• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEMATIAN BAYI DI KABUPATEN BOYOLALI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEMATIAN BAYI DI KABUPATEN BOYOLALI"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEMATIAN BAYI DI KABUPATEN BOYOLALI

Skripsi ini Disusun Guna Memenuhi Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Ijazah S1

Oleh :

Idiliani Titin Syafitri J 410 130 071

PROGRAM STUDI KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2017

(2)

i

HALAMAN PERSETUJUAN

ANALISIS FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEMATIAN BAYI DI KABUPATEN BOYOLALI

PUBLIKASI ILMIAH

Oleh:

IDILIANI TITIN SYAFITRI J410130071

Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh:

Dosen Pembimbing

Anisa Catur Wijayanti, SKM., M.Epid NIK. 1552

(3)

ii

HALAMAN PENGESAHAN

ANALISIS FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEMATIAN BAYI DI KABUPATEN BOYOLALI

OLEH

IDILIANI TITIN SYAFITRI J410130071

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Ilmu Kesehatan

Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Senin, 1 Agustus 2017 Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Dewan Penguji:

Dekan,

Dr. Mutalazimah, M.Kes NIK. 786

1. Anisa Catur Wijayanti, SKM., M.Epid (……...) (Ketua Dewan Penguji)

2. Kusuma Estu Werdani, SKM., M.Kes (……...) (Anggota Penguji I)

3. Tanjung Anitasari I.K, SKM., M.Kes (……...) (Anggota Penguji II)

(4)

iii

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam penyataan saya diatas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya.

Surakarta, 1 Agustus 2017

Penulis

Idiliani Titin Syafitri J410 130 071

(5)

ANALISIS FAKTOR IBU YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN KEMATIAN BAYI DI KABUPATEN BOYOLALI

ABSTRAK

Angka Kematian Bayi di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup. Pada bulan Januari 2016 sampai April 2017 AKB di Kabupaten Boyolali jumlah kematian bayi sebanyak 155 kasus. Dari 29 Puskesmas yang ada di Kabupaten Boyolali, 26 Puskesmas diantaranya menyumbangkan kematian bayi. Faktor ibu yang mempengaruhi kematian bayi diantaranya, ibu jarang memeriksakan kandungannya ke bidan, hamil diusia muda, hamil diusia tua, jarak kehamilan yang terlalu sempit kurangnya asupan gizi bagi ibu dan bayinya, makanan yang dikonsumsi ibu tidak bersih, fasilitas sanitasi dan higienitas yang tidak memadai. Tujuan dari penelitian adalah untuk menganalisis hubungan antara usia ibu saat hamil, paritas, Inisiasi Menyusui Dini (MD), Kunjungan ANC dan paparan asap rokok dengan kematian bayi. Jenis penelitian ini adalah observasional analitik dengan rancangan studi kasus kontrol. Populasi kasus dalam penelitian ini adalah bayi yang meninggal pada periode Januari 2016-April 2017 dan kontrolnya adalah bayi hidup pada periode Januari 2016-April 2017. Kasus dan kontrol dipilih di masyarakat Kabupaten Boyolali menggunakan Cluster Random Sampling dengan teknik total sampling, dimana jumlah sampel yaitu 75 kasus dan 75 kontrol dengan perbandingan 1 : 1. Analisis yang digunakan adalah chi square. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan antara usia ibu saat hamil (p = 0,004), paritas (p = 0,021), Inisiasi Menyusui Dini (IMD) (p = 0,002), kunjungan ANC (p = 0,006), dan paparan asap rokok (p = 0,001) dengan kematian bayi.

Kata Kunci : Usia Ibu, Paritas, Inisiasi Menyusui Dini (IMD), Kunjungan ANC, Paparan Asap Rokok, Kematian Bayi

ABSTRACT

Infant Mortality Rate in Indonesia in 2015 amounted to 22.23 per 1,000 live births. In January 2016 until April 2017, Infant Mortality Rate (IMR) in Boyolali Regency, the number of infant deaths was 155 cases. Of the 29 Public Health Center in Boyolali Regency, 26 Public Health Center among them donated infant mortality. Maternal factors affecting infant mortality include mother rarely check her pregnancy to midwife, pregnancy at young age, pregnancy in old age, pregnancy distance too narrow lack of nutrition for mother and baby, food consumed by unclean mother, inadequate sanitation and hygiene facilities. The purpose of the study was to analyze the relationship between maternal age during pregnancy, parity, early breastfeeding (IMD), ANC visit and exposure to secondhand smoke with infant mortality. The type of this research is observational analytic with case control case design. The case population in this study was the infant

(6)

who died during the period of January 2016-April 2017 and the control was infants living in the period of January 2016-April 2017. Cases and control were selected in the community of Boyolali District using Cluster Random Sampling with total sampling technique, 75 cases and 75 controls with a ratio of 1: 1. The analysis used is chi square. The result of statistical test showed that there was a correlation between maternal age during pregnancy (p = 0,004), parity (p = 0,021), Initative Breastfeeding (p = 0,002), visit of ANC (p = 0,006), and exposure of cigarette smoke (p = 0.001) with infant mortality. Keywords : Mother Age, Parity, Early Breastfeeding Initiation

