarkan kemampuan lahan dalam memberikan manfaat terhadap aktivitas pada lahan tersebut. Perhitungan produktivitas kopi dapat dilakukan dengan rumus :
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 = 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎 𝑝𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑠𝑖 𝑘𝑜𝑝𝑖 (𝐾𝑔)
𝐿𝑢𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑎𝑛 𝑢𝑠𝑎 𝑎 𝑡𝑎𝑛𝑖 𝑘𝑜𝑝𝑖 (𝑎) ……..……….(1)
Produksi yang digunakan untuk menghitung produktivitas adalah rata-rata produksi kopi selama dua tahun terakhir yang dihasilkan petani mengingat sertifikasi organik INOFICE baru berjalan selama dua tahun. Untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara produktivitas kopi petani sertifikasi dan nonsertifikasi, maka dilakukan uji beda t-test dua sampel. Uji beda t dilakukan untuk menguji Hipotesis 1a. Rumus uji beda yang digunakan yaitu (Sugiyono, 2007):
𝑡 𝑖𝑡𝑢𝑛𝑔 = x̅1 − x̅2 𝑆12 𝑛 1+ 𝑆22 𝑛 2 ……….(2) Keterangan :
x̅1 = rata–rata produktivitas kopi petani sertifikasi
x̅2 = rata–rata produktivitas kopi petani nonsertifikasi
S1 = standar deviasi produktivitas kopi petani sertifikasi
S2 = standar deviasi produktivitas kopi petani nonsertifikasi
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: H0 : μ1 = μ2 artinya tidak ada perbedaan antara produktivitas kopi petani
H1 : μ1 > μ2 artinya produktivitas kopi petani sertifikasi lebih tinggi dari petani nonsertifikasi.
Uji beda t dilakukan satu arah menggunakan SPSS 16 sebagai alat bantu perhitungan. Cara pengambilan keputusan dalam uji beda t terlebih dahulu dengan uji f untuk melihat homogenitas varian dari populasi. Jika signifikan F hit > 0,05 maka varian populasi kedua kelompok sama dan uji t yang digunakan yaitu uji t variance assumed, sebaliknya jika signifikasn F hitung < 0,05 maka varian kedua populasi tidak sama dan uji t yang digunakan yaitu uji t variance not assumed. Kriteria pengambilan keputusan t hitung yaitu jika t hitung > t tabel maka tolak Ho artinya produktivitas kopi petani sertifikasi lebih tinggi dari petani nonsertifikasi. Jika t hitung < t tabel maka terima Ho artinya produktivitas kopi petani sertifikasi dan nonsertifikasi sama atau tidak berbeda nyata. Jika
produktivitas kopi petani sertifikasi lebih tinggi dari petani nonsertifikasi maka terdapat manfaat yang diperoleh dari program sertifikasi INOFICE.
Praktik usahatani kopi secara organik akan mempengaruhi kesuburan dan produktivitas lahan sehingga selain produktivitas usahatani kopi maka perlu dihitung produktivitas lahan petani sertifikasi dan petani nonsertifikasi.
Produktivitas lahan merupakan perbandingan penerimaan lahan terhadap harga kopi dan disetarakan dengan luas lahan. Penerimaan lahan merupakan
penjumlahan keseluruhan penerimaan tanaman yang ada dilahan yaitu penerimaan tanaman kopi, penerimaan tanaman tumpang sari dan penerimaan tanaman
naungan. Rumus perhitungan produktivitas lahan adalah sebagai berikut : 𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑙𝑎𝑎𝑛 = 𝑃𝑒𝑛𝑒𝑟𝑖𝑚𝑎𝑎𝑛 𝑙𝑎 𝑎𝑛 𝑅𝑝 :𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑘𝑜𝑝𝑖 (𝑅𝑝 /𝐾𝑔)
Produktivitas lahan untuk petani sertifikasi dan nonsertifikasi diuji dengan menggunakan uji beda t-test dua sampel pada Persamaan 2. Jika produktivitas lahan petani sertifikasi lebih tinggi dari petani nonsertifikasi maka sertifikasi INOFICE telah memberikan manfaat. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
H0 : μ1 = μ2 artinya tidak ada perbedaan antara produktivitas lahan petani kopi sertifikasi dan petani nonsertifikasi.
H1 : μ1 > μ2 artinya produktivitas lahan petani kopi sertifikasi lebih tinggi dibanding petani non sertifikasi.
b. Efisiensi Biaya
Biaya merupakan pengorbanan sumber ekonomi dalam kegiatan produksi. Biaya dalam terdiri dari biaya tetap dan biaya variabel. Efisiensi merupakan suatu keadaan dimana tercapainya perbandingan terbaik untuk suatu usaha pemanfaatan sumber daya dengan hasil yang diperoleh. Efisiensi biaya akan memberikan petani keuntungan yang lebih optimal.
