• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Alterasi.docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Laporan Alterasi.docx"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN PRAKTIKUM

PETROGRAFI

ACARA : BATUAN ALTERASI

Disusun Oleh: Adi Dwi Nur Muharam

21100111120013

LABORATORIUM PALEONTOLOGI,

GEOLOGI FOTO, DAN GEOOPTIK

PROGRAM STUDI TEKNIK GEOLOGI

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS DIPONEGORO

SEMARANG

JUNI 2013

(2)

i

LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktikum Petrografi, Acara : Batuan Alterasi ini telah disahkan pada : Hari : Kamis

Tanggal : 20 Juni 2013 Pukul (WIB) :

Sebagai tugas praktikum Petrografi, mata kuliah Petrografi.

Semarang, 20 Juni 2013

Asisten Acara, Praktikan,

Tri Omega Pahlawan Adi Dwi Nur Muharam

(3)

1

BAB I

(4)

8

BAB II

PEMBAHASAN

Praktikum mata kuliah petrografi acara Batuan Alterasi dilaksanakan pada Hari Senin, tanggal 10 Juni 2013. Praktikum dilaksanakan di Laboratotium Paleontologi, Geologi Foto, dan Geooptik Gedung Pertamina Sukowati, Tembalang, Semarang. Teknis pelaksanaan praktikum adalah dengan melakukan pengamatan tiga sayatan batuan dengan menggunakan mikroskop dengan perbesaran sebesar 4x.

Alterasi merupakan perubahan komposisi mineralogi batuan (dalam keadaan padat) karena adanya pengaruh Suhu dan Tekanan yang tinggi dan tidak dalam kondisi isokimia menghasilkan mineral lempung, kuarsa, oksida atau sulfida logam. Proses alterasi merupakan peristiwa sekunder, berbeda dengan metamorfisme yang merupakan peristiwa primer.

Alterasi hidrotermal adalah suatu proses yang sangat kompleks yang melibatkan perubahan mineralogi, kimiawi, dan tekstur yang disebabkan oleh interaksi fluida panas dengan batuan yang dilaluinya (wall rock), di bawah kondisi evolusi fisio-kimia. Proses alterasi merupakan suatu bentuk metasomatisme, yaitu pertukaran komponen kimiawi antara cairan-cairan dengan batuan dinding (Pirajno, 1992). Interaksi antara fluida hidrotermal dengan batuan yang dilewatinya (batuan dinding), akan menyebabkan terubahnya mineral-mineral primer menjadi mineral ubahan (mineral alterasi), maupun fluida itu sendiri (Pirajno, 1992, dalam Sutarto, 2004).

Creasey (1966, dalam Sutarto, 2004) membuat klasifikasi alterasi hidrotermal pada endapan tembaga porfir menjadi empat tipe yaitu propilitik, argilik, potasik, dan himpunan kuarsa-serisit-pirit. Lowell dan Guilbert (1970, dalam Sutarto, 2004) membuat model alterasi-mineralisasi juga pada endapan bijih porfir, menambahkan istilah zona filik untuk himpunan mineral kuarsa, serisit, pirit, klorit, rutil, kalkopirit.

(5)

9

Gambar 2.1. Zonasi Alterasi Hidrotermal

2.1. Sayatan Tipis No. R.12.39

Pada pengamatan pertama adalah sayatan batuan alterasi dengan nomor peraga R.12.39. Pengamatan pertama yang perlu diperhatikan ketika pengamatan mikroskopis adalah tekstur umum batuan peraga tersebut. Batuan ini tersusun atas mineral kristalin seutuhnya tanpa massa gelas dengan kristal-kristal yang saling interlocking (mengunci). Tekstur tersebut dalam batuan dapat disebut dengan tekstur holokristalin. Tekstur holokristalin tersebut dapat diketahui ketika pada saat pengamatan mikroskopis bahwa adanya perubahan warna ketika baji kuarsa dimasukkan adanya perubahan warna tidak seperti penciri gelasan yang tetap berwarna merah muda ketika dilakukan pemutaran dengan meja optik. Tekstur holokristalin mencirikan waktu pembekuan yang sangat lama karena batuan membeku di bawah permukaan bumi sehingga tidak ada kontak langsung dengan udara bebas. Mineral-mineral kristalin yang saling interlocking ini dapat menandakan batuan asal (wall rock) dari batuan alterasi ini adalah batuan beku yang kemudian terubahkan. Dari tekstur yang ada terlihat tekstur hypidiomorfik

(6)

10 oleh bidang kristal yang sebagian jelas dan sebagian lagi tidak jelas, dan kurang teratur (subhedral). Memiliki tingkat granularitas berupa

inequigranular yaitu kristal-kristalnya berukuran tidak seragam di mana

terdapat mineral yang besar, yang disebut sebagai fenokris, yang dikelilingi oleh massa dasar, yang merupakan mineral-mineral yang lebih kecil dari

fenokris.

