• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENYUSUNAN JADWAL BELAJAR SEKOLAH MENENGAH YANG EFEKTIF MEMANFAATKAN KOMPUTERISASI SIMULASI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENYUSUNAN JADWAL BELAJAR SEKOLAH MENENGAH YANG EFEKTIF MEMANFAATKAN KOMPUTERISASI SIMULASI"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PENYUSUNAN JADWAL BELAJAR SEKOLAH MENENGAH YANG EFEKTIF

MEMANFAATKAN KOMPUTERISASI SIMULASI

Agus Pribadi1, Muhammad Yunus2

1,2 Program Studi Teknik Informatika, 3 STMIK Bumigora, Mataram

1 adi_ms2003@yahoo.com, 2 muhyunus.446@gmail.com, 3 kontak@stmikbumigora.ac.id

Abstract

Planning and managing implementation of the learning activities are required best arrangements through the making of learning schedule. Complexity and constraints in the making of learning schedule are able to influence effectiveness of the learning activities implementation. The making of learning schedule generally requires 1 month. Basic problems of the learning schedule making in senior high school are complexity, duplication and time consuming. Computerization is a solution to making of learning schedule well, simple process and precision.

Teacher in charge for the learning schedule making is trained to computerize the learning schedule making. According to training result, teacher in charge could be able to computerize the learning schedule making. Limitations and shortcomings on the making of learning schedule can be solved by computerizing the making of learning schedule. 10 learning schedule items could be produced in once processing of the learning schedule making. The computerized of the learning schedule making is an opportunity to get school management effectively and efficiency. The learning activity will run at school well, effectively and efficiency.

Key word : computerized, learning schedule, senior high school.

1. Pendahuluan

Pemerintah memiliki program Wajib Belajar (Wajar) 12 tahun merupakan kebijakan Pemerintah melalui Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM) melengkapi program wajar 9 tahun (Arrini, 2012). Pendidikan wajib 12 tahun, dengan demikian penyelenggaraan pendidikan dan pengelolaan sekolah penting untuk dilaksanakan secara seksama. Menurut Sudrajat (2008), kegiatan pengelolaan sekolah

meliputi kegiatan perencanaan, organisasi,

pelaksanaan dan kontrol. Keseluruhan elemen tidak dapat berdiri sendiri. Sekolah merupakan lembaga

pendidikan yang memiliki core business adalah

kegiatan pembelajaran. Pengelolaan kegiatan belajar di sekolah perlu ditata secara seksama serta sesuai dengan kurikulum dan kebutuhan pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

Pelaksanaan kegiatan belajar memerlukan pengaturan yang cermat. Merujuk pada pendapat tersebut, maka penyusunan jadwal belajar sekolah merupakan bagian penting dalam pelaksanaan

kurikulum dan penyelenggaraan pembelajaran

(Haeruddin, 2016). Namun demikian, kegiatan penyusunan jadwal kegiatan belajar sekolah selama ini sering kurang terperhatikan keberadaannya.

Berdasar pengalaman, penyusunan jadwal belajar sekolah membutuhkan waktu dapat mencapai sebulan (Rahman, 2016). Pengaruh langsung lamanya

penyusunan jadwal belajar sekolah adalah

penyusutan ketersediaan waktu belajar dan efektifitas pelaksanaan kegiatan belajar. Kerumitan penyusunan jadwal belajar dipengaruhi beberapa hal, antara lain jumlah kelas belajar, jumlah rombongan belajar, ketersediaan guru, ketersediaan fasilitas belajar maupun hal informal berkenaan dengan ketersediaan kesediaan waktu pengajar untuk melaksanakan tugas mengajar (Zaenal, 2016). Kerumitan, konsumsi waktu dan kompleksitas penyusunan jadwal belajar di sekolah merupakan permasalahan tersendiri yang memerlukan solusi yang mampu menyederhanakan

kegiatan proses penyusnan (Bakir, 2016).

Permasalahan dasar adalah bagaimana

menyederhanakan proses penyusunan jadwal belajar sekolah dan mempercepat pengerjaan penyusuna jadwal belajar di sekolah menengah.

Penyusunan jadwal belajar sekolah merupakan

tanggung jawab manajemen sekolah untuk

menjalankan fungsi dan tugas pokok sekolah.

