1
Ajaran Islam memiliki hubungan yang erat dan mendalam dengan ilmu jiwa dalam soal pendidikan akhlak dan pembinaan mental spiritual.1 Keduanya sama-sama bertujuan untuk mencapai kesejahteraan jiwa dan ketinggian akhlak manusia. Kerasulan Nabi Muhammad Saw., bila ditinjau dari pandangan kependidikan dan kejiwaan secara luas bertujuan untuk mendidik dan mengajak manusia, membersihkan dan menyucikan jiwanya, memperbaiki dan menyempurnakan akhlaknya, serta membina kehidupan mental spiritualnya.2
Oleh karena itu, tidak mengherankan bila dalam ajaran Islam banyak terdapat petunjuk dan ketentuan yang berhubungan dengan pendidikan pribadi dan permasalahan-permasalahan yang dihadapinya.3
Al-Qur'an sebagai sumber utama ajaran Islam adalah petunjuk (huda), obat (syifa), rahmat, dan pengajaran (mauidzhah) bagi manusia dalam membangun kehidupan yang berbahagia di dunia dan akhirat.4
Dengan sendirinya, dapat dikatakan bahwa semua misi dari ajaran Islam yang berintikan pada ajaran aqidah, ibadat, syariat dan akhlak pada dasarnya adalah mengacu kepada pendidikan kepribadian dan pembinaan mental spiritual.5
1
Jaya Yahya, Spiritualisasi Islam dalam Menumbuhkembangkan Kepribadian dan
Kesehatan Mental, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994), Cet 1, hlm. 7
2
2 Syekh Mahmudunassir, Islam: Its Concepts and History, Terjemahan Adang Affandi, Islam Konsepsi dan Sejarahnya, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 1994) Cet. 4, hlm. 106 - 118
3
Djamaludin Ancok, Fuad Nashori Suroso, Psikologi Islami, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1995), Cet 2, hlm. 90 - 100
4
Harun Nasution, Islam Rasional, (Bandung: Mizan, 1998), Cet 5, h1m. 25 - 31
5
Al-Ghazali, Ihya' ‘Ulum al-Din, terj. Ismail Yakub, (Jakarta: CV. Faizan, 1985), Cet 3, hlm. 105, 109
Itulah sebabnya terdapat hubungan yang erat serta mendalam antara agama Islam dengan problem-problem psikologi.6
Sebagaimana dapat kita ketahui bahwa, banyak permasalahan-permasalahan yang melanda sebagian besar umat muslim, dan hal tersebut menurut hemat penulis sangat perlu mendapatkan jalan pemecahan (problem solving) yang benar-benar akurat dan sempurna. Disamping terdapatnya hubungan yang erat antara ajaran Islam dan ilmu jiwa, didorong pula oleh keinginan untuk membantu metode-metode psikoterapi yang ada agar memperoleh tingkat keberhasilan yang memuaskan dalam pembinaan kepribadian dan perawatan kejiwaan.7
Dorongan untuk berbuat sebaik-baiknya tak jarang justru menjadikan beban bagi kita, jika upaya yang keras, tetap membuat kita merasa tak nyaman, merasa kurang, merasa kurang waktu dan sebagainya.8
Pribadi perfeksionis, merupakan sosok pribadi yang mendominasi indikasi-indikasi diatas. Permasalahannya bukanlah penentuan standar yang tinggi melainkan lebih condong pada hambatan merasa kurang bahagia (karena puas) dan takut berbuat salah secara berlebihan, kekhawatiran terhadap penampilan, dan adanya. perasaan antara percaya dm dan ragu-ragu. Selain itu rasa tertekan, frustasi kecewa, sedih, marah, dan takut di hina juga kerap muncul terutama jika masalah yang dihadapi meninggalkan perasaan bahwa orang-orang di sekitarnya kurang mampu.9
6
Djamaludin Ancok, op cit, hlm. 3
7
Hasan Langgulung, Manusia dan Pendidikan, (Jakarta: Alhusna, 1986), Cet 1, hlm. 265
8
Laurie Ashner and Mitch Meyerson, When is Enough, Enough? What You Can Do
If You Never feel Satisfied? Terj. Bern Hidayat, When Is Enough, Enough? Yang Bisa Anda Lakukan Jika Anda Merasa Tak Pernah Puas, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama,
1997), Cet 1, hlm. xv
9
Nella Safitri Cholid, “Alangkah Lelah Menjadi Si Perfeksionis”, (Jakarta: Nirmala, Maret, 2004), hlm. 40
Fuad Nashari berpendapat, bahwa kreativitas manusia terbentang luas, terutama oleh adanya kenyataan bahwa problem-problem manusia akan terus datang, dan satu-satunya jalan adalah terus memecahkannya.10
Maka seyogyanyalah, bagi manusia untuk berkreasi dengan akal pikirannya dan dengan hati nuraninya (qalbunya) dalam menyelesaikan persoalan-persoalan hidup yang dialaminya. Sebagaimana Allah berfirman dalam surat Ar-Ra’du ayat 11 :
ﻢِﻬِﺴﹸﻔﻧﹶﺄِﺑ ﺎﻣ ﹾﺍﻭﺮﻴﻐﻳ ﻰﺘﺣ ٍﻡﻮﹶﻘِﺑ ﺎﻣ ﺮﻴﻐﻳ ﹶﻻ ﻪﹼﻠﻟﺍ ﱠﻥِﺇ
Artinya : “Sungguh Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum sampai mereka mengubah dirinya”. ( QS. Ar-Ra’du : 11) 11
Prinsip pengubahan nasib yang diungkap dalam ayat diatas tampak sederhana dan sejalan dengan ungkapan sehari-hari, “ada kemauan, ada jalan”. .