(IMD), Visits ANC, Cigarette Smoke Exposure, Infant Mortality

1• PENDAHULUAN

Angka Kematian Bayi (AKB) merupakan jumlah kematian bayi (0-11 bulan) per 1.000 kelahiran hidup dalam kurun waktu satu tahun. AKB menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan masyarakat yang berkaitan dengan faktor penyebab kematian bayi, tingkat pelayanan antenatal, status gizi ibu hamil, tingkat keberhasilan program KIA dan KB, serta kondisi lingkungan dan sosial ekonomi (Dinkes Provinsi Jateng, 2016). Pada tahun 2011, Myanmar merupakan negara yang memiliki AKB tertinggi di kawasan ASEAN dengan angka 47,9 per 1.000 kelahiran hidup. AKB di Indonesia 4,2 kali lebih tinggi dari Malaysia, 1,2 kali lebih tinggi dari Filipina, dan 2,2 kali lebih tinggi dari Thailand (Kemenkes, 2013). Pada tahun 2012, dari 33 provinsi di Indonesia, hanya terdapat dua provinsi yang telah mencapai target MDGs (Milllenium Development Goals) 2015 untuk AKB yaitu Kalimantan Timur dan DKI Jakarta (Kemenkes, 2013).Angka Kematian Bayi di Indonesia pada tahun 2015 sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target MDGs yakni 23 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2016).

Menurut data Dinas Kesehatan Provinsi Jateng tahun 2016, AKB di Provinsi Jawa Tengah sebesar 10 per 1.000 kelahiran hidup. AKB tertinggi berada di Kabupaten Grobogan sebesar 17,38 per 1.000 kelahiran hidup.Berdasarkan data Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali tahun 2017, pada bulan Januari 2016 sampai April 2017 AKB di Kabupaten Boyolali sebanyak 155 kasus. Dari 29 Puskesmas yang ada di Kabupaten Boyolali, 26 Puskesmas diantaranya menyumbangkan kematian bayi.

(7)

Secara garis besar dari sisi penyebabnya, banyak faktor yang mempengaruhi kematian bayi antara lain faktor ibu, faktor bayi, kondisi sosial ekonomi dan pelayanan kesehatan. Dari faktor ibu banyak faktor yang mempengaruhinya, diantaranya, ibu jarang memeriksakan kandungannya ke bidan, hamil diusia muda, hamil diusia tua, jarak kehamilan yang terlalu sempit kurangnya asupan gizi bagi ibu dan bayinya, makanan yang dikonsumsi ibu tidak bersih, fasilitas sanitasi dan higienitas yang tidak memadai (Sulistyawati, 2009). Faktor lingkungan yang menjadi penyebab tidak langsung seperti asap rokok juga dapat menyebabkan risiko kematian bayi karena rokok dapat mengurangi aliran darah ke ari-ari (plasenta) sehingga berisiko menimbulkan gangguan pertumbuhan janin (Djauzi, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Hendari dkk (2012) bahwa ada hubungan antara umur ibu (p=0,004) dan frekuensi ANC (p=0,001) dengan kejadian kematian bayi di Kabupaten Bima. Selaras dengan penelitian yang dilakukan oleh Prabamurti dkk (2008) bahwa ada hubungan antara umur ibu (p=0,0023), paritas (p=0,0006) dengan kejadian kematian neonatal. Penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2015), membuktikan bahwa 100% dari responden yang mengalami kematian bayi terpapar asap rokok yang berasal dari suami. Penelitian terbaru, di salah satu negara yang dikenal rawan malnutrisi, Ghana, menunjukkan bahwa bayi yang disusui dalam satu jam pertama kehidupannya memiliki kesempatan hidup dan lebih mampu bertahan dibandingkan bayi yang tidak segera disusui. Bayi-bayi yang tidak diberi ASI pada hari pertama kehidupannya berpotensi 2,5 kali lebih tinggi untuk mengalami kematian (Rosita, 2008).

Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang hubungan faktor ibu dengan kejadian kematian bayi di Kabupaten Boyolali. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis hubungan umur ibu, paritas, Inisiasi Menyusui Dini (IMD), kunjungan ANC dan paparan asap rokok dengan kejadian kematian bayi di Kabupaten Boyolali.

2• METODE PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional dengan pendekatan kasus kontrol (case control) yang merupakan penelitian analitik (Notoatmodjo, 2012). Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni 2017. Tempat penelitian di Kabupaten Boyolali dengan melibatkan 13 Puskesmas di wilayah Kabupaten Boyolali. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

(8)

kematian bayi yang ada di Kabupaten Boyolali pada periode Januari 2016 sampai April tahun 2017. Sampel dalam penelitian menggunakan rumus Sastroasmoro dan Ismael (2011), dan diperoleh jumlah sampel 75 responden. Pada kelompok kasus berjumlah 75 responden dan kelompok kontrol berjumlah 75 responden sehingga jumlah sampel secara keseluruhan sebesar 150 responden. Teknik pengambilan sampel pada kelompok kasus dengan menggunakan Cluster Random Sampling sedangkan pada kelompok kontrol diambil dari tetangga terdekat dari rumah kasus. Analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan antara masing-masing variabel bebas (Independent) yaitu umur ibu, paritas, Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan variabel terikat (Dependent) yaitu kematian bayi menggunakan uji statistik Chi-Square dan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas (Independent) yaitu kunjungan ANC dengan variabel terikat (Dependent) yaitu kematian bayi menggunakan uji statistik Fisher’s Exact Test.

