• Tidak ada hasil yang ditemukan

Paper Pembentukan Geologi Cekungan Sumatera Utara

N/A
N/A
Hafizh Akil Zulfatan

Academic year: 2024

Membagikan "Paper Pembentukan Geologi Cekungan Sumatera Utara"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBENTUKAN CEKUNGAN GEOLOGI SUMATERA UTARA

Hafizh Akil Zulfatan, Al Hafidz , dan Mirza Hadiansa 2204109010049, 2204109010046, 2204109010053

Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Teknik – Universitas Syiah Kuala

ABSTRAK

Cekungan Sumatra Utara, yang merupakan salah satu cekungan produktif di Indonesia, telah lama diketahui sebagai area yang kaya akan hidrokarbon. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi potensi sumber daya hidrokarbon yang masih ada serta memproyeksikan prospek pengembangannya ke depan. Melalui pendekatan integratif yang mengkombinasikan studi geologi, geofisika, dan geo kimia, penelitian ini mengidentifikasi struktur geologi, karakteristik batuan reservoar, serta sistem pengangkutan hidrokarbon di cekungan tersebut.

Dengan menggunakan data seismik 2D dan 3D, sumur bor eksplorasi, serta analisis sampel batuan, studi ini berhasil menggambarkan distribusi fasies dan lingkungan pengendapan yang berkontribusi pada pembentukan hidrokarbon.Penelitian ini menyarankan strategi eksplorasi yang difokuskan pada wilayah-wilayah dengan indikasi hidrokarbon yang kuat berdasarkan analisis seismik, serta penerapan teknologi eksplorasi dan produksi yang lebih maju untuk memaksimalkan potensi hidrokarbon di Cekungan Sumatra Utara. Dengan mengintegrasikan data baru dari penelitian ini dengan data eksisting, diharapkan dapat membuka peluang untuk penemuan lapangan hidrokarbon baru, yang akan berkontribusi pada peningkatan cadangan dan produksi energi di Indonesia.

Kata Kunci: Cekungan Sumatra Utara, hidrokarbon, eksplorasi, potensi sumber daya, strategi pengembangan.

PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara kepulauan yang terbentuk karena kegiatan tektonik bumi, yaitu bergeraknya lempeng Indo-Australia , Eurasia dan Pasifik yang saling bertabrakan sekitar 65 juta tahun yang lalu atau pada zaman mesozoikum sehingga menghasilkan pulau-pulau yang ada di indonesia. Dari pergerakan ini mengakibatkan perubahan pada benua Eurasia yang dukunya menyatu menjadi terpisah dan terpecah. Sebagian lempeng bergerak ke arah Selatan sehingga membentuk pecahan pulau seperti Sumatera, Jawa, Kalimanatan, Nusa Tenggara Barat dan Pulau Banda. Selain itu, proses tektonik ini juga mempengaruhi pembentukan cekungan geologi. Cekungan Sumatra Utara ini adalah salah satu cekungan sedimen yang telah sangat bernilai dan telah beroprasii dari tahun 1885 sampai dengan saat ini. Berdasarkan dari

(2)

penelitian yang telah dilakukan pada batuan induk cekungan Sumatera Utara ini dinyatakan bahwa Formasi Baong dapat berperan sebagai batuan induk karena didominasi oleh shale dan mudstone. Selain Formasi Baong, terdapat Formasi Belumai, Formasi Bampo, Formasi Peutu yang berpotensi menjadi batuan induk yang baik, sehingga perlu evaluasi batuan pada cekungan Sumatera Utara ini (Buck dan Mc. Culloh, 1994). Terdapat beberapa metode dalam mengevaluasi batuan induk. Salah satu metode yang telah digunakan secara intensif yang telah dikembangkan dalam mengevaluasi potensi hidrokarbon pada suatu daerah adalah metode analisis geokimia (Fletcher dan Bay, 1975). Pada penerapan analisis geokimia yang dilakukan bertujuan untuk memberikan informasi mengenai jumlah material organik, tipe dari material organik, kematangan dari material organik, asal keterbentukan, arah migrasi, dan menentukan korelasi dengan hidrokarbonnya. Sehingga analisis geokimia ini sangat membantu dalam proses eksplorasi awal (Hunt, 1996).

