• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN AKHIR TAHUN II UNMAS DENPASAR. PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW) IbW NUSA PENIDA. O l e h :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN AKHIR TAHUN II UNMAS DENPASAR. PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW) IbW NUSA PENIDA. O l e h :"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

1

LAPORAN AKHIR TAHUN II

PROGRAM

IPTEKS BAGI WILAYAH

(IbW)

IbW NUSA PENIDA

O l e h :

Ketua Tim

Drs. I Nyoman Putu Suwindra, M.Kom. NIP.196012311986031021

Anggota Tim

1. I Ketut Yoda, S.Pd, M.Or NIP.196805172001121001 2. I Kade Suardana, S.Pd, M.Si

NIP.196812071994031002 3. Ir. Ketut Widnyana, M.Si

NIK. 826 489 163 4. Prof. Dr. Ketut Suma, M.S

NIP.195901011984031003 5. Dr. I Wayan Bagia, Drs.,M.Si

NIP.196812311993031012 6. Dra. Risa Panti Ariani, M.Si.

NIP.196504191990032001

LPM UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA SINGARAJA

LPM UNIVERSITAS MAHASARASWATI DENPASAR

PEMERINTAH KABUPATEN KLUNGKUNG

2012

UNDIKSHA SINGARAJA UNMAS DENPASAR PEMKAB KLUNGKUNG

(2)

2

HALAMAN PENGESAHAN

---

JUDUL : IbW NUSA PENIDA 1. Perguruan Tinggi Pengusul

a. Nama : Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Alamat : LPM Undiksha, Jln. Udayana No 12C Singaraja Telepon/Faks : (0362) 26327, Faks: (0362) 25735

b. Nama : Universitas Mahasaraswati Denpasar Alamat : LPM Unmas Jl. Kamboja 11-A Denpasar Telepon/Faks : (0361) 227019, Faks: (0361) 227019; 2. Ketua Tim Pengusul

a. Nama : Drs. I Nyoman Putu Suwindra, M.Kom. b. NIP. : 196012311986031021

c. Jabatan/Golongan : Lektor Kepala/IVb d. Jurusan/Fakultas : Pendidikan Fisika / MIPA

e. Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja f. Bidang Keahlian : Komputer

g. Alamat Kantor/Telp/Faks: Jln. Udayana Singaraja/ (0362)32243

/Email : ---

h. Alamat Rumah/Telp/Faks: Jln. Yudistira Utara 8A Singaraja /Email : /indranetmail@yahoo.com 3. Anggota Tim Pengusul

a. Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja Dosen : 14 orang

Mahasiswa : 10 orang b. Universitas Mahasaraswati Denpasar

Dosen : 4 orang Mahasiswa : 5 orang c. Staf Pemda Klungkung : 3 orang d. Staf Lembaga lain

Kecamatan dan Desa : 5 orang 4. Lokasi Pelaksanaan IbW

a. Desa/Kecamatan : Desa Suana, Desa Batukandik, Desa Ped, Desa Sakti, Kec.Nusa Penida

b. Kabupaten : Klungkung c. Propinsi : Bali

5. Periode Waktu Pelaksanaan : 3 tahun (2011-2013)

: Tahun II (Bulan Mei-Desember 2012) 6. Biaya Kegiatan

Biaya Kegiatan Total 3 Tahun : Rp. 735.000.000,- Biaya Kegiatan Total Tahun ke-2 : Rp. 270.000.000,- Dikti Tahun ke-2 : Rp. 95.000.000,- Pemkab Tahun ke-2 : Rp. 150.000.000,- Sumber lain: Undiksha Tahun ke-2 : Rp. 25.000.000,-

Singaraja, 5 Desember 2012

Mengetahui: Ketua Tim Pelaksana,

Ketua LPM Undiksha,

(Prof. Dr. Ketut Suma, M.S) (Drs. I Nyoman Putu Suwindra, M.Kom)

(3)

3

PRAKATA

Puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat dan rahmat-Nya Proses Penulisan laporan akhir program IbW Nusa Penida tahun II (2012) dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Rampungnya pelaksanaan program IbW Nusa Penida ini tidak terlepas dari bantuan dan kerjasama berbagai pihak, antara lain: (1) Rektor Undiksha, (2) Ketua LPM Undiksha, (3) Ketua LPM Unmas, (4) Bupati Klungkung, (5) Sekda Klungkung, (6) Kepala Bappeda Klungkung, (7) Kabid Sosbud Pemda Klungkung, (8) Camat Nusa Penida, (9) Kepala Desa Suana,Desa Batukandik, Desa Ped, dan Desa Sakti, (10) Dosen dan mahasiswa, serta peran serta partisipasi masyarakat yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Atas kerjasamanya, penulis menyampaikan banyak terima kasih. Semoga amal dan budi baiknya mendapat imbalan yang setimpal dari Tuhan Yang Maha Esa.

Tujuan utama dari kegiatan P2M ini adalah memberdayakan masyarakat sesuai dengan sumber daya yang ada di wilayah IbW, khususnya di Desa Suana, Desa Batukandik, Desa Ped dan Desa Sakti. Pada tahun II (2012) program IbW Nusa Penida meliputi 9 program, antara lain: (1) pelatihan komputer, (2) pelatihan industri VCO, (3) demplot biogas, (4) penyelenggaraan keaksaraan fungsional (KF), (5) pelatihan PAUD, (6) pelatihan pembuatan media pembelajaran IPA, (8) pembibitan dan penghijauan, dan (9) pengembangan jarak kepyar.

Penulis beserta tim peneliti menyadari sepenuhnya, penulisan laporan P2M program IbW Nusa Penida ini masih jauh dari sempurna, namun besar harapan penulis laporan ini ada manfaatnya.

Singaraja, Desember 2012 Penulis,

(4)

4

DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN... i

PRAKATA…………... ii

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL…... iv DAFTAR GAMBAR... v DAFTAR LAMPIRAN... vi RINGKASAN... vii SUMMARY... viii BAB I PENDAHULUAN... 1 1.1 Analisis Situasi... 1 1.2 Permasalahan Wilayah...……... 13

BAB II SOLUSI YANG DITAWARKAN... 14

2.1 Metode Pelaksanaan Program IbW... 14

2.2 Rencana dan Pelaksanaan Program IbW... 15

2.3 Target Luaran………..………... 17

2.4 Struktur Organisasi………... 18

2.5 Jadwal Kegiatan………... 19

2.6 Biaya Kegiatan………... 20

BAB III HASIL PELAKSANAAN PROGRAM IBW... 21

3.1 Partisipasi Masyarakat Terhadap Program IbW... 21

3.2 Dokumentasi Program IbW…... 22

3.3 Indikator Kinerja RAB……... 24

3.4 Hambatan/Kendala…………... 29

3.5 Upaya Tindak lanjut………... 29

3.6 Dampak dan Manfaat... 30

3.7 Pembahasan... 30

BAB IV PENUTUP………... 32

4.1 Kesimpulan... 32

4.2 Saran... 32 LAMPIRAN-LAMPIRAN

(5)

5

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Jadwal Kegiatan Tahun II (2012)……….…... 19 Tabel 2.2 Biaya Kegiatan Tahun II (2012)... 20 Tabel 3.1 Indikator Kinerja RAB tahun II (2012)... 25

(6)

6

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1.1 Peta Wilayah Nusa Penida... 1

Gambar 1.2 Alat transportasi Kapal RORO... 2

Gambar 1.3 Ternak Sapi dan Babi penduduk…...……….. 3

(7)

7

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran: 01 Foto-foto Kegiatan... 33 Lampiran: 02 Rincian Anggaran Biaya Tahun II (2012)... 51 Lampiran: 03 Denah/Peta Lokasi Wilayah...………. 55

(8)

8

PROGRAM IPTEKS BAGI WILAYAH (IbW) NUSA PENIDA TAHUN II (2012)

I Nyoman P Suwindra1, I Ketut Suma 1, I Kade Suardana 1, I Ketut Yoda 2, Ketut Widnyana3, I Wayan Bagia4, danRisa Panti Ariani5

1FMIPA Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja 2

Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja 3Fakultas Pertanian, Universitas Mahasaraswati, Denpasar

4Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja 5Fakultas Teknik Kejuruan, Universitas Pendidikan Ganesha, Singaraja

RINGKASAN

Program Ipteks bagi Wilayah (IbW) di Kecamatan Nusa Penida Kabupaten Klungkung tahun 2012 ditujukan untuk memberdayakan potensi yang ada di masyarakat. Sebagai upaya untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat, pemberian bantuan Iptek dari Perguruan Tinggi, dukungan Pemda, BUMN, serta peran partisipasi masyarakat menjadi hal yang sangat penting. Bidang-bidang yang menjadi fokus perhatian dalam program ini adalah bidang pendidikan, pertanian-peternakan, industri rumahan, infrastruktur, dan lingkungan hidup. Desa lokasi program IbW Nusa Penida adalah Desa Suana, Desa Batukandik, Desa Ped, dan Desa Sakti. Program ini dilaksanakan melalui metode/model: Partisipatory Rural Apprasial (PRA), Enthrepreneurship Capasity Building (ECB), Technology Transfer (TT), dan Information Technology (IT), dalam berbagai bentuk kegiatan seperti pendidikan dan pelatihan (diklat), pembinaan dan pendampingan, penyuluhan, percontohan (demplot), dan penghijauan. Adapun hasil dari kegiatan ini adalah; (1) meningkatnya pengetahuan dan keterampilan dalam bidang komputer bagi staf desa, kecamatan, dan guru-guru SD; (2) meningkatnya pengetahuan dan keterampilan bagi anggota kelompok Sari Gading bidang pembuatan VCO; (3) demplot biogas skala rumah tangga bagi petani-peternak; (4) meningkatkan keterampiran proses pembelajaran bagi bagi guru-guru PAUD; (5) meningkatnya keterampilan masyarakat sesuai minatnya sambil mereka belajar membaca dan berhitung; (6) meningkatkan keterampilan membuat media pembelajaran IPA berbasis lokal; (7) meningkatkan kualitas batako dan dampak lingkungan; (8) meningkatnya pengetahuan masyarakat tentang cara pembibitan dan menanam pohon penghijauan masing-masing sekitar 2.000 pohon jati dan karet di Desa Suana dan Desa Batukandik; (9) pengembangan budidaya jarak kepyar bekerjasama dengan Kimia Farma yang melibatkan sekitar 400 petani.