Perhitungan efisiensi biaya kopi dilakukan untuk melihat besarnya biaya korbanan (opportunity cost) yang dikeluarkan untuk menghasilkan satu kilogram kopi. Efisien tidaknya pengeluaran biaya bergantung pada besarnya biaya untuk menghasilkan satu kilogram kopi. Semakin kecil biaya yang diperlukan untuk menghasilkan satu kilogram kopi maka semakin besar efisiensi biaya yang diperoleh. Perhitungan efisiensi biaya dilakukan dengan rumus:
Efisiensi biaya kopi antara petani sertifikasi dan nonsertifikasi selanjutnya diuji dengan uji beda untuk melihat ada tidaknya perbedaan. Jika efisiensi biaya petani sertifikasi lebih tinggi maka program sertifikasi memberikan manfaat bagi petani. Pengujian tersebut menggunakan rumus pada Persamaan 2. Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : μ1 = μ2 artinya tidak ada perbedaan antara efisiensi biaya kopi petani sertifikasi dan petani nonsertifikasi.
H1 : μ1 > μ2 artinya efisiensi biaya kopi petani sertifikasi lebih tinggi dibanding petani non sertifikasi.
Usahatani kopi sering dilakukan dengan sistem tumpang sari dan naungan,
sehingga perlu dilakukan penghitungan efisiensi biaya lahan untuk melihat apakah biaya yang dikeluarkan untuk pada lahan sudah efisien. Efisiensi biaya lahan merupakan perbandingan total biaya lahan dengan produktivitas lahan. Sama seperti efisiensi biaya kopi, semakin kecil biaya yang dikeluarkan maka semakin tinggi efisiensi biaya lahan. Penghitungan efisiensi biaya dilakukan dengan rumus:
𝐸𝑓𝑖𝑠𝑖𝑒𝑛𝑠𝑖 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑙𝑎𝑎𝑛 = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑏𝑖𝑎𝑦𝑎 𝑢𝑠𝑎 𝑎𝑡𝑎𝑛𝑖 𝑙𝑎 𝑎𝑛 (𝑅𝑝)
𝑃𝑟𝑜𝑑𝑢𝑘𝑡𝑖𝑣𝑖𝑡𝑎𝑠 𝑙𝑎 𝑎𝑛 (𝐾𝑔) ………...(5)
Untuk melihat ada tidaknya perbedaan antara efisiensi biaya lahan antara petani sertifikasi dan nonsertifikasi maka dilakukan uji beda, jika efisiensi biaya lahan petani sertifikasi lebih tinggi dari petani nonsertifikasi maka sertifikasi
memberikan manfaat bagi petani. Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : μ1 = μ2 artinya tidak ada perbedaan antara efisiensi biaya lahan petani sertifikasi dan petani nonsertifikasi.
H1 : μ1 > μ2 artinya efisiensi biaya lahan petani sertifikasi lebih tinggi dibanding petani nonsertifikasi.
c. Pendapatan
Pendapatan kopi merupakan selisih penerimaan dengan biaya yang dikeluarkan untuk kopi. Pendapatan lahan merupakan selisih penerimaan lahan dengan biaya pada lahan tersebut. Perhitungan pendapatan dapat dilakukan dengan rumus (Soekartawi, 1990):
𝜋 = 𝛴𝑌𝑖. 𝑃𝑦𝑖 − 𝛴𝑋𝑖. 𝑃𝑥𝑖 − 𝐵𝑇𝑇 ……….(6) Keterangan:
𝜋 = pendapatan lahan(Rp)
Yi = hasil produksi (tanaman kopi, tanaman naungan, tanaman tumpang sari (kg)) Pyi = harga output (tanaman kopi, tanaman naungan, tanaman tumpang sari (Rp)) Xi = faktor produksi (i = 1, 2, 3, ....n)
Pxi = harga faktor produksi ke-i (Rp) BTT = biaya tetap total (Rp)
Pendapatan dan biaya yang dihitung dalam pendapatan lahan ini adalah
pendapatan dan biaya yang dikeluarkan selama dua tahun terakhir. Pendapatan lahan meliputi seluruh penerimaan dan biaya dari yang dilakukan pada lahan baik kopi, tanaman tumpang sari dan tanaman penaung. Dalam analisis pendapatan suatu menguntungkan atau tidak dapat dilihat dari nilai R/C (return cost ratio), yaitu rasio total penerimaan terhadap total biaya. Persamaan untuk analisis R/C adalah sebagai berikut:
𝑅 𝐶 = 𝑇𝑅
dimana, R/C = Return cost ratio TR = Total revenue (Rp) TC = Total cost (Rp)
Usahatani dikatakan menguntungkan jika nilai R/C >1, namun jika nilai R/C < 1 maka tidak menguntungkan. berada pada situasi impas atau tidak
menguntungkan dan tidak merugikan jika nilai R/C = 1 atau biasa disebut break event point. Pendapatan lahan untuk masing-masing kelompok kemudian diuji dengan uji beda. Jika pendapatan petani sertifikasi lebih tinggi maka terdapat manfaat yang diperoleh petani dari program sertifikasi. Hipotesis yang digunakan adalah sebagai berikut:
H0 : μ1 = μ2 artinya tidak ada perbedaan antara pendapatan petani sertifikasi dan petani nonsertifikasi.