Adapun mineral penyusun batuan ini terdiri dari mineral primer dan mineral sekunder. Mineral primer merupakan mineral yang terbentuk bersamaan dengan proses terbentuknya batuan tersebut. Sedangkan mineral sekunder adalah mineral hasil ubahan dari mineral yang telah ada sebelumnya. Mineral primer yang ada dalam batuan peraga ini adalah mineral plagioklas dan kuarsa, sedangkan mineral sekundernya adalah mineral serisit yang merupakan mineral ubahan dari mineral plagioklas. Adapun fenokris batuan ini adalah mineral plagioklas dan dikelilingi oleh massa dasar yang berupa mineral kuarsa, mineral opaque, serisit dan lithic. Sifat fisik dan sifat optik mineral-mineral tersebut adalah:

 Mineral plagioklas memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa warna agak keruh, bentuk lath like, dan memiliki kembaran. Rata-rata kelimpahan mineral ini pada medan pandang yaitu sekitar 51,67%.

 Mineral kuarsa memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa warna colorless, relief rendah, gelapan gelombang, tidak ada belahan, anhedral. Rata-rata kelimpahan mineral ini pada medan pandang yaitu sekitar 3,33%.

 Mineral serisit memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa warna

colorless, bentuk prismatik dan relief sedang. Biasanya mineral ini

berasosiasi dengan mineral plagioklas. Rata-rata kelimpahan mineral ini pada medan pandang yaitu sekitar 36,67%.

 Lithic memiliki kenampakan mikroskopis berupa bentuk seperti material menggumpal, warna gelap, terdapat butiran-butiran kecil, relief tinggi. Berukuran sekitar 1 mm. Kelimpahan rata-rata sekitar 3,33%.

(7)

11

Mineral opaque memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa warna hitam, prismatik, relief tinggi. Rata-rata kelimpahan mineral ini pada medan pandang yaitu sekitar 5%.

Gambar 2.2. MP1 XPL No. R.12.39 Gambar 2.3. MP2 XPL No. R.12.39 Gambar 2.4. MP3 XPL No. R.12.39 Serisit Plagioklas Opaque Serisit Kuarsa Plagioklas Opaque Serisit Kuarsa Plagioklas Opaque Lithic Lithic

(8)

12 Hadirnya mineral sekunder seperti mineral serisit dalam tubuh batuan menandakan bahwa wall rock batuan ini telah mengalami proses alterasi atau perubahan baik perubahan komposisi kimia maupun tekstur batuan akibat perubahan suhu dan tekanan akibat adanya fluida hidrotermal yang melewati

wall rock sehingga fluida yang cenderung panas tersebut memanaskan wall rock secara konveksi. Karena kejadian ini terjadi secara gradual, pada

akhirnya wall rock tersebut berubah komposisi dan teksturnya, mulai muncul mineral-mineral ubahan dari mineral primer seperti yang terjadi pada sayatan batuan ini bahwa mineral plagioklas berubah menjadi mineral serisit. Hadirnya mineral serisit yang berasosiasi dengan mineral plagioklas, menandakan zonasi alterasi pada batuan ini adalah zona filik. Zonasi ini terbentuk pada temperatur sedang sampai tinggi (230˚C - 400˚C) , dengan pH fluida hidrotermal cenderung asam sampai netral, salinitas beragam, terbentuk pada zona permeabel, dan pada batas dengan urat. Dari hasil penggolongan zonasi hidrotermal tersebut, dapat diketahui bahwa wall rock dari batuan alterasi ini terletak cukup jauh di bawah permukaan bumi.

Berdasarkan hasil deskripsi dan penjelasan di atas mengenai kenampakan tekstur, komposisi batuan, serta zonasi alterasinya, maka dapat diinterpretasikan bahwa nama batuan ini adalah Andesit porfir terubahkan

(Russel B. Travis, 1965, dengan modifikasi).