(9)

9 SUMMARY

The program of Sciences, Technology and Arts for Area at Nusa Penida District, Klungkung Regency in year of 2012 was purposed to empower the potencies in community. In order toinprove the communitywelfare, giving sciences, technology and arts from University, supporting from government of regency, and participating of the community are very important. Some aspects focused in this program were education, agriculture, home industry and environment. Two villages targeted on conducting the program are Suana, Batukandik, and Sakti Villages. Method/model used in this program were the Partisipatory Rural Apprasial (PRA), Enthrepreneurship Capasity Building (ECB), Technology Transfer (TT), dan Information Technology (IT), in many kinds of activities, such as educating and training, partnering, capitalizing, building of infrastructure, and reboisation. Some impacts of this program were: (1) improvement of stafs village’s, district’s, and tecahers knowledge and skills in using the computer; (2) inprovement of members group “Sari Gading” knowledge and skills in producing of VOC; (3) biogas demplot in home scale for farmer-breeders; (4) improvement of skill in teaching process for PAUD teachers; (5) inprovement of community’s knowledge and skill while they learning to read and count; (6) improvement of skill in making of teaching media based locally; (7) improve the quality of “batako” and environmental impact; (8) inprovement of community’s knowledge and skill about how the the method of seed, and planted 2,000 teak and rubber trees for each Suana and Batukandik vilagge; (9) aquaculture development within “jarak kepyar” cooperation with Kimia Farma involving about 400 farmers. .

(10)

10

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Analisis Situasi

Nusa Penida merupakan salah satu wilayah kecamatan di Kabupaten Klungkung, dengan luas wilayah hampir 2/3 luas wilayah Kabupaten Klungkung. Nusa Penida adalah gugusan kepulauan yang terdiri dari 3 pulau, yaitu: Pulau Nusa Penida, Pulau Lembongan dan Pulau Ceningan. Wilayah Nusa Penida tergolong wilayah tandus, hampir 95% daerah perbukitan, dengan puncak tertinggi adalah Puncak Mundi. Oleh karena Nusa Penida adalah wilayah kepulauan, maka wilayahnya dikelilingi lautan dengan panjang pantai sekitar 70 km. Batas-batas wilayah Nusa Pendia adalah sebagai berikut: di sebelah Utara dan Barat adalah Selat Badung, sebelah Timur adalah Selat Lombok, dan sebelah Selatan adalah Samudra Indonesia.

Kecamatan Nusa Penida terdiri dari 16 Desa Dinas, dengan jumlah penduduk 47,709 jiwa atau 8.543 KK yang terdiri dari laki-laki 23.239 jiwa dan perempuan 24.470 jiwa, antara lain: Desa Ped, Desa Tanglad, Desa Kutampi, Desa Kutampi Kaler, Desa Batununggul, Desa Suana, Desa Pejukutan, Desa Bunga Mekar, Desa Sekartaji, Desa Batumadeg, Desa Batukandik, Desa Klumpu, Desa Sakti, Desa Toya Pakeh, Desa Lembongan dan Desa Jungutbatu.

Gambar 1.1 Peta Wilayah Nusa Penida

Pulau Nusa Penida bisa ditempuh dari empat tempat yaitu lewat Benoa dengan menumpang Quiksilver/Balihai ditempuh dalam waktu +1 jam perjalanan, lewat Sanur

(11)

11

dengan menumpang Jukung waktu tempuh + 2,5 Jam perjalanan. Lewat Kusamba dengan menumpang Jukung butuh waktu +1,5 jam perjalanan. sedangkan kalau lewat Padangbai dengan menumpang Boat atau Kapal RORO waktu tempuh + 1 jam perjalanan.

Gambar 1.2 Alat Transportasi Kapal RORO

Secara umum kondisi Topografi Nusa Penida tergolong landai sampai berbukit. Desa-desa pesisir di sepanjang pantai bagian utara berupa lahan datar dengan kemiringan 0-3% dari ketinggian lahan 0-268 m di atas permukaan laut. Semakin ke selatan kemiringan lerengnya semakin terjal dan bergelombang. Demikian juga Pulau Lembongan bagian Utara merupakan lahan datar dengan kemiringan 0-3% dan di bagian Selatan kemiringannya 3-8%. Sedangkan Pulau Ceningan mempunyai kemiringan lereng bervariasi antara 8-15% dan 15-30% dengan kondisi tanah bergelombang dan berbukit.

Mata pencaharian utama penduduk adalah pertanian. Di sektor perikanan termasuk rumput laut hanya sekitar 6,68% dari jumlah penduduk yang tersebar di desa-desa pesisir yaitu Desa Suana, Desa Batununggul, Desa Kutampi Kaler, Desa Ped dan Desa Toyapakeh. Sedangkan di Pulau Lembongan sekitar 16,80% penduduk bergerak di bidang perikanan dan rumput laut, dan di Ceningan sekitar 12,88%. Taman laut yang ada di Nusa Penida tergolong indah dan sudah dikenal oleh turis asing dari manca Negara. Melihat kondisi dan topografi daerah maka yang cocok dikembangkan adalah sektor pertanian, perikanan dan pariwisata.

Di samping sektor-sektor tersebut, sektor peternakan juga menjadi komuditas andalan penduduk di Nusa Penida. Hampir setiap keluarga memiliki ternak antara 3 sampai 5 ekor sapi, minimal 1 ekor induk babi, dan beberapa ekor ayam. Ternak sapi merupakan kebutuhan mutlak bagi petani, karena dimanfaatkan untuk membajak tanah di musim tanam. Sedangkan ternak babi hanya sekedar untuk penampung limbah dapur, dan hingga saat ini belum ada yang menjalakan usaha ternak secara khusus.

(12)

12

Gambar 1.3 Ternak sapi dan babi penduduk

Sumber air di Nusa Penida untuk pertanian adalah air hujan. Oleh penduduk setempat air hujan ditampung dalam bentuk Cubang untuk kebutuhan keluarga dan air minum ternak. Di Nusa Penida hanya ada sebuah sungai bernama Tukad Penida yang airnya mengalir sepanjang tahun. Sedangkan sungai yang lainnya hanya ada air mengalir sesaat pada musim hujan. Hal ini mungkin disebabkan bukit-bukit di Nusa Penida sebagian besar masih gundul dan tandus. Nusa Penida memiliki sembilan mata air, seperti: Sekartaji, Pejukutan, Tabuanan, Temeling, Penida, Prasi, Guyangan, dll, dengan debit seluruhnya sebesar 480 liter per detik. Hampir semua mata air itu terletak di tebing yang curam, dan airnya mengalir langsung ke laut. Dari kesembilan mata air tersebut, ada dua mata air yang mempunyai debit yang cukup besar, yaitu mata air Guyangan mempunyai debit sekitar 178 liter/detik, sedangkan mata air Penida 163 liter per detik. Kedua mata air tersebut sudah dikelola oleh PDAM untuk kebutuhan air minum penduduk.

Observasi pendahuluan telah dilakukan oleh Tim LPM Undiksha ke Nusa Penida pada tanggal 21 dan 22 Desember 2009. Pada acara pertemuan audensi antara Tim LPM Undiksha dengan staf kecamatan Nusa Penida diperoleh gambaran tentang berbagai aspek serta permasalahan yang ada, baik tentang infrastruktur, sumber daya manusia maupun tentang sumber daya alam di Nusa Penida.

Permasalahan-permasalahan yang dimaksud secara garis besarnya adalah sebagai berikut. (1) Bidang Administratif, antara lain: di tingkat kecamatan belum ada basis data sumber daya desa, tata layanan masyarakat masih belum optimal, RPJMD kurang menyentuh pemberdayaan masyarakat dan lebih banyak ke arah pembangunan fisik, penerapan sistem teknologi informasi antar desa maupun desa dan kecamatan masih kurang efektif, data kualifikasi objek wisata belum jelas. (2) Bidang Pendidikan, antara lain: data Angka Partisipasi Kasar (APK) belum terungkap karena tidak tersedianya basis

(13)

13

data yang akurat, banyak anak putus sekolah disebabkan faktor ekonomi dan jarak sekolah, belum ada peta lokasi sekolah, data manajemen dan kinerja sekolah, data fasilitas sumber daya sekolah, administrasi sekolah, buta aksara, beasiswa, dan insentif guru, jarang dilakukan penyegaran dan peningkatan profesionalitas guru. (3) Sistem informasi, antara lain: belum ada pusat informasi wisata, belum ada basis data titik-titik lokasi wisata rekreasi, wisata relegi, informasi sejarah dan legenda, kesenian sakral Nusa Penida, infrastruktur wisata, pusat kerajinan rakyat, kuliner Nusa Penida, sistem informasi transportasi darat dan laut, serta akomudasi wisata. (4) Tatanan Masyarakat Desa, antara lain: manajemen administrasi desa, kegiatan masyarakat desa, tata perumahan para petani rumput laut, peternakan (sapi, babi, kambing, ayam), pemanfaatan PDAM, pengelolaan sampah pasar Mentigi dan Toya Pakeh, sistem keamanan lingkungan, pengangguran, perbankan, industri rumahan. (5) Perkebunan dan Pertanian, antara lain: belum ada pola pengaturan tanaman keras (nangka, mangga, kelapa, dll), sistem olah lahan dan pemeliharaan tanaman jagung, kacang-kacangan, ketela pohon, ubi rambat, pisang, masih tradisional. (6) Peternakan dan Perikanan, antara lain: belum ada petani peternak melakukan pengawetan pakan dan pengolahan limbah ternak, kelompok ternak kurang efektif, sistem integrasi peternakan dan pertanian, sistem penangkapan ikan, pemeliharaan ikan, ikan untuk wisata, petani rumput laut tidak berdaya karena dikendalikan oleh pengepul, (7) Industri rumahan, antara lain: desain tenun ikat cepuk, pengeringan rumput laut, pengolahan rumput laut, pengolahan hasil tangkapan ikan, pengolahan hasil pertanian, pengolahan hasil perkebunan, industri seni (seni ukir, lukis, dalang, tari, dll), tanaman hias, ikan hias, bahan bangunan (paping, batako, kusen, dll). (8) Bidang Wisata, antara lain: masih terbatas pada wisata spritual, belum ada rumah penginapan yang memadai sehingga turis asing hanya lewat saja di Nusa Penida, potensi pengembangan wisata bahari maupun wisata spritual sangat besar, belum ada pusat informasi wisata baik dalam bentuk pamplet maupun elektronik.

