• Tidak ada hasil yang ditemukan

CEKUNGAN NATUNA BARAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "CEKUNGAN NATUNA BARAT"

Copied!
11
0
0

Teks penuh

(1)

1

Nama : Muhammad Firdaus Akbar Nim : 111080138 Plug : VI

BAB I

CEKUNGAN NATUNA BARAT 1.1 Kabupaten Natuna

Natuna merupakan salah satu kabupaten termuda di Indonesia yang lahir di era reformasi dan otonomi daerah. kabupaten ini merupakan hasil pemekaran dari Kabupaten Kepulauan Riau yang secara resmi terbentuk dengan dasar Undang-undang Nomor 53 Tahun 1999. Secara Geografis Kabupaten Natuna terletak di belahan Utara Indonesia tepatnya antara 2º Lintang Utara – 5º Lintang Utara dan 104º Bujur Timur – 110º Bujur Timur. Luas Wilayah Kabupaten Natuna ( sebelum Kab. Anambas Terbentuk ) adalah 14.190.120 ha atau 141.901,2 Km2, terdiri dari daratan seluas 323.520 ha (3.235,2 km2) dan perairan seluas 13.866.600 ha (138.66 km2). Wilayah daratan terdiri dari 272 pulau besar dan kecil yang tersebar di perairan Laut Cina Selatan.

Kabupaten Natuna saat ini memang menjadi salah satu daerah andalan penghasil minyak dan gas Indonesia. Berdasarkan laporan studi Kementerian dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tahun 2002, cadangan minyak yang dimiliki Natuna mencapai 308,30 Juta Barel. Sementara Cadangan Gas Buminya terbesar se-Indonesia, yaitu sebesar 54,78 triliyun kaki kubik.

Tidak mengherankan jika Dana Bagi Hasil Migas menjadi sumber utama pendapatan Daerah Kabupaten Natuna.

(2)

2

Nama : Muhammad Firdaus Akbar Nim : 111080138 Plug : VI

1.2 Geologi Regional Natuna

wilayah Kepulauan Riau dan perairan Natuna Barat di Laut Cina Selatan pada posisi geografi 0°- 4° LU dan 102° -108° BT. Secara geografis dan strategis termasuk wilayah Propinsi Kepulauan Riau yang berbatasan dengan negara-negara tetangga dan juga merupakan jalur lintas pelayaran internasional.

Secara geologi, Kepulauan Riau (Pulau Karimun, Barelang dan Bintan) merupakan perwujudan dari daratan Sunda (Sundaland), dengan Laut Natuna bagian timulaut termasuk ke dalam sub-sistem tepian bagian baratlaut Laut Cina Selatan (LCS).

Secara stratigrafi kepulauan ini didominasi oleh zona batuan beku granit plutonik berumur Trias Akhir. Keberadaan batuan granitik ini menghasilkan batuan rombakan berupa batuan sedimen kaya kuarsa (dikenal sebagai batupasir kuarsa, Tersier Bawah), yang menutupi hampir sebagian besar paparan Sunda dan Kepulauan Riau. Sedangkan di Laut Natuna berkembang dua cekungan Sedimentasi Tersier yang kaya minyak dan gas (MIGAS), yaitu Cekungan Natuna Barat (West Natuna Basin) dan Cekungan Natuna Timur (East Natuna Basin), yang dipisahkan oleh sistem Punggungan Natuna (Natuna Arch) berarah utara-selatan yang membentuk Kepulauan Natuna Morfologi Kepulauan Riau dibentuk akibat erosi arus laut pada batuan granit sehingga memnbentuk suatu tonjolan bahkan dataran. Morfologi dasar laut yang berkembang relatif sedang sampai dalam, di sekitar pulau-pulau pola kontur mengikuti pola garis pantai melingkar dengan morfologi yang landai ditunjukan oleh garis kontur yang tidak renggang, di bagian tengah membentuk kontur terbuka yang semakin terjal dan dalam ke arah utara. Daerah ini dimanfaatkan sebagai alur pelayaran internasional yang banyak dilalui kapal-kapal berukuran besar Secara umum sedimen dasar laut Kepulauan Riau didominasi oleh pasir kuarsa berukuran sedang hingga kerikil yang berasal dari darat dan pasir mengandung pecahan cangkang foram yang berasal dari laut.

