• Tidak ada hasil yang ditemukan

Cekungan Sumatra Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Cekungan Sumatra Utara"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

KONDISI GEOLOGI DAN POTENSI HIDROKARBON SERTA SISTEM PETROLEUM PADA CEKUNGAN SUMATRA UTARA

Magdalena Agustini D.U 21100110110009

Teknik Geologi Universitas Diponegoro, Semarang

INTI SARI

Cekungan Sumatera Utara terbentuk selama Tersier (Oligosen Awal), pada lempeng Eurasia atau Paparan Sunda yang merupakan bagian dari Back-arc Basin lempeng Sunda yang meliputi jalur yang terbentang dari Medan sampai Banda Aceh. Stratigrafi regional Cekungan Sumtra Utara dari tua ke muda yaitu Formasi Parapat, Formasi Bampo, Formasi Belumai, Formasi Baong, Formasi Keutapang, Formasi Seurula, Formasi Julu Rayeu,Vulkanik Toba, dan Alluvial. Sistem Petroleum Cekungan Sumatra Utara terdiri dari Serpih Baong bagian bawah, Serpih Bampo, Serpih Peutu dan Belumai sangat potensial sebagai reservoir. Reservoir yang memproduksi hidrokarbon di Cekungan Sumatera Utara, seperti batuan karbonat Miosen pada Formasi Peutu dan Formasi Boang. Namun hanya Batupasir Sembilan dan Sungai Besitang yang memiliki nilai ekonomis. Serpih Bampo menjadi penyekat yang efektif bagi reservoir klastik berumur Oligosen (Formasi Parapat) dan reservoir batuan dasar. Migrasi hidrokarbon di Cekungan Sumatera utara berasal dari tiga kitchen utama, seperti Tamiang Deep, Pase Deep dan Lhok Sukon Deep. Mekanisme pemerangkapan di Cekungan Sumatera Utara terdiri dari perangkap struktur, perangkap stratigrafi dan kombinasi keduanya.

Keywords: Cekungan Sumatra Utara, Back Arc Basin, Petroleum System, Potensi Hidrokarbon

PENDAHULUAN

Bagian barat Indonesia memiliki sekitar 22 cekungan yang telah berproduksi, sedangkan bagian timur sekitar 38 cekungan sedimen yang masih berada pada tahap eksplorasi.

Cekungan-cekungan di Indonesia wilayah barat yang terletak pada bagian

Back-arc Basin Lempeng Sunda (Eurasia),

meliputi cekungan Sumatera Utara,

cekungan Sumatera Tengah, cekungan Sumatera Selatan, cekungan Sunda-Asri, Cekungan Utara Jawa, Cekungan Jawa Timur, Cekungan Barito, Cekungan Kutai, Cekungan Tarakan, Cekungan Natuna Barat, dan Cekungan Natuna Timur.

Cekungan-cekungan sedimen pada wilayah Barat terbentuk pada akhir kala Eosen dimana terjadi proses pelebaran

cekungan yang diisi material sedimen lakustrin dan fluvial. Proses transgresi

terjadi pada Middle Oligosen-Middle

Miosen, yang terisi material-material fluvial, tertimbun sedimen delta dan karbonat pada kala Oligosen akhir - Miosen awal. Lalu

terbentuk lapisan perangkap pada

pertengahan kala Miosen, di mana proses transgresi maksimum. Di akhir kala Miosen -Pliosen, mulai terbentuk struktur-struktur kompresi, akibat adanya desakan gaya

tektonik dari lempeng Indo-Australia

terhadap lempeng sunda (Eurasia).

DASAR TEORI

Minyakbumi adalah cairan kental, berwarna coklat gelap, kehijauan yang mudah terbakar, yang berada di lapisan atas dari beberapa area di kerak bumi.

(2)

Petroleum system adalah suatu sistem dasar yang digunakan untuk mengetahui

keberadaan hidrokarbon di bawah

permukaan.

1. Source Rock (Batuan Induk)

Adalah batuan dimana minyak dan gas bumi terbentuk. Umumnya berupa shale atau clay yang tebal dan mengandung material organik. Shale dan clay terdapat 80% dari keseluruhan batuan sedimen di

bumi. Meskipun demikian jumlah

material organik yang terkandung hanya 1% - 2% saja.

2. Reservoir Rock (Batuan Reservoir) Adalah batuan dimana minyakbumi dan atau gasbumi dapat mengalir ke atau di dalamnya karena sifat batuannya yang

berporous (dan permeable), seperti

batupasir atau batuan karbonat.