H1 : μ1 > μ2 artinya pendapatan petani sertifikasi lebih tinggi dibanding petani nonsertifikasi.
Hipotesis tersebut diuji dengan t-test dua sampel, menggunakan rumus pada persamaan 2. Jika pendapatan petani usahatani kopi petani sertifikasi lebih tinggi maka ada manfaat dari adanya program sertifikasi.
d. Analisis Nilai Tambah
Biji kopi organik yang dihasilkan oleh petani sebagian besar dijual ke pedagang/tengkulak dan sebagian lagi dijual kepada gapoktan untuk diolah menjadi kopi bubuk organik. Pengolahan kopi menjadi kopi bubuk organik akan memberikan nilai tambah terhadap produk tersebut. Pengolahan biji kopi menjadi
kopi bubuk organik akan memberikan harga jual yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan keuntungan yang diterima. Nilai tambah merupakan penambahan nilai suatu produk akibat adanya pengolahan. Perhitungan nilai menggunakan analisis nilai tambah metode Hayami dan tersaji pada Tabel 4.
Tabel 4. Analisis nilai tambah metode Hayami
No Variabel Nilai
Output, Input, Harga
1 Output/ total produksi (Kg / periode) A 2 Input bahan baku (Kg / periode) B 3 Input Tenaga kerja (HOK / periode) C 4 Faktor konversi (1) / (2) D = A / B 5 Koefesien tenaga kerja (3) / (2) E = C / B
6 Harga produk ( Rp / Kg) F
7 Upah rata-rata tenaga kerja per HOK ( Rp /HOK) G
Pendapatan dan Keuntungan
8 Harga input bahan baku ( Rp / Kg) H 9 Sumbangan input lain ( Rp / Kg) I
10 Nilai produk ( 4 ) x ( 6 ) ( Rp / Kg) J = D X F 11 a. Nilai tambah ( 10 ) - ( 8 ) – ( 9 ) ( Rp / Kg) K = J-H-I
b. Rasio nilai tambah (11a) / (10 ) ( % ) L % = ( K / J ) % 12 a. Pendapatan Tenaga kerja ( Rp / Kg) M = E x G
b. Imbalan tenaga kerja (12a) / (11a) ( % ) N % = ( M / K ) % 13 a. Keuntungan (11a) – ( 12a) ( Rp / Kg) O = K – M
b. Tingkat keuntungan (13a) / (10 ) ( % ) P % = ( O/ J ) %
Balas Jasa Untuk Faktor produksi
14
Marjin ( 10 ) - ( 8 ) ( Rp / Kg) Q = J – H
a. Pendapatan tenaga kerja (12a) / (14 ) ( % ) R % = ( M / Q ) % b. Sumbangan input lain ( 9 ) / (14 ) ( % ) S % = ( I / Q ) % c. Keuntungan perusahaan (13a) / (14 ) ( % ) T % = ( O / Q ) % Sumber: Hayami dalam Maharani (2013)
e. Penilaian Praktik Usahatani Kopi yang Berkelanjutan Secara Ekonomi
Penilaian ini dilakukan untuk melihat apakah program sertfikasi memberikan manfaat berupa kemudahan dalam pemasaran dan keadilan dalam proses
PO indonesia yaitu keadilan transaksi yang mencakup (1) pihak yang menentukan harga kopi, (2) lembaga pemasaran yang bekerja sama dengan petani,
(3) penentuan harga kopi berdasarkan mutu/grade, (4) keterbukaan untuk negosiasi harga/tawar-menawar. Pengukuran indikator menggunakan skor 1-3 yaitu tidak sesuai prinsip, kurang sesuai prinsip, dan sesuai prinsip. Nilai indikator yang diperoleh akan dianalisis dengan uji Mann Whitney.. Indikator penilaian praktik yang berkelanjutan secara ekonomi tersaji pada Tabel 5.