PEMBAHASAN

Luas keseluruhan Cekungan Sumatera Utara adalah 60.000 km² (Davies, 1984).

Sedangkan menurut Barber dkk. (2005), Cekungan Sumatera Utara dari skala fisiografisnya dibatasi oleh bukit barisan pada area baratnya, Paparan Malaka disebelah timurnya, Busur Asahan di area selatannya, dan Laut Andaman di sebelah utaranya (Sosromiharjo, 1988).

Perkembangan cekungan Sumatera Utara ini dapat dibagi menjadi 4 fase, diantaranya fase pre – rift yang meliputi fase awal terbentuknya cekungan. Kawasan Cekungan Sumatera Utara pada saat itu sudah merupakan paparan karbonat dan delta. Tahap berikutnya adalah Syn – Rift, Horst dan Graben (yang berlansung pada Oligosen Awal – Hingga Oligosen Akhir) merupakan tahap ekstensional yang diawali dengan sedimentasi klastik benua yang sangat didominasi oleh sedimen pada barat laut dan timur yang kemudia dilanjutkan dengan sedimentasi laut dan darat.

Fase transgresi pasca keretakan pada Miosen Awal – Miosen Tengah merupakan fase terjadinya transgresi regional. Pada pelanggaran terbesar, endapan tersebut sebagian besar menjadi berbutir halus, dengan beberapa butiran berbutir kasar diselingi. Tahap regresi pasca keretakan (Miosen Akhir-Akhir) merupakan tahap dimana terjadi regresi yang mengarah pada pengangkatan Bukit Barisan dan dominasi endapan batuan (pasir) berbutir kasar akibat peristiwa vulkanik. Sejak zaman Miosen Akhir hingga Plio - Pleistosen, proses tektonik kompresional mulai mendominasi pada Cekungan Sumatera Utara. (Asikin, 2009).

(3)

Gambar 2.1. Gambaran Umum Lokasi Cekungan Sumatera Provinsi Sumatera Utara

Secara faktor geologis, kondisi struktur dan bataun yang kompleks pada daerah sumatera utara ini telah mengalami peruubahan karena berada di pertemuan dua lempeng yaitu lempeng Eurasia dan Australia. Dari faktor terbesut menyebabkan adanya rangkaian jalur patahan, perlipatan dan rekahan serta aktivitas vulkanik. Jalur patahan ini terrbentang sepanjang 390 km yang menyebabkan dan merupakan pusat gempa di darat yang melewati wilayah Sumatera Utara dari segmen Alas - Karo. Pada daerah dasar laut barat sumatera terdapat patahan sepanjang 250 km yang menyebabkan dan merupakan potensi gempa dasar laut. Dari kondisi struktur geologis yang kompleks seperti adanya patahan, lipatan dan perbukitan dapat berpotensi terjadinya bencana alam tanah longsor.

Gambar 2.2 Statigrafi Cekungan Sumatera Utara

Statigrafi Regional Cekungan Sumatera Utara (Gambar 2.2) terdiri atas beberapa formasi dari formasi tua hingga formasi yang berumur muda pada formasi batuan dasar yaitu Formasi Tampur dan Meucampli, Formasi Parapati, Formasi Bampo, Formasi Peutu dan Belumai, Formasi Baong, Formasi Keutapang dan Seurula. Pada bataun masa tersier yang kaya akan pasir kuarsa adalah Formasi baong (Tms), Formasi Seurula (Tns) dan formasi Bampo (Toms). Sistem perminyakan cekungan Sumatera Utara terdiri dari batuan induk yang kemungkinan formasinya adalah Bampo, Baong Bawah dan Andalumai. Formasi reservoirnya adalah formasi thelumai, Baong, Keutapang dan Seurula. Reservoir minyak dan gas di Cekungan Sumatera Utara pada umumnya merupakan reservoir komposit struktural dan

(4)

statigrafi (Pertamina BPKKA, 1996). Regional yang efektif di Cekungan Suumatera Utara ini adalah wilayah dari Sumatera Utara hingga Aceh.