Kaitannya, dengan problem solving permasalahan yang dihadapi pribadi perfeksionis diatas, Hanna Djumhana Bastaman mengemukakan perlu adanya susunan strategi pendidikan yang memanfaatkan pengetahuan psikologi seperti pemahaman diri (self insting).
Pengubahan sikap (attitude change), motivasi (motivation), penyelesaian masalah (problem solving) dan penerimaan diri (self acceptance). Selain itu asas-asas keagamaan perlu dilibatkan seperti sabar, berserah diri, berdoa, melakukan sholat istikharah, tawakkal dan penuh harap kepada-Nya.12
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis berpendapat bahwa, konsep pembinaan kepribadian sehat dan perawatan kejiwaan ini penting untuk diteliti dan dikembangkan ajarannya, dari sudut ilmu pendidikan ilmu jiwa dan
10
Fuad Nashori, Rachmy Mucharam, Mengembangkan Kreativitas dalam Psikologi
Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2002), Cet 1, hlm. 21
11
Depag RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Semarang: Kumudasmoro Grafindo, 1994), hlm. 370
12
Hanna Djumhana Bastaman, Integrasi Psikologi dengan Islam, (Yogyakarta: Yayasan Insan Kamil, 1995), Cet 1, hlm. 7 - 8
akhlak. Pendidikan psikoterapi Islam tersebut dapat menjadi sumbangan berharga bagi kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat.
B. Penegasan Judul dan Pembatasan Masalah
Agar kajian ini dapat dipahami secara tepat dan benar serta untuk menghindari kemungkinan terjadinya kesalahpahaman, maka penulis memandang perlu untuk menjelaskan kata-kata yang esensial, dalam judul beserta maksud dari kajian judul di atas.
Adapun batasan istilah dari judul tersebut adalah sebagai berikut : Psikoterapi yang kami maksud dalam judul di atas adalah pengobatan dan perawatan gangguan psikis melalui metode psikologi.13
James P. Chaplin lebih jauh membagi pengertian psikoterapi dalam dua sudut pandang. Secara khusus, psikoterapi diartikan sebagai penerapan teknik khusus pada pengembangan penyakit mental atau pada kesulitan kesulitan penyesuaian diri setiap hari. Secara luas, psikoterapi mencakup penyembuhan lewat keyakinan agama melalui pembicaraan informal atau diskusi personal dengan sesama teman.14
Sedangkan yang penulis maksud dengan psikoterapi Islam adalah pengobatan dan perawatan gangguan psikis dengan mengintegrasikan nilai-nilai Islam di dalamnya.
Pribadi perfeksionis disini adalah watak atau sifat seseorang yang menganggap sesuatu yang tidak sempurna sebagai hal yang tidak dapat diterima, sehingga mengalami hambatan merasa bahagia (karena tidak pernah merasa puas).15
13
Rita L. Atkinson, dkk., Introduction to Psychology, terj. Widjaja Kusuma,
Pengantar Psikologi, (Batain: Interaksara, tt.) hlm. 491.