Tabel 5. Indikator penilaian praktik kopi yang berkelanjutan secara ekonomi
No Indikator Skor Penilaian
Keadilan dalam proses transaksi
1 Pihak yang menentukan harga kopi
(1) Pihak pembeli (2) Mengikuti harga pasar
(3) Pihak pembeli dan petani
2 Lembaga pemasaran yang bekerja sama dengan petani
(1) Tidak ada
(2) Hanya koperasi/eksportir atau lembaga sertifikasi
(3) Koperasi, eksportir dan lembaga sertifikasi
3 Penentuan harga kopi berdasarkan mutu/grade kopi
(1) Tidak pernah (2) Kadang-kadang (3) Iya selalu
4 Penentuan harga dilakukan melalui proses tawar-menawar/negosiasi harga
(1) Tidak pernah (2) Kadang-kadang (3) Iya selalu
Ketentuan skor penilaian adalah sebagai berikut: 1) Skor 1 bila pernyataan tidak sesuai dengan indikator 2) Skor 2 bila pernyataan sedikit sesuai dengan indikator 3) Skor 3 bila pernyataan sesuai dengan indikator
Sebelum dilakukan analisis terhadap indikator-indikator diatas maka perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada instrumen-instrumen yang ada dalam penelitian. Pengujian ini bertujuan untuk mengetahui apakah
mengukur dan menggambarkan apa yang ingin diteliti. Suatu penelitian dikatakan mampu menggambarkan fenomena yang ingin diukur jika nilai validitas dan reliabilitasnya tinggi. Menurut Singarimbun (1995) sebelum dilakukan analisis lebih dalam maka perlu dilakukan uji validitas dan reliabilitas pada kuisioner yang diisi 30 responden pertama. Alat bantu yang digunakan untuk melakukan uji validitas dan reliabilitas adalah program SPSS 16.
Pengujian validitas kuesioner dengan menggunakan metode analisis faktor. Menurut Sekaran (2006) analisis faktor diketahui dengan menghitung analisis data reduction factor dengan melihat extraction method (principal component
analysis) dan Keiser Meyer Olkin Measure of Sampling Adequency serta Barlett’s Test of Sphericity yang ada dalam program SPSS 16. Instrumen dinyatakan valid, jika nilai Keiser Meyer Olkin (KMO) berada diatas 0,5 dan nilai extraction diatas 0,4 (Malhotra, 2002).
Reliabilitas merupakan nilai yang menunjukkan konsistensi suata alat pengukur dalam mengukur fenomena yang sama. Menurut Ghozali (2006) kuisioner dikatakan reliabel jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan stabil atau konsisten dari waktu ke waktu. Penelitian ini dilakukan dengan satu kali wawancara terhadap responden, sehingga uji reliabilitas yang digunakan adalah uji tes tunggal. Suatu kuisioner dikatakan reliabel jika nilai reliabilitas (α) atau r hitung > 0,6. Perhitungan nilai reliabilitas dapat digunakan dengan rumus Cronbach-Alpha yaitu:
𝛼 = 𝑘
𝑘−1 1 − ∑𝜎𝑖2
Keterangan
α = koefisien reliabilitas alpha k = jumlah indikator
Σ𝜎𝑖2 = jumlah varians bulir
𝜎𝑡2 = varians total
Indikator-indikator manfaat ekonomi yang telah diuji validitas dan reliabilitas kemudian dianalisis dengan metode statistik nonparametrik. Menurut Siegel (1992) metode tes statistik non parametrik sering disebut sebagai metode bebas sebaran (free distribution), yaitu tidak menetapkan syarat bahwa observasi-observasinya harus ditarik dari populasi yang berdistribusi normal. Manfaat sertifikasi dalam aspek lingkungan petani sertifikasi dan nonsertifikasi diuji dengan Uji Mann-Whitney untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan nyata antara rata-rata dua populasi yang distribusinya sama melalui dua sampel yang independen yang diambil dari kedua populasi. Uji Mann Whitney dilakukan untuk menguji Hipotesis 1b, Hipotesis 2 dan Hipotesis 3.