(3)

3

Nama : Muhammad Firdaus Akbar Nim : 111080138 Plug : VI

BAB II

Tinjauan Umum Lapangan Nila (Natuna Barat)

Lapangan Nila di Laut Natuna Selatan merupakan lapangan minyak dan gas yang dioperasikan oleh ConocoPhillips. Lapangan Nila merupakan lapangan yang dipercayakan Pertamina kepada ConocoPhillips dalam bentuk kerja sama PSC (Production Sharing Contract). Tinjauan umum Lapangan Nila ini meliputi regional geologi dan stratigrafi.

2.1 Letak Geografis Lapangan

Blok Nila secara geografis terletak pada 106o–107o BT dan 04o 50’ –05o 00’ LU. Blok Nila terletak pada cekungan barat dalam Blok B ConocoPhillips di antara Blok Lasmo, Premier dan Gulf di sebelah utaranya.

2.2 Geologi Regional Lapangan

Blok Nila terletak di cekungan Natuna bagian barat dari Lautan Natuna bagian selatan. Cekungan ini berasal dari masa Eosen sampai Oligosen yang Basement yang mengandung bermacam-macam batuan granit dan metasedimen merupakan daerah pembentukan bagi lapisan klasik syn-rift (proses pengendapan yang terjadi akibat pergeseran kerak bumi), yang diselingi terkadang dengan lapisan-lapisan tipis batuan beku, ini

berdasarkan dari “ Formasi Belut “.

Di beberapa waktu pada syn-rift, sediment graben (sisipan) lacustrine terakumulasi dan membentuk lapisan sumber minyak yang sangat penting.

Pada pertengahan Oligosen gerak patahan berhenti, sedimen-sedimen fasa rifting dan sinking merupakan lapisan yang menutupi batas patahan lama dan disebut formasi Gabus. Ini terdiri dari daerah besar reservoir fluvio-alluvial (pengendapan batuan yang terjadi di darat,merupakan umur pengendapan yang paling muda kurang lebih 20.000 tahun).

Awal diera Oligosen akhir, patahan Malay-Natuna bertukar silang lapisan tanpa dipengaruhui oleh temperatur, sebagai akibat dari gerakan tektonik transgressional NW-SE. Pembentuk patahan dan beberapa daerah batas cekungan berubah menjadi antiklin yang besar yang mana menjadi bagian dari target utama dari eksplorasi ini. Indikasi pertama kali dari invers (hasil pengendapan yang terlipat kembali) dan pemudaan kembali batas pantai dilihat dalam getaran yang diperbaharui untuk reservoir batuan pasir berkualitas tinggi yang terdiri dari bagian besar formasi Gabus. Antara pembesaran syn-invers tak berpusat, pengendapan didominasi oleh shale-shale brackish-lacustrine (pengendapan shale yang terbentuk pada lingkungan air payau) dari formasi barat, penutup atas yang terpenting. Penutup dari batas cekungan, klasik co-eval dari formasi udang terendapkan dan membentuk reservoir penting di beberapa lapangan.

Tahap Miosen Awal, getaran pembaharuan dari penekanan dan invers dihasilkan dari erosi pembesaran invers dari dataran tinggi dan pengikisan yang didominasi dari batuan klastik pasiran yang bergerak ke daerah tersebut. Ini didasarkan dari bagian batuan pasir arang bawah.

(4)

4

Nama : Muhammad Firdaus Akbar Nim : 111080138 Plug : VI

Internal ini ditutup kebanyakan oleh penutup shale-shale tipis. Invers berlanjut secara beruntun dari Miosen awal dan pertengahan dengan deposisi yang didominasi dari formasi arang atas fluvio-deltaic (pengendapan yang terjadi di laut). Invers di daerah Nila sangat dramatis dan kebanyakan formasi arang menghilang dari daerah sturuktur Nila. Beberapa struktur telah digabungkan menjadi formasi Gabus.

Penekanan berhenti di akhir Miosen pertengahan dan sebuah daerah unconfirmity bersudut mengembang. Pengendapan dari daerah terusannya yang terbentuk karena fasa sinking dan terdiri dari pengendapan marine dangkal formasi muda.