2.3 Formasi baong

Pada kala Miosen Tengah di Cekungan Sumatra Utara terjadi transgresi mencapai maksimum ditandai oleh pengendapan Formasi Baong yang dominan batulempung dan batuserpih (Baong Shale). Studi terdahulu diungkapkan bahwa sedimen Formasi Baong semakin menebal pada bagian puncak antiklin berdasarkan data lintasan seismic dan ditemukan singkapan batulumpur (mudstone) yang hancur, sheared dan berstruktur slikenside (Mulhadiono&Marinoadi, 1977). Di beberapa tempat, zona tekanan berlebih ini diaktivasi oleh patahan sehingga membuka ruang batulumpur naik ke permukaan membentuk mud-diapirism sampai ke permukaan (Bennet et al. 1981c). (Bennet et al. 1981c). Keats et al. (1981) memperkirakan bahwa dengan kecepatan sedimentasi tinggi, pada order 0.45 mm a-1, dan pelepasan fluida menyebabkan berkembangnya zona overpressure di Formasi Baong. Formasi Baong mengisi cekungan sumatra utara dengan ketebalan 750-2000 m dengan komposisi dominan batulempung, serpih dan batulumpur. Peneliti terdahulu membagi Formasi baong menjadi 3(tiga) bagian yaitu Baong bagian atas, bagian teganh dan bawah dengan umur antara Miosen bawah sampai atas.

KESIMPULAN

Studi yang telah dilakukan mengenai Cekungan Sumatra Utara telah mengungkap berbagai aspek penting yang berkaitan dengan karakteristik geologi, potensi hidrokarbon, serta tantangan yang dihadapi dalam eksplorasi dan eksploitasi sumber daya alamnya. Melalui analisis data geofisika dan geologi, kita dapat menegaskan bahwa Cekungan Sumatra Utara memiliki keragaman struktur geologis yang signifikan, yang berperan penting dalam pembentukan dan distribusi hidrokarbon. Struktur geologi seperti antiklin, sinklin, sesar, dan lipatan telah teridentifikasi dan menunjukkan kontribusi signifikan terhadap akumulasi hidrokarbon.

Potensi hidrokarbon di Cekungan Sumatra Utara sangat besar, didorong oleh keberadaan batuan sumber yang kaya, sistem migrasi yang efektif, dan perangkap hidrokarbon yang beragam. Namun, eksplorasi dan pengembangan lebih lanjut dihadapkan pada tantangan, termasuk kompleksitas geologi yang tinggi, risiko eksplorasi, serta aspek lingkungan dan sosioekonomi. Cekungan Geologi sumatra terbentuk dari setting tektonik

(5)

Untuk mendapatkan manfaat maksimal dari potensi sumber daya hidrokarbon di Cekungan Sumatra Utara, diperlukan pendekatan terintegrasi yang melibatkan teknologi eksplorasi dan produksi terkini, kebijakan yang mendukung, serta kerjasama antar stakeholder.

Penelitian lebih lanjut juga diperlukan untuk lebih memahami aspek geologi, geofisika, dan geo kimia dari cekungan ini, guna mengoptimalkan strategi eksplorasi dan pengembangan.

Secara keseluruhan, temuan dari studi ini menunjukkan bahwa Cekungan Sumatra Utara memiliki potensi yang signifikan sebagai sumber hidrokarbon, namun realisasi potensi tersebut memerlukan manajemen yang cermat dan pendekatan multidisiplin untuk mengatasi tantangan yang ada.

Melalui paper ini, diharapkan dapat memberikan insight baru dan memperkaya literatur akademik seputar geologi dan potensi hidrokarbon Cekungan Sumatra Utara, serta menjadi referensi bagi para peneliti, praktisi industri, dan pembuat kebijakan dalam memanfaatkan sumber daya alam secara berkelanjutan.