Jika rata-rata skor praktik budidaya kopi yang berkelanjutan secara ekonomi petani sertifikasi lebih tinggi dari petani nonsertifikasi maka sertifikasi INOFICE memberikan manfaat bagi petani. Hipotesis penelitian dalam tujuan ini adalah: H0 : μ1 = μ2 artinya rata-rata manfaat ekonomi yang diterima petani sertifikasi
dan nonsertifikasi tidak berbeda.
H1 : μ1 > μ2 artinya rata-rata manfaat ekonomi yang diterima petani sertifikasi lebih tinggi dari petani nonsertifikasi.
Kemudian, untuk mengetahui hipotesis mana yang akan dipilih, dilakukan uji z dengan rumus (Siegel, 1992):
𝑧 =
𝑈− 𝑛 1𝑛 2 2 𝑛 1 𝑛 2 𝑛 1+𝑛 2+1 12 ………(9) 𝑈1 = 𝑛1𝑛2 + 𝑛1 𝑛1+1 2 − 𝑅1 ……….(10) 𝑈2 = 𝑛1𝑛2+ 𝑛2 𝑛2+1 2 − 𝑅2 ……….(11) KeteranganU1 = jumlah peringkat sertifikasi
U2 = jumlah peringkat non sertifikasi
R1 = Jumlah ranking sertifikasi
R2 = Jumlah ranking non-sertifikasi
n1 = jumlah petani sertifikasi
n2 = jumlah petani non-sertifikasi
Dari hasil perhitungan dipilih nilai U yang paling kecil diantara keduanya dan dilakukan perhitungan untuk mencari besarnya nilai z. Uji Mann-Whitney U test dilakukan dengan bantuan program SPSS 16 dengan uji satu arah menggunakan selang kepercayaan (α) sebesar 5% (Z 0,05 = 1,645). Kriteria pengambilan keputusan yaitu jika Z hitung > Z tabel maka tolak Ho artinya manfaat ekonomi yang diterima petani sertifikasi lebih tinggi dari petani nonsertifikasi, sebaliknya jika Z hitung < Z tabel maka terima Ho artinya manfaat ekonomi yang diterima petani sertifikasi dan nonsertifikasi sama saja.
2. Metode Analisis Manfaat Lingkungan
Penilaian manfaat aspek lingkungan ini dilakukan melalui praktik kopi secara organik. Indikator yang digunakan dalam penilaian manfaat sertifikasi dalam aspek lingkungan mengacu pada SNI 6729 2013 yang manajemen ekosistem, konservasi tanah dan air, tata cara produksi, penggunaan dan pembuatan input pertanian organik serta pemanenan dan penyimpanan. Pengukuran indikator menggunakan skala likert, skala dalam penelitian ini dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu tidak sesuai, kurang sesuai dan sesuai dengan prinsip. Indikator-indikator
penilaian manfaat lingkungan yang digunakan tersaji pada Tabel 6.
Tabel 6. Indikator penilaian praktik kopi yang berkelanjutan secara lingkungan
No Indikator Skor Penilaian
Manajemen Ekosistem
1
2
Macam-macam tanaman naungan yang ditanam di lahan
Jumlah tanaman naungan yang ditanam di lahan
(1) Tidak ada (2) Satu jenis (3) Bermacam-macam (1) 0- 200 pohon per ha (2) 201-300 pohon per ha (3) 301-600 pohon per ha
Konservasi Tanah dan air
3 Cara membersihkan rumput dikebun
(1) Disemprot dengan herbisida kimia (2) Disemprot dan dikoret
(3) Dikoret lalu dikomposkan
4 Daur ulang sisa-sisa hasil panen (daun, kulit kopi dll) untuk menjadi pupuk organik
(1) Tidak pernah (2) Kadang-kadang (3) Iya selalu
5
Pembuatan parit, tanggul, guludan, lubang angin, terasering atau penanaman mengikuti kontur untuk mencegah erosi
(1) Tidak ada
(2) Hanya ada terasering atau tanggul (3) Ada, terasering atau tanggul , lubang angin
dll
6 Tempat membuang air dari sisa penggunaan herbisida atau pestisida dan input lainnya
(1) Di sungai (2) Tidak tentu
(3) Di lubang khusus pembuangan limbah
7 Cara mengelola sampah dedaunan
(1) Dibakar (2) Dibiarkan saja (3) Ditimbun dalam tanah
8 Tempat membuang sampah plastik, botol dll yang ada dilahan
(1) Di sungai atau dibakar (2) Dibiarkan saja
(3) Ditimbun dalam tanah atau didaur ulang
Tata cara produksi
9 Lama masa konversi lahan untuk tanaman tahunan 3 tahun sebelum panen pertama
(1) Tidak dikonversi, (2) 1-2 tahun, (3) ≥ 3 tahun.