3• HASIL dan PEMBAHASAN 3.1 Karakteristik Responden

Gambaran karakteristik responden berdasarkan usia saat penelitian, usia saat hamil, pendidikan responden, pendidikan suami, pekerjaan responden, pekerjaan suami, jarak kelahiran, dan pendapatan keluarga perbulan di Kabupaten Boyolali ditampilkan pada tabel berikut:

3.1.1 Usia Responden

Tabel 1. Gambaran Usia Responden Berdasarkan Usia Saat Penelitian dan Usia Saat Hamil di Kabupaten Boyolali

Usia Responden Kasus Mean St. Dev Minimal- Kontrol

Maksimal Mean St. Dev Minimal-Maksimal Usia Penelitian 29,95 6,365 16 – 53 27,77 4,692 20 – 42 Usia Saat Hamil 29,41 6,305 16 – 52 27,41 4,668 20 – 41

Berdasarkan tabel 1, diketahui bahwa usia responden pada saat penelitian untuk kelompok kasus rata-rata 29,95 ± 6,365 tahun sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata 27,77 ± 4,692 tahun. Namun, usia saat hamil responden untuk kelompok kasus rata-rata 29,41 ± 6,305 tahun sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata 27,41 ± 4,668 tahun.

(9)

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir yang Telah Ditempuh Responden, Suami dan Pekerjaan Responden serta Suami di Kabupaten Boyolali

Pendidikan N Kasus % N Kontrol %

Pendidikan Responden Tidak Tamat SD 1 1,4 0 0 Tamat SD 15 20 7 9,4 Tamat SMP Tamat SMA 16 37 21,3 49,3 22 37 29,3 49,3 Perguruan Tinggi 6 8 9 12 Total 75 100 75 100 Pendidikan Suami Tidak Tamat SD 0 0 0 0 Tamat SD 14 18,7 6 8 Tamat SMP Tamat SMA Perguruan Tinggi 13 37 11 17,3 49,3 14,7 12 50 7 16 66,7 9,3 Total 75 100 75 100 Pekerjaan Responden

Tidak Bekerja atau IRT 35 46,7 40 53,3

Petani 12 16 8 10,7 Wiraswasta PNS Polisi Lainnya 6 3 0 19 8 4 0 25,3 10 0 0 17 13,3 0 0 22,7 Total 75 100 75 100 Pekerjaan Suami Tidak Bekerja 0 0 0 Petani 16 21,3 16 21,3 Wiraswasta 16 21,3 34 45,4 PNS Polisi Lainnya 3 0 40 4 0 53,4 0 0 25 0 0 33,3 Total 75 100 75 100

(10)

Berdasarkan tabel 2, diketahui bahwa pendidikan terakhir responden pada kelompok kasus sebagian besar tamat SMA sebanyak 37 orang (49,3%), begitu juga pada kelompok kontrol mayoritas responden adalah tamat SMA sebanyak 37 orang (49,3%). Pendidikan terakhir suami responden pada kelompok kasus paling banyak tamat SMA yaitu sebanyak 37 orang (49,3%), begitu juga pada kelompok kontrol mayoritas pendidikan suami adalah tamat SMA sebanyak 50 orang (66,7%). Pada kelompok kasus responden paling banyak tidak bekerja/ibu rumah tangga sebanyak 35 orang (46,7%), sedangkan pada kelompok kontrol responden paling banyak adalah tidak bekerja/Ibu Rumah Tangga (IRT) sebesar 40 orang (53,3%). Pekerjaan suami responden pada kelompok kasus paling banyak adalah pegawai swasta sebanyak 40 orang (53,4%), sedangkan pada kelompok kontrol pekerjaan suami responden paling banyak adalah wiraswasta sebanyak 34 orang (45,4%).

3.1.3. Jarak Kelahiran

Tabel 3. Distribusi Responden Berdasarkan Jarak Kelahiran Jarak

Kelahiran Kasus N % Mean St. Dev N Kontrol % Mean St. Dev < 2 tahun 39 52 1,48 0,50296 27 36 1,64 0,48323

≥ 2 tahun 36 48 48 64

Total 75 100 75 100

Berdasarkan tabel 3, diketahui bahwa diketahui bahwa pada kelompok kasus ibu yang jarak kelahirannya <2 tahun sebanyak 39 orang (52%) dan ibu yang jarak kelahirannya ≥2 tahun sebanyak 36 orang (48%). Sedangkan pada kelompok kontrol ibu yang jarak kelahirannya <2 tahun sebanyak 27 orang (36%) dan ibu yang jarak kelahirannya ≥2 tahun sebanyak 48 orang (64%).