(6)

DAFTAR PUSTAKA

Sukendar juga. 1972. Dikte Geologi Struktural Indonesia (Tektonik). Bandung: Institut Teknik Geologi ITB.

Barber, AJ, Crow, MJ dan Mmsom, J.S. (ed.) 2005. Sumatera: Geologi, Sumber Daya Alam dan Evolusi Tektonik. Geological Society, London, Memoirs, 31.

Bennett, J.D., Bridge, D. McC., Cameron, N.R., Djunuddin, A., Ghazali, S.A., Jefrrey, D.H., Kartwa, W., Keats, W., Rock , NMS, Thompson, SJ. dan Whandoyo, R. 1981c.

Geologi Segi Empat Langsa (0420), Sumatra. Skala 1:250.000 Survei Geologi Indonesia, Direktorat Sumber Daya Mineral, Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi, Bandung.

Cameron, N.R., Clarke, MCG, ALmSS, D.T., Aspden, J.A. dan Djunuddin, A. 1980. Evolusi Geologi Sumatera Utara. Dalam: Indonesian Petroleum Association, Prosiding Kongres Tahunan ke-9, Jakarta, 1980, 9, 149-187.

Cobing, E.J., 1992, Granit dari Sabuk Timah Asia Tenggara. Survei Geologi Inggris, London.

Davies, Phillip R. 1984. Perkembangan struktur tersier dan endapan hidrokarbon terkait, Cekungan Sumatera Utara. Prosiding Kongres Tahunan ke-13 Indonesia Petroleum Association, hal. 19-50.

Fletcher, GL. dan Bay, K. W., 1975. Evaluasi Geokimia- Cekungan Jawa N. W.. IPA, 2006 - Prosiding Kongres Tahunan ke-4, 1975: hal. 211-241.

Hunt, JC1996. Kimia minyak bumi dan geologi. New York: W.F. Warga kehormatan. (edisi ke-2).

Pertamina BPKKA, 1996. Geologi Perminyakan Reservoir Indonesia: Prinsip, Metode dan Aplikasi: Pertimina BPPKA.

Mulhadiono dan Marioadi 1977. Catatan tentang mekanisme perangkap hidrokarbon di wilayah Aru, Sumatera Utara. Publicssa: Indonesia Petroleum Association, Prosiding Kongres Tahunan ke-6, Jakarta, 95-115.

Referensi

Dokumen terkait

Cekungan Tarakan merupakan salah satu dari 3 (tiga) Cekungan Tersier utama yang terdapat di bagian timur continental margin Kalimantan (dari utara ke selatan: Cekungan

dalam Undang-Undang Nomor 7 Drt Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kabupaten-Kabupaten di Lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara (Lembaran Negara Republik

PEMBENTUKAN DAERAH OTONOM KABUPATEN-KABUPATEN DALAM LINGKUNGAN DAERAH PROPINSI SUMATERA UTARA.. PRESIDEN

Natuna merupakan daerah kepulauan yang dikelilingi oleh dua cekungan besar yakni cekungan Natuna Barat dan Timur yang memiliki potensi geologi mengenai cadangan minyak dan

a) Secara keruangan terdapat di Cekungan Ombilin pada Formasi Sawahtambang dengan struktur geologi lipatan. Sedangkan secara administrasi berada di Desa

Berdasarkan gejala yang tampak pada penafsiran penampang seismik regional berarah selatan-utara yang melintasi Cekungan Makassar selatan dan Makassar utara,serta memotong zona

Penelitian yang dilakukan oleh Hermiyanto dan Ningrum 2009 dengan menggunakan petrologi organik dan karakteristik Rock-Eval Pyrolisis pada sampel permukaan Formasi Tersier, Cekungan

Teks tersebut membahas geologi Pulau Sumatera yang terdiri dari empat mendala tektonik, yaitu Lajur Barisan, Lajur Melawai, Lajur Bengkulu, dan Lajur