Lanjutan Tabel 6.
No Indikator Skor Penilaian
10
Lahan organik dan konvensional memiliki pembatas yang jelas berupa zona penyangga (buffer zone)
(1) Tidak ada pembatas
(2) Pembatas menggunakan tanaman usahatani yang langsung berbatasan dengan lahan anorganik
(3) Ada pembatas berupa jenis tanaman lain (buffer zone).
11
Kesuburan dan aktivitas biologi tanah harus dipelihara atau ditingkatkan dengan :
a. Sumber bahan penyubur tanah berasal dari mikroba, tumbuhan dan hewan organik b. Penggunaan pupuk organik (pupuk
kompos, pupuk hijau dan pupuk kandang) pada lahan (1) Tidak menggunakan (2) Kadang-kadang menggunakan (3) Iya menggunakan (1) Tidak menggunakan (2) Kadang-kadang menggunakan (3) Iya selalu menggunakan
12
Hama, penyakit dan gulma harus dikendalikan dengan cara-cara berikut :
a. Pengendalian mekanis dengan penggunaan perangkap, penghalang, cahaya dan suara.
b. Pengedalian hama, penyakit, dan gulma menggunakan pestisida nabati
c. Pelestarian musuh alami (parasit, predator, patogen dan serangga)
d. Ekosistem yang beragam (tumpang sari, buffer zone, dan agroforestry )
e. Penggunaan mulsa dan penyiangan
(1) Menggunakan pestisida dan herbisida kimia (2) Kadang-kadang, menerapkan salah satu cara
pengendalian HPT bergantian dengan pengendalian HPT dengan bahan kimia (3) Menerapkan salah satu/kombinasi cara-cara
pengendalian gulma secara organik
13
Jarak zona pembatas terhadap permukiman dan sumber air atau sungai
(1) 0-15 m (2) 15-30 m (3) > 30 m
14
Pembersihan semua peralatan yang digunakan sebelum digunakan pada lahan organik
(1) Tidak pernah dibersihkan (2) Kadang-kadang dibersihkan (3) Selalu dibersihkan
Penggunaan dan Pembuatan Input Produksi
Pertanian Organik
15 Benih/bibit kopi berasal dari tanaman kopi organik
(1) Benih/bibit kopi yang berasal dari tanaman kopi transgenik (GMO)
(2) Benih/bibit kopi yang berasal dari usahatani secara anorganik atau semiorganik
(3) Benih/bibit kopi yang berasal dari usahatani secara organik.
16 Penggunaan bahan kimia sintetik (pupuk dan pestisida kimia) dalam proses produksi kopi
(1) Iya selalu
(2) Kadang-kadang menggunakan (3) Tidak menggunakan
Pemanenan dan Penyimpanan
17 Cara pemanenan kopi
(1) Tidak dipilih-pilih (hijau dan merah) (2) Dipilih, biji yang hampir merah (3) Dipilih, hanya biji yang merah saja
18 Cara penjemuran kopi
(1) Di tanah tanpa alas
(2) Di tanah dengan alas (terpal) (3) Di lantai semen
19 Pembersihan alat-alat pengolahan
(1) Tidak dibersihkan
(2) Kadang-kadang dibersihkan (3) Selalu dibersihkan
20 Tempat penyimpanan kopi
(1) Di teras rumah
(2) Di dalam rumah (tidak tentu) (3) Di tempat khusus dalam rumah
Ketentuan skor penilaian adalah sebagai berikut: 1) Skor 1 bila pernyataan tidak sesuai dengan indikator 2) Skor 2 bila pernyataan sedikit sesuai dengan indikator 3) Skor 3 bila pernyataan sesuai dengan indikator
Indikator-indikator manfaat lingkungan dianalisis dengan metode yang sama dengan indikator manfaat ekonomi yaitu uji Mann Whitney dan terlebih dahulu diuji validitas dan reabilitas. Uji Mann Whitney digunakan untuk menguji Hipotesis 2. Jika rata-rata skor praktik budidaya kopi yang berkelanjutan
lingkungan petani sertifikasi lebih tinggi maka sertifikasi INOFICE memberikan manfaat bagi petani. Hipotesis pengujian yang digunakan yaitu:
H0 : μ1 = μ2 artinya rata-rata manfaat lingkungan yang diterima petani sertifikasi dan nonsertifikasi tidak berbeda.
H1 : μ1 > μ2 artinya rata-rata manfaat lingkungan yang diterima petani sertifikasi lebih tinggi dibanding petani nonsertifikasi.