2.3 Struktur dan Susunan Stratigrafi

Stratigrafi cekungan Natuna Barat pada sumur Melati-01 dimulai dari basement pra-tersier dan seluruh pengendapan pra-tersier dijelaskan pada gambar 2.2. Urutan lithostratigrafi di Cekungan Natuna Barat dari yang paling tua (basement) sampai ke yang muda menurut Conoco Block B Team (1997) dibagi atas lima kelompok, yaitu:

1. Batuan Dasar atau Basement, berumur Pra-Tersier.

2. Kelompok Belut, berumur antara Eocene sampai Oligocene Bawah. 3. Kelompok Gabus, berumur akhir Oligocene.

4. Kelompok Udang, berumur antara akhir Oligocene atas sampai awal Miocene. 5. Kelompok Barat, berumur antara Oligocene Bawah sampai Miocene Bawah. 6. Kelompok Arang, berumur antara Miocene Bawah sampai Miocene Tengah. 7. Kelompok Muda, berumur antara Miocene Atas sampai Pleistocene.

1. Basement

Arsitektur basement Laut Natuna berkembang selama fasa pergerakan pada zaman Eosen sampai awal Oligosen yang menyebabkan terbentuknya tiga unit geologi utama yaitu, cekungan Natuna Barat, Natuna high dan cekungan Natuna Timur. Basement pada umumnya terdiri dari batuan beku dan metamorfik atau endapan continental yang non-marine.

2. Formasi Belut

Proses pengendapan dimulai pada zaman awal Oligosen, di mana hasil pelapukan batuan granit dari basement mengisi palung dan lembah yang telah terbentuk. Pada blok “ B “ ConocoPhillips, formasi ini disebut formasi Belut yang ekivalen dengan formasi Gajah, Sotong, Terumbuk dan Tenggiri pada Blok lainnya.

3. Formasi Gabus

Pengendapan berlanjut pada akhir Oligosen yang membentuk formasi Gabus. Bagian bawahnya terdiri dari endapan aluvial dan delta, sedangkan pada “Endapan transgressive delta front” terbentuk di bagian atasnya dan “inter distributary bay”. Formasi Gabus terdiri dari batuan pasir pada sistem delta yang pada umumnya sangat berlempung dan susah diperkirakan penyebarannya

(5)

5

Nama : Muhammad Firdaus Akbar Nim : 111080138 Plug : VI

4. Formasi Udang

Formasi Udang terbentuk pada akhir Oligosen atas sampai awal Miosen yang ditandai oleh proses pengendapan bidang yang landai dengan energi lemah kebagian atas formasi. Hal ini menyebabkan terbentuknya endapan klastik halus pada sistem “meandering” dan “brackish lacustrine”.

5. Formasi Barat

Pengendapan berlangsung pada awal Miosen yang dominan terdiri dari batuan lempung yang disisipi batuan pasir

Pengaruh endapan marine mulai ditemukan pada bagian bawah formasi barat yang ditandai dengan serbuk tanaman air tawar.

6. Formasi Arang

Formasi Arang terbentuk dalam kurun waktu Bawah sampai akhir Miosen-Tengah yang terdiri dominan dari batuan pasir kasar sampai halus dan “glauconitic sandstone” (pengendapan batuan pasir yang terjadi di laut dalam) menunjang terjadinya pengendapan marine.

Pada Miosen-Tengah terjadi proses “regresi” yang menyebabkan terbentuk endapan batuan pasir kasar yang disisipi “carbonaceous shale” terdapat pada bagian atas formasi Arang. Lapisan atas ini tererosi pada akhir Miosen-tengah.

7. Formasi Muda

Sejak Miosen-Atas sampai sekarang, formasi muda diendapkan pada proses transgresi diatas formasi yang lebih tua dan batasannya memberi refleksi yang berharga pada “seismic maker”. Formasi muda terdiri dari “shallow marine muda dan sand stones”.

