B
B
A
A
B
B
I
I
I
I
G
G
A
A
M
M
B
B
A
A
R
R
A
A
N
N
U
U
M
M
U
U
M
M
W
W
I
I
L
L
A
A
Y
Y
A
A
H
H
K
K
A
A
B
B
U
U
P
P
A
A
T
T
E
E
N
N
T
T
U
U
L
L
A
A
N
N
G
G
B
B
A
A
W
W
A
A
N
N
G
G
B
B
A
A
R
R
A
A
T
T
2.1. Geografi, Administrasi, dan Kondisi Fisik 2.1.1 Letak Kabupaten Tulang Bawang Barat Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di bagian utara Provinsi Lampung. Kabupaten Tulang Bawang Barat berbatasan langsung dengan Provinsi Sumatera Selatan. Hal ini menjadikan Kabupaten Tulang Bawang Barat cukup strategis sebagai pusat kegiatan ekonomi yang sedang berkembang. Secara geografis, wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat terletak pada koordinat 04o10’‐04o42’ LS dan 104o55’–105o10’BT. Batas Kabupaten Tulang Bawang Barat berdasarkan Undang Undang Nomor 50 Tahun 2008 dijelaskan sebagai berikut:
Utara : Mesuji Timur, Way Serdang, dan Kabupaten Ogan Komering Ilir (Sumatera Selatan)
Selatan : Abung Surakarta dan Muara Sungkai (Lampung Utara), dan Terusan Nunyai (Lampung Tengah)
Barat : Negara Batin, Pakuan Ratu, dan Negeri Batin (Way Kanan)
Timur : Banjar Agung, Banjar Margo, dan Menggala (Tulang Bawang)
Secara geografis kabupaten Tulang Bawang Barat terletak di ujung utara provinsi Lampung. Daerahnya terbagi atas dataran tinggi yang berupa daerah dataran dengan kemiringan 30%, merupakan daerah penghasil produksi perkebunan. Daratan yang datardengan rata‐rata curah hujan yang memadai dapat menambah tingkat kesuburan tanah. Daerah datar terbentang luas pada wilayah bagian selatan merupakan daerah persawahan yang terdapat di kecamatan Tumijajar. Sedangkan wilayah yang merupakan daerah tegalan terdapat pada bagian utara yaitu dikecamatan Lambu Kibang, Gunung Agung,
Gunung Terang dan Way Kenanga. Pada bagian tengah kabupaten Tulang Bawang Barat didominasi oleh lahan berupa semak/belukar yaitu terdapat disebagian besar wilayah kecamatan Pagar Dewa. Potensi lahan tersebut jika dimanfaatkan secara optimal akan menjadi satu potensi yang cukup tinggi dalam menunjang pembangunan bagi Kabupaten Tulang Bawang Barat.
Luas wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah 120.100 ha. Secara umum gambaran topografi Kabupaten Tulang Bawang Barat hanya meliputi daerah dataran hinggga bergelombang dan daerah rawa. Daerah dataran sampai daerah bergelombang meliputi hampir seluruh wilayah kabupaten. Daerah ini dimanfaatkan untuk lahan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan dan pemukiman. Jenis tanah di daerah dataran sebagian besar adalah jenis tanah podsolik. Daerah rawa berupa cekungan yang memungkinkan untuk diisi air pada musim penghujan membentuk rawa‐rawa atau lebung‐lebung. Daerah rawa umumnya memiliki jenis tanah alluvial. Rawa ini dapat dijumpai disekitar aliran Way Tulang Bawang, Way Kanan dan Way Kiri.
Wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara umum merupakan dataran yang cocok dimanfaatkan untuk pertanian. Luas wilayah tersebut dibagi dalam delapan kecamatan. Kecamatan Tulang Bawang Tengah dan Kecamatan Tulang Bawang Udik merupakan dua kecamatan terluas di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat dikelompokkan menjadi tiga wilayah. Pembagian ini berdasarkan kelompok wilayah yang dibatasi oleh batas alam berupa sungai. Terdapat dua sungai yang menjadi pemisah ketiga wilayah tersebut. Ketiga kelompok wilayah tersebut yaitu sisi utara yang meliputi: Kecamatan Gunung Agung, Lambu Kibang, Gunung Terang, dan Way kenanga. Sisi Tengah meliputi wilayah Kecamatan Pagar Dewa, wilayah Tulang Bawang Tengah. Wilayah Tulang Bawang Udik. Sisi Selatan meliputi Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Tulang Bawang Udik, dan Kecamatan Tumijajar.
Wilayah Utara dan Tengah dipisahkan oleh Way Kanan Sungai Tulang Bawang sedangkan wailayah Tengah dan Selatan dipisahkan oleh Way Kiri Sungai Tulang Bawang. Batas alam yang memisahkan ketiga wilayah tersebut merupakan kendala pembangunan di beberapa wilayah. Hal yang paling dirasakan adalah
keberadaan sungai Way Kanan yang memisah kan wilayah tengah dengan wilayah Utara, Kedua wilayah tidak dihubungkan oleh jembatan yang dihubungkan oleh jembatan yang dapat memberikan fasilitas akses transportasi darat untuk ke dua wilayah. Batas alam ini berakibat pada terputusnya akses transportasi darat antara kedua wilayah secara langsung. Akibat lain adalah semakin jauhnya jarak tempuh dari masing‐masing ibu kota kecamatan yang ada di wilayah utara dengan ibu kota kecamatan yang berada di wilayah tengah dan selatan.
Pada umumnya wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat merupakan daerah yang datar dengan sebagian besar wilayahnya berada pada ketinggian 25‐50 meter diatas permukaan laut (MDPL), kecuali 2 (dua) desa di Kecamatan Tulang Bawang Tengah yang berada pada ketinggian 0‐25 meter diatas permukaan laut, yakni Desa Chandra Kencana berada pada ketinggian 25 meter diatas permukaan laut dan Desa Panumangan yang berada pada ketinggian 23 meter diatas permukaan laut.
2.1.2. Kondisi Hidrologi
Secara umum, kondisi system hidrologi disuatu daerah dapat ditinjau dari kajian Daerah Aliran Sungai (DAS). DAS merupakan suatu bentang alam yang dibatasi oleh pemisah alami berupa topografi perbukitan/pegunungan dan berfungsi mengumpulkan, menyimpan dan mengalirkan air, sedimen dan unsur hara ke sungai utama yang akhirnya bermuara pada satu outlet tunggal. Di Kabupaten Tulang Bawang Barat terdapat 5 sungai dan 3 (tiga) DAS.
Pola aliran drainase menunjukkan arah aliran yang masing‐masing menuju Ke sungai‐sungai utama yang melintasi dan di sekitar wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat, yang selanjutnya dapat disebut sebagai system hidrologi/drainase wilayah. Sungai utama yang melalui Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah Way Kanan, Way Kiri dan Way Tulang Bawang.
Tabel 2.1. Daerah Aliran Sungai di Kabupaten Tulang Bawang Barat
NO. NAMA DAS LUAS
(ha) 1 Mesuji 32.859 2 Tulang Bawang 63.647 3 Seputih 23.593 Sumber: Bappeda Kab.Tulang Bawang Barat, 2014 Pola aliran sungai yang terdapat di Tulang Bawang Barat antara lain: (1) Pola aliran dendritik, yaitu pola aliran berbentuk seperti pohon. (2) Pola aliran trellis, yaitu pola aliran pada beberapa sungai yang mendapat tambahan air dari anak sungainya, dimana arah alirannya tegak lurus pada sungai tersebut.
Peta 2.1 : Peta Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat (ukuran A3)
Sumber Peta : Bappeda Kab. Tulang Bawang Barat, 2014
Wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat secara administratif terdiri dari 8 kecamatan dengan 82 Kampung dengan jumlah penduduk sebesar ± 253.429 jiwa. Dilihat dari luas wilayah kecamatan Tulang Bawang Tengah merupakan kecamatan terluas di Kabupaten Tulang Bawang Barat dengan luas wilayah 27,493.45 ha atau 22,89% dari luas total Kabupaten Tulang Bawang Barat. Sedangkan untuk luas wilayah kecamatan terkecil adalah kecamatan Way Kenanga dengan luas wilayah 7,648.48 Ha atau 6,37% dari luas total wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat.
