• Tidak ada hasil yang ditemukan

KENAKALAN REMAJA DAN CARA MENGATASINYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KENAKALAN REMAJA DAN CARA MENGATASINYA"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

KENAKALAN REMAJA DAN CARA MENGATASINYA

Oleh :

Jumari Ismanto, M.Ag1

PEMBAHASAN

1.1 Karakteristik Remaja

Manusia adalah mahluk yang paling sempurna, bila dibandingkan dengan mahluk-mahluk yang lain. Manusia memiliki kelebihan-kelebihan dalam segi cipta, rasa, karsa, estetika, social dan susila serta hal yang lain. Dalam kehidupannya manusia mengalami suatu perkembangan dan pertumbuhan. Menurut Kartini Kartono yang dimaksud dengan perkembangan yaitu perkembangan merupakan perubahan-perubahan psikofisis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi phisikhis dan fisis dari anak, yang ditunjang oleh faktor lingkungan dan proses belajar dalam passage waktu tertentu menuju kedewasaan2. Sedangkan yang dimaksud dengan pertumbuhan yaitu perubahan secara fisiologis sebagai hasil dari proses pematangan fungsi-fungsi fisik, yang berlangsung secara normal pada diri anak-anak yang sehat, dalam peredaran waktu tertentu.3

Menurut Abin Syamsudin menuliskan batasan remaja awal berkisar antara 11-13 tahun sampai 14-15 tahun. Dari batasan usia remaja awal tersebut, usia remaja awal merupakan usia sekolah tingkat SMP.4 Abin Syamsudin memberikan penafsiran sebagai ciri dari remaja sebagai suatu masa yang amat kritis yang mungkin dapat merupakan tipe of time and the worst of time. Apabila individu mampu mengatasi berbagai tuntutan yang dihadapinya secara integratif, ia akan menemukan identitasnya yang akan dibawa menjelang masa dewasanya. Sebaliknya, kalau gagal ia akan berada pada kritis identitas yang berkepanjangan.5

1

Dosen Ilmu Jiwa Belajar. Prodi. PAI STAI Al-Musaddadiyah Garut

2 Kartini Kartono, Psikologi Sosial 2 dan Kenakalan Remaja, Rajawali, Jakarta, 1988, hlm.29. 3

Ibid., hlm. 33. 4

Abidin Syamsudin, Psikologi Pendidikan, Remaja Rosdakarya, Bandung, 2000, hlm. 130. 5

(2)

Menurut Zakiah Daradjat (1992:28) yang dimaksud dengan masa remaja yaitu: Satu tingkat umur, di mana anak-anak tidak anak-anak lagi, akan tetapi belum bisa dipandang dewasa. Jadi remaja adalah umur yang belum dapat menjembatani antara anak-anak dan umur dewasa. Remaja adalah usia dimana seorang anak mengalami masa transisi atau masa peralihan dalam mencari identitas diri. Masa peralihan yang dimaksudkan disini adalah peralihan dari masa kanak-kanak menuju ke masa dewasa atau merupakan perpanjangan dari masa kanak-kanak sebelum mencapai masa dewasa. Karenanya pada masa ini seakan-akan remaja berpijak antara dua kutub yaitu kutub yang lama (masa anak-anak) yang akan ditinggalkan dan kutub yang baru (masa dewasa) yang masih akan dimasuki. Dengan keadaan yang belum pasti inilah remaja sering menimbulkan masalah bagi dirinya dan pada masyarakat sekitarnya, sebab pribadinya belum stabil dan matang.

Ciri-ciri umum remaja awal dilihat dari beberapa aspek, meliputi : 1. Dari aspek perilaku sosial, moralitas dan religius meliputi :

a. diawali dengan kecenderungan ambivalensi keinginan menyendiri dan keinginan

bergaul dengan banyak teman tetapi bersifat temporer;

b. adanya kebergantungan yang kuat kepada kelompok sebaya disertai semangat konformitas yang tinggi;

c. adanya ambivalensi antara keinginan bebas dari dominasipengaruh orang tua dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua; d. dengan sikap dan cara berfikirnya yang kritis mulai menguji

kaidah-kaidah atau sistem nilai etis dengan kenyataannya dalam perilaku sehari0hari oleh para pendukungnya (orang dewasa);

e. mengidentifikasi dirinya dengan tokoh-tokoh moralitas yang dipandang tepat dengan tipe idolanya;

f. mengenai keberadaan dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan mulai dipertanyakan secara kritis dan spektis;