(6)

6

Nama : Muhammad Firdaus Akbar Nim : 111080138 Plug : VI

BAB III

Indonesia - Natuna West (West Natuna) 3D

Beberapa peminat Barat Natuna melakukan survey seismic dimana merupakan suatu proyek kooperatif antara Petroleum Geo-Services (PGS) dan Migas. Dengan total data 6.005 km kubik daerah cekungan natuna barat., yangmana salah satu cekungan lepas pantai

(7)

7

Nama : Muhammad Firdaus Akbar Nim : 111080138 Plug : VI

Laut Natuna dan Cekungan Sarawak

Daerah laut natuna adalah daerah selatan dari laut cina selatan, yang termasuk dalam territorial Indonesia. Daerah ini dibagi oleh dua bagian dari busur kepulauan natuna, terutama cekungan natuna barat sampai ke cekungan malay tepatnya barat Malaysia dan cekungan natuna timur yangmana daerah dari cekungan Sarawak di timur Malaysia.

Cekungan natuna barat telah terbentuk akibat intra-continental rift basin dengan paparan sunda, batas selatan dari plate Eurasian. Cekungan tersebut terbentuk antara Eosen – Oligosen akhir, mengikuti dari miosen sampai sekarang

Di awal cretaceous – awal eosen rekonstruksi terjadi, cekungan natuna timur adalah bagian besar dari fore-arc basin yang berasal dari lepas pantai Vietnam, melewati laut natuna menuju Sarawak. Struktur yang berkembang pada cekungan timur natuna dikontrol oleh

extensional faults dan half graben sama seperti yang ditemukan di cekungan natuna barat,

(8)

8

Nama : Muhammad Firdaus Akbar Nim : 111080138 Plug : VI

BAB IV Berita Terkini 4.1 Potensi Ekonomi & Kepentingan Nasional

Blok Natuna D-Alpha merupakan aset sangat strategis bagi negara. Keseluruhan Blok Natuna mempunyai luas 17.000 km2 dan kedalaman lautnya antara 140-200m. Dengan kedalaman ini, secara teknis Natuna masuk kategori offshore, pengeboran dangkal. Wilayah migas Natuna sendiri dibagi menjadi Natuna Barat dan Natuna Timur, dimana khusus untuk Natuna Barat, sejumlah kontraktor sudah melakukan eksploitasi minyak dan gas disana, yang produksinya antara lain dikirim ke Singapore dan Malaysia (lihat peta wilayah dan perkiraan potensi migas masing-masing pada pada Lampiran 1 dan 2). Perlu dicatat bahwa kandungan gas CO2 lebih kecil di daerah Natuna Barat dibanding Natuna Timur.

Blok Natuna D-Alpha terletak di dalam wilayah Natuna Timur, yang mengandung cadangan minyak dan gas. Disamping menyimpan sekitar 500 juta barel minyak, blok ini adalah salah satu blok gas dengan cadangan terbesar di dunia saat ini, dengan total potensi gas mencapai 222 triliun kaki kubik (tcf). Potensi gas yang recoverable sebesar 46 tcf (46,000 bcf) atau setara dengan 8,383 miliar barel manyak (1 boe, barel oil equivalent = 5.487 cf ). Dengan potensi sebesar itu, dan asumsi harga rata-rata minyak US$ 75/barel selama periode eksploitasi, maka nilai potensi ekonomi gas Natura adalah US$ 628,725 miliar atau sekitar Rp 6.287,25 triliun (kurs US$/Rp = Rp 10.000). Pengelolaan Natuna oleh Pertamina dan mitranya harus dilakukan sedemikian rupa sehingga negara memperoleh penerimaan yang maksimal dari potensi pendapatan sebesar Rp 6.287,25 triliun ini.

Selain itu, letak Natuna yang hanya berjarak sekitar 1.100 km dari Jakarta dan 200 km dari Singapura, membuatnya sangat strategis untuk memasok kebutuhan gas bagi negara-negara sekitar seperti Malaysia, Singapura, Thailand, Cina, Jepang, dan Korea. Termasuk pula untuk memasok gas bagi Pulau Jawa dan Indonesia secara umum, yang membutuhkan gas dalam jumlah besar setelah diimplementasikannya kebijakan konversi energi dari minyak tanah ke gas.