3.1.4 Pendapatan Keluarga Perbulan

Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga Perbulan di Kabupaten Boyolali

Pendapatan Perbulan Kasus N % Mean St. Dev N Kontrol % Mean St. Dev 100.000-500.000 6 8 1.493.333 766.940 8 10,6 1.520.000 930.271 600.000-1.000.000 13 17,3 17 22,7 1.100.000-1.500.000 42 56 30 40 1.600.000-2.000.000 9 12 13 17,3 2.100.000-2.500.000 0 0 2 2,7 2.600.000-3.000.000 4 5,3 2 2,7 3.100.000-4.000.000 0 0 0 0 4.100.000-5.000.000 0 0 3 4

(11)

5.100.000-6.000.000 1 1,4 0 0

Total 75 100 75 100

Berdasarkan tabel 6, diketahui bahwa pada kelompok kasus rata-rata pendapatan responden adalah 1.493.333 ± 766.940 perbulan sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata pendapatan responden adalah 1.520.000 ± 930.271 perbulan. Pendapatan responden perbulan pada kelompok kasus paling banyak adalah 1.100.000-1.500.000 sebanyak 42 orang (56%) dan 30 orang (40%) pada kelompok kontrol. Pendapatan responden perbulan pada kelompok kasus yang paling sedikit adalah 2.100.000-2.500.000, 3.100.000-4.000.000 dan 4.100.000-5.000.000. Sedangkan pendapatan responden pada kelompok kontrol perbulan paling sedikit adalah 3.100.000-4.000.000 dan 5.100.000-6.000.000.

3.2 Analisis Bivariat

•3.2.1 Hubungan antara Usia Ibu Saat Hamil dengan Kematian Bayi di Kabupaten Boyolali

Tabel 5. Hubungan Antara Usia Ibu Saat Hamil dengan Kematian Bayi di Kabupaten Boyolali

Usia Ibu Saat Hamil Kasus N % Kontrol N % P Value Phi Cram OR 95% CI <20 dan >35 14 18,7 2 2,7 0,004 0,251 8,377 1,832-38,306 20-35 tahun 61 81,3 73 97,3

Total 75 100 75 100

Usia Ibu Saat Hamil

<20 tahun 5 7,6 0 0 0,022 0,199 - -

20-35 tahun 61 92,4 73 100

Total 66 100 73 100

Usia Ibu Saat Hamil

>35 tahun 9 12,9 2 2,7 0,045 0,189 5,385 1,121-25,871

20-35 tahun 61 87,1 73 97,3

Total 70 100 75 100

Berdasarkan hasil uji Chi Square didapatkan nilai p-value sebesar 0,004 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia ibu saat hamil dengan kematian bayi. Nilai OR yang diperoleh yaitu 8,377 (95% CI= 1,832-38,306) sehingga dapat diartikan bahwa responden yang memiliki usia saat hamil <20 tahun dan >35 tahun berisiko untuk mengalami kematian bayi sebesar 8,377 kali dibandingkan dengan usia ibu saat hamil 20-35 tahun. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sunarsih, dkk (2014), menunjukkan bahwa usia

(12)

ibu <20 tahun dan >35 tahun mempunyai risiko 2,29 kali lebih besar menyebabkan kematian bayi dibandingkan dengan ibu yang memiliki usia 20-35 tahun diperoleh nilai p=0,035. Demikian pula dengan penelitian Prabamurti, dkk (2008), juga menyatakan bahwa usia ibu <20 tahun dan >35 tahun 7,69 kali lebih besar dibandingkan usia ibu 20-35 tahun.

Pada penelitian ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia ibu yang terlalu muda (<20 tahun) dengan kematian bayi (p-value= 0,022). Begitu pula pada ibu yang berusia terlalu tua (>35 tahun) hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara usia ibu yang terlalu tua (>35 tahun) dengan kematian bayi (p-value= 0,045). Nilai OR yang diperoleh yaitu 5,385 (95% CI= 1,121-25,871) sehingga dapat diartikan bahwa ibu yang berusia terlalu tua (>35 tahun) berisiko 5,385 kali lebih besar untuk mengalami kematian bayi dibandingkan usia ibu 20-35 tahun. Apabila dilihat dari nilai Phi Cram yaitu 0,199 untuk ibu terlalu muda dan 0,189 untuk ibu yang terlalu tua, menunjukkan bahwa kedua variabel memiliki keeratan hubungan sangat lemah, sehingga umur ibu yang terlalu muda maupun terlalu tua memiliki risiko yang sama untuk mengalami kematian bayi.

Menurut Saifuddin (2008), umur ibu merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kelangsungan hidup bayi, karena berisiko terhadap timbulnya masalah-masalah pada ibu dan bayinya. Umur ibu <20 tahun dianggap berisiko karena organ reproduksi belum sempurna untuk menerima kehamilan, melahirkan serta merawat bayi. Sebaliknya umur yang terlalu tua >35 tahun mempunyai kecenderungan munculnya berbagai penyakit, sehingga dapat mengancam pertumbuhan dan dapat menimbulkan kematian bayi.

3.2.2 Hubungan antara Paritas dengan Kematian Bayi di Kabupaten Boyolali Tabel 6. Hubungan antara Paritas dengan Kematian Bayi di Kabupaten Boyolali Paritas Ibu Kasus N % Kontrol N % P Value Phi Cram OR 95% CI

1 dan ≥4 39 52 24 32 0,021 0,199 2,302 1,185-4,471 2-3 36 48 51 68 Jumah 75 100 75 100 Paritas Ibu 1 31 46,3 22 30,1 0,073 0,164 1,996 0,998-3,993 2-3 36 53,7 51 69,9 Jumah 67 100 73 100 Paritas Ibu ≥4 8 18,2 2 3,8 0,040 0,230 5,667 1,136-28,269 2-3 36 81,8 51 96,2 Jumah 44 100 53 100

(13)