Untuk mengetahui kecamatan‐kecamatan dan jumlah kelurahan/kampung yang ada di Kabupaten Tulang Bawang Barat dapat di lihat pada tabel 2.2 berikut ini: Tabel 2.2 : Nama Kecamatan, luas wilayah dan jumlah Kampung per‐ Kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Barat NO NAMA KECAMATAN JUMLAH KELURAHAN/DESA LUAS WILAYAH ADMINISTRASI TERBANGUN KELURAHAN KAMPUNG (Ha) (%) thd
total (Ha) (%) thd total 1 Tulang Bawang Udik ‐ 9 23,735.05 19,76% 80.5 33.95 2 Tumijajar 1 9 13,321.75 11.09% 43.67 32.80 3 Tulang Bawang Tengah 1 15 27,493.45 22,89% 87.18 31.71 4 Pagar Dewa ‐ 6 9,965.00 8,30% 34.59 34.71 5 Lambu Kibang ‐ 9 10,982.25 9,14% 37.37 34.03 6 Gunung Terang 14 14,191.00 11,82% 46.30 32.63 7 Gunung Agung ‐ 11 12,764.00 10,63% 41.78 32.73 8 Way Kenanga ‐ 7 7,648.00 6.37% 25.84 33.79 LUAS KAB. TULANG BAWANG BARAT 2 80 120,100 100 397 100 Keterangan: Asumsi data area terbangun tersebut disepakati oleh Pokja PPSP Kab. Tulang Bawang Barat
Peta 2.1 Peta Administrasi Kabupaten Tulang Bawang Barat (ukuran A
Sumber Peta : Bappeda Kab. Tulang Bawang Barat, 2014
2.2 Demografi
Jumlah penduduk Kabupaten Tulang Bawang Barat terus mengalami peningkatan setiap tahunnya. Sebagai dasar perencanaan pembangunan sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat, perlu dibuat angka proyeksi pertumbuhan penduduk untuk 5 tahun kedepan, dengan menggunakan rumus perhitungan sebagai berikut : Dimana ; Pt = Jumlah penduduk tahun ke t P0 = Jumlah penduduk awal r = rata‐rata pertumbuhan penduduk t = waktu (5)
Wilayah kecamatan yang memiliki jumlah penduduk terbanyak adalah kecamatan Tulang Bawang Tengah sebesar 80.059 jiwa dengan kepadatan penduduk 291 jiwa/km2 dan wilayah yang memiliki jumlah penduduk terkecil adalah kecamatan Pagar Dewa sebesar 5.355 jiwa dengan kepadatan penduduk 55 jiwa/km2. Untuk perhitungan pertumbuhan penduduk didasarkan pada data hasil BPS Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2009 sampai dengan 2012 sehingga nilai rata‐rata pertumbuhan penduduk setiap tahunnya sebesar 1,02%. Jumlah penduduk dan kepadatan penduduk serta hasil proyeksi jumlah penduduk untuk 5 tahun kedepan dapat dilihat pada tabel 2.3 dan tabel 2.4.
Besarnya jumlah penduduk dalam suatu wilayah terutama untuk wilayah yang mempunyai kepadatan tinggi ditambah dengan persebaran penduduknya yang tidak merata akan menimbulkan permasalahan yang cukup kompleks, karena pada dasarnya semua kegiatan baik kegiatan perekonomian, kebudayaan, sosial dan lain sebagainya akan melibatkan penduduk.
Prilaku penduduk dalam kegiatan sehari‐hari diberbagai lapisan sosial turut memberikan tekanan terhadap lingkungan yang akan memunculkan efek negatif maupun positif. Dengan demikian perlu adanya pengendalian baik terhadap jumlah, komposisi dan persebarannya, hal ini sebagai upaya untuk mendukung kelancaran proses pembangunan di daerah.
Tabel 2.3 : Jumlah dan kepadatan penduduk 3‐5 tahun terakhir
NAMA KECAMATAN
JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KK TINGKAT
PERTUMBUHAN
KEPADATAN PENDUDUK
Tahun Tahun Tahun Tahun
2011 2012 2013 2011 2012 2013 2011 2012 2013 2012 2013 Tulang Bawang Udik 30.294 30.271 30.342 8.007 8.014 8.032 1.08 ‐0,08 0,08 128 128 Tumijajar 40.987 41.310 41.789 11.022 10.936 11.062 0,97 0,97 0,97 310 314 Tulang Bawang Tengah 77.39 78.716 80.059 21.195 20.838 21.193 1,71 1,71 1,71 286 291 Pagar Dewa 5.187 5.355 5.528 1.463 1.418 1.463 3,24 3,24 3,24 54 55 Lambu Kibang 22.068 22.181 22.293 2.831 2.817 2.831 0,51 0,51 0,51 202 203 Gunung Terang 30.556 30.972 31.392 8.31 8.199 8.31 1,36 1,36 1,36 218 221 Gunung Agung 28.362 28.352 28.339 7.503 7.506 7.502 0,04 ‐0,04 0,04 222 222 Way Kenanga 18.585 18.676 18.767 4.968 4.944 4.968 0,49 0,49 0,49 244 245 TOTAL 253.429 255.833 258.509 65.299 64.672 65.361 0 0 0 1664 1679 Sumber: Tulang Bawang Barat Dalam Angka 2012, 2013, 2014 Tabel 2.4: Jumlah penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun NAMA KECAMATAN
JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KK TINGKAT
PERTUMBUHAN
KEPADATAN PENDUDUK
TAHUN TAHUN TAHUN TAHUN
2014 2015 2016 2014 2015 2016 2014 2015 2016 2014 2015 Tulang Bawang Udik 30.366 30.391 30.415 8.039 8.045 8.051 0,08 0,08 0,08 128 128 Tumijajar 42.191 42.600 43.013 11.169 11.386 11.389 0,97 0,97 0,97 317 320 Tulang Bawang Tengah 81.428 82.820 84.257 21.555 21.930 22.311 1,71 1,71 1,71 296 301 Pagar Dewa 5.707 5.892 6.083 1.511 1.559 1.607 3,24 3,24 3,24 57 59 Lambu Kibang 22.407 22.521 22.691 2.849 2.867 2.885 0,51 0,51 0,51 204 205 Gunung Terang 31.819 32.252 32.691 8.423 8.538 6.654 1,36 1,36 1,36 224 227 Gunung Agung 28.327 28.316 28.305 7.499 7.493 7.493 0,04 0,04 0,04 222 222 Way Kenanga 18.859 18.951 19.044 4.992 5.016 5.040 0,49 0,49 0,49 247 248 Sumber: Data diolah 2014
2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah
Untuk mengetahui profil pendanaan dan pembiayaan APBD bidang sanitasi, Pokja Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat telah melakukan studI keuangan dan perekonomian. Study ini diperlukan untuk mengetahui profil keuangan dan perekonomian di Kabupaten Tulang Bawang Barat dalam mendukung pembangunan khususnya di sector sanitasi serta pola penyerapannya untuk kemudian digunakan mendukung pembiayaan / pendanaan sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat di masa depan. Pemetaan keuangan diperlukan untuk mengukur ketepatan alokasi pendanaan / pembiayaan sanitasi dan kesinambungan pelayanan sanitasi di masa depan.