Belum diperoleh informasi yang akurat tentang total biaya yang dibutuhkan untuk pengembangan Blok Natuna. Berdasarkan data pihak Exxon Mobil, disebutkan bahwa total biaya yang dibutuhkan sekitar US$ 40 miliar. Angka yang sama juga dikutip oleh Ketua Aspermigas, Effendy Sirajuddin. Namun berdasarkan peresentasi Ditjen Migas pada bulan Mei 2008, disampaikan bahwa total dana yang dibutuhkan adalah US$ 25 miliar. Dirut Pertamina, Ari Hernanto Soemarno, sebagaimana dikutip Republika (29 Juni 2007) menyatakan bahwa biaya investasi pengembangan Natuna sekitar US$ 25 miliar. Total perkiraan investasi terendah adalah US$ 20 miliar, dikutip dari Wadirut Pertamina, Iin Arifin Takhyan, oleh Bisnis Indonesia (5/12/2008).

Perkiraaan total biaya investasi yang lebih akurat akan diperoleh saat plan of development (PoD) diajukan oleh operator kepada BP Migas. Namun saat ini, penulis lebih yakin dengan angka investasi US$ 25 miliar dibanding US$ 40 miliar yang diajukan oleh ExxonMobil, yang memang sangat perlu diwaspadai. Pemerintah perlu menjaga dan meyakinkan bahwa total investasi yang dibutuhkan kelak, telah dihitung secara objektif dan

(9)

9

Nama : Muhammad Firdaus Akbar Nim : 111080138 Plug : VI

bebas dari penggelembungan (mark up), karena pada ujungnya seluruh biaya tersebut akan menjadi tanggungan negara dalam cost recovery.

Investasi yang besar membutuhkan potensi pengembalian yang terjamin dari para konsumen gas. Dalam hal ini Pertmina memperkirakan, berdasarkan harga pokok di “well” sebesar US$ 4/mmbtu, harga jual gas Natuna haruslah sekitar US$ 7 atau 8 /mmbtu. Adapaun target pasar penjualan gas Natuna antara lain Malaysia, Singapura, Thailand dan Vietnam, Korea, Jepang, dll, serta konsumen domestik terutama di Jawa dan Batam. Untuk itu, DESDM sedang mengkaji moda transportasi yang akan digunakan, apakah pipa transmisi yang menghubungkan Natuna dengan seluruh lokasi pembeli, atau menggunakan tanker dengan membangun fasilitas LNG terapung di Natuna.

Potensi Natuna yang ribuan triliun rupiah, pentingnya menjaga ketahanan energi, dan terkontrolnya total biaya investasi (dari mark-up) adalah sekian diantara banyak alasan mengapa Natuna harus dikelola oleh Pertamina. Karena itulah, penetapan Pertamina sebagai operator dan terbitnya Keppres tentang Tim Kordinasi Natuna sangat mendesak untuk dikeluarkan oleh pemerintahan SBY.

4.2 Status Terakhir dan Menanti Sikap Pemerintah

Belajar dari pengalaman yang sudah-sudah, sulit diyakini sepenuhnya bahwa pemerintah akan konsisten dengan apa-apa yang sudah pernah dinyatakan. Tampaknya hal ini tak lepas dari keengganan atau ketakutan untuk bertindak tegas terhadap Exxon Mobil. Atau juga mungkin karena adanya oknum-oknum tertentu yang mempunyai hubungan dekat, atau menjadi agen, atau telah memberi komitmen kepada Exxon Mobil.

Sebenarnya kita sudah merasa sedikit lega dengan adanya sejumlah pernyataan yang dikeluarkan oleh Wapres Jusuf Kalla sejak pertengahan tahun 2008 hingga triwulan pertama tahun 2009. Karena negosiasi ulang dengan Exxon Mobil tak kunjung mencapai titik temu, Wapres misalnya mengatakan di Riau, 7 Pebruari 2008, “Sesuai undang-undang, pilihan pertama Pertamina.” Ditambahkan oleh Wapres, “Kami mengambil langkah-langkah yang menguntungkan Indonesia” (Detikfinance 08/02/2008).