Berdasarkan hasil uji Chi Square didapatkan nilai p-value sebesar 0,021 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara paritas dengan kematian bayi. Nilai OR yang diperoleh yaitu 2,302 (95% CI= 1,185-4,471) sehingga dapat diartikan bahwa ibu yang memiliki paritas 1 dan paritas ≥4 berisiko untuk mengalami kematian bayi sebesar 2,302 kali dibandingkan dengan ibu yang memiliki paritas 2-3. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Sunarsih, dkk (2014), menyatakan bahwa ada pengaruh antara paritas ibu dengan kematian neonatal dengan nilai OR=1,85 (p-value = 0,032) yang artinya bahwa terjadi kematian neonatus 1,85 kali lebih tinggi pada paritas berisiko dibandingkan dengan neonatus pada paritas tidak berisiko. Demikian pula dengan penelitian yang dilakukan Prabamurti, dkk (2008) bahwa ada hubungan antara paritas dengan kematian neonatal (p=0,0006).

Adanya pengaruh antara paritas dengan kematian bayi disebabkan karena pada ibu yang memiliki paritas 1 (primigravida) belum pernah memiliki pengalaman kehamilan dan persalinan sebelumnya yang akan berdampak pada pola perilaku ibu dalam menghadapi masalah yang berkaitan dengan kehamilan dan persalinan. Sedangkan paritas di atas 4 dan usia tua, secara fisik ibu mengalami kemunduran untuk menjalani kehamilan. Seorang wanita yang sudah mempunyai tiga orang anak dan terjadi kehamilan lagi keadaan kesehatannya akan mulai menurun. Hal ini tentu akan mempengaruhi kesehatan janin yang berpengaruh terhadap kematian neonatal (Martaadisoebroto, 2005).

Pada penelitian ini hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara ibu yang memiliki paritas 1 dengan kematian bayi (p-value= 0,073). Sedangkan pada paritas ≥4 hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara ibu yang memiliki paritas ≥4 dengan kematian bayi (p-value=0,040). Nilai OR yang diperoleh adalah 5,667 (95% CI= 1,136-28,269), sehingga dapat diartikan bahwa ibu yang memiliki paritas ≥4 berisiko 5,667 kali lebih besar dibandingkan ibu yang memiliki partias 2-3. Hal ini berkaitan karena menurunnya fungsi organ reproduksi yang dapat berakibat pada kehamilan dan persalinan pada ibu yang memiliki paritas ≥4. Biasanya ibu dengan paritas ≥4 kurang memperhatikan kehamilannya karena dianggap pernah mengalami kehamilan, persalinan dan nifas yang normal serta tidak memiliki komplikasi terhadap bayi yang dilahirkannya.

3.2.3. Hubungan Antara Inisiasi Menyusui Dini dengan Kematian Bayi di Kabupaten Boyolali

(14)

Tabel 7. Hubungan Antara Inisiasi Menyusui Dini dengan Kematian Bayi di Kabupaten Boyolali Inisiasi Menyusui Dini (IMD) Kasus Kontrol

P Value Cram Phi OR 95% CI

N % N %

Tidak 22 29,3 6 8

0,002 0,264 4,774 1,808-12,606

Ya 53 70,7 69 92

Jumah 75 100 75 100

Berdasarkan hasil uji Chi Square didapatkan nilai p-value sebesar 0,002 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan kematian bayi. Nilai OR yang diperoleh yaitu 4,774 (95% CI= 1,808-12,606) sehingga dapat diartikan bahwa ibu yang tidak melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) berisiko untuk mengalami kematian bayi sebesar 4,774 kali dibandingkan dengan ibu yang melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD). Berdasarkan penelitian Edmond (2006) dalam Widuri (2013), di Ghana menyimpulkan bahwa 16% kematian bayi dapat dicegah jika semua bayi disusui sejak hari pertama dan 22% dapat dicegah bila menyusui dimulai selama satu jam pertama setelah melahirkan. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa IMD dapat menyelamatkan nyawa bayi.

Berdasarkan penelitian ini, diketahui pada kelompok kasus ibu yang tidak melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) sebanyak 22 orang (29,3%). Alasan ibu tidak memberikan ASI dikarenakan ASI tidak keluar sebanyak 4 orang, alasan medis sebanyak 11 orang dan bayi meninggal kurang dari 1 jam setelah dilahirkan sebanyak 7 orang. Sedangkan pada kelompok kontrol ibu yang tidak melakukan Inisiasi Menyusui Dini (IMD) sebanyak 6 orang (8,0%). Alasan ibu tidak memberikan ASI dikarenakan ASI tidak keluar sebanyak 2 orang dan alasan medis sebanyak 4 orang.

Program IMD diharapkan bisa mengurangi kematian bayi, motivasi ini berupa himbauan kepada ibu hamil agar satu jam pertama setelah proses melahirkan bersedia melakukan IMD bagi bayi mereka, dan juga memberikan Air Susu Ibu (ASI) secara langsung selama 6 bulan tanpa susu formula. Program IMD dengan ASI langsung dapat memberikan kesehatan yang lebih baik terhadap bayi dan kebaikan terhadap kesehatan ibu (Roesli, 2008). Alasan utama dilaksanakannya IMD adalah untuk mengurangi kematian neonatal. Hal ini sesuai dengan target Sustainable Development Goals (SDGs) yang ketiga yaitu salah satunya mengurangi kematian neonatal dan kematian bayi. Hal ini juga didukung dengan kebijakaan The World Alliance For

(15)

Breastfeeding (WABA) tentang inisiasi menyusui dini dalam satu jam setelah kelahiran merupakan tahap penting untuk mengurangi kematian bayi dan mengurangi banyak kematian neonatal (Kemenkes, 2014).