Dari hasil studi keuangan yang dilakukan dapat dilihat bahwa Kabupaten Tulang Bawang Barat secara umum kondisi keuangan dan perekonomian daerah utamanya pendapatan daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat di tahun 2013 masih bersumber dari dana perimbangan sebesar Rp. 464,258,955,248,‐ dan bersumber dari pajak serta retribusi daerah sebesar Rp. 10,143,810,478,‐. Belanja daerah yang terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung sebesar Rp. 565,054,667,233,‐. Realisasi Anggaran Pendapatan Daerah (APBD) Kabupaten Tulang Bawang Barat 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabel 2.5: Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2010 – 2014
No Realisasi Anggaran Tahun Rata2
pertumb. 2010* 2011* 2012* 2013* 2014
A Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3) 221,683,667,531 480,266,663,815 520,316,102,428 568,183,955,602 31,13
a.1 Pendapatan Asli Daerah (PAD) 2,214,441,848 4,928,033,391 5,840,255,784 10,143,810,478 ‐ 48,07 a.1.1 Pajak daerah 1,337,848,605 3,038,052,501 2,542,485,557 5,756,423,663 ‐ a.1.2 Retribusi daerah 353,895,843 516,185,558 649,148,783 882,736,257 a.1.3 Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ a.1.4 Lain‐lain pendapatan daerah yang sah 522,697,400 1,373,795,332 2,648,621,444 3,504,650,558 ‐ a.2 Dana Perimbangan (Transfer) 171,598,152,533 380,882,177,290 433,563,948,498 464,258,955,248 30,78 a.2.1 Dana bagi hasil 26,410,432,133 35,612,527,290 41,482,338,498 34,697,617,248 ‐ a.2.2 Dana alokasi umum 141,102,520,400 284,368,550,000 323,813,870,000 380,947,218,000 ‐ a.2.3 Dana alokasi khusus 4,085,200,000 60,901,100,000 68,267,740,000 48,614,120,000 ‐
a.3 Lain‐lain Pendapatan yang Sah 47,871,073,150 94,456,453,134 80,911,898,146 93,781,189,876 ‐ 31,52 a.3.1 Hibah ‐ ‐ 15,974,000,000 1,000,000,000 ‐ a.3.2 Dana darurat ‐ ‐ ‐ ‐ a.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kab./kota 9,973,475,000 19,188,524,429 24,218,288,027 14,873,656,216 ‐ a.3.4 Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus 32,867,000,000 49,036,150,800 36,330,492,000 46,973,736,000 ‐ a.3.5 Bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah daerah lainnya 5,030,598,150 26,231,777,905 4,389,118,119 30,933,797,660 ‐ B Belanja (b1 + b.2) 216,959,090,323 448,420,180,170 507,524,838,909 565,054,667,233 ‐ 30,90 b.1 Belanja Tidak Langsung 136,948,280,588 207,921,920,312 236,146,779,789 270,234,459,981 23,37 b.1.1 Belanja pegawai 127,788,140,114 180,902,979,869 219,813,675,939 251,108,814,191 ‐ b.1.2 Bunga ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ b.1.3 Subsidi ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ b.1.4 Hibah 2,263,626,000 17,813,902,000 5,801,050,000 6,261,125,000 ‐ b.1.5 Bantuan sosial 530,520,624 1,395,878,443 25,000,000 250,000,000 ‐ b.1.6 Belanja bagi hasil ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ b.1.7 Bantuan keuangan 6,315,993,850 7,784,160,000 10,457,053,850 12,614,520,790 ‐ b.1.8 Belanja tidak terduga 50,000,000 25,000,000 50,000,000 ‐ ‐ b.2 Belanja Langsung 80,010,809,735 240,498,259,858 271,378,059,120 294,820,207,252 37,34 b.2.1 Belanja pegawai ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ b.2.2 Belanja barang dan jasa 27,308,526,350 76,330,464,157 95,532,743,055 111,209,491,522 ‐ b.2.3 Belanja modal 52,702,283,385 164,167,795,701 175,845,316,065 183,610,715,730 ‐ C Pembiayaan ‐ c.1 Pembiayaan Daerah 28,629,908 4,753,527,086 22,956,211,532 23,855,294,680 ‐ 51,58 c.1.1 Penerimaan Pembiayaan Daerah 28,629,908 4,753,527,086 22,956,211,532 23,855,294,680 ‐ c.1.2 Pinjaman Daerah ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ c.2 Pengeluaran Pembiayaan Daerah c.2.1 Penyertaan Modal (Investasi) PEMDA ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ c.2.2 Pembayaran Pokok Utang ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ c.2.3 Pemberian Pinjaman Daerah ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ Surplus/Defisit Anggaran 4,724,577,208 31,846,483,645 12,791,263,519 3,129,288,369 Sumber : Badan Pengelolahan Aset Daerah Tulang Bawang Barat tahun 2014 *Untuk data tahun 2014 belum tersedia karena rekapitulasi dilakukan per 31 desember pertahunnya
Sementara itu dari sisi pendanaan melalui sub sektor sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat dalam 5 tahun terakhir dapat dilihat pada tabel 2.6 dan tabel 2.7 berikut ini:
Tabel 2.6: Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Tulang Barat Tahun 2010 ‐ 2014
No SKPD Tahun Rata2
pertumb. 2010 2011 2012 2013 2014 1 PU‐CK 2.650.000.000 6.080.000.000 14.790.050.000 3.962.507.500 4.512.757.500 68,21 1.a Investasi 2.650.000.000 6.080.000.000 14.484.500.000 3.150.000.000 3.590.000.000 1.b operasional/ pemeliharaan(OM) 0 0 305.550.000 812.507.500 922.757.500 2 KLH 399.295.500 404.234.000 400.586.500 0,15 2.a Investasi 0 0 399.295.500 404.234.000 372.463.000 2.b operasional/ pemeliharaan(OM) 0 0 0 0 28.123.500 3 Bappeda 3.a Investasi 0 0 0 0 0 3.b operasional/ pemeliharaan(OM) 0 0 0 0 0 4 Dinkes 80.000.000 280.000.000 205.000.000 917.800.000 1.689.800.000 64,93 4.a Investasi 80.000.000 280.000.000 205.000.000 915.000.000 1.680.000.000 4.b operasional/ pemeliharaan(OM) 0 0 0 2.800.000 9.800.000 5 SKPD lainnya 5.a Investasi 0 0 0 0 0 5.b operasional/ pemeliharaan(OM) 0 0 0 0 0 8 Belanja Sanitasi (1+2+3+…n) 2.730.000.000 6.360.000.000 14.484.500.000 3.150.000.000 3.590.000.000 96,83 9 Pendanaan investasi sanitasi Total (1a+2a+3a+…na) 2.730.000.000 6.080.000.000 14.484.500.000 3.778.830.000 4.058.688.000 73,77 10 Pendanaan OM (1b+2b+3b+…nb) 0 0 305.550.000 812.507.500 961.170.630 38,93 11 Belanja Langsung 80,010,809,735 240,498,259,858 271,378,059,120 294,820,207,252 80,010,809,735 12 Proporsi Belanja Sanitasi – Belanja Langsung(8/11) 2.730.000.000 6.360.000.000 14.484.500.000 3.150.000.000 3.590.000.000 96,83 13 Proporsi Investasi Sanitasi – Total Belanja Sanitasi (9/8) -280.000.000 628,830,000.00 468,688,000.00 14 Proporsi OM Sanitasi – Total Belanja Sanitasi (10/8) 2.730.000.000 6.360.000.000 -14,178,950,000 -2,337,492,500 -2,628,829,370 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kab. Tulang Bawang Barat
Tabel 2.7 : Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kabupaten Tulang Barat Tahun 2010‐2014
No U r a i a n Belanja Sanitasi (Rp.)
Rata2 pertu mb. 2010 2011 2012 2013 2014 1 Belanja Sanitasi (1.1+1.2+1.3+1.4) 2.650.000.000 6.080.000.000 14.883.795.500 3.554.234.000 3.962.463.000 84,02 1.1 Air Limbah 0 1.280.000.000 3.029.250.000 824.750.000 1.140.000.000 1.2 Sampah Rumah Tangga 0 0 5.254.545.500 329.484.000 272.463.000 1.3 Drainase 2.650.000.000 4.800.000.000 6.600.000.000 2.400.000.000 2.550.000.000 1.4 PHBS 0 0 0 0 0 2 Dana Alokasi Khusus (2.1+2.2+2.3) 0 1.686.600.000 4.492.550.000 2.582.500.000 2.227.690.000 23,27 2.1 DAK Sanitasi 0 931.000.000 2.620.510.000 661.280.000 916.360.000 2.2 DAK Lingkungan Hidup 0 755.600.000 1.872.040.000 1.921.220.000 1.311.330.000 2.3 DAK Perumahan dan Permukiman 0 0 0 0 0 3 Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi 0 0 0 0 0 4 Bantuan Keuangan Propinsi untuk Sanitasi 0 0 0 0 0 Belanja APBD Murni untuk Sanitasi (1‐2‐3) 2.650.000.000 4.393.400.000 10.391.245.500 971.734.000 1.734.773.000 Total Belanja Langsung 2.650.000.000 6.080.000.000 14.883.795.500 3.554.234.000 3.962.463.000 % APBD murni terhadap Belanja Langsung 1,19 1,26 2,86 0,62 0,66 6,59 Sumber : PMK tentang alokasi DAK 2010,2011,2012,2014
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa total belanja APBD untuk sanitasi di Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2013 sebesar Rp. 3.554.234.000,‐ sedangkan total belanja langsung sebesar Rp. 294,820,207,252,‐, sehingga prosentase APBD murni terhadap Belanja Langsung sebesar 0.36%. Khusus untuk perhitungan rata‐rata pertumbuhan belanja APBD untuk sanitasi terhadap belanja langsung menggunakan perhitungan pendanaan sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat yang bersumber dari APBD Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2010‐2012 sebesar 6,59%.