3. Metode Analisis Manfaat Sosial
Manfaat sertifikasi dalam aspek sosial diukur dengan menggunakan indikator-indikator kepedulian sosial prinsip pertanian organik yang mengacu pada SNI 6729 2013, IFOAM basic standard 2005 dan Jaker PO Indonesia (Jaringan kerja pertanian organik Indonesia). Indikator-indikator ini digunakan untuk menilai tingkat keberlanjutan kopi organik dari segi sosial. Indikator untuk mengukur praktik kopi organik yang dapat diterima secara sosial tersaji pada Tabel 7.
Tabel 7. Indikator penilaian praktik kopi yang dapat diterima secara sosial No Indikator Skor 1 2 3 4 5 Kesehatan Petani
Penggunaan Alat-alat pelindung ketika pemupukan dan penyemprotan
Penyimpanan peralatan pelindung diri yang bersamaan dengan penyimpanan bahan kimia (pupuk, pestisida,dll).
Tempat penyimpanan pupuk dan pestisida
Jarak penyimpanan pupuk dan pestisida dari sumber air atau sumur
Tempat membersihkan diri dan mencuci pakaian setelah melakukan pemupukan dan penyemprotan pestisida
(1) Tidak menggunakan pelindung
(2) Menggunakan sebagian alat pelindung (misal topi/sepatu)
(3) Menggunakan masker, sepatu, pakaian tertutup dan topi
(1) Selalu
(2) Kadang-kadang (3) Tidak pernah (1) Di kebun
(2) Di dalam rumah (tidak tentu) (3) Di tempat khusus dalam rumah (1) 0-15 m
(2) 15-30 m (3) >30 m (1) Di sungai
(2) Di kamar mandi rumah
(3) Di kamar mandi khusus di kebun
6
Kearifan Lokal
Mengadakan musyawarah/diskusi mengenai permasalahan dalam usahatani kopi
(1) Tidak pernah (2) Kadang-kadang (3) Iya, selalu 7 8 9
Iuran rutin untuk kegiatan kelompok tani dan bantuan bagi kelompok tani yang membutuhkan
Pelaksanaan pelatihan dan penyuluhan bagi petani dari kelompok tani bekerja sama dengan lembaga sertifikasi
Penanaman kopi dengan pola tumpang sari dan tanaman naungan
(1)Tidak pernah (2) Kadang-kadang (3) Iya selalu (1) Tidak pernah (2) Kadang-kadang (3) Iya, selalu (1) Tidak melakukan (2) Kadang-kadang melakukan (3) Iya selalu melakukan 7
8
9
10
Iuran rutin untuk kegiatan kelompok tani dan bantuan bagi kelompok tani yang membutuhkan
Pelaksanaan pelatihan dan penyuluhan bagi petani dari kelompok tani bekerja sama dengan lembaga sertifikasi
Penanaman kopi dengan pola tumpang sari dan tanaman naungan
Status dan kepemilikan lahan yang digunakan untuk kopi.
(1)Tidak pernah (2) Kadang-kadang (3) Iya selalu (1) Tidak pernah (2) Kadang-kadang (3) Iya, selalu (4) Tidak melakukan (5) Kadang-kadang melakukan (6) Iya selalu melakukan
(1) Sedang dalam sengketa
(2) Lahan bebas sengketa namun tidak memiliki sertifikat
(3) Lahan bebas sengketa dan memiliki sertifikat
11
12
13
Keadilan Sosial
Pertimbangan dalam melilih pekerja
Penentuan jam istirahat bagi pekerja
Cara penentuan upah bagi pekerja
(1) SARA (suku, ras dan agama) (2) Tidak ada
(3) Potensi kerja (rajin, kuat, disiplin) (1) Pemilik kebun yang menentukan
(2) Mengikuti jam istirahat yang berlaku di daerah tersebut
(3) Kesepakatan petani dan pekerja (1) Petani yang menentukan
(2) Mengikuti upah yang berlaku di daerah tersebut (3) Kesepakatan petani dan pekerja
Lanjutan Tabel 7.
No Indikator Skor
14
15
16
Kebebasan berkumpul dan berorganisasi
Lembaga atau organisasi apa saja yang diikuti petani
Keaktifan petani dalam kegiatan dan perkumpulan organisasi yang diikuti
Keaktifan petani dalam mengikuti penyuluhan oleh penyuluh/tokoh desa/perusahaan
(1) Tidak mengikuti organisasi (2) Hanya mengikuti kelompok tani (3)Mengikuti kelompok tani dan kelompok
atau organisasi lainnya yang ada di desa (arisan, pengajian, dan lain sebagainya).