Pada tahun 2009, setelah negosiasi kontrak baru dengan Exxon Mobil tak mencapai kesepakatan, Wapres kembali menegaskan sikapnya dengan geram (saat berkunjung ke Den Haag, 2 Pebruari 2009). Beliau mengatakan, “Saya tersinggung kalau ada orang atau pejabat yang mengatakan Exxon punya hak. Saya tegaskan tak boleh ada siapa pun yang mengintervensi kita dalam mengelola sumber daya alam, termasuk soal Natuna.” Hal tersebut disampaikan Wapres setelah mendengar selentingan adanya pejabat yang mengatakan Exxon Mobil masih punya hak untuk memperpanjang kontrak (Tempo, 16 Pebruaru 2009). Menurut Tempo, walaupun telah keluar dari kontrak dan Wapres tidak berkenan, Exxon yakin tidak akan tersingkir karena karena adanya janji Menteri ESDM yang akan pasang badan untuk Exxon.

Kita memang menaruh harapan akan konsistennya sikap pemerintah untuk menunjuk Pertamina menjadi operator Blok Natuna D-Alpha, terutama dengan adanya ketegasan sikap Wapres. Namun setelah kegeraman Wapres di atas, tidak banyak perkembangan yang terjadi. Pada tanggal 11 Pebruari 2009 misalnya, Menteri ESDM menyatakan pemerintah akan

(10)

10

Nama : Muhammad Firdaus Akbar Nim : 111080138 Plug : VI

membentuk tim koordinasi pengelolaan Blok Natuna D-Alpha, yang diketuai oleh Mantan Wakil Direktur Utama Pertamina Iin Arifin Takhyan.

Disampaikan bahwa tugas tim adalah seperti tim pemerintah untuk mempercepat proyek 10.000 MW. Tim kordinasi Natuna ini dimaksudkan untuk melanjutkan program yang pernah dibentuk pada era pemerintahan Habibie. Namun hingga saat ini (Agustus 2009), Keppres yang menjadi ketentuan pembentukan tim tak kunjung diterbitkan pemerintah. Tampaknya isu pembentukan tim ini terkesan sebagai move untuk meng-counter sikap Wapres yang terlalu banyak bersuara tentang Natuna, termasuk mendorong ditunjuknya Shell sebagai patner Pertamina (Tempo, 16/2/09).

Perkembangan lain yang kita catat adalah tentang pemilihan patner Pertamina. Seperti disebutkan sebelumnya, Pertamina telah menunjuk Wood Mackenzie Ltd (WML) sebagai konsultan untuk memilih mitra kerja di Natuna pada tanggal 16 Juli 2008 (Investro Daily, 16/6/08). WML diharapkan dapat menuntaskan tugasnya pada bulan Oktober 2008 Dalam hal ini Pertamina telah menerima penawaran kesiapan untuk menjadi mitra dari 8 perusahaan, yakni: Shell (Belanda), Statoil (Norwegia), Total (Perancis), Chevron (Amerika), Eni SpA (Italia), China National Petrolium Co., Exxon Mobil, dan Petronas.

Pada awal Pebruari 2009, saat berkunjung ke Den Haag, Wapres pernah mengatakan bahwa 4 perusahaan calon mitra yang akan mendampingi Pertamina dari 8 kontestan di atas telah terpilih, yaitu: Shell, Statoil, CNCP dan Exxon Mobil. Ternyata pernyataan Wapres tersebut tidak dikonfirmasi oleh Pertamina atau DESDM. Bahkan hingga saat ini pun (Agustus 2009), keputusan tentang siapa yang akan menjadi mitra Pertamina belum ditentukan pemerintah.

Tujuh bulan telah berlalu sejak pernyataan Wapres yang promising di Den Haag, atau sejak rencana pembentukan Tim Kordinasi Natuna dicetuskan, atau sejak penawaran 8 calon mitra Pertamina diterima. Namun keputusan pemerintah belum juga ditetapkan. Apalagi, Wapres dalam waktu sebulan ke depan bukan lagi bagian dari pemerintah. Kondisi dan perkembangan ini jelas memprihatinkan sekaligus menkhawatirkan kita.