Tabel 2.8 : Belanja APBD Perkapita Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2010‐2014 No D e s k r i p s i Belanja Sanitasi (Rp.) Rata-rata 2010 2011 2012 2013 2014 1 Total Belanja Sanitasi Kabupaten 2.650.000.000 6.080.000.000 14.883.795.500 3.554.234.000 3.962.463.000 5,010,098,500 2 Jumlah Penduduk 253,429 253,429 255,833 258,509 483,412 300.922,40 3 Belanja Sanitasi Perkapita 35,679 465,767 445,801 599,209 12,163 311,723.80
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kababupeten Tulang Bawang Barat *) Sumber :APBD Kabupeten Tulang Bawang Barat tahun 2010‐2012, diolah
**) Rencana APBD Kabupeten Tulang Bawang Barat 2014
Tabel 2.9 : Realisasi dan Potensi retribusi Sanitasi per Kapita
No SKPD Retribusi Sanitasi Tahun (Rp.) Pertumbuhan (%) 2010 2011 2012 2013 2014 1 Retribusi Air Limbah 1.a Realisasi retribusi - - - 219.500.000,00 99.829.000,00 -0,55 1.b Potensi retribusi - - - - - 2 Retribusi Sampah 2.a Realisasi retribusi - - - 409.330.000,00 59.200.000,00 -0,86 2.b Potensi retribusi - - - - - 3 Retribusi Drainase 3.a Realisasi retribusi - - - - 3.765.933.000,00 5,24 3.b Potensi retribusi - - - - - 4 Total Realisasi Retribusi Sanitasi (1a+2a+3a) - - - 628.830.000,00 3.924.962.000,00 5 Total Potensi Retribusi Sanitasi (1b+2b+3b) - - - - - 6 Proporsi Total Realisasi – Potensi Retribusi Sanitasi (4/5) - - - 628.830.000,00 3.924.962.000,00 5,24 Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kabupeten Tulang Bawang Barat Belum ada peraturan terkait dengan tata cara perhitungan potensi retribusi sanitasi.
Tabel 2.10 : Tabel Peta Perekonomin Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2010‐2014
No D e s k r i p s i Retribusi Sanitasi Tahun (Rp.) Pertumbuhan (%) 2010 2011 2012 2013* 2014* 1 PDRB harga Konstan (struktur perekonomian) (Rp.) 1.127.644,75 1.199.365,07 1.277.649,37 - - 0,064437 2 Pendapatan Perkapita Kabupaten (Rp.) 12.845,00 15.631,90 18.278,94 - - 0,19315 3 Pertumbuhan Ekonomi (%) 5,92 % 6,36 % 6,53 % - - Sumber : PDRB Tulang Bawang Barat 2013 *Untuk PDRB tahun 2013 yang disusun pada tahun 2014 dilakukan pada triwulan 4, Untuk PDRB tahun 2014 yang disusun pada tahun 2015. 2.4 Tata Ruang Wilayah
Tata ruang adalah wujud struktur ruang dan pola ruang. Struktur ruang adalah susunan pusat‐pusat permukiman dan system jaringan prasarana dn sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hirarkis memiliki hubungan fungsional. Sedangkan pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan untuk fungsi lindung dan peruntukan ruang untuk fungsi budi daya.
Sehubungan dengan penyusunan Buku Putih Sanitasi Kabupaten Tulang Bawang Barat, maka dokumen RTRW dapat menjadi bahan acun untuk mengetahui kondisi fisik wilayah secara spasial dan rencana struktur dan pola ruang wilayah.
2.4.1 Rencana Sistem Perkotaan
Sistem pusat‐pusat permukiman atau sistem kota‐kota di Kabupaten Tulang Bawang Barat tidak terlepas dari struktur kota ibukota kabupaten maupun kota ibukota kecamatan, dan kawasan pusat pertumbuhan perkotaan yang merupakan salah satu unsur penting dalam membentuk struktur tata ruang wilayah.
Arahan pengembangan sistem kegiatan di Kabupaten Tulang Bawang Barat dilakukan melalui pengembangan pusat ‐ pusat permukiman yang mempunyai karakteristik sebagai kawasan perkotaan maupun kawasan ‐ kawasan yang secara fungsional masih bersifat perdesaan. Pengembangan pusat ‐ pusat kegiatan dilakukan untuk memberikan pelayanan terhadap kawasan sekitar untuk mampu
dan berkembang serta mengakomodir kebutuhan – kebutuhan pengembangan hingga 20 tahun mendatang yang disesuaikan dengan potensi perkembangan untuk mengurangi kendala pengembangan yang ada.
Dalam menentukan sistem perkotaan di Kabupaten Tulang Bawang Barat mengacu pada Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang tertuang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 dan Peraturan Daerah Provinsi Lampung Nomor 1 Tahun 2010 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Lampung 2009 – 2029, maka terdapat beberapa hal yang menjadi pertimbangan sebagai berikut :
1. Dalam RTRWN, Pusat Kegiatan Wilayah (PKW) terdekat yang menjadi pelayanan bagi Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah Kota Menggala (Kabupaten Tulang Bawang) dengan fungsi utama yaitu :
a. Pusat Pemerintahan Kabupaten b. Perdagangan dan jasa
c. Pusat Koleksi dan distribusi. d. Kegiatan usaha dan produksi.
2. Kabupaten Tulang Bawang Barat Sebagai kabupaten baru yang merupakan pemekaran dari Kabupaten Tulang Bawang, Kota Panaragan sebagai ibukota Kabupaten Tulang Bawang Barat di proyeksikan atau di promosikan dalam RTRW Provinsi Lampung sebagai Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) dengan fungsi utama yaitu :
a. Pusat Pemerintahan Kabupaten b. Perdagangan dan jasa
Untuk menunjang arahan pengembangan struktur ruang dalam RTRWN dan RTRW Provinsi Lampung serta memperkuat pengembangan sentra aktivitas ekonomi potensial, hirarkhi struktur ruang di Kabupaten Tulang Bawang Barat untuk 20 tahun mendatang diwujudkan dalam 3 hirarkhi pusat pelayanan yaitu;
1. Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) yaitu pusat kegiatan pemerintahan, sosial, ekonomi dan transportasi yaitu Panaragan sebagai ibukota kabupaten. Dikembangkan dengan intensitas yang lebih tinggi untuk memacu pertumbuhan ekonomi wilayah sekitarnya. Secara geografis posisi Ibukota
Kabupaten berada ditengah – tengah wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat sehingga dapat menunjang perkembangan pemerataan dan keseimbangan pembangunan pada wilayah bagian utara dan selatan kabupaten.
2. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) yaitu kawasan perkotaan atau pusat satuan permukiman yang direkomendasikan oleh kabupaten sebagai PKL yang mempunyai karakteristik berupa kemampuan jangkauan pelayanan lebih dari satu kecamatan. Pusat Kegiatan Lokal Promosi (PKLp) yang dikembangkan di Kabupaten Tulang Bawang Barat yang berfungsi sebagai penyangga Pengembangan Pusat Kegiatan Wilayah Promosi (PKWp) Panaragan yang arahkan di Tumijajar dan Lambu Kibang.
3. Pusat Kegiatan Kawasan (PPK) yaitu kawasan perkotaan yang berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa. Pusat – pusat kegiatan kawasan diarahkan pada 6 (lima) wilayah Kecamatan yang berfungsi sebagai pusat simpul perkembangan dalam satu wilayah kecamatan dan mempunyai potensi untuk mendorong pusat‐pusat kecamatan (daerah belakangnya).