Pemanfaatan teknologi informasi (TI) untuk

membantu pengelolaan kegiatan sekolah merupakan salah satu wujud tanggung jawab manajemen sekolah

(2)

yang baik. Penggunaan TI menjadi penting pada saat manajemen sekolah memiliki kendala yang dapat dipermudah penyelesaiannya dengan pemanfaatan TI (Allen, 2002). Mengurangi beban penyusunan jadwal belajar sekolah dan pengurangan durasi proses penyusunan jadwal merupakan hal yang ingin dicapai. Komputerisasi penyusunan jadwal belajar sekolah memanfaatkan program aplikasi merupakan salah satu bentuk solusi. Komputerisasi penyusunan jadwal belajar sekolah merupakan solusi untuk memudahkan proses penyusunan jadwal sekolah dan mengurangi durasi waktu yang diperlukan untuk menyusun jadwal kegiatan pembelajaran di sekolah. Penyelesaian penyusunan jadwal belajar yang kongkrit, cepat dan sesuai dengan kebutuhan merupakan tanggung jawab manajemen sekolah untuk menjaga eksistensi pelaksanaan kegiatan belajar yang terkelola.

2.Metodologi

Permasalah dasar penyusunan jadwal belajar di sekolah menengah secara garis besar adalah kompleksitas, duplikasi dan durasi penyusunan yang

time consuming. Ide komputerisasi penyusunan jadwal sekolah merupakan solusi agar penyusunan jadwal belajar di sekolah dapat efektif dan hasil yang maksimal. Gambar 1 adalah diagram metodologi untuk mendapatkan tenaga teknis (guru) penyusun jdwal belajar secara komputerisasi.

Gambar 1. Metodologi

3.Penelusuran Informasi dan Komputerisasi

Penyusunan jadwal belajar di sekolah memengah pada umumnya dilakukan oleh guru yang ditugaskan untuk menyusunnya. Pengerjaan penyusunan jadwal berdasar pengalaman beberapa guru dapat mencapai satu bulan kerja. Perangkat bantu untuk menyusun jadwal belajar pada umumnya tidak dimiliki oleh guru yang bertugas menyusun jadwal.

3.1. Penelusuran Informasi Penyusunan Jadwal

Informasi penelusuran pembuatan jadwal

belajar di sekolah menengah memanfaatkan

perangkat bantu koleksi informasi dan di dukung dengan media koleksi berupa forum. Perangkat bantu menggunakan dua perangkat, yaitu kuisioner dan wawancara. Media yang dipergunakan untuk memudahkan dalam koleksi informasi adalah penyelenggaraan kegiatan pelatihan. Obyek sumber informasi adalah guru sekolah menengah yang bertugas menyusun jadwal belajar sekolah.

Penggunaan alat bantu kuisioner dan wawancara dapat diperoleh data, antara lain, lama waktu pembuatan, perangkat bantu pembuatan jadwal, kesulitan dan kendala. Tabel 1 berikut ini adalah rangkuman hasil kuisioner dan wawancara.

Tabel 1. Rangkuman hasil kuisioner dan wawancara

No Pertanyaan Respon Keterangan

1

Waktu rata-rata menyusun jadwal belajar

3 minggu -

2 Alat kerja yang dipergunakan

Lembar kerja

Lembar kerja kertas / lembar kerja spreadsheet 3 Ketersediaan perangkat bantu tidak ada - 4 Kerumitan penyusunan beragam Kerumitan di tiap sekolah memiliki perbedaan sesuai dengan kondisi dan karakter tiap sekolah

5 Kemungkinan perubahan Lebih dari 2 kali

ada yang langsung jadi dan sebagian jadwal jadi dapat

berubah Secara umum, komponen diperoleh ragam komponen penyusunan jadwa belajar antara lain :

a. ketersediaan guru, b. jumlah ruang belajar, c. jumlah rombongan belajar, d. jumlah siswa,

e. mata pelajaran,

f. ketersediaan fasilitas penunjang belajar, g. waktu kegiatan belajar,

h. data penggunaan waktu oleh guru.

Komponen pokok penyusunan jadwal belajar tersebut secara umum terdapat kesamaan antar sekolah, baik umum ataupun kejuruan.

3.2.Komputerisasi Penyusunan Jadwal Belajar

Permasalahan dasar penyusunan jadwal belajar sekolah secara garis besar adalah kompleksitas,

(3)

duplikasi dan durasi penyusunan yang time consuming. Komputerisasi penyusunan jadwal belajar

dapat memanfaatkan program aplikasi open source

yang telah tersedia dan siap dipergunakan untuk kebutuhan sekolah menengah maupun perguruan tinggi (Lalescu, 2016).