2.2. Sayatan Tipis No. PGM-EP

Pada pengamatan kedua adalah sayatan batuan alterasi dengan nomor peraga PGM-EP. Pengamatan pertama yang perlu diperhatikan ketika pengamatan mikroskopis adalah tekstur umum batuan peraga tersebut. Batuan ini tersusun atas mineral kristalin seutuhnya tanpa massa gelas dengan kristal-kristal yang saling interlocking (mengunci). Tekstur tersebut dalam batuan dapat disebut dengan tekstur holokristalin. Tekstur holokristalin tersebut dapat diketahui ketika pada saat pengamatan mikroskopis bahwa adanya perubahan warna ketika baji kuarsa dimasukkan adanya perubahan warna tidak seperti penciri gelasan yang tetap berwarna merah muda ketika

(9)

13 dilakukan pemutaran dengan meja optik. Tekstur holokristalin mencirikan waktu pembekuan yang sangat lama karena batuan membeku di bawah permukaan bumi sehingga tidak ada kontak langsung dengan udara bebas. Mineral-mineral kristalin yang saling interlocking ini dapat menandakan batuan asal (wall rock) dari batuan alterasi ini adalah batuan beku yang kemudian terubahkan. Dari tekstur yang ada terlihat tekstur hypidiomorfik

granular dengan kristal yang mempunyai bentuk hampir lengkap dan dibatasi oleh bidang kristal yang sebagian jelas dan sebagian lagi tidak jelas, dan kurang teratur (subhedral). Memiliki tingkat granularitas berupa

inequigranular yaitu kristal-kristalnya berukuran tidak seragam di mana

terdapat mineral yang besar, yang disebut sebagai fenokris, yang dikelilingi oleh massa dasar, yang merupakan mineral-mineral yang lebih kecil dari

fenokris.

Adapun mineral penyusun batuan ini terdiri dari mineral primer dan mineral sekunder. Mineral primer merupakan mineral yang terbentuk bersamaan dengan proses terbentuknya batuan tersebut. Sedangkan mineral sekunder adalah mineral hasil ubahan dari mineral yang telah ada sebelumnya. Mineral primer yang ada dalam batuan peraga ini adalah mineral plagioklas, sedangkan mineral sekundernya adalah mineral epidot, kaolinit, klorit yang merupakan mineral ubahan dari mineral piroksen, serisit yang merupakan mineral ubahan dari mineral plagioklas, dan biotit sekunder yang merupakan mieral ubahan dari mineral biotit. Adapun fenokris batuan ini adalah mineral plagioklas, epidot, biotit sekunder, dan klorit dan dikelilingi oleh massa dasar yang berupa mineral serisit dan kaolinit. Sifat fisik dan sifat optik mineral-mineral tersebut adalah:

 Mineral plagioklas memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa warna agak keruh, bentuk lath like, dan memiliki kembaran. Rata-rata kelimpahan mineral ini pada medan pandang yaitu sekitar 20%.

(10)

14

 Mineral serisit memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa warna

colorless, bentuk prismatik dan relief sedang. Biasanya mineral ini

berasosiasi dengan mineral plagioklas. Rata-rata kelimpahan mineral ini pada medan pandang yaitu sekitar 13,33%.

 Mineral epidot memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa relief berwarna kuning/orange, inti berwarna ungu, berbentuk serabut/columnar/tabular. Rata-rata kelimpahan mineral ini pada medan pandang yaitu sekitar 8,33%.

 Mineral kaolinit memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa bentuk poligonal, memiliki gelapan bergelombang. Rata-rata kelimpahan mineral ini pada medan pandang yaitu sekitar 43,33%.

 Mineral klorit memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa warna hijau, berbentul menjarum/ tabular. Rata-rata kelimpahan mineral ini pada medan pandang yaitu sekitar 11,67%.

 Mineral biotit sekunder memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa warna cokelat, berbentul berlembar dan pecah-pecah. Rata-rata kelimpahan mineral ini pada medan pandang yaitu sekitar 1,67%.

Gambar 2.5. MP1 XPL No. PGM-EP

Serisit Epidot

Plagioklas Klorit

(11)

15

Gambar 2.6. MP2 PPL No. PGM-EP

Gambar 2.7. MP3 XPL No. PGM-EP

Hadirnya mineral sekunder seperti mineral serisit, epidot, kaolinit, biotit sekunder dan klorit dalam tubuh batuan menandakan bahwa wall rock batuan ini telah mengalami proses alterasi atau perubahan baik perubahan komposisi kimia maupun tekstur batuan akibat perubahan suhu dan tekanan akibat adanya fluida hidrotermal yang melewati wall rock sehingga fluida yang cenderung panas tersebut memanaskan wall rock secara konveksi. Karena kejadian ini terjadi secara gradual, pada akhirnya wall rock tersebut berubah komposisi dan teksturnya, mulai muncul mineral-mineral ubahan dari mineral primer seperti yang terjadi pada sayatan batuan ini bahwa mineral plagioklas berubah menjadi mineral serisit, mineral biotit berubah menjadi biotit sekunder, mineral piroksen berubah menjadi klorit. Hadirnya mineral-mineral sekunder di atas, menandakan zonasi alterasi pada batuan ini adalah zona

propilitik. Zonasi ini terbentuk pada temperatur sedang (200˚C - 300˚C),

Klorit Serisit Epidot Plagioklas Klorit Kaolinit Biotit Sekunder

(12)