Penentuan struktur hirarki kota‐kota di Kabupaten Tulang Bawang Barat didasarkan pada jalur upaya pemantapan‐pemantapan fungsi kota dalam pengembangan struktur ruang wilayah kabupaten. Dengan demikian struktur kota‐ kota ini diarahkan dan diharapkan mencapai tujuan keseimbangan pembangunan antar wilayah. Dalam arti adanya keseimbangan pembangunan antara perkembangan wilayah pusat, wilayah transisi dan wilayah belakang, sehingga wilayah sekitarnya dapat ikut berkembang akibat multiplier effect dari sistem kegiatan ekonomi yang terjadi pada pusat‐pusat pengembangan. Untuk menciptakan kondisi ini maka yang diperlukan struktur ekonomi yang mantap dan seimbang antara sektor primer, sekunder dan tersier., sebagaimana dilihat pada tabel berikut ini :
Peranan dan Fungsi Wilayah Kecamatan Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun 2011 – 2031
NO KOTA / KECAMATAN PERANAN DAN FUNGSI KETERANGAN 1 Tulang Bawang Tengah
(Panaragan)
1. Perdagangan dan jasa regional 2. Perkebunan
3. Pertanian
PKWp
2 Lambu Kibang (Kibang Budi Jaya) 1. Perkebunan 2. P erikanan 3. Pertanian PKLp 3 Tumijajar (Daya Murni) 1. Perdagangan dan jasa regional 2. Industri pengolahan 3. Pertanian PKLp 4 Gunung Agung (Tunas Jaya) 1. Perkebunan 2. Pertanian Lahan Kering 3. Kawasan Kehutanan PPK 5 Way Kenanga (Balam Jaya) 1. Perkebunan 2. Pertanian Lahan Kering PPK 6 Gunung Terang (Totomulyo) 1. Peternakan dan perikanan 2. Pertanian PPK 7 Pagar Dewa (Pagar Dewa) 1. Perkebunan 2. Perikanan 3. Pertanian 4. Pariwisata PPK 8 Tulang Bawang Udik (Karta) 1. Perkebunan 2. P erikanan 3. Pertanian PPK Sumber : RTRW Kab. Tulang Bawang Barat Tahun 2011 ‐ 2031 2.4.2 Rencana Sumber Daya Air dan Pengairan
Sistem jaringan sumber daya air merupakan sistem sumber daya air pada setiap wilayah sungai dan cekungan air tanah. Wilayah sungai meliputi wilayah sungai lintas, dan wilayah sungai strategis sedangkan cekungan air tanah meliputi cekungan air tanah lintas berupa cekungan air tanah (CAT) Metro – Kotabumi. Wilayah Kabupaten Tulang Bawang Barat bagian utara khususnya di Kecamatan Gunung Agung dan Way Kenanga bukan wilayah yang termasuk cekungan air tanah (CAT).
Pengelolaan sumberdaya air dan jaringan pengairan di Kabupaten Tulang Bawang Barat dikembangkan untuk :
a. Pemeliharaan kawasan hulu sungai melalui kegiatan pelestarian kawasan, pengamanan kawasan penyangga, pengamanan sumber air dan pencegahan banjir di Kecmatan Pagar Dewa.
b. Pengelolaan irigasi yakni prasarana irigasi yang terdapat pada sentra‐sentra produksi pangan;
c. Peningkatan koordinasi antar kabupaten untuk singkronisasi program sektoral maupun program bersama.
d. Pengembangan struktur ruang dengan meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan sumberdaya air melalui peningkatankualitas jaringan prasarana serta dengan mewujudkan keterpaduan sistem jaringan sumberdaya air dan penetapan sumberdaya air wilayah sungai;
e. Pengembangan kawasan budidaya andalan dengan sektor unggulan pertanian untuk ketahanan pangan melalui pengembangan dan pelestarian kawasan budidaya pertanian tanaman pangan dan penetapan kawasan andalan dengan sektor unggulan pertanian;
f. Peningkatan akses pelayanan perkotaan yang merata dan berhirarkhi yang meliputi menjaga keterkaitan antar kawasan perkotaan serta antar kawasan perkotaan dan perdesaan;
g. Pelesatarian fungsi lingkungan hidup melalui penetapan kawasan lindung dan mewujudkan kawasan berfungsi lindung.
Pemanfaatan sumber air diarahkan pada air permukaan dengan intake di sungai terdekat yang potensial. Pada kawasan permukiman perkotaan penyediaan air bersih melalui jaringan pipa PDAM dengan memanfaatkan air baku dari sungai atau air permukaan. Pada kawasan permukiman perdesaan dikembangkan sistem air bersih perdesaan yaitu memanfaatkan sumber air baku yang ada meliputi mata air, air tanah dan air sungai dengan sistem jaringan air sederhana. 2.4.3 Persampahan Sampah adalah sisa kegiatan sehari‐hari manusia dan/atau proses alam yang berbentuk padat. Selama ini sebagian besar masyarakat masih memandang sampah sebagai barang sisa yang tidak berguna, bukan sebagai sumber daya yang perlu dimanfaatkan. Masyarakat dalam mengelola sampah masih bertumpu pada pendekatan akhir (end‐of‐pipe), yaitu sampah dikumpulkan, diangkut, dan dibuang ke tempat pemrosesan akhir sampah.
Padahal, timbunan sampah dengan volume yang besar di lokasi tempat pemrosesan akhir sampah berpotensi melepas gas metan (CH4) yang dapat meningkatkan emisi gas rumah kaca dan memberikan kontribusi terhadap pemanasan global. Agar timbunan sampah dapat terurai melalui proses alam diperlukan jangka waktu yang lama dan diperlukan penanganan dengan biaya yang besar.
Paradigma pengelolaan sampah yang bertumpu pada pendekatan akhir sudah saatnya ditinggalkan dan diganti dengan paradigma baru pengelolaan sampah. Paradigma baru memandang sampah sebagai sumber daya yang mempunyai nilai ekonomi dan dapat dimanfaatkan, misalnya, untuk energi, kompos, pupuk ataupun untuk bahan baku industri. Pengelolaan sampah dilakukan dengan pendekatan yang komprehensif dari hulu, sejak sebelum dihasilkan suatu produk yang berpotensi menjadi sampah, sampai ke hilir, yaitu pada fase produk sudah digunakan sehingga menjadi sampah, yang kemudian dikembalikan ke media lingkungan secara aman.
Pengelolaan sampah dengan paradigma baru tersebut dilakukan dengan kegiatan pengurangan dan penanganan sampah. Pengurangan sampah meliputi kegiatan pembatasan, penggunaan kembali, dan pendauran ulang, sedangkan kegiatan penanganan sampah meliputi pemilahan, pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir.
Pengelolaan sampah diselenggarakan berdasarkan asas tanggung jawab, asas berkelanjutan, asas manfaat, asas keadilan, asas kesadaran, asas kebersamaan, asas keselamatan, asas keamanan, dan asas nilai ekonomi.
Pengelolaan sampah bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkungan serta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Pemerintah dan pemerintahan daerah bertugas menjamin terselenggaranya pengelolaan sampah yang baik dan berwawasan lingkungan.
Kegiatan penanganan sampah di Kabupaten Tulang Bawang Barat sampai tahun 2031 meliputi:
a. Pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah;
b. Pengumpulan dalam bentuk pengambilan dan pemindahan sampah dari sumber sampah ke tempat penampungan sementara atau tempat pengolahan sampah terpadu;
c. Pengangkutan dalam bentuk membawa sampah dari sumber dan/atau dari tempat penampungan sampah sementara atau dari tempat pengolahan sampah terpadu menuju ke tempat pemrosesan akhir;
d. Pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir Sampah (TPA) di Kecamatan Tulang Bawang Udik dan atau di Kecamatan Tulang Bawang Tengah.
e. Pembangunan Tempat Pemrosesan Sementara di Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Tumijajar dan Lambu Kibang.
Sejalan dengan besarnya timbunan sampah dan kondisi wilayah yang ada maka sampai tahun 2031 diarahkan adanya pengembangan cakupan pelayanan sampah sebagai berikut :
• Untuk lima tahun pertama diarahkan tingkat pelayanan persampahan di kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah 50 % dari total wilayah permukiman perkotaan yang ada.
• Untuk lima tahun kedua diarahkan tingkat pelayanan persampahan di kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah 70 % dari total wilayah permukiman perkotaan yang ada.
• Untuk lima tahun ketiga diarahkan tingkat pelayanan persampahan di kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah 90 % dari total wilayah permukiman perkotaan yang ada.
• Untuk lima tahun keempat diarahkan tingkat pelayanan persampahan di kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Barat adalah 100 % dari total wilayah permukiman perkotaan yang ada.