3. Trap (Perangkap)

Adalah tempat dimana minyak dan gasbumi terperangkap, setelah bergerak / berpindah dari source rock. Perangkap ini berupa structural trap dari suatu bentuk antiklin, Dome, sesar, dan stratigraphy trap, seperti sand channel, sand bar, dsb.

4. Migrasi

Adalah berpindahnya minyak dan

gasbumi dari sumbernya ke posisi perangkap melalui batuan permeable atau rekahan akibat adanya sesar. Dari jumlah hidrokarbon yang terbentuk hanya 1% saja yang bermigrasi dan terperangkap, sisanya hilang ke permukaan bumi.

Gambar 1.1 Pemodelan adanya migrasi minyak dan gas bumi bawah permukaan

5. Seal / Cap Rock (Batuan Penutup) Adalah batuan impermeable yang terletak diatas reservoir, sehingga hidrokarbon tidak akan keluar dari perangkap. Batuan impermeable ini berfungsi sebagai seal, contohnya shale dan karbonat massif. Sesar dapat pula berfungsi sebagai seal bila sesar tersebut diisi oleh endapan mineral yang terjadi secara kimiawi.

PEMBAHASAN

1. Kondisi geologi Cekungan Sumatra Utara

Cekungan Sumatera Utara adalah salah satu dari tiga cekungan busur belakang yang terbentuk selama Tersier (Oligosen Awal), pada lempeng Eurasia

atau Paparan Sunda (Sastromihardjo,

1988). Tektonik ekstensional

mendominasi sejarah Cekungan Sumatera di awal Tersier dan membentuk struktur

tinggian dan rendahan, membentuk

perangkap dan tempat tumbuhnya

terumbu sebagai daerah kitchen. Tektonik

kedua adalah kompresional yang juga membentuk perangkap sebagai struktur inversi.

Daerah ini merupakan bagian dari

Back-arc Basin lempeng Sunda yang meliputi jalur yang terbentang dari Medan sampai Banda Aceh. Di sebelah barat jalur ini dibatasi oleh singkapan-singkapan pra-Tersier. Dapat dikatakan bahwa lempung hitam (black clay) dan batupasir bermika (micaceous sandstone), mungkin merupakan pengendapan non-marin. Transgresi baru dimulai dengan

batupasir Peunulin atau batupasir

Belumai, yang tertindih oleh Formasi Telaga. Formasi regresi diwakili oleh Formasi Keutapang dan Formasi Seureula yang merupakan lapisan resevoir utama.

Daerah cekungan ini terdiri dari

cekungan yang dikendalikan patahan batuan dasar. Semua cekungan tersebut adalah pendalaman Paseh (Paseh deep). Di sini juga letak dearah terangkat blok Arun, yang dibatasi patahan berarah utara-selatan.

(3)

Gambar Error! No text of specified style in

document..2 Litostratigrafi Sumatera

Utara (Kamioli dan Naim, 1973, Mulhadiono, 1975, Cameron dkk., 1980).

Cekungan Paseh membuka ke arah utara ke lepas pantai, ke sebelah selatan tempat depresi Tamiang dan depresi Medan. Di antara kedua depresi tersebut terdapat daerah tinggi, dan di sana Formasi Peunulin / Telaga / Belumai langsung menutupi batuan dasar. Minyak

ditemui pada formasi ini (Diski,

Batumandi), lebih ke selatan lagi terdapat depresi Siantara dan daerah cekungan dibatasi lengkung Asahan dari cekungan Sumatera Tengah. Struktur cekungan Sumatera Utara diwakili berbagai lipatan yang yang membujur barat laut-tenggara yang diikuti sesar naik. Di sini diketahui bagian barat relatif naik terhadap bagian timur. Perlipatan terjadi di Plio-Plistosen.

2. Stratigrafi Cekungan Sumatra Utara

Proses tektonik cekungan telah membuat stratigrafi regional cekungan Sumatera Utara dengan urutan dari tua ke muda adalah sebagai berikut :

1. Formasi Parapat

Formasi Parapat dengan komposisi

batupasir berbutir kasar dan

konglomerat di bagian bawah, serta sisipan serpih yang diendapkan secara tidak selaras. Secara regional,

bagian bawah Formasi Parapat

diendapkan pada lingkungan laut dangkal dengan fosil Nummulites di Aceh. Formasi ini berumur Oligosen.