14
Jaines P. Chaplin, Dictionary of Psychology, terj. Kartini Kartono, Kamus
Lengkap Psikologi, (Jakarta: Rajawali, 1999), hlm. 407
15
C. Rumusan Masalah
Berangkat dari uraian di atas, ada beberapa pokok permasalahan yang menjadi bahan pokok kajian bagi penulis, yaitu :
1. Apakah psikoterapi Islam? 2. Apakah pribadi perfeksionis?
3. Dapatkah psikoterapi Islam sebagai solusi permasalahan yang dihadapi pribadi perfeksionis?
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis ingin mengetahui : a. Apa psikoterapi Islam?
b. Apa pribadi perfeksionis?
c. Dapatkah psikoterapi Islam dijadikan solusi bagi permasalahan yang dihadapi pribadi perfeksionis?
2. Manfaat Penelitian
a. Mengenal adanya krisis dalam metode-metode psikoterapi menurut psikoterapi Barat, sehingga mendatangkan hasil yang baik yang tidak diharapkan dalam pembinaan pribadi dan perawatan jiwa. Penulis berharap penelitian ini dapat memberikan sumbangan metode psikoterapi Islami.
b. Melahirkan kembali manusia yang memiliki pribadi yang kuat dan jiwa yang sehat, menjadi manusia seutuhnya (complete man).
E. Telaah Pustaka
Sejauh pengetahuan peneliti - dari beberapa literatur yang sudah dibaca terdapat beberapa buku yang telah berusaha membahas secara sistematis tema seputar penyakit mental dan terapinya menurut Islam. Diantaranya adalah karya dari Zakiah Daradjat. Beliau dikenal sebagai pakar psikolog Islam yang berupaya menguraikan arti penting kesehatan mental dipandang dari kaca mata keagamaan. Dalam pidato pengukuhannya sebagai guru besar tetap untuk Kesehatan Jiwa di
IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta (1984),16 mengemukakan lima buah rumusan kesehatan jiwa yang lazim dianut para ahli. Kelima rumusan itu disusun mulai dari rumusan-rumusan yang khusus sampai dengan yang lebih umum, sehingga dari urutan itu tergambar bahwa rumusan yang terakhir seakan-akan mencakup rumusan-rumusan sebelumnya. Menurut Zakiah, kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan tercapainya penyesuaian diri antara manusia dengan dirinya dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan ketaqwaan serta bertujuan untuk mencapai hidup yang bermakna serta bahagia di dunia dan akhirat. Selanjutnya dalam bukunya Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, 17 Zakiah menjelaskan bahwa agama dapat memberikan pedoman dan bimbingan hidup di segala bidang, sehingga seseorang tidak mudah terombang-ambing oleh arus globalisasi yang banyak menimbulkan berbagai dampak, baik positif maupun negatif. Lebih lanjut, Zakiah menjelaskan dalam bukunya Kesehatan Mental, 18 bahwa sebab-sebab yang membawa orang pada kehidupan yang tidak bahagia, bahkan jatuh penderitaan sakit jiwa, tidak terlepas dari pengalaman yang dilaluinya, terutama di waktu kecil. Demikian pula pendidikan yang diterima dari orang tua, dari sekolah dan masyarakat. Karena itu lingkungan rumah tangga, sekolah dan masyarakat mempunyai peranan penting dalam menciptakan kesehatan mental atau terjadinya gangguan atau sakit jiwa seseorang.
AF. Jaelani dalam bukunya “Penyucian Jiwa (Tazkiyat Al-Nafs) dan Kesehatan Mental” 19 mengemukakan bahwa ada tiga langkah (metode) yang ditempuh manusia dalam mencapai kesehatan mental yakni pengobatan (kuratif), pencegahan (preventif), dan pembinaan (konstruktif). Karena disamping peranan
16
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental Peranannya dalam Pendidikan dan
Pengajaran, Pidato Pengukuhan Guru Besar tetap dalam Ilmu Jiwa pada IAIN Syarif
Hidayatullah, Jakarta, 27 Agustus, 1984, hlm. 3-4
17
Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental, (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), Cet. III, hlm. 12
18
Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, (Jakarta: CV. Haji Masagung, 1988), Cet. 15, hlm. 64
19
A.F. Jaelani, Penyucian Jiwa (Tazkiyat al-Nafs) dan Kesehatan Mental, (Jakarta: Amzah, 2001), Cet. II, hlm. 64