Merujuk pada metodologi, penyelesaian pokok masalah penyusunan jadwal belajar di sekolah menengah dilaksanakan dengan teknik pelatihan

penggunaan program aplikasi komputer sebagai tool.

Tahapan-tahapan yang dilaksanakan pada bagian ini adalah :

a. rekrutmen peserta (guru),

b. pelatihan penggunaan program aplikasi FET

sebagai tool bantu penyusunan jadwal belajar, c. studi kasus penyusunan jadwal belajar,

d. penelusuran data kembali terhadap respon

penyusunan jadwal belajar secara komputerisasi, e. telaah hasil respon pasca kegiatan pelatihan.

4.Hasil dan Pembahasan

Penyusunan jadwal kegiatan belajar di sekolah menengah maupun sekolah dasar tingkat lanjut pada

sudah memiliki kompleksitas. Komputerisasi

penyusunan jadwal belajar merupakan salah satu

solusi penyelesaian kerumitan dan time consuming

penyusunan jadwal belajar di sekolah.

4.1.Potensi Penyusunan Jadwal Belajar Secara Komputerisasi

Program aplikasi yang dapat dipergunakan untuk komputerisasi penyusunan jadwal belajar di sekolah adalah program aplikasi FET. Perangkat lunak FET dioperasikan pada mesin komputer personal dengan sistem operasi Windows (Lalescu, 2016).

Komputerisasi penyusunan jadwal dapat

membantu petugas (guru) penyusun jadwal belajar lebih efisien dan efektif, Penyusunan jadwal belajar sekolah memanfaatkan program aplikasi computer

memiliki lebihan dan kemudahan dibanding

dikerjakan secara tidak komputerisasi. Berikut adalah beberapa potensi kelebihan menyusun jadwal belajar di sekolah memanfaatkan aplikasi komputer :

a. dapat meminimalisasi resiko duplikasi jadwal maupun penempatan ganda,

b. memudahkan dalam penyusunan ulang jika

diperlukan rekonstruksi jadwal belajar,

c. meringankan proses penyusunan jadwal terhadap resiko keterbatasan sumber daya,

d. meminimalkan resiko menyusun ulang jadwal

yang telah tersusun,

e. memangkas time consuming penyusunan.

Jika dibandingkan dengan proses penyusunan jadwal belajar secara konvensional, 5 (lima) potensi lebih komputerisasi penyusunan jadwal dapat memberikan kelebihan. Waktu tunggu penyusunan jadwal secara konvensional yang cukup lama pada prakteknya dapat mengurangi pendayagunaan waktu untuk kegiatan sekolah. Efesiensi waktu penyusunan jadwal belajar sekolah dapat didayagunakan untuk beragam keperluan kegiatan sekolah, terutama berhubungan dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran.

4.2.Aplikasi Penyusunan Jadwal Belajar

Program aplikasi komputer untuk menyusun jadwal belajar sekolah perlu memiliki aspek-aspek jadwal belajar di sekolah menengah. Program aplikasi FET menampung seluruh aspek dasar dalam menyusun jadwal belajar di sekolah menengah. Aspek-aspek pokok untuk menyusun jadwal belajar sekolah menengah antara lain :

a. pembagian tugas mengajar mata belajar, b. jumlah rombongan belajar,

c. ketersediaan ruang belajar,

d. ketersediaan dan kapasitas fasilitas belajar, e. ketersediaan tenaga pengajar,

f. ketersediaan waktu kesempatan tiap tenaga pengajar,

g. data waktu penggunaan dan waktu terbatas tiap tenaga pengajar dan fasilitas belajar.

Struktur aplikasi FET memiliki komponen dasar seperti, menu utama, koleksi data, setting, proses pembuatan jadwal dan keluaran hasil. Gambar 2 berikut adalah ilustrasi menu utama.

Gambar 2. Menu utama aplikasi

Memenuhi kebutuhan penyusunan jadwal belajar diperlukan setting hari belajar, mata pelajaran, guru, kelas, rombongan belajar, maupun durasi belajar. Gambar 3 mengilustrasikan pengaturan hari kegiatan belajar sekolah.

(4)

Gambar 3. Menu pengaturan hari belajar Data mata pelajaran harus disiapkan untuk menyusun jadwal. Gambar 4 mengilustrasikan menu untuk menampung data mata pelajaran sekolah.