2. Formasi Bampo

Formasi Bampo komposisi utama adalah serpih hitam dan tidak

berlapis, umumnya berasosiasi

dengan pirit dan gamping. Lapisan

tipis batugamping, ataupun

batulempung berkarbonatan dan

mikaan sering dijumpai. Formasi ini miskin fosil, sesuai lingkungan pengendapannya yang tertutup atau dalam kondisi reduksi (euxinic). Formasi ini berumur Oligosen atas sampai Miosen bawah. Ketebalan formasi berkisar antara 100 – 2400 meter.

3. Formasi Belumai

Pada timur cekungan berkembang Formasi Belumai identik dengan

formasi Peutu yang hanya

berkembang di cekungan bagian barat dan tengah. Terdiri dari batupasir glaukonit berselang –

seling dengan serpih dan

batugamping. Di daerah Formasi Arun bagian atas berkembang lapisan batupasir kalkarenit dan kalsilutit dengan selingan serpih. Formasi Belumai selaras diatas Formasi Bampo dan selaras dengan Formasi Baong, ketebalan 200 – 700 meter. Lingkungan pengendapan Formasi ini adalah laut dangkal sampai neritik yang berumur Miosen awal.

(4)

Formasi Baong terdiri batulempung abu-abu kehijauan, napalan, lanauan,

pasiran. Umumnya kaya

fosil Orbulina sp, dan diselingi

lapisan tipis pasir halus serpihan. Di

daerah Langkat Aru beberapa

selingan batupasir glaukonitan serta batugampingan pada bagian tengah.

Formasi ini dinamakan Besitang

River Sand dan Sembilan sand yang

keduanya reservoir produktif

berumur Miosen Tengah hingga atas.

5. Formasi Keutapang

Formasi Keutapang tersusun selang-seling antara serpih, batulempung, beberapa sisipan batugampingan dan batupasir berlapis tebal terdiri atas kuarsa pyrite, sedikit mika, dan karbonan terdapat pada bagian atas

dijumpai hidrokarbon. Ketebalan

formasi ini 404–1534 meter. Formasi Keutapang merupakan awal siklus regresi dari sedimen dalam cekungan Sumatera Utara yang terendapkan dalam lingkungan delta sampai laut dalam sampai Miosen akhir.

6. Formasi Seurula

Formasi ini agak susah dipisahkan dari Formasi Keutapang dibawahnya.

Formasi Seurula merupakan

kelanjutan facies regresi, dengan litologinya batupasir, serpih dan

dominan batulempung.

Dibandingkan dengan Formasi

Keutapang, Formasi Seurula berbutir

lebih kasar banyak ditemukan

pecahan cangkang moluska dan

foraminifera planktonik lebih

banyak. Ketebalan Formasi ini 397 – 720 meter. Formasi ini diendapkan

dalam lingkungan bersifat laut

selama awal Pliosen.

7. Formasi Julu Rayeu

Merupakan formasi teratas dari siklus endapan laut di cekungan

Sumatera Utara. Litologinya

batupasir halus - kasar, batulempung dengan mika, dan pecahan cangkang

moluska. Ketebalannya 1400 meter,

lingkungan pengendapan laut

dangkal pada akhir Pliosen -

Plistosen.

8. Vulkanik Toba

Merupakan tufa hasil kegiatan

vukanisme Toba yang berlangsung pada Plio-Plistosen. Litologinya tufa

dan endapan-endapan kontinen

seperti kerakal, pasir dan lempung. Tufa toba diendapkan tidak selaras diatas formasi Julu Rayeu. Ketebalan lapisan ini 150 – 200 meter berumur Plistosen.

9. Alluvial

Satuan terdiri dari endapan sungai (pasir, kerikil, batugamping dan batulempung) dan endapan pantai

yaitu, pasir sampai lumpur.

Ketebalannya mencapai 20 meter. 3. Sistem Petroleum Cekungan Sumatra

Utara

a. Batuan Induk dan Kematangan

Serpih Baong bagian bawah memiliki potensi buruk sampai baik dengan TOC 1,07% dan mayoritas tipe

kerogennya sapropelik dan humic,

diendapkan pada lingkungan laut. Data

Geokimia mengindikasikan secara

umum mengalami kematangan termal untuk membentuk hidrokarbon. Serpih Bampo memiliki potensi batuan induk yang baik di cekungan ini (Kingstone,

1978). Serpih ini euxinic dan kaya

akan material organik yang

diendapkan di lingkungan lakustrin. Serpih Peutu dan Belumai merupakan batuan induk yang potensial di Cekungan Sumatera Utara dengan TOC 0,52% – 1,62% dan rata-rata 0,84%. Tipe utama kerogen dari serpih Peutu adalah serpih yang cenderung menghasilkan minyak.