Sedangkan berdasarkan RPJMD yang diperoleh dari kecamatan dapat dijelaskan sebagai berikut.

Dalam bidang pertanian dan peternakan terungkap permasalahan tentang kondisi tanah, perairan, jenis tanaman, sistem penanaman dan perawatan, sistem panen dan hasil pasca panen, pemasaran hasil pertanian, kesulitan pakan ternak pada saat musim kemarau sebaliknya berlimpah dimusim hujan. Berkaitan dengan hal tersebut, penerapan teknologi tepat guna di bidang pertanian baik pembuatan pupuk kandang, pengolahan lahan maupun pasca panen perlu mendapat perhatian.

(14)

14

Di bidang pendidikan, perlu didata tentang tingkat pendidikan penduduk, motivasi pendidikan keluarga, keberadaan sekolah menyangkut masalah fasilitas, daya tampung, pengelolaan, kualitas lulusan dan tenaga pendidik, keberadaan pendidikan non-formal yang relevan, serta penunjang lainnya yang memungkinkan untuk lebih meningkatnya tingkat pendidikan seluruh warga masyarakat di desa tersebut.

Di bidang kesehatan, perlu didata tentang keberadaan pos pelayanan kesehatan baik menyangkut aktivitas dan jenis pelayanan, jangkauan pelayanan, kesesuaian dengan harapan masyarakat, termasuk dukungan terhadap program KB dan posyandu. Data tentang jenis kegiatan dan penanggulangan penyakit menular atau kemungkinan penyakit masyarakat yang ada, serta kesehatan dan kebersihan lingkungan dari tingkat keluarga, banjar/dusun sampai lingkungan desa.

Di samping ketiga bidang di atas terkait masalah ketertinggalan dan kemiskinan perlu juga diperoleh data tentang pelaksanaan pembangunan ekonomi masyarakat. Untuk hal tersebut perlu digali informasi berkaitan dengan tahapan yang telah dilakukan, partisipasi masyarakat, keberadaan dan perluasan lapangan kerja usaha, kewirausahaan, perkoperasian, industri, peternakan, dan usaha lain yang dipandang dapat menunjang pembangunan ekonomi masyarakat. Sehingga dapat direncanakan langkah-langkah yang mungkin dapat dilakukan dalam rangka memberdayakan potensi yang ada di masyarakat.

Untuk lebih lengkapnya basis data perlu didata tentang fasilitas penunjang seperti keberadaan alat transpotasi, jaringan komunikasi dan pos, sektor pariwisata, hukum, keamanan dan ketertiban, pemukiman dan perumahan, pertumbuhan penduduk, sosial dan budaya, pos-pos pelayanan umum.

(1) Desa Suana

Desa Suana Kecamatan Nusa Penida terletak sekitar 12 km dari pusat kota kecamatan Nusa Penida. Desa Suana merupakan sebuah desa yang berlokasi di bagian Timur Pulau Nusa Penida. Wilayah Desa Suana sebagian berupa dataran rendah dan sebagian lagi berupa perbukitan dengan ketinggian 0 s.d 300 meter di atas permukaan laut. Batas-batas wilayah Desa Suana adalah sebagai berikut:

- Sebelah Barat : Desa Batunggul dan Kutampi - Sebelah Utara : Desa Batununggul

- Sebelah Timur : Selat Lombok (Laut) - Sebelah Selatan : Desa Pejukutan.

(15)

15

Luas Wilayah Desa Suana sekitar 2.348 ha, dengan jumlah penduduk 3.745 jiwa (1.110 KK/RT), yang terdiri dari laki-laki 1.410 jiwa dan perempuan 1.835 jiwa. Di Desa Suana terdapat 266 RTM (Rumah Tangga Miskin) dengan 1.101 jiwa. Desa Suana terdiri dari 4 dusun/Banjar Dinas, yaitu: Dusun Karangsari, Dusun Celagilandan, Dusun Semaya, dan Dusun Kelemahan.

Penggunaan lahan di wilayah Desa Suana, terdiri dari: lahan untuk pemukiman seluas 18 ha, untuk tanah pertanian dan perkebunan sekitar 2.324 ha, dan untuk fasilitas umum seluas sekitar 6 ha.

Tingkat pendidikan penduduk Desa Suana, berdasarkan RPJMD tidak begitu lengkap, namun secara umum dijelaskan sebagai berikut: (1) Penduduk yang umurnya di bawah 16 tahun, 98% sedang mengikuti pendidikan, sisanya 2% tidak bersekolah. (2) Penduduk yang berusia di atas 16 tahun, 18,71% sedang mengikuti pendidikan, 81,29% tidak melanjutkan sekolah (putus sekolah).

Mencermati RPJM Desa Suana, tampak data yang ada tidak begitu detail, dan prioritas program lebih banyak mengarah pada pembangunan bidang fisik saja. Program dalam bidang pemberdayaan masyarakat tampak sangat kurang. Hal ini mungkin disebabkan keterbatasan kemampuan aparat dan tokoh-tokoh masyarakat yang ditugaskan menyusun RPJMD. Demikian juga dalam hal penggunaan komputer bagi aparat desa masih tergolong kurang. Hal ini terlihat dari tampilan fisik dari RPJMD yang ada masih sederhana.

Mata Pencaharian penduduk Desa Suana, antara lain: (1) Sektor pertanian, perkebunan, dan perikanan termasuk rumput laut sekitar 92,3%. (2) Sektor lainnya, seperti: nelayan, pedagang, pegawai, buruh, pengerajin, dan pariwisata sekitar 7,7%. Komuditi yang menonjol adalah jagung, ketela pohon, kelapa, rumput laut, dan ikan tongkol.

Desa Suana memiliki areal pertanian dan perkebunan lahan kering yang cukup luas yaitu 2.324 ha. Di samping itu, Desa Suana juga memiliki lahan rumput laut di sepanjang pantai sebelah timur dengan panjang sekitar 5 km. Pertanian dan perkebunan yang ada merupakan tanaman musiman, seperti: jagung, ketela pohon, kacang-kacangan dan pisang. Hasil panen komuditas ini cukup melimpah, sehingga harga menjadi anjlok pada musim panen. Tanaman perkebunan yang lainnya adalah kelapa. Perkebunan kelapa di Desa Suana tergolong cukup luas. Walaupun dalam RPJMD tidak tersirat dengan jelas, namun dari informasi yang diperoleh dari pemuka masyarakat, luas perkebunan kelapa mencapai 200 ha. Hasil panen biasanya dijual butiran ke Bali daratan. Di samping dijual dalam bentuk butiran, kelapa juga sebagai bahan pembuatan minyak kelapa secara tradisional

(16)

16

oleh ibu-ibu rumah tangga. Bungkil kelapa yang diperoleh dijadikan sebagai bahan makanan ternak babi. Lahan tandus di daerah perbukitan dengan tanaman musiman di Desa Suana arealnya tergolong sangat luas sekitar 2.324 ha, dan seluas sekitar 24 ha hanya ditumbuhi semak-semak. Lahan perbukitan tersebut di musim hujan tampak seperti lahan subur karena kelihan hijau. Namun, di musim kemarau lahan tersebut tampak kering kerontang. Dengan keadaan ini, petani yang pada umumnya juga sebagai peternak sapi sangat kesulitan memperoleh pakan ternak mereka di musim kemarau. Saat ini lahan tandus tersebut secara bertahap mulai dihijaukan dengan tanaman gamal dan jati.

Fasilitas Pendidikan dan Kesehatan yang ada di Desa Suana, antara lain: Taman Kanak (TK) 1 buah, dan Sekolah Dasar (SD) 6 buah. Sedangkan fasilitas kesehatan yang ada adalah Posyandu 8 buah. Lembaga-lembaga atau kelompok masyarakat yang ada di Desa Suana, antara lain: Pemdes, LPM, BPD, dan PUSTU, Karang Taruna, Desa Adat, Banjar Adat, Seka Taruna, PKK/Desa Wisma, Kelompok Tani/Nelayan. Badan Perkreditan Desa (BPD) yang ada sangat menopang usaha perekonomian masyarakat Desa Suana.

Di samping potensi tersebut di atas, Desa Suana juga memiliki Pura Goa Giri Putri sebagai Pusat Persembahyangan Umat Hindu yang telah terkenal, sehingga setiap hari tidak pernah sepi dari pengunjung untuk tujuan sembahyang. Dampak dari keberadaan pura tersebut, perputaran ekonomi masyarakat di sekitar pura cukup baik. Namun, produk-produk industri lokal yang diperlukan pengunjung masih tergolong langka. Hasil analisis situasi yang telah dilaksanakan tim program IbW Universitas Pendidikan Ganesha menunjukkan bahwa Desa Suana sangat potensial untuk dikembangkan terutama sektor pendidikan, pertanian, peternakan,industri rumahan dan wisata spiritual.

Pada bidang Pendidikan yang perlu diadakan pembenahan dalam rangka meningkatkan potensi desa dalam bidang pendidikan adalah sebagai berikut.

(1) Masih ada anak-anak berusia di bawah 16 tahun yang tidak/berhenti bersekolah (sekitar 2%), dipandang perlu diadakan pendidikan Kejar Paket A, sehingga seluruh anak-anak di Desa Suana mengenyam pendidikan dasar.

(2) Penduduk yang berusia di atas 16 tahun mengalami putus sekolah lebih dari 81% baik ke jenjang SMP, SMA, maupun perguruan tinggi, dipandang perlu diadakan pendidikan Kejar Paket B bagi yang belum memiliki pendidikan setingkat SLTP, dan Kejar Paket C bagi yang belum memiliki pendidikan setingkat SLTA.