16 dengan pH fluida hidrotermal mendekati netral, salinitas beragam, terbentuk pada daerah yang memiliki zona permeabel rendah. Dari hasil penggolongan zonasi hidrotermal tersebut, dapat diketahui bahwa wall rock dari batuan alterasi ini terletak tidak jauh dari permukaan bumi.

Berdasarkan hasil deskripsi dan penjelasan di atas mengenai kenampakan tekstur, komposisi batuan, serta zonasi alterasinya, maka dapat diinterpretasikan bahwa nama batuan ini adalah Diorit Kuarsa terubahkan

(Russel B. Travis, 1965, dengan modifikasi).

2.3. Sayatan Tipis No. IT-2Bio

Pada pengamatan ketiga adalah sayatan batuan alterasi dengan nomor peraga IT-2Bio. Pengamatan pertama yang perlu diperhatikan ketika pengamatan mikroskopis adalah tekstur umum batuan peraga tersebut. Batuan ini tersusun atas mineral kristalin seutuhnya tanpa massa gelas dengan kristal-kristal yang saling interlocking (mengunci). Tekstur tersebut dalam batuan dapat disebut dengan tekstur holokristalin. Tekstur holokristalin tersebut dapat diketahui ketika pada saat pengamatan mikroskopis bahwa adanya perubahan warna ketika baji kuarsa dimasukkan adanya perubahan warna tidak seperti penciri gelasan yang tetap berwarna merah muda ketika dilakukan pemutaran dengan meja optik. Tekstur holokristalin mencirikan waktu pembekuan yang sangat lama karena batuan membeku di bawah permukaan bumi sehingga tidak ada kontak langsung dengan udara bebas. Mineral-mineral kristalin yang saling interlocking ini dapat menandakan batuan asal (wall rock) dari batuan alterasi ini adalah batuan beku yang kemudian terubahkan. Dari tekstur yang ada terlihat tekstur hypidiomorfik

granular dengan kristal yang mempunyai bentuk hampir lengkap dan dibatasi oleh bidang kristal yang sebagian jelas dan sebagian lagi tidak jelas, dan kurang teratur (subhedral). Memiliki tingkat granularitas berupa

inequigranular yaitu kristal-kristalnya berukuran tidak seragam di mana

(13)

17 oleh massa dasar, yang merupakan mineral-mineral yang lebih kecil dari

fenokris.

Adapun mineral penyusun batuan ini terdiri dari mineral primer dan mineral sekunder. Mineral primer merupakan mineral yang terbentuk bersamaan dengan proses terbentuknya batuan tersebut. Sedangkan mineral sekunder adalah mineral hasil ubahan dari mineral yang telah ada sebelumnya. Mineral primer yang ada dalam batuan peraga ini adalah mineral plagioklas dan kuarsa, sedangkan mineral sekundernya adalah mineral epidot, klorit yang merupakan mineral ubahan dari mineral piroksen, dan serisit yang merupakan mineral ubahan dari mineral plagioklas. Adapun fenokris batuan ini adalah mineral plagioklas dan kuarsa dan dikelilingi oleh massa dasar yang berupa mineral serisit, epidot dan klorit. Sifat fisik dan sifat optik mineral-mineral tersebut adalah:

 Mineral plagioklas memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa warna agak keruh, bentuk lath like, dan memiliki kembaran. Rata-rata kelimpahan mineral ini pada medan pandang yaitu sekitar 33,33%.

 Mineral kuarsa memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa warna colorless, relief rendah, gelapan gelombang, tidak ada belahan, anhedral. Rata-rata kelimpahan mineral ini pada medan pandang yaitu sekitar 25%.

 Mineral serisit memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa warna

colorless, bentuk prismatik dan relief sedang. Biasanya mineral ini

berasosiasi dengan mineral plagioklas. Rata-rata kelimpahan mineral ini pada medan pandang yaitu sekitar 15%.

 Mineral epidot memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa relief berwarna kuning/orange, inti berwarna ungu, berbentuk serabut/columnar/tabular. Rata-rata kelimpahan mineral ini pada medan pandang yaitu sekitar 16,67%.

 Mineral klorit memiliki sifat fisik dan sifat optik mineral berupa warna hijau, berbentul menjarum/ tabular. Rata-rata kelimpahan mineral ini pada medan pandang yaitu sekitar 13,33%.