Islam dalam memberikan tuntunan kepada akal agar dalam berfikir melalui bimbingan wahyu Illahi juga sebagai petunjuk yang di dalamnya merupakan obat (syifa’) bagi jiwa atau penyembuh segala penyakit yang terdapat dalam diri manusia. Seperti halnya ilmu kedokteran, Al-Qur'an juga berkhasiat dalam penyembuhan berbagai penyakit. Al-Qur'an berisi kumpulan resep Allah yang pasti mujarab jika manusia bisa memanfaatkannya karena ibadah dalam agama Islam banyak berkaitan erat dengan keadaan tubuh seperti puasa, shalat lima waktu dan naik haji, sebagaimana yang diungkapkan oleh Maimunah Hasan dalam bukunya Al-Qur'an dan Pengobatan Jiwa.20
Karya lain yang juga berbicara tentang penyakit mental adalah Kartini Kartono. Ia menegaskan betapa pentingnya kesehatan mental bagi seseorang. Disamping itu dalam bukunya Psikologi Agama.21 Jalaluddin menegaskan bahwa psikologi agama sangat dibutuhkan dalam pendidikan, baik pendidikan keluarga, pendidikan kelembagaan maupun pendidikan masyarakat. Ungkapan senada juga ditulis dalam buku Integrasi Psikologi dengan Islam Menuju Psikologi Islami.22 oleh Hanna Djumhana Bastaman. Ia mengatakan bahwa Islam melalui berbagai lembaga-lembaga yang ada telah ikut berperan menanggulangi masalah krisis penanganan penyakit mental. Dan pada akhirnya pendidikan sangat diperlukan guna menaggulangi penyakit mental dan hanya orang sehat mentalnya saja yang dapat memperoleh pelajaran dari Allah sebagaimana diungkapkan oleh Syeikh Al-Imam Abdullah Ba Alawi al-Hadid dalam bukunya Penyejuk Hati Penawar Jiwa. 23 Dan bagi orang-orang yang bekerja dalam bidang pendidikan, pembinaan dan perbaikan, mereka mengerahkan kekuatan dan tekadnya untuk mendirikan masyarakat teladan dan menciptakan umat yang kuat iman, akhlak, badan, ilmu dan mentalnya, supaya dapat menciptakan kemenangan, kesatuan dan kemuliaan
20
Maimunah Hasan, Al-Qur'an dan Pengobatan Jiwa, (Yogyakarta: 2001), Cet. II, hlm. 1
21
Jalaluddin, Psikologi Agama, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1998), Cet. III, hlm. 207
22
Hanna Djumhana Bastaman, op. cit., hlm. 146
23
Syeikh Al-Imam Abdullah Ba Alawi Al Hadaad, Penyejuk Hati Penawar Jiwa, (Bandung: Pustaka Setiam 1999), Cet, hlm. 172
yang besar, sebagaimana ungkapan Abdullah Nashih Ulwan yang ditelaah oleh Raharjo dalam buku Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik Kontemporer.24
Sejauh pengamatan peneliti, berkenaan dengan pemaparan di atas, penelitian tentang psikoterapi Islam yang secara fokus tertuju pada sosok kepribadian perfeksionis belum pernah dilakukan sehingga membuat peneliti bersiteguh untuk mengkajinya dengan harapan membantu kemaslahatan bagi kita semua.
F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penulisan ini merupakan penulisan kepustakaan murni, mengingat sumber datanya adalah buku-buku yang berkaitan dengan psikoterapi Islam dan pribadi perfeksionis.
2. Fokus Penelitian
Dalam hal ini penulis melakukan penulisan untuk memperoleh data-data yang diperlukan berdasarkan buku-buku yang lainnya yang ada relevansinya dengan permasalahan tersebut. Untuk kemudian menelaahnya sehingga akan diperoleh teori, hukum, prinsip-prinsip, pendapat, gagasan yang telah dikemukakan para teoritis dan para ahli terdahulu yang dapat diteliti, disamping itu dengan ini dimaksudkan untuk bisa mengungkap buah pikiran secara sistematis dan peneliti ingin menguraikan peristiwa-peristiwa yang diamati. Oleh karena itu penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan kajian pustaka 25.
3. Sumber-sumber Data
Karena penulisan skripsi ini merupakan penulisan kepustakaan murni, maka penulis mengambil data dari berbagai sumber tertulis yang menurut
24
Raharjo, Pemikiran Pendidikan Islam Kajian Tokoh Klasik dan Kontemporer, Fakultas Tarbiyah IAIN Walisongo, Cet. I, 1999
25
Ronny Kountur, Metode Penelitian Untuk Penulisan Skripsi dan Tesis, (Jakarta, PPM, 2003), Cet. 1, hlm. 105
penulis ada relevansinya dengan penelitian ini, adapun buku-buku tersebut adalah sebagai berikut :
Abdul Mujib, Jusuf Mudzakir dengan judul Nuansa-nuansa Psikologi Islam, dan Bern Hidayat dengan judul When is Enough, Enough? (yang biasa Anda lakukan jika Anda merasa tak pernah merasa puas), merupakan rujukan utama.