Sedangkan untuk skala lingkungan khususnya untuk lingkungan perkotaan dikembangkan incenerator yang dikelola secara mandiri dengan konsep Community
Base Waste Management. Pengembangan pengelolaan sampah di kawasan
perdesaan agar di sejalan dengan program pengembangan pupuk organik dimana sampah yang dihasilkan di kawasan perdesaan diolah menjadi pupuk organik yang dapat dimanfaatkan untuk menyuburkan lahan pertanian setempat.
2.4.4 Rencana Pola Ruang
1. Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan lindung adalah kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, kawasan perlindungan setempat, kawasan cagar budaya dan kawasan rawan bencana. Kawasan perlindungan setempat terdiri dari sempadan sungai dan kawasan sekitar mata air. Kawasan lindung di Kabupaten Tulang Bawang Barat dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawah
Kawasan sekitar rawa merupakan sumber daya air berupa genangan air terus menerus atau musiman yang terbentuk secara alamiah di atas lahan yang pada umumnya mempunyai kondisi topografi relatif datar dan/atau cekung, tanahnya berupa mineral mentah dan/atau tanah organik/gambut, mempunyai derajat keasaman air yang tinggi, dan terdapat flora dan fauna yang spesifik.
Konservasi rawa adalah upaya memelihara keberadaan serta keberkelanjutan keadaan, sifat, fungsi rawa agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas air yang memadai untuk memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik pada waktu sekarang maupun generasi yang akan datang.
Sempadan rawa adalah adalah areal yang dibutuhkan untuk keperluan pengamanan dalam pengelolaan rawa minimal 100 (seratus) meter dari muka air rawa tertinggi, tersebar di Kecamatan Pagar Dewa, Gunung Terang dan Tulang Bawang Udik.
b. Kawasan Perlindungan Setempat
Kawasan sempadan sungai merupakan kawasan sepanjang kiri dan kanan sungai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Kawasan tersebut dibatasi oleh garis berjarak tertentu ke arah daratan dari garis permukaan air sungai pada saat debit normal. Pengelolaan sempadan sungai perlu dilakukan se‐dini mungkin secara tegas, sebelum permasalahannya menjadi lebih kompleks, terutama yang berada di wilayah permukiman. Kriteria kawasan sempadan sungai :
• Sungai besar (sungai yang mempunyai daerah pengaliran ≥ 500 km²) mempunyai garis sempadan sungai sebesar 100 m di kiri dan kanan sungai.
• Sungai kecil (sungai yang mempunyai daerah pengaliran ≤ dari 500 km²) mempunyai garis sempadan sungai sebesar 50 m di kiri dan kanan sungai.
Untuk kawasan permukiman yang sudah ada di sepanjang sungai dibatasi dengan jalan inspeksi sebesar 10 – 15 m dari bibir sungai.
c. Kawasan Cagar Budaya
Merupakan kawasan lokasi bangunan hasil budaya manusia yang dimaksudkan untuk pengembangan budaya dan ilmu pengetahuan, serta dapat dikembangkan lebih lanjut sebagai fungsi rekreasi (wisata) Kawasan cagar budaya di Kabupaten Tulang Bawang Barat meliputi areal permukiman asli (kampung adat Lampung), kompleks makam leluhur Tulang Bawang Barat, dan tempat bersejarah lain yang berada di Kecamatan Pagar Dewa.
d. Kawasan Rawan Bencana
Pada beberapa lokasi sering terjadi banjir terutama di sungai Way Tulang Bawang, Way Kanan dan Way Kiri. Muara atau pertemuan Sungai Way Kanan dan Way Kiri yang kemudian mengalir ke Sungai Way Tulang Bawang berada di Kecamatan Pagar Dewa. Kawasan yang sering mengalami banjir merupakan kawasan lahan kering akibat dari meningkatnya volume debit air. Pada musim – musim kemarau seiring dengan rendahnya debit air sungai, banyak bermunculan lahan – lahan yang membentuk pulau dan pada lahan tersebut dimanfaatkan oleh masyarakat untuk kegiatan pertanian tanaman pangan, palawija dan holtikultura.
Oleh karena itu untuk kawasan ini arah pemanfaatan ruang antara lain ditujukan untuk menetapkan kawasan tersebut sebagai kawasan rawan banjir. Upaya selanjutnya adalah mencegah terjadinya perkembangan permukiman yang intensif di sekitar kawasan ini. Kalaupun ada permukiman yang akan dikembangkan, maka konstruksinya harus sesuai untuk
mengantisipasi bahaya banjir, misalnya dengan membangun rumah‐rumah panggung.
Dengan demikian arah pemanfaatan ruang antara lain ditujukan untuk menetapkan deliniasi permukiman yang termasuk dalam kawasan cagar budaya, baik sebagai kawasan inti (sanctuary zone), maupun kawasan penyangga (buffer zone) sesuai dengan maksud dan kaidah pelestarian budaya. Upaya selanjutnya adalah membatasi kawasan cagar budaya ini dari kegiatan budidaya yang mengganggu atau memberi dampak negatif terhadap fungsi pelindungnya. Selain itu juga perlu dikembangkan kegiatan sosial‐ ekonomi‐budaya yang dapat mengangkat kembali kehidupan masyarakat setempat
Kriteria penetapan bagi setiap jenis kawasan lindung, berdasarkan klasifikasi sebagaimana diatas, disajikan pada Tabel Kriteria Kawasan Lindung Kabupaten Tulang Bawang Barat No. Klasifikasi Dan Jenis Kawasan Lindung
Tujuan Pengelolaan Kriteria Keterangan
A Kawasan Lindung (L) 1. Kawasan Sempadan Sungai (L1) Melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik pinggir dan dasar sungai, serta untuk mengamankan aliran sungai. Kriteria Menurut Peraturan Perundangan (Kepres No32/1990) : • Sekurang‐kurangnya 100 m di kiri‐kanan sungai besar dan 50 m di kiri‐kanan anak sungai yang berada di luar permukiman; dan • Untuk sungai di kawasan permukiman berupa sempadan sungai yang diperkirakan cukup untuk dibangun jalan inspeksi antara 10 – 15 m. Kriteria yang diterapkan di Kabupaten Tulang Bawang Barat : Idem (Sesuai Peraturan Perundangan) • Untuk anak‐anak sungai yang jumlahnya cukup banyak dan kompleks, dimensi lebar 100 m tidak bisa tergambarkan dengan baik pada peta skala 1 : 250.000, oleh karena itu tidak ditampilkan dalam Peta Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah; dan • Direkomendasikan untuk dideliniasi dalam penyusunan/revisi RTRW setiap Kabupaten/Kota.
No.
Klasifikasi Dan Jenis Kawasan
Lindung
Tujuan Pengelolaan Kriteria Keterangan
2. Kawasan Sekitar rawa (L2) Melindungi rawa dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu kelestarian fungsi rawa. Kriteria Menurut Peraturan Perundangan (Kepres No. 32/1990) : • Daratan sepanjang tepian rawa yang lebarnya proporsional dengan bentuk dan kondisi fisik rawa antara 50‐100 m dari titik pasang tertinggi ke arah darat. • Dimensi lebar 50 m tidak bisa tergambar dengan jelas pada peta skala 1 : 50.000, oleh karena itu dalam Peta Arahan Pemanfaatan Ruang Wilayah diambil lebar 100 m. 3. Kawasan Cagar Budaya Melindungi hasil budaya manusia yang bernilai tinggi dan bersejarah Daerah atau kawasan yang menjadi lokasi penyebaran dan pemusatan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi dan bersejarah berupa : • Bangunan atau Situs • Makam tokoh – tokoh adat dan budayawan leluhur Kabupaten Tulang Bawang Barat. 4. Kawasan Rawan Bencana Banjir Melindungi kawasan permukiman dan kawasan budidaya Daerah atau kawasan yang berada disekitar bantaran sungai dan rawa yang mengalami genangan akibat : • Naiknya permukaan air sungai, • Tingginya curah hujan • Rendahnya tingkat resapan air pada permukaan tanah • Rendahnya kemampuan pengaliran pada sistem drainase buatan • Lokasi bencana banjir berada disekitar bantaran sungai – sungai besar antara lain Way Tulang Bawang, Way Kanan dan Way Kiri serta kawasan rawa.. • Membatasi lahan permukiman pada lokasi genangan kecuali permukiman dengan bangunan berbentuk rumah panggung. • Membangun saluran drainase buatan untuk melindungi sarana dan prasarana serta infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah. Sumber : RTRW Kab. Tulang Bawang Barat Tahun 2011 ‐ 2031. e. Kawasan Permukiman. Suatu perumahan atau kelompok rumah yang berfungsi sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana lingkungan dan
merupakan bagian lingkungan hidup diluar kawasan lindung baik di kota maupun di desa yang berfungsi sebagai tempat kegiatan yang mendukung kehidupan. Dinamikan pemukiman perdesaan sangat erat kaitannya dengan kawasan pertanian, banyak terdapat vegetasi di halaman rumah serta menjadikan tempat tinggal sekailigus tempat produksi. Sedangkan dinamika permukiman perkotaan merupakan lingkungan permukiman yang padat, kualitas lingkungan maupun infrastruktur cenderung kurang mencukupi.