(14)

18

Gambar 2.8. MP1 XPL No. IT-2Bio

Gambar 2.9. MP2 XPL No. IT-2Bio

Gambar 2.10. MP3 XPL No. IT-2Bio

Hadirnya mineral sekunder seperti mineral serisit, epidot, dan klorit dalam tubuh batuan menandakan bahwa wall rock batuan ini telah mengalami proses alterasi atau perubahan baik perubahan komposisi kimia

Serisit Epidot Plagioklas Klorit Kuarsa Serisit Epidot Plagioklas Klorit Kuarsa Serisit Epidot Plagioklas Klorit Kuarsa

(15)

19 maupun tekstur batuan akibat perubahan suhu dan tekanan akibat adanya fluida hidrotermal yang melewati wall rock sehingga fluida yang cenderung panas tersebut memanaskan wall rock secara konveksi. Karena kejadian ini terjadi secara gradual, pada akhirnya wall rock tersebut berubah komposisi dan teksturnya, mulai muncul mineral-mineral ubahan dari mineral primer seperti yang terjadi pada sayatan batuan ini bahwa mineral plagioklas berubah menjadi mineral serisit, mineral piroksen berubah menjadi klorit. Hadirnya mineral-mineral sekunder di atas, menandakan zonasi alterasi pada batuan ini adalah zona propilitik. Zonasi ini terbentuk pada temperatur sedang (200˚C - 300˚C), dengan pH fluida hidrotermal mendekati netral, salinitas beragam, terbentuk pada daerah yang memiliki zona permeabel rendah. Dari hasil penggolongan zonasi hidrotermal tersebut, dapat diketahui bahwa wall rock dari batuan alterasi ini terletak tidak jauh dari permukaan bumi.

Berdasarkan hasil deskripsi dan penjelasan di atas mengenai kenampakan tekstur, komposisi batuan, serta zonasi alterasinya, maka dapat diinterpretasikan bahwa nama batuan ini adalah Diorit Kuarsa terubahkan

(16)

20

DAFTAR PUSTAKA

Tim Asisten Petrografi 2013. 2013. Buku Panduan Praktikum Petrografi. Semarang: Universitas Diponegoro

http://pillowlava.wordpress.com/mineralisasi/mineralisasi-2/ (Diakses pada Hari Selasa, 18 Juni 2013 Pukul 20.00 WIB) http://geosphere.gsapubs.org/content/2/4/236/F5.expansion.html (Diakses pada Hari Selasa, 18 Juni 2013 Pukul 20.10 WIB)

Gambar

Gambar 2.1. Zonasi Alterasi Hidrotermal
Gambar 2.2. MP1 XPL No. R.12.39  Gambar 2.3. MP2 XPL No. R.12.39  Gambar 2.4. MP3 XPL No
Gambar 2.5. MP1 XPL No. PGM-EP
Gambar 2.6. MP2 PPL No. PGM-EP
+2

Referensi

Dokumen terkait

A. konstanta pegas tetap dan pertambahan panjang pegas menjadi 2 kali semula. konstanta pegas menjadi 0,5 kali semula dan pertambahan panjang pegas menjadi 2 kali semula.

Kedua mazhab ini sepakat mengatakan bahwa bukan hanya air liurnya saja yang najis, tetapi seluruh tubuh anjing itu hukumnya najis berat, termasuk keringatnya. Bahkan hewan lain

Prestasi diraih oleh Agustinus 2016 Juara II Lari 10 Km Putra Porseni Politeknik IX Se-Indonesia. Prestasi

Hal tersebut sesuai dengan permasalahan yang terjadi pada siswa kelas IV SDN Gugus Sultan Agung Kecamatan Pucakwangi Kabupaten Pati dalam proses pembelajaran Bahasa Indonesia pada

Menjadi Model Pribadi yang menyatakan Karakter dan KharismaNYA minimal di Komunitasnya,.. Sehingga menjadi Pembina/Pengurus Pelayanan-Kontekstual yang

Bab IV, hasil penelitian dan pembahasan yang berisi penjelasan tentang data dan temuan yang diperoleh dengan menggunakan metode dan prosedur yang telah diuraikan pada

Untuk mengetahui hasil dari Penerapan metode CMSA (Cara Mengaji Santri Aktif) di Taman Pendidikan Al-Qur‟an (TPA/TPQ) Riyadhul Muflihin dalam meningkat baca tulis

43 digunakan juga merupakan natural light yang berasal dari cahaya matahari, dan menyorot langsung ke arah Dorothy dari sisi samping yang berguna untuk