Gambar 4. Menu pemasukkan data mata pelajaran Data guru pengampu mata pelajaran diperlukan sebagai data masukkan untuk menyusun jadwal. Gambar 5 mengilustrasikan menu untuk menampung data guru.

Gambar 5. Menu pemasukkan data guru

Komponen rombongan dan kelas belajar dibutuhkan untuk mengelola pengaturan guru dan mata pelajaran. Gambar 6 merupakan tampilan menu untuk mengeakomodasikan ragam kelas dan rombongan belajar.

Gambar 6. Menu entry ragam kelas belajar Pengaturan tugas mengajar terhadap kelas dapat dikelolakan. Gambar 7 berikut adalah ilustrasi menu pengaturan guru dan kelas.

Gambar 7. Menu pengaturan guru dan kelas Proses komputerisasi penyusunan jadwal belajar dapat diselesaikan jika seluruh setting dan pemasukan data pokok terpenuhi. Proses penyusunan jadwal dilakukan oleh program aplikasi secara komputerisasi. Gambar 8 berikut adalah salah satu tampilan hasil penyusunan jadwal belajar secara komputerisasi dalam tampilan grafis blok.

(5)

Gambar 8. Tampilan Hasil Penyusunan Jadwal Produ komputerisasi penyusunan jadwal dapat

disimpat dalam bentuk file mandiri. Gambar 9

mengilustrasikan file mandiri simpanan hasil proses.

Gambar 9. File hasil Pemrosesan

Tampilan akhir jadwal berupa tabel yang berisikan pola kolom baris yang berisikan informasi pengaturan waktu, mata pelajaran, guru, kelas dan rombongan belajar. Gambar 10 mengilustrasikan tabulasi jadwal hasil komputerisasi penyusunan jadwal belajar.

Gambar 10 Tampilan tabel Jadwal Belajar Pemilihan platform yang sama memberikan jaminan bahwa aplikasi informasi spasial SKPD dapat di sinkronisasi dengan SIGDa Lombok Barat.

4.3.Hasil Komputerisasi

Kegiatan pelatihan yang dilaksanakan telah memberikan panduan cara penggunaan program aplikasi dan sekaligus uji coba / studi kasus penyusunan jadwal belajar. Studi kasus yang diselenggarakan memanfaatkan data dan jadwal belajar di masing-masing sekolah asal peserta pelatihan.

Guru, peserta kegiatan pelatihan dalam hal ini telah memiliki pengalaman awal dan memiliki pengalaman teknis menyusun jadwal belajar secara komputerisasi. Hasil pengalaman penyusunan jadwal secara komputerisasi dapat dikomparasikan dengan penyusunan jadwal tanpa komputerisasi. Tabel 2 mengilustrasikan hasil pengalaman dan respon peserta kegiatan pelatihan komputerisasi penyusunan jadwal belajar sekolah. Data pada tabel 2 merupakan rangkuman hasil kuisioner dan wawancara setelah kegiatan selesai.

Tabel 2. Rangkuman kuisioner dan wawancara Pasca Pelatihan Komputerisasi

No Pertanyaan Respon Keterangan

1 Waktu rata-rata menyusun jadwal belajar 4 jam

Proses yang lama adalah pemasukan data 2 Alat kerja yang dipergunakan komputer - 3 Ketersediaan perangkat bantu Tersedia program aplikasi khusus - 4 Kerumitan penyusunan Data dan setting menjadi baku Dapat mengurangi elemen yang kurang perlu 5 Hasil jadwal tersedia 10 program aplikasi Hasil kerja

6 Kemungkinan perubahan -

Sudah tersedia 10 alternatif jadwal siap pakai

4.4 Pembahasan

Mencermati hasil kuisioner dan wawancara pasca kegiatan pelatihan pada tabel 2, diperoleh gambaran bahwa komputerisasi penyusunan jadwal adalah solusi. Memperhatikan isi tabel 1, kondisi pada

(6)

isi hasil tabel 2 merupakan perbaikan terhadap keadaan yang diilustrasikan pada tebel 1.

Kebutuhan penyusunan jadwal belajar sekolah sebagai tanggung jawab manajemen sekolah dalam fungsi dan tugas pokok sekolah dapat dilaksanakan baik. Efektifitas penyusunan jadwal dapat diperoleh dengan tersedianya 10 alternatif susunan jadwal belajar sekolah. Bersesuaian dengan hal tersebut, efisiensi penyuaunan jadwal belajar dapat diperoleh, sehingga manajemen sekolah dapat memanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan seluruh kegiatan sekolah.