Klasifikasi tingkat kepadatan penduduk di Kabupaten Tulang Bawang Barat pada tahun rencana 2031 dibagi menjadi 3 (tiga) kelas yaitu
a. Tingkat kepadatan ≥ 4 jiwa/ha berada di Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Tumijajar dan Way Kenanga
b. Tingkat kepadatan 1 ‐ 3 jiwa/ha berada di Kecamatan Lambu Kibang, Gunung Terang dan Gunung Agung.
c. Tingkat kepadatan < 3 jiwa/ha berlokasi di Kecamatan Tulang Bawang Udik dan Pagar Dewa
Kawasan pemukiman perkotaan dan perdesaan di Kabupaten Tulang Bawang Barat diarahkan pengembangannya sebagai berikut :
a. Kawasan permukiman perkotaan diarahkan ke Kecamatan Tulang Bawang Tengah, Tumijajar dan Lambu Kibang.
b. Kawasan permukiman perdesaan diarahkan ke Kecamatan Way Kenanga, Gunung Agung, Gunung Terang, Pagar Dewa dan Tulang Bawang Udik.
Peta 2.3 : Rencana struktur ruang Kabupaten (Ukuran A3)
Sumber Peta : RTRW Kab. Tulang Bawang Barat Tahun 2011 ‐ 2031
2 ‐ 28 | Gambaran Umum Wilayah
Peta 2.4 : Rencana pola ruang Kabupaten (Ukuran A3)
Sumber Peta : RTRW Kab. Tulang Bawang Barat Tahun 2011 ‐ 2031
2.5 Sosial dan Budaya
Untuk kondisi pendidikan di Kabupaten Tulang Bawang Barat berdasarkan data dari Tulang Bawang Barat Dalam Angka tahun 2014 jumlah Sekolah Dasar (SD) terdapat 162 buah yang tersebar di seluruh kecamatan. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) berjumlah 24 buah, Sekolah Manengah Atas (SMA) berjumlah 11 buah. Sedangkan untuk sekolah keagamaan Madrasah Ibtidaiyah (MI) berjumlah 14 buah dan Madrasah Aliyah (MA) berjumlah 8 buah. Kondisi Pendidikan di Kabupaten Tulang Bawang Barat dapat dilihat pada tabel 2.11 berikut ini : Tabel 2.11 : Fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten Tulang Bawang Barat Nama Kecamatan Jumlah Sarana Pendidikan Umum Agama
SD SLTP SMA SMK MI MTs MA
Tulang Bawang Udik 22 3 2 ‐ 7 6 3 Tumijajar 27 4 2 ‐ ‐ 3 1 Tulang Bawang Tengah 42 6 3 1 5 5 2 Pagar Dewa 3 1 1 ‐ 1 2 ‐ Lambu Kibang 14 3 1 ‐ ‐ 4 2 Gunung Terang 22 2 1 ‐ 1 ‐ ‐ Gunung Agung 20 3 1 ‐ ‐ 2 ‐ Way Kenanga 12 2 ‐ ‐ ‐ 2 ‐ Sumber : Dinas Pendidikan Kabupaten Tulang Bawang Barat 2014
Kondisi penduduk miskin dilihat dari Jumlah Kepala Keluarga (KK) di Kabupaten Tulang Bawang Barat. Instansi/Dinas terkait belum melakukan pendataan untuk beberapa tahun terakhir. Untuk sebaran bangunan rumah di Kabupaten Tulang Bawang Barat bedasarkan data yang diambil dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2013. Kecamatan yang memiliki rumah paling banyak adalah kecamatan Tulang Bawang Tengah sebanyak 20.838 rumah dan yang paling sedikit adalah kecamatan 1.418 rumah.
Kondisi jumlah rumah per kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Barat dapat dilihat pada table 2.12 berikut ini :
Tabel 2.12 : Jumlah penduduk miskin per kecamatan Nama Kecamatan Jumlah Keluarga Miskin Tulang Bawang Udik 3.631 Tumijajar 6.677 Tulang Bawang Tengah 14.206 Pagar Dewa 1.472 Lambu Kibang 4.362 Gunung Terang 8.644 Gunung Agung 10.152 Way Kenanga 4.163 Sumber : Tim Nasional Penanggulangan Kemiskinan
Untuk sebaran bangunan rumah di Kabupaten Tulang Bawang Barat berdasarkan data yang diambil dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun 2013 kecamatan yang memiliki jumlah rumah paling banyak adalah Kecamatan Tulang Bawang Tengah sebanyak 20.838 rumah dan yang paling sedikit adalah kecamatan 1.418 rumah.
Kondisi jumlah rumah per kecamatan di Kabupaten Tulang Bawang Barat dapat dilihat pada tabel 2.13 berikut ini : Tabel 2.13 : Jumlah rumah per Kecamatan Nama Kecamatan Jumlah Rumah Tulang Bawang Udik 8.019 Tumijajar 10.936 Tulang Bawang Tengah 20.838 Pagar Dewa 1.418 Lambu Kibang 5.872 Gunung Terang 8.199 Gunung Agung 7.506 Way Kenanga 4.944 Sumber : Badan Pusat Statistik Kabupaten Tulang Bawang Barat
2.6 Kelembagaan Pemerintahan Daerah Bagan Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat
BIDANG PERENCANAAN BIDANG PENDANAAN BIDANG TEKNIS
BIDANG PENYEHATAN, KOMUNIKASI DAN PEMBERDAYAAN BIDANG MONITORING DAN EVALUASI Ketua Kepala SKPD yang menangani perencanaan Wakil Ketua Kabid Fispra Bappeda atau sebutan lainnya Ketua Kepala SKPD yang menangani pendanaan Wakil Ketua Kabid yang membidangi penganggaran Ketua Kepala SKPD yang menangani bidang teknis Wakil Ketua Kabid urusan cipta karya dan lainnya Ketua Kepala SKPD yang membidangi Kesehatan Wakil Ketua Kabid penyehatan lingkungan Ketua Kepala SKPD yang membidangi lingkungan hidup Wakil Ketua Kabid pengembangan lingkungan hidup Anggota Pejabat/staf bappeda dan dari SKPD lainnya yang melaksanakan fungsi terkait dengan perencanaan layanan persampahan, air limbah domestik dan drainase lingkungan Anggota Pejabat/staf BPKAD dan dari SKPD lainnya yang melaksanakan fungsi terkait dengan fungsi penganggaran, pelaporan dan pertanggungjawaban keuangan dan aset Anggota Pejabat/staf cipta karya dan dari SKPD lainnya yang melaksanakan fungsi terkait dengan perencanaan layanan persampahan, air limbah domestik dan drainase lingkungan Anggota Pejabat/staf Dinas kesehatan dan dari SKPD lainnya yang melaksanakan fungsi terkait dengan penyehatan lingkungan, pendidikan,komunikasi, dan pemberdayaan masyarakat Anggota Pejabat/staf BPLHD dan dari SKPD lainnya yang melaksanakan fungsi terkait dengan monitoring dan evaluasi sanitasi
Pada awalnya penataan perangkat daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat menggunakan pola minimal yang pada prinsipnya mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741). Organisasi perangkat daerah kabupaten dibentuk berdasarkan pertimbangan antara lain; kewenangan pemerintah yang dimiliki wilayah kabupaten, kemampuan keuangan daerah, ketersedian sumberdaya aparatur, serta pembangunan pola kerjasama antara daerah dan/atau pihak ketiga. KETUA Sekretaris Daerah SEKRETARIAT (Pejabat/staf setdakab dan SKPD lain) SEKRETARIS Asisten Bid. Perekonomian & Pembangunan
Berdasarkan hal tersebut, saat ini penyusunan organisasi tata kerja di lingkungan Kabupaten Tulang Bawang Barat berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat Nomor 3 Tahun 2012 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat Nomor 1 Tahun 2011 Tentang Pembentukan Organisasi Dan Tatakerja Perangkat Daerah Kabupaten Tulang Bawang Barat.