3.2.4. Hubungan Antara Kunjungan Antenatal Care (ANC) dengan Kematian Bayi di Kabupaten Boyolali

Tabel 8. Hubungan Antara Kunjungan Antenatal Care (ANC) dengan Kematian Bayi di Kabupaten Boyolali

Kunjungan ANC Kasus N % Kontrol N % P Value Phi Cram OR 95% CI Tidak Lengkap 8 10,7 0 0

0,006 0,231 - -

Lengkap 67 89,3 75 100

Jumah 75 100 75 100

Berdasarkan hasil uji Fisher’s Exact Test didapatkan nilai p-value sebesar 0,006 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kunjungan ANC dengan kematian bayi. Nilai Phi Cramer’s V adalah 0,231 yang menunjukkan bahwa tingkat keeratan adanya hubungan variabel bebas dan variabel terikat lemah (0,200-0,399). Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Bustami, dkk (2015), bahwa ada hubungan antenatal care yang tidak lengkap (p=0,000) dengan kejadian kematian perinatal di Kabupaten Lampung Utara. Demikian pula dengan penelitian Hendari, dkk (2012), yang menyatakan frekuensi ANC yang tidak lengkap berisiko 4,44 kali lebih besar dibandingkan frekuensi ANC yang lengkap.

Berdasarkan hasil penelitian, tidak lengkapnya kunjungan ANC yang dilakukan ibu dapat terjadi karena sebagian besar ibu pada kelompok kasus bekerja sebanyak 40 orang (53,3%), sehingga ibu tidak sempat atau tidak bisa melakukan pemeriksaan kehamilan secara rutin. Dan juga suami yang sibuk bekerja tidak bisa menemani ibu untuk melakukan pemeriksaan kehamilan ke tempat pelayanan kesehatan secara rutin. Padahal pemeriksaan kehamilan sangat penting dilakukan oleh pasangan suami-istri. Pemberian informasi tentang pentingnya pemeriksaan kehamilan kepada ibu hamil, suami, anggota keluarga dan masyarakat perlu digencarkan. Penyuluhan sebagai upaya promosi kesehatan dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan di setiap kegiatan masyarakat seperti arisan, kegiatan RT/RW, pengajian dan acara lainnya agar seluruh masyarakat paham pentingnya pemeriksaan kehamilan selama hamil.

Berdasarkan peraturan Kemenkes RI (2016) pelaksanaan ANC seharusnya dilakukan minimal 4 kali yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III. Namun pada kelompok kasus terdapat 8 orang ibu melakukan ANC ≥4 kali namun tidak sesuai

(16)

dengan standar yang telah dianjurkan, dan ada 2 orang pada trimester I yang tidak melakukan kunjungan ANC sama sekali serta 6 lainnya tidak melakukan kunjungan ANC pada trimester III sebagaimana yang sudah dianjurkan yaitu minimal 2 kali.

3.2.5. Hubungan Antara Paparan Asap Rokok dengan Kematian Bayi di Kabupaten Boyolali Tabel 9. Hubungan Antara Paparan Asap Rokok dengan Kematian Bayi di Kabupaten

Boyolali Paparan Asap

Rokok Kasus N % Kontrol N % P Value Phi Cram OR 95% CI

Terpapar 26 34,7 8 10,7

0,001 0,276 4,444 1,855-10,648 Tidak Terpapar 49 65,3 67 89,3

Jumah 75 100 75 100

Berdasarkan hasil uji Chi Square didapatkan nilai p-value sebesar 0,001 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara paparan asap rokok dengan kematian bayi. Nilai OR yang diperoleh yaitu 4,444 (95% CI= 1,855-10,648) sehingga dapat diartikan bahwa ibu yang terpapar asap rokok selama hamil memiliki risiko untuk mengalami kematian bayi sebesar 4,444 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak terpapar asap rokok selama hamil. Sesuai dengan penelitian Andriani (2015), membuktikan bahwa 100% dari responden yang mengalami kematian bayi terpapar asap rokok yang berasal dari suami. Hasil ini juga selaras dengan penelitian Musrifa (2015), menyatakan bahwa ibu yang terpapar asap rokok suami selama hamil memiliki risiko 2,7 kali untuk mengalami kematian neonatal dibandingkan dengan ibu yang tidak terpapar asap rokok suami selama kehamilannya.

Pada penelitian ini, ibu hamil termasuk perokok pasif, karena baik kelompok kasus maupun kelompok kontrol tidak ada ibu yang merokok selama hamil. Berdasarkan penelitian diketahui bahwa ibu terpapar asap rokok dari suami, anggota keluarga lain dan pekerja yang berada ditempat ibu hamil bekerja. Pada kelompok kasus ibu saat hamil terpapar asap rokok sebanyak 26 orang (34,7%), sedangkan pada kelompok kontrol ibu saat hamil terpapar asap rokok sebanyak 7 orang (9,3%).