5.Simpulan

Keterbatasan dan kekurangan penyusunan jadwal

belajar sekolah dapat disolusikan dengan

komputerisasi penyusunan jadwal belajar sekolah. 10 produk hasil komputerisasi penyusunan jadwal belajar sekolah memberikan peluang untuk efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan kegiatan sekolah.

Daftar Pustaka:

Allen, Mark. (2002). The Corporate University : Designing, Managing and Growing s Successful Program. AMACOM. Di dalam Jurnal Cakrawala Pendidikan : Model Manajemen Sekolah

Menengah Atas Abad XXI, Lantip Diat Prasojo, FIP Universitas Negeri Yogyakarta. Tersedia di : http://eprints.uny.ac.id/3381/1/

9LANTIP_EDIT.pdf; diakses : 16 Juli 2016.

Arrini, Ryanita. (2012). Kemendikbud Canangkan

Program Wajib Belajar 12 Tahun; DetikNews; Posting : 6 Maret 2012. Tersedia di:

http://news.detik.com/read/2012/03/06/211045 / 1859667/10/kemendikbud-canangkan-program-wajib-belajar-12-tahun. Diakses : 1 September 2012.

Bakir. (2016). Kerumitan Penyusunan Jadwal Kegiatan

Belajar Sekolah. Guru SMK N 1 Pujut; wawancara pribadi : 31 Mei 2016.

Haeruddin. (2016). Kebutuhan Perencanaan

Pelaksanaan Kegiatan Belajar. Guru SMA N 6 Mataram; wawancara pribadi : 26 Mei 2016. Lalescu, Liviu, Volker Dirr. (2016). FET Software.

Tersedia di : www.lalescu.ro/liviu/fet. Diakses : 10 Mei 2016.

Rahman, Abdul (2016). Pengalaman Penyusunan

Jadwal Belajar di Sekolah Menengah Umum. Guru MA An Najah Sesela; wawancara pribadi: 24 Mei 2016.

Sudrajat, Akhmad. (2008). Konsep Manajemen

Sekolah. Tersedia di : https://akhmadsudrajat. wordpress.com/2008/02/03/konsep-manajemen-sekolah/. Diakses : 15 Juli 2016.

Zaenal (2016). Kompleksitas Penyusunan Jadwal

Belajar di Sekolah Menengah Umum. Guru SMA N 6 Mataram; wawancara pribadi : 24 Mei 2016.

Gambar

Tabel 1. Rangkuman hasil kuisioner dan wawancara  No  Pertanyaan  Respon  Keterangan
Gambar 2. Menu utama aplikasi
Gambar 8. Tampilan Hasil Penyusunan Jadwal  Produ  komputerisasi  penyusunan  jadwal  dapat  disimpat  dalam  bentuk  file  mandiri

Referensi

Dokumen terkait

Perubahan struktur kawasan dan land use kota Lasem menurut (Pratiwo, 2010) bukan serta merta oleh masyarakat Tionghoa yang sampai saat ini bangunan mereka masih

Berdasarkan uraian diatas, Penulis tertarik untuk menelaah lebih jauh mengenai pewarisan harta pencarian pada masyarakat Minangkabau beserta kendala yang mungkin muncul

Tentukan jenis produk / jasa yang akan disurvei.. Tentukan segmen atau

Aplikasi web yang dibuat, penulis menggunakan bahasa pemograman PHP sebagai media informasi dinamis yaitu sebagai sarana untuk mengambil, mengolah, dan menyediakan informasi

Namun di dalam Perda tersebut terdapat pasal yang tidak sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 14 Tahun 2014 Tentang Pelaksanaan Undang-undang No 23 Tahun 2011

Oleh karena itu mengingat begitu pentingnya keterampilan komu- nikasi interpersonal bagi siswa dalam upaya mening- katkan hubungan sosial dengan orang lain serta prestasi akademik

Dari hasil simulasi dan analisis Mean Opinion Score menggunakan metode E-model dua aplikasi VoIP yaitu Facebook Messenger dan Google Hangouts menggunakan GNS3 pada jaringan LTE,

pengaruh yang berasal dari luar lingkungan rumah tangga, yaitu harga beras.. Apabila harga beras mengalami peningkatan, perubahan pola