Disamping buku-buku tersebut penulis mengambil literatur-literatur pelengkap sebagaimana karya Hanna Djumhana Bastaman dengan judul Integrasi Psikologi dengan Islam, Jalaluddin dengan Psikologi Agama, Jalaluddin Rahmad dengan Psikologi Agama Sebuah Pengantar, Yahya Jaya dengan Spiritual Islam dalam Menumbuh Kembang-kan Kepribadian dan Kesehatan Mental, Zakiyah Darajat dengan Pendidikan Agama Dalam Pembinaan Mental, kemudian didukung dengan majalah dan artikel-artikel yang penulis anggap ada keterkaitan dengan pembahasan skripsi ini.
4. Metode Analisis Data
Setelah data-data terkumpul, selanjutnya disusun secara sistematis dan dianalisa secara kualitatif dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut :
a. Metode Induksi
Metode induksi adalah model berfikir yang bertitik tolak dari fakta-fakta khusus, kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum.26 Metode ini digunakan untuk membentuk pengetahuan umum tentang psikoterapi Islam dan pribadi perfeksionis yang kemudian ditarik kesimpulan relevansinya psikoterapi Islam bagi pribadi perfeksionis.
b. Metode Content Analysis
Metode content analysis adalah analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi, mencakup: a) klasifikasi tanda-tanda yang dipakai dalam komunikasi; b) menggunakan kalimat sebagai dasar klasifikasi; dan
26
Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Jilid I, (Yogyakarta: Andi Offset, 1995), cet. 28, hlm. 42
c) menggunakan obyektifitas, sistematis, generalisasi.27 Untuk memenuhi syarat sistematis, harus menggunakan criteria tertentu untuk kategori isi. Kemudian hasil analisis harus menyajikan generalisasi yang berarti penelitian tentang psikoterapi Islam bagi pribadi perfeksionis dapat memberikan sumbangan teoritik. Peneliti menggunakan content analysis kualitatif yang akan melukiskan prediksi-prediksi dari berbagai pemikiran yang berkenaan dengan psikoterapi Islam bagi pribadi perfeksionis.
c. Metode Interpretasi
Metode interpretasi menurut Anton Bakker adalah metode menyelami isi buku untuk setepat mungkin mampu mengungkap inti dan makna uraian yang disajikan.28 Metode ini digunakan untuk menyelami isi baik secara eksplisit maupun implisit untuk dapat mengungkap makna yang terkandung di dalamnya.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Untuk memudahkan mencerna masalah yang akan peneliti bahas, maka peneliti memberikan sistematika beserta penjelasan secara garis besar. Dalam skripsi ini terdiri dari lima bab pembahasan yang saling berkaitan antara yang satu dengan lainnya. Adapun sistematika skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Bagian Muka
Pada bagian ini memuat halaman-halaman judul, pengesahan, motto, persembahan, kata pengantar, dan daftar isi.
2. Bagian Isi
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini akan menguraikan hal-hal yang berkaitan dengan pendahuluan, meliputi: latar belakang masalah, penegasan judul dan
27
Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Yogyakarta, Rake Sarasin, 1989), hlm. 68
28
Anton Bakker, Metodologi Penelitian Filsafat, (Yogyakarta, Kanisius, 1989), hlm. 69
pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, metode dan sistematika penulisan skripsi.
Bab II Psikoterapi Islam
Pada bab ini menguraikan tentang psikoterapi Islam yang meliputi: pengertian psikoterapi Islam, psikoneurosa dalam Islam, macam-macam psikoneurosa dalam Islam, sebab-sebab psikoneurosa dalam Islam, bentuk-bentuk dan teknk psikoterapi Islam.
Bab III Pribadi Perfeksionis
Pada bab ini menguraikan tentang pribadi perfeksionis yang meliputi : pengertian pribadi perfeksionis, latar belakang yang mempengaruhi terbentuknya pribadi perfeksionis, permasalahan-permasalahan yang dihadapi oleh pribadi perfeksionis.
Bab IV Psikoterapi Islam Bagi Pribadi Perfeksionis
Pada bab ini membahas analisis terhadap pemikiran-pemikiran yang berkenaan dengan psikoterapi Islam bagi pribadi perfeksionis.
Bab V Penutup
Bab ini merupakan bab penutup yang meliputi: kesimpulan, saran-saran dan kata penutup.
PSIKOTERAPI ISLAM
BAGI PRIBADI PERFEKSIONIS
Oleh :
Nama : Supriyanti NIM : 3100142