Menurut pendapat Djauzi (2005), pengaruh rokok terhadap kehamilan sangat serius. Rokok dapat mengurangi aliran darah ke ari-ari (plasenta) sehingga berisiko menimbulkan gangguan pertumbuhan janin. Rokok juga dapat meningkatkan risiko keguguran, berat badan bayi rendah dan gangguan saluran pada nafas bayi. Sesuai dengan penelitian Ramadhan (2012), menyatakan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara ibu hamil perokok pasif dengan

(17)

kejadian BBLR (p=0,004). Semakin besar seorang ibu terpapar asap rokok maka semakin besar pula kemungkinan ibu tersebut akan melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah.

Berdasarkan hasil penelitian dan beberapa teori diatas, paparan asap rokok merupakan penyebab tidak langsung terjadinya kematian bayi, salah satu diantaranya paparan asap rokok pada ibu hamil dapat menyebabkan BBLR, dimana BBLR merupakan faktor penyebab kematian bayi paling banyak. Sesuai dengan penelitian Sunarsih, dkk (2014), menyatakan bahwa ada hubungan antara BBLR dengan kematian neonatal (p=0,023).

4. PENUTUP 4.1. Simpulan

Usia responden pada saat penelitian untuk kelompok rata-rata 29,95 ± 6,365 tahun, sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata 27,77 ± 4,692 tahun. Usia saat hamil responden untuk kelompok kasus rata-rata 29,41 ± 6,305 tahun, sedangkan pada kelompok kontrol rata-rata 27,41 ± 4,668 tahun. Pendidikan terakhir responden pada kelompok kasus dan kontrol sebagian besar tamat SMA sebanyak 37 orang (49,3%). Pendikan terakhir suami responden pada kelompok kasus dan kontrol sebagian besar tamat SMA sebanyak 37 orang (49,3%) dan 50 orang (66,7%). Pekerjaan responden pada kelompok kasus dan kontrol sebagian besar ibu rumah tangga sebanyak 35 orang (46,7%) dan 40 orang (53,3%). Pekerjaan suami responden pada kelompok kasus sebagaian besar adalah pegawai swasta sebanyak 40 orang (53,3%) dan kelompok kontrol sebagian besar wiraswasta sebanyak 34 orang (45,3%). Jarak kelahiran responden pada kelompok kasus sebagian besar adalah <2 tahun sebanyak 39 orang (52,0%) dan kelompok kontrol sebagian besar ≥2 tahun sebanyak 48 orang (64%). Pendapatan responden perbulan pada kelompok kasus dan kontrol paling banyak adalah 1.100.000-1.500.000 sebanyak 42 orang (56%) dan 30 orang (40%).

Ada hubungan antara usia ibu saat hamil dengan kematian bayi di Kabupaten Boyolali (p-value=0,004; OR= 8,377; 95% CI= 1,832-38,306). Ada hubungan antara paritas dengan kematian bayi di Kabupaten Boyolali (p-value=0,021; OR= 2,302; 95% CI= 1,185-4,471). Ada hubungan antara Inisiasi Menyusui Dini (IMD) dengan kematian bayi di Kabupaten Boyolali (p-value=0,002; OR= 4,774; 95% CI= 0,079-0,553). Ada hubungan antara kunjungan ANC dengan kematian bayi di Kabupaten Boyolali (p-value=0,006). Ada hubungan antara paparan asap rokok

(18)

dengan kematian bayi di Kabupaten Boyolali (p-value=0,001; OR= 4,444; 95% CI= 1,855-10,648).

4.2. Saran

Bagi masyarakat perlunya kesadaran khususnya pada ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya di tempat pelayanan kesehatan secara rutin, tetapi harus lengkap dan sesuai standar yang dianjurkan WHO agar permasalahan selama kehamilan dapat diketahui secara dini. Bagi Instansi kesehatan perlunya penyuluhan kepada masyarakat tentang pentingnya pemeriksaan antenatal care yang lengkap dan sesuai standar WHO, pentingnya Inisiasi Menyusui Dini (IMD) baik di Puskesmas, Posyandu, pertemuan-pertemuan organisasi kewanitaan, maupun acara-acara lain, dan melakukan pemantauan dan pengawasan terhadap ibu hamil, khususnya ibu hamil dengan risiko tinggi, serta perlunya pemberian informasi tentang adanya layanan/klinik berhenti merokok di pelayanan kesehatan kepada masyarakat, atau melakukan pendekatan personal atau terapi kepada perokok agar dapat berhenti merokok.. Bagi peneliti lain diharapkan dapat melakukan penelitian lebih lanjut dan mendalam mengenai faktor risiko lain yang berhubungan dengan kematian bayi, dengan meneliti variabel lain seperti pendidikan, jarak kelahiran, hamil dengan penyakit, hamil dengan komplikasi dan status gizi ibu hamil di tempat yang sama maupun di tempat lainnya.

DAFTAR PUSTAKA

Andriani, A. R. (2015). Faktor Penyebab Kematian Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Ngombol Kabupaten Purworejo (Studi Kasus Tahun 2015). [Skripsi Ilmiah]. Semarang: Universitas Diponegoro.

Bustami, A., Sunarti, T., dan Rosmiyati. (2015). Faktor Risiko yang Berhubungan dengan kematian Perinatal di Kabupaten Lampung Utara tahun 2014. Jurnal Kesehatan Holistik. Vol 9, No 3, Juli 2015:103-108.

Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. (2016). Laporan tahunan Kematian Bayi. Boyolali 2016: Dinkes Kabupaten Boyolali.

(19)

Dinas Kesehatan Kabupaten Boyolali. (2017). Laporan tahunan Kematian Bayi. Boyolali 2017: Dinkes Kabupaten Boyolali.

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2016). Profil Kesehatan Provinsi Jawa tengah 2015. Semarang: Dinkes Provinsi Jateng.

Djauzi, S. (2005). Panduan Hidup Sehat dari Soal Pemeriksaan Sampai Vertigo. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Hendari, R., Widarsa, T., dan Wirawan, D. N. (2013). Faktor Determinan Kematian Bayi di Kabupaten Bima tahun 2012. [Naskah Publikasi]. Laporan Hasil Penelitian Program Studi Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana, Yayasan Kerti Praja Denpasar, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Udayana, Prodi Keperwatan Bima, POLTEKES Kemenkes Mataram.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2013). Profil Kesehatan Indonesia 2012. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014). Situasi dan Analisis ASI Eksklusif. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI.

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2016). Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Martaadisoebroto, D. (2005). Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Musrifa. (2015). Paparan Asap Rokok Sebagai Faktor Risiko Kematian Neonatal Dini di Kota Mataram Provinsi Nusa Tenggara Barat. [Tesis Ilmiah]. Denpasar: Program Pascasarjana Universitas Udayana.

(20)

Notoatmodjo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta.

Prabamurti, N. P., Purnami, C. T., Widagdo, L., dan Setyono, S. (2008). Analisis Faktor Risiko Kematian Neonatal. Studi Kasus Kontrol di Kecamatan Losari Kabupaten Brebes Tahun 2006. Jurnal Promosi Kesehatan Indonesia.Vol. 3. No. 1. Januari 2008.

Ramadhan, N. (2012). Hubungan Ibu Hamil Perokok Pasif dengan Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Badan Layanan Umum Daerah RSU Meuraxa Banda Aceh. Jurnal Ilmiah STIKES U’Budiyah. Vol. 1, No.2, Maret 2012.

Roesli, U. (2008). Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta: Pustaka Bunda. Rosita, S. (2008). ASI untuk Kecerdasan Bayi. Yogyakarta: Ayyana.

Saifuddin. (2008). Ilmu Kebidanan. Jakarta: Penerbit Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.

Sastroasmoro, S., dan Ismael, S. (2011). Dasar-dasar Penelitian Klinis Edisi ke-4. Jakarta: Sagung Seto.

Sulistyawati, A. (2009). Asuhan Kebidanan Pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba Medika. Sunarsih, Mardihosodo, S. J., Hermawan, D. (2014). Analisis Faktor yang Mempengaruhi

Kematian Neonatal. Jurnal Dunia Kesmas.Volume 3. Nomor 3. Juli 2014.

Widuri, H. (2013). Cara Mengelola ASI Eksklusif Bagi Ibu Bekerja. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Gambar

Tabel 2. Distribusi Responden Berdasarkan Pendidikan Terakhir yang Telah Ditempuh  Responden, Suami dan Pekerjaan Responden serta Suami  di Kabupaten  Boyolali
Tabel 4. Distribusi Responden Berdasarkan Pendapatan Keluarga  Perbulan di Kabupaten  Boyolali
Tabel 5. Hubungan Antara Usia Ibu Saat Hamil dengan Kematian Bayi di Kabupaten  Boyolali
Tabel 7. Hubungan Antara Inisiasi Menyusui Dini dengan Kematian Bayi di Kabupaten  Boyolali  Inisiasi  Menyusui Dini  (IMD)  Kasus  Kontrol  P Value  Phi  Cram  OR  95% CI N % N %  Tidak  22  29,3  6  8  0,002  0,264  4,774   1,808-12,606 Ya 53  70,7 69  9

Referensi

Dokumen terkait

Triwulan ke III tahun 2012 di RSUD Kabupaten Boyolali terjadi kematian perinatal dengan jumlah 16 kelahiran mati dan 26 bayi meninggal pada usia kurang dari 7

FAKTOR RISIKO USIA, PEKERJAAN DAN PAPARAN ASAP ROKOK PADA IBU DENGAN KEJADIAN BERAT BAYI LAHIR RENDAH DI.. KECAMATAN BANYUDONO

Kesimpulan: Tidak terdapat hubungan antara paparan asap rokok lingkungan pada ibu hamil terhadap kejadian bayi berat lahir rendah.. Kata kunci : Ibu hamil, Perokok

Selain itu dari 15 responden tidak mengalami ISPA kurang dari setengahnya 6 (40,0%) yang memiliki imunisasi tidak lengkap karena tidak terpapar dengan asap rokok dan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan peneliti terhadap kadar Hb ibu hamil, LILA ibu hamil, paritas, jarak kehamilan dan persalinan terakhir, umur ibu

Penyebab kematian bayi ada dua macam yaitu endogen dan eksogen. Kematian bayi endogen atau kematian neonatal disebabkan oleh faktor-faktor yang dibawa anak sejak

PENGARUH PAPARAN ASAP ROKOK PADA IBU HAMIL DI RUMAH TANGGA TERHADAP KEJADIAN BAYI BERAT LAHIR RENDAH DI..

Sedangkan usia, status (riwayat) obstetri, informasi KIA dan tempat melakukan persalinan menunjukan tidak ada hubungan yang bermakna dengan kejadian kematian ibu..