(1) Tidak aktif/ tidak pernah hadir (2) Cukup aktif/kadang-kadang hadir (3) Aktif/selalu hadir (1) Tidak pernah (2) Kadang-kadang (3) Selalu mengikuti 17 18
Kesetaraan Gender dan tidak bertindak diskriminati
Pemilihan pekerja didasarkan pada jenis kelamin (gender)
Perbandingan jumlah pekerja pria dan wanita
(1) Iya selalu (2) Kadang-kadang (3) Tidak pernah
(1) Tidak ada pekerja wanita, semua pekerja pria (2) Penggunaan pekerja wanita dibatasi, lebih banyak
pekerja pria
(3) Jumlah pekerja pria dan wanita berimbang/tidak dibatasi
Ketentuan skor penilaian adalah sebagai berikut: 1) Skor 1 bila pernyataan tidak sesuai dengan indikator 2) Skor 2 bila pernyataan kurang sesuai dengan indikator 3) Skor 3 bila pernyataan sesuai dengan indikator
Metode analisis data yang digunakan pada tujuan ketiga ini sama dengan metode yang digunakan untuk menjawab tujuan kedua yaitu uji Mann-Whitney. Uji Mann Whitney digunakan untuk menguji Hipotesis 3 dalam penelitian. Jika rata-rata skor praktik budidaya kopi yang berkelanjutan sosial petani sertifikasi lebih tinggi dari petani nonsertifikasi maka program sertifikasi memberikan manfaat bagi petani. Hipotesis yang digunakan adalah:
H0 : μ1 = μ2 artinya rata-rata manfaat sosial yang diterima petani sertifikasi dan nonsertifikasi tidak berbeda.
H1 : μ1 > μ2 artinya rata-rata manfaat sosial yang diterima petani sertifikasi lebih tinggi dari petani nonsertifikasi.
4. Metode Analisis Manfaat Sertifikasi Terhadap keberlanjutan Usahatani Kopi
Penilaian manfaat ekonomi, manfaat lingkungan dan manfaat sosial kemudian dibandingkan untuk melihat keberlanjutan usahatani kopi yang dilakukan petani sertifikasi maupun petani nonsertifikasi. Hasil skor penilaian manfaat ekonomi, lingkungan dan manfaat sosial diklasifikasikan untuk mengetahui tingkat
keberlanjutan kopi secara ekonomi, lingkungan dan secara sosial. Keberlanjutan kopi secara ekonomi, lingkungan dan sosial dihitung dengan indeks keberlanjutan. Indeks keberlanjutan mencerminkan tingkat keberlanjutan masing-masing petani. Pengukuran indeks keberlanjutan dihitung dengan rumus sebagai berikut:
𝐼𝑛𝑑𝑒𝑘𝑠 𝑘𝑒𝑏𝑒𝑟𝑙𝑎𝑛𝑗𝑢𝑡𝑎𝑛 = 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑑𝑖𝑝𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒
𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚 𝑥 100 % ………...(12)
Hasil persentase indeks keberlanjutan diklasifikasikan menurut Thamrin et al. (2007) yang mana status keberlanjutan terbagi menjadi empat kategori yaitu nilai indeks 0-25 persen berarti tidak keberlanjutan (buruk), nilai indeks 25,1-50 persen berarti kurang berkelanjutan (kurang), nilai indeks 50,1-75 persen berarti cukup berkelanjutan (cukup) dan nilai indeks 75-100 persen yang berarti berkelanjutan (baik). Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan indeks keberlanjutan
multidimensi (ekonomi, lingkungan dan sosial) petani sertifikasi dan
nonsertifikasi maka dilakukan uji beda t. Uji beda t dilakukan untuk menguji Hipotesis 4 dalam penelitian. Jika rata-rata nilai indeks keberlanjutan
multidimensi petani sertifikasi lebih tinggi dari petani nonsertifikasi maka terdapat manfaat program sertifikasi bagi keberlanjutan usahatani kopi organik. Jika rata-rata indeks keberlanjutan usahatani petani sertifikasi lebih tinggi dari petani nonsertifikasi maka program sertifikasi telah memberikan manfaat bagi
keberlanjutan usahatani kopi organik. Uji beda t menggunakan Persamaan 2 dengan hipotesis:
H0 : μ1 = μ2 artinya rata-rata indeks keberlanjutan petani sertifikasi sama dengan petani nonsertifikasi.
H1 : μ1 > μ2 artinya rata-rata indeks keberlanjutan petani sertifikasi lebih tinggi dari petani nonsertifikasi.