(3)

g. penghayatan kehidupan keagamaan sehari-hari dilakukan mungkin didasarkan pertimbangan asanya semacam tuntutan yang memaksa dari luar dirinya;

h. Masih mencari dan mencoba menemukan pegangan hidup. 2. Dari aspek afektif, kognitif dan kepribadian meliputi :

- lima kebutuhan dasar (fisik, rasa aman, afiliasi sosial, penghargaan, perwujudan diri) mulai menunjukkan arah kecenderungan-kecenderungan;

- reaksi, reaksi dan ekspresi emosinya masih labil dan belum terkendali seperti pernyataan marah, gembira atau kesedihannya mungkin masih dapat berubah-ubah silih berganti dalam tempo yang cepat; - kecenderungan-kecenderungan arah sikap mulai tampak (teoritis,

ekonomis, estetis, politis, sosial dan religius) meskipun masih dalam

taraf eksplorasi dan coba-coba; dan

d) merupakan masa kritis dalam rangka menghadapi kritis identitasnya yang sangat dipengaruhi oleh kondisi psikososialnya yang akan membentuk kepribadiannya.6

Dengan karakter seperti di atas siswa yang tergolong usia remaja apabila tidak mendapatkan bimbingan yang baik mudah terjerumus pada perbuatan yang merugikan dirinya sendiri atau terjerumus dalam kenakalan remaja (siswa). Secara umum jika siswa tidak dapat berkembang dengan baik sesuai dengan kebutuhannya akan menimbulkan perilaku menyimpang yang kita kenal dengan kenakalan remaja.

1.2. Kenakalan Remaja

Setiap masyarakat di manapun mereka berada pasti mengalami perubahan, perubahan itu terjadi akibat adanya interaksi antar manusia. Perubahan sosial tidak dapat dielakkan lagi, berkat adanya kemajuan ilmu dan

6

(4)

teknologi membawa banyak perubahan antara lain perubahan norma, nilai, tingkah laku dan pola-pola tingkah laku baik individu maupun kelompok.7

Pada dasarnya kenakalan remaja menunjuk pada suatu bentuk perilaku remaja yang tidak sesuai dengan norma-norma yang hidup di dalam masyarakatnya. Kartini Kartono secara tegas dan jelas memberikan batasan kenakalan remaja merupakan gejala sakit secara sosial pada anak-anak dan remaja yang disebabkan oleh bentuk pengabaian sosial, sehingga mereka itu mengembangkan bentuk tingkah laku yan menyimpang. Perilaku anak-anak ini menunjukkan kurang atau tidak adanya konformitas terhadap norma-norma social.8

Fuad Hasan dalam Sudarsono (1999) merumuskan definisi Delinquency sebagai perilaku anti sosial yang dilakukan oleh anak remaja yang bila mana dilakukan oleh orang dewasa dikualifikasikan sebagai tindak kejahatan. Keputusan Menteri Sosial (Kepmensos RI No. 23/HUK/1996) menyebutkan anak nakal adalah anak yang berperilaku menyimpang dari norma-norma sosial, moral dan agama, merugikan keselamatan dirinya, mengganggu dan meresahkan ketenteraman dan ketertiban masyarakat serta kehidupan keluarga dan atau masyarakat.

Singgih D. Gunarso (1988 : 19) mengatakan dari segi hukum kenakalan remaja digolongkan dalam dua kelompok yang berkaitan dengan norma-norma hukum yaitu :

1. Kenakalan yang bersifat amoral dan sosial serta tidak diantar dalam undang-undang sehingga tidak dapat atau sulit digolongkan sebagai pelanggaran hukum;

2. Kenakalan yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang dan hukum yang berlaku sama dengan perbuatan melanggar hukum bila dilakukan orang dewasa.

Tentang normal tidaknya perilaku kenakalan atau perilaku menyimpang, pernah dijelaskan dalam pemikiran Emine Durkheim (dalam Soerjono Soekanto,

7

Tjipto Subadi, Sosiologi dan Sosiologi Pendidikan, Fairuz Media, Surakarta, 2009, hlm. 21. 8

Kartini Kartono, Patalogi Sosial dan Kenakalan Remaja, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2003, hlm.6-7.

(5)

1985:73) Bahwa perilaku menyimpang atau jahat kalau dalam batas-batas tertentu dianggap sebagai fakta sosial yang normal, dalam bukunya ” Ruler of Sociological Method ” dalam batas-batas tertentu kenakalan adalah normal karena tidak mungkin menghapusnya secara tuntas, dengan demikian perilaku dikatakan normal sejauh perilaku tersebut tidak menimbulkan keresahan dalam masyarakat, perilaku tersebut terjadi dalam batas-batas tertentu dan melihat pada sesuatu perbuatan yang tidak disengaja. Jadi kebalikan dari perilaku yang dianggap normal yaitu perilaku yang nakal/jahat yaitu perilaku yang disengaja meninggalkan keresahan pada masyarakat.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan yang dimaksud dengan kenakalan remaja yaitu tindak perbuatan remaja yang melanggar norma-norma agama, sosial, hukum yang berlaku di masyarakat dan tindakan itu bila dilakukan oleh orang dewasa dikategorikan tindak kriminal di mana perbuatannya itu dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.

1.3. Bentuk-bentuk Kenakalan Remaja

Menurut bentuknya, Sunarwiyati S (1985) membagi kenakalan remaja kedalam tiga tingkatan ; (1) kenakalan biasa, seperti suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit (2) kenakalan yang menjurus pada pelanggaran dan kejahatan seperti mengendarai sepera motor tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa ijin (3) kenakalan khusus seperti penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan dll.

Sedangkan menurut Sudarsono yang termasuk kenakalan siswa atau remaja meliputi:

a) perbuatan awal pencurian meliputi perbuatan berkata bohong dan tidak jujur;

b) perkelahian antar siswa termasuk juga tawuran antar pelajar; c) mengganggu teman;

d) memusuhi orang tua dan saudara, meliputi perbuatan berkata kasar dan tidak hormat pada orang tua dan saudara;

(6)

e) menghisap ganja, meliputi perbuatan awal dari menghisap ganja yaitu merokok;

f) menonton pornografi; dan g) corat-coret tembok sekolah9 1.4. Penyebab Kenakalan Remaja

Kenakalan siswa (remaja) yang sering terjadi di dalam sekolah dan masyarakat bukanlah suatu keadaan yang berdiri sendiri (Sudarsono:125-131). Kenakalan remaja tersebut timbul karena adanya beberapa sebab antara lain :

a. Keadaan Keluarga

Keadaan keluarga yang dapat menjadikan sebab timbulnya kenakalan remaja dapat berupa keluarga yang tidak normal (broken home) maupun jumlah anggota keluarga yang kurang menguntungkan. Broken home terutama perceraian atau perpisahan orang tua dapat mempengaruhi perkembangangan anak. Dalam keadaan ini anak frustasi, konflik-konflik psikologis sehingga keadaan ini dapat mendorong anak menjadi nakal. Keadaan keluarga merupakan salah satu penyebaba kenakalan remaja juga dapat ditimbulkan oleh kebiasaan perilaku orang tua, seperti dikemukankan oleh Papalia, Olds dan Feldman (2001 : 474 ) sebagai berikut, ”Parent cronic deliquent often failed to reinforce good behavior in early childhood and were harsh or inconsaistent, or both, in punishing misbehavior.” Pendapat senada dikemukakan Mustafit Amna (2002 : 2) yang mengatakan faktor keluarga penyebab kenakalan anak adalah perhatian dan penghayatan dan pengamalan orang tua atau keluarga terhadap agama. Nelson, Rutter, dan Giller dalam Easler dan Medway (2004:74) juga mengatakan. ” …. Antisocial behaviors resulf from socialization processes at home or in peer group.”

9

(7)

b. Keberadaan Pendidikan Formal

Dewasa ini sering terjadi perlakuan guru yang tidak adil, hukuman yang kurang menunjang tercapainya tujuan pendidikan, ancaman dan penerapan disiplin terlalu ketat, disharmonis hubungan siswa dan guru, kurangnya kesibukan belajar di rumah. Proses pendidikan yang kurang menguntungkan bagi perkembangan jiwa anak kerapkali memberikan pengaruh kepada siswa untuk berbuat nakal, sering disebut kenakalan remaja.

Di dalam sekolah terjadi interaksi antara remaja (siswa) dengan sesamanya, juga interaksi antara siswa dengan pendidik, interaksi yang mereka lakukan di sekolah sering menimbulkan akibat sampingan yang negatif. Seperti pendapat Sri Jayantini (2004:3) yang mengatakan sifat anak yang selalu ingin mengungguli temannya dengan cara menekan atau mengancam bila dibiarkan saja, memberikan peluang bagi anak untuk menyelesaikan setiap masalah dengan cara kekerasan.

Anak-anak yang memasuki sekolah tidak semuanya berwatak baik, baik dari kebiasaan anak yang negatif maupun dari faktor keluarga anak (siswa). Dengan keadaan ini akan mudah menimbulkan konflik-konflik psikologis yang dapat menyebabakan anak menjadi nakal. Pengaruh negatif sekolah juga dapat datang dari yang langsung menangani proses pendidikan antara lain : kesulitan ekonomi yang dialami pendidik, pendidik sering tidak masuk, pribadi pendidik yang tidak sesuai dengan jiwa pendidik.

c. Keadaan Masyarakat

Anak remaja (siswa) sebagai anggota masyarakat selalu mendapat pengaruh dari lingkungan masyarakatnya. Pengaruh tersebut adanya beberapa perubahan sosial yang cepat yang ditandai dengan peristiwa yang sering menimbulkan ketegangan seperti persaingan dalam ekonomi, pengangguran, masmedia, dan fasilitas rekreasi.

Pada dasarnya kondisi ekonomi memiliki hubungan erat dengan timbulnya kejahatan. Adanya kekayaan dan kemiskinan mengakibatkan bahaya besar bagi jiwa manusia, sebab kedua hal tersebut mempengaruhi jiwa manusia dalam hidupnya termasuk anak-anak remaja. Anak dari keluarga miskin ada yang

(8)

memiliki perasaan rendah diri sehingga anak tersebut dapat melakukan perbuatan melawan hukum terhadap orang lain. Seperti pencurian, penupian dan penggelapan. Biasanya hasil yang diperoleh hanya untuk berfoya-foya.

Timbulnya pengangguran yang semakin meningkat di dalam masyarakat terutama anak-anak remaja akan menimbulkan peningkatan kejahatan bahkan timbilnya niat di kalangan remaja untuk berbuat kejahatan. Keadaan ini tentunya dapat mempengaruhi motivasi siswa dalam belajar sehingga kadang jadi tidak bersemangat untuk belajar.

Di kalangan masyarakat sendiri sudah sering terjadi kejahatan seperti pembunuhan, penganiayaan, pemerkosaan, pemerasan, gelandangan, dan pencurian. Bagi anak remaja keinginan berbuat jahat kadang timbul karena bacaan, gambar-gambar dan film. Kebiasaan membaca buku yang tidak baik (misal novel seks), pengaruh tontonan gambar-gambar porno serta tontonan film yang tidak baik dapat mempengaruhi jiwa anak untuk berperilaku negatif. Pendapat ini sejalan dengan pendapat Barak yang ditulis Grochowski (2002:340) yang mengatakan, ”The perception of crime is the product of the Media ”Multiplied” by the ”Additive” effects of the political economy and cultur over time.”

1.5. Cara Mengatasi Kenakalan Remaja

Untuk menghindari masalah yang akan timbul akibat pergaulan, selain mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai, orang tua hendaknya juga memberikan kesibukan dan mempercayakan sebagian tanggung jawab rumah tangga kepada si remaja. Pemberian tanggung jawab ini hendaknya tidak dengan paksaan maupun mengada-ada. Si remaja di beri pengertian yang jelas sekaligus diberikan teladan. Sebab dengan memberikan tanggung jawab dalam rumah akan dapat mengurangi waktu ’ kluyuran ” tidak karuan dan sekaligus dapat melatih anak mengetahui tugas dan kewajiban serta tanggung jawab dalam rumah tangga. Mereka dilatih untuk disiplin serta mampu memecahkan masalah sehari-hari, mereka dididik mandiri.

Orang tua hendaknya membantu memberikan pengarahan masa depan si remaja, mereka diarahkan agar dapat memilih sekolah yang diharapkan serta mengembangkan bakat yang ada, untuk pemilihan study lanjut tidak semata-mata karena keinginan orang tua dan pilihan orang tua. Pemaksaan ini justru

(9)

akan berakhir dengan kekecewaan, sebab meski ada sebagian anak yang berhasil mengikuti kehendak orang tuanya, tetapi tidak sedikit yang frustasi dan akhirnya tidak ingin bersekolah sama sekali. Mereka malah pergi bersama kawan-kawannya, bersenang-senang tanpa mengenal waktu bahkan mungkin kemudian menjadi salah satu pengguna obat-obat terlarang.

Dengan banyaknya waktu luang yang dimiliki remaja maka tindakan iseng sering dilakukan untuk mengisi waktu luang hal ini dimaksudkan juga untuk menarik perhatian lingkungannya. Perhatian yang diharapakan dapat berasal dari orang tuanya maupun kawan sepermainannya. Celakanya, kawan sebaya sering menganggap iseng berbahaya adalah salah satu bentuk pamer sifat jagoan yang sangat membanggakan. Misalnya, ngebut tanpa lampu di malam hari, mencuri, merusak, minum minuman keras, dan sebagainya.

Oleh karena itu orang tua hendaknya memberikan pengarahan yang berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif seperti itu akan merugikan dirinya sendiri, orang tua, maupun lingkungannya. Dalam memberikan pengarahan, orang tua hendaknya hanya membatasi keisengan mereka. Jangan terlalu ikut campur dengan urusan remaja. Ada kemungkinan keisengan remaja adalah semacam ”refresing” atas kejenuhannya dengan urusan tugas-tugas sekolah. Dan apabila anak suka berkelahi orang tua bisa mengarahkannya pada satu kelompok kegiatan bela diri.

Dalam memberikan pengarahan dan pengawasan terhadap remaja yang sedang jatuh cinta, orang tua hendaknya bersikap seimbang, seimbang antara pengawasan dengan kebebasan. Semakin muda usia anak, semakin ketat pengawasan yang diberikan tetapi anak harus banyak diberi pengertian agar meraka tidak ketakutan dengan orang tua yang dapat menyebabkan mereka berpacaran dengan sembunyi-sembunyi. Apabila usia makin meningkat, orang tua dapat memberi lebih banyak kebebasan kepada anak. Namun harus tetap dijaga agar mereka tidak salah jalan, menyesali kesalahan yang telah dilakukan sesungguhnya kurang bermanfaat.

Penyelesaian masalah dalam pacaran membutuhkan kerja sama orang tua dengan anak. Apabila orang tua tidak setuju hendaknya diutarakan dengan bijaksana jangan hanya dengan kekuasaan dan kekerasan. Berilah pengertian sebaik-baiknya, bila tidak berhasil, gunakanlah pihak ketiga untuk menengahinya. Hal yang penting disini adalah adanya komunikasi dua arah antara orang tua dan

(10)

anak. Orang tua hendaknya menjadi sahabat anak Orang tua hendaknya selalu menjalin dan menjaga komunikasi dua arah dengan sebaik-baiknya sehingga anak tidak merasa takut mengutarakan masalahnya kepada orang tua.

Selanjutnya apabila suasana dirumah nyaman, orang tua tidak berlaku otoriter dan anak merasakan kedamaian dan kasih sayang di rumah komunikasi terjalin dengan baik antara orang tua dengan anak, serta penanaman nilai agama diberikan sejak dini maka anak tidak akan berlaku mencari perhatian dan kenyamanan di luar rumah yang bisa mengakibatkan terjerumus pada kenakalan remaja yang lebih parah lagi kalau anak sudah masuk dalam penggunaan obat-obat terlarang serta narkoba.

(11)

KESIMPULAN

1. Kenakalan remaja yaitu tindak perbuatan remaja yang melanggar norma-norma agama, sosial, hukum yang berlaku di masyarakat dan tindakan itu bila dilakukan oleh orang dewasa dikategorikan tindak kriminal di mana perbuatannya itu dapat merugikan dirinya sendiri maupun orang lain.

2. Bentuk-bentuk kenakalan remaja diantaranya suka berkelahi, suka keluyuran, membolos sekolah, pergi dari rumah tanpa pamit, mengendarai sepera motor tanpa SIM, mengambil barang orang tua tanpa ijin, penyalahgunaan narkotika, hubungan seks diluar nikah, pemerkosaan. 3. Kenakalan remaja tersebut timbul karena adanya beberapa sebab antara lain

keadaan keluarga yang tidak normal, keberadaan pendidikan formal seperti perlakuan guru yang tidak adil, hukuman yang kurang menunjang tercapainya tujuan pendidikan, ancaman dan penerapan disiplin terlalu ketat, disharmonis hubungan siswa dan guru, dan pengaruh dari lingkungan masyarakat.

4. Cara mengatasi kenakalan remaja diantaranya yaitu mengarahkan untuk mempunyai teman bergaul yang sesuai, orang tua hendaknya juga memberikan kesibukan dan mempercayakan sebagian tanggung jawab rumah tangga kepada si remaja, Orang tua hendaknya membantu memberikan pengarahan masa depan si remaja, orang tua hendaknya memberikan pengarahan yang berdasarkan cinta kasih bahwa sikap iseng negatif seperti itu akan merugikan dirinya sendiri, orang tua, maupun lingkungannya.

(12)

DAFTAR PUSTAKA

Abin Syamsudin Makmun. 2000. Psikologi Pendidikan. Bandung : Remaja Rosdakarya.

Gunarso Singgih D. 1988. Psikologi Remaja. Jakarta : BPK Gunung Mulya. Kartini Kartono. 1988. Psikologi Sosial 2, Kenakalan Remaja. Jakarta : Rajawali. Kartini Kartono. 2003. Patologi Sosial, Kenakalan Remaja. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Papalia, D.E., Olda, S.W., & Feldman, R.D. 2001. Human Development. New York : McGraw – Hill Companies.

Soerjono Soekanto. 1988. Sosiologi Penyimpangan. Jakarta : Rajawali. Sudarsono. 1995. Kenakalan Remaja : Jakarta : Rineka Cipta.

Tjipto Subadi. 2009. Sosiologi dan Sosiologi Pendidikan. Surakarta : Fairuz Media.

http://www.informasi-pendidikan.com/2013/07/cara-guru-mengajar.html

Y.M. Uttamo Thera. 2007. Kiat Mengatasi Kenakalan Remaja. 10 Nov

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian diatas, pada pengamatan komponen hasil yang terdiri dari panjang buah, diameter buah, berat buah per buah, berat buah total per tanaman dan

Sebagai umat Islam sudah selayaknya kita menangani permasalahan tersebut dilihat dari sudut pandang Islam, secara garis besar Islam telah memperingatkan kepada

Rata-rata jumlah buah tanaman cabe rawit tertinggi adalah 63,00 diperoleh dalam kombinasi perlakuan P2T2 (pupuk kandang kambing dengan dosis 10 ton/hektar), sedangkan

Jadi dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa dari 52 responden yang menyatakan bahwa memiliki lingkungan bahasa Arab sebesar 75,00% dan mahasiswa yang menjawab penting

31  Upravljanje resursima - Upravljanje resursima samog obrta jako je bitno iz razloga što je bitno u svakom trenutku znati u kojem stupnju opremljenosti se nalazi sami obrt, što

Dari sisi kinerja layanan, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sudah menerapkan ISO 9001:2008. Pemberian sertifikat ISO ini bukan hanya di tingkat Rektorat tetapi juga di beberapa

Bilangan kompleks: sistem bilangan kompleks, geometri bilangan kompleks, dan akar bilangan kompleks. Fungsi Kompleks: pengertian fungsi kompleks, dan fungsi