Serpih dari Formasi Bampo adalah batuan induk yang diendapkan di

lingkungan lakustrin selama tahap

(5)

batuan induk tahap post-rift yang diendapkan di lingkungan laut.

Tipe kerogen dominan dari serpih Baong adalah tipe III yang sangat kaya akan gas (Indeks Hidrogen < 200), yang semakin ke dalam, Indeks Hidrogen (IH) cenderung semakin mengecil dan tidak potensial (Peter and Cassa, 1994).

b. Reservoir

Reservoir yang memproduksi

hidrokarbon di Cekungan Sumatera Utara, seperti batuan karbonat Miosen

yang tumbuh sebagai terumbu

(Batugamping Arun/Malaka) pada

Formasi Peutu.

Hanya Batupasir Sembilan dan Sungai

Besitang yang memiliki nilai

ekonomis, dimana keduanya

menghasilkan hidrokarbon di

Lapangan Sungai dan Besitang.

Menurut Mulhadiono (1982),

diendapkan oleh arus turbidit, dan sumber endapan berasal dari Bukit

Barisan (arah baratdaya) dan Sunda

Shield (arah timur) dan dibagian tenggara area ini, lapisan yang ekivalen dengan MBS diendapkan oleh mekanisme arus turbidit dengan sumber material pengendapan berasal

dari Bukit Barisan

(Pertamina-BEICIP, 1985).

Batupasir Baong bagian bawah

terbentuk di Selat Malaka berdekatan

dengan Sunda Shield, sebagai sumber

material pengendapan. Batupasir

kuarsa yang heterogen, argillaceous,

sangat halus sampai sangat kasar,

menyudut tanggung sampai

membundar tanggung, terpilah buruk

sampai baik, glaukonitik, friable serta

tersementasi dengan baik yang

potensial menjadi reservoir.

c. Penyekat

Serpih Bampo menjadi penyekat yang efektif bagi reservoir klastik berumur

Oligosen (Formasi Parapat) dan

reservoir batuan dasar. Serpih Baong

bagian bawah menjadi penyekat bagi batuan karbonat Peutu. Serpih Baong bagian atas terbukti sebagai penyekat atas dari cebakan struktur pada reservoir MBS baik yang terbentuk di

daratan maupun lepas pantai

Cekungan Sumatera Utara. Di Kuala Langsa terbentuk kolom hidrokarbon setebal 377 m, 305 m kolom gas di Arun dan 410 m kolom minyak dan gas di Paluh Tabuhan Barat.

Serpih ini di dalam formasi sebagai penyekat di bagian atas Formasi Keutapang dan Seureula.

d. Migrasi dan Pengisian

Pemodelan cekungan mengindikasikan bahwa hampir seluruh Cekungan Sumatera Utara membentuk gas secara

termal dari kitchen saat syn-rift.

Berdasarkan Reeves dan Sulaeman

(1995), migrasi hidrokarbon di

Cekungan Sumatera utara berasal dari

tiga kitchen utama, seperti Tamiang

Deep, Pase Deep dan Lhok Sukon

Deep.

e. Perangkap

Mekanisme pemerangkapan di

Cekungan Sumatera Utara terdiri dari

perangkap struktur, perangkap

stratigrafi dan kombinasi keduanya. Di Paparan Malaka dan di kemiringan

cekungan, perangkap terumbu build up

terbentuk sangat baik di karbonat Peutu, terutama di blok milik Exxon Mobil NSO dan Blok Pase. Perangkap struktur juga terbentuk sangat baik

sebagai roll over di batupasir

Keutapang dan antiklin dengan

dip-closure yang sederhana di MBS dan Batupasir Belumai.

Di pusat area, perangkap utamanya

adalah perangkap struktur yang

terbentuk sebagai akibat dari aktifitas pengangkatan Barisan, seperti antiklin dan flower structure (Mobil North Sumatera Team, 1995). Perangkap

(6)

swell, roll over dan drapping. Perangkap stratigrafi juga ditemukan di area ini sebagai kipas turbidit dari

MBS dan perangkap terumbu build up

dari karbonat Peutu yang melampar di tinggian batuan dasar.