2.6.1 Sekretariat Daerah Kabupaten
Sekretariat Daerah merupakan unsur staf yang dipimpin oleh seorang Sekretaris Daerah yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati. Untuk menyelenggarakan kewajiban, Sekretaris Daerah Kabupaten Mempunyai tugas serta fungsi:
1. Sekretariat Daerah mempunyai tugas dan kewajiban membantu Bupati dalam menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan dinas daerah, lembaga teknis daerah dan lembaga lain sebagai bagian dari perangkat daerah;
2. Untuk menyelenggarakan tugas dan kewajiban Sekretariat Daerah sebagaimana dimaksud diatas, menyelenggarakan fungsi :
a. Penyusunan kebijakan pemerintah daerah;
b. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas dinas daerah, lembaga teknis daerah dan lembaga lain sebagai bagian dari perangkat daerah;
c. Pemantuan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintah daerah; d. Pembinaan administrasi dan aparatur pemerintah daerah;
e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya; f. Penyelenggaraan administrasi pemerintahan. Susunan Organisasi sekretaris Daerah Kabupaten terdiri dari: a. Sekretaris daerah kabupaten. b. Asisten bidang pemerintahan dan kesejahteraan rakyat, terdiri dari : c. Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan terdiri dari : d. Asisten bidang administrasi umum, terdiri dari :
2.6.2 Organisasi Dinas‐Dinas Daerah
Dinas Daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggungjawab kepada Bupati melalui Sekretaris Daerah.
(1) Dinas Daerah mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
(2) Untuk menyelenggarakan tugas sebagaimana dimaksud. Dinas Daerah menyelenggarakan fungsi: a. Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya; b. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai dengan lingkup tugasnya; c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya; d. Plaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya. 1. Dinas Kesehatan Dinas Kesehatan mempunyai tugas melakukan urusan pemerintahan dibidang pelayanan kesehatan berdasarkan asas otonomi yang menjadi kewenangan dan tugas pembantu yang diberikan perintah kepada Bupati serta tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Bupati berdasarkan peraturan perundang‐undangan yang berlaku.
Untuk melaksanakan tugas Dinas Kesehatan mempunyai fungsi: a. Perumusan kebijakan teknis di bidang kesehatan;
b. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya;
c. Pembinaan dan pelaksaan tugas di bidang kesehatan;
d. Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum dibidang kesehatan.
Susunan Organisasi Dinas Kesehatan terdiri dari: a. Kepala Dinas
b. Bidang pengendalian masalah kesehatan, membawahi : i. Seksi pemberantasan dan penanggulangan penyakit;
ii. Seksi pencegahan dan pengamatan penyakit; iii. Seksi penyehatan lingkungan dan pemukiman. 2. Dinas Pekerjaan Umum
Dinas Pekerjaan Umum adalah merupakan unsur pelaksanaan otonomi daerah bidang pekerjaan umum. Dinas Pekerjaan Umum mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah di bidang pekerjaan umum berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan.
Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Dinas Pekerjaan Umum, menyelenggarakan fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis dibidang pekerjaan umum;
b. Penyelenggaraan urusan pemerintah dan pelayanan umum di bidang pekerjaan umum;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang pekerjaan umum; d. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Bupati sesuai dengan
tugas dan fungsinya. Susunan Organisasi Dinas Pekerjaan Umum, terdiri dari: a. Kepala Dinas b. Bidang cipta karya, membawahi; i. Seksi perumahan dan pemukiman; ii. Seksi bangunan dan gedung; iii. Seksi air minum dan penyehatan lingkungan. 2.6.3 Lembaga Teknis Daerah
Lembaga teknis daerah merupakan unsure pendukung tugas Kepala Daerah. Lembaga teknis daerah berbentuk Inspektorat dipimpin oleh inspektur, berbentuk badan dipimpin oleh Kepala Badan, berbentuk kantor dipimpin oleh Kepala Kantor, berbentuk satuan dipimpin oleh Kepala Satuan yang bertangggungjawab langsung kepada Bupati dan melalui Sekretaris Daerah.
Lembaga teknis daerah mempunyai tugas melakukan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik dan tugas lain sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh bupati berdasarkan perundang‐undangan.
Untuk melaksanakan tugas Lembaga Tuknis Daerah Kabupaten mempunyai fungsi:
a. Perumusan kebijakan sesuai dengan lingkup tugasnya;
b. Pemberian dukunngan atas penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan lingkup tugasnya;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya;
d. Pelsanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati sesuai dengan tugas dan fungsinya;
e. Pengelolaan administratif
1. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Badan Perencanaan Pembagunan Daerah adalah merupakan unsur perencanaan pembangunan dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Badan Perencanaan Pembagunan Daerah mempunyai tugas pokok melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembagunan daerah. Untuk menyelengarakan tugas, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah mempunyai fungsi :
a. Perumusan kebijakan teknis perencanaan;
b. Pengkoordinasian penyusunana perencanaan pembagunaan; c. Penyusunan dokumen perencanaan pembagunaan;
d. Pembinaan, pengendalian dan pelaksanaan tugas perencanaan pembagunan; e. Pelaksanaan tugas lain yang di berikan oleh Bupati sesuai dengan tugas dan
fungsinya. Susunan Organisasi Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, terdiri dari: a. Kepala Badan; b. Bidang fisik dan prasarana, membawahi; i. Sub bidang prasarana; ii. Sub bidang pengembangan wilayah. 2. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah
Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah adalah merupakan unsur‐unsur pendukung tugas Kepala Daerah di bidang Lingkungan Hidup. Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan
pelaksanaan kebijakan daerah di bidang Lingkungan Hidup. Untuk melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud, Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup Daerah, menyelenggarakan fungsi:
a. Perumusan kebijakan teknis dibidang pengelolaan lingkungan hidup daerah; b. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan pemerintah derah dibidang
pengelolaan lingkungan hidup daerah;
c. Pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang pengelolaan lingkungan hidup daerah; d. Pelayanan Administratif di bidang pengelolaan lingkungan hidup; dan e. Pelaksanaan tugas lain diberikan oleh Bupati sesuai dan fungsinya. Susunan organisasi Badan Pengelolaan Lingkungan Hidup, terdiri dari; a. Kepala Badan; b. Bidang pengendalian lingkungan, membawahi; i. Sub bidang perencanaan dampak lingkungan; ii. Sub bidang penanggulangan dan pemulihan lingkungan. 2.7. Komunikasi dan Media
Ada berbagai macam media yang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi khususnya sanitasi, baik media elektronik maupun media cetak. Selain melalui media, informasi juga dapat disampaikan secara langsung misal melalui penyuluhan, sosialisasi dan lain‐lain. Berikut ini adalah hasil survei yang dilakukan untuk mengetahui media yang efektif dan efisien untuk kampanye/promosi sanitasi
Dalam penyampaian informasi tentang sanitasi , dapat di berikan dengan melalui beberapa cara baik dalam media cetak, maupun media elektonik. Masyarakat Kabupaten tulang Bawang Barat belum mendapatkan informasi mengenai hal‐ hal yang berkaitan tentang Sanitasi. Belum ada surat kabar, Radio lokal maupun media lainnya yang berperan memberikan informasi. Selain melalui media elektronik, tokoh‐tokoh agama maupun pemuka adat setempat belum memberikan sosialisasi tentang pengenalan dan informasi ke masyarakat. Saat ini di Kabupaten Tulang Bawang Barat belum ada kegiatan yang terkait komunikasi dan media.
Tabel 2.14 : Kegiatan Komunikasi terkait Sanitasi*
No Kegiatan Tahun Dinas
Pelaksana Tujuan Kegiatan Khalayak Sasaran Pesan Kunci Pembelajaran 1 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 2 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 3 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ * data: belum ada data(tidak ada kegiatan) Tabel 2.15 : Media Komunikasi dan Kerjasama terkait Sanitasi* No Jenis Media Khalayak Pendanaan Isu yang
Diangkat Pesan Kunci Efektifitas
1 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 2 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ 3 ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ ‐ * data: belum ada data(tidak ada kegiatan)