(3) Kualitas pendidikan yang ada di Desa Suana, baik TK, maupun SD masih rendah. Untuk itu perlu ditingkatkan melalui penyegaran materi, metode pembelajaran, karena

(17)

17

sampai saat ini para guru terlalu jarang mendapat kesempatan mengikuti seminar maupun lokakarya.

(4) Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) sangat perlu digalakkan, karena masa depan bangsa ada di pundak mereka. Oleh karena itu, PAUD perlu dikembangkan dan ditingkatkan kualitasnya.

(5) Anak-anak yang putus sekolah pada umumnya masih pengangguran. Untuk itu perlu diberikan pelatihan kewirausahaan seperti: ketrampilan elektronik, bengkel, komputer, internet, dll.

(6) Dalam bidang adminitrasi dipandang perlu diberikan pelatihan keterampilan penggunaan komputer bagi aparat desa. Di samping itu, peningkatan keterampilan dalam hal penyusunan RPJMD bagi aparat dan totoh-tokoh masyarakat dipandang perlu dilakukan, sehingga RPJMD yang ada dapat lebih disempurnakan.

Pada bidang pertanian dan perkebunan permasalahan yang harus diatasi dalam rangka meningkatkan potensi Desa Suana, antara lain:

(1) Penganekaragaman jenis tanaman musiman palawija yang relevan dapat berproduksi di lahan kering seperti kacang tanah, kacang merah, kacang kedelai, kacang hijau, serta cara pembibitan, cara penanaman, pengolahan pasca panen, dan pemasaran produk. (2) Pengembangan tanaman pisang, seperti pembibitan pisang, penanaman, pengolahan

pasca panen, dan pemasaran produk perlu diupayakan.

(3) Pemanfaatan lahan tidur yang cukup luas sangat potensial dihutankan dengan menanam pohon jati, dan tanaman keras lainnya, sehingga dalam jangka waktu 15-20 tahun mendatang dapat menghasilkan kayu yang berkualitas dan bernilai ekonomi yang tinggi.

(4) Pengefektifan pembudidayaan rumput laut, pembibitan, penanaman, pengelolaan pasca panen dan pemasaran.

(5) Pengenalan teknologi tepat guna dalam pengolahan hasil perkebunan kelapa menjadi minyak kelapa tradisional, sehingga buah kelapa yang selama ini banyak dijual dalam bentuk butiran dapat diolah di desa menjadi minyak kelapa. Dengan demikian, bungkilnya dapat berfungsi sebagai makanan babi, tempurungnya sebagai bahan kerajinan, bahan pembuatan dupa, airnya dapat diolah menjadi bahan adonan kue, dll. (6) Mengoptimalkan kinerja kelompok tani yang ada melalui pembinaan-pembinaan,

memotivasi peningkatan kegiatan, cara pengelolaan kegiatan, dll.

Pada bidang Peternakan yang perlu diadakan pembenahan dalam rangka meningkatkan potensi masyarakat desa adalah sebagai berikut:

(18)

18

(1) Nusa Penida terkenal dengan ternak sapinya, yang saat ini masih bebas dari penyakit mulut dan kuku, dipandang perlu dikembangkan dan digalakkan, karena memiliki potensi yang sangat handal dalam menunjang perekonomian masyarakat selama ini. (2) Petani/peternak saat ini kesulitan dalam hal memperoleh bibit ternak, karena

keterbatasan modal mereka. Mengembangkan dan mengaktifkan kelompok-kelompok ternak yang ada selama ini perlu digalakkan kembali. Cara yang dapat ditempuh, diantaranya membantu kelompok ternak untuk membuat proposal ke pemerintah agar mendapat bantuan ternak bergulir, memberikan pelatihan dalam hal pengolahan dan pengawetan pakan ternak, pengolahan limbah limbah ternak menjadi biogas, dll. (3) Pembentukan kelompok-kelompok ternak yang baru, khususnya dari peternak yang

dilakukan ibu-ibu rumah tangga, seperti kelompok ternak babi.

(4) Kambing tergolong ternak yang tidak terlalu sulit dalam pemeliharaannya, pemeliharaan kambing dipandang perlu dikembangkan, karena nilai jualnya cukup tinggi. Harga satu ekor kambing bisa mencapai Rp.1.000.000,-

(5) Ayam kampung yang banyak diperlukan baik sebagai bahan lauk bagi rumah makan, maupun dalam kegiatan hajatan dan upacara keagamaan, perlu dikembangkan dan digalakkan dalam pemeliharaannya, karena jangka waktu pemeliharaannya tidak terlalu lama.

Dalam bidang perekonomian, Desa Suana memiliki potensi yang sangat besar, terutama dalam hal pengolahan pasca panen, baik hasil panen pertanian, perkebunan, perikanan termasuk rumput laut. Produksi rumput laut mencapai 300 ton per-bulan. Ikan tongkol hasil tangkapan para nelayan sangat berlimpah. Dari sekitar 700 nelayan yang ada di Desa Suana dapat menghasilkan tangkapan ikan rata-rata 2 ton, dan pada musim panen bisa mencapai 5-7 ton setiap hari.

(1) Sampai saat ini, rumput laut masih dijual secara sendiri-sendiri oleh masing-masing petani rumput laut kepada pengepul. Dengan demikian, harga sangat dikendalikan oleh para pengepul. Untuk hal itu, perlu dibentuk koperasi yang bertindak sebagai pengepul dan penyedia peralatan yang diperlukan oleh petani rumput laut.

(2) Pengolahan pasca panen rumput laut perlu ditingkatkan kualitasnya sehingga dapat bersaing dengan kualitas dari daerah lain dengan jalan membuat tempat pengeringan dengan kuantitas yang memadai oleh koperasi petani rumput laut.

(3) Perlu dibentuk koperasi Sembako (Sembilan Bahan Pokok), atau Pasar Desa, agar masyarakat dapat memperoleh kebutuhan sembako dengan harga yang terjangkau.

(19)

19

Sementara ini, penduduk memperoleh kebutuhan pokok dari Mentigi yang jaraknya hampir 7 km. Sehingga mereka harus mengeluarkan biaya tranportasi.

(4) Harga minyak kelapa kemasan yang makin tinggi, para ibu-ibu rumah tangga perlu didorong untuk membuat minyak kelapa tradisional dengan penerapan teknologi tepat guna, sehingga dapat menopang perekonomian keluarga. Minyak kelapa ini juga dapat dimurnikan menjadi minyak kelapa murni atau VCO yang saat ini banyak diburu konsumen dengan harga lebih mahal.

(5) Ibu-ibu rumah tangga dan remaja putri perlu diberikan keterampilan industri rumahan dalam hal pengolahan dan pengemasan produk sehingga produk memiliki nilai ekonomi yang lebih tinggi, seperti: keterampilan membuat keripik singkong, keripik pisang, rempeyek kacang tanah, rempeyek kedelai, dodol (iwol), sagon rangin, manisan rumput laut, dll.

Sedangkan dalam bidang kesehatan masyarakat Desa Suana yang perlu ditingkatkan adalah:

(1) Gizi anak-anak balita dan ibu hamil perlu ditingkatkan melalui penyuluhan kepada para ibu rumah tangga dan pasangan usia subur, serta meningkatkan kegiatan Posyandu yang telah ada di Desa Suana. Hal ini dapat dilakukan oleh kader-kader desa bekerja sama dengan petugas kesehatan desa.

(2) Membudayakan mengkonsumsi makanan sehat yang bebas bahan pengawet, mengembangkan apotik dan dapur hidup di pekarangan rumah, dll.

(3) Penataan sumber air atau sumur-sumur umum yang masih menjadi sumber air utama masyarakat baik untuk air minum, memasak maupun mandi perlu diusahakan secara bertahap. Pada musim kemarau, penduduk terutama di Dusun Kelemahan dan Dusun Semaya sangat kesulitan memperoleh air minum.

(4) Perluasan dalam pendistribusian air bersih oleh PDAM kepada masyarakat perlu mendapat perhatian, karena baru sebagian kecil masyarakat menikmati fasilitas tersebut.

(2) Desa Batukandik

Desa Batukantik sebagai salah satu desa di Kecamatan Nusa Penida, terletak kurang lebih 17 km dari kota kecamatan dan posisinya di bagian paling selatan Pulau Nusa Penida. Desa Batukandik merupakan daerah tandus yang terdiri atas gugusan batu karang dan perbukitan yang berhadapan langsung dengan Samudra Indonesia.

(20)

20

Sejarah singkat Desa Batukandik diketahui dari informasi secara turun-temurun oleh orang-orang tua yang dapat dipercaya. Berdasarkan informasi yang terkumpul, diketahui bahwa Desa Batukandik merupakan desa tua yang dibangun oleh sekelompok masyarakat pada jaman dahulu. Pada masa itu, ada sekelompok anak keturunan raja yang berasal dari Desa Akah Klungkung datang memerangi “Merana”, dan sebagai tanda sejarah dibuat pesanggaran yang terletak di Pura Meranting dengan simbul orang menjinjing benda berbentuk pesanggaran yang terbuat dari batu. Batas-batas wilayah Desa Batukandik adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Desa Klumpu dan Desa Kutampi - Sebelah Selatan : Lautan Samudra Indonesia - Sebelah Barat : Desa Batumadeg

- Sebelah Timur : Desa Sekartaji dan Desa Tanglad.

Luas Wilayah Desa Batukandik adalah 21,660 km2, dengan jumlah penduduk 4.783 jiwa, yang terdiri dari laki-laki 2.145 jiwa dan perempuan 2.628 jiwa. Desa Batukandik terdiri dari 8 dusun, yaitu: Dusun Batukandik, Dusun Batuguling, Dusun Dungkap I, Dusun Dungkap II, Dusun Bangunurip, Dusun Bingin, Dusun Sukun, dan Dusun Tulad.

Tingkat pendidikan penduduk Desa Batukandik, adalah sebagai berikut. (1) Tidak berpendidikan 1019 orang, (2) Sekolah Dasar 3.085 orang, (3) SLTP/sederajat 395 orang, (4) SLTA/Sederajat 245 orang, (5) Diploma dan Sarjana 39 orang.