Sebaliknya, mungkin saja Exxon Mobil dan pendukungnya menajdi lebih nyaman, terutama karena Presiden terpilih adalah pejabat yang dulu telah memberinya kesempatan mengopersikan Blok Cepu, atau pejabat yang tadinya bersedia pasang badan lebih leluasa mengambil kebijakan. Terlepas dari itu semua, kita ingin mengingatkan agar pemerintah menjalankan amanat konstitusi, mengutamakan kepentingan negara, menjaga harga diri bangsa dan melindungi hak rakyat dari kepentingan asing, serta menunjuk Pertamina sebagai operator Blok Natuna D-Alpha.

Dalam kaitan itulah, kami hendak mengingatkan pemerintah untuk bersikap tegas dan konsisten dengan pernyataan-pernyataannya kali ini. Pemerintah tidak selayaknya bimbang ataupun tunduk kepada tekanan-tekanan Exxon Mobil atau AS yang masih terus bersikukuh mempertahankan pengelolaan Blok D-Alpha Natuna. Kita ingat, peristiwa serupa telah terjadi pula pada kasus-kasus sebelumnya seperti Blok Cepu atau Blok Semai. Setelah melewati serangkaian kontroversi, ladang-ladang migas strategis tersebut akhirnya jatuh ke pengelolaan perusahaan minyak AS, yaitu masing-masing Exxon Mobil dan Amerada Hess.

(11)

11

Nama : Muhammad Firdaus Akbar Nim : 111080138 Plug : VI

Kita mendesak pemerintah konsisten menunjuk Pertamina sebagai operator. Karena melalui hal itu, pemerintah dapat membuktikan komitmennya untuk memberdayakan negara dalam pengelolaan sumber daya alam. Hal ini pula yang pernah dijanjikan Presiden SBY pada 2 Maret 2006 lalu di Yangoon, Myanmar, yaitu meningkatkan kinerja (overhaul) Pertamina agar dapat menyumbang pendapatan lebih besar bagi negara. Jika ada ketegasan dan kesungguhan pemerintah, tentu bukan hal sulit untuk segera memastikan Natuna diperuntukkan bagi Pertamina. Hal ini jelas sangat bernilai penting, baik bagi pengembangan Pertamina sebagai perusahaan global dan menjamin ketersediaan pasokan gas bagi pasar dalam negeri.

Kita juga mengecam sikap Exxon yang terus bersikeras mempertahankan penguasaannya atas Blok Natuna. Sikap ini jelas menunjukkan arogansi Exxon Mobil yang tidak menghormati kontrak dan tidak menghargai kedaulatan pemerintah Indonesia. Sikap ini juga menunjukkan watak khas korporatokrasi Exxon yang tak segan-segan menghalalkan segala cara dalam mencapai tujuannya.Untuk itu, kita menyerukan Presiden agar berani bersikap dan bertindak tegas, serta menunjukkan bahwa negara ini masih memiliki martabat, kemandirian, dan harga diri!

Gambar

Gambar Kabupaten Natuna

Referensi

Dokumen terkait

Maka perlu adanya rumusan kebijakan teknis bidang ketahanan pangan dan menyelenggarakan pembinaan dan pelatihan melalui program-program yang telah direncanakan

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisa apakah terdapat pengaruh penerapan sistem administrasi perpajakan modern yang meliputi modernisasi struktur organisasi,

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA antara kelas yang menerapkan model pembelajaran TGT dengan bantuan media audio visual dan kelas

(3) Semua surat bukti dan surat lain yang termasuk bagian dari tata buku dan administrasi Perusahaan Daerah disimpan di tempat Perusahaan Daerah atau di tempat lain yang

Prinsip kemitraan yaitu memperlakukan pelaku usaha perikanan sebagai mitra kerja pembangunan yang berperan aktif dalam seluruh proses pengambilan keputusan sebagai

Pemahaman pengetahuan karakteristik alat musik Gitar serta penguasaan keterampilan dasar memainkannya dengan menggunakan lagu-lagu dan etude tingkat Pra Muda

Faktor risiko riwayat merokok tidak ditemukan memiliki hubungan yang bermakna terhadap gangguan fungsi paru tipe restriktif dengan nilai p = 0,147... Tabel 5

Secara umum, status neraca ketersediaan-kebutuhan air DAS Bengawan Solo tahun 2030 dibandingkan dengan kondisi saat ini menunjukkan perubahan yang cukup signifikan, hal ini dapat