KESIMPULAN

1. Cekungan Sumatera Utara terbentuk

selama Tersier (Oligosen Awal), pada lempeng Eurasia atau Paparan Sunda yang merupakan bagian dari

Back-arc Basin lempeng Sunda yang meliputi jalur yang terbentang dari Medan sampai Banda Aceh.

2. Stratigrafi regional Cekungan Sumtra

Utara dari tua ke muda yaitu Formasi Parapat, Formasi Bampo, Formasi Belumai, Formasi Baong, Formasi

Keutapang, Formasi Seurula, Formasi

Julu Rayeu, Vulkanik Toba, dan

Alluvial.

3. Sistem Petroleum Cekungan Sumatra

Utara terdiri dari :

a. Batuan Induk dan Kematangan

Serpih Baong bagian bawah, Serpih Bampo, Serpih Peutu dan Belumai sangat potensial sebagai reservoir.

b. Reservoir

Reservoir yang memproduksi

hidrokarbon di Cekungan

Sumatera Utara, seperti batuan karbonat Miosen yang tumbuh sebagai terumbu (Batugamping Arun/Malaka) pada Formasi Peutu dan Formasi Boang. Namun hanya Batupasir Sembilan dan Sungai Besitang yang memiliki nilai ekonomis.

c. Penyekat

Serpih Bampo menjadi penyekat yang efektif bagi reservoir klastik

berumur Oligosen (Formasi

Parapat) dan reservoir batuan dasar.

d. Migrasi dan Pengisian

Migrasi hidrokarbon di Cekungan Sumatera utara berasal dari tiga

kitchen utama, seperti Tamiang

Deep, Pase Deep dan Lhok Sukon

Deep. e. Perangkap

Mekanisme pemerangkapan di Cekungan Sumatera Utara terdiri

dari perangkap struktur,

perangkap stratigrafi dan

kombinasi keduanya. DAFTAR PUSTAKA http://dyazo.blogspot.com/2012/04/cekunga n-sumatra-utara.html http://smiatmiundip.wordpress.com/2012/05 /17/perkembangan-tektonik-pulau-sumatra/ http://www.slideshare.net/magdalenaagustin i/savedfiles?s_title=north-sumatera-basin-20981061&user_login=ridwangeosakti Kingstone, J., 1978, Oil and Gas Generation,

Migration and Accumulation in the North

Sumatera Basin,Indonesian Pet. Assoc.,

7th Annual Convention Proceedings. Mulhadiono, Sutomo, J.A., 1984, The

Determination of Economic Basement of Rock Formation in Exploring the Langkat-Medan Area, North Sumatera

Basin, Indonesian Pet. Assoc., 13th

Annual Convention Proceedings.

PERTAMINA - BEICIP, 1985, Hydrocarbon

Potential of Western Indonesia,

PERTAMINA.

Peter KE and Cassa MR., 1994, Applied Source Rock Geochemistry, in Magoon

LB and Dow WG, 1994, The Petroleum

System from Source to Trap,AAPG

Referensi

Dokumen terkait

2.1.2 Stratigrafi Regional Cekungan Jawa

Cekungan sumatera tengah terbentuk pada daerah bagian sisi barat dari sayap lempeng sunda dibatasi oleh tinggian asahan di bagian utara, bagian barat dibatasi

Cekungan sedimen penghasil minyak di wilayah Indonesia bagian barat yang berumur tersier secara tektonik berada pada cekungan busur belakang (back arcbasin Metode yang

Di Indonesia, endapan batu bara yang bernilai ekonomis terdapat di cekungan Tersier, yang terletak di bagian barat Paparan Sunda (termasuk Pulau Sumatera dan Kalimantan), pada

Peta anomali Bouguer memperlihatkan Tinggian Semitau anomali 40-60 mGal yang terbentuk di selatan dan dibagian utara dan Cekungan Ketungau terbentuk pada anomali 4-40 mGal

Ombilin adalah arc orogen dimana penyatuan tumbukannya adalah zona penyatuan antara lempeng mikro Mergui-Woyla, sedangkan pada diagram segitiga Qm-P-K terlihat

Fokus penelitian dilakukan pada Formasi Pematang yang sudah dikenal sebagai Formasi yang dapat menghasilkan hidrokarbon di Cekungan Sumatra Tengah, adanya paradigma dan

Stratigraphic Response to Structural Evolution in a Tensional Back-Arc Setting and Its Exploratory Significance.Sunda Basin, West Java Sea : Journal The American Association of