Mata Pencaharian penduduk Desa Batukandik, antara lain: (1) Petani dan Peternak 2.573 orang, (2) PNS/TNI 59 orang, (3) Karyawan Swasta 65 orang, (4) Pedagang 91 orang, (5) Pensiunan 1 orang, dan (6) Pengerajin. Jumlah Penduduk Miskin 915 KK atau 250 orang.

Sebagai daerah pertanian lahan kering, maka desa ini berpotensi sebagai daerah produsen hasil bumi. Di samping itu, karena panorama wilayah yang indah dengan jurang dan bukitnya yang khas serta hamparan samudra yang luas dengan gelombangnya yang menghantam tebing-tebing terjal batas selatan Desa Batukadik, sangat berpotensi sebagai daerah wisata alam. Mata air guyangan yang letaknya di tebing juga sebagai salah satu daya tarik wisata. Pura Saab merupakan salah satu pura tujuan wisata spiritual. Hasil bumi yang dihasilkan di Desa Batukandik adalah holtikura, seperti sayur, kacang tanah, jagung, ketela pohon, undis, komak, kacang merah, pisang, ubi jalar, dll. Pada saat musim panem, komuditi ini jumlahnya melimpah sehingga harganya anjlok. Hasil ternak bagi masyarakat Desa Batukandik adalah sapi, babi dan ayam. Masalah yang paling umum terjadi adalah kesulitan air minum dan pakan ternak di musim kemarau.

(21)

21

Wilayah Desa Batukandik sebagian besar merupakan perbukitan yang tandus dan gundul. Penghijauan dengan tanaman keras seperti pohon jati maupun tanaman keras lainnya hingga saat ini sudah dikembangkan di sekitar pusat desa. Tanaman jati yang telah dikembangkan ternyata tumbuh dan hidup dengan baik. Hal ini tampaknya perlu terus digalakkan, karena masyarakat masih enggan melakukan pemeliharaan tanaman penghijauan tersebut.

Potensi lain yang ada di Desa Batukandik adalah seni kerajinan ayaman dan kerajinan souvenir. Hasil kerajinan yang dibuat oleh masyarakat Desa Batukandik, antara lain: tikar pandan, topi, tenun, dan sarana upakara lainnya. Masalah yang dihadapi adalah bahan baku, variasi produk, dan pemasarannya. Di samping itu, kerajinan ukir kayu yang ada perlu dikembangkan.

Berdasarkan potensi yang ada di Desa Batukandik, rencana pengembangan yang akan dilaksanakan melalui program IbW adalah sebagai berikut.

(1) Dalam bidang pertanian dan perkebunan, akan dilakukan pengembangan tanaman palawija, pisang dan singkong lebih intensif, peningkatan keterampilan dalam pengolahan pasca panen dari hasil pertanian dan perkebunan tersebut.

(2) Pengembangan peternakan yaitu dengan pembentukan kelompok ternak sapi, kambing dan babi. Peningkatan ketrampilan dalam pengolahan dan pengawetan pakan ternak dalam mengatisipasi kesulitan pakan ternak sapi dan kambing pada musim kemarau. Di samping itu, pengolahan limbah menjadi biogas dan pupuk akan menjadi prioritas dalam program IbW.

(3) Pembinaan kerajinan ukir kayu yang ada, serta membantu mempromosikannya dalam pemasaran produk yang dihasilkan dipandang perlu diupayakan.

(4) Pembinaan Koperasi Simpan Pinjam yang ada di Desa Batukandik untuk kepentingan warga masyarakat maupun permodalan bagi UKM yang ada di desa tersebut.

(5) Pembinaan/pelatihan industri rumahan, seperti: cara pembuatan keripik singkong, keripik pisang, rempeyek kacang tanah, keripik biji jambu mete, dll.

(6) Dilakukan penghijauan di daerah bukit yang tandus dan gundul dengan tanaman jati, jambu mete, cendana dan melinjo.

(7) Dalam bidang kesehatan dilakukan pembinaan terhadap kader-kader Posyandu, peningkatan kesadaran penanaman apotek dan dapur hidup di pekarangan rumah, kesehatan anak balita dan ibu.

(8) Dalam bidang pendidikan dilakukan pembinaan dan penyegaran materi ajar para guru baik SD. Pemberantasan buta aksara, kejar paket A dan kejar paket B menjadi

(22)

22

perhatian rencana program IbW. Di samping itu, pengembangan dan peningkatan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD).

1.2 Permasalahan Wilayah

Berdasarkan analisis situasi, permasalahan wilayah desa lokasi IbW Nusa Penida yang utama adalah sebagai berikut.

(1) Bidang Administratif, antara lain: sistem tata layanan masyarakat masih belum optimal, keterampilan staf kecamatan maupun desa dalam pemanfataan komputer dan Internet belum belum optimal, RPJMD kurang menyentuh pemberdayaan masyarakat namun lebih banyak ke arah pembangunan fisik.

(2) Bidang Pendidikan, antara lain: masih banyak penduduk buta aksara terutama di Desa Batukandik, angka anak-anak putus sekolah di kedua wilayah Desa Suana dan Desa Batukandik masih cukup tinggi disebabkan faktor ekonomi dan jarak sekolah, mutu pendidikan masih belum optimal karena kurangnya peningkatan profesional bagi guru.

(3) Bidang Pertanian, antara lain: sistem olah lahan dan pola tanam musiman seperti jagung, kacang-kacangan, ketela pohon, ubi rambat, pisang, masih tradisional, pemanfaatan pupuk kandang masih belum optimal.

(4) Bidang Peternakan dan Perikanan, antara lain: kurangnya pengetahuan tentang pengolahan pakan ternak bagi petani, keberadaan kelompok ternak belum efektif, belum ada peternak melakukan pengolahan limbah, pengolahan pasca panen rumput laut, dan hasil tangkapan ikan.

(5) Bidang Industri rumahan, antara lain: pengetahuan tentang pengolahan rumput laut, pengolahan ikan, pengolahan hasil pertanian, pengolahan hasil perkebunan menjadi produk siap jual di supermakert masih rendah. Industri seni (seni ukir, lukis, dalang, tari) potensinya cukup baik namun masih hanya sebagai pekerjaan sambilan.

(7) Penghijauan lahan tandus, antara lain: lahan tandus masih sangat luas perlu terus dihijaukan, kurangnya pengaturan tata penghijauan yang sudah ada bagi masyarakat sehingga banyak lahan produktif ditanami pohon jati, kesadaran masyarakat akan pentingnya penghijauan sebagai investasi masa depan masih perlu ditingkatkan.

(23)

23

BAB II

SOLUSI YANG DITAWARKAN

2.1 Metode Pelaksanaan Program IbW

a. Indentifikasi masalah menggunakan model partisipatory rural apprasial.

Yang dimaksud model ini adalah dalam melaksanakan identifikasi masalah setiap program baik program bidang pendidikan, bidang pertanian/peternakan maupun bidang ekonomi, juga dalam perumusan program dan pendanaan dilakukan secara terarah dengan berpihak dan melibatkan masyarakat. Dengan demikian dalam merumuskan masalah, mengatasi masalah, penentuan proses dan kriteria masalah harus mengikutsertakan bahkan ditentukan oleh masyarakat/kelompok sasaran. Penggunaan model pendekatan di atas diharapkan akan: (1) dikenalnya masalah secara tepat/efektif sesuai dengan pesepsi, kehendak, dan ukuran/ kemampuan serta kebutuhan mereka, (2) tumbuhnya kekuatan (enpowering) masyarakat atau kelompok sasaran dalam pengalaman merancang, melaksanakan, mengelola dan mempertanggungjawabkan upaya peningkatan/pertumbuhan diri dan ekonominya, dan (3) efektifitas dan efisiensi penggunaan sumber daya masyarakat atau kelompok sasaran. Selanjutnya melalui analisis akan terinventarisir keterbatasan dan keterpenuhan berbagai sumber daya, sarana dan prasarana, maupun jenis-jenis usaha masyarakat. Di samping itu, akan ditemukan berbagai jenis kesenjangan dan kemiskinan secara mendalam baik secara natural, struktural, ataupun kultural. Berdasarkan identifikasi masalah akan dirancang berbagai perencanaan profil wilayah berupa program aksi. Rencana program aksi sebelum disosialisasikan kepada masyarakat atau kelompok sasaran, terlebih dahulu dikonsultasikan dengan Bappeda, Camat, dan Kepala Desa untuk kemudian memperoleh tanggapan/umpan balik/masukkan dari masyarakat atau kelompok sasaran yang akan digunakan sebagai bahan revisi dari rancangan program aksi.

b. Pelaksanaan program dengan model enthrepreneurship capasity building (ECB) dan model Technology Transfer (TT) serta menerapkan Teknologi Tepat Guna (TTG). Model ECB terkait erat dengan kemampuan berwirausaha dari masyarakat, dengan model ini diharapkan: (1) memberikan wawasan, sikap, dan keterampilan usaha, (2) memberikan peluang, (3) memfasilitasi (modal pinjamaan dsb.), dan (4) memonitor dan mengevaluasi bagaimana perkembangan usahanya. Model TT dilakukan agar masyarakat atau kelompok sasaran: (1) menguasai prinsip-prinsip

(24)

24

penerapan teknologi terutama yang berkaitan dengan proyek yang sedang/akan dilaksanakan, (2) kalau teknologinya dirasakan terlalu rumit untuk menyelesaikan masalah/kebutuhan, maka ketua proyek mempunyai kewajiban untuk menyederhanakan melalui penerapan TTG, (3) memproduk yang bersifat mereplikasi/modifikasi dengan alat sederhana yang dapat menyelesaikan masalah/kebutuhan.

c. Penyebarluasan informasi dan dan sosialisai program dengan menggunakan model Information Technology (IT). TTG yang telah diujicobakan dengan hasil yang cukup layak dan memuaskan dapat dikemas dalam kemasan informasi media cetak/elektronik, kemudian disebarluaskan kepada kelompok pengguna yang lain melalui IT. Dengan demikian model IT dalam program IbW digunakan untuk menyebarluaskan hasil replikasi dan modifikasi TTG yang aplikasinya benar-benar telah teruji secara layak dan memuaskan.

2.2 Rencana dan Pelaksanaan Program IbW Tahap II Tahun 2012

Adapun rencana dan pelaksanaan program IbW Nusa Penida dilaksanakan selama 3 tahun, yaitu dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2013. Pada tahun II (2012), rencana dan pelaksanaan program adalah sebagai berikut.

1) Persiapan

1. Sosialisasi IbW tahun II

2. Konsolidasi dan koordinasi dengan pihak Pemerintah Kabupaten Klungkung dan mitra usaha pendukung pengembangan potensi sesuai bidang kegiatan.

3. Penyusunan indikator dan instrumen program IbW. 4. Penetapan tim pelaksana program IbW.

5. Pembekalan peserta/pelatihan pelaksanaan teknis lapangan. 2) Pelaksanaan

1. Pelatihan komputer dan Internet bagi aparat kecamatan, desa dan guru-guru.

2. Penyelenggaraan pendidikan Keaksaraan Fungsional (KF) di kedua desa lokasi IbW.

3. Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini (PAUD) di kedua desa lokasi IbW. 4. Pelatihan pembuatan media pembelajaran kontektual berbasis lokal bagi guru-guru

IPA.

5. Pembibitan dan penghijauan lahan tandus di kedua desa lokasi IbW. 6. Pelatihan pembuatan minyak kelapa murni atau VCO di Desa Ped.

(25)

25

7. Pelatihan pembuatan biogas dari limbah ternak di kedua desa lokasi IbW.

8. Pelatihan peningkatan kualitas produksi dan penyuluhan dampak lingkungan bagi pengerajin usaha batako di Desa Batukandik.

9. Pengembangan Jarak Kepyar di Desa Sakti, dan Sosialisasi kepada Petani di Nusa Penida.

3) Pemantauan

1. Pemantauan pelaksanaan pelatihan komputer dan Internet bagi aparat kecamatan, desa dan guru-guru.

2. Pemantauan pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan Keaksaraan Fungsional (KF) di kedua desa lokasi IbW.

3. Pemantauan pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan anak usia dini (PAUD) di kedua desa lokasi IbW.

4. Pemantauan pelaksanaan pelatihan pembuatan media pembelajaran kontektual berbasis lokal bagi guru-guru IPA.

5. Pemantauan pelaksanaan pembibitan dan penghijauan lahan tandus di kedua desa lokasi IbW.

6. Pemantauan pelaksanaan pelatihan pembuatan minyak kelapa murni atau VCO di Desa Ped.

7. Pemantauan pelaksanaan pelatihan pembuatan biogas dari limbah ternak di kedua desa lokasi IbW.

8. Pemantauan pelaksanaan pelatihan peningkatan kualitas produksi dan penyuluhan dampak lingkungan bagi pengerajin usaha batako di Desa Batukandik.

9. Pemantauan pelaksanaan pengembangan Jarak Kepyar di Desa Sakti, dan Sosialisasi kepada Petani di Nusa Penida.

4) Evaluasi

1. Evaluasi pelaksanaan pelatihan komputer dan Internet bagi aparat kecamatan, desa dan guru-guru.

2. Evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan Keaksaraan Fungsional (KF) di kedua desa lokasi IbW.

3. Evaluasi pelaksanaan penyelenggaraan pendidikan anak usia dini (PAUD) di kedua desa lokasi IbW.

4. Evaluasi pelaksanaan pelatihan pembuatan media pembelajaran kontektual berbasis lokal bagi guru-guru IPA.

(26)

26

5. Evaluasi pelaksanaan pembibitan dan penghijauan lahan tandus di kedua desa lokasi IbW.

6. Evaluasi pelaksanaan pelatihan pembuatan minyak kelapa murni atau VCO di Desa Ped.

7. Evaluasi pelaksanaan pelatihan pembuatan biogas dari limbah ternak di kedua desa lokasi IbW.

8. Evaluasi pelaksanaan pelatihan peningkatan kualitas produksi dan penyuluhan dampak lingkungan bagi pengerajin usaha batako di Desa Batukandik.

9. Evaluasi pelaksanaan pengembangan Jarak Kepyar di Desa Sakti, dan Sosialisasi kepada Petani di Nusa Penida.

10.Laporan Akhir Program IbW Tahun II.

2.3 Target Luaran

Adapaun target luaran pelaksanaan program IbW Nusa Penida pada tahun II (2012) adalah sebagai berikut.

(1) Target luaran program DP2M

1. Aparat pemerintahan kecamatan dan desa di wilayah program IbW pada tahun II sudah 100% nya terampil menggunakan komputer dan Internet. Sedangkan guru-guru minimal 30 orang terampil komputer dan Internet. 2. Minimal 30 orang guru-guru IPA terampil membuat media pembelajaran

kontekstual berbasis lokal.

3. Ibu-ibu rumah tanggga yang ikut pelatihan pembuatan VCO, terampil membuat VCO di Desa Ped.

4. Minimal 1 (satu) kelompok tani ternak sebagai percontohan terampil dalam pengolahan limbah ternak menjadi biogas di masing-masing desa lokasi IbW. (2) Target luaran program Pemda

1. Minimal 1000 pohon hasil pembibitan penghijauan ditanam di daerah tandus kedua desa lokasi dengan tanaman keras, jati, cendana, dll.

2. Minimal 50 orang penduduk buta aksara dan anak-anak putus sekolah dapat mengikuti program keaksaraan fungsional (KF) sesuai yang diminati.

3. Minimal 15 orang anak-anak usia dini dan 2 orang pembina di masing-masing desa lokasi mendapat keterampilan PAUD.

4. Minimal 2 orang dari pengerajin yang terlibat mampu menghasilkan produk batako berkualitas serta memahami dampak lingkungan di Desa Batukandik.

(27)

27 2.4 Struktur Organisasi

Secara struktural susunan organisasi pelaksanaan program IbW adalah seperti yang ditujukkan pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Struktur Organisasi

Penanggungjawab:

1. Ketua LPM Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja (Prof. Dr. Ketut Suma, M.S.)

2. Ketua LPM Universitas Mahasaraswati Denpasar. (Prof. Dr. Ir. IGN. Alit Wiswasta, M.P.)

3. Bupati Kabupaten Klungkung. (I Wayan Candra, S.H, M.H) Pengarah :

1. Ketua BAPPEDA Kabupaten Klungkung (AA Ngurah Agung, Dipl.H.E. M.Sc)

2. Kabid Sosbud Bappeda Kabupaten Klungkung (I Gusti Ngurah Agung, S.H)

3. Camat Nusa Nusa Penida (I Wayan Suteja, AP, M.Si)

Koordinator Pelaksana Kegiatan : Drs. I Nyoman Putu Suwindra, M.Kom. (LPM Undiksha Singaraja)

Sekretaris : I Ketut Yoda, S.Pd, M.Or.

(LPM Undiksha Singaraja)

Bendahara : I Kade Suardana, SPd, M,Si.

(LPM Undiksha Singaraja)

Anggota : (1) Ir. Ketut Widnyana, M.Si.

(LPM Unmas Denpasar)

(2) Dr. I Wayan Bagia, M.Si

` (LPM Undiksha Singaraja) (3) Dra. Risa Panti Ariani, M.Si. ` (LPM Undiksha Singaraja)

(28)

28 2.5 Jadwal Kegiatan

Adapun jadwal kegiatan pelaksanaan program IbW Nusa Penida tahun II (2012) adalah sebagai berikut.

Tabel 2.1 Jadwal Tahun II (2012)

NO KEGIATAN Mei Jun Jul Agt Sep Okt Nop Des 1 Konsultasi-Konsolidasi

program dengan Pemkab.

2 Sosialisasi IbW tahun I kepada kecamatan, dan desa lokasi IbW. 3 Penyusunan Instrumen

program IbW. 4 Pelatihan Teknis

Lapangan bagi dosen dan mahasiswa pelaksana program. 5 Pelatihan komputer dan

Internet bagi aparat desa dan guru-guru.

6 Pelaksanaan pendidikan keaksaraan fungsional (KF).

7 Pelaksanaan

pendididikan anak usia dini (PAUD).

8 Pelatihan pembuatan media pembelajaran kontekstual berbasis lokal bagi guru-guru IPA.

9 Pelatihan industri rumahan minyak kelapa murni atau VCO di Desa Ped.

10 Pelatihan pembuatan biogas dari limbah ternak di kedua desa lokasi IbW.

11 Pembibitan dan penghijauan lahan tandus di kedua desa lokasi IbW.

12 Pelatihan peningkatan kualitas produksi dan penyuluhan dampak lingkungan bagi pengerajin batako di Desa Batukandik. 13 Pembuatan Laporan IbW Tahun II 2.6 Biaya Kegiatan

(29)

29 (1) Alokasi Anggaran Biaya Tahun II (2012)

Adapun alokasi anggaran biaya setiap kegiatan program IbW pada tahun II (2012) serta sumber dananya adalah seperti tabel berikut.

Tabel 2.2 Biaya Kegiatan Tahun II (2012)

No Program Kegiatan Biaya (Rp.) Sumber Dana

1 Pelatihan komputer dan Internet bagi aparat kecamatan, desa dan guru-guru.

25.000.000 Undiksha 2 Pelatihan industri rumahan: minyak kelapa

murni VCO di Suana

30.000.000 DP2M Dikti 3 Pelatihan pembuatan media pembelajaran

kontektual berbasis lokal bagi guru-guru IPA.

20.000.000 DP2M Dikti 4 Pelatihan pembuatan biogas dari limbah

ternak di kedua desa lokasi IbW.

45.000.000 DP2M Dikti 5 Penyelenggaraan pendidikan Keaksaraan

Fungsional (KF) di kedua desa lokasi IbW.

40.000.000 Pemda Klungkung 6 Pembibitan dan penghijauan lahan tandus di

kedua desa lokasi IbW.

40.000.000 Pemda Klungkung 7 Penyelenggaraan pendidikan anak usia dini

(PAUD) di kedua desa lokasi IbW.

40.000.000 Pemda Klungkung 8 Pelatihan peningkatan kualitas produksi dan

penyuluhan dampak lingkungan bagi

pengerajin usaha batako di Desa Batukandik.

30.000.000 Pemda Klungkung

9 Pengembangan Jarak Kepyar di Desa Sakti, dan Sosialisasi kepada Petani di Nusa Penida.

Program tambahan

Total 270.000.000

(30)

30

HASIL PELAKSANAAN PROGRAM IbW

3.1 Partisipasi Masyarakat Terhadap Program IbW

Pada tahun II (2012) program IbW Nusa Penida yang berlokasi pada dua desa, yaitu Desa Suana dan Desa Batukandik melibatkan partisipasi masyarakat dari kedua desa tersebut. Di samping Desa Suana dan Desa Batukandik, pada tahun II (2012) ini, diperluas dua desa lagi yaitu Desa Ped dan Desa Sakti. Di kedua desai ini, pengembangan jarak kepyar dilaksananakan. Partisipasi masyarakat terhadap pelaksanaan program IbW Nusa Penida tergrolong sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari setiap program yang ditawarkan selalu mendapat respon postif dari masyarakat. Walaupun ada beberapa program lokasi pelaksanaannya dipindahkan, karena ketidaksiapan masyarakat menerima program. Program-program yang dimaksud, antara lain: Program pelatihan VCO dipindahkan dari Desa Suana ke Desa Ped, dan Program demplot biogas dipindahkan dari Desa Suana ke Desa Sakti. Namun dari jumlah masyarakat yang berpartisipasi belum terekam seluruhnya, karena masih ada program belum tuntas pelaksanaannya, seperti program penghijauan yang harus menunggu hujan turun secara kontinyu.

(1) Program Pelatihan komputer bagi staf kecamatan dan staf desa, jumlah staf yang terlibat sebanyak 32 orang, yang terdiri dari: staf Desa Suana 7 orang, staf Desa Batukandik 10 orang, dan staf kecamatan 5 orang, dan guru-guru 10 orang. Sehubungan kegiatan ini, pada pembukaan program IbW Nusa Penida telah disumbangkan 2 unit laptop untuk masing-masing desa diserahkan langsung oleh Ketua LPM kepada Camat Nusa Penida, dan diteruskan kepada kepala Desa Suana dan kepala Desa Batukandik.

(2) Pelatihan Industri rumahan pengolahan minyak murni VCO pada awalnya direncanakan di Suana, namun Desa Suana masyarakatnya tidak siap, maka pelaksanaan dipindahkan ke Desa Ped. Pada kegiatan tersebut melibatkan kelompok tani ternak Sari Gading sebanyak 26 orang.

(3) Pembuatan demplot biogas 2 unit di Desa Batukandik, dan Desa Sakti, karena Desa Suana menolak, karena tidak yakin akan keberlanjutannya. Kedua demplot yang dibangun sesungguhnya sudah berhasil memunculkan biogas, namun salah satu demplot yang ada di Batukandik terjadi musibah meledaknya dinding reaktor yang terbuat dari batako sebagai akibat tekanan gas.

(4) Pelatihan keterampilan bagi guru-guru PAUD melibatkan 32 peserta.

(31)

31 peserta dari guru-guru IPA.

(6) Program Keaksaraan Fungsional (KF) masyarakat yang terlibat di Desa Batukandik sebanyak 45 orang, dan di Desa Suana sebanyak 33 orang masing-masing dalam 4 dan 3 kelompok belajar.

(7) Kegiatan pembibitan penghijauan masyarakat yang terlibat dari kedua desa Desa Batukandik dan Desa Suana sebanyak 32 orang, Sedangkan pelaksanaan penghijauan belum dilaksanakan, karena masih hujan belum turun secara kontinyu. Direncanakan penghijauan dilaksanakan pada pertengahan hingga akhir Desember 2012. Bibit penghijauan yang terdiri dari pohon jati, dan karet sudah dipersiapkan masing-masing desa sebanyak 2.000 bibit.

(8) Kegiatan pelatihan peningkatan kualitas batako dan dampak lingkungan di Desa Batukandik pelaksanaannya dikoordinasikan langsung oleh kepala desa, agar bantuan mesin pencetak batako dapat dimanfaatkan dan dipelihara dengan baik. (9) Pengembangan jarak kepyar bekerjasama dengan Kimia Farma telah dibangun

beberapa demplot. Dari hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa jarak kepyar cocok dikembangkan di Nusa Penida. Hasil pertemuan antara masyarakat dan Kimia Farma yang dimediasi oleh FlipMas Indonesia, FlipMas Ngayah, dan LPM Undiksha, disepakati bahwa mulai tahun 2012 jarak kepyar dikembangkan di Nusa Penida melalui suatu perjanjian kesepakatan antara petani yang tergabung dalam sebuah koperasi “Tani Kita”dan Kimia Farma.

3.2 Dokumentasi Program IbW Tahun II 2012

(1) Produk/kegiatan yang dinilai bermanfaat dari berbagai perspektif

1. Keterampilan komputer yang dimiliki staf desa maupun staf kecamatan dapat meningkatkan kelancaran pelayanan kepada masyarakat.

2. Keterampilan pengolahan minyak kelapa murni: VCO dapat meningkatkan nilai tambah bagi pengerajin pengolahan minyak kelapa tradisional. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut. Setiap 20 butir kelapa dapat menghasikan 1,5 liter VCO atau 14 botol VCO. Setiap botol VCO dijual dengan harga Rp.20.000,- sehingga hasil penjualan mencapai Rp.280.000,- Biaya produksi, seperti: kelapa, botol, label, listrik sekitar Rp.80.000,- sehingga keuntungan yang diperoleh sekitar Rp.200.000,-. Di samping itu, pengerajin juga memperoleh keuntungan lainnya, seperti: bungkil, roroban, blondo, dan tempurung. 3. Demplot biogas dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran bagi masyarakat dalam

memanfaatkan limbah kotoran sapi/babi sebagai sumber energi alternatif rumah tangga. Demplot biogas yang telah dibangun di Desa Batukandik sudah berhasil memunculkan

(32)

32

biogas. Menurut penjelasan, Bapak I Nyoman Bawa di Dusun Guyangan Desa Batukandik, reaktor biogas di dekat kandang sapinya mampu menghasilkan biogas yang dapat menyalakan kompor, pada hal jumlah sapinya hanya 3 ekor. Hanya saja belum dilakukan pengujian tentang lama waktu penggunanan biogas yang dihasilkan, karena keduluan terjadi musibah meledaknya dinding reaktor yang terbuat dari batako sebagai akibat tekanan biogas. Walaupun secara teori 3 ekor sapi mampu mencukupi keperluan rumah tangga, namun setelah diperbaiki akan tetap dilakukan pengujian.

4. Program keaksaraan (KF) cukup membantu dalam meningkatkan keterampilan masyarakat sesuai dengan minatnya, sambil mereka belajar membaca dan berhitung. Jenis keterampilan yang ditingkatkan antara lain: pengolahan singkong menjadi kripik, membuat anyaman dari bahan bambu seperti: bide, keranjang, cup lampu, tempat tisu, tempat gelas, dll berbahan bambu, dan tidak merubah keterampilan dasar yang sudah mereka miliki.

5. Meningkatnya keterampilan guru-guru PAUD dalam bidang seni, antara lain: cara pemilihan materi, cara membimbing baik klasikal maupun individu, dan cara evaluasi pekerjaan siswa.

6. Program pelatihan pembuatan media pembelajaran berbasis lokal dapat meningkatkan kreativitas guru-guru IPA dalam mempersiapkan proses pembelajaran yang berkualitas, antara lain: membuat rangkaian listrik sederhana, membuat spring dari kawat nikelin, membuat stroboskop, elektroskop, dll.

7. Pembibitan dan penghijauan lahan tandus bermanfaat bagi masyarakat baik sebagai proses konservasi alam maupun sebagai investasi jangka panjang dalam meningkatkan perekonomian masyarakat di masa depan. Adapun jenis bibit yang ditanam, antara lain: jati kabelina, dan karet.

8. Program peningkatan kualitas batako dan dampak lingkungan dapat meningkatkan pemahaman pengerajin batako akan kualitas dan kelestarian lingkungan. Sehingga diharapkan para pengerajin batako dapat melestarikan lingkungan, dan tidak akan terjadi korban akibat longsor, seperti yang pernah terjadi beberapa kali di Nusa Penida.

9. Program pengembangan jarak kepyar di Nusa Penida diharapkan dapat mendayagunakan lahan-lahan marginal dan memvariasikan jenis tanaman pada lahan produktif melalui cara tanam tumpang sari. Pada tahun 2012 telah ditanam sebanyak 200 kg bibit yang diberikan langsung dari Kimia Farma, dan bibit dari hasil produksi demplot tahun 2011 sekitar 150 kg. Dengan demikian diharapkan hasil produksi jarak kepyar yang telah ditanam mencapai 600 ton. Berdasarkan harga yang telah disepakati antara kelompok tani yang tergabung dalam Koperasi Tani Kita dan Kimia Farma Rp.4.000,-/per-kg, maka diharapkan hasil penjualan hasil produksi jarak kepyar mencapai Rp.2,4 miliar.

(33)

33 (2) Potret permasalahan lain yang terekam

1. Pembangunan demplot biogas di masyarakat masih terjadi pro dan kontra, bahkan di Desa Suana, masyarakatnya belum siap. Hal ini disebabkan, beberapa program pengembangan biogas oleh lembaga-lembaga tertentu sebelumnya tidak berjalan dengan baik, dan terkesan merepotkan masyarakat. Untuk mengatasi hal ini, tim IbW membangun demplot biogas pada lokasi yang strategis yang bisa dilihat langsung oleh masyarakat, dan dekat dengan kandang dengan 3 ekor sapi ada di dalam kandang tersebut, serta dekat dengan sumber air. Sebagai contoh demplot biogas yang telah dibangun di dekat kandang sapi milik Bapak I Nyoman Bawa di Dusun Guyangan Desa Batukandik. Demikian juga, demplot biogas yang dibangun di Dusun Sebunibus Desa Sakti milik Bapak I Nengah Selamet.

2. Produk yang dihasilkan dari pelatihan VCO masyarakat masih merasa kesulitan dalam pemasarannya, karena VCO tergolong hal yang baru, namun untuk mengatasi hal ini diupayakan mengenalkan secara bertahap melalui penitipan di warung di sekitar Pura Ped Nusa Penida, dan pembuatan brosur tentang manfaat dari VCO.

3. Masyarakat cepat berubah keinginan dan ambisi, seperti pohon jati yang mereka tanam yang belum layak dipanen ditebang diganti dengan dengan tanaman karet. Sehingga ada kekhawatiran program penghijauan yang dilaksanakan tidak dipelihara dengan baik. Namun, kejadian ini hanya sebuah kasus yang terjadi di Desa Bunga Mekar, dimana ada petani yang menebang pohon jati diganti dengan tanaman karet.

4. Program keaksaraan bagi masyarakat kurang mendapat respon positif, karena masyarakat tampak sangat afatis yang cenderung menjalani kehidupannya apa adanya. Namun, hal ini dapat diatasi dengan jalan memberi keterampilan yang sejalan dengan keterampilan dasar yang telah mereka miliki, sehingga tampak cukup bergairah mengikuti program ini.

3.3 Indikator Kinerja RAB

(34)

34

No. Jenis Program/Kegiatan Sumber Dana (Rp.)

Realisasi

Keterangan

Keuangan (%) Fisik (%)

1. Pelatihan Komputer dan Internet bagi staf desa lokasi IbW dan staf kecamatan, serta guru-guru.

Undiksha Rp.25.000.000,-

100% sumber dana dari Undiksha

Sudah terlaksana 100%, antara lain: (1) Dua unit laptop sudah

disumbangkan kepada kedua desa IbW masing-masing 1 unit, yang langsung

diserahkan oleh ketua LPM Undiksha kepada Camat Nusa Penida, dan diteruskan kepada kepala desa.

(2) 32 orang peserta telah mengikuti keterampilan komputer dalam bidang yang difokuskan pada Ms.Office (Word dan Excel) dan cara akses Internet.

Pencapaian target sesuai dengan yang direncanakan, yaitu menyumbangkan masing-masing 1 unit komputer (laptop) untuk setiap desa dan peserta sebanyak minimal 30 orang peserta dari staf desa, dan staf kecamatan dan serta guru-guru.

2. Pelatihan industri rumahan: pembuatan minyak kelapa murni VCO (Virgin Coconut Oil) pada kelompok Sari Gading di Desa Ped.

DP2M Dikti Rp.40.000.000,-

100% sumber dana dari DP2M Dikti

Sudah terlaksana 100%, antara lain: (1) Jumlah peserta yang ikut

pelatihan sebanyak 26 orang.. (2) Disumbangkan sebuah mesin

3 in 1.

(3) Dari peserta pelatihani kini sudah ada yang menjadi pengerajin VCO dengan produksi sebanyak 1,5 liter VCO atau 14 botol VCO.

Pencapaian target sesuai dengan yang direncanakan, yaitu: 1 atau orang peserta menjadi pengerajin produksi VCO. Produk diberi label VCO Sari Gading. Pada kegiatan ini juga disumbangkan sebuah mesin 3 in 1. Pemasaran masih dititipkan di warung-warung di sekitar Pura Ped. 3. Pelatihan pembuatan biogas dari limbah

ternak di masing-masing desa lokasi IbW.

DP2M Dikti Rp.45.000.000,-

100% sumber dana dari DP2M Dikti

Sudah terlaksana 100%, antara lain: (1) Dua unit demplot percontohan

biogas telah dibangun masing-masing Desa Batu Kandik dan di Desa Sakti (pengganti Desa Suana). (2) Di Desa Batukandik bertempat

di Dusun Guyangan, dekat

Tercapai sesuai dengan target yang direncanakan, yaitu: telah dibangun sebuah demplot biogas skala rumah tangga di setiap desa lokasi dan respon masyarakat cukup positif, karena pengetahuan

(35)

35

kandang ternak milik Bapak I Nyoman Bawa, sedangkan di Desa Sakti bertempat di kandang milik Bapak I Nengah Selamet di Dusun Sebunibus.

ini sangat penting untuk mengatasi kesulitan bahan bakar pada musin hujan.

4. Penyelenggaraan program keaksaraan fungsional (KF) sesuai yang diminati bagi pendudukan buta aksara dan anak-anak putus sekolah.

APBD Pemda Klungkung Rp.40.000.000,-

100% sumber dana dari APBD Pemda Klungkung

Sudah terlaksana 100%, antara lain: (1) Terbentuknya kelompok

keaksaraan fungsional (KF), seperti: keterampilan membuat anyaman dari bahan bambu seperti: keranjang, cup lampu, tempat tisu, dll, Kegiatan ini dilakukan sambil belajar membaca dan berhitung. (2) Sedangkan kelompok KF di

Desa Suana berhubungan dengan nelayan, pengolahan rumput laut dalam pengolahan pasca panen.

(3) Jumlah peserta peserta yang mengikuti program keaksaraan fungsional (KF), sebanyak 45 orang dari Desa Batukandik, dan 33 orang dari Desa Suana. (4) Pendampingan tetap dilakukan hingga akhir Nopember 2012 sesuai dengan perencanaan.

Program ini pada rencana awalnya dibiayai dari dana pendamping Pemda Klungkung, namun karena Dana Pendamping dialokasikan melalui Anggaran Perubahan, sehingga terjadi

pengurangan anggaran dana pendamping. Oleh karena itu, program ini

direalisasikan melalui sharing dana dari DP2M Dikti.

Tercapai sesuai dengan target yang direncanakan, dimana untuk tahun I sebanyak minimal 50 orang terlibat dalam kelompok keaksaraan fungsional (KF).

5. Pembibitan dan penghijauan lahan tandus, dan penyuluhan manfaat penghijauan.

APBD Pemda Klungkung Rp.40.000.000,-

100% sumber dana dari APBD Pemda Klungkung

Sudah terlaksana 100%, antata lain: (1) Pelatihan pembibitan

penghijauan berasal dari desa-desa lokasi IbW dengan jumlah peserta 17 orang. (2) Penyuluhan tentang manfaat

pentingnya penghijauan untuk

Tercapai sesuai dengan target yang direncanakan, yaitu minimal masing-masing desa ditaman 1.000 pohon jati.

(36)

36

kelestarian lingkungan dan nilai ekonomi jangka panjang. (3) 5 orang diantara peserta

pelatihan pembibitan sudah bisa membuat bibit baik jati maupun karet.

(4) Bibit pohon jati putih atau jati kabelina dan karet yang sudah dipersiapkan untuk kedua desa masing-masing sekitar 2.000 pohon.

(5) Penghijauan dilaksanakan pada pertengahan Desember 2012, karena saat itu

diperkirakan hujan sudah akan turun secara kontinyu.

6. Pelatihan keterampilan bagi guru-guru PAUD di kedua desa lokasi IbW

APBD Pemda Klungkung Rp.40.000.000,-

100% sumber dana dari APBD Pemda Klungkung

Sudah terlaksana 100%, antara lain: (1) Telah dilaksanakan pelatihan

keterampilan bagi guru-guru PAUD tentang cara pemilihan materi, cara membimbing baik secara klasikal, maupun secara individu, dan cara evaluasi pekerjaan siswa.

(2) Jumlah peserta yang mengikuti pelatihan keterampilan sebanyak 32 orang.

(3) Telah disumbangkan unit media pembelajaran tematik bagi sekolah TK Batukandik dan TK Suana.

Tercapai sesuai dengan target yaitu 32 orang guru TK peserta pelatihan, serta sumbangan 2 unit media pembelajaran tematik.

7. Pelatihan pembuatan media pembelajaran berbasis lokal bagi guru-guru IPA

DP2M Dikti Rp.20.000.000,-

100% sumber dana dari APBD Pemda Klungkung

Sudah terlaksana 100%, antara lain: (1) Pelatihan pembuatan media

pembelajaran berbasis lokal, seperti: rangkaian listrik sederhana, spring, stroboskop,

Tercapai sesuai dengan target yaitu pelatihan pembuatan media

pembelajaran berbasis lokal dengan peserta sebanyak 36

Gambar

Gambar 1.1  Peta Wilayah Nusa Penida
Gambar 1.2  Alat Transportasi Kapal RORO
Gambar 1.3  Ternak sapi dan babi penduduk
Tabel 2.2 Biaya Kegiatan Tahun II (2012)

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Dengan digunakannya berbagai metode dan prosedur pengendalian biaya melalui penyusunan budget (anggaran), biaya standar, budget dan biaya standar tersebut akan

Hasil dari penilitian ini menunjukkan tidak ada perbedaan diameter ukuran ovarium sapi jenis SimPO dan PO (P>0.05), tidak ada perbedaan diameter folikel sapi jenis SimPO dan

Selain tim itu, seiring dengan pemberlakuan Perda Propinsi Bali nomor 4 tahun 1996 tentang “Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi Bali” serta dengan mengacu pada

Untuk mencapai tujuan tersebut, penelitian ini dilakukan dengan metode riset dan pengembangan, dengan tahapan penelitian: (1) melakukan identifikasi masalah dan

Individu yang tidak paham akan sikap konform maka individu akan menarik diri dari komunitas/keluar dari komunitas, sehingga perlu untuk dikaji lebih lanjut untuk mengetahui

Masnur Muslich, ”Hakikat dan Fungsi Buku Teks”, http:// www.. a) Direkomendasikan oleh guru-guru yang berpengalaman sebagai buku ajar yang baik. b) Bahan ajarnya

Selama kurun tahun pertanaman koleksi ini, beberapa aksesi yang hilang telah digantikan dengan aksesi yang baru baik dari pisang jenis liar maupun kultivar yang sama atau

Tidak adanya pengaruh moderat budaya etis organisasi terhadap hubungan antara orientasi etis (idealisme) dan pertimbangan etis auditor diduga